Manajemen Mutu dan Patient Safety 7 ALAT

Manajemen Mutu dan Patient Safety

7 ALAT PENINGKATAN MUTU

Oleh :

MUSTAINAH
K11113011

DEPARTEMEN MANAJEMEN RUMAH SAKIT
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2016

Tujuh Alat Peningkatan Mutu

1. Lembar Periksa
Lembar isian (check sheet) merupakan alat bantu untuk memudahkan dan
menyederhanakan pencatatan data. Bentuk dan isinya disesuaikan dengan kebutuhan
maupun kondisi kerja yang ada. Untuk mempermudah proses pengumpulan data maka
perlu dibuat suatu lembar isian (check sheet), dengan memperhatikan hal-hal sebagai

berikut :
a. Maksud pembuatan harus jelas
Dalam hal ini harus diketahui informasi yang jelas dan apakah data yang nantinya
diperoleh cukup lengkap sebagai dasar untuk mengambil tindakan atau tidak.
b. Stratifikasi harus sebaik mungkin
Dapat dipahami dan diisi serta memberikan data yang lengkap tentang apa yang ingin
diketahui.
c. Dapat diisi dengan cepat, mudah dan secara otomatis bisa segera diananlisa. Jika perlu
dicantumkan gambar dan produk yang akan di check.
Tujuan pembuatan lembar pengecekan adalah menjamin bahwa data dikumpulkan
secara teliti dan akurat oleh karyawan operasional untuk diadakan pengendalian proses
dan penyelesaian masalah. Data dalam lembar pengecekan tersebut nantinya akan
digunakan dan dianalisis secara cepat dan mudah. Lembar pengecekan ini memiliki
beberapa bentuk kesalahan jumlah.
Manfaat dari penggunaan check sheet dalam mengelola kualitas, antara lain yaitu:
a.
b.
c.
d.
e.

f.
g.

Data dapat dicatat dengan mudah
Data dapat dipahami dengan mudah
Mencegah terjadinya data hilang (missing data)
Dapat menentukan sumber persoalan
Memungkinkan pemecahan persoalan dengan cepat
Dipakai untuk memeriksa beberapa item secara bersamaan
Memungkinkan pengklasifikasian/penstrataan data

Menurut Tague (2005) penggunaan Check Sheet antara lain :

a. Ketika data dapat diamati dan dikumpulkan berulang kali oleh orang yang sama atau
di lokasi yang sama.
b. Ketika mengumpulkan data mengenai frekuensi atau pola kejadian, masalah, cacat,
lokasi cacat, penyebab cacat, dan sebagainya.
c. Ketika mengumpulkan data proses produksi.
Kemudahan-kemudahan yang diperoleh dari penggunaan checksheet akan
berdampak pada penghematan waktu maupun biaya dalam hal pengumpulan data. Lebih

jauh data yang dapat dikumpulkan dengan cepat, terpilah, dan valid, maka data tersebut
dapat dianalisis secara rinci untuk kepentingan pengambilan keputusan yang akurat dalam
hal pengendalian kualitas. Besar kecilnya manfaat yang bisa diperoleh dari penggunaan
check sheet bergantung pada banyak hal. Selain bergantung pada faktor manusia yang
menjadi observer pengisi check sheet, juga bergantung pada baik buruknya check sheet
yang digunakan. Makin baik check sheet, makin besar manfaat yang bisa diperoleh
dengan catatan observernya juga baik. Lalu check sheet yang baik yaitu :
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Sesuai dengan tujuan yang telah dirumuskan terlebih dahulu,
Direncanakan secara sistematis,
Berupa format yang praktis dan baik,
Hasil pengecekan diolah sesuai dengan tujuan,
Dapat diperiksa validitas, reabilitas, dan ketelitian,
Bersifat kuantitatif.


Contoh Kasus :
Untuk mengetahui tingkat kepuasan pasien yang berada di Instalasi Rawat Inap
Rumah Sakit UNHAS pada bulan Januari tahun 2016 pihak menejemen rumah sakit
memberikan kuesioner tingkat kepuasan kepada pasien pulang yang berada di kelas I, II,
dan III. Salah satu variabel tersebut yaitu mengenai tingkat kepuasan terhadap keramahan
perawat. Hasil dari tingkat kepuasan tersebut yaitu :

Kelas I
Kelas II
Kelas III
Total

Sangat
Tidak Puas
||
|
3

Tidak

Puas
|||
|||
||
8

Kurang
Puas
||||
|||
||||
11

Puas
||||
||
||||
10

Sangat

Puas
||
|
|||
6

Total
13
11
14
38

2. Stratifikasi
Stratification atau Stratifikasi dalam Manajemen Kualitas adalah Pembagian dan
Pengelompokan Data ke kategori-kategori yang lebih kecil dan mempunyai karakteristik

yang sama. Tujuan dari Stratification (Stratifikasi) adalah untuk mengidentifikasikan
faktor-faktor penyebab pada suatu permasalahan.
Saat menggunakan stratifikasi :



Sebelum mengumpulkan data



Ketika data berasal dari beberapa sumber atau kondisi, misalnya sif, hari-hari dalam
satu minggu, pemasok atau grup populasi



Ketika analisis data mungkin memerlukan pemisahan sumber atau kondisi berbeda
Langkah-langkah yang diperlukan dalam Stratification (Stratifikasi) adalah sebagai

berikut :
1. Menentukan Tujuan dari pelaksanaan Stratifikasi
2. Menentukan variabel atau kriteria yang akan dikelompokkan
3. Membuat kelompok dan sub kelompok (jika diperlukan)
4. Memasukan faktor-faktor kedalam kelompok ataupun subkelompok yang sesuai
5. Agar data lebih mudah dilihat, data stratifikasi tersebut lebih baik dibuat ke dalam
bentuk Pareto diagram atau Scatter Diagram.

Contoh Kasus :
Untuk mengetahui tingkat kepuasan pasien yang berada di Instalasi Rawat Inap
Rumah Sakit UNHAS pada bulan Januari tahun 2016 pihak menejemen rumah sakit
memberikan kuesioner tingkat kepuasan kepada pasien pulang yang berada di kelas I, II,
dan III. Salah satu variabel tersebut yaitu mengenai tingkat kepuasan terhadap keramahan
perawat. Hasil dari tingkat kepuasan tersebut yaitu :

Kelas I
Kelas II
Kelas III
Total

Sangat
Tidak Puas
||
|
3

Tidak
Puas

|||
|||
||
8

Kurang
Puas
||||
|||
||||
11

Puas
||||
||
||||
10

Sangat
Puas

||
|
|||
6

Total
13
11
14
38

Manajemen

ingin mengelompokan data berdasarkan tingkat kepuasan pasien

terhadap keramahan perawat, maka data tersebut akan disortir sehingga menjadi data
seperti dibawah ini :
Tingkat Kepuasan
Sangat Tidak Puas
Tidak Puas

Kurang Puas
Puas
Sangat Puas
Total

Total
3
8
11
10
6
38

3. Diagram Kendali
Diagram Kendali (Control Chart) adalah grafik yang digunakan untuk mengkaji
perubahan proses dari waktu ke waktu. Merupakan salah satu alat atau tools dalam
pengendalian proses secara statististik yang sering kita kenal dengan SPC (Statistical
Process Control), ada juga yang menyebutnya dengan Seven Tools. Pembuatan control
chart dalam SPC bertujuan untuk mengidentifikasi setiap kondisi didalam proses yang
tidak terkendali secara statistik (out of control) karena pengendaliannya terhadap proses
maka control chart termasuk ke dalam aktivitas on line quality control.
Tujuan dari peta kendali adalah untuk menentukan apakah hasil kerja suatu proses
masih dipertahankan pada taraf kualitas yang dapat diterima. Hal ini dilakukan dengan
mendeteksi apakah suatu proses dalam keadaan tak acak atau tak terkendali. Suatu
karakteristik kualitas yang menjadi perhatian dan satuan proses akan disampel menurut
waktu.
Karakteristik kualitas yang mendasari pembentukan peta kendali pada umumnya
ada dua macam yaitu peubah dan sifat (attribute). Untuk peta kendali peubah, ciri yang
diamati adalah pengukuran seperti rata-rata. Sedang untuk peta sifat maka yang diamati
adalah apakah tiap produk telah sesuai (cacat atau tidak).
Beberapa manfaat yang diperoleh dari peta kendali adalah:
1. Kapan tindakan perbaikan perlu dilakukan
2. Jenis tindakan perbaikan yang perlu diambil

3. Kapan membiarkan proses terus berlangsung
4. Mengukur kemampuan proses memenuhi persyaratan tertentu
5. Sebagai alat peningkatan mutu.
6. Bagaimana menyusun spesifikasi proses.
Pada dasarnya setiap peta kontrol memiliki :
o

Garis tengah (central line), yang biasa dinotasikan CL.

o

Sepasang batas kontrol (control limit), yakni batas kontrol atas (upper control
limit) dinotasikan UCL dan batas kontrol bawah (lower control limit) dinotasikan
LCL.
Tebaran nilai-nilai karakteristik kualitas yang menggambarkan keadaan dari

o
proses.

Peta Kontrol x-bar dan R


Peta kontrol x-bar (rata-rata) dan R (Range) digunakan untuk memantau proses yang
mempunyai karakteristik berdimensi kontinu, sehingga sering disebut sebagai peta
kontrol untuk data variabel.



Peta kontrol memberikan penjelasan tentang apakah perubahan-perubahan telah terjadi
dalam ukuran titik pusat (central tendency) atau rata-rata dari suatu proses.



Sementara itu, peta kontrol R (range) menjelaskan tentang apakah perubahanperubahan telah terjadi dalam ukuran variasi, dengan demikian berkaitan dengan
perubahan homogenitas produk yang dihasilkan melalui suatu proses
Pengendali proporsi kesalahan (p-chart) dan banyaknya kesalahan (np-chart)

digunakan untuk mengetahui apakah cacat produk yang dihasilkan masih dalam batas
yang disyaratkan. Perbandingan antara banyaknya cacat dengan semua pengamatan, yaitu
setiap produk yang diklasifikasikan sebagai “diterima” atau “ditolak” (yang diperhatikan
banyaknya produk cacat).

Peta pengendali proporsi digunakan bila kita memakai ukuran cacat berupa
proporsi produk cacat dalam setiap sempel yang diambil. Bila sampel yang diambil untuk
setiap kali melakukan observasi jumlahnya sama maka kita dapat menggunakan peta
pengendali proporsi kesalahan (p-chart) maupun banyaknya kesalahan (np-chart). Namun
bila sampel yang diambil bervariasi untuk setiapkali melakukan observasi berubah-ubah
jumlahnya atau memang perusahaan tersebut akan melakukan 100% inspeksi maka kita
harus menggunakan peta pengendali proporsi kesalahan (p-chart).
Bila sampel yang diambil untuk setiap kali observasi jumlahnya selalu sama atau
konstan, maka langkah-langkah pembuatan peta kendali - p adalah sebagai berikut:
1. Tentukan ukuran contoh/subgrup yang cukup besar (n > 30),
2. Kumpulkan banyaknya subgrup (k) sedikitnya 20–25 sub-grup,
3. Hitung untuk setiap subgrup nilai proporsi unit yang cacat, yaitu :
p=

x
n

Dimana :
p = proporsi kesalahan dalam setiap sampel
x = banyaknya produk yang salah dalam setiap sampel
n = banyaknya sampel yang diambil dalam inspeksi

4. Hitung nilai rata-rata dari p, yaitu p dapat dihitung dengan :

5. Hitung batas kendali CL, UCL dan LCL dari peta kendali p :

Catatan:

UCL = Upper Control Limit / Batas Pengendalian Atas (BPA)
LCL = Lower Control Limit / Batas Pengendalian Bawah (BPB)
6. Plot data proporsi (persentase) unit cacat serta amati apakah data tersebut berada
dalam pengendalian atau diluar pengendalian. (Hendra Poerwanto G)

Contoh Kasus :
Pada Januari 2016, Kamar Operasi Rumah Sakit UNHAS mengadakan audit alat
medis yang berada di kamar operasi. Berikut hasil audit pada bulan Januari :
No.

Nama Alat

1.
2.
3.

Operating Table
Mayo Table
Operating Lamp Ceiling
Type
Lampu Periksa/Examination
Lamp/Hanging Lamp
ETT, LMA, Nasotracheal,
Dewasa dan Pediatric
Laringoscope Set (Dewasa
Dan Pediatric)
Fiber Optic
Mesin Anesthesi
Defibrilator
Ventilator Anesthesi
Electro Surgery Unit (ESU)
Autoklaf
Major Surgery Instrument
Set Untuk Kepala (Dewasa
Dan Pediatric)
Bor
Major Surgery Instrument
Set untuk leher (Dewasa Dan
Pediatric)
Major Surgery Instrument
Set untuk thorak dan cardiac
Dewasa
Major Surgery Instrument
Set untuk thorak dan cardiac
Baby
Major Surgery Instrument
Set untuk abdomen Dewasa
Major Surgery Instrument
Set untuk abdomen pediatric
Major Surgery Instrument

4.
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20

x
n

Unit yang
cacat (x)
0
0
1

Unit yang
diinspeksi (n)
3
2
6

0

6

0

1

9

0.11

1

9

0.11

2
0
1
0
0
1
1

7
3
3
3
7
5
6

0.28
0
0.33
0
0
0.2
0.16

1
2

3
6

0.33
0.33

0

6

0

0

6

0

1

3

0.33

0

3

0

0

3

0

p=

0
0
0.16

21
22
23
24
25

Set untuk urologi Dewasa
Major Surgery Instrument
Set untuk urologi pediatric
Major Surgery Instrument
Set untuk bedah plastik
Major Surgery Instrument
Set untuk vaskuler
Minimal invasive surgery set
Mastektomi set
Total

¿

1

3

0.33

0

3

0

1

3

0.33

1
2
17

6
6
120

0.16
0.33
3.49

17
120
¿ 0.14

CL ¿ 0.14

UCL=0.14 +3
¿ 0.23
LCL=0.14−3
¿ 0.04



0.14 (1−0.14)
120



0.14 (1−0.14 )
120

1

2

3

4

5

6

7

8

9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
UCL

p

LCL

Belum tahu cara buat diagram seperti di bawah

4. Diagram Pareto
Diagram pareto disebut juga Gambaran pemisah unsur penyebab yang paling
dominan dari unsur-unsur penyebab lainnya dari suatu masalah. Diagram Pareto ini
merupakan suatu gambar yang mengurutkan klasifikasi data dari kiri ke kanan menurut
urutan ranking tertinggi hingga terendah. Hal ini dapat membantu menemukan
permasalahan yang terpenting untuk segera diselesaikan (ranking tertinggi) sampai dengan
yang tidak harus segera diselesaikan (ranking terendah).

Selain itu, Diagram Pareto juga dapat digunakan untuk membandingkan kondisi
proses, misalnya ketidaksesuaian proses, sebelum dan setelahdiambil tindakan perbaikan
terhadap proses.
Adapun Penyusunan Diagram Pareto meliputi 6 (enam) langkah, yaitu:
1. Menentukan metode atau arti dari pengklasifikasian data, misalnya berdasarkan
masalah, penyebab jenis ketidaksesuaian, dan sebagainya.
2. Menentukan satuan yang digunakan untuk membuat urutan karakteristik- karakteristik
tersebut, misalnya rupiah, frekuensi, unit, dan sebagainya.
3. Mengumpulkan data sesuai dengan interval waktu yang telah ditentukan.
4. Merangkum data dan membuat rangking kategori data tersebut dari yaang terbesar
hingga yang terkecil.
5. Menghitung frekuensi kumulatif atau persentase kumulatif yang digunakan.
6. Menggambar diagram batang, menunjukkan tingkat kepentingan relatif masingmasing masalah. Mengidentifikasi beberapa hal yang penting untuk mendapat
perhatian.
Contoh Kasus :
Untuk mengetahui tingkat kepuasan pasien yang berada di Instalasi Rawat Inap
Rumah Sakit UNHAS pada bulan Januari tahun 2016 pihak menejemen rumah sakit
memberikan kuesioner tingkat kepuasan kepada pasien pulang yang berada di kelas I, II,
dan III. Salah satu variabel tersebut yaitu mengenai tingkat kepuasan terhadap keramahan
perawat. Hasil dari tingkat kepuasan tersebut yaitu :

Kelas I
Kelas II
Kelas III
Total

Sangat
Tidak Puas
0
2
1
3

Tidak
Puas
3
3
2
8

Kurang
Puas
4
3
4
11

Puas
4
2
4
10

Sangat
Puas
2
1
3
6

Total
13
11
14
38

Untuk melihat pareto chart dari tingkat kepuasan pasien terhadap keramahan perawat
dari kelas I-III, yaitu

Keramahan Perawat
12
10
8
6

Keramahan Perawat
Exponential (Keramahan
Perawat)

4
2
0
ng
ra
u
K

as
Pu

as
Pu

k
da
Ti

as
Pu

s
s
ua
ua
P
P
t
ak
ga
id
n
T
a
S
at
g
n
Sa

5. Diagram Tulang Ikan
Diagram fishbone (diagram tulang ikan) atau disebut juga diagram sebab-akibat
(cause and effect diagram) atau disebut juga diagram Ishikawa (Ishikawa Diagram), ini
sesuai dengan nama Prof. Kaoru Ishikawa dari Jepang yang memperkenalkan diagram ini.
Diagram sebab-akibat adalah suatu pendekatan terstruktur yang memungkinkan
dilakukan suatu analisis yang lebih terperinci dalam menemukan penyebab suatu masalah,
ketidaksesuaian, dan kesenjangan yang terjadi. Diagram ini dapat diigunakan dalam
situasi dimana, (1) terdapat pertemuan diskusi dengan menggunakan brainstorming untuk
mengidentifikasi mengapa suatu masalah terjadi (2) diperlukan analisis terperinci terhadap
suatu masalah, dan (3) terdapat kesulitan untuk memisahkan penyebab dari akibat.
Penggunaan diagram ini mengikuti langkah-langkah sebagai berikut:
a. Dapatkan kesepakatan tentang masalah yang terjadi dan ungkapkan masalah itu
sebagai suatu pertanyaan masalah.
b. Temukan sekumpulan penyebab yang mungkin, dengan menggunakan teknik
brainstorming atau membentuk anggota tim yang memiliki ide-ide yang berkaitan
dengan masalah yang sedang dihadapi.
c. Gambarkan diagram dengan pertanyaan mengenai masalah untuk ditempatkan pada
posisi kanan (membentuk kepala ikan) dan kategori utama ditempatkan pada cabang
utama (membentuk tulang-tulang besar dari ikan). Kategori utama dapat diubah sesuai
kebutuhan.

d. Tetapkan setiap penyebab dalam kategori utama yang sesuai dengan menempatkannya
pada cabang yang sesuai.
e.

Untuk setiap penyebab yang mungkin, tanyakan “mengapa” untuk menemukan akar
penyebab, kemudian tulislah akar-akar penyebab itu pada cabang-cabang yang sesuai
dengan kategori utama (membentuk tulang-tulang kecil dari ikan).

f. Interpretasi atas diagram sebab akibat itu adalah dengan melihat penyebab-penyebab
yang muncul secara berulang, kemudian dapatkan kesepakatan melalui consensus
tentang penyebab tersebut.
g. Terapkan hasil analisis dengan menggunakann diagram sebab-akibat, dengan cara
mengembangkan dan mengimplementasikan tindakan korektif, serta memonitor hasilhasil untuk menjamin bahwa tindakan korektif yang dilakukan itu efektif karena telah
menghilangkan akar penyebab dari masalah yang dihadapi.
Alat ini digunakan ketika sebuah institusi atau tim perlu mengidentifikasi dan
mengeksplorasi sebab-sebab masalah atau mencari faktor-faktor yang bisa mengarahkan
pada sebuah perbaikan atau peningkatan.
Contoh Kasus :
Suatu penelitian ingin melihat sebab akibat terjadinya Cancer Payudara yang terjadi di
wilayah Kabupaten Takalar, Sulawesi Selatan dengan menggunakan fishbone diagram.
Tabel Bantu dalam Fishbone Diagram
Akibat
Masalah

Sebab
Utama

Pola Sebab-Sebab
Sebab Sekunder
Perilaku Masyarakat (life
syle)

Sebab Terseier

Kebiasaan mengkonsumsi makanan
yang tidak sehat (fastfood)
Kebisan merokok
Mengkonsumsi alcohol
Kurangnya aktivitas fisik
Seringnya terkena radiasi

Man

Menggunakan oral kontrsepsi
Sering merasa stress
Kurangnya dokter spesialis Lambatnya penanganan cancer
Sulit menjangkau rumah sakit yang
memiliki dokter spesilis cancer

Cancer
Payudar
a

Money

Kurangnya tenaga
kesehatan

Kurangnya penyuluhan kepada
masyarakat tentang penyakit cancer
payudara

Kurangnya Budget dari
PEMDA

Pembelian alat-alat kesehatan
menjadi lambat
Pelaksanaan pengobatan menjadi
lambat
Mahalnya biasa pengobatan

Kurangnya Income
perkapita

Penderita lebih memilih pengobatan
alternative yang lebih murah
Ability to Pay (ATP) terhadap
pelayanan kesehatan untuk
pemeriksaan masih rendah
Wilingness to Pay (WTP) terhadap
pelayanan kesehatan dan untuk
pemeriksaan masih rendah

Akibat

Pola Sebab-Sebab
Sebab Sekunder

Sebab Utama

Sebab Terseier

Masalah
Obat

Sulit untuk diperoleh
Peningkatan harga obat karena
kurangnya persediaan
Distribusi obat yang tidak sesuai
dengan kebutuhan rumah sakit
Belum ada obat yang bisa membunuh
secara keseluruhan sel kanker

Material

Alat operasi

Alat operasi yang sulit di peroleh
Terdapat di rumah sakit khusus

Cancer
Payudar
a

Pembiayaan yang relative mahal
Alat radioterapi dan
kemoterapi

Alat terapi

Market

Sosialisasi pencegahan

Terdapat di rumah sakit khusus
Pembiayaan yang relative mahal
Alat radioterapi dan kemoterapi yang
sulit di peroleh
Terdapat di rumah sakit khusus
Pembiayaan yang relative mahal
Alat terapi yang sulit di peroleh
Kurang melakukan surveilans untuk
penyakit cancer

Informasi

Adanya mitos di masyarakat “tidak
ada hak dalam pelayanan kanker’
Kesalahan nformasi bahwa ‘tidak ada
tanda atau gejala cancer’

Digram Fishbon
Man

Life Style

Money

Income perkapita

Tenaga Ksehatan

Dpkter Spesialis

Budget dari
PEMDA

Cancer
Payudara

Obat
Alat Terapi

Alat Operasi

Informasi

Alat Radioterapi
dan kemoterapi

Material

Sosialisasi
Pencegahan

Market

6. Diagram Pencar
Scatter Diagram atau Diagram Pencar adalah salah satu alat dari QC Seven
Tools (7 alat pengendalian Kualitas) yang berfungsi untuk melakukan pengujian terhadap
seberapa kuatnya hubungan antara 2 (dua) variabel serta menentukan jenis hubungan dari
2 (dua) variabel tersebut apakah hubungan Positif, hubungan Negatif ataupun tidak ada
hubungan sama sekali. Bentuk dari Scatter Diagram atau Diagram Pencar adalah
gambaran grafis yang terdiri dari sekumpulan titik-titik (point)dari nilai sepasang variabel
(Variabel X dan Variabel Y)
Dalam bahasa Inggris, Scatter Diagram sering disebut juga dengan Scatter Chart,
Scatter plot, Scattergram dan Scatter graph. Sedangkan dalam bahasa Indonesia, Scatter
Diagram sering dikenal dengan istilah Diagram Pencar, Diagram Sebar ataupun Diagram
Tebar.

Baberapa kasus yang dapat dijadikan sebagai bahan untuk pengujian kekuatan
hubungan antara 2 variabel antara lain :

1. Hubungan antara kecepatan Mesin dengan Kualitas Produk.
2. Hubungan antara Jumlah Tenaga Kerja dengan Output yang dihasilkan.
3. Hubungan antara Jumlah Jam kerusakan mesin dengan tingkat kecacatan yang terjadi.
4. Hubungan antara Total Jam Lembur dengan tingkat absensi Tenaga Kerja.
5. Hubungan antara Absensi dengan tingkat kerusakan produk.
Cara Membuat Scatter Diagram (Diagram Pencar)
1. Pengumpulan dat
Lakukan pengumpulan sepasang data X dan Y yang akan dipelajari hubungannya
kemudian masukkanlah data tersebut ke dalam sebuah Tabel. Usahakan pengumpulan
pasangan data melebihi 30 pasangan data (n > 30) agar tingkat ke-akurasi-annya lebih
tinggi.
2. Pembuatan Sumbu Vertikal dan Sumber Horizontal
Tentukanlah nilai Maksimum dan nilai Minimum dari kedua data variabel X dan Y
tersebut kemudian buatlah sumbu Vertikal dan sumbu Horizontal beserta skalanya
sesuai dengan nilai Maksimum dan Nilai Minimum yang didapat.
3. Penebaran (Plotting) data
Lakukanlah Penebaran data (data plotting) kedalam kertas yang telah dibuat pada
langkah ke-2 (langkah pembuatan sumbu vertikal dan sumbu horizontal)
4. Pemberian Informasi
Berikanlah informasi yang secukupnya untuk Scatter Diagram tersebut seperti :
1. Judul Grafik
2. Banyaknya pasangan data
3. Judul dan unit pengukuran untuk sumbu Vertikal dan Horizontal

4. Interval Waktu
5. Orang yang membuat dan penanggung Jawab Scatter Diagram tersebut.
Contoh Kasus :
Salah satu rumah sakit di Makassar sedang menghadapi masalah yaitu rendahnya
tingkat kepuasan pasien Rawat Inap pada bulan Januari. Dicurigai bahwa penyebabnya
adalah kurang ramahnya perawat yang berada di Rawat Inap dari VVIP hingga Kelas III .
Berikut adalah table mengenai tingkat kepuasan pasien di Instalasi Rawat Inap :
Rawat Inap
Kelas VVIP
Kelas VIP
Kelas I
Kelas II
Kelas III

Pasien Pulang Hidup
Bulan Januari
12
25
34
45
56

Tingkat Kepuasan (%)
66
40
44
33
53

n=5
Sumbu Horizontal

: Nilai maksimum untuk Jumlah pasien pulang adalah 56 dan
minimum adalah 12

Sumbu Vertikal

: Nilai maksimum untuk Tingkat Kepuasan adalah 66 dan
minimum 33

Tingkat Kepuasan Pasien
di Instalasi Rawat Inap
70
60
50

Y-Values

40
30
20
10
0
0

10

20

30

40

50

60

7. Histogram
Dalam Statistik, Histogram merupakan tampilan bentuk grafis untuk menunjukkan
distribusi data secara visual atau seberapa sering suatu nilai yang berbeda itu terjadi dalam
suatu kumpulan data. Histogram juga merupakan salah satu alat dari 7 alat pengendalian
kualitas (QC 7 Tools). Manfaat dari penggunaan Histogram adalah untuk memberikan
informasi mengenai variasi dalam proses dan membantu manajemen dalam membuat
keputusan dalam upaya peningkatan proses yang berkesimbungan (Continous Process
Improvement).
Langkah-langkah Membuat Histogram
1. Mengumpulkan data Pengukuran
Data untuk membuat Histogram adalah data pengukuran yang berbentuk Numerik.
2. Menentukan besarnya Range
Sebelum menentukan Besarnya nilai Range, kita perlu mengetahui Nilai terbesar dan
Nilai Terkecil dari seluruh data pengukuran kita. Cara untuk menghitung Nilai Range
(R) adalah :
R = Xmaks – Xmins
Atau
Range = Nilai terbesar – Nilai terkecil
3. Menentukan Banyaknya Kelas Interval
Sebagai Pedoman, terdapat Tabel yang menentukan Kelas Interval-nya sesuai dengan
banyaknya Jumlah Sample Unit pada Data Pengukuran.
4. Menentukan Lebar Kelas Interval, Batas Kelas, dan Nilai Tengah Kelas
4.1 Menentukan Lebar Kelas Interval
Yang menentukan Lebar setiap kelas Interval adalah pembagian Range (Langkah
2) dan Banyaknya Interval Kelas (Langkah 3).
4.2 Menentukan Batas untuk setiap Kelas Interval
Untuk menentukan Batas untuk setiap kelas Interval, kita memakai rumus :
Nilai terendah – ½ x unit pengukuran
4.3 Menentukan Nilai Tengah setiap Kelas Interval :
Nilai Tengah Kelas Pertama :
Nilai Tengah Kelas Pertama = batas atas + batas bawah kelas Pertama / 2
5. Menentukan Frekuensi dari Setiap Kelas Interval
Untuk mempermudah perhitungan, pakailah tanda “Tally” pengelompokkan 5 (lima)
untuk menghitung satu per satu jumlah frekuensi yang jatuh dalam kelas Interval.
Masih kasus yang sama, berikut ini tabel hasil perhitungannya :
6. Membuat Grafik Histogram

1. Membuat Garis Horizontal dengan menggunakan skala berdasarkan pada unit
pengukuran data
2. Membuat Garis Vertikal dengan menggunakan skala frekuensi
3. Menggambarkan Grafik Batang, tingginya sesuai dengan Frekuensi setiap Kelas
Interval
4. Jika terdapat batasan Spesifikasi yang ditentukan oleh Customer (Pelanggan) maka
tariklah garis vertikal sesuai dengan spesifikasi tersebut.
Contoh Kasus :
Seorang mahasiswa ditugaskan untuk mengukur tinggi badan 25 teman sekelasnya,
kemudian ia menyusun mulai dari terpendek sampai tertinggi. Hasil yang ia peroleh yaitu :
15
2
15
6
15
8
16
0
16
2
Nilai Maksimum

= 168

Nilai Minimum

= 152

Range

= 168-152 = 16

Jumlah Kelas

=5

15
2
15
8
16
0
16
0
16
4

15
5
15
8
16
0
16
0
16
5

15
5
15
8
16
0
16
2
16
5

15
5
15
8
16
0
16
2
16
8

Lebar Interval Kelas = 16/5 = 3.2 = 4
Batas Bawah Kelas interval = 152 - ½ x 4 = 150

Kelas
150 – 153
154 – 157
158 – 161
162 – 165
166 – 169

Nilai Tengah
151.5
155.5
159.5
163.5
167.5

Frekuensi
2
4
12
6
1

HISTOGRAM
14
12
10

Frekuensi
Polynomial (Frekuensi)

8
6
4
2
0
151.5

155.5

159.5

163.5

167.5