PEMBELAJARAN BIPA SEBAGAI PEMBELAJARAN M

PROSIDING
Konferensi Internasional Pengajaran BIPA VII (KIPBIPA VII)
yang diselenggarakan oleh
Lembaga Bahasa Internasional
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia (LBI FIBUI)
pada tangal 29—31 Juli 2010 di FIB UI, Depok.

PEMBELAJARAN BIPA SEBAGAI PEMBELAJARAN MULTIKULTURAL *)
Ekarini Saraswati
Universitas Muhammadiyah Malang
ekarini2004@yahoo.com

Pembelajaran BIPA merupakan pembelajaran multikultural yang perlu memperhatikan
keragaman etnis, jender, agama, bahasa, pendidikan dan usia (Gollmick dan Chinn, 2002).
Dari segi keragaman etnis dapat dilihat dari kebiasaan yang berbeda pada kelompok pelajar
yang berasal dari dunia Barat dan dunia Timur. Kelompok pelajar yang berasal dari dunia
Barat biasanya memiliki sikap yang lebih kritis dan menuntut profesionalisme tinggi terutama
pelajar yang berasal dari negara Jerman, Australia, Finlandia sedangkan pelajar dari Hungaria
dan Polandia lebih pengertian. Pelajar yang berasal dari dunia Timur memiliki sikap lebih
pengertian, rajin dan mudah menyesuaikan diri terutama yang berasal dari negara China.
Masalah perlakuan jender di Indonesia menjadi persoalan bagi beberapa pelajar BIPA dari

negara Barat karena mereka sering mendapat perlakuan yang tidak baik dari masyarakat
sekitar. Masalah agama yang cukup membebani pelajar dari negara Barat terutama dalam
hal peraturan berpakaian bagi perempuan . Keragaman bahasa memberikan pemahaman
yang berbeda terhadap bahasa Indonesia karena didasarkan pada aturan bahasa dari negara
mereka masing-masing. Keragaman usia dan latar belakang pendidikan sebelumnya
mempengaruhi daya tanggap mereka di dalam mempelajari bahasa Indonesia. Pelajar yang
memiliki latar belakang pendidikan sarjana dan magister lebih mudah menyerap pelajaran
daripada pelajar dari kalangan mahasiswa demikian juga pelajar yang berusia lebih muda
lebih mudah menyerap pelajaran daripada pelajar yang berusia lebih tua
Pembelajaran multikultural memberikan tantangan tersendiri bagi pengajar untuk
menciptakan pembelajaran yang menyenangkan dan dapat diterima semua pihak.
Pembelajaran multikultural dapat dilaksanakan dengan baik dengan cara memilih media yang
tepat seperti media gambar, komik, film, atau wisata yang akan melibatkan aktivitas semua
siswa. Selain itu juga metode pembelajaran yang bersifat kooperatif dan kolaboratif dapat
menciptakan suasana diskusi yang hangat.

Pendahuluan
Pembelajaran BIPA telah dilaksanakan di 76 lembaga penyelenggara di Indonesia dan
179 lembaga di luar negeri (Pusat Bahasa). Ini menunjukkan bahwa pembelajaran BIPA
sudah merupakan kegiatan yang cukup penting di dalam memperkenalkan Bahasa Indonesia

di dunia internasional. Berhubungan dengan itu pembelajaran BIPA menyentuh situasi kelas
yang bersifat multikultural yang memperhatikan keragaman budaya siswa.

*)

Makalah disajikan dalam Konferensi Internasional Pengajar BIPA di UI pada tgl 29 - 31 Juli 2010

Pembelajaran Multikultural
Pembelajaran multikultural artinya pembelajaran yang berlangsung di dalam kelas
yang diikuti siswa dari beragam budaya. Di dalam pelaksanaan pembelajaran multikultural di
antaranya perlu memperhatikan keragaman kelas, etnis, jender, agama, bahasa, pendidikan
dan usia (Gollmick dan Chinn, 2002). Kelas yang dimaksud berhubungan dengan tingkat
ekonomi siswa yang meliputi kelas bawah, kelas menengah ke bawah, kelas menengah, kelas
menengah ke atas, dan kelas atas. Masalah etnis berhubungan dengan perbedaan kelas,
kelompok etnik dan ras, hubungan antargrup, identitas etnis dan ras: tingkatan identitas,
identitas oposisi. Implikasi pendidikan perlu pengetahuan tentang perbedaan etnik,
pendekatan kurikulum, pengukuran dan kemampuan siswa, hubungan antargrup. Jender
berhubungan dengan masyarakat dan jender, biologis dan jender, budaya dan jender, identitas
jender. Impact perbedaan persepsi, penyereotipan peran jender, diskriminasi jender dan jenis
kelamin: pekerjaan. Agama meliputi: agama dan budaya, agama dan pandangan hidup, agama

dan jender, agama dan ras, identitas agama secara individu, pengaruh hak-hak agama.
Implikasi pendidikan perlu bimbingan pengajaran tentang agama. Bahasa: non verbal.
Implikasi: pengukuran bahasa dan pendidikan, pendidikan bilingual. Usia: Usia dan
kebudayaan.
Di dalam pelaksanaan pembelajaran yang berbasis Pendidikan Multikultural terdapat
hal yang perlu diperhatikan dari pihak guru harus memiliki perspektif multi mendengarkan
suara anak, adanya interaksi siswa dan guru, komunikasi siswa dan guru, lintas batas,
pengajaran demokrasi dan sosial: berpikir kritis, keterlibatan siswa,
Gambaran umum peserta BIPA di UMM terdiri dari siswa yang berasal dari Finlandia,
Australia, Madagaskar, Jepang, Jerman, Polandia, Hungaria, Aljajair, Uzbekistan, China,
Thailand, Timor Leste, Afrika Selatan, Serbia dan Amerika. Dari kelompok kelas mereka
termasuk ke dalam kelas menengah. Siswa yang berasal dari Finlandia, Polandia, Jerman
berasal dari kelas menengah ke atas sedangkan siswa dari Negara lainnya dari kelas
menengah ke bawah. Dari segi Etnis mereka terdiri dari etnis Barat dan Timur. Agama
terdiri dari Nasrani, Budha dan Islam. Nasrani terdiri dari katolik dan ortodok (Serbia),
Budha (Thailand dan China) Islam (Thailand, Aljajair dan Uzbekistan). Dari segi jenis
kelamin lebih banyak perempuan (19) laki-laki (8). Bahasa Inggris (Australia dan Finlandia),
dan selain B Inggris. Usia antara 17-25 th. Pendidikan SMA-magister.
Perbedaan kelas di antara mereka tidak menjadikan adanya perilaku yang menganggap
yang lain lebih rendah, tetapi mereka saling membantu misalnya ketika salah seorang di

antara mereka ada yang sakit yang lain membantu secara materi atau tenaga (Siswa Thailand

dan Polandia, siswa Jerman dengan Timor Leste). Perilaku siswa dari etnis Barat dan Timur
berbeda, tetapi ini bergantung kelompok belajar. Ketika sebagian besar kelompok belajar
berasal dari etnik Barat maka perilaku yang menonjol berasal dari Barat, tetapi ketika
kelompok belajar lebih banyak berasal dari etnis Timur maka siswa yang berasal dari etnis
Barat lebih menyesuaikan. Masalah perbedaan agama tidak menjadi masalah yang pelik
karena kami menghormati semua agama. Mengingat universitas kami memiliki cirri khas
Islam maka para siswa yang non-muslim dapat menyesuaikan diri misalnya dengan
menggunakan pakaian yang sopan ketika belajar. Masaalah jender tidak menjadi masalah.
Masalah penggunaan bahasa sering menjadi masalah misalnya karena beragam bahasa dan
tidak dapat berbahasa Inggris sehingga sulit untuk menjelaskan dan ini perlu bantuan media
gambar. Penggunaan nama sapaan ada yang menyebut Ibu atau nama atau mereka dipanggil
dengan nama atau panggilan Mas atau Mbak.

Metode Pembelajaran dan Tes
Pembelajaran dapat dilaksanakan dengan baik dengan cara memilih media yang tepat
seperti media gambar, komik, film atau wisata yang akan melibatkan aktivitas siswa. Selain
itu juga metode pembelajaran yang bersifat kooperatif dan kolaboratif yang dapat
menciptakan suasana diskusi yang kondusif.

Tes pembelajaran yang dapat digunakan di antaranya dengan Asesmen autentik yang
mengukur tingkat kemampuan belajar siswa secara nyata dengan menggunakan penalaran
ilmiah (The National Science Education Standart, 1995, dalam Voss, tanpa tahun),
mengajukan persoalan-persoalan yang bermanfaat, penting dan bermakna (Hart, 1994),
memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengeluarkan seluruh kemampuannya
(Johnson, 2002)
Bentuk-bentuk penerapan asesmen autentik yaitu sebagai berikut:
portofolio, perbuatan atau kinerja (performance), proyek, dan respon tertulis secara luas
(Johnson, 2002). Wawancara lisan, tugas problem solving kelompok, merancang sebuah
mobil, membuat presentasi tentang emosi orang, penelitian, menulis esei, merevisi,
mendiskusikan masalah, analisis lisan, check list, simulai, demonstrasi, presentasi, evaluasi.
Salah satu bentuk pembelajaran yang telah dilaksanakan di UMM di antaranya
mendiskusikan budaya masing-masing negara berdasarkan paparan budaya dari para pakar
dan dari pemutaran film. Budaya yang disajikan dan telah dijadikan bahan diskusi di
antaranya berkenaan dengan upacara pernikahan, kepercayaan pada hantu, peran jender, hari
kemerdekaan, penerimaan tamu, upacara keagamaan, psikologi sosial dan seni musik. Dari

hasil diskusi tergambar upacara pernikahan yang paling mahal dilaksanakan di Timor Timur
demikian juga dengan kepercayaan pada hantu lebih banyak di Timor Timur. Upacara
pernikahan di Hungaria lebih akrab karena siswa tinggal di pedesaan. Peran jender di

Australia lebih seimbang dibandingkan di Indonesia. Penerimaan tamu yang unik di
Uzbekistan yang menjamu tamu selama tiga hari dan disediakan kamar khusus. Upacara idul
kurban yang unik di Samarkan. Terakhir diskusi seni musik berdasarkan film ”Mendadak
Dangdut” yang kemudian didiskusikan dengan membandingkan seni musik khas Indoensia
dengan seni musik yang ada di tiap negara.

Penutup
Pembelajaran multikutural yang dilaksanakan dengan memperhatikan perbedaan dan
pemberian tes secara nyata memberikan suasana pembelajaran yang lebih positif. Keragaman
budaya tidak menjadikan timbulnya konflik tetapi sebaliknya dapat menambah pengetahuan
yang lebih beragam juga interaksi sosial yang lebih toleran.

Daftar Pustaka
Corebima. 2008. Naskah tentang Asesmen Autentik., Malang: Universitas Negeri Malang.
Gollnick, Donna M. dan Philip C. Chinn. 2002. Multicultural Education in a Pluralistic
Society. New Jersey: Merrill Prentice Hall.

Hart, D. 1994. Authentic Asesment: A Handbook for Educator . California: AddisonWesley
Publishing Company.
Johnson, D.W. & Johnson R.T (2002). Meaningful Assesment. Boston: Allyn and Bacon.


Dokumen yang terkait

ANALISIS KARAKTERISTIK MARSHALL CAMPURAN AC-BC MENGGUNAKAN BUTON GRANULAR ASPHALT (BGA) 15/20 SEBAGAI BAHAN KOMPOSISI CAMPURAN AGREGAT HALUS

14 283 23

TEPUNG LIDAH BUAYA (Aloe vera) SEBAGAI IMMUNOSTIMULANT DALAM PAKAN TERHADAP LEVEL HEMATOKRIT DAN LEUKOKRIT IKAN MAS (Cyprinus carpio)

27 208 2

PENGARUH KONSENTRASI TETES TEBU SEBAGAI PENYUSUN BOKASHI TERHADAP KEBERHASILAN PERTUMBUHAN SEMAI JATI (Tectona grandis Linn f) BERASAL DARI APB DAN JPP

6 162 1

OPTIMASI SEDIAAN KRIM SERBUK DAUN KELOR (Moringa oleifera Lam.) SEBAGAI ANTIOKSIDAN DENGAN BASIS VANISHING CREAM

57 260 22

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK TEMULAWAK (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) SEBAGAI ADJUVAN TERAPI CAPTOPRIL TERHADAP KADAR RENIN PADA MENCIT JANTAN (Mus musculus) YANG DIINDUKSI HIPERTENSI

37 251 30

ANALISIS PROSPEKTIF SEBAGAI ALAT PERENCANAAN LABA PADA PT MUSTIKA RATU Tbk

273 1263 22

DAMPAK INVESTASI ASET TEKNOLOGI INFORMASI TERHADAP INOVASI DENGAN LINGKUNGAN INDUSTRI SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI (Studi Empiris pada perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2006-2012)

12 142 22

INTENSIFIKASI PEMUNGUTAN PAJAK HOTEL SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN PENDAPATAN ASLI DAERAH ( DI KABUPATEN BANYUWANGI

16 118 18

PERAN PT. FREEPORT INDONESIA SEBAGAI FOREIGN DIRECT INVESTMENT (FDI) DALAM PEMBANGUNAN EKONOMI INDONESIA

12 85 1

PENINGKATAN HASIL BELAJAR TEMA MAKANANKU SEHAT DAN BERGIZI MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK-PAIR-SHARE PADA SISWA KELAS IV SDN 2 LABUHAN RATU BANDAR LAMPUNG

3 72 62