ANALISIS PERAN PEMUDA TERHADAP PEMBANGUNAN PETERNAKAN SAPI POTONG DI WILAYAH KABUPATEN AGAM PROVINSI SUMATERA BARAT

Jurnal Ekonom, Vol 16, No 4, Oktober 2013

ANALISIS PERAN PEMUDA TERHADAP PEMBANGUNAN
PETERNAKAN SAPI POTONG DI WILAYAH KABUPATEN
AGAM PROVINSI SUMATERA BARAT
Rozalinda*, Ma’ruf Tafsin** dan Supriadi**
Alumni PWD Sekolah Pascasarjana USU
Dosen PWD Sekolah Pascasarjana USU

Abstract: The objective of the research was to find out the role of breeding subsector in developing agriculture, the role of youth in developing beef cow breeding,
and the factors which influenced the development of beef cow breeding in Agam
District. The research used a survey method. The population was young breeders
(16-30 years old) in Agam District, and 96 of them were used as the samples, taken
by using purposive sampling technique and Frank Lyne formula. The variables of
the research were the role of youth, breeders’ age, breeding experience, length of
business, manpower, the number of dependents, cattle mortality, and business
scale. The data were analyzed by using descriptive quantitative and multiple
regression analysis. The result of the research showed that Differential Shift (D)
value was 2.374.01 which indicated that breeding sub-sector has good
competitiveness in Agam District because of this rapid development. It was also
found that the role youth had significant influence on breeding development in the

aspect of income.

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran sub sektor peternakan
dalam pembangunan pertanian, peran pemuda dalam pembangunan peternakan sapi
potong, dan faktor-faktor yang mempengaruhi pembangunan peternakan sapi
potong di Kabupaten Agam. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian
survey. Populasi dalam penelitian ini adalah pemuda yang beternak di Kabupaten
Agam yang memiliki umur 16-30 tahun. Pengambilan sampel dilakukan dengan
cara purposive sampling, dengan menggunakan rumus Frank Lync jumlah sampel
sebanyak 96 orang responden. Variabel-variabel dalam penelitian adalah peran
pemuda, umur peternak, pengalaman beternak, lama usaha, tenaga kerja, jumlah
tanggungan, mortalitas ternak, dan skala usaha. Analisis data secara deskriptif
kuantitatif dengan regresi linear berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
nilai Differential Shift (D) adalah 2.374,01 berarti bahwa sub sektor peternakan
mempunyai daya saing yang bagus di Kabupaten Agam karena pertumbuhannya
cepat. Hasil uji peran pemuda secara simultan berpengaruh signifikan menjelaskan
pembangunan peternakan dalam aspek pendapatan.
Kata kunci: peran pemuda, pembangunan peternakan sapi potong, kabupaten
agam


PENDAHULUAN
Pemuda secara demografi ekonomi
merupakan aset untuk menggerakkan
pembangunan, namun di sisi lain pemuda
merupakan beban dari keberhasilan
pembangunan. Oleh karena itu keberadaan
pemuda tidak harus dijadikan beban tetapi
harus dimanfaatkan secara efektif. Pemuda
diharapkan dapat menjadi agen perubahan
pembangunan ke arah yang lebih baik dan
menjadi harapan bangsa.
74

Pemuda berperan aktif sebagai
kekuatan moral, kontrol sosial, dan agen
perubahan
dalam
segala
aspek
pembangunan nasional. Peran aktif pemuda

sebagai kekuatan moral diwujudkan dengan
menumbuhkembangkan aspek etik dan
moralitas dalam bertindak pada setiap
dimensi
kehidupan
kepemudaan,
memperkuat iman dan takwa serta
ketahanan
mental-spiritual,
dan
meningkatkan kesadaran hukum. Sebagai

Rozalinda, Ma’ruf Tafsin dan Supriadi: Analisis Peran…

kontrol
sosial
diwujudkan
dengan
memperkuat
wawasan

kebangsaan,
membangkitkan
kesadaran
atas
tanggungjawab, hak, dan kewajiban sebagai
warga negara, membangkitkan sikap kritis
terhadap lingkungan dan penegakan hukum,
meningkatkan partisipasi dalam perumusan
kebijakan publik, menjamin transparansi
dan akuntabilitas publik, dan memberikan
kemudahan akses informasi.
Keberadaan pemuda mempunyai
peran yang strategis dalam pembangunan
termasuk pula dalam proses kehidupan
berbangsa
dan
bernegara.
Pemuda
merupakan aktor dalam pembangunan.
Pemuda adalah warga negara yang berusia

16-30 tahun. Pada fase ini, pemuda berada
dalam fase pertumbuhan dan perkembangan
yang
memerlukan
penyadaran,
pemberdayaan, dan pengembangan. Sudah
seharusnya pemuda ikut ambil bagian dari
berbagai
pembangunan
termasuk
pembangunan peternakan.
Pembangunan peternakan sebagai
bagian dari sub sektor pertanian, terus
diupayakan
pengembangannya
dalam
mencukupi kebutuhan protein hewani
sekaligus memberikan kontribusi yang
nyata dalam pembangunan nasional
(Sonbait et al. 2011). Sapi potong adalah

sapi yang dipelihara untuk dimanfaatkan
hasilnya khususnya produksi daging yang
dimiliki Sapi potong merupakan komoditas
yang
sangat
berpotensi
untuk
dikembangkan dalam hal pemenuhan
kebutuhan protein hewani. Indonesia akan
berswasembada daging, berarti sekitar 90%
kebutuhan daging harus dipasok dari ternak
potong
dalam
negeri
secara
berkesinambungan, sedang sisanya dapat di
impor (Yasin, 2013).
Kabupaten Agam memiliki potensi
untuk pengembangan usaha peternakan.
Wilayah timur ditumbuhi hijauan untuk

pakan ternak terutama untuk ternak sapi.
Tetapi
ketersediaan
lahan
untuk
pengembangan semakin terbatas, hal ini
tingginya perubahan alih fungsi lahan.
Wilayah barat, petaninya lebih banyak pada
pertanian padi dan perkebunan yaitu coklat
dan sawit dimana banyaknya ketersediaan
lahan untuk pengembangan peternakan.
Sektor petanian merupakan sektor
yang memberikan kontribusi paling besar
pada Produk Domestik Regional Bruto

(PDRB) Kabupaten Agam. Menurut Agam
dalam angka (2014), Produk Domestik
Regional Bruto tahun 2013 untuk sektor
pertanian memberikan sumbangan sebesar,
yaitu 39,31%. Sumbangan untuk sektor

pertanian salah satunya berasal dari sub
sektor peternakan dan hasil-hasilnya yang
hanya menyumbang sebesar 2,92%.
Berdasarkan hasil sensus pertanian
tahun 2013 yang dilakukan oleh Badan
Pusat Statistik, populasi sapi potong di
Kabupaten Agam berada pada urutan ke 6
(enam) di Sumatera Barat menjadikan
daerah ini harapan pemerintah baik pusat
maupun daerah dalam upaya mendukung
program-program peningkatan percepatan
swasembada daging tahun 2014 melalui
pembangunan peternakan sapi potong.
Usaha peternakan ini dapat ditingkatkan,
selain potensi wilayah yang cukup besar
masih dapat dikembangkan, sehingga dapat
mendorong pembangunan peternakan sapi
potong di Kabupaten Agam.
Untuk itu, perlu dilakukan kajian
tentang sejauh mana peran pemuda dalam

pembangunan peternakan. Hal ini, dapat
memberikan gambaran tentang peran
pemuda dalam pembangunan peternakan
terutama pada ternak sapi potong.
Berdasarkan uraian di atas, penulis ingin
melakukan penelitian dengan judul yaitu
Analisis
Peran
Pemuda
Terhadap
Pembangunan Peternakan Sapi Potong di
Wilayah Kabupaten Agam Provinsi
Sumatera Barat.
METODE
Penelitian ini telah dilaksanakan di
Kabupaten Agam Provinsi Sumatera Barat.
Kabupaten Agam terdiri atas 16 kecamatan.
Waktu penelitiannya dilakukan selama 3
(tiga) bulan yaitu bulan Juni sampai
Agustus 2015.

Untuk menganalisis peran sub
sektor peternakan dalam pembangunan
pertanian di Kabupaten Agam dengan ini
menggunakan penelitian deskriptif, dan
untuk peran pemuda adalah deskriptif
kuantitatif. Penelitian deskriptif kuantitatif
bertujuan
untuk
menggambarkan,
menjelaskan, atau meringkaskan berbagai
kondisi, situasi, fenomena menurut kejadian
sebagaimana adanya (Sugiyono, 2005).
Data
yang
digunakan
untuk
menganalisis peran sub sektor peternakan

75


Jurnal Ekonom, Vol 19, No 2, April 2016

dalam
pembangunan
pertanian
di
Kabupaten Agam adalah data sekunder.
Penelitian ini menggunakan data sekunder
dengan referensi yang diperoleh dari
instansi terkait, buku-buku literatur. Data
tersebut antara lain; Produk Domestik
Regional Bruto (PDRB) Atas Dasar Harga
Konstan (ADHK) 2000 Provinsi Sumatera
Barat Tahun 2009-2013, dan Produk
Domestik Regional Bruto (PDRB) Atas
Dasar Harga Konstan (ADHK) 2000
Kabupaten Agam Tahun 2009– 2013.
Populasi merupakan keseluruhan
unit atau individu dalam ruang lingkup
yang akan diteliti (Sugiyono, 2006).
Populasinya adalah peternak. Alasan
pemilihan populasi di wilayah kabupaten
agam adalah karena merupakan salah satu
daerah penghasil peternakan sapi potong di
Provinsi Sumatera Barat.
Menurut Roscoe dalam Sugiyono
(2012:129), pertama, ukuran sampel yang
layak digunakan dalam penelitian sosial
adalah 30 sampai 500 sampel. Kedua, bila
sampel dibagi dalam kategori, maka jumlah
anggota sampel tiap kategori minimal 30.
Pada penelitian ini perhitungan
sampel
akan
mengunakan
rumus
perhitungan Frank Lynch
(Sugiarto,
2001:60):

n=

N .Z 2 .P 1  P 
Nd 2  P 1  P 

Keterangan :
n = Jumlah sampel
N = Jumlah populasi
Z = Nilai normal dari variabel (1,96)
tingkat kepercayaan 95%
P = Harga patokan tertinggi (0,50)
d = Sampling eror (0,10)
Untuk menganalisis peran sub
sektor peternakan dalam pembangunan
pertanian di Kabupaten Agam digunakan
analisisis shift share. Peran pemuda dalam
pembangunan peternakan sapi potong dan
faktor-faktor
yang
mempengaruhi
pembangunan peternakan sapi potong di
Kabupaten Agam digunakan regresi linear
berganda.
HASIL
Analisis ini membahas tentang
peran sub sektor peternakan dalam
pembangunan pertanian di Kabupaten
Agam. Nilai Pendapatan Domestik
Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan
2000 tahun 2009-2013

Nilai Pendapatan Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun 2009-2013
Sumatera Barat
Sektor
Tahun 2009
Tahun 2013
Pertanian
8.773.503,32
10.273.538,83
- Tanaman Pangan & Hortikultura
4.431.126,73
5.090.021,72
- Tanaman Perkebunan
2.177.111,66
2.612.679,03
- Peternakan dan Hasil-hasilnya
696.369,69
811.493,82
- Kehutanan
479.354,84
557.579,50
- Perikanan
989.540,40
1.201.764,76
Sumber: BPS, Sumatera Barat dalam Angka 2014.
Nilai Pendapatan Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun 2009-2013
Kabupaten Agam.
Sektor
Tahun 2009
Tahun 2013
Pertanian
1.096.917,80
1.353.612,20
- Tanaman Pangan &
591.065,71
727.611,21
Hortikultura
- Tanaman Perkebunan
356.785,29
442.503,68
- Peternakan dan Hasil-hasilnya 79.133,97
94.573,40
- Kehutanan
18.694,47
21.291,02
- Perikanan
51.238,36
67.632,88
Sumber: BPS, Sumatera Barat dalam Angka 2014.

76

Rozalinda, Ma’ruf Tafsin dan Supriadi: Analisis Peran…

Analisis shift share
Pertanian
PS
Tanaman Pangan &
-11821,31
Hortikultura
Tanaman Perkebunan
10.703,56
Peternakan & hasil-395,67
hasilnya
Kehutanan
-130,86
Perikanan
2.049,53
Sumber : Hasil Pengolahan Data Primer, 2015
Hasil perhitungan Shift Share dari
Proportional Shift kabupaten Agam
terhadap Provinsi Sumatera Barat memiliki
nilai Proportional Shift sebesar -395,67
yang menunjukkan bahwa sektor ini adalah
sektor yang tumbuh lambat di Kabupaten
Agam. Nilai Differential Shift (D) adalah
2.374,01 berarti bahwa sub sektor
peternakan mempunyai daya saing yang
bagus karena pertumbuhannya cepat. Hal
ini disebabkan karena sudah ada perhatian
berbagai pihak seperti pemerintah, swasta
dan masyarakat untuk pembangunan sub
sektor peternakan di Kabupaten Agam, baik
dari segi ketersediaan bakalan, sarana dan
prasarana pendukung. Nilai National Share
dari sub sektor peternakan memberikan
sumbangan yang positif sebesar 13.452,77
di Provinsi Sumatera Barat. Hal ini, sub
sektor peternakan sudah seharusnya
mendapatkan perhatian yang khusus dari
Pemerintah dalam hal ketersediaan pangan
yang berasal dari daging dan hasil
ikutannya.
5
tahun
analisis
kebijakan
pemerintah
bernilai
positif
dalam
pengembangan sub sektor peternakan di
Kabupaten Agam. Sub sektor peternakan
secara
proporsional
mengalami
pengurangan
pendapatan
namun
mempunyai keunggulan lokal.
Peran Pemuda dalam Pembangunan
Peternakan Sapi Potong di Kabupaten
Agam
Hasil penelitian terhadap 96 orang
pemuda peternak
yang tersebar di 8
(delapan) kecamatan yaitu
Kecamatan
Tanjung Mutiara, Lubuk Basung, Ampek
Nagari, Tanjung Raya, Ampek Angkek,
Baso, Tilatang Kamang, dan Palembayan
yang menjadi sampel penelitian untuk
menganalisis peran pemuda terhadap
pendapatan ternak sapi potong di
Kabupaten Agam dengan perhitungan

NS

DS

100.481,17

47.285,08

60.653,49

85.628,46

13.452,77

2.374,01

3.178,06
8.710,52

-560,83
15.883,89

komputasi
menggunakan
program
pengolahan Statistical Product and Service
Solutions (SPSS) 16, dengan uji regresi
linier berganda (multiple regression linier),
maka Uji Analisis Statistik tersebut adalah
dapat disusun persamaan regresi berganda
sebagai berikut :
Y = 3,352 + 641529,25X1 + 572564,98X2 +
251826,05X3 +
394612,73X4
+
212159,34X5
Uji statistik secara simultan
ditunjukkan oleh perbandingan nilai F
hitung dengan F tabel. Nilai F tabel dengan
derajat kepercayaan sebesar 95 persen,
adalah sebesar 2,46. F hitung 57,07 adalah
lebih besar dari pada F tabelnya. Tingkat
probabilitas 0,000. Maka dapat disimpulkan
P = 0,000 < α = 0,05, yang berarti Ha
diterima dan Ho ditolak. Ini berarti bahwa
variabel
independen
(dinamisator,
katalisator, motivator, inovator dan
evaluator) secara simultan berpengaruh
signifikan
menjelaskan
pembangunan
peternakan sapi potong dalam aspek
pendapatan.
PEMBAHASAN
Pada uji statistik secara parsial dengan nilai
t:
1. Peran
Pemuda
Dinamisator
terhadap Pendapatan
Variabel dinamisator dengan thitung 4,306 ; t-tabel 1,990, dengan tingkat
probabilitas 0,000. Dengan demikian dapat
disimpulkan P = 0,000 < α = 0,05, maka
tolak hipotesis Ho dan terima hipotesis Ha
yang menyatakan variabel dinamisator
berpengaruh
signifikan
terhadap
pendapatan. Peran pemuda sebagai
dinamisator berarti pemuda yang memiliki
pemikiran kreatif dan inovatif untuk
pembangunan, apabila disatukan dengan
kemauan dan kemampuan yang sangat kuat,
maka akan menjadikan pemuda sebagai

77

Jurnal Ekonom, Vol 19, No 2, April 2016

penggerak dalam pembangunan. Peran
pemuda dinamisator merupakan peran yang
cukup besar, berarti bahwa peternak sudah
mulai menerapkan sesuatu yang bernilai
positif dan menerima masukan dari
berbagai pihak.
2. Peran Pemuda Katalisator terhadap
Pendapatan
Variabel katalisator dengan t-hitung
3,821; t-tabel 1,990, dengan tingkat
probabilitas 0,000. Dengan demikian dapat
disimpulkan P = 0,000 < α = 0,05, maka
tolak hipotesis Ho dan terima hipotesis Ha
yang menyatakan variabel katalisator
berpengaruh
signifikan
terhadap
pendapatan. Peran pemuda katalisator
berarti pemuda dapat menjadi penghubung
dan mempercepat perencanaan dan
pelaksanaan pembangunan. Responden
sudah mulai menerapkan perannya sebagai
katalisator, dalam hal ini dari segi
penyediaan pakan ternak dari segi hijauan
dan konsentarat (pakan tambahan),
berupaya
mempercepat
pembentukan
kelompok ternak untuk mewadahi peternak
dalam berbagai hal dan mempercepat
masyarakat dalam sistem kewaspadaan
bencana dalam ternak sapi potong.
3. Peran Pemuda Motivator terhadap
Pendapatan
Variabel motivator dengan t-hitung
= 2,053; t-tabel 1,990, dengan tingkat
probabilitas 0,043. Dengan demikian dapat
disimpulkan P = 0,043 < α = 0,05, maka
tolak hipotesis Ho dan terima hipotesis Ha
yang menyatakan variabel motivator
berpengaruh
signifikan
terhadap
pendapatan. Peran pemuda motivator
berarti pemuda disini berperan untuk
membantu
melaksanakan
dan
mensukseskan pembangunan. Responden
sudah mulai menerapkan perannya sebagai
motivator, dalam hal ini dari segi
memotivasi peternak
dengan cara
meningkatkan jumlah sapi yang dipelihara
dari tahun ke tahun sehingga adanya
peningkatan pendapatan dalam pemenuhan
kebutuhan, mendorong peternak untuk
mencegah atau mengurangi pemotongan
ternak betina produktif supaya sistem usaha
pemeliharaan induk-anak sebagai penghasil
bakalan/pedet (calf cow operation) tercapai

78

dan diharapkan dapat menjadi tolak ukur
dari swasembada pangan asal ternak.
4. Peran Pemuda Inovator terhadap
Pendapatan
Variabel inovator dengan t-hitung =
3,056; t-tabel 1,990, dengan tingkat
probabilitas 0,003. Dengan demikian dapat
disimpulkan P = 0,003 < α = 0,05, maka
tolak hipotesis Ho dan terima hipotesis Ha
yang menyatakan variabel inovator
berpengaruh
signifikan
terhadap
pendapatan. Peran pemuda inovator berarti
pemuda akan terus berinovasi hingga
mencapai keberhasilan lebih dari yang
sebelumnya.
5. Peran Pemuda Evaluator terhadap
Pendapatan
Variabel evaluator dengan t-hitung
= 1,038; t-tabel 1,990, dengan tingkat
probabilitas 0,302. Dengan demikian dapat
disimpulkan P = 0,302 > α = 0,05, maka
terima hipotesis Ho dan tolak hipotesis Ha
yang menyatakan variabel evaluator
berpengaruh tidak signifikan terhadap
pendapatan. Peran pemuda inovator berarti
pemuda mengevaluasi hasil pembangunan
dengan cara-cara yang telah mereka
tentukan. Hal-hal yang ditentukan itu
adalah peran pemuda belum maksimal
dalam pengawasan/kebijakan dari sektor
peternakan dan pengawasan terhadap
program-progam
peternakan
yang
direncanakan dan dibuat oleh pemerintah
dalam pembangunan peternakan sapi
potong di wilayah Kabupaten Agam.
Pengawasan disini dalam hal sasaran dan
target yang ingin dicapai dalam program–
program peternakan yang ditentukan oleh
Pemerintah. Keikutsertaan pemuda dalam
pembuatan kebijakan sangat diharapkan
dengan gagasan dan pengetahuan yang
mendalam.
Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Pembangunan Peternakan Sapi Potong di
Kabupaten Agam
Faktor-faktor yang mempengaruhi
pembangunan peternakan sapi potong di
Kabupaten Agam yang akan dibahas dalam
sampel penelitian yang dilakukan di 8
(delapan) kecamatan yaitu Kecamatan
Tanjung Mutiara, Lubuk Basung, Ampek
Nagari, Tanjung Raya, Ampek Angkek,

Rozalinda, Ma’ruf Tafsin dan Supriadi: Analisis Peran…

Baso, Tilatang Kamang, dan Palembayan
yang menjadi sampel penelitian untuk
menganalisis
faktor-faktor
yang
mempengaruhi pendapatan ternak sapi
potong di Kabupaten Agam dengan
perhitungan
komputasi
menggunakan
program pengolahan Statistical Product
and Service Solutions (SPSS) 16, dengan
uji regresi linier berganda
(multiple
regression linier), maka Uji Analisis
Statistik tersebut adalah:
Berdasarkan hasil pengolahan
analisis statistik tersebut menunjukkan
koefisien determinasi (R2) 0,28 yakni
sebesar 28 persen artinya bahwa variabel
faktor-faktor
terhadap
pembangunan
peternakan sapi potong dalam aspek
pendapatan dapat dijelaskan dalam
penelitian dan sisanya variabel yang berada
di luar penelitian.
Secara simultan umur, pengalaman,
lama usaha, tenaga kerja, jumlah
tanggungan, skala dan mortalitas ternak
berpengaruh signifikan. Hasil analisis
statististik secara parsial menunjukkan
variabel yang signifikan mempengaruhi
pendapatan adalah skala usaha dan
mortalitas. Untuk variabel umur, lama
usaha,
pengalaman beternak, jumlah
tanggungan, dan tenaga kerja berpengaruh
tidak signifikan. Hasil uji ini dapat
dirumuskan dalam bentuk persamaan
regresi sebagai berikut:
Y =
838778,46 + 113694,22X1 –
118526,93X2 + 379531,42X3 +
2637800,88X4 – 172237,58X5 +
366247,34X6 + 265092,10X7
Pengaruh dari faktor-faktor pendapatan
dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Variabel
Umur
terhadap
Pendapatan
Umur responden pemuda yang
beternak paling dominan adalah 24-30
tahun sebanyak 82 jiwa (85,42%) dan umur
16-23 tahun sebanyak 14 jiwa (14,58%).
Hal ini dapat dijelaskan bahwa responden
masih berada pada umur produktif, dimana
umur tersebut responden belum serius
dalam mengelola usaha peternakan sapi
potong dan responden lebih terfokus pada
usaha pokoknya yang rata-rata adalah usaha
tani. Berdasarkan umur sebagian besar
berada pada umur produktif, rata-rata umur
peternak yang relatif muda merupakan

suatu keuntungan karena pada umur
tersebut merupakan modal utama dalam
pengembangan usaha di masa yang akan
datang.
2. Variabel Pengalaman Beternak
terhadap Pendapatan
Pengalaman
beternak
tidak
berpengaruh dalam pendapatan ternak sapi
potong, dimana pengalaman peternak
adalah 5-5,99 tahun sebanyak 53 orang
responden (55,21%), pengalaman beternak
6-6,99 tahun sebanyak 12 orang responden
(12,50%), pengalaman beternak 3-3,99
tahun
sebanyak 14 orang responden
(14,58%), pengalaman beternak 4-4,99
tahun sebanyak 8 orang responden (8,33%),
pengalaman
beternak
2-2,99
tahun
sebanyak 8 orang responden (8,33%), dan
1-1,99 tahun sebanyak 1 orang responden
(1,04%). Pengalaman beternak yang paling
dominan adalah 5-5,99 tahun atau kurang
dari 10 tahun. Hal ini, dapat dilihat
responden sudah mempunyai keinginan
untuk melakukan kegiatan di bidang
peternakan khususnya usaha peternakan
sapi potong. Semakin lama pengalaman
beternak responden maka semakin terlatih
dan terampil dalam mengelola usaha
peternakan sapi potong. Pengalaman
peternak dari segi pengetahuan, sikap, dan
tindakan peternak dalam pengelolaan usaha
yang dijalankan masih sangat lamban
karena pengalaman beternak diikuti dari
orang tuanya secara turun temurun.
Peternak dalam memelihara ternak, masih
bersifat sederhana dan pemeliharaan secara
tradisional.
3. Variabel Lama Usaha terhadap
Pendapatan
Lama usaha tidak berpengaruh
dalam pendapatan ternak sapi potong,
dimana lama usaha peternak adalah 5–5,99
tahun sebanyak 39 orang responden (53,12
%), lama usaha 3-3,99 tahun sebanyak 20
orang responden (20,83%), lama usaha 22,99 tahun sebanyak 15 orang responden
(15,63%), lama usaha 6-6,99 tahun
sebanyak 12 orang responden (12,50%), 44,99 sebanyak 9 orang responden (9,38%)
dan lama usaha 1-1,99 tahun sebanyak 1
orang responden (1,04%). Hal ini dapat
disimpulkan peternak dengan lama usaha
yang paling dominan adalah 5-5,99 tahun

79

Jurnal Ekonom, Vol 19, No 2, April 2016

(40,62%) dan dalam mengelola ternaknya
masih menggunakan metode pemeliharaan
yang bersifat tradisional serta rata-rata
peternak pemula. Lama usaha merupakan
pengalaman yang dapat diambil manfaatnya
sehingga dapat membantu peternak dalam
usahanya, karena semakin lama usahanya
semakin
banyak
pengalaman
yang
diperoleh peternak (Mosher, 1985). Lama
usaha responden kurang dari 10 tahun, hal
ini dapat dilihat bahwa peternak sudah ada
keinginan untuk memahami dan mencoba
usaha peternakan sapi potong.

tanggungan akan mempengaruhi besar
kecilnya pendapatan yang diperoleh oleh
rumah tangga peternak.

4. Variabel Tenaga Kerja terhadap
Pendapatan
Faktor tenaga kerja (X4) terhadap
pendapatan memberi berpengaruh tidak
signifikan terhadap pendapatan, hal ini
menunjukkan bahwa penambahan tenaga
kerja
tidak
berpengaruh
terhadap
pendapatan dimana tenaga kerja peternak
yang paling dominan adalah 1 orang
sebanyak 90 orang responden (93,75%),
dan tenaga kerja 2 orang sebanyak 6 orang
responden (6,25%). Hal ini menunjukkan
bahwa pada 8 (delapan) daerah penelitian
penyerapan tenaga kerja untuk usaha
peternakan sapi potong
masih rendah
karena usaha peternakan sapi potong masih
merupakan usaha sampingan dan masih
menggandalkan tenaga kerja yang berasal
dari dalam keluarga.
Tenaga kerja untuk usaha ternak
sapi potong dilakukan setiap hari dan
dilakukan oleh rumah tangga pemelihara
yang melaksanakan kegiatan sapi potong.
Tenaga kerja yang dilakukan adalah
pengembalaan ternak sapi, mencari rumput,
pemberian pakan dan minum, memandikan
sapi, dan membersihkan kandang.

7. Variabel
Mortalitas
terhadap
Pendapatan
Persentase mortalitas ternak yang
dipelihara peternak di 8 (delapan)
kecamatan, semakin tinggi persentase
mortalitas
maka
semakin
rendah
pendapatan dan sebaliknya semakin rendah
persentase mortalitas maka semakin tinggi
pendapatan. Hal ini sangat mempengaruhi
peningkatan pendapatan peternak, dimana
semakin
kecil
mortalitas
berarti
penanganannya sudah cukup baik. Besar
atau kecil mortalitas ternak sangat
mempengaruhi peningkatan pendapatan.

5. Variabel
Jumlah
Tanggungan
terhadap Pendapatan
Peningkatan jumlah tanggungan
tidak mempengaruhi pendapatan ternak sapi
potong, dimana jumlah tanggungan
peternak yang paling dominan adalah 0-1
jiwa sebanyak 69 orang responden
(71,88%), 2–3 jiwa sebanyak 20 orang
responden (20,83), dan 4 –6 jiwa sebanyak
7 orang responden (7,29%).
Hal ini
menunjukkan bahwa rata-rata peternak
belum mempunyai tanggungan dan
peternak berada di umur produktif. Jumlah

80

6. Variabel Skala Usaha terhadap
Pendapatan
Skala usaha berpengaruh terhadap
besar
kecilnya
dan
mempengaruhi
kontribusi ternak terhadap pendapatan
rumah tangga peternak. Besar atau kecil
skala usaha yang dimiliki oleh peternak
sangat membantu dalam meningkatkan
pendapatan dan pemenuhan kebutuhan.

KESIMPULAN
Dari penelitian yang dilakukan
maka dapat disimpulkan:
1. 5 tahun analisis, kebijakan pemerintah
bernilai positif dalam pengembangan
sub sektor peternakan di Kabupaten
Agam. Sub sektor peternakan secara
proporsional mengalami pengurangan
pendapatan
namun
mempunyai
keunggulan lokal.
2. Peran pemuda sebagai dinamisator,
katalisator, motivator, dan inovator
berpengaruh
signifikan
terhadap
pendapatan,
sedangkan
variabel
evaluator berpengaruh tidak signifikan
terhadap pendapatan.
3. Skala usaha dan mortalitas ternak
bepengaruh signifikan, sedangkan umur
peternak,
lama
usaha,
jumlah
tanggungan,
tenaga
kerja,
dan
pengalaman beternak tidak berpengaruh
terhadap pendapatan peternak.
SARAN
1. Peran sub sektor peternakan terhadap
pembangunan pertanian di Kabupaten

Rozalinda, Ma’ruf Tafsin dan Supriadi: Analisis Peran…

2.

Agam memberikan sumbangan yang
positif tetapi masih kecil, untuk itu
perlu adanya peningkatan potensi
peternakan di Kabupaten Agam karena
mempunyai keunggulan lokal.
Variabel evaluator tidak berpengaruh
signifikan terhadap pembangunan
peternakan sapi potong dalam aspek
pendapatan
sehingga
perlunya
meningkatkan peran pemuda sebagai
pengawasan dan kebijakan dalam
pembangunan peternakan sapi potong
di Kabupaten Agam.
Skala usaha dapat ditingkatkan dengan
pemberian kredit dan bantuan modal
untuk peternak. Mortalitas ternak perlu
adanya
peningkatan
penanganan
dengan cara penyuluhan kepada
peternak tentang pentingnya kesehatan
ternak.

DAFTAR RUJUKAN
Badan Pusat Statistik. 2013. Sensus
Pertanian 2013 Kabupaten Agam.
________________.2014.
Provinsi
Sumatera Barat dalam Angka 2014.
_________________. 2014. Kabupaten
Agam dalam Angka 2014.
Dinas
Pertanian
Tanaman
Pangan,
Holtikultura
dan
Peternakan
Kabupaten
Agam.
Rencana
Strategis Dinas Pertanian Tanaman
Pangan,
Holtikultura
dan
Peternakan Kabupaten Agam.
2011-2015.
Ghozali, Imam. 2005. Aplikasi Analisis
Multivariate
dengan
program
SPSS, Edisi Ketiga, Badan Penerbit
Universitas Diponegoro, Semarang.
Kementerian Pemuda dan Olahraga
Republik Indonesia. 2011. UndangUndang Repiblik Indonesia Nomor
40
Tahun
2009
Tentang
Kepemudaan. Kementerian Pemuda
dan Olahraga Republik Indonesia,
Jakarta. 40 hlm.

Mosher, A. T. 1985. Menggerakkan dan
Membangun Ekonomi Pertanian.
Disadur Oleh Krisnandi, S. &
Somad, B. Cetakan Ke-10,
Yasaguna, Jakarta.
Sonbait, Y.L, Santosa, K.A. dan Panjono.
2011.
Evaluasi
Program
Pengembangan
Sapi
Potong
Gaduhan
Melalui
Kelompok
Lembaga Mandiri Yang Mengakar
di Masyarakat di Kabupaten
Manokwari Papua Barat. Buletin
Peternakan Vol. 35(3):208-217,
Oktober 2011.
Sugiarto. 2001. Pengujian Dalam Auditing
Statistika
dan
Nonstatistika
Sampling. Pionir Jaya, Yogyakarta.
Sugiyono. 2005. Statistik Untuk Penelitian,
Cetakan Kelima, Penerbit CV.
Alfabeta, Bandung.
________. 2006. Metode Penelitian Bisnis,
Cetakan Kesembilan, Penerbit CV.
Alfabeta, Bandung.
_______. 2012. Metode Penelitian Bisnis
(Pedekatan Kuantitatif, Kualitatif,
dan R&D), Cetakan ke-16. Penerbit
Alfabeta, Bandung.
Tarigan, R. 2005. Ekonomi Regional:Teori
dan Aplikasi, Edisi Revisi, Bumi
Aksara, Jakarta. hal 87-88.
Taufiq, M. 2013. Peran Pemuda dalam
Pembangunan.
Peran
Pemuda
dalam Pembangunan Universitas
Mathla’ul Anwar Bante.htm.
Yasin, S. 2013. Produksi Ternak
Ruminansia . Penerbit Pustaka Reka
Cipta, Bandung.

81