Analisa Kadar Besi Dan Mangan Pada Air Baku Dan Air Resevoir Secara Spektrofotometri Di PDAM Tirtanadi Hamparan Perak

4

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Umum Tentang Air
Air merupakan elemen yang paling melimpah di atas bumi, yang meliputi 70 %
permukaannya dan berjumlah kira-kira 1,4 ribu juta kilometer kubik. Apabila
dituang merata diseluruh permukaan bumi akan terbentuk lapisan dengan
kedalaman rata-rata 3 kilometer. Namun hanya sebagian kecil saja dari jumlah
ini yang benar-benar dimanfaatkan, yaitu kira-kira hanya 0,003 %. Sebagian
besar air, kira-kira 97 %, ada dalam samudera atau laut, dan kadar garamnya
terlalu tinggi. Sedangkan dari 3 % sisanya yang ada, hampir semuanya, kira-kira
87 persennya, tersimpan dalam lapisan kutub atau sangat dalam dibawah tanah
(Middleton 2008). Dalam satu tahun, rata-rata jumlah tersebut tersisa lebih dari
40.000 kilometer kubik air segar yang dapat diperoleh dari sungai-sungai di
dunia. Bandingkan dengan jumlah penyedotan yang kini hanya ada sedikit
diatas 3.000 kilometer kubik tiap tahun. Ketersediaan ini(sepadan dengan lebih
dari 7.000 meter kubik untuk setiap orang), sepintas kelihatannya cukup untuk
menjamin persediaan yang cukup bagi setiap penduduk, tetapi kenyataannya air
tersebut seringkali tersedia di tempat-tempat yang tidak tepat. (Sanim,B.,2011)

Air adalah salah satu diantara pembawa penyakit yang berasal dari tinja
sampai kepada manusia. Supaya air yang masuk kedalam tubuh manusia baik
berupa minuman ataupun makanan tidak merupakan pembawa bibit penyakit,
maka pengolahan air baik berasal dari sumber jaringan transmisi atau distribusi
adalah mutlak diperlukan untuk mencegah terjadinya kontak antara kotoran

Universitas Sumatera Utara

5

sebagai sumber penyakit dengan air yang sangat diperlukan. (Totok,S dan
Suciastuti,E.,1987)
Masalah terbesar mengenai persediaan air bukan hanya dari sisi masalah
kelangkaan air semata, melainkan dari kekeliruan menentukan kebijakan tentang
air. Meskipun penambahan investasi dalam sektor ini diperlukan, penambahan
itu perlu disertai dengan perubahan kebijakan. Prioritas utama haruslah pada
cara pemanfaatan sumberdaya air secara bijak. (Sanim,B.,2011)
Secara umum sumber-sumber air berasal dari: air laut, air atmosfer/air
meteriologik, air permukaan dan air tanah.
1.Air laut

Mempunyai sifat asin, karena mengandung garam (NaCl). Kadar garam (NaCl)
dalam air laut 3%. Dengan keadaan ini; maka air laut tidak memenuhi syarat
untuk air minum.

2.Air Atmosfer, Air Meteriologik
Dalam keadaan murni,sangat bersih, karena adanya pengotoran udara yang
disebabkan oleh kotoran-kotoran industri/debu dan lain sebagainya. Maka untuk
menjadikan air hujan sebagai sumber air minum hendaknya pada penampung air
hujan jangan dimulai pada saat hujan mulai turun, karena masih banyak
mengandung kotoran.
Selain itu air hujan mempunyai sifat agresif terutama terhadap pipa-pipa
penyatu maupun bak-bak resevoir, sehingga hal ini akan mempercepat
terjadinya korosi/karatan. Juga air hujan ini mempunyai sifat lunak, sehingga
akan boros terhadap pemakaian sabun.

Universitas Sumatera Utara

6

3.Air Permukaan

Air permukaan adalah air hujan yang mengalir dipermukaan bumi. pada
umumnya air permukaan ini akan mendapat pengotoran selama pengalirannya,
misalnya oleh lumpur, batang-batang kayu, daun-daun, kotoran industri kota dan
sebagainya.
Beberapa pengotoran ini, masing-masing permukaan akan berbeda-beda
tergantung pada daerah pengaliran air permukaan ini. Jenis pengotornya antara
lain yaitu, pengotor fisik,kimia dan bakteriologi. Air permukaan ini ada dua
macam yaitu air sungai dan air rawa.
4.Air Tanah
Air tanah secara umum dibagi menjadi tiga yaitu air tanah dangkal, air tanah
dalam dan mata air.
a.Air Tanah Dangkal
Terjadi karena adanya proses peresapan air dari permukaan tanah. Lumpur akan
tertahan, demikian pula dengan sebagian bakteri, sehingga air tanah akan jernih
tetapi lebih banyak mengandung zat kimia (yang terlarut) karena melalui lapisan
tanah yang mempunyai unsur-unsur kimia tertentu untuk masing-masing lapisan
tanah. Lapisan tanah disini berfungsi sebagai saringan. Disamping penyaringan,
pengotoran juga masih berlangsung terutama pada muka air yang terdapat
dengan permukaan tanah, setelah menemui lapisan rapat ini, air terkumpul
merupakan air tanah dangkal dimana air tanah dimanfaatkan untuk sumber air

minum melalui sumur-sumur dangkal.
b. Air Tanah Dalam

Universitas Sumatera Utara

7

Terdapat setelah lapisan rapat air yang pertama. Pengambilan air tanah dalam
ini, tidak semudah pada air tanah dangkal. Dalam hal ini harus digunakan bor
dan memasukkan pipa kedalamnya sehingga dalam suatu kedalaman tertentu
akan didapat suatu lapisan air. Jika tekanan air tanah ini lebih besar, maka air ini
akan dapat menyembur keluar dan dalam keadaan ini disebut artesis. Jika air
tidak dapat keluar dengan sendirinya, maka digunakanlah pompa untuk
membantu pengeluaran air tanah dalam ini.
c.Mata Air
Mata air adalah air tanah yang keluar dengan sendirinya kepermukaan tanah.
Mata air yang berasal dari tanah dalam, hampir tidak berpengaruh oleh musim
dan kualitas ataupun kuantitas sama dengan keadaan air dalam, contoh; air
sumur. (Totok,S dan Suciastuti,E.,1987)


2.2.Standar Kualitas Air
Pemerintah telah menetapkan standar kualitas air yang berbeda-beda bergantung
pada penggunaannya. Standar kualitas air untuk air minum berbeda dengan
standar kualitas air untuk keperluan mandi, mencuci, pertanian, perikanan dan
peternakan.
Dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.20 Tahun 1990
tentang Pengendalian Pencemaran Air, air menurut peruntukannya digolongkan
menjadi empat golongan yakni A,B,C dan D.
Golongan A, air yang dapat digunakan sebagai air minum secara langsung tanpa
pengolahan terlebih dahulu.

Universitas Sumatera Utara

8

Golongan B, air dapat digunakan sebagai air baku air minum.
Golongan C, air yang dapat digunakan untuk keperluan perikanan dan
peternakan.
Golongan D, air yang dapat digunakan untuk keperluan pertanian dan dapat
dimanfaatkan untuk usaha perkotaan, industri dan pembangkit listrik tenaga air.

Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.82 Tahun 2001
tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air, klasifikasi
mutu air ditetapkan menjadi empat kelas, yakni kelas satu, dua, tiga dan empat.
Kelas satu, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk air baku air minum,
dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan
kegunaan tersebut.
Kelas dua, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk prasarana/sarana
rekreasi air, pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi
pertanaman, dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang
sama dengan kegunaan tersebut.
Kelas tiga, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk pembudidayaan ikan
air tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanaman, dan atau peruntukan lain
yang mempersyaratkan air yang sama dengan kegunaan tersebut.
Kelas empat, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk mengairi
pertanaman dan atau peruntukan lain yan g mempersyaratkan mutu air yang
sama dengan kegunaan tersebut.
Syarat-syarat standar kualitas air bersih diatur oleh Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia No.416/Menkes/Per/IX/1990 tentang Syarat-

Universitas Sumatera Utara


9

syarat dan Pengawasan Kualitas Air. Berdasarkan peraturan tersebut, dikenal
istilah air minum, air bersih, air kolam renang dan air pemandian umum.
Air minum adalah air yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan
dapat langsung diminum. Air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan
sehari-hari yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum
apabila telah dimasak. Air kolam renang adalah air di dalam kolam renang yang
digunakan untuk olahraga renang dan kualitasnya memenuhi syarat-syarat
kesehatan. Air pemandian umum adalah air yang digunakan pada tempat
pemandian umum tidak termasuk pemandian untuk pengobatan tradisional dan
kolam renang yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan.
Persyaratan kualitas air meliputi persyaratan mikrobiologi, fisika dan
kimia. Air dengan kualitas baik harus memenuhi persyaratan parameter fisika,
kimia dan mikrobiologi. (Rahayu,I.,2007)

2.3. Sifat-Sifat Mutu Air
Air murni adalah zat cair yang tidak mempunyai rasa,warna dan bau yang
terdiri dari dua atom hydrogen dan satu atom oksigen (H2O). Karena air

bersifat universal, maka yang paling alamiah maupun buatan manusia hingga
tingkat-tingkat tertentu ada zat yang terlarut didalamnya. Disamping itu akibat
daur hidrologi air juga mengandung berbagai zat lainnya termasuk gas, zat-zat
ini sering disebut pencemar yang terdapat didalam air.
Dalam

penelitian

mutu

air,

pencemar

didalam

air

biasanya


diklasifikasikan atas; sifat fisik, sifat kimia dan sifat biologis.

Universitas Sumatera Utara

10

2.3.1.Sifat-sifat Fisik dari Air
Sifat-sifat fisik dari air murni adalah terdiri dari ; padatan total terlarut (PTT),
kekeruhan, rasa dan bau, warna dan suhu.
a. Padatan Total Terlarut (PTT) dikenal juga sebagai total dissolved solute
(TDS) menyatakan jumlah total zat anorganik dan organik didalam air.
Dasar pengukuran TDS adalah konduktivitas larutan atau daya hantar
larutan. Konduktivitas atau daya hantar merupakan ukuran kemampuan
larutan mengalirkan arus listrik, menunjukkan banyaknya ion terlarut atau
garam terlarut. Tentu saja pencemar organic yang relatif kurang mengion,
tidak dapat dipantau dengan baik. Senyawa anorganikpun berlainan
sumbangannya pada daya hantar, bergantung pada faktor derajat ionisasi,
muatan ionnya, serta mobilitasnya. Daya hantar juga bersesuaian dengan
suhu, biasanya yaitu 250C. Pengukuran TDS dapat menggunakan TDS scan.
(Rahayu,I.,2007)

b.Suhu air merupakan hal yang yang penting dalam kaitannya dengan tujuan
penggunaan, pengolahan untuk menghilangkan bahan-bahan pencemar serta
pengangkutannya. Suhu air tergantung pada sumbernya. Suhu normal air di
alam (tropis) sekitar 200C sampai 300C. Untuk system air bersih, suhu ideal
berkisar antara 50C sampai 10 0C. (Suripin.,2004). Suhu air sebaiknya sejuk
atau tidak panas terutama agar tidak terjadi pelarutan zat kimia yang ada
pada saluran/pipa, mikroorganisme patogen tidak mudah berkembang biak
dan bila diminum air dapat menghilangkan dahaga. (Slamet,J,S.,2013)
c. Kekeruhan, air murni biasanya tidak keruh (bersifat jernih). Kekeruhan
diakibatkan karena adanya pencemar-pencemar seperti sampah, dan kotoran-

Universitas Sumatera Utara

11

kotoran lainnya yang yang terikut di dalam air (Franzini,J,B.,1979).
Kekeruhan air disebabkan oleh zat padat yang tersuspensi, baik yang bersifat
anorganik maupun yang organik. Zat anorganik, biasanya berasalkan
lapukan batuan dan logam, sedangkan yang organik dapat berasal dari
lapukan tanaman atau hewan. Buangan industri dapat juga merupakan

sumber kekeruhan. Zat organik dapat menjadi makanan bakteri, sehingga
mendukung perkembang biakannya. Bakteri ini juga merupakan zat organik
tersuspensi sehingga pertambahannya akan menambah pula kekeruhan air.
Demikiaan pula dengan alga yang berkembang biak karena adanya zat hara
seperti N,P,K akan menambah kekeruhan air. Air yang keruh sulit
didesinfeksi, karena mikroba terlindung oleh zat tersuspensi tersebut. Hal ini
berbahaya bagi kesehatan, bila mikroba itu patogen. (Slamet,J,S.,2013)
d.Air minum sebaiknya tidak

berwarna untuk alasan estetis dan untuk

mencegah keracunan dari berbagai zat kimia maupun mikroba yang
berwarna. Warnapun dapat berasal dari buangan industri (Slamet,J,S,2013).
Bahan buangan dan air limbah dari kegiatan industri yang berupa bahan
anorganik dan bahan organik seringkali dapat larut di dalam air. Apabila
bahan buangan dan air limbah industri dapat larut dalam air maka akan
terjadi perubahan warna air. Air dalam keadaan normal dan bersih tidak
akan berwarna, sehingga tampak bening dan jernih. Selain itu degradasi
bahan buangan industri dapat pula menyebabkan terjadinya perubahan
warna air. Tingkat pencemaran air tidak mutlak harus tergantung pada warna
air, karena bahan buangan industri yang memberikan warna belum tentu
lebih berbahaya dari bahan buangan industri yang tidak memberikan warna.

Universitas Sumatera Utara

12

Seringkali zat-zat yang beracun justru terdapat di dalam bahan buangan
industri yang tidak mengakibatkan perubahan warna pada air sehingga air
tetap tampak jernih. (Wardhana,W,A.,2004)
e. Rasa dan bau, air murni biasanya tidak berasa dan tidak berbau. Rasa dan
bau pada air biasanya disebabkan oleh adanya bahan organik yang
membusuk atau bahan kimia yang mudah menguap (Franzini,J,B.,1979).
Apabila air mempunyai rasa (kecuali air laut) maka hal itu berarti telah
terjadi pelarutan sejenis garam-garam yang terlarut. Bila hal ini terjadi maka
berarti juga telah ada pelarutan ion-ion logam yang dapat mengubah
konsentrasi ion Hidrogen dalam air. Adanya rasa pada air pada umumnya
diikuti pula dengan perubahan pH air (Wardhana,W,A.,2004). Bau dan rasa
yang timbul dalam air karena kehadiran mikroorganisme, bahan mineral, gas
terlarut dan bahan-bahan organik. Polusi dapat menimbulkan bau dan rasa
yang tidak di kehendaki. Untuk menghilangkan bau dan rasa yang tidak di
kehendaki

dapat

dilakukan

dengan

aerasi,

pemakaian

potassium

permanganate, pemakaian karbon aktif, koagulasi, sedimentasi dan filtrasi.
(Suripin.,2004)

2.3.2.Sifat-sifat kimia
Sifat-sifat kimia dari air meliputi antara lain:
a).Derajat keasaman (pH) dapat diukur dengan menggunakan pH meter. pH
meter mengukur kandungan ion hidronium (H+) di dalam larutan dan nilainya
berkisar dari 0-14. Air dengan nilai pH=7 bersifat netral sedangkan air dengan

Universitas Sumatera Utara

13

pH>7 bersifat basa dan air dengan pH