Pengaruh Handphone Terhadap Sosialisasi Dan

Pengaruh Handphone Terhadap Sosialisasi Masyarakat
Posted by uki satriawan on 19:33 with No comments so far

Komunikasi adalah suatu proses penyampaian informasi (pesan, idea, gagasan) dari satu
pihak ke pihak lain. Pada umumnya komunikasi dilakukan secara lisan atau verbal yang dapat
dimengerti oleh kedua belah pihak. Apabila tidak ada bahasa verbal yang dapat dimengerti
oleh keduanya, komunikasi masih dapat dilakukan dengan menggunakan gerak-gerik badan,
menunjukkan sikap tertentu, misalnya tersenyum, menggelengkan kepala, mengangkat bahu.
Cara seperti ini disebut komunikasi dengan bahasa non verbal.
Dahulu sebelum ada teknologi seperti sekarang, manusia lebih banyak berkomunikasi dengan
menggunakan gerak-gerik, mimik, dan sikap tubuh karena manusia sebagai mahluk sosial
membutuhkan manusia lainnya. Namun seiring dengan perkembangan zaman masyarakat
mampu membuat sebuah inovasi-inovasi baru untuk memudahkan berkomunikasi lalu
mereka menciptakan alat komunikasi bernama handphone.
Di zaman modern seperti sekarang ini handphone bukan lagi benda asing bagi siapapun dari
anak-anak sampai yang dewasa. Handphone atau yang sering kita kenal dengan sebutan HP
adalah salah satu teknologi komunikasi yang di hadirkan dan di rancang sedemikian rupa
dengan berbagai fitur yang sangat canggih. Tujuan utama handphone yang dibuat untuk
berkomunikasi sekarang sudah dilengkapi dengan berbagai fitur seperti kamera, internet,
televisi, MP3 hingga layanan messanger lainnya. Siapa yang tidak tertarik dengan benda
sekecil itu tetapi memiliki berbagai macam kegunaan.

Saat ini handphone sudah sangat bervariatif sehingga mempengaruhi nilai jualnya dari yang
termurah hingga termahal dengan berbagai macam merk. Handphone merupakan kemajuan
teknologi yang bermanfaat bagi kehidupan manusia di dunia, dengan fungsi utama menelpon

atau berbicara jarak jauh kita mampu memperpendek jarak yang jauh menjadi dekat sehingga
kita dapat berkomunikasi secara bersamaan dan kapan saja tanpa harus bertatap muka.
Handphone bukan sekedar kebutuhan, tetapi sudah menjadi gaya hidup. Bahkan, ada
anggapan kalau tidak punya handphone, maka akan dicap sebagai orang kampungan.
Tanpa kita sadari penggunaan handphone yang kini merupakan suatu barang yang bersifat
wajib bagi setiap orang khususnya remaja mampu memberikan dampak positif dan negatif
bagi para penggunanya. Dampak positif penggunaan handphone antara lain adalah kita dapat
berkomunikasi dengan keluarga, saudara, teman yang berjauhan tanpa harus bertatap muka,
fitur internet yang di tawarkan mampu membantu kita mencari informasi sebanyakbanyaknya tanpa harus pergi ke warnet dan membawa-bawa laptop yang berat, mampu
menghilangkan stress dengan mendengarkan MP3 atau bermain game. Bentuk yang
minimalis dan lengkap dengan berbagai fitur yang sesuai dengan kebutuhan manusia
terutama remaja mampu menambah nilai tambah tersendiri untuk teknologi canggih tersebut.
Dalam kenyataannya handphone mampu mengalihkan perhatian para remaja terhadap
lingkungan sekitar mereka dan cenderung memperhatikan handphone setiap saat.
Dampak negatif dari benda kecil tersebut sudah mampu menghilangkan cara berkomunikasi
yang baik antara individu satu dengan yang lainnya. Remaja lebih suka berbicara via SMS

atau telepon untuk bersilahturami dengan alasan menggunakan handphone lebih mudah
dibandingkan harus mengeluarkan biaya untuk bertemu keluarga, saudara atau teman yang
berjauhn. Banyak ditemui saat satu keluarga sedang berkumpul untuk makan semuanya sibuk
memegang dan bermain dengan handphone masing-masing, jika begitu apa handphone
merupakan salah satu alat komunikasi yang baik? Tentu tidak komunikasi yang baik
dilakukan oleh dua orang atau lebih dengan cara bertatap muka, tidak dengan menggunakan
perantara melalui handphone. Perantara tersebut dapat kita gunakan jika kita benar-benar
tidak dapat saling bertatap muka.
Ketika ponsel telah berhasil menggeser kebiasaan dan bahkan kebudayaan, maka tak heran
bila pada akhirnya kita akan sangat bergantung pada sebuah handphone dan cara
berkomunikasi menggunakan handphonepun sudah mengesampingkan tujuan utamanya yaitu
untuk berkomunikasi jarak jauh, nyatanya berjarak dekat saja kita menggunakan handphone
untuk berkomunikasi. Para remaja lebih senang bermain handphone dibandingkan harus
bertukar cerita atau pikiran mereka dengan orang tua mereka, para pelajar lebih sering
bermain handphone disaat guru mereka menjelaskan pelajaran, anak SD lebih suka bermain
games di handphone daripada bermain bersama teman-teman sebayanya. Faktanya banyak
dari kita selalu memprioritaskan handphone, saat makan, belajar, menonton televisi, jalan

bersama teman bahkan berkumpul dengan keluarga handphone dapat dipastikan selalu dalam
genggaman kita.

Melakukan aktivitas tanpa menggunakan handphone saat ini bagi sebagian orang akan terasa
janggal. Mulai kita bangun tidur sampai tidur lagi, kita tidak bisa lepas dari yang namanya
handphone dan seseorang seakan merasa tidak bisa hidup tanpa handphone. Sekarang
handphone lebih dijadikan gaya hidup tersendiri bagi penggunanya.
Seharusnya kita mampu menanggapi perkembangan teknologi komunikasi dengan bijak,
bagaimana kita memilih dan menggunakan suatu teknologi, sebuah perkembangan pastilah
membawa dampak besar bagi sekitarnya. Tidak mungkin sebuah perubahan tidak
menimbulkan dampak bagi sekitarnya. Tetapi kita sebagai masyarakat harus pandai memilih
dan mengelolanya agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Gunakan teknologi yang
kita kuasai untuk bersosialisasi dengan yang lain karena teknologi komunikasiyang tidak
disikapi dengan baik akan membuat seseorang kurang peka terhadap kehidupan sosialnya,
kehadiran teknologi informasi telah mengurangi intensitas tatap muka yang terjadi dalam
organisasi atau pun sosial masyarakat.
Handphone merupakan salah satu dari perkembangan teknologi. Dengan kecanggihan
teknologi saat ini, fungsi handphone tidak hanya sebagai alat komunikasi biasa, tetapi
manusia juga dapat mengakses internet, SMS, berfoto dan juga saling mengirim data.
Dampak yang ditimbulkan dari handpone mungkin tidak kita sadari sama sekali. Selain
memudahkan dalam berkomunikasi sebagai dampak positif yang manusia dapatkan, terdapat
pula dampak negatif yang manusia dapatkan sebagai akibat menggunakanhandphone atau
telepon genggam ini.

Handphone pada saat ini tidak hanya digunakan oleh kalangan dewasa saja. Sekarang anakanak pun sudah banyak yang memiliki handphone dengan kecanggihan yang tidak kalah
dengan handphone orang dewasa. Sehingga dampaknya terjadi tidak hanya pada orang
dewasa tetapi juga pada anak-anak.
Misalnya pada anak-anak selain fungsi handphone sebagai alat komunikasi, anak-anak dinilai
“ikut-ikutan” terhadap tren saja. Banyak hal yang dapat diperhatikan dari fenomena ini.
Misalnya adalah jika dilihat dari segi sosial, kesenjangan akan sangat terlihat antara anak
yang berasal dari keluarga mampu secara finansial dan yang tidak dalam suatu komunitas di
sekolahnya. Penggunaan telepon selular secara tidak langsung juga dinilai dapat
mempengaruhi lingkungan pergaulan anak-anak.
kepemilikan telepon selular oleh anak berkaitan dengan perkembangan psikologisnya
khususnya dalam mengembangkan kemampuan berinteraksi sosial dan komunikasi serta

keinginan untuk diterima di pergaulannya (popularitas). Kreativitas, ego serta kondisi
lingkungan (apakah teman-temannya mempunyai telepon selular) secara psikologis dapat
memicu seorang anak untuk memiliki telepon selular.
Selain itu dampak negatif dari perkembangan teknologi hadphone terjadi juga pada orang
dewasa diantaranya :
1. Mengurangi sifat sosial manusia karena cenderung lebih suka berhubungan lewat internet
daripada bertemu secara langsung (face to face).
2. Dari sifat sosial yang berubah dapat mengakibatkan perubahan pola masyarakat dalam

berinteraksi. Manusia menjadi malas untuk bersosialisasi dengan teman dan lingkungan
sekitar. Dengan fasilitas yang dimiliki oleh HP, maka di zaman yang serba canggih dan
modern ini segalanya bisa dilakukan dengan duduk di tempat tanpa perlu beranjak dari
tempat duduk dan meninggalkan aktivitas seseorang. Mulai dari mengisi pulsa, transfer uang,
memesan tiket, belanja, hingga memesan makanan dapat dilakukan tanpa beranjak dari
tempat sedikitpun. Memang akan menjadi lebih mudah tetapi orang akan lebih tidak peduli
dengan rasa sosial.
Sebagai contohnya dapat kita lihat dalam film wall-e. film dengan setting masa depan yang
serba canggih yang segala macam bentuk aktifitasnya dilakukan secara digital. Mulai dari
makan, berbelanja, hingga mandi dilakukan dengan system komputer sehingga manusia tidak
perlu bergerak atau berjalan dan hanya tinggal duduk di kursi saja semua sudah dijalankan.
Oleh karena itu manusia menjadi malas dan karena hanya terpaku pada penggunaan teknologi
saja bahkan merekapun jadi lupa untuk bersosialisasi dengan orang sekitar saking terbuai
dengan kenikmatan teknologi.
Perkembangan telepon seluler sekarang ini juga menjadi menarik untuk disimak karena
konvergensi teknologi yang sekarang terjadi mengisyaratkan kita bahwa kemajuan teknologi
komunikasi informasi sekarang ini tidak memiliki batas sama sekali. Sulit bagi kita sekarang
ini membedakan mana masuk kategori ponsel, kategori komputer, kategori pemutar musik
digital, maupun kategori kamera digital atau video digital.Tampaknya sudah tidak ada lagi
batasan yang jelas antara berbagai teknologi yang tersedia sekarang ini di pasaran yang

semuanya menjadi sebuah kesatuan dan berbagai fungsi terkumpul dalam sebuah perangkat.
Jika di bandingkan dengan jaman dulu perkembangan teknologi handphone tidak
berkembang pesat seperti sekarang ini.dapat di lihat dari model handphone jaman dulu desai
nya sangat sederhana dan lebih cenderung simple,tidak seperti jaman sekarang,model
handphone banyak yang berbentuk unik dan besar. Jaman dulu layar handphone hanya bisa 1

warna atau sedikit.ringtone nya masih pollyphonic.Belum bisa mengunakan lagu sebagai
nada sambung dan perkembangan yang semakin maju.
Pada industri ponsel, dapat di lihat fenomena terlihat dengan semakin banyaknya perangkat
ponsel yang penuh dengan berbagai ragam kemampuan multimedia, dan bahkan pada modelmodel tertentu sudah bisa menjadi fungsi komputer dengan kecepatan komputasi yang setara
ketika komputer pertama kali digunakan secara massal oleh konsumen. di antara
perkembangan kedua teknologi ini adalah persoalan desain. Rancangan desain ponsel
sekarang ini beribu macam, dari yang sederhana sebagai sebuah ponsel belaka sampai
tercanggih.Contohnya saja untuk handphone jaman sekarang,banyak ang sudah dilengkapi
oleh kecanggihan teknoogi seperti MMS,3G,GPRS,ringtone ujuga semakin canggih(bisa
mengunakan MP3 sebagai ringtone),warna untuk layar semakin banyak,dan untuk sekarang
ini nada sambung handphone bia mengunakan sesuai dengan yang kita inginkan.
• MMS : seperti pesan text biasa,tetapi untuk MMS dapat melakukan pengiriman pesan
beserta gambar.
• 3G : telepon dengan lawan bicara,tetapi bisa di lakukan secara tatap muka.(dan sekarang

untuk handphone yang lebih canggih dilengkapi 3,5G dan 4G).
• GPRS : untuk internet,membuka email.
Dengan semakin maju perkembangan teknologi handphone semakin membantu oran-orang
dalam melakukan segala aktifitas,karena handphone dapat dikatakan sebagai indenditas
seseorang.
Sekarang ini perkembangan teknologi ponsel sangatlah menjajikan apabila dilihat dari dunia
bisnis. Mereka memanfaatkan ide-ide kreatif mereka dengan hanya mengeluarkan modal
yang tidak banyak tapi bisa menghasilkan keuntungan yang sebanyak-banyaknya.Seperti
yang kita ketahui sekarang ini banyak sekali game-game yang bisa di download ke hp kita
dengan mudahnya. Hanya dengan tinggal mengirimkan sms seharga kurang-lebih 2000
rupiah kita bisa mendapatkan game yg kita mau. Ataupun lagu-lagu yang baru-baru untuk
dijadikan ringtone.
Ataupun sekarang ini kita juga bisa mendownload foto-foto artis, mendapatkan sms dari artis
favorit kita dengan hanya mengirimkan sms saja. Tidak hanya untuk hiburan saja kita juga
bisa mendapatkan informasi atau berita dengan cara berlangganan maka tiap hari provider
akan mengirimkan berita terbaru yang kita inginkan. jadi dengan adannya bisnis ini, seperti
terjadi adanya simbiosis mutualisme antara pengguna seluler dengan provider pasalnya
dengan mengeluarkan uang kurang lebih 2000 kita juga akan mendapatkan informasiinformasi yang kita inginkan, seperti selebritis, berita, pendidikan sampai ramalan sehinga

masing-masing pihak mendapatkan keuntungannya masing-masing. Tetapi tidak semua

provider berlaku jujur karena terkadang walaupun kita telah memutuskan untuk tidak
melanjutkan berlanganan lagi, tetapi mereka tetap memotong pulsa kita. Jadi kita sebagai
konsumen harus pintar-pintar memilih.
http://wisatapikiran.blogspot.co.id/2013/06/pengaruh-handphone-terhadap-intekasi sosial.html

DAMPAK PENGGUNAAN TELEPON GENGGAM TERHADAP PERILAKU SISWA
A.

Latar

Belakang

Masalah

Pertumbuhan pengguna telepon genggam di Indonesia sangat luar biasa. Bila total penduduk
Indonesia tahun 2009 adalah 245 juta berarti separuh penduduk Indonesia saat ini merupakan
pengguna telepon genggam. Dapat dibayangkan, coverage pasar global saja pada 1998 terdapat
sekitar 200 juta user seluler di seluruh dunia, tahun 2004 jumlahnya membengkak jadi 1,6 miliar
customer. Kemudian, tahun 2006 meningkat lagi menjadi sekitar 2,6 miliar user seluler. Angka ini
diprediksi tumbuh 20% menjelang 2015. Rasanya, tidak ada produk maupun perangkat teknologi

yang lain mengalahkan teknologi mobile atau telepon genggam dalam Majalah SWA Marketing
(SWA

Media

Inc.)

Perkembangan teknologi yang memungkinkan seseorang berinteraksi secara personal, seperti telepon
genggam, PDA dan sebagainya. Saat ini jumlah pengguna telepon genggam di Indonesia mencapai
110 juta. Penggunanya mulai dari usia anak-anak hingga dewasa. Menurut sebuah survey (Majalah
Swa dan Indosat, 2009), pengguna paling besar adalah kalangan pelajar. Fitur-fitur yang ditawarkan
kepada segmen ini sangat bervariatif sehingga mendorong segmen ini untuk menggunakan
layanannya

secara

aktif.

Namun, hal yang menarik dari kenyataan ini adalah penggunaan telepon genggam yang sudah
merebak di kalangan anak-anak, sehingga timbul anggapan bagi mereka sebagai wacana yang

cenderung negatif menanggapi pernyataan tersebut, misalnya mereka (anak-anak) dinilai “ikutikutan” terhadap tren saja, sedangkan tidak terlihat mereka membutuhkan telepon genggam itu dari
segi

fungsionalnya.

Sedangkan jika kita lihat dari segi positifnya, misalnya tumbuhnya kesadaran anak untuk bertanggung
jawab terhadap kepercayaan yang diberikan oleh orang tua untuk menggunakan dan merawat barang
berharga, dapat menjadi salah satu parameter perkembangan psikologinya. Dininya usia anak

diperkenalkan terhadap teknologi juga dapat dinilai suatu dampak yang sangat positif, karena dengan
demikian mereka dapat secara kreatif mengenal fitur-fitur tertentu serta dapat langsung
menggunakannya.
Banyak hal yang dapat diperhatikan dari fenomena ini. Misalnya adalah jika dilihat dari segi sosial,
kesenjangan akan sangat terlihat antara anak yang berasal dari keluarga mampu secara finansial dan
yang tidak dalam suatu komunitas di sekolahnya. Penggunaan telepon genggam secara tidak langsung
juga

dinilai

dapat


mempengaruhi

lingkungan

pergaulan

anak-anak.

Dalam teori Behaviorisme dijelaskan bahwa perkembangan perilaku individu selalu mengikuti aturan
stimulus – respons. Stimulus dapat diartikan sebagai hal yang memicu individu untuk berbuat sesuatu,
sedangkan respons merupakan reaksi terhadap pemicu/stimulus yang membentuk perilaku dari
individu yang bersangkutan. Individu tidak dianggap berperan dalam menentukan perilakunya, karena
tingkah laku (respon) memerlukan pengkondisian (stimulus) sebagai pemicu. Tingkah laku tersebut
dapat

pula

tumbuh

dari

hasil

pengamatan

lingkungan

sekitar.

Keberhasilan telepon genggam menggerogoti pikiran orang, tidak disadari imperialisme budaya pun
merajalela. Mereka merasa percaya diri jika memiliki telepon genggam dan seolah-olah menyatakan
dirinya “saya orang modern, saya orang teknologi”. Budaya tradisional semakin jauh ketinggalan oleh
gaya hidup mewah. Awalnya, teknologi diciptakan untuk mempermudah setiap kegiatan manusia.
Lahir dari pemikiran manusia yang berusaha untuk mempermudah kegiatan-kegiatannya yang
kemudian diterapkan dalam kehidupan. Kini teknologi telah berkembang pesat dan semakin maju
seiring

dengan

perkembangan

zaman

sehingga

terjadi

pengalihan

fungsi

teknologi

Schramm (2007), menyatakan bahwa kegiatan komunikasi juga bisa dilihat dari kedudukan fenomena
dalam kehidupan sosial. Komunikasi pada dasarnya membuat individu menjadi bagian dari
lingkungan

sosial.

(http://gunheryanto.blogspot.com/).

Rogers dan Kincaid dalam Panuju (1997:102) menggambarkan terbentuknya suatu realitas sosial
(social reality) akibat proses komunikasi, yakni berupa saling pengertian (mutual understanding),
kesempatan

bersama,

(mutual

agreement),

dan

tindakan

bersama

(collective

action).

Berkaitan dengan keterlibatan media komunikasi dalam proses perubahan sosial masyarakat tersebut
di atas, Nurudin (2004:83) mengatakan bahwa media komunikasi (telepon genggam) telah mengubah
perilaku komunikasi masyarakat Indonesia. Dikatakan pula bahwa perkembangan baru dalam sistem
komunikasi di Indonesia terutama yang berkaitan dengan penggunaan telepon genggam, antara lain:
(1) komunikasi melalui telepon genggam adalah bentuk revolusi komunikasi yang sedang melanda

Indonesia, (2) komunikasi telepon genggam telah menurunkan minat baca masyarakat, (3) komunikasi
telepon genggam telah memunculkan praktik bisnis ilegal, (4) fenomena komunikasi dengan
menggunakan telepon genggam tidak mengindahkan etika dalam penggunaanya, (5) penggunaan
telepon genggam di Indonesia lebih digunakan untuk gaya hidup bukan untuk kebutuhan hidup.
Perkembangan teknologi telepon genggam di kalangan siswa, ini merupakan suatu kebanggaan bagi
orang tua, karena punya anak yang tidak ketinggalan zaman. Orang tua menyadari akan pentingnya
telepon genggam bagi anaknya dengan berbagai alasan. Sehingga telepon genggam dewasa ini bukan
lagi kebutuhan sekunder, melainkan kebutuhan primer. Pergeseran nilai terhadap telepon genggam
merupakan masalah bagi dunia pendidikan, utamanya jika telepon genggam diberi kebebasan
penggunaanya

di

lingkungan

sekolah.

Perkembangan penggunaan telepon genggam di kalangan siswa sangat pesat bahkan sudah menjadi
kebutuhan sehari-hari dalam hidupnya. Hal ini yang mendorong penulis untuk melakukan penelitian
tentang dampak penggunaan telepon genggam terhadap perilaku siswa SMA Negeri 6 Kendari dengan
harapan dapat memperoleh suatu kesimpulan berlandaskan teori atau ilmu terkait serta informasi yang
peneliti

B.

dapatkan

pada

saat

Rumusan

penelitian

berlangsung.

Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan yang dikaji dan diteliti adalah Bagaimana
dampak yang ditimbulkan dari penggunaan telepon genggam terhadap perilaku siswa?

C.

Tujuan

Penelitian

Bertolak masalah di atas maka tujuan penelitian penelitian ini adalah untuk medekripsikan dampak
penggunaan telepon genggam terhadap perilaku siswa SMA Negeri 6 Kendari ditinjau dari dimensi :
1. Dampak positif dan negatif terhadap perilaku siswa yang hubungannya masalah pendidikan.

2. Dampak positif dan negatif terhadap perilaku siswa yang hubungannya tentang kesehatan.
3. Dampak positif dan negatif terhadap perilaku siswa yang hubungannya kondisi social.

D.

Manfaat

Manfaat

yang

diperoleh

1.
1.1.

Penelitian

dalam

penelitian

ini

adalah:

Manfaat
Dapat

menjadi

masukan

Teoritik

bagi

peneliti

lain

yang

relefan.

1.2. Dapat menjadi bahan pertimbangan bagi peneliti umumnya, penulis khususnya untuk
ditingkatkan ke penelitian lebih luas tentang dampak penggunaan telepon genggam dengan aspek lain
dan

dimensi

yang

2.

lebih

luas.

Manfaat

Praktik

2.1. Menjadi masukan kepada pengambil kebijakan tentang penggunaan telepon genggam bagi siswa
baik

di

sekolah

maupun

di

luar

sekolah.

2.2. Menjadi masukan kepada orang tua dalam mengambil keputusan untuk pemilikan telepon
genggam

kepada

anak

yang

masih

mengikuti

pendidikan

sesuai

peruntukannya.

2.3. Menjadi masukan kepada guru untuk mengambil kebijakan dalam penggunaan telepon genggam
sesuai

peruntukannya.

2.4. Dapat menjadi pertimbangan pemanfaatan telepon genggam sebagai media pembelajaran atau
yang

dikenal

sebagai

M-Learning.

BAB

II

KAJIAN

PUSTAKA

A.

Konsep

Teknologi

Kemajuan teknologi saat ini tidak bisa dipisahkan dari kehidupan masyarakat. Berbagai informasi
yang terjadi di berbagai belahan dunia kini telah dapat langsung kita ketahui berkat kemajuan
teknologi, karena cepatnya akses informasi di berbagai belahan dunia membuat dunia ini seolah-olah
semakin sempit dikarenakan kita dapat melihat apa yang terjadi di Indonesia bahkan dunia, meskipun
kita

berada

di

tempat

yang

berbeda

.

Tentu kemajuan teknologi ini menyebabkan perubahan yang begitu besar pada kehidupan umat
manusia dengan segala peradaban dan kebudayaannya. Perubahan ini juga memberikan dampak yang
begitu besar terhadap transformasi nilai-nilai yang ada di masyarakat. Khususnya masyarakat dengan
budaya dan adat ketimuran seperti Indonesia. Saat ini, di Indonesia dapat kita saksikan begitu besar
pengaruh kemajuan teknologi terhadap nilai-nilai kebudayaan yang di anut masyarakat, baik
masyarakat perkotaan maupun pedesaan (modernisasi). Kemajuan teknologi seperti televisi, telepon
dan telepon genggam (HP), bahkan internet bukan hanya melanda masyarakat kota, namun juga telah
dapat

dinikmati

oleh

masyarakat

di

pelosok-pelosok

desa.

Akibatnya, segala informasi baik yang bernilai positif maupun negatif, dapat dengan mudah di akses
oleh masyarakat. Dan di akui atau tidak, perlahan-lahan mulai mengubah pola hidup dan pola
pemikiran masyarakat khususnya masyarakat pedesaan dengan segala image yang menjadi ciri khas
mereka.
Kata teknologi berasal dari bahasa Latin yang berakar dari kata texere, yang artinya menyusun atau

membangun. Pengertian teknologi tidak dapat dibatasi hanya pada penggunaan peralatan mesin,
meskipun dalam arti sempit dalam percakapan sehari-hari istilah tersebut sering digunakan.
Teknologi adalah “a desain for instrumental action that reduces the uncertainty in cause-effect
relationships involve in achieving a desired outcome” Roger (Agung Nugroho, 2010: 2). Teknologi
merupakan sebuah perangkat untuk membantu aktivitas kita dan dapat mengurangi ketidakpastian
yang disebabkan oleh hubungan sebab akibat yang melingkupi dalam mencapai suatu tujuan.
Sebutan teknologi komunikasi dan teknologi informasi sering saling dipergantikan, kendati
komunikasi

dan

informasi

memiliki

makna

yang

berbeda.

Menurut Ashadi Siregar dalam makalahnya tahun 2001 yang berjudul” Negara, Masyarakat dan
Teknologi Informasi”, membandingkan teknologi komunikasi dan teknologi informasi. Yang pertama
memiliki fokus kajian terhadap teknologi yang membuat perubahan model komunikasi dalam
masyarakat,sedang yang kedua melihat teknologi yang mempengaruhi format dan signifikansi
informasi bagi penggunanya. Teknologi pada satu sisi, melalui perubahan model komunikasi
mengubah struktur masyarakat (secara makro), dan pada sisi lain mengubah cara-cara pemanfaatan
Informasi

(secara

mikro).

Teknologi komunikasi sekarang telah berhasil mengintergrasikan teknologi komunikasi, teknologi
informasi dan teknologi multimedia atau teknologi telematika. Ketika teknologi tersebut berjalan
sendiri-sendiri tentunya dampak yang dihasilkan belum sebesar apabila bersatu seperti sekarang.
Bervariatifnya pelayanan baru untuk mendapatkan informasi karena didukung teknologi
telekomunikasi

menjadi

keniscayaan.

Pelayanan baru tersebut pada hakekatnya adalah bertujuan untuk memenuhi kebutuhan manusia akan
informasi yang disajikan dalam berbagai bentuk. Karena manusia meng-encode dan men-decode
informasi menggunakan panca inderanya (mata, telinga, mulut, dan kulit), maka pelayanan inipun
berupaya

menyajikan

informasi

dalam

bentuk

gambar,

grafik,

teks,

suara.

Kemajuan iptek yang telah kita capai sekarang benar-benar telah diakui dan dirasakan memberikan
banyak kemudahan dan kenyamanan bagi kehidupan umat manusia. Namun, pada sisi lain, pesatnya
kemajuan iptek ternyata juga cukup banyak membawa pengaruh negatif. Semakin kuatnya gejala
"dehumanisasi", tergerusnya nilai-nilai kemanusiaan dewasa ini, merupakan salah satu dampak yang
dibawa kemajuan iptek tersebut. Bahkan, sampai tataran tertentu, dampak negatif dari peradaban yang
tinggi itu dapat melahirkan kecenderungan pengingkaran manusia sebagai homo-religious atau
makhluk

teomorfis.

Bagi masyarakat sekarang, iptek sudah merupakan suatu religion. Pengembangan iptek dianggap
sebagai solusi dari permasalahan yang ada. Sementara orang bahkan memuja iptek sebagai liberator
yang akan membebaskan mereka dari kungkungan kefanaan dunia. Iptek diyakini akan memberi umat
manusia

kesehatan,

kebahagian

dan

imortalitas.

Sumbangan iptek terhadap peradaban dan kesejahteraan manusia tidaklah dapat dipungkiri. Namun
manusia tidak bisa pula menipu diri akan kenyataan bahwa iptek mendatangkan malapetaka dan
kesengsaraan bagi manusia. Dalam peradaban modern yang muda, terlalu sering manusia terhenyak
oleh

disilusi

dari

dampak

negatif

iptek

terhadap

kehidupan

umat

manusia.

Kalaupun iptek mampu mengungkap semua tabir rahasia alam dan kehidupan, tidak berarti iptek
sinonim dengan kebenaran. Sebab iptek hanya mampu menampilkan kenyataan. Kebenaran yang
manusiawi haruslah lebih dari sekedar kenyataan obyektif. Kebenaran harus mencakup pula unsur
keadilan. Tentu saja iptek tidak mengenal moral kemanusiaan,oleh karena itu iptek tidak pernah bisa
mejadi

standar

kebenaran

ataupun

solusi

dari

masalah-masalah

kemanusiaan.

Dari segala dampak terburuk perkembangan iptek adalah dampak terhadap perilaku dari manusia.
Iptek telah membuat orang dihinggapi sikap over confidence dan superioritas tidak saja terhadap alam
lingkungan melainkan pula terhadap sesamanya. Eksploitasi terhadap alam dan dominasi pihak yang
kuat (negara Barat) terhadap pihak yang lemah (negara dunia ketiga) merupakan ciri yang melekat
sejak

lahirnya

revolusi

industri.

Selain itu, juga terungkap perkembangan IPTEK pada hari Komunikasi Sosial se-Dunia ke-43 tanggal
24 Mei 2009 di Vatican, Paus Benediktus XVI menyampaikan pesannya bagi seluruh umat Katolik
dengan tema; "Teknologi Baru, Relasi Baru: Memajukan Budaya menghormati, Dialog dan
Persahabatan". Tema ini kiranya berangkat dari keprihatinan Paus bersama kita atas segala
penyimpangan dan penyalahgunaan manusia. Kekeliruan dalam membuat penilaian, keputusan, dan
pilihan terhadap fungsi dasar dan tujuan utama media komunikasi telah menghadirkan berbagai
dampak

negatif

dalam

kehidupan

manusia

sendiri

(http://www.wikimu.com,

2009).

Pada satu sisi, perkembangan dunia iptek yang demikian mengagumkan itu memang telah membawa
manfaat luar biasa bagi kemajuan peradaban umat manusia. Jenis-jenis pekerjaan yang sebelumnya
menuntut kemampuan fisik cukup besar, kini relatif sudah bisa digantikan oleh perangkat mesinmesin otomatis. Sistem kerja robotis telah mengalihfungsikan tenaga otot manusia dengan
pembesaran dan percepatan yang menakjubkan. Begitupun dengan telah ditemukannya formulasiformulasi baru aneka kapasitas komputer, seolah sudah mampu menggeser posisi kemampuan otak

manusia

dalam

berbagai

bidang

ilmu

dan

aktivitas

manusia.

B.

Komunikasi

Kata atau istilah komunikasi (dari bahasa Inggris “comunication”),secara etimologis atau menurut
asal katanya adalah dari bahasa Latin comunicatus, dan perkataan ini bersumber pada kata comunis
Dalam kata comunis ini memiliki makna ‘berbagi’ atau ‘menjadi milik bersama’ yaitu suatu usaha
yang

memiliki

tujuan

untuk

kebersamaan

atau

kesamaan

makna.

Komunikasi secara terminologis merujuk pada adanya proses penyampaian suatu pernyataan oleh
seseorang kepada orang lain. Jadi dalam pengertian ini yang terlibat dalam komunikasi adalah
manusia. Karena itu merujuk pada pengertian Ruben dan Steward (1998:16) mengenai komunikasi
manusia yaitu; human communication is the process through which individuals –in relationships,
group, organizations and societies-respond to and create messages to adapt to the environment and
one

another.

Komunikasi manusia adalah proses yang melibatkan individu-individu dalam suatu hubungan,
kelompok, organisasi dan masyarakat yang merespon dan menciptakan pesan untuk beradaptasi
dengan

lingkungan

satu

sama

lain.

Prepared

by

Nurhablisyah.

Untuk memahami pengertian komunikasi tersebut sehingga dapat dilancarkan secara efektif dalam
Effendy (1994:10) bahwa para peminat komunikasi sering kali mengutip paradigma yang
dikemukakan oleh Harold Lasswell dalam karyanya, The Structure and Function of Communication
in Society. Lasswell mengatakan bahwa cara yang baik untuk menjelaskan komunikasi ialah dengan
menjawab pertanyaan sebagai berikut: Who Says What In Which Channel To Whom With What
Effect?
Paradigma Lasswell di atas menunjukkan bahwa komunikasi meliputi lima unsur sebagai jawaban
dari pertanyaan yang diajukan itu,yaitu; (1) Komunikator (siapa yang mengatakan?), (2) Pesan
(mengatakan apa?), (3) Media (melalui saluran/ channel/media apa?), (4) Komunikan (kepada siapa?),
(5)

Efek

(dengan

dampak/efek

apa?).

Berdasarkan paradigma Lasswell tersebut, secara sederhana proses komunikasi adalah pihak
komunikator membentuk (encode) pesan dan menyampaikannya melalui suatu saluran tertentu kepada
pihak

penerima

yang

menimbulkan

efek

tertentu.

Menurut lexicographer, komunikasi adalah upaya yang bertujuan berbagi untuk mencapai
kebersamaan (Nurhablisyah 2009). Dari berbagai sumber, dua orang berkomunikasi maka
pemahaman yang sama terhadap pesan yang saling dipertukarkan adalah tujuan yang diinginkan oleh
keduanya. Webster’s New Collegiate Dictionary edisi tahun 1977 antara lain menjelaskan bahwa
komunikasi adalah suatu proses pertukaran informasi diantara individu melalui sistem lambanglambang,

tanda-tanda

atau

tingkah

laku.

Ilmu komunikasi sebagai ilmu pengetahuan sosial yang bersifat multidisipliner, tidak bisa
menghindari perspektif dari beberapa ahli yang tertarik pada kajian komunikasi, sehingga definisi dan
pengertian komunikasi menjadi semakin banyak dan beragam. Masing-masing mempunyai penekanan
arti, cakupan, konteks yang berbeda satu sama lain, tetapi pada dasarnya saling melengkapi dan
menyempurnakan

makna

komunikasi

sejalan

dengan

perkembangan

ilmu

komunikasi.

Penyalahgunaan terhadap azas manfaat dan nilai guna dari media komunikasi sedang mengancam
proses komunikasi manusia karena mentalitas konsumtif dan hedonis yang berdampak pada kesalahan
pengambilan keputusan dan pilihan seeara tidak bijaksana terhadap tawaran media komunikasi.
Dewasa ini satu orang bisa memiliki dua atau tiga telepon genggam, dua atau tiga nomor telepon
genggam. Kalau memiliki telepon genggam yang tidak "gaul" dikatakan ketinggalan zaman.
Dalam keluarga-keluarga kaya misalnya, masing-masing anggota memiliki TV di dalam karnar yang
menghambat komunikasi efektif dan intensif antaranggota keluarga. Menurut pertanyaan di atas,
"media komunikasi yang dimiliki benar-benar sebagai sarana komunikasi atau sekadar pamer?"
Media-media

komunikasi

kerap

dijadikan

sarana

untuk

memuaskan

egoisme

pribadi.

Oleh karena itu, dalam menghadapi fenomena ini pemerintah dianggap perlu mengembangkan suatu
sistem pendidikan yang berbasis pada perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tersebut.
Tujuannya sangat sederhana, membuat pelajar-pelajar di negeri kita dapat bersaing dan mengejar
ketertinggalan dari pelajar di negeri maju tanpa perlu kehilangan nilai-nilai kemanusian dan budaya
yang kita miliki. Atau dengan kata lain, peserta didik di jenjang pendidikan dasar perlu diarahkan dan
dibekali pendidikan teknologi guna menuju masyarakat yang "melek teknologi" yaitu bercirikan
mampu mengenal, mengerti, memilih, menggunakan, memelihara, memperbaiki, menilai,
menghasilkan produk teknologi sederhana, dan peduli terhadap masalah yang berkaitan dengan
teknologi.
Dari pendapat tersebut nampaknya terdapat kesamaan misi dan visi yang didasarkan pada kenyataan
bahwa dunia nyata yang akan dihadapi oleh para peserta didik penuh dengan persaingan. Oleh karena

itu, peserta didik perlu dibekali kemampuan guna mengantisipasinya dan dapat mencari alternatif
penyelesaian

masalah

kehidupan

yang

dihadapinya.

Perkembangan teknologi satu sisi memberi kemudahan manusia termasuk anak-anak atau pelajar,
namun disisi lain juga mempunyai sisi negatif terhadap anak-anak. Seperti perkembangan teknologi
foto dan video dari telepon genggam yang beredar di internet meningkat jumlahnya. Ini menjadi wajar
karena telepon genggam berkamera dan video telah menyandang predikat “HP sejuta umat.” Sebagian
besar dari “sejuta umat” adalah kalangan generasi muda hingga berumur 18 tahun merupakan
pengadopsi awal (early adopter) dari berbagai produk teknologi. Dengan teknologi ini semakin
berkembang kecenderungan mereka membuka materi yang tidak pantas dilihat orang kebanyakan. Hal
ini

membuat

anak

menjadi

tersangka

utama

sekaligus

korban

dari

kasus-kasus

ini.

Pelaku ataupun korban dalam kasus di atas sesungguhnya hanyalah korban dari sisi negatif teknologi.
Semua ini terjadi, secara tidak langsung, atas izin orang tua yang membebaskan pengadopsian
teknologi tanpa pendampingan. Banyak bukti sisi negatif teknologi yang tidak disadari beredar di
hadapan

orangtua.

Tidak ada satu pun orang dewasa yang memperhatikan bagaimana anak-anak itu berinteraksi dengan
kawan-kawannya. Kondisi nyata di masyarakat merupakan sebuah interaksi yang sangat mirip dengan
acara-acara perburuan dan penyergapan terhadap para penjahat yang acap kali disiarkan di televisi.
Memang sebagian besar keluarga di Indonesia masih menempatkan televisi di ruang keluarga. Lebih
parahnya lagi para orangtua yang menempatkan televisi di kamar anak-anaknya karena mereka telah
meletakkan racun pikiran tepat di jantung sasaran. Salah satu dampak negatif televisi adalah melatih
anak untuk berpikir pendek dan bertahan berkonsentrasi dalam waktu yang singkat (short span of
attention),

(http://4umit.wordpress.com

2010).

Sekarang banyak dijumpai anak-anak yang dicap malas belajar. Mungkin mereka bukan malas
belajar. Otak mereka sudah tidak mampu menyerap bahan pelajaran dalam jangka waktu lebih lama
dari jarak di antara dua spot iklan akibat pengkondisian acara televisi. Televisi begitu dahsyat
dampaknya, bagaimana dengan komputer, internet, telepon genggam, Video game dan sebagainya?
Menurut Paul C Saettler dari California State University, Sacramento, (http://madziatul.blogspot.com/
2009 ) hasil tersebut muncul karena banyak penelitian membandingkan pendidikan yang konvensional
dan yang dibantu teknologi tidak pernah berhasil melakukan perbandingan setara karena banyaknya
aspek yang tidak teramati. Satu hal yang pasti, interaksi anak dan komputer yang bersifat satu (orang)
menghadap

satu

(mesin)

mengakibatkan

anak

menjadi

tidak

cerdas

secara

sosial.

Seperti halnya televisi, meletakkan komputer dengan CD-ROM di dalam kamar anak sama
bahayanya. Hal ini, selain memungkinkan anak terlalu sibuk bermain game, komputer dengan CDROM memungkinkan masuknya VCD porno ke kamar anak tanpa sepengetahuan orangtua.
Untuk keluarga yang memiliki lebih dari satu komputer di rumah sangat disarankan untuk
membangun jaringan komputer rumah, di mana hanya komputer pusat yang terletak di ruang publik
yang memiliki CD-ROM agar pengaksesan CD-ROM ini dari kamar anak- anak dapat terawasi.
Akhir- akhir ini dampak VCD porno bajakan sungguh meresahkan. Hal ini diakibatkan begitu
mudahnya mendapatkan VCD bajakan dan memainkannya pada sebuah VCD player sehingga anak
balita

pun

mampu

mengoperasikan

untuk

menyaksikan

Teletubbies

kesayangannya.

Begitu juga dengan internet. Akses internet harus diletakkan di ruang publik untuk mencegah anak
menjadi korban predator pedofilia di internet atau perbuatan melanggar hukum yang tidak
disadarinya, seperti berbagi file secara ilegal (illegal file sharing). Kita tidak bisa mencegah anak
berinteraksi dengan internet karena di dalamnya banyak pula hal yang bermanfaat. Hasil penelitian
terakhir pun menyatakan tak ada satu peranti lunak pun yang mampu menggantikan tugas orangtua
mengawasi

kegiatan

anaknya

di

internet.

Seyogyanya orangtua tidak bersembunyi di balik ketidakmampuan mengadopsi teknologi. Orang tua
telah lebih banyak memakan asam garam hidup ini. Teknologi boleh berbeda, tetapi cara manusia
menggunakannya masih sama. Dahulu, isu mengenai seseorang berhubungan seks di luar nikah
beredar dari mulut ke mulut. Biasanya beredar saat pasangan tersebut putus dan diedarkan oleh pihak
yang sakit hati. Kini gosip itu beredar dalam rekaman video ataupun foto. lebih parah lagi, internet
mempercepat

peredarannya.

Sekali beredar di internet, akan susah menghapusnya. Pencegahannya sungguh merupakan hal yang
tidak berhubungan dengan teknologi sama sekali, yaitu pendampingan orangtua terhadap anak dalam
interaksi anak dengan teknologi dan proses internalisasi nilai-nilai positif kepada anak-anak oleh
orang tua. Memang anak lebih cepat beradaptasi dengan teknologi, tetapi orangtua pun memiliki nilai
lebih karena orangtua telah lebih dulu mengenyam berbagai pengalaman hidup. Kombinasi kedua hal
ini akan menjamin proses mengadopsi teknologi dalam kehidupan keluarga menjadi lebih positif.
Orangtua dan anak dapat meningkatkan kualitas waktu bersama dengan cara ini. Dengan demikian,
orangtua akan mampu mencegah kejahatan teknologi yang dapat memisahkan keluarga yang
dicintainya.
Selain pada anak-anak juga sisi negatif dari teknologi berpengaruh terhadap lingkungan. Seringkali

pembangunan di bidang teknologi dibenturkan dengan kerusakan lingkungan, sehingga terkadang
seolah-olah terjadi dua kutub, kutub yang pertama teknologi yang terkesan tak peduli lingkungan dan
kutub kedua pecinta lingkungan yang sinis terhadap kemajuan dan aplikasi teknologi. Teknologi
sebenarnya adalah cara dan usaha untuk meningkatkan kualitas hidup manusia. Teknologi adalah alat
bantu manusia untuk mengolah alam, mempermudah kegiatan dan lain sebagainya yang terkait
dengan kebutuhan manusia. Setiap aplikasi dari teknologi akan membawa manfaat bagi manusia di
satu sisi dan disisi yang lain juga membawa efek negatif baik bagi manusia ataupun bagi lingkungan.
Kendaraan misalnya, jika dahulu manusia harus menghabiskan waktu berhari- hari untuk berpindah
dari satu daerah ke daerah yang lain maka dengan kendaraan sebagai aplikasi teknologi, perjalanan itu
bisa ditempuh hanya dalam beberapa jam saja atau bahkan lebih cepat dari itu. Tetapi di balik
keuntungan itu penggunaan kendaraan yang dari waktu ke waktu semakin banyak dan makin beragam
juga ternyata menimbulkan efek negatif seperti polusi udara yang tidak hanya menimpa lingkungan
tetapi

juga

menyerang

kesehatan

manusia.

Di tingkat aplikasi teknologi yang lebih dekat dengan masyarakat umum seperti teknologi komunikasi
tidak jarang memberi dampak yang sangat berbahaya, baik dari sisi perkembangan perilaku anak
maupun dalam pengaruhnya terhadap kesehatan seperti radiasi tidak hanya menyebabkan kematian
tetapi juga penderitaan berkepanjangan dikarenakan mutasi gen sehingga manusia cacat seumur
hidupnya. Tampaknya antara efek positif dan negatif dari aplikasi teknologi seperti dua sisi mata uang
yang tak terpisahkan. Disinilah kecerdasan akal dan jiwa manusia teruji. Kecerdasan akal membuat
manusia berupaya keras untuk meminimalisir dampak negatif teknologi sampai taraf yang tidak
membahayakan atau dapat diterima sistem alami yang berlaku pada manusia ataupun alam.
Di sinilah terbukti bahwa kecerdasan akal saja tidak akan pernah cukup tanpa disertai kecerdasan
jiwa. Kecerdasan jiwa akan mengontrol manusia untuk tetap memelihara sifat-sifat kemanusiaannya
sehingga tidak terjadi penyimpangan menjadi sifat diliuar kemanusiannya yang menyebabkannya tega
memangsa sesama. Kata kunci tetap terletak pada manusia sedang teknologi hanyalah alat yang
dikendalikan

oleh

manusia.

D.

Konsep

Perilaku

1.

Pengertian

Perilaku

Dalam sebuah buku yang berjudul “Perilaku Manusia” Leonard F. Polhaupessy, menguraikan perilaku
ádalah sebuah gerakan yang dapat diamati dari luar, seperti orang berjalan, naik sepeda, dan
mengendarai motor atau mobil. Untuk aktifitas ini mereka harus berbuat sesuatu, misalnya kaki yang
satu

harus

diletakkan

pada

kaki

yang

lain.

Jelas

ini

sebuah

bentuk

perilaku.

Dalam buku lain diuraikan bahwa perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme (makhluk
hidup) yang bersangkutan. Oleh sebab itu, dari sudut pandang biologis semua makhluk hidup mulai
dari tumbuh-tumbuhan, binatang sampai dengan manusia itu berperilaku, karena mereka mempunyai
aktifitas masing-masing. Sehingga yang dimaksud perilaku manusia, pada hakikatnya ádalah tindakan
atau aktifitas manusia dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas antara
lain: berjalan, berbicara, tertawa, bekerja, kuliah, menulis, membaca dan sebagainya. Dari uraian di
atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud perilaku (manusia) ádalah semua kegiatan atau aktivitas
manusia, baik yang dapat diamati langsung maupun yang tidak dapat diamati pihak luar.
Skinner dalam Suryabrata (2000:89) merumuskan bahwa perilaku merupakan respon atau reaksi
seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Oleh karena perilaku ini terjadi melalui proses
adanya stimulus terhadap organisme, dan kemudian organisme tersebut merespon. Maka teori Skiner
disebut teori “S – O – R” atau Stimulus – Organisme – Respon. Skiner membedakan adanya dua
proses.
1) Respondent respon atau reflexive, yakni respon yang ditimbulkan oleh rangsangan-rangsangan
(stimulus) tertentu. Stimulus semacam ini disebut electing stimulation karena menimbulkan responrespon yang relatif tetap, misalnya: makanan yang lezat menimbulkan keinginan untuk makan, cahaya
terang menyebabkan mata tertutup, dan sebagainya. Respondent respon ini juga mencakup perilaku
emosional misalnya mendengar berita musibah menjadi sedíh atau menangis, lulus ujian meluapkan
kegembiraannya

dengan

mengadakan

pesta,

dan

sebagainya.

2) Operant respon atau instrumental respon, yakni respon yang timbul dan berkembang kemudian
diikuti oleh stimulus atau perangsang tertentu. Perangsang ini disebut reinforcing stimulation atau
reinforce, karena memperkuat respon. Misalnya apabila seorang petugas kesehatan melaksanakan
tugasnya dengan baik (respon terhadap uraian tugasnya atau job skripsi) kemudian memperoleh
penghargaan dari atasannya (stimulus baru), maka petugas kesehatan tersebut akan lebih baik lagi
dalam

melaksanakan

tugasnya.

Dilihat dari bentuk respon terhadap stimulus ini, maka perilaku dapat di bedakan menjadi dua yaitu:
(1) Perilaku tertutup ádalah respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung atau
tertutup (covert). Respon atau reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas pada perhatian, persepsi,
pengetahuan/kesadaran, dan sikap yang terjadi belum bisa diamati secara jelas oleh orang lain. (2)
Perilaku terbuka adalah respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau
terbuka. Respon terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktek (practice).
Dari uraian di atas, dapat dipahami bahwa perilaku adalah respon individu atau kelompok terhadap
lingkungan. Dalam fisiologi, perilaku manusia merupakan bagian penting dari perubahan fisik yang
menitikberatkan pada sifat dan karakteristik yang khas dari organ-organ atau sel-sel yang ada dalam
tubuh. Dalam kacamata ilmu sosial, perilaku atau perbuatan manusia merupakan manifestasi terhadap
pola-pola hubungan, dinamika, perubahan dan interaksi yang menitikberatkan pada masyarakat dan
kelompok sosial sebagai satu kesatuan, serta melihat individu sebagai bagian dari kelompok
masyarakat

(keluarga,

kelompok

sosial,

kerabat,

klien,

suku,

ras,

bangsa).

Di antara dua kelompok ilmu pengetahuan ini terdiri psikologi, yang membidangi individu dengan
segala bentuk aktivitasnya, perbuatan, perilaku dan kerja selama hidupnya. Kerangka analisis fisiologi
memberikan penjelasan mengenai macam-macam tingkah laku lahiriah, yang sifatnya jasmani.
Sedangkan manusia merupakan satu totalitas jasmani-rohani. Psikologi mempelajari bentuk tingkah
laku atau perilaku (perbuatan, aktivitas) individu dalam relasinya dengan lingkungannya.

2.

Faktor-faktor

yang

mempengaruhi

perilaku

Di atas telah dituliskan bahwa perilaku merupakan bentuk respon dari stimulus (rangsangan dari luar).
Hal ini berarti meskipun bentuk stimulusnya sama namun bentuk respon akan berbeda dari setiap
orang. Faktor-faktor yang membedakan respon terhadap stimulus disebut determinan perilaku.
Menurut Suryabarata (2000: 95) menjelaskan bahwa determinan perilaku dibedakan menjadi dua

yaitu: (1) faktor internal yaitu karakteristik orang yang bersangkutan yang bersifat given atau bawaan,
misalnya: tingkat kecerdasan, tingkat emosional, jenis kelamin, dan sebagainya. (2) faktor eksternal
yaitu lingkungan, fisik, ekonomi, politik, dan sebagainya. Faktor lingkungan ini sering menjadi faktor
yang

dominan

yang

mewarnai

perilaku

seseorang.

Rogers dalam Suryabarata, 2000:98 mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru
(berperilaku baru), di dalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yakni.
1) Awareness atau keasadaran, yakni orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui stimulus
(objek)

terlebih

2)

Interest,

yakni

orang

dahulu,

mulai

tertarik

kepada

stimulus,

3) Evaluation, yakni menimbang-nimbang baik dan tidaknya stimulus bagi dirinya. Hal ini berarti
sikap
4)

responden
Trial,

yakni

sudah
orang

lebih

telah

mulai

baik
mencoba

lagi,

perilaku

baru,

5) Adoption, yakni subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya
terhadap

stimulus.

Apabila penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku melalui proses seperti ini didasari oleh
pengetahuan, kesadaran, dan sikap yang positif maka perilaku tersebut akan menjadi kebiasaan atau
bersifat

langgeng

(long

lasting),

Suryabarata

(2000:102).

Menurut Suryabarata (1982:108) Dinamika perilaku individu, ditentukan dan dipengaruhi oleh:
1) Pengamatan atau penginderaan (sensation), adalah proses belajar mengenal segala sesuatu yang
berada di lingkungan sekitar dengan menggunakan alat indera penglihatan (mata), pendengaran
(telinga),

pengecap

(lidah),

pembau

(hidung),

dan

perabaan

(kulit,

termasuk

otot).

2) Persepsi (perception), adalah menafsirkan stimulus yang telah ada di otak atau pengertian individu
tentang situasi atau pengalaman. Ciri umum persepsi terkait dengan dimensi ruang dan waktu,
terstruktur, menyeluruh, dan penuh arti. Persepsi bersifat subjektif dan dipengaruhi oleh perhatian
selektif,

ciri-ciri

rangsangan,

nilai

dan

kebutuhan

individu,

serta

pengalaman.

3) Berpikir (reasoning), adalah aktivitas yang bersifat ideasional untuk menemukan hubungan antara

bagian-bagian pengetahuan. Berpikir bertujuan untuk membentuk pengertian, membentuk pendapat,
dan menarik kesimpulan. Proses berpikir kreatif terdiri dari: persiapan, inkubasi, iluminasi, dan
verifikasi.

Jenis

berpikir

3.

ada

dua,

yaitu

Pendekatan

berpikir

rendah

dan

tingkat

tentang

tinggi.

perilaku

Menurut Suryabarata (1982:110) Pendekatan tentang perilaku di kelompokan kedalam lima
pendekatan,

yaitu:

a. Pendekatan neurobiologis. Pendekatan ini berpendapat bahwa tingkah laku manusia pada dasarnya
dikendalikan oleh aktivitas otak dan sistem syaraf. Pendekatan neurobiologis berupaya mengaitkan
perilaku yang terlihat dengan impuls listrik dan kimia yang terjadi di dalam tubuh serta menentukan
proses

neurobiologi

yang

mendasari

perilaku

dan

proses

mental.

b. Pendekatan perilaku. Menurut pendekatan perilaku, pada dasarnya tingkah laku adalah respon atas
stimulus yang datang. Secara sederhana dapat digambarkan dalam model S – R atau Stimulus –
Respon. Ini berarti tingkah laku itu seperti reflek tanpa kerja mental sama sekali. Pendekatan ini di
pelopori oleh J.B. Watson kemudian dikembangkan oleh banyak ahli, seperti B.F. Skiner, dan
melahirkan

banyak

sub-aliran.

c. Pendekatan kognitif. Pendekatan kognitif menekankan bahwa tingkah laku adalah proses mental,
dimana individu (organisme) aktif dalam menangkap, menilai, membandingkan, dan menanggapi
stimulus sebelum melakukan reaksi. Individu menerima stimulus lalu melakukan proses mental
sebelum

memberikan

reaksi

atas

stimulus

yang

datang.

d. Pendekatan psikoanalisa. Pendekatan psikoanalisa dikembangkan oleh Sigmund Freud. Ia meyakini
bahwa kehidupan individu sebagian besar dikuasai oleh alam bawah sadar. Sehingga tingkah laku
banyak didasari oleh hal-hal yang tidak disadari, seperti keinginan, impuls, atau dorongan. Keinginan
atau dorongan yang ditekan akan tetap hidup dalam alam bawah sadar dan sewaktu-waktu akan
menuntut

untuk

dipuaskan.

e. Pendekatan fenomenologi. Pendekatan fenomenologi ini lebih memperhatikan pada pengalaman
subyektif individu karena itu tingkah laku sangat dipengaruhi oleh pandangan individu terhadap diri
dan dunianya, konsep tentang dirinya, harga dirinya dan segala hal yang menyangkut kesadaran atau
aktualisasi dirinya. Ini berarti melihat tingkah laku seseorang selalu dikaitkan dengan fenomena

tentang

dirinya.

2.

Manusia

menurut

aliran

behaviorisme

Manusia menurut aliran ini adalah homo mechanicus atau perilakunya digerakkan oleh
lingkungannya. Manusia berperilaku sebagai hasil belajar yaitu perubahan perilaku akibat pengaruh
dari lingkungannya. Dari sini timbul “teori belajar” dan teori “tabula rasa”. Manusia dalam teori
tersebut dian