Library Research Hukum dan HAM Rombel 06

PERSPEKTIF
PANCASILA TERHADAP
ASAS NONDISKRIMINASI DALAM
PENANGANAN KASUS
HAM DI INDONESIA
Eko Yuliyanto
8111416011
Vina Ainin Salfi Yanti
8111416038

Pengertian Hak Asasi Manusia menurut Jack
Donnelly
– “human rights are a special class of rights that one has simply because one is
a human being. They are thus moral rights of the highest order (whether or
not they are recognized in the positive law). As such, they play a special
political role”.
– Maksud dari pengertian tersebut adalah bahwa hak asasi manusia adalah
suatu hak yang istimewa, hak tersebut dimiliki karena seseorang adalah
manusia dan hak asasi manusia adalah hak moral yang tertinggi sehingga
memiliki peranan yang penting dalam politik.


Indonesia memiliki berbagai jenis keragaman, sehingga dengan ragamnya
agama, buadaya, ras, budaya, dan keragaman lain yang menyebabkan
terjadinya konflik dalam kehidupan bermasyarakat merupakan hambatan bagi
hubungan kekeluargaan, persaudaraan, persahabatan, perdamaian , keserasian,
keamanan, dan kehidupan bermata pencaharian di antara warga negara yang
pada dasarnya selalu hidup berdampingan.
Ciri budaya gotong royong yang telah dimiliki masyarakat Indonesia
dan adanya perilaku musyawarah/mufakat, bukanlah jaminan untuk
tidak terjadinya konflik, terutama dengan adanya tindakan diskriminasi
terhadap suatu kelompok/golongan tertentu

Kasus pelanggaran HAM di Indonesia

– Pelanggaran hak asasi manusia dalam UU No. 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia,
adalah setiap perbuatan seseorang atau sekelompok orang termasuk aparat negara baik
disengaja maupun tidak disengaja atau kelalaian yang secara melawan hukum, mengurangi,
menghalangi, membatasi dan mencabut HAM seseorang atau sekelompok orang yang dijamin
oleh undang-undang ini dan tidak mendapat atau dikhawatirkan tidak akan memperoleh
penyelesaian hukum yang adil dan benar berdasarkan mekanisme hukum yang berlaku.
– UU No. 26 tahun 2000 tentang Pengadilan HAM, mendefinisikan pelanggaran HAM adalah

setiap perbuatan seseorang atau kelompok orang termasuk aparat negara baik disengaja
ataupun tidak disengaja atau kelalaian yang secara hukum mengurangi, menghalangi,
membatasi, dan mencabut HAM seseorang atau kelompok orang yang dijamin oleh undangundang ini, dan tidak didapatkan atau dikhawatirkan tidak akan memperoleh penyelesaian
hukum yang berlaku.

Asas non-diskriminasi dalam kasus HAM di Indonesia

– Asas non-diskriminasi atau non-discrimination principle adalah bahwa tidak seorangpun
dapat meniadakan hak asasi orang lain karena faktor-faktor luar, misalnya ras, warna
kulit, jenis kelamin, bahasa, agama, politik atau pandangan lainnya. Bahwa segala
warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan berhak atas perlindungan
terhadap setiap bentuk diskriminasi ras dan etnis.
– Secara konstitusional ada beberapa ketentuan sebagai sumber hukum bagi hak untuk
bebas dari diskriminasi dalam pasal 28D ayat 2 UUD 1945 berbunyi “Setiap orang
berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum yang adil serta
perlakuan yang sama di hadapan hukum.
– Dalam pasal 28I ayat 2 UUD 1945 pun mengatur mengenai non-diskriminasi yang
berbunyi :
“Setiap orang berhak bebas dari perlakuan yang bersifat diskriminatif atas dasar apa pun
dan berhak mendapatkan perlindungan terhadap perlakuan yang bersifat diskriminatif itu”.


– Secara fungsional, non-diskriminasi pada hakikatnya adalah asas dalam rangka implementasi
perlindungan HAM terkait dengan kewajiban negara terhadap semua jenis HAM.
Perlindungannya bersifat accessory, yaitu: “it can only be applied
when any of those rights or
freedoms has been violated.” Pengertian ini mengacu pada Art. 14 the European Convention for
the Protection of Human Rights and Fundamental Freedoms Pengertian demikian tercermin
secara inheren dalam Pasal 1 angka 3 jo. Pasal 2 ayat (3) UU No. 39 Tahun 1999, Art. 2
Universal Declaration of Human Rights (UDHR), Art. 2.(1) International Covenant on Civil and
Political Rights (ICCPR), dan Art. 2.(2) International Covenant on Economic, Social and Cultural
Rights (ICESCR).
– Ruang lingkup asas non-diskriminasi ada dua, yaitu melarang diskriminasi langsung ( direct
discrimination) dan tidak langsung ( indirect discrimination).
– Secara substantif, ketentuan non-diskriminasi pada hakikatnya pararel dengan ketentuan yang
maknanya positif yaitu hak atas persamaan (the right to equality). Landasan yuridis spesifik bagi
hak atas persamaan adalah Art. 7 UDHR15 dan Art. 26 ICCPR.16 Ketentuan ini menjamin tiga
bentuk perlindungan HAM: equality before the law; equal protection of the law; dan protection
from discrimination. Ketentuan tersebut pararel dengan Pasal 28D ayat (2) jo. Pasal 5 ayat (1)
UU No. 39 Tahun 1999.


Contoh Kausu mengenai Diskriminasi
– Kasus Hak Politik Eks-PKI
– Syarat Menjadi Presiden dan Wakil Presiden
– Kebijakan Legislatif dalam rangka Penyederhanaan
Partai Politik
– Halangan bagi Bekas Narapidana untuk menjadi
Pejabat Publik
– Syarat Sarjana Hukum bagi Calon Pimpinan KPK

Perspektif Pancasila terhadap penerapan asas non diskriminasi dalam kasus HAM di
Indonesia

– Dalam pandangan Soekarno, bahwa Indonesia (melalui Pancasila) tidak dipimpin dan tidak
mengikuti kedua ajaran, yakni baik ajaran liberal maupun komunis. Lima nilai fundamental
tersebut digali dan diekstrak dari pengalaman kami sendiri dan dari sejarah kami sendiri
tumbuhlah sesuatu yang lain, sesuatu yang jauh lebih sesuai, sesuatu yang jauh lebih cocok
dengan kondisi Indonesia, sesuatu itu kami namakan“PANCASILA”
– Prinsip HAM dalam Sila-sila dari Pancasila yang digali oleh The founding fathers bersumber dari
kebudayaan asli Indonesia dan itu merupakan produk dari konsensus bersama yang kemudian
dijadikan sebagai pandangan hidup bangsa, dasar dan ideologi negara yang ditetapkan pada 18

Agustus 1945. Sumber bahan dan nilai Pancasila digali dari nilai-nilai yang lahir dan tumbuh di
dalam diri bangsa Indonesia sendiri. Karena itu, sejarah telah menyatakan bahwa Pancasila
adalah jiwa seluruh rakyat Indonesia, yang memberi kekuatan hidup kepada bangsa Indonesia
serta membimbingnya dalam mengejar kehidupan lahir batin yang makin baik, di dalam
masyarakat Indonesia yang adil dan makmur.

– Sistem nilai universal dari Pancasila yang melandasi HAM adalah
(a) nilai religius atau ketuhanan, (b) nilai kemanusiaan, (c) nilai
persatuan, (d) nilai kerakyatan, dan (e) nilai keadilan.
– Salah satu asas yang terkandung dalam Pancasila adalah asas
non-diskriminasi, yakni suatu asas di mana setiap orang memiliki
kedudukan yang sama, tanpa adanya perlakuan yang berbeda
hanya karena ras, warna kulit, pendapat, agama, dan lain
sebagainya. Bahwa salah satu sila pancasila yang kedua adalah
kemanusiaan yang adil dan beradab. Jadi, hal ini jelas
menggambarkan bahwa setiap manusia memiliki kesamaan dan
berhak mendapat perlakuan yang sama.

– Pancasila menggambarkan sebagai nilai-nilai yang
mencerminkan seseorang dalam bertindak hendaknya

bersandar pada martabat setiap orang agar tidak sampai
mencederai hak fundamental yang melekat dalam diri manusia
itu. Asas non-diskriminasi adalah bagian dari Pancasila yang
menjadi tolok ukur sampai di mana pancasila itu ada ditengahtengah masyarakat Indonesia. Pancasila memandang asas
non-diskriminasi sebagai asas yang tidak boleh dibaikan,
karenanya sangat riskan jika sedikit saja ada isu untuk
menghapus pancasila dan menggantinya dengan ideologi lain.
– Pancasila ini kuat dan benar-benar hidup ketika Pancasila
mampu menjadi tongkat ketika ada pelanggaran HAM melalui
sila-sila dan nilai-nilai yang terkandung didalamnya untuk
diimplementasikan dengan baik dan diutamakan asas nondiskriminasi dalam setiap konflik atau pelanggaran yang terjadi
sehingga nantinya dapat menghasilkan putusan yang bernilai
keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia.