Proposal Skripsi PPN Uci (1)
PROPOSAL
EVALUASI PENERAPAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI
(PPN) TAHUN 2011, 2012 DAN 2013 PADA PT. PABOLAK
ARTA UTAMA
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat dalam memperoleh Gelar Sarjana
Ekonomi
Oleh :
NAMA
: LUSIYANA SARI
NIM
: 3201110189
JURUSAN
: AKUNTASI
KOSENTRASI
: PAJAK
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS BUNG KARNO
2014
TANDA PERSETUJUAN PROPOSAL
Proposal dengan judul EVALUASI PENERAPAN PAJAK PERTAMBAHAN
NILAI (PPN) TAHUN 2011, 2012 DAN 2013 PADA PT. PABOLAK ARTA
UTAMA
Disusun oleh
:
Nama
: Lusiyana Sari
NIM
: 3201110189
Jurusan
: Akuntasi
Telah disetujui untuk diajukan Seminar di hadapan Tim Penelahaan/Penguji.
Jakarta, 17 Desember 2014
Pembimbing I
( Edi Komara,SE.,M.Si. )
Pembimbing II
( Abdillah Hamdi R,SE.,MM. )
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pajak merupakan salah satu sumber utama pendapatan Pemerintah dalam
melaksanakan pembangunan Negara. Peran pajak bagi Negara di Indonesia
dibedakan dalam dua fungsi utama yaitu fungsi anggaran (budgetair) dan fungsi
mengatur (regulered). Dalam fungsi anggaran (budgetair) , pajak merupakan
salah satu sumber pendapatan Negara, untuk menjalankan tugas-tugas rutin
Negara dan melaksanakan pembangunan. Pajak merupakan kewajiban yang harus
dibayar oleh masyarakat baik pribadi maupun badan dari pendapatan atau
penghasilannya kepada pemerintah yang ditujukan untuk kegiatan pembangunan
di segala bidang.
Peningkatan penerimaan negara dari sektor perpajakan memegang peranan
penting di negara kita. Melalui penerimaan negara atas pembayaran pajak yang
dilakukan masyarakat, pemerintah akan mampu membiayai segala keperluan rutin
penyelenggaraan pemerintahan dan juga untuk menyediakan berbagai sarana
maupun prasarana yang dibutuhkan dalam pelaksanaan pembangunan.
Di Negara ini juga terdapat begitu banyak jenis pajak yang tentu saja hal
ini dapat menambah pendapatan Negara dan dengan begitu banyak jenis pajak
yang ada di Indonesia , salah satunya adalah Pajak Pertambahan Nilai yang
merupakan salah satu pajak yang menyumbangkan pendapatan Negara yang bisa
dikatakan besar bagi Negara.
Pada saat ini, PPN telah menjadi salah satu pajak yang sangat
mempengaruhi pembangunan negara karena PPN selalu ada di setiap transaksi
penjualan maupun pembelian barang selain itu juga terdapat di dalam penggunaan
jasa baik secara langsung maupun tidak langsung dan semua ketentuan itu juga
harus sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Di dalam objek
PPN juga ada 2 jenis yaitu Barang Kena Pajak atau yang biasa dikenal dengan
BKP dan Jasa Kena Pajak atau yang biasa dikenal dengan JKP. Dan dalam
pelaksanaannya ada tata cara yang mengaturnya berupa kapan saat penyetoran dan
pelaporannya serta dan bagaimana melaksanakan kewajibannya. Misalnya,
Sebagai Pajak Tidak Langsung, beban pembayaran pajaknya dipikul oleh
konsumen, namun penanggung jawab atas penyetoran PPN ke Kas Negara
dibebankan kepada penjual. Dengan kata lain dalam mekanisme pemungutan
PPN, pemikul beban pembayaran PPN dan penanggung jawab penyetoran PPN ke
Kas Negara adalah pihak yang berbeda. Faktur Pajak yang diterbitkan oleh
penjual, digunakan sebagai bukti pungutan atas PPN terutang, ketika menjual
Barang Kena Pajak (BKP) atau Jasa Kena Pajak (JKP) kepada pembeli atau
penerima BKP atau JKP. Selanjutnya penjual wajib menyetorkan setiap PPN yang
dipungut dalam setiap Masa Pajak ke Kas Negara. Sedangkan kewajiban pembeli
adalah membayar PPN terutang yang tercantum dalam faktur pajak kepada
penjual. Faktur pajak itu bagi pembeli adalah bukti pembayaran pajak. Hal ini
beda dengan mekanisme penarikan Pajak Langsung seperti PPh, dimana orang
pribadi atau badan sebagai pemikul beban pembayaran pajak juga dibebani
tanggung jawab atas penyetorannya ke Kas Negara.
Dengan adanya prinsip Pajak Pertambahan Nilai pada dasarnya sebagai
pajak konsumsi dalam Daerah Pabean Negara kesatuan Republik Indonesia,
Pengenaan Pajak Pertambahan Nilai pada dasarnya meliputi seluruh penyerahan
barang dan jasa. Namun berdasarkan pertimbangan social, ekonomi dan budaya
perlu untuk tidaknya mengenakan Pajak Pertambahan Nilai terhadap barang dan
jasa tertentu. Hal tersebut dimaksudkan untuk mendorong kegiatan ekonomi dan
kestabilitas sosial. Misalnya, yang dikenai pajak adalah barang-barang atau jasa
yang dikonsumsi, bukan barang-barang dalam proses produksi, dan ditujukan
pada konsumen akhir. Selama barang-barang itu masih dalam siklus produksi atau
distribusi, pengenaan PPN pada area itu bersifat sementara yang dapat dibebankan
kepada pembeli berikutnya, melalui mekanisme pengkreditan pajak masukan.
Dalam penjelasan atas Undang-undang PPN, ditegaskan bahwa PPN adalah pajak
atas konsumsi barang dan jasa di dalam daerah pabean yang dikenakan secara
bertingkat pada setiap jalur produksi dan distribusi.
Namun dalam kenyataannya, masih saja banyak Wajib Pajak (WP) yang
tidak menyadari pentingnya melaksanakan kewajiban ini khususnya pada Pajak
Pertambahan Nilai (PPN). Salah satu penyebabnya adalah masyarakat kurang
menyadari arti pentingnya membayar pajak dan kurang memahami tata cara
pelaksanaan kewajiban perpajakannya dan pengaruhnya terhadap penerimaan
perpajakan sebagai sumber utama penerimaan Negara. Dengan adanya kesadaran
terhadap pembangunan negara, maka Wajib Pajak (WP) akan melaksanakan
kewajiban perpajakannya dengan teratur sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Adapun beberapa peneliti sebelumnya telah melakukan penelitian yang
sama dengan penulis :
Penelitian
Anggita
Mayfrina
Purnamasari
Judul Peneliti
Metode
Kesimpulan
Analisis
Penerapan Analisis Data Dalam setiap Masa Pajak tidak
Analisis
Dwi Pajak
Pertambahan Kuantitatif
Nilai pada PT. APCO
(2012)
dilakukan
penyesuaian
(adjustment) terhadap nilai PPN
Keluaran dan PPN Masukan
yang dikreditkan maupun PPN
Massukan
karena
yang
dibiayakan
setiap
bulannya
Perusahaan mengalami Kurang
Bayar.
Lili Syafitri
Analisis
(2013)
dan
Dyah
Perhitungan Analisis Data Dalam pengisian SPT Masa PPN
pelaporan
Pajak Kualitatif
untuk pelaporan masih terdapat
Pertambahan Nilai pada
kekeliruan,
CV. Family
Analisis
pembetulan SPT.
Pajak
Pertambahan
Pengaruh Analisis
seperti
adanya
Nilai
Ayuningtyas tria Pengenaan
Pajak exploratory
berpengaruh secara signifikan
Hapsari
Pertambahan
Nilai research
terhadap daya beli konsumen.
(2010)
(PPN)
Pajak
PPN
dan
dengan
tariff
10%
Penjualan atas Barang
menyebankan masyarakat yang
Mewah
mengkonsumsi suatu barang atau
Terhadap
(PPNBM)
Daya
Beli
Konsumen pada Barang
jasa secara langsung dikenakan
PPN tersebut.
elektronika
Dwi Nova Astria Evaluasi
(2010)
Pelaksanaan
atas Analisis
Prosedur Deskriftif
Penagihan
Jakarta
Gambir
Dua
telah
Pajak
melakukan prosedur penagihan
Badan
pajak Penghasilan Badan sesuai
pada kantor Pelayanan
dengan Undang-undang Nomor
Pajak Pratama Jakarta
19 tahun 2000 tentang Penagihan
Gambir Dua
Pajak
Penghasilan
Cindy
Kantor Pelayanan Pajak Pratama
R.E Analisis
Dengan
Surat
Paksa
Penerapan Analisis
meskipun belum maksimal
Perhitungan
PPN
pada
Pertambahan Deskriftif
perusahaan telah sesuai UU PPN
Lalujan
Pajak
(2013)
Nilai Pada PT. Agung
No.42 tahun 2009, baik dalam
Utara Sakti Manado
pencatatannya dan pelaporannya.
Dalam hal pelunasan kewajiban
pajak pembayaran selalu tepat
waktu dan tidak pernah terlambat
dan
demikian
juga
dengan
penyampaian SPT Masa PPN
Dengan latar belakang masalah diatas, penulis ingin melakukan penelitian
lebih lanjut dengan mengangkat judul : “EVALUASI PENERAPAN PAJAK
PERTAMBAHAN NILAI (PPN) TAHUN 2011, 2012 DAN 2013 PADA PT.
PABOLAK ARTA UTAMA”
1.1.
Masalah Penelitian
Berdasarkan latar belakang terrsebut maka permasalahan dalam penelitian ini
Adalah :
1. Apakah penerapan perhitungan, penyetoran dan pelaporan Pajak
Pertambahan Nilai yang dilakukan PT. Pabolak Arta Utama sudah sesuai
dengan peraturan perpajakan yang ada ?
2. Apakah ada pembetulan saat pengisian SPT Masa PPN pada pajak
masukan dan pajak keluaran setiap bulannya ?
1.2.
Tujuan dan Manfaat Pelitian
1.3.1 Tujuan Penelitian
Tujuan Penulis mengadakan penelitian ini adalah :
1. Untuk mengevaluasi bagaimana penerapan pajak pada PT. Pabolak Arta
Utama.
2. Untuk mengevaluasi lebih jelas tentang pengisian SPT Masa PPn terutama
pada pajak masukan dan pajak keluarannya.
1.3.2 Manfaat Penelitian
1. Bagi Penulis
Penelitian ini bermanfaat untuk memperdalam pengetahuan dan wawasan
penulis pengenai Penerapan Pajak Pertambahan Nilai.
2. Bagi Perusahaan
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai identifikasi
masalah perpajakan dalam hal pemenuhan kewajiban perpajakan perusahaan.
3. Bagi Masyarakat
Sebagai sarana untuk memberikan pengetahuan yang lebih luas mengenai
Pajak Pertambahan Nilai serta cara Perhitungan dan pelaporannya.
1.3.
Kerangka Pemikiran
-
PPN
Pajak Masukan
Pajak Keluaran
Penerimaan Pajak
Kebijakan Pajak
Sumber : Diolah oleh penulis
Definisi Pajak
Pajak dalam pengertian secara umum adalah iuran wajib yang dibebankan
kepada masyarakat (wajib pajak) untuk menutupi pengeluaran negara dan
pembiayaan pembangunan negara yang timbal baliknya tidak diterima secara
langsung demi kemajuan pembangunan negara.
Sedangkan pengertian pajak menurut pendapat beberapa ahli yaitu:
“Menurut Djajadiningrat dalam Siti Resmi (2009:1) pajak sebagai suatu
kewajiban menyerahkan sebagian dari kekeyaan ke kas negara yang disebabkan
suatu keadaan, kejadian, dan perbuatan yang memberikan kedudukan tertentu,
tetapi bukan sebagai hukuman, menurut peraturan yang ditetapkan pemerintah
serta dapat doipaksakan, tetapi tidak ada jasa timbal balik dari negara secra
langsung, untuk memelihara kesejahteraan secara umum.”
Menurut Feldmann dalam Siti Resmi (2009:1) “ Pajak adalah prestasi yang
dipaksakan sepihak oleh dan terutang kepada penguasa (menurut norma-norma
yang ditetapkannya secara umum), tanpa adanya kontraprestasi, dan semata-mata
digunakan untuk menutup pengeluaran-pengeluaran umun”.
Fungsi Pajak
Fungsi pajak terdapat dua fungsi pajak menurut Siti Resmi (2009:3) yaitu :
1. Fungsi Budgetair (Sumber Keuangan Negara)
Pajak mempunyai fungsi Budgetair, artinya pajak merupakan salah satu
sumber penerimaan pemerintah untuk membiayai pengeluaran baik rutin
maupun pembangunan.
2. Fungsi Regulerend (Pengatur)
Pajak mempunyai fungsi pengatur, artinya pajak sebagai alat untuk
mengatur atau melaksanakan kebijakan pemerintah dalam bidang sosial
dan ekonomi, serta mencapai tujuan-tujuan tertentu dibidang keuangan.
Jenis Pajak
Jenis pajak menurut Siti Resmi (2009:8) pajak terbagi dalam tiga jenis
yaitu :
1. Menurut Golongan
a. Pajak Langsung, yaitu pajak yang harus dipikul sendiri oleh Wajib
Pajak dan tidak dapat dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain
atau pihak lain. Pajak harus menjadi beban Wajib Pajak yang
bersangkutan.
Contoh : Pajak Penghasilan. Pajak Penghassilan dibayar attau
dutanggung oleh pihak-pihak tertentu yang memperoleh penghasilan
tersebut.
b. Pajak Tidak Langsung, yaitu pajak yang pada ahkirnya dapat
dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain atau pihak ketiga.
Pajak tidak langsung terjadi jika terdapat suatu kegiatan, peristiwa atau
perbuatan yang menyebabkan terutang pajak, misalnya terjadi
penyerahan barang atau jasa.
Contoh : Pajak Pertambahan Nilai. Pajak Pertambahan Nilai terjadi
karena terdapat pertambahan nilai terhadap barang atau jasa. Pajak ini
dibayarkan oleh produsen atau pihak yang menjual barang tetapi dapat
dibebankan kepada konsumen baik secara eksplisit maupun implicit
(dimasukan dalam harga jual barang atau jasa).
2. Menurut Sifatnya
a. Pajak Subjektif, yaitu pajak yang pengenaannya memperhaatikan
keadaan
pribadi
Wajib
Pajak
atau
pengenaan
pajak
yang
memperhatikan keadaan subjeknya.
b. Pajak Objektif, yaitu pajak yang pengenaanya memperhatikan
objeknya baik berupa benda, keadaan, perbuatan, atau peristiwa yang
mengakibatkan
timbulnya
kewajiban
membayar
pajak,
tanpa
memperhatikan keadaan pribadi Subjek Pajak (Wajin Pajak) maupun
tempat tinggal.
3. Menurut Lembaga Pemungut
a. Pajak Negara (Pajak Pusat), yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah
pusat dan digunakan untuk membiayai rumah tangga negara pada
umumnya.
b. Pajak Daerah, yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah baik
daerah tingkat I (Pajak Provinsi) maupun pajak daerah tingkat II (Pajak
Kabupaten/Kota) dan digunakam untuk membiayai rumah tangga
daerah masing-masing.
Pengertian Pajak Pertambahan Nilai
Menurut Suandy (2011:56) Pajak Pertambahan Nilai adalah Pajak yang
dikenakan terhadap penyerahan atau impor Barang Kena Pajak atau Jasa Kena
Pajak yang dilakukan oleh Pengusaha Kena Pajak, dan dapat dikenakan berkalikali setiap ada pertambahan nilai yang dapat dikreditkan.
Menurut Haula Rosdiana, Edi Slamet Irianto dan Titi Muswati Purwanti
(2011:65)
Pajak Pertambahan Nilai (PPN) bukanlah suatu bentuk perpajakan baru, namun
pada dasarnya merupakan Pajak Penjualan yang dibebankan dalam bentuk yang
berbeda. Oleh karena itu, maka Legal Character dari Pajak Pertambahan Nilai
adalah juga sebagai Pajak Tidak Langsung atas Konsumsi yang bersifat umum
(general indirect tax on consumption) yang dipungut dengan sistem yang berbeda
dari Pajak Penjualan. Value Added tax (VAT) atau taxe sur la valeur ajoutee,
pertama kali diperkenalkan di negara Prancis pada tahun 1954. Dengan berbagai
kelebihan-kelebihannya, konsep ini sekarang diterapkan hampir di seluruh negara
di dunia, terutama di negara-negara Eropa. Meskipun OECD menganjurkan untuk
negara-negara berpaling pada pajak atas konsumsi, namun demikian tidak ada
organisasi internasional yang secara formal mengawasi penerapan PPN. Sehingga
dalam implementasinya di setiap negara terjadi perkembangan yang berbeda-beda,
antara lain karena faktor bahasa. Akibatnya, seperti kata Tait, meski VAT telah
diadopsi secara tepat dan menyebar ke berbagai negara, namun tidak ada
fenomena yang pararel (unparalleled tax phenomenon). Sistem PPn merupakan
konsep baru dalam sistem pemungutan pajak tidak langsung yang muncul secara
cepat di dunia.
Pajak Pertambahan Nilai di Indonesia merupakan terjemahan dari Value
Added Tax. Kata “value added tax” merupakan istilah bahasa Inggris yang
bersumber dari dua bentuk istilah value added tax dan value added tax, suatu
istilah yang tidak berlaku universal. Istilah ini bersumber dari istilah aslinya yang
bernahasa Prancis, yang bola diterjemahkan lebih cocok adalah added value tax.
Namun demikian, pada dasarnya VAT lebih mengarah kepada pajak atas barang
dan jasa. “The term VAT is preffered to ‘goods and services tax”. Seperti halnya
Amerika dan Australia yang mengenakan apa yang disebut Goods and Services
Tas (GST).
Pajak Pertambahan Nilai (Value Added Tax atau Belasting Toegevoegde
Waarde) pada dasarnya merupakan Pajak Penjualan yang dipungut beberapakali
(multi stage levies) atas dasar nilai tambah yang timbul pada semua jalur produksi
dan distribusi. Jadi, PPN ini dapat dipungut beberapa kali pada berbagai mata
rantai jalur produksi dan distribusi, namun hanya pada pertambahan nilai yang
timbul pada setiap jalur yang dilalui barang dan jasa.
Dasar Hukum
Menurut Siahaan (2010:5) pengenaan dan pemungutan Pajak Pertambahan
Nilai di Indonesia saat ini didasarkan pada undang-undang Nomor 8 Tahun 1983
tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan Barang
Mewah sebagaimana telah tiga kali diubah terahkir dengan undang-undang
Nomor 42 Tahun 2009.
Peraturan Pajak Pertambahan Nilai
Menurut www.pajak.go.id keputusan Mentri keuangan Republik Indonesia
Nomor 25/KMK.01/1998 tentang pemberian restitusi atau pembebasan Pajak
Pertambahan Nilai dan atau Pajak Penjualan atas barang mewah kepada
perwakilan Negara asing atau badan internasional serta penjabat atau tenaga
ahlinya.
Mentri keuangan Republik Indonesia menimbang :
Bahwa dalam rangka memberikan pelayanan yang lebih baik kepada Perwakilan
Negara Asing atau Badan Internasional serta Pejabat atau Tenaga Ahlinya sesuai
dengan atas timbal balik sehubungan dengan permintaan restitusi atau
pembebasan PPN dan atau PPn BM atas perolehan BKP/JKP, dipandang perlu
diadakan penyesuaian
tata cara yang berlaku selama ini dengan keputusan Menteri Keuangan.
Mengingat :
1. Undang-undang Nomor 1 Tahun 1982 tentang Pengesahan Konvensi Wina
Mengenai Hubungan Diplomatik Beserta Protokol Opsionalnya Mengenai
Hal
Memperoleh
Kewarganegaraan
(Lembaran
Negara
Republik
Indonesia Tahun 1982 Nomor 2, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3211).
2.
Undang-undang Nomor 8 Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai
Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1983 Nomor 51, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 3264) sebagaimana telah diubah
dengan
Undang-undang Nomor 11 Tahun 1994 (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1994 Nomor 61, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 3568)
3. Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 1994 tentang Pelaksanaan
Undang-undang Nomor 8 Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai
Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah sebagaimana
telah diubah dengan Undang-undang Nomor 11 Tahun 1994 (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1994 Nomor 79, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 3581) sebagaiman telah diubah
terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 1996 (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1996 Nomor 53, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 3640).
4. Keputusan Presiden Nomor 96/M Tahun 1993 sebagaimana telah diubah
terakhir dengan Keputusan Presiden Nomor 150/M tahun 1997.
Memutuskan :
Pasal 1
1. Atas pembelian Barang Kena Pajak atau perolehan Jasa Kena Pajak yang
dilakukan oleh :
a. Perwakilan Negara Asing.
b. Badan Internasional di Indonesia yang memperoleh kekebalan
diplomatik serta Pejabat atau Tenaga Ahlinya dibebaskan Pajak
Pertambahan Nilai dan/atau Pajak Penjualan Atas Barang Mewah.
2. Pembebasan PPN dan/atau PPn BM kepada Perwakilan Negara Asing
hanya diberikan atas dasar azas timbal balik.
Pasal 2
1. Dalam hal Pajak Pertambahan Nilai dan/atau Pajak Penjualan Atas Barang
Mewah yang memperoleh fasilitas pembebasan terlanjur dipungut, maka
Pajak Pertambahan Nilai dan/atau Pajak Penjualan Atas Barang Mewah
yang terlanjur dipungut tersebut dapat dimintakan kembali.
2.
Pajak Pertambahan Nilai dan/atau Pajak Penjualan Atas Barang Mewah
yang dimintakan kembali
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1),
diajukan oleh pihak terpungut kepada Direktur Jenderal Pajak dan harus
disertai dengan rekomendasi dari Departemen Luar Negeri atau Sekretariat
Kabinet.
Pasal 3
Pelaksanaan teknis Keputusan ini diatur oleh Direktur Jenderal Pajak.
Pasal 4
Dengan berlakunya Keputusan ini, maka Keputusan Menteri Keuangan
Republik Indonesia Nomor : KEP-804/MK/8/6/1974 dan Keputusan Menteri
Keuangan Republik Indonesia Nomor : KEP-961/MK/7/7/1974 tentang Tata
Cara
Pelaksanaan
Surat
Keputusan
Menteri
804/MK/8/6/1974 dinyatakan tidak berlaku lagi.
Keuangan
Nomor
:
Pasal 5
Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan. Agar setiap orang
mengetahuinya,
memerintahkan
penempatannya dalam
pengumuman
Keputusan
ini
dengan
Berita Negara Republik Indonesia. Ditetapkan di
Jakarta Pada tanggal 27 Januari 1998 oleh Mentri Keuangan.
Pemungut Pajak Pertambahan Nilai
Menurut Gunadi (2011:127) pemungut Pajak Pertambahan Nilai terdiri
atas :
1. Kantor Perbendaharaan dan Kas Negara atau Kantor Pelayanan
Perbendahaaraan Negara.
2. Bendaharawan Pemerintah Pusat dan Daerah, baik Provisi, Kabupaten atau
kota.
3. Kontraktor Perjanjian Kerjasama Pengusahaan Pertambangan Minyak dan
Gas Bumi.
4. Kontraktor atau Pemegang Kuasa/Pemegang Izin Pengusahaanj Sumber
Daya Panas Bumi.
Menurut Haula Rosdiana, Edi Slamet Irianto dan Titi Muswati Purwanti
(2011:77)
Pemungutan
Pajak
Pertambahan
Nilai
secara
teories,
yurisdikisinpemajakan dalam pemungutan Pajak Pertambahan Nilai dibedakan
menyadi 2 (dua), yaitu :
1. Prinsip Asal (Origin Principle)
Berdasarkan destination principle, negara yang berhak mengenakan
pajak adalah negara dimana barang diproduksi atau dimana barang
tersebut berasal. Jika barang diekspor, maka atas ekspor tersebut akan
kena pajak. Sebaliknya, tetapi jika barang diimpor, maka atas impor
barang tersebut tidak akan dikenakan pajak.
2. Prinsip Tujuan (Destination Principle)
Berdasarkan destination principle, negara yang berhak mengenakan
pajak adalah negara dimana barang diproduksi atau dimana barang
tersebut dikonsumsi. Jika barang diimpor maka akan kena pajak, tetapi
jika barang diekspor, maka tidak akan dikenakan pajak.
Objek Pajak Pertambahan Nilai
Menurut Guandi (2011:8) Pajak Pertambhan Nilai dikenakan atas:
1. Penyerahan Barang Kena Pajak di dalam daerah pabean yang dilakukan
oleh Pengusaha.
2. Impor Barang Kena Pajak
3. Penyershsn Jasa Kena Pajak yang dilakukan di dalam daerah pabean oleh
Pengusaha.
4. Pemanfaatan Barang Kena Pajak dari luar daerah pabean di dalam daerah
pabean.
5. Pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari luar daerah pabean di dalam daerah
pabean.
6. Ekspor Barang Kena Pajak berwujud oleh Pengusaha Kena Pajak.
7. Ekspor barang kena Pajak tidak berwujud o;eh Pengusaha Kena Pajak.
8. Ekspor Jasa Kena Pajak oleh Pengusaha Kena Pajak.
9. Kegiatan membagun sendiri yang dilakukan tidak dalam kegiatan usaha
atau pekerjaan orang pribadi atau badan yang hasilnya digunakan sendiri
atau digunakan pihak lain.
10. Penyerahan aktiva oleh Pengusaha Kena Pajak yang menurut tujuan
semula aktiva tidak untuk diperjual belikan oleh Pengusaha Kena Pajak
(bukan inventory), kecuali atas penyerahan aktiva yang Pajak Masukannya
tidak dapat dikreditkan.
Faktur Pajak
Menurut Eddy Supriyanto (2011:23) Dasar pencatatan di dalam akuntansi
adalah bukti transaksi. Bukti pemungutan pajak pertambahan nilai dan pajak
penjualan barang mewah adalah faktur pajak. Faktur Pajak adalah bukti
pungutan Pajak yang dibuat oleh Pengusaha Kena Pajak atas penyerahan
Barang Kena Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak. Ada 4 jenis Faktur Pajak, di
antaranya adalah sebagai berikut:
1. Faktur Pajak Standar adalah Faktur Pajak yang paling sedikit memuat
keterangan tentang:
a. Nama, alamat, Nomor Pokok Wajib Pajak yang menyerahkan
Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak.
b. Nama, alamat, Nomor Pokok Wajib Pajak pembeli Barang Kena
Pajak atau penerima Jasa Kena Pajak.
c. Jenis barang atau jasa, jumlah Harga Jual atau Penggantian, dan
potongan harga.
d. Pajak Pertambahan Nilai yang dipungut.
e. Pajak Penjualan atas Barang Mewah yang dipungut.
f. Kode, Nomor Seri, dan tanggal pembuatan Faktur Pajak dan
g. Nama, jabatan, dan tanda tangan yang berhak menandatangani
Faktur Pajak.
2. Faktur Pajak Gabungan adalah Faktur Pajak Standar untuk semua
penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau penyerahan Jasa Kena Pajak yang
terjadi selama 1 (satu) bulan takwim kepada pembeli Barang Kena Pajak
atau penerima Jasa Kena Pajak yang sama.
3. Faktur Pajak Sederhana adalah Faktur Pajak yang dapat berbentuk:
a. Slip Cash Register atau Segi Cash Register yang dibuat oleh
Pedagang Eceran Selain Yang Menggunakan Norma Penghitungan
Penghasilan Neto dapat diperlakukan sebagai Faktur Pajak
sederhana.
b. Apabila dalam harga jual Barang Kena Pajak sudah termasuk Pajak
Pertambahan Nilai, Slip Cash Register atau Segi Cash Register
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) wajib diberi keterangan
“untuk Barang Kena Pajak harga sudah termasuk PPN”.
4. Faktur Pajak Khusus adalah faktur pajak yang khusus digunakan untuk
keperluan khusus. Contoh: PIB (Pemberitahuan Impor Barang), PEB
(Pemberitahuan Ekspor Barang), dll.
Berdasarkan Undang-Undang No 42 Tahun 2009 tentang PPN dan
PPnBM menyatakan bahwa Faktur Pajak yang berlaku adalah satu Jenis
Faktur Pajak, sedangkan untuk Faktur Pajak lainnya tidak berlaku lagi.
Waktu Pembuatan Faktur Pajak Standar
Faktur Pajak Standar harus dibuat paling lambat:
a. Pada akhir bulan berikutnya setelah bulan terjadinya penyerahan Barang
Kena Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak dalam hal pembayaran diterima
setelah akhir bulan berikutnya setelah bulan penyerahan Barang Kena
Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak.
b. Pada saat penerimaan pembayaran dalam hal pembayaran terjadi sebelum
akhir bulan berikutnya setelah bulan penyerahan Barang Kena Pajak
dan/atau penyerahan Jasa Kena Pajak.
c. Pada saat penerimaan pembayaran dalam hal penerimaan pembayaran
terjadi sebelum penyerahan Barang Kena Pajak dan/ atau sebelum
penyerahan Jasa Kena Pajak.
d. Pada saat penerimaan pembayaran termin dalam hal penyerahan sebagian
tahap pekerjaan.
e. Pada saat Pengusaha Kena Pajak rekanan menyampaikan tagihan kepada
Bendaharawan Pemerintah sebagai Pemungut Pajak Pertambahan Nilai.
Tarif Pajak Pertambahan Nilai
Menurut Eddy Supriyanto (2011:26) Tarif PPN ada dua macam yaitu:
1. 10 % untuk semua jenis penyerahan barang/jasa kena pajak kecuali ekspor.
Jumlah ini dapat berubah sesuai yang diatur dalam Peraturan Pemerintah
serendahnya 5 % dan setinggi-tingginya 15 %.
2. 0 % untuk ekspor. Hal ini dikarenakan tujuan pemerintah untuk
meningkatkan sumber devisa Negara.
Perhitungan Pajak Pertambahan Nilai
Menurut Mardiasmo (2009:33) Pajak Pertambahan Nilai yang terutang
dihitung dengan cara mengalihkan tarif Pajak Pertambahan Nilai dengan
Dasar Pengenaan pajak yang meliputi harga Jual, Penggantian, Nilai
Impor, Nilai Ekspor, atau Nilai lain.
Pajak yang Terhutang = Tarif Pajak x Dassar Pengenaan Pajak
1.5. Metode Penelitian
1. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di PT. Pabolak Arta Utama yang berada di Ruko
Harmoni Mas Jl. Garuda No.82E Kemayoran – Jakarta Pusat. Dan waktu yang
digunkan untuk penelitian selama 3 bulan.
2. Metode Pengumpulan Data
Untuk memperoleh informasi mengenai perusahaan serta mengumpulkan
data yang digunakan untuk penelitian ini, maka penulis menggunakan metode
sebagai berikut :
1. Penelitian Kepustakaan (Library Research) yaitu adalah :
Metode penelitian dilakukan dengan mencari informasi dengan membaca
buku-buku wajib, internet dan sumber-sumber yang berhubungan dengan
penelitian.
2. Penelitian Lapangan (Field Research) yaitu :
Metode penelitian dilakukan dengan melaksanakan peninjauan langsung
keperusahaan. Peninjauan lapangan ini terdiri dari :
Wawancara
a. Melakukan Wawancara dengan pemimpin atau karyawan PT.
Pabolak Arta Utama. Untuk memperoleh keterangan lebih
terperinci mengenai perussahaan maupun system perpajaknnya.
b. Observasi
Penelitian dilakukan dengan melakukan pengamatan langsung pada
perusahaan yang berhubungan dengan skripsi ini
3. Dokumentasi
Penelitian dilakukan dengan mengambil dokumen-dokumen yang relevan
terhadap hal-hal yang berkaitan erat dengan penelitian. Melakukan
penelitian dengan mengumpulkan data-data, berupa bukti dan dokumen
yang diperlukan , data - data yang berkaitan dengan system perpajakan
perusahaan dari tahun 2011, 2012 dan 2013.
3. Sumber Data dan Jenis Data
a. Sumber Data
-
Data Primer
Sumber data penelitian yang diperoleh langsung dari perusahaan.
Dalam penelitian ini dapat diperoleh dari perusahaan berupa laporan
perhitungan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan data-data yang
diperlukan.
b. Jenis Data
-
Data Kualitatif
Data yang disajikan dalam bentuk uraian deskriptif mengenai
gambaran umum dan sebagainya. Data kualitatif yang digunakan
dalam penelitian ini mengenai kondisi perusahaan, yaitu profil
perusahaan.
4. Metode Analisis
Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif
yaitu suatu metode yang dilakukan dengan cara mengumpulkan,
menyajikan, serta menganalisis data sehingga diperoleh gambaran yang
cukup jelas tentang masalah yang dihadapi, kemudian ditarik suatu
kesimpulan mengenai perhitungan, penyetoran, dan pelaporan pajak
perrtambahan nilai dengan peraturan Undang-Undang perpajakan yang
ada,
sebagaimana
terdapat
dalam
peraturan
pemerintah.
Dalam
menganalisis data, ada beberapa tahap yang akan dilakukan penulis yaitu :
1. Mengumpulkan data dari PT. Pabolak Arta Utama hal ini merupakan
langkah awal untuk mengetahui keadaan perusahaan terutama keadaan
perpajakan dari perusahaan itu sendiri. Langkah selanjutnya penulis
membahas akan data-data yang telah dikumpulkan.
2. Membandingkan akan hasil yang didapat dengan Undang-Undang
perpajakan yang nerlaku apakah sesuai atau tidak.
3. Menarik kesimpulan dari bahasan dan perbandingan yang telah
dilakukan dalam tahap-tahap sebelumnya.
4. Memberikan saran jika ditemukan sesuatu yang seharusnya diperbaiki
kepada perusahaan, agar menjadi lebih baik lagi dari sebelumnya.
5. Operasionalisasi Variable Penelitian
Pajak Pertambahan Nilai (PPN) adalah pajak yang dapat dikenakan
terhadap penyerahan impor barang kena pajak atau jasa kena pajak yang
dilakukan oleh pengusaha kena pajak dan dapat dikenakan berkali-kali setiap ada
Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan dikreditkan.
DAFTAR PUSTAKA
Guandi.2011.Panduan Komperhensif PPN. Jakarta: Multi Utama Consultindo.
Irianto Slamet Edi, Putranti Muswati Titi, Rosdiana Haula. 2011. Teori Pajak
Pertambahan Nilai. Bogor: Penerbit Ghalia Indonesia
Mardiasmo. 2009. Perpajakan. Yogyakarta: Penerbit Andi.
Resmi, Siti. 2011. Perpajakan : Teori dan Kasus buku 1 edisi 6. Jakarta: Salemba
Empat.
Resmi, Siti. 2011. Perpajakan : Teori dan Kasus buku 2 edisi 6. Jakarta: Salemba
Empat.
Siahaan, Marihot Pahala. 2010. Hukum Pajak Materiak. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Suandy, Erly. 2011. Hukum Pajak. Jakarta: Salemba Empat.
Supriyanto, Eddy.2011. Akuntasi Pajak. Yogyakarta : Graha Ilmu.
http://www.pajak.go.id/content/mengenal-lebih-dekat-pajak-pertambahan-nilai
Universitas Nasional, Jakarta, Astria Nova Dwi, 2010. Evaluasi atas pelaksanaan
Prosedur Penagihan Pajak Penghasilan Badan Pada Kantor Pelayanan
Pajak Pratama Jakarta Gambir Dua, Skripsi S1
Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah, Jakarta, Hapsari Tria Ayungtyas
Dyah, 2010. Analisis Pengaruh Pengenaan Pajak Pertambahan Nilai
(PPN) dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPNBM). Program S1
Akuntasi
Universitas Sam Ratulangi Manado, Manado, Lalujan R.E Cindy, 2013.
Analisis Penerapan pajak Pertambahan Nilai pada PT.Agung Utara Sakti
Manado,Program S1 Akuntasi.
Universitas Indonesia, Jakarta, Purnamasari dwi Anggita, 2012.
Analisis Penerapan Pajak Pertambahan Nilai pada PT. APCO, Program
S1-Ekstensi Akuntasi.
Akuntasi STIE MDP, Palembang, Syafitri Lili, 2013.
Analisis Perhitungan dan Pelapran Pajak Pertambahan Nilai Pada CV.
Family, Program S1 Akuntasi.
EVALUASI PENERAPAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI
(PPN) TAHUN 2011, 2012 DAN 2013 PADA PT. PABOLAK
ARTA UTAMA
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat dalam memperoleh Gelar Sarjana
Ekonomi
Oleh :
NAMA
: LUSIYANA SARI
NIM
: 3201110189
JURUSAN
: AKUNTASI
KOSENTRASI
: PAJAK
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS BUNG KARNO
2014
TANDA PERSETUJUAN PROPOSAL
Proposal dengan judul EVALUASI PENERAPAN PAJAK PERTAMBAHAN
NILAI (PPN) TAHUN 2011, 2012 DAN 2013 PADA PT. PABOLAK ARTA
UTAMA
Disusun oleh
:
Nama
: Lusiyana Sari
NIM
: 3201110189
Jurusan
: Akuntasi
Telah disetujui untuk diajukan Seminar di hadapan Tim Penelahaan/Penguji.
Jakarta, 17 Desember 2014
Pembimbing I
( Edi Komara,SE.,M.Si. )
Pembimbing II
( Abdillah Hamdi R,SE.,MM. )
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pajak merupakan salah satu sumber utama pendapatan Pemerintah dalam
melaksanakan pembangunan Negara. Peran pajak bagi Negara di Indonesia
dibedakan dalam dua fungsi utama yaitu fungsi anggaran (budgetair) dan fungsi
mengatur (regulered). Dalam fungsi anggaran (budgetair) , pajak merupakan
salah satu sumber pendapatan Negara, untuk menjalankan tugas-tugas rutin
Negara dan melaksanakan pembangunan. Pajak merupakan kewajiban yang harus
dibayar oleh masyarakat baik pribadi maupun badan dari pendapatan atau
penghasilannya kepada pemerintah yang ditujukan untuk kegiatan pembangunan
di segala bidang.
Peningkatan penerimaan negara dari sektor perpajakan memegang peranan
penting di negara kita. Melalui penerimaan negara atas pembayaran pajak yang
dilakukan masyarakat, pemerintah akan mampu membiayai segala keperluan rutin
penyelenggaraan pemerintahan dan juga untuk menyediakan berbagai sarana
maupun prasarana yang dibutuhkan dalam pelaksanaan pembangunan.
Di Negara ini juga terdapat begitu banyak jenis pajak yang tentu saja hal
ini dapat menambah pendapatan Negara dan dengan begitu banyak jenis pajak
yang ada di Indonesia , salah satunya adalah Pajak Pertambahan Nilai yang
merupakan salah satu pajak yang menyumbangkan pendapatan Negara yang bisa
dikatakan besar bagi Negara.
Pada saat ini, PPN telah menjadi salah satu pajak yang sangat
mempengaruhi pembangunan negara karena PPN selalu ada di setiap transaksi
penjualan maupun pembelian barang selain itu juga terdapat di dalam penggunaan
jasa baik secara langsung maupun tidak langsung dan semua ketentuan itu juga
harus sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Di dalam objek
PPN juga ada 2 jenis yaitu Barang Kena Pajak atau yang biasa dikenal dengan
BKP dan Jasa Kena Pajak atau yang biasa dikenal dengan JKP. Dan dalam
pelaksanaannya ada tata cara yang mengaturnya berupa kapan saat penyetoran dan
pelaporannya serta dan bagaimana melaksanakan kewajibannya. Misalnya,
Sebagai Pajak Tidak Langsung, beban pembayaran pajaknya dipikul oleh
konsumen, namun penanggung jawab atas penyetoran PPN ke Kas Negara
dibebankan kepada penjual. Dengan kata lain dalam mekanisme pemungutan
PPN, pemikul beban pembayaran PPN dan penanggung jawab penyetoran PPN ke
Kas Negara adalah pihak yang berbeda. Faktur Pajak yang diterbitkan oleh
penjual, digunakan sebagai bukti pungutan atas PPN terutang, ketika menjual
Barang Kena Pajak (BKP) atau Jasa Kena Pajak (JKP) kepada pembeli atau
penerima BKP atau JKP. Selanjutnya penjual wajib menyetorkan setiap PPN yang
dipungut dalam setiap Masa Pajak ke Kas Negara. Sedangkan kewajiban pembeli
adalah membayar PPN terutang yang tercantum dalam faktur pajak kepada
penjual. Faktur pajak itu bagi pembeli adalah bukti pembayaran pajak. Hal ini
beda dengan mekanisme penarikan Pajak Langsung seperti PPh, dimana orang
pribadi atau badan sebagai pemikul beban pembayaran pajak juga dibebani
tanggung jawab atas penyetorannya ke Kas Negara.
Dengan adanya prinsip Pajak Pertambahan Nilai pada dasarnya sebagai
pajak konsumsi dalam Daerah Pabean Negara kesatuan Republik Indonesia,
Pengenaan Pajak Pertambahan Nilai pada dasarnya meliputi seluruh penyerahan
barang dan jasa. Namun berdasarkan pertimbangan social, ekonomi dan budaya
perlu untuk tidaknya mengenakan Pajak Pertambahan Nilai terhadap barang dan
jasa tertentu. Hal tersebut dimaksudkan untuk mendorong kegiatan ekonomi dan
kestabilitas sosial. Misalnya, yang dikenai pajak adalah barang-barang atau jasa
yang dikonsumsi, bukan barang-barang dalam proses produksi, dan ditujukan
pada konsumen akhir. Selama barang-barang itu masih dalam siklus produksi atau
distribusi, pengenaan PPN pada area itu bersifat sementara yang dapat dibebankan
kepada pembeli berikutnya, melalui mekanisme pengkreditan pajak masukan.
Dalam penjelasan atas Undang-undang PPN, ditegaskan bahwa PPN adalah pajak
atas konsumsi barang dan jasa di dalam daerah pabean yang dikenakan secara
bertingkat pada setiap jalur produksi dan distribusi.
Namun dalam kenyataannya, masih saja banyak Wajib Pajak (WP) yang
tidak menyadari pentingnya melaksanakan kewajiban ini khususnya pada Pajak
Pertambahan Nilai (PPN). Salah satu penyebabnya adalah masyarakat kurang
menyadari arti pentingnya membayar pajak dan kurang memahami tata cara
pelaksanaan kewajiban perpajakannya dan pengaruhnya terhadap penerimaan
perpajakan sebagai sumber utama penerimaan Negara. Dengan adanya kesadaran
terhadap pembangunan negara, maka Wajib Pajak (WP) akan melaksanakan
kewajiban perpajakannya dengan teratur sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Adapun beberapa peneliti sebelumnya telah melakukan penelitian yang
sama dengan penulis :
Penelitian
Anggita
Mayfrina
Purnamasari
Judul Peneliti
Metode
Kesimpulan
Analisis
Penerapan Analisis Data Dalam setiap Masa Pajak tidak
Analisis
Dwi Pajak
Pertambahan Kuantitatif
Nilai pada PT. APCO
(2012)
dilakukan
penyesuaian
(adjustment) terhadap nilai PPN
Keluaran dan PPN Masukan
yang dikreditkan maupun PPN
Massukan
karena
yang
dibiayakan
setiap
bulannya
Perusahaan mengalami Kurang
Bayar.
Lili Syafitri
Analisis
(2013)
dan
Dyah
Perhitungan Analisis Data Dalam pengisian SPT Masa PPN
pelaporan
Pajak Kualitatif
untuk pelaporan masih terdapat
Pertambahan Nilai pada
kekeliruan,
CV. Family
Analisis
pembetulan SPT.
Pajak
Pertambahan
Pengaruh Analisis
seperti
adanya
Nilai
Ayuningtyas tria Pengenaan
Pajak exploratory
berpengaruh secara signifikan
Hapsari
Pertambahan
Nilai research
terhadap daya beli konsumen.
(2010)
(PPN)
Pajak
PPN
dan
dengan
tariff
10%
Penjualan atas Barang
menyebankan masyarakat yang
Mewah
mengkonsumsi suatu barang atau
Terhadap
(PPNBM)
Daya
Beli
Konsumen pada Barang
jasa secara langsung dikenakan
PPN tersebut.
elektronika
Dwi Nova Astria Evaluasi
(2010)
Pelaksanaan
atas Analisis
Prosedur Deskriftif
Penagihan
Jakarta
Gambir
Dua
telah
Pajak
melakukan prosedur penagihan
Badan
pajak Penghasilan Badan sesuai
pada kantor Pelayanan
dengan Undang-undang Nomor
Pajak Pratama Jakarta
19 tahun 2000 tentang Penagihan
Gambir Dua
Pajak
Penghasilan
Cindy
Kantor Pelayanan Pajak Pratama
R.E Analisis
Dengan
Surat
Paksa
Penerapan Analisis
meskipun belum maksimal
Perhitungan
PPN
pada
Pertambahan Deskriftif
perusahaan telah sesuai UU PPN
Lalujan
Pajak
(2013)
Nilai Pada PT. Agung
No.42 tahun 2009, baik dalam
Utara Sakti Manado
pencatatannya dan pelaporannya.
Dalam hal pelunasan kewajiban
pajak pembayaran selalu tepat
waktu dan tidak pernah terlambat
dan
demikian
juga
dengan
penyampaian SPT Masa PPN
Dengan latar belakang masalah diatas, penulis ingin melakukan penelitian
lebih lanjut dengan mengangkat judul : “EVALUASI PENERAPAN PAJAK
PERTAMBAHAN NILAI (PPN) TAHUN 2011, 2012 DAN 2013 PADA PT.
PABOLAK ARTA UTAMA”
1.1.
Masalah Penelitian
Berdasarkan latar belakang terrsebut maka permasalahan dalam penelitian ini
Adalah :
1. Apakah penerapan perhitungan, penyetoran dan pelaporan Pajak
Pertambahan Nilai yang dilakukan PT. Pabolak Arta Utama sudah sesuai
dengan peraturan perpajakan yang ada ?
2. Apakah ada pembetulan saat pengisian SPT Masa PPN pada pajak
masukan dan pajak keluaran setiap bulannya ?
1.2.
Tujuan dan Manfaat Pelitian
1.3.1 Tujuan Penelitian
Tujuan Penulis mengadakan penelitian ini adalah :
1. Untuk mengevaluasi bagaimana penerapan pajak pada PT. Pabolak Arta
Utama.
2. Untuk mengevaluasi lebih jelas tentang pengisian SPT Masa PPn terutama
pada pajak masukan dan pajak keluarannya.
1.3.2 Manfaat Penelitian
1. Bagi Penulis
Penelitian ini bermanfaat untuk memperdalam pengetahuan dan wawasan
penulis pengenai Penerapan Pajak Pertambahan Nilai.
2. Bagi Perusahaan
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai identifikasi
masalah perpajakan dalam hal pemenuhan kewajiban perpajakan perusahaan.
3. Bagi Masyarakat
Sebagai sarana untuk memberikan pengetahuan yang lebih luas mengenai
Pajak Pertambahan Nilai serta cara Perhitungan dan pelaporannya.
1.3.
Kerangka Pemikiran
-
PPN
Pajak Masukan
Pajak Keluaran
Penerimaan Pajak
Kebijakan Pajak
Sumber : Diolah oleh penulis
Definisi Pajak
Pajak dalam pengertian secara umum adalah iuran wajib yang dibebankan
kepada masyarakat (wajib pajak) untuk menutupi pengeluaran negara dan
pembiayaan pembangunan negara yang timbal baliknya tidak diterima secara
langsung demi kemajuan pembangunan negara.
Sedangkan pengertian pajak menurut pendapat beberapa ahli yaitu:
“Menurut Djajadiningrat dalam Siti Resmi (2009:1) pajak sebagai suatu
kewajiban menyerahkan sebagian dari kekeyaan ke kas negara yang disebabkan
suatu keadaan, kejadian, dan perbuatan yang memberikan kedudukan tertentu,
tetapi bukan sebagai hukuman, menurut peraturan yang ditetapkan pemerintah
serta dapat doipaksakan, tetapi tidak ada jasa timbal balik dari negara secra
langsung, untuk memelihara kesejahteraan secara umum.”
Menurut Feldmann dalam Siti Resmi (2009:1) “ Pajak adalah prestasi yang
dipaksakan sepihak oleh dan terutang kepada penguasa (menurut norma-norma
yang ditetapkannya secara umum), tanpa adanya kontraprestasi, dan semata-mata
digunakan untuk menutup pengeluaran-pengeluaran umun”.
Fungsi Pajak
Fungsi pajak terdapat dua fungsi pajak menurut Siti Resmi (2009:3) yaitu :
1. Fungsi Budgetair (Sumber Keuangan Negara)
Pajak mempunyai fungsi Budgetair, artinya pajak merupakan salah satu
sumber penerimaan pemerintah untuk membiayai pengeluaran baik rutin
maupun pembangunan.
2. Fungsi Regulerend (Pengatur)
Pajak mempunyai fungsi pengatur, artinya pajak sebagai alat untuk
mengatur atau melaksanakan kebijakan pemerintah dalam bidang sosial
dan ekonomi, serta mencapai tujuan-tujuan tertentu dibidang keuangan.
Jenis Pajak
Jenis pajak menurut Siti Resmi (2009:8) pajak terbagi dalam tiga jenis
yaitu :
1. Menurut Golongan
a. Pajak Langsung, yaitu pajak yang harus dipikul sendiri oleh Wajib
Pajak dan tidak dapat dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain
atau pihak lain. Pajak harus menjadi beban Wajib Pajak yang
bersangkutan.
Contoh : Pajak Penghasilan. Pajak Penghassilan dibayar attau
dutanggung oleh pihak-pihak tertentu yang memperoleh penghasilan
tersebut.
b. Pajak Tidak Langsung, yaitu pajak yang pada ahkirnya dapat
dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain atau pihak ketiga.
Pajak tidak langsung terjadi jika terdapat suatu kegiatan, peristiwa atau
perbuatan yang menyebabkan terutang pajak, misalnya terjadi
penyerahan barang atau jasa.
Contoh : Pajak Pertambahan Nilai. Pajak Pertambahan Nilai terjadi
karena terdapat pertambahan nilai terhadap barang atau jasa. Pajak ini
dibayarkan oleh produsen atau pihak yang menjual barang tetapi dapat
dibebankan kepada konsumen baik secara eksplisit maupun implicit
(dimasukan dalam harga jual barang atau jasa).
2. Menurut Sifatnya
a. Pajak Subjektif, yaitu pajak yang pengenaannya memperhaatikan
keadaan
pribadi
Wajib
Pajak
atau
pengenaan
pajak
yang
memperhatikan keadaan subjeknya.
b. Pajak Objektif, yaitu pajak yang pengenaanya memperhatikan
objeknya baik berupa benda, keadaan, perbuatan, atau peristiwa yang
mengakibatkan
timbulnya
kewajiban
membayar
pajak,
tanpa
memperhatikan keadaan pribadi Subjek Pajak (Wajin Pajak) maupun
tempat tinggal.
3. Menurut Lembaga Pemungut
a. Pajak Negara (Pajak Pusat), yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah
pusat dan digunakan untuk membiayai rumah tangga negara pada
umumnya.
b. Pajak Daerah, yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah baik
daerah tingkat I (Pajak Provinsi) maupun pajak daerah tingkat II (Pajak
Kabupaten/Kota) dan digunakam untuk membiayai rumah tangga
daerah masing-masing.
Pengertian Pajak Pertambahan Nilai
Menurut Suandy (2011:56) Pajak Pertambahan Nilai adalah Pajak yang
dikenakan terhadap penyerahan atau impor Barang Kena Pajak atau Jasa Kena
Pajak yang dilakukan oleh Pengusaha Kena Pajak, dan dapat dikenakan berkalikali setiap ada pertambahan nilai yang dapat dikreditkan.
Menurut Haula Rosdiana, Edi Slamet Irianto dan Titi Muswati Purwanti
(2011:65)
Pajak Pertambahan Nilai (PPN) bukanlah suatu bentuk perpajakan baru, namun
pada dasarnya merupakan Pajak Penjualan yang dibebankan dalam bentuk yang
berbeda. Oleh karena itu, maka Legal Character dari Pajak Pertambahan Nilai
adalah juga sebagai Pajak Tidak Langsung atas Konsumsi yang bersifat umum
(general indirect tax on consumption) yang dipungut dengan sistem yang berbeda
dari Pajak Penjualan. Value Added tax (VAT) atau taxe sur la valeur ajoutee,
pertama kali diperkenalkan di negara Prancis pada tahun 1954. Dengan berbagai
kelebihan-kelebihannya, konsep ini sekarang diterapkan hampir di seluruh negara
di dunia, terutama di negara-negara Eropa. Meskipun OECD menganjurkan untuk
negara-negara berpaling pada pajak atas konsumsi, namun demikian tidak ada
organisasi internasional yang secara formal mengawasi penerapan PPN. Sehingga
dalam implementasinya di setiap negara terjadi perkembangan yang berbeda-beda,
antara lain karena faktor bahasa. Akibatnya, seperti kata Tait, meski VAT telah
diadopsi secara tepat dan menyebar ke berbagai negara, namun tidak ada
fenomena yang pararel (unparalleled tax phenomenon). Sistem PPn merupakan
konsep baru dalam sistem pemungutan pajak tidak langsung yang muncul secara
cepat di dunia.
Pajak Pertambahan Nilai di Indonesia merupakan terjemahan dari Value
Added Tax. Kata “value added tax” merupakan istilah bahasa Inggris yang
bersumber dari dua bentuk istilah value added tax dan value added tax, suatu
istilah yang tidak berlaku universal. Istilah ini bersumber dari istilah aslinya yang
bernahasa Prancis, yang bola diterjemahkan lebih cocok adalah added value tax.
Namun demikian, pada dasarnya VAT lebih mengarah kepada pajak atas barang
dan jasa. “The term VAT is preffered to ‘goods and services tax”. Seperti halnya
Amerika dan Australia yang mengenakan apa yang disebut Goods and Services
Tas (GST).
Pajak Pertambahan Nilai (Value Added Tax atau Belasting Toegevoegde
Waarde) pada dasarnya merupakan Pajak Penjualan yang dipungut beberapakali
(multi stage levies) atas dasar nilai tambah yang timbul pada semua jalur produksi
dan distribusi. Jadi, PPN ini dapat dipungut beberapa kali pada berbagai mata
rantai jalur produksi dan distribusi, namun hanya pada pertambahan nilai yang
timbul pada setiap jalur yang dilalui barang dan jasa.
Dasar Hukum
Menurut Siahaan (2010:5) pengenaan dan pemungutan Pajak Pertambahan
Nilai di Indonesia saat ini didasarkan pada undang-undang Nomor 8 Tahun 1983
tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan Barang
Mewah sebagaimana telah tiga kali diubah terahkir dengan undang-undang
Nomor 42 Tahun 2009.
Peraturan Pajak Pertambahan Nilai
Menurut www.pajak.go.id keputusan Mentri keuangan Republik Indonesia
Nomor 25/KMK.01/1998 tentang pemberian restitusi atau pembebasan Pajak
Pertambahan Nilai dan atau Pajak Penjualan atas barang mewah kepada
perwakilan Negara asing atau badan internasional serta penjabat atau tenaga
ahlinya.
Mentri keuangan Republik Indonesia menimbang :
Bahwa dalam rangka memberikan pelayanan yang lebih baik kepada Perwakilan
Negara Asing atau Badan Internasional serta Pejabat atau Tenaga Ahlinya sesuai
dengan atas timbal balik sehubungan dengan permintaan restitusi atau
pembebasan PPN dan atau PPn BM atas perolehan BKP/JKP, dipandang perlu
diadakan penyesuaian
tata cara yang berlaku selama ini dengan keputusan Menteri Keuangan.
Mengingat :
1. Undang-undang Nomor 1 Tahun 1982 tentang Pengesahan Konvensi Wina
Mengenai Hubungan Diplomatik Beserta Protokol Opsionalnya Mengenai
Hal
Memperoleh
Kewarganegaraan
(Lembaran
Negara
Republik
Indonesia Tahun 1982 Nomor 2, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3211).
2.
Undang-undang Nomor 8 Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai
Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1983 Nomor 51, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 3264) sebagaimana telah diubah
dengan
Undang-undang Nomor 11 Tahun 1994 (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1994 Nomor 61, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 3568)
3. Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 1994 tentang Pelaksanaan
Undang-undang Nomor 8 Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai
Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah sebagaimana
telah diubah dengan Undang-undang Nomor 11 Tahun 1994 (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1994 Nomor 79, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 3581) sebagaiman telah diubah
terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 1996 (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1996 Nomor 53, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 3640).
4. Keputusan Presiden Nomor 96/M Tahun 1993 sebagaimana telah diubah
terakhir dengan Keputusan Presiden Nomor 150/M tahun 1997.
Memutuskan :
Pasal 1
1. Atas pembelian Barang Kena Pajak atau perolehan Jasa Kena Pajak yang
dilakukan oleh :
a. Perwakilan Negara Asing.
b. Badan Internasional di Indonesia yang memperoleh kekebalan
diplomatik serta Pejabat atau Tenaga Ahlinya dibebaskan Pajak
Pertambahan Nilai dan/atau Pajak Penjualan Atas Barang Mewah.
2. Pembebasan PPN dan/atau PPn BM kepada Perwakilan Negara Asing
hanya diberikan atas dasar azas timbal balik.
Pasal 2
1. Dalam hal Pajak Pertambahan Nilai dan/atau Pajak Penjualan Atas Barang
Mewah yang memperoleh fasilitas pembebasan terlanjur dipungut, maka
Pajak Pertambahan Nilai dan/atau Pajak Penjualan Atas Barang Mewah
yang terlanjur dipungut tersebut dapat dimintakan kembali.
2.
Pajak Pertambahan Nilai dan/atau Pajak Penjualan Atas Barang Mewah
yang dimintakan kembali
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1),
diajukan oleh pihak terpungut kepada Direktur Jenderal Pajak dan harus
disertai dengan rekomendasi dari Departemen Luar Negeri atau Sekretariat
Kabinet.
Pasal 3
Pelaksanaan teknis Keputusan ini diatur oleh Direktur Jenderal Pajak.
Pasal 4
Dengan berlakunya Keputusan ini, maka Keputusan Menteri Keuangan
Republik Indonesia Nomor : KEP-804/MK/8/6/1974 dan Keputusan Menteri
Keuangan Republik Indonesia Nomor : KEP-961/MK/7/7/1974 tentang Tata
Cara
Pelaksanaan
Surat
Keputusan
Menteri
804/MK/8/6/1974 dinyatakan tidak berlaku lagi.
Keuangan
Nomor
:
Pasal 5
Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan. Agar setiap orang
mengetahuinya,
memerintahkan
penempatannya dalam
pengumuman
Keputusan
ini
dengan
Berita Negara Republik Indonesia. Ditetapkan di
Jakarta Pada tanggal 27 Januari 1998 oleh Mentri Keuangan.
Pemungut Pajak Pertambahan Nilai
Menurut Gunadi (2011:127) pemungut Pajak Pertambahan Nilai terdiri
atas :
1. Kantor Perbendaharaan dan Kas Negara atau Kantor Pelayanan
Perbendahaaraan Negara.
2. Bendaharawan Pemerintah Pusat dan Daerah, baik Provisi, Kabupaten atau
kota.
3. Kontraktor Perjanjian Kerjasama Pengusahaan Pertambangan Minyak dan
Gas Bumi.
4. Kontraktor atau Pemegang Kuasa/Pemegang Izin Pengusahaanj Sumber
Daya Panas Bumi.
Menurut Haula Rosdiana, Edi Slamet Irianto dan Titi Muswati Purwanti
(2011:77)
Pemungutan
Pajak
Pertambahan
Nilai
secara
teories,
yurisdikisinpemajakan dalam pemungutan Pajak Pertambahan Nilai dibedakan
menyadi 2 (dua), yaitu :
1. Prinsip Asal (Origin Principle)
Berdasarkan destination principle, negara yang berhak mengenakan
pajak adalah negara dimana barang diproduksi atau dimana barang
tersebut berasal. Jika barang diekspor, maka atas ekspor tersebut akan
kena pajak. Sebaliknya, tetapi jika barang diimpor, maka atas impor
barang tersebut tidak akan dikenakan pajak.
2. Prinsip Tujuan (Destination Principle)
Berdasarkan destination principle, negara yang berhak mengenakan
pajak adalah negara dimana barang diproduksi atau dimana barang
tersebut dikonsumsi. Jika barang diimpor maka akan kena pajak, tetapi
jika barang diekspor, maka tidak akan dikenakan pajak.
Objek Pajak Pertambahan Nilai
Menurut Guandi (2011:8) Pajak Pertambhan Nilai dikenakan atas:
1. Penyerahan Barang Kena Pajak di dalam daerah pabean yang dilakukan
oleh Pengusaha.
2. Impor Barang Kena Pajak
3. Penyershsn Jasa Kena Pajak yang dilakukan di dalam daerah pabean oleh
Pengusaha.
4. Pemanfaatan Barang Kena Pajak dari luar daerah pabean di dalam daerah
pabean.
5. Pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari luar daerah pabean di dalam daerah
pabean.
6. Ekspor Barang Kena Pajak berwujud oleh Pengusaha Kena Pajak.
7. Ekspor barang kena Pajak tidak berwujud o;eh Pengusaha Kena Pajak.
8. Ekspor Jasa Kena Pajak oleh Pengusaha Kena Pajak.
9. Kegiatan membagun sendiri yang dilakukan tidak dalam kegiatan usaha
atau pekerjaan orang pribadi atau badan yang hasilnya digunakan sendiri
atau digunakan pihak lain.
10. Penyerahan aktiva oleh Pengusaha Kena Pajak yang menurut tujuan
semula aktiva tidak untuk diperjual belikan oleh Pengusaha Kena Pajak
(bukan inventory), kecuali atas penyerahan aktiva yang Pajak Masukannya
tidak dapat dikreditkan.
Faktur Pajak
Menurut Eddy Supriyanto (2011:23) Dasar pencatatan di dalam akuntansi
adalah bukti transaksi. Bukti pemungutan pajak pertambahan nilai dan pajak
penjualan barang mewah adalah faktur pajak. Faktur Pajak adalah bukti
pungutan Pajak yang dibuat oleh Pengusaha Kena Pajak atas penyerahan
Barang Kena Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak. Ada 4 jenis Faktur Pajak, di
antaranya adalah sebagai berikut:
1. Faktur Pajak Standar adalah Faktur Pajak yang paling sedikit memuat
keterangan tentang:
a. Nama, alamat, Nomor Pokok Wajib Pajak yang menyerahkan
Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak.
b. Nama, alamat, Nomor Pokok Wajib Pajak pembeli Barang Kena
Pajak atau penerima Jasa Kena Pajak.
c. Jenis barang atau jasa, jumlah Harga Jual atau Penggantian, dan
potongan harga.
d. Pajak Pertambahan Nilai yang dipungut.
e. Pajak Penjualan atas Barang Mewah yang dipungut.
f. Kode, Nomor Seri, dan tanggal pembuatan Faktur Pajak dan
g. Nama, jabatan, dan tanda tangan yang berhak menandatangani
Faktur Pajak.
2. Faktur Pajak Gabungan adalah Faktur Pajak Standar untuk semua
penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau penyerahan Jasa Kena Pajak yang
terjadi selama 1 (satu) bulan takwim kepada pembeli Barang Kena Pajak
atau penerima Jasa Kena Pajak yang sama.
3. Faktur Pajak Sederhana adalah Faktur Pajak yang dapat berbentuk:
a. Slip Cash Register atau Segi Cash Register yang dibuat oleh
Pedagang Eceran Selain Yang Menggunakan Norma Penghitungan
Penghasilan Neto dapat diperlakukan sebagai Faktur Pajak
sederhana.
b. Apabila dalam harga jual Barang Kena Pajak sudah termasuk Pajak
Pertambahan Nilai, Slip Cash Register atau Segi Cash Register
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) wajib diberi keterangan
“untuk Barang Kena Pajak harga sudah termasuk PPN”.
4. Faktur Pajak Khusus adalah faktur pajak yang khusus digunakan untuk
keperluan khusus. Contoh: PIB (Pemberitahuan Impor Barang), PEB
(Pemberitahuan Ekspor Barang), dll.
Berdasarkan Undang-Undang No 42 Tahun 2009 tentang PPN dan
PPnBM menyatakan bahwa Faktur Pajak yang berlaku adalah satu Jenis
Faktur Pajak, sedangkan untuk Faktur Pajak lainnya tidak berlaku lagi.
Waktu Pembuatan Faktur Pajak Standar
Faktur Pajak Standar harus dibuat paling lambat:
a. Pada akhir bulan berikutnya setelah bulan terjadinya penyerahan Barang
Kena Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak dalam hal pembayaran diterima
setelah akhir bulan berikutnya setelah bulan penyerahan Barang Kena
Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak.
b. Pada saat penerimaan pembayaran dalam hal pembayaran terjadi sebelum
akhir bulan berikutnya setelah bulan penyerahan Barang Kena Pajak
dan/atau penyerahan Jasa Kena Pajak.
c. Pada saat penerimaan pembayaran dalam hal penerimaan pembayaran
terjadi sebelum penyerahan Barang Kena Pajak dan/ atau sebelum
penyerahan Jasa Kena Pajak.
d. Pada saat penerimaan pembayaran termin dalam hal penyerahan sebagian
tahap pekerjaan.
e. Pada saat Pengusaha Kena Pajak rekanan menyampaikan tagihan kepada
Bendaharawan Pemerintah sebagai Pemungut Pajak Pertambahan Nilai.
Tarif Pajak Pertambahan Nilai
Menurut Eddy Supriyanto (2011:26) Tarif PPN ada dua macam yaitu:
1. 10 % untuk semua jenis penyerahan barang/jasa kena pajak kecuali ekspor.
Jumlah ini dapat berubah sesuai yang diatur dalam Peraturan Pemerintah
serendahnya 5 % dan setinggi-tingginya 15 %.
2. 0 % untuk ekspor. Hal ini dikarenakan tujuan pemerintah untuk
meningkatkan sumber devisa Negara.
Perhitungan Pajak Pertambahan Nilai
Menurut Mardiasmo (2009:33) Pajak Pertambahan Nilai yang terutang
dihitung dengan cara mengalihkan tarif Pajak Pertambahan Nilai dengan
Dasar Pengenaan pajak yang meliputi harga Jual, Penggantian, Nilai
Impor, Nilai Ekspor, atau Nilai lain.
Pajak yang Terhutang = Tarif Pajak x Dassar Pengenaan Pajak
1.5. Metode Penelitian
1. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di PT. Pabolak Arta Utama yang berada di Ruko
Harmoni Mas Jl. Garuda No.82E Kemayoran – Jakarta Pusat. Dan waktu yang
digunkan untuk penelitian selama 3 bulan.
2. Metode Pengumpulan Data
Untuk memperoleh informasi mengenai perusahaan serta mengumpulkan
data yang digunakan untuk penelitian ini, maka penulis menggunakan metode
sebagai berikut :
1. Penelitian Kepustakaan (Library Research) yaitu adalah :
Metode penelitian dilakukan dengan mencari informasi dengan membaca
buku-buku wajib, internet dan sumber-sumber yang berhubungan dengan
penelitian.
2. Penelitian Lapangan (Field Research) yaitu :
Metode penelitian dilakukan dengan melaksanakan peninjauan langsung
keperusahaan. Peninjauan lapangan ini terdiri dari :
Wawancara
a. Melakukan Wawancara dengan pemimpin atau karyawan PT.
Pabolak Arta Utama. Untuk memperoleh keterangan lebih
terperinci mengenai perussahaan maupun system perpajaknnya.
b. Observasi
Penelitian dilakukan dengan melakukan pengamatan langsung pada
perusahaan yang berhubungan dengan skripsi ini
3. Dokumentasi
Penelitian dilakukan dengan mengambil dokumen-dokumen yang relevan
terhadap hal-hal yang berkaitan erat dengan penelitian. Melakukan
penelitian dengan mengumpulkan data-data, berupa bukti dan dokumen
yang diperlukan , data - data yang berkaitan dengan system perpajakan
perusahaan dari tahun 2011, 2012 dan 2013.
3. Sumber Data dan Jenis Data
a. Sumber Data
-
Data Primer
Sumber data penelitian yang diperoleh langsung dari perusahaan.
Dalam penelitian ini dapat diperoleh dari perusahaan berupa laporan
perhitungan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan data-data yang
diperlukan.
b. Jenis Data
-
Data Kualitatif
Data yang disajikan dalam bentuk uraian deskriptif mengenai
gambaran umum dan sebagainya. Data kualitatif yang digunakan
dalam penelitian ini mengenai kondisi perusahaan, yaitu profil
perusahaan.
4. Metode Analisis
Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif
yaitu suatu metode yang dilakukan dengan cara mengumpulkan,
menyajikan, serta menganalisis data sehingga diperoleh gambaran yang
cukup jelas tentang masalah yang dihadapi, kemudian ditarik suatu
kesimpulan mengenai perhitungan, penyetoran, dan pelaporan pajak
perrtambahan nilai dengan peraturan Undang-Undang perpajakan yang
ada,
sebagaimana
terdapat
dalam
peraturan
pemerintah.
Dalam
menganalisis data, ada beberapa tahap yang akan dilakukan penulis yaitu :
1. Mengumpulkan data dari PT. Pabolak Arta Utama hal ini merupakan
langkah awal untuk mengetahui keadaan perusahaan terutama keadaan
perpajakan dari perusahaan itu sendiri. Langkah selanjutnya penulis
membahas akan data-data yang telah dikumpulkan.
2. Membandingkan akan hasil yang didapat dengan Undang-Undang
perpajakan yang nerlaku apakah sesuai atau tidak.
3. Menarik kesimpulan dari bahasan dan perbandingan yang telah
dilakukan dalam tahap-tahap sebelumnya.
4. Memberikan saran jika ditemukan sesuatu yang seharusnya diperbaiki
kepada perusahaan, agar menjadi lebih baik lagi dari sebelumnya.
5. Operasionalisasi Variable Penelitian
Pajak Pertambahan Nilai (PPN) adalah pajak yang dapat dikenakan
terhadap penyerahan impor barang kena pajak atau jasa kena pajak yang
dilakukan oleh pengusaha kena pajak dan dapat dikenakan berkali-kali setiap ada
Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan dikreditkan.
DAFTAR PUSTAKA
Guandi.2011.Panduan Komperhensif PPN. Jakarta: Multi Utama Consultindo.
Irianto Slamet Edi, Putranti Muswati Titi, Rosdiana Haula. 2011. Teori Pajak
Pertambahan Nilai. Bogor: Penerbit Ghalia Indonesia
Mardiasmo. 2009. Perpajakan. Yogyakarta: Penerbit Andi.
Resmi, Siti. 2011. Perpajakan : Teori dan Kasus buku 1 edisi 6. Jakarta: Salemba
Empat.
Resmi, Siti. 2011. Perpajakan : Teori dan Kasus buku 2 edisi 6. Jakarta: Salemba
Empat.
Siahaan, Marihot Pahala. 2010. Hukum Pajak Materiak. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Suandy, Erly. 2011. Hukum Pajak. Jakarta: Salemba Empat.
Supriyanto, Eddy.2011. Akuntasi Pajak. Yogyakarta : Graha Ilmu.
http://www.pajak.go.id/content/mengenal-lebih-dekat-pajak-pertambahan-nilai
Universitas Nasional, Jakarta, Astria Nova Dwi, 2010. Evaluasi atas pelaksanaan
Prosedur Penagihan Pajak Penghasilan Badan Pada Kantor Pelayanan
Pajak Pratama Jakarta Gambir Dua, Skripsi S1
Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah, Jakarta, Hapsari Tria Ayungtyas
Dyah, 2010. Analisis Pengaruh Pengenaan Pajak Pertambahan Nilai
(PPN) dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPNBM). Program S1
Akuntasi
Universitas Sam Ratulangi Manado, Manado, Lalujan R.E Cindy, 2013.
Analisis Penerapan pajak Pertambahan Nilai pada PT.Agung Utara Sakti
Manado,Program S1 Akuntasi.
Universitas Indonesia, Jakarta, Purnamasari dwi Anggita, 2012.
Analisis Penerapan Pajak Pertambahan Nilai pada PT. APCO, Program
S1-Ekstensi Akuntasi.
Akuntasi STIE MDP, Palembang, Syafitri Lili, 2013.
Analisis Perhitungan dan Pelapran Pajak Pertambahan Nilai Pada CV.
Family, Program S1 Akuntasi.