Pemeriksaan Kadar Timbal (Pb) pada Air Baku dan Air Reservoir di PDAM Tirtanadi IPA Hamparan Perak

(1)

PEMERIKSAAN KADAR TIMBAL (Pb) PADA AIR BAKU

DAN AIR RESERVOIR DI IPA PDAM TIRTANADI HAMPARAN PERAK DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI SINAR TAMPAK

TUGAS AKHIR

Oleh:

NOVA TRI YANTI NIM 082410066

PROGRAM DIPLOMA III ANALIS FARMASI DAN MAKANAN FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

LEMBAR PENGESAHAN

PEMERIKSAAN KADAR TIMBAL (Pb) PADA AIR BAKU

DAN AIR RESERVOIR DI IPA PDAM TIRTANADI HAMPARAN PERAK DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI SINAR TAMPAK

TUGAS AKHIR

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Ahli Madya Pada Program Diploma III Analis Farmasi Dan Makanan

Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara

Oleh:

NOVA TRI YANTI NIM 082410066

Medan, April 2011 Disetujui Oleh Dosen Pembimbing,

Drs. Fathur Rahman Harun M.Si, Apt. NIP 195201041980031002

Disahkan Oleh

Dekan Fakultas Farmasi USU,

Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt. NIP 195311281983031002


(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkn kepada Allah SWT, karena atas berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini dengan judul “ Pemeriksaan Kadar Timbal (Pb) pada Air Baku dan Air Reservoir di PDAM Tirtanadi IPA Hamparan Perak”.

Tugas akhir ini merupakan salah satu syarat untuk dapat menyelesaikan pendidikan Program Studi Diploma III Analis Farmasi dan Makanan di Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara.

Dalam penyusunan Tugas Akhir ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar – besarnya kepada kedua orang tua penulis yaitu Bapak Agus Rustandi dan Ibu Habibi Hasibuan, serta kakak dan adik penulis Febri Yaning Tias dan Astia Sari, juga kepada keluarga besar penulis yang selalu mendoakan dan mendukung penulis dalam segala hal sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini dengan tepat waktu.

Penulis juga ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada berbagai pihak yan telah memberikan bimbingan, nasehat, petunjuk serta bantuannya terutama kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Sumadio Hadisaputra, Apt. Selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. Jansen Silalahi Msi, Apt. Selaku Ketua Jurusan Program Studi D III Analis Farmasi dan makanan Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara.


(4)

3. Bapak Drs. Fathur Rahman Msi, Apt. Selaku Dosen Pembimbing penulis. 4. Bapak Drs. Wahril selaku Kepala Instalasi Pengolahan Air PDAM

TIRTANADI Hamparan Perak.

5. Bapak Adi Supratman, ST. Selaku kepala bagian PDAM TIRTANADI IPA Hamparan Perak dan Bapak Herman Hidayat selaku asisten I serta Bapak Ade Juadi Hamzah selaku asisten II.

6. Seluruh Pegawai dan Staff di Perusahaan Daerah Air Minum TIRTANADI, khususnya di IPA PDAM TIRTANADI Hamparan Perak.

7. Teman – teman penulis khususnya Mahasiswa Analis Farmasi dan Makanan Stambuk 2008 yang telah sudi membantu dan memberikan semangat sehinga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini dengan baik.

8. Kepada pihak – pihak lainnya yang tidak mungkin penulis sebutkan satu persatu yang telah memberikan bantuan, motivasi, serta inspirasi kepada penulis selama penyusunan tugas akhir ini.

Penulis menyadari dalam penulisan tugas akhir ini tidak luput dari kesalahan – kesalahan dan kekurangan serta masih jauh dari kesempurnaan, baik dari segi isi maupun penulisan. Hal ini terjadi karena keterbatasan waktu dan kemampuan penulis. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan tugas akhir ini.


(5)

Akhir kata penulis berharap semoga tugas akhir ini bermanfaat dan dapat menambah pengetahuan khususnya bagi penulis dan bagi pembaca pada umumnya.

Medan, Mei 2011 Penulis

NOVA TRI YANTI NIP 082410066


(6)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... vi

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Tujuan dan Manfaat ... 3

1.2.1. Tujuan ... 3

1.2.2. Manfaat ... 3

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ... 4

2.1. Air ... 4

2.2. Sumber – sumber Air ... 6

2.2.1. Air Laut ... 7

2.2.2. Air Atmosfer ... 7

2.2.3. Air Permukaan ... 7

2.2.3.1. Air Sungai ... 8

2.2.3.2. Air Danau/Waduk ... 8

2.2.4. Air Tanah ... 9

2.2.4.1. Air Tanah Dangkal ... 9

2.2.4.2. Air Tanah Dalam ... 10

2.2.4.3. Mata Air ... 10

2.3. Pencemaran Air... 11

2.4. Standar Kualitas Air Minum... 12

2.5. Analisis Kualitas Air ... 17

2.6. Proses Pengolahan Air ... 18

2.7. Unit-unit Pengolahan Air PDAM Tirtanadi ... 19

2.8. Logam Berat ... 23

2.9. Timbal (Pb) ... 26

2.9.1. Sifat Fisik dan Kimia Timbal (Pb) ... 26

2.9.2. Penyebaran dan Penggunaan Timbal (Pb) ... 28

2.9.3. Pb di Dalam Air ... 30

2.9.4. Keracunan Timbal (Pb) ... 31

2.10. Spektrofotometri ... 35

BAB III. METODOLOGI ... 38

3.1. Alat dan Bahan... 38

3.1.1. Alat ... 38

3.1.2. Bahan ... 38

3.2. Prosedur Kerja ... 39

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 42

4.1. Hasil ... 42

4.2. Pembahasan ... 42

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 45

5.1. Kesimpulan ... 45

5.2. Saran ... 45

DAFTAR PUSTAKA ... 47


(7)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Air merupakan senyawa kimia yang sangat penting bagi kehidupan umat manusia dan makhluk hidup lainnya dan funginya bagi kehidupan tersebut tidak akan dapat digantikan oleh senyawa lainnya. Hampir semua kegiatan yang dilakukan manusia membutuhkan air, mulai dari membersihkan diri (mandi), membersihkan ruangan tempat tinggalnya, menyiapkan makanan dan minumansampai dengan aktivitas – aktivitas lainnya.

Dalam jaringan hidup, air merupakan medium untuk berbagai reaksi dan proses ekskresi. Air merupakan komponen utama baik dalam tanaman maupun hewan termasuk manusia. Tubuh manusia terdiri dari 60 – 70 % air. Tranportasi zat – zat makanan dalam tubuh semuanya dalam bentuk larutan dengan pelarut air. Juga hara – hara dalam tanah hanya dapat diserap oleh akar dalam bentuk larutannya. Oleh karena itu kehidupan ini tidak mungkin dapat dipertahankan tanpa air.

Sebagian besar keperluan air sehari – hari berasal dari sumber air tanah dan sungai, air yang berasal dari PAM (air ledeng) juga bahan bakunya berasal dari sungai, oleh karena itu kuantitas dan kualitas sungai sebagai sumber air harus dipelihara.

Pada saat ini tingkat pencemaran air sungai semakin tinggi. Hal ini disebabkan oleh masuknya limbah rumah tangga, industri dan pertanian dari berbagai bahan kimia yang sangat berbahaya dan beracun meskipun dalam


(8)

konsentrasi yang masih rendah seperti bahan pencemar logam – logam berat : Hg, Pb, Cd, As, dan sebagainya.

Logam-logam tersebut secara alami terdapat di alam, tetapi seiring dengan meningkatnya kebutuhan manusia dan perkembangan teknologi, kebutuhan akan bahan baku logam-logam tersebut meningkat sehingga tingkat pencemaran bahan baku tersebut juga meningkat dengan pesat di suatu lingkungan baik di air, udara, ataupun tanah melalui rantai makanan yang mampu mencemari makanan, sehingga manusia akhirnya tercemar jenis logam tersebut, yang dapat menimbulkan efek toksik bagi manusia dan makhluk hidup lainnya. (Achmad, 2004)

Pada proses pengolahan air di PDAM Tirtanadi IPA Hamparan Perak, air yang digunakan sebagai air baku adalah air yang berasal dari Sungai Belawan. Seperti yang diketahui Sungai Belawan terletak di daerah kawasan industri sehingga besar kemungkinan tingkat pencemaran di Sungai Belawan tersebut tinggi, terutama pencemaran logam – logam berat. Oleh sebab itu, penulis memilih melakukan pemeriksaan kadar logam berat di dalam air baku dan air reservoir di PDAM Tirtanadi IPA Hamparan Perak khususnya pemeriksaan kadar logam Timbal (Pb). Pemeriksaan kadar Timbal (Pb) di laboratorium PDAM Tirtanadi IPA Hamparan Perak merupakan pemeriksaan bulanan yang dilakukan setiap sebulan sekali. Pemeriksaan tersebut dilakukan dengan menggunakan metode spektrofotometri sinar tampak. Dari hasil pemeriksaan dapat diketahui apakah kadar Timbal (Pb) tersebut memenuhi standar maksimal yang telah ditetapkan oleh Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 82 tanggal 14


(9)

Desember 2001 tentang pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air serta yang ditetapkan oleh KepMenKes No. 492/MENKES/PER/IV/2010 tentang persyaratan kualitas air minum, demi untuk mengurangi efek toksisitas pada manusia.

1.2. Tujuan dan Manfaat 1.2.1. Tujuan

Untuk memeriksa dan mengetahui kadar Timbal (Pb) dalam air baku dan air reservoir di IPA PDAM Tirtanadi Hamparan Perak apakah masih memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 82 tanggal 14 Desember 2001 tentang pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air serta yang ditetapkan oleh KepMenKes No. 492/MENKES/PER/IV/2010 tentang persyaratan kualitas air minum

1.2.2. Manfaat

Dapat mengetahui kadar maksimal kandungan Timbal (Pb) yang diperbolehkan dalam air sehingga dapat diketahui sejauh mana air tersebut layak untuk dikonsumsi oleh masyarakat umum.


(10)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Air

Air merupakan sumber daya alam yang diperlukan untuk hajat hidup orang banyak, bahkan oleh semua makhluk hidup. Oleh karena itu, sumber daya air harus dilindungi agar tetap dimanfaatkan dengan baik oleh manusia serta makhluk hidup yang lain. Pemanfaatan air untuk berbagai kepentingan harus dilakukan secara bijaksana, dengan memperhitungkan kepentingan generasi sekarang maupun generasi yang akan datang. Aspek penghematan dan pelestarian sumber daya air harus ditanamkan pada segenap pengguna air. Saat ini, masalah utama yang dihadapi sumber daya air meliputi kuantitas air yang sudah tidak mampu memenuhi kebutuhan yang terus meningkat dan kualitas air untuk keperluan domestik yang semakin menurun. Kegiatan industri, domestik, dan kegiatan lain yang berdampak negatif terhadap sumber daya air, antara lain menyebabkan penurunan kualitas air. Kondisi ini dapat menimbulkan gangguan, kerusakan dan bahaya bagi semua makhluk hidup yang bergantung pada sumber daya air. Oleh karena itu diperlukan pengelolaan dan perlindungan sumber daya air secara seksama. (Achmad, 2004)

Ditinjau dari sudut ilmu kesehatan masyarakat, penyediaan sumber air bersih harus dapat memenuhi kebetuhan masyarakat, karena penyediaan air bersih yamg terbatas memudahkan timbulnya penyakit di masyarakat. Volume


(11)

atau 35 – 40 galon. Kebutuhan air tersebut bervariasi dan bergantung pada keadaan iklim, standar kehidupan, dan kebiasaan masyarakat.

Air yang diperuntukkan bagi konsumsi manusia harus berasal dari sumber yang bersih dan aman. Batasan – batasan sumber air yang bersih dan aman tersebut, antara lain :

a. Bebas dari kontaminasi kuman atau bibit penyakit. b. Bebas dari substansi kimia yang berbahaya dan beracun. c. Tidak berasa dan tidak berbau.

d. Dapat diprgunakan untuk mencukupi kebutuhan domestic dan rumah tangga. e. Memenuhi standar minimal yang ditentukan oleh WHO dan Departemen

Kesehatan RI. (Chandra, 2006)

Air merupakan suatu sarana utama untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, karena air merupakan salah satu media dari berbagai macam penularan penyakit, terutama penyakit perut. Supaya air masuk kedalam tubuh manusia baik berupa minuman ataupun makanan tidak menyebabkan / membawa bibit penyakit, maka pengolahan air baik berasal dari sumber, jaringan transmisi atau distribusi sangat perlu dilakukan.

Peningkatan kualitas air minum dengan jalan mengadakan pengelolaan terhadap air yang akan digunakan sebagai air minum dengan mutlak diperlukan, terutama apabila air tersebut berasal dari air permukaan. Pengelolaan yang dimaksud bisa dimulai dari yang sangat sederhana sampai yang mahir / lengkap,


(12)

sesuai dengan tingkat kekotoran dari sumber asal air tersebut. Semakin kotor semakin berat pengolahan yang dibutuhkan, dan semakin banyak ragam zat pencemar akan semakin banyak pula teknik – teknik yang diperlukan untuk mengolah air tersebu, agar bisa dimanfaatkan sebagai air minu. Oleh karena itu dalam praktek sehari –hari maka pengolahan air adalah menjadi pertimbangan yang utama untuk menentukan apakah sumber tersebut bisa dipakai sebagai sumber persediaan atau tidak.

Peningkatan kuantitas air adalah syarat kedua setelah kualitas, karena semakin maju tingkat hidup seseorang, maka akan semakin tinggi pula tingkat kebutuhan air dengan masyarakat tersebut. Untuk keperluan minum maka dibutuhkan air rata – rata sebanyak 5 liter/hari, sedangkan secara keseluruhan kebutuhan akan air suatu rumah tangga untuk masyarakat Indonesia diperkirakan sebebesar 60 liter / hari. (Sutrisno, 2004 )

2.2. Sumber – sumber Air

Sumber air merupakan salah satu komponen utama yang ada pada suatu sistem penyediaan air bersih, karena tanpa sumber air maka suatu sistem penyediaan sumber air bersih tidak akan berfungsi.


(13)

2.2.1. Air laut

Mempunyai sifat asin karena mengandung garam NaCl. Kadar garam NaCl dalam air laut 3%. Dengan keadaan ini, maka air laut tidak memenuhi syarat untuk air minum.

2.2.2. Air atmosfer, Air meteriologik

Dalam keadaan murni, sangat bersih, karena dengan adanya pengotoran udara yang disebabkan oleh kotoran – kotoran industri/debu dan lain sebagainya. Maka untuk menjadikan air ujan sebagai sumber air minum hendaknya pada waktu menampung air hujan jangan dimulai pada saat hujan mulai turun, karena masih mengandung banyak kotoran.

Selain itu air hujan mempunyai sifat agresif terutama terhadap pipa – pipa penyalur maupun bak – bak reservoir, sehingga hal ini akan mempercepat terjadinya korosi (karatan). Juga air hujan ini mempunyai sifat lunak, sehinggga akan boros terhadap pemakaian sabun.

2.2.3. Air permukaan

Air hujan adalah air permukaan yang mengalir di permukaan bumi. Pada umumnya air permukaan akan dapat pengotoran selama pengalirannya, misalnya oleh lumpur, batang – batang kayu, daun – daun, kotoran industri kota dan sebagainya.

Jenis pengotorannya adalah merupakan kotoran fisik, kimia, dan bakteriologi. Setelah mengalami suatu pengotoran, pada suatu saat air permukaan


(14)

itu akan mengalami suatu proses pembersihan sendiri yang dapat dijelaskan sebagai berikut :

Udara yang mengandung oksigen atau gas O2 akan membantu mengalami proses pembusukan yang terjadi pada air permukaan yang tela mengalami pengotoran, karena selama dalam perjalanan, O2 akan meresap kedalam air permukaan.

Air permukaan ada 2 macam, yakni : 2.2.3.1. Air sungai

Dalam penggunaannya sebagai air minum, haruslah mengalami suatu pengolahan yang sempurna, mengingat bahwa air sungai ini pada umumnya mempunyai derajat pengotoran yang tinggi sekali. Debit yang tersedia untuk memenuhi kebutuhan akan air minum pada umumnya dapat mencukupi.

2.2.3.2. Air rawa/danau

Kebanyakan air rawa ini berwarna yang disebabkan oleh adanya zat – zat organis yang membusuk, misalnya asam umus yang larut dalam air yang menyebabkan warna kuning coklat.

Dengan adanya pembusukan kadar zat organis tinggi, maka umumnya kadar Fe dan Mn akan tinggi pula dan dalam keadaan kelarutan O2 kurang sekali (anaerob), maka unsure – unsure Fe dan Mn ini akan larut. Pada permukaan air akan tumbuh alga (lumut) karena adanya sinar matahari dan O2.

Jadi untuk pengambilan air, sebaiknya pada kedalaman tertentu ditengah – tengah agar endapan – endapan Fe dan Mn tidak terbawa, demikian pula dengan lumut yang ada pada permukaan rawa / telaga. (Sutrisno, 2004)


(15)

2.2.4. Air tanah

Air tanah merupakan sebagian air hujan yang mencapai permukaan bumi dan menyerap ke dalam lapisan tanah dan menjadi air tanah. Sebelum mencapai lapisan tempat air tanah, air hujan akan menembus beberapa lapisan tanah dan menyebabkan terjadinya kesadahan pada air (hardness of water). Kesadahan pada

air ini menyebabkan air mengandung zat – zat mineral dalam konsentrasi. (Chandra, 2006)

Air tanah terbagi atas : 2.2.4.1. Air tanah dangkal

Terjadi karena daya proses peresapan air dari permukaan tanah. Lumpur akan bertahan, demikian pula dengan sebagian bakteri, sehingga air tanah akan jernih tapi lebih banyak megandung zat kimia (garam – garam yang terlarut) karena molekul lapisan tanah yang mempunyai unsur – unsur kimia tertentu untuk masing – masing lapisan tanah. Lapisan tanah ini berfungsi sebagai saringan. Disamping penyaringan, pengotoran masih terus berlangsung, terutama pada permukaan air yang dekat dengan permukaan tanah. Setelah menemui lapisan rapat air, air akan terkumpul yang merupakan air tana dangkal dimana air tanah ini dimanfaatkan untuk sumber air minum melalui sumur – sumur dangkal.

Air tanah dangkal ini terdapat pada kedalaman 15,00 m. sebagai sumber air minum, air tanah dangkal ini ditinjau dari segi kualitas agak baik. Kuantitas kurang cukup dan tergantung pada musim.


(16)

2.2.4.2. Air tanah dalam

Terdapat setelah lapis rapat air yang pertama. Pengambilan air tanah dalam tak semudah pada air tanah dangkal. Dalam hal ini harus digunakan bor dan memasukkan pipa kedalamnya sehingga dalam suatu kedalaman (biasanya antara 100 – 300 m) akan didapatkan suatu lapisan air. Jika tekanan air tanah ini besar, maka air dapat menyembur keluar dan dalam keadaan ini, sumur ini disebut sumur artesis. Jika air tak dapat keluar dengan sendirinya, maka digunakan pompa untuk membantu pengeluaran air tanah dalam ini. Kualitas dari air tanah dalam pada umumnya lebih baik dari air dangkal, karena penyaringannya lebih sempurna dan bebas dari bakteri.

2.2.4.3. Mata air

Mata air adalah air tanah yang keluar dengan sendirinya kepermukaan tanah. Mata air yang berasal dari tanah dalam, hampir tak terpengaruh oleh musim dan kualitas / kuantitasnya sama dengan keadaan air dalam.

Berdasarkan keluarnya (munculnya air kepermukaan tanah) , mata air terbagi atas :

• Rembesan, dimana air keluar dari lereng – lerang

• Umbul, dimana air keluar kepermukaan pada suatu dataran. (Sutrisno, 2004) 2.3. Pencemaran Air

Walaupun air merupakan sumber daya alam yang dapat diperbaharui, tetapi air akan dapat dengan mudah terkontaminasi oleh aktivitas manusia. Air banyak digunakan oleh manusia untuk tujuan yang bermacam – macam sehingga dengan mudah dapat tercemar. (Darmono, 2001)


(17)

Pencemaran air didefenisikan sebagai perubahan langsung atau tidak langsung terhadap keadaan air dari keadaan yang normal menjadi keadaan air yang berbahaya atau berpotensi menyebabkan penyakit atau gangguan bagi kehidupan makhluk hidup. Perubahan langsung dan tidak langsung ini dapat berupa perubahan fisik, kimia, termal, biologi, atau radioaktif. Kualitas air merupakan salah satu faktor dalam menentukan kesejahteraan manusia. Harus diingat bahwa air alamiah yang terdapat pada permukaan bumi sangat sulit ditemukan dalam keadaan murni, semuanya sudah mengandung senyawa kimia seperti mineral yang terlarut didalamnya pada konsentrasi bervariasi, namun demikian air tersebut tidak langsung disebut sebagai tercemar. (Situmorang, 2007)

Salah satu penyebab pencemaran air adalah bahan buangan anorganik berupa limbah yang tidak dapat membusuk dan sulit terdegradasi oleh mikroorganisme. Apabila bahan buangan anorganik ini masuk ke air lingkungan maka akan terjadi peningkatan jumlah ion logam di dalam air. Bahan buangan anorganik biasanya berasal dari industri yang melibatkan penggunaan unsur – unsur logam seperti Timbal (Pb), Arsen (As), Kadmium (Cd), Air raksa (Hg), Krom (Cr), Nikel (Ni), Kalsium (Ca), Magnesium (Mg), Kobalt (Co), dan lain – lain.

Indikator atau tanda bahwa air lingkingan telah tercemar adalah adanya perubahan atau tanda yang dapat diamati melalui :

1. Adanya perubahan suhu air.

2. Adanya perubahan pH atau konsentrasi ion Hidrogen. 3. Adanya perubahan warna, bau, dan rasa air.


(18)

4. Timbulnya endapan, kolodial, bahan terlarut. 5. Adanya mikroorganisme.

6. Meningkatnya radioaktivitas air lingkungan. (Arya, 2004)

2.4. Standar Kualitas Air Minum

Standar kualitas air minum dapat dikelompokkan menjadi dua bagian, antara lain :

1. Standar kualitas fisik air minum

2. Standar kualitas khemis (kimia) air minum 1. Standar kualitas fisik air minum

Dalam standar persyaratan fisik air minum tampak adanya lima unsur persyaratan, meliputi : suhu, warna, bau, rasa dan kekeruhan.

a. Suhu

Temperatur dari air akan mempengaruhi penerimaan (acceptance) masyarakat akan air tersebut dan dapat pula mempengaruhi reaksi kimia dalam pengolahan, terutama apabila temperature tersebut sangat tinggi. Temperature yang diinginkan adaalah 50 °F - 60 °F atau 10 °C – 15 °C, tetapi iklim setempat, kedalaman pipa – pipa saluran air, dan jenis dari sumber – sumber air akan mempengaruhi temperature ini. Disamping itu, temperatur pada air mempengaruhi secara langsung toksisitas banyak bahan kimia pencemar, pertumbuhan mikroorganisme dan virus.

Penyimpangan terhadap standar suhu ini, yakni apabila suhu air minum lebih tinggi dari suhu udara, jelas akan mengakibatkan tidak tercapainya maksud – maksud tersebut di atas, yakni akan menurunkan penerimaan masyarakat,


(19)

meningkatkan toksisitas dan kelarutan bahan – bahan pollutant, dan dapat menimbulkan suhu bagi kehidupan mikroorganisme dan virus tertentu.

b. Warna

Banyak air permukaan khususnya yang berasal dari daerah rawa – rawa, seringkali berwarna sehingga tidak dapat diterima oleh masyarakat, baik untuk keperluan rumah tangga maupun untuk keperluan industri, tanpa dilakukannya pengolahan untuk menghilangkan warna tersebut.

Bahan – bahan yang menimbulkan warna tersebut dihasilkan dari kontak antara air dengan reruntuhan organis seperti daun, duri pohon jarum dan kayu, yang semuanya dalam berbagai tingkat – tingkat pembusukan (de composition). Intensitas warna dalam air ini diukur dengan satuan unit warna standar, yang dihasilkan oleh 1 mg/1 platina (sebagai K2PtCl6). Standart yang ditetapkan oleh U.S. Public Health Service untuk intensitas warna dalam air minum adalah 20 unit dengan skala Pt – Co. Standar ini lebih rendah daripada standar yang ditetapkan oleh standar Internasional dari WHO maupun standar nasional Indonesia yang besarnya 5 – 50 unit.

c dan d. Bau dan Rasa

Bau dan rasa biasanya terjadi bersama – sama dan biasanya disebabkan olh adanya bahan – bahan organik yang membusuk, tipe – tipe tertentu organisme mikroskofik, serta persenyawaan – persenyawaan kimia seperti phenol. Bahan – bahan yang menyebabkan bau dan rasa ini berasal dari berbagai sumber. Intensitas bau dan rasa dapat meningkat, bila terhadap air dilakukan chlorinasi. Standar persyaratan kualitas air minum yang menyangkut bau dan rasa ini baik


(20)

yang ditetapkan oleh WHO maupun U.S. Public Health Service yang menyatatakan bahwa dalam air minum tidak boleh terdapat baud an rasa yang tidak diinginkan. Efek kesehatan yang dapat ditimbulkan oleh adanya bau dan rasa dalam air ini adalah :

• Serupa dengan unsur warna, dengan air minum yang berasa dan berwarna ini, masyarakat akan mencari sumber – sumber air lain yang kemungkinan besar bahkan tidak “safe”.

• Ketidaksempurnaan usaha menghilangkan bau dan rasa pada cara pengolahan yang dilakukan dapat menimbulkan kekhawatiran bahwa air yang terolah secara tidak sempurna itu masih mengandung bahan – bahan kimia yang bersifat toksik.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa efek yang dapat ditimbulkan adalah merupakan efek yang terjadi secara tidak langsung.

e. Kekeruhan

Air dikatakan keruh apabila air tersebut mengandung begitu bnyak partikel bahan yang tersuspensi sehingga memberikan warna/rupa yang berlumpur dan kotor. Kekeruhan tidak menjadi sifat dari air yang membahayakan, tetapi ia menjadi tidak disenangi karena rupanya. Standar yang ditetapkan oleh U.S. Public Health Service mengenai kekeruhan ini adalah batas maksimal 10 ppm dengan skala silikat, tetapi dalam praktek angka standar ini umumnya tidak memuaskan. Kebanyakan bangunan pengolahan air yang modern menghasilkan air dengan kekeruhan 1 ppm atau kurang.


(21)

2. Standar kualitas khemis air minum

Dari daftar standar kualitas air minum dapat dilihat adanya unsur – unsur yang tercantum dalam standar kualitas khemis daripada air minum. Dalam Peraturan Mentri Kesehatan R.I. No.01/Birhukmas/I/1975 tercantum sebanyak 26 macam unsur standar. Beberapa diantara unsur tersebut tidak dikehendaki kehadirannya pada air minum, oleh karena merupakan zat kimia yang bersifat racun, dapat merusak perpipaan, ataupun karena sebagai penyebab bau/rasa yang mengganggu estetika. Bahan – bahan tersebut adalah : nitrit, sulfida, ammonia dan CO2 agresif. Beberapa unsur meskipun dapat bersifat racun masih dapat ditolerir kehadirannya dalam air minum asalkan tidak melebihi konsentrasi yang ditetapkan. Unsur atau bahan – bahan tersebut adalah : phenolik, arsen, selenium, chromium martabat 6, cyanida, cadmium, timbal, dan air raksa. (Sutrisno, 2004)

Selain itu, kualitas air juga ditentukan secara biologis, khususnya secara mikrobiologis, ditentukan oleh banyak parameter, yaitu parameter mikroba pencemar, patogen, dan penghasil toksin. Untuk air minum misalnya, bakteri Coli harus kurang dari satu atau tidak ada sama sekali, kalau kualitas air tersebut termasuk yang betul – betul memenuhi syarat. (Suriawiria, 2005)

Pada pemeriksaan air minum dengan memakai prosedur Membrane Filter Technique, maka 90 % dari contoh air yang diperiksa selama 1 bulan, harus bebas dari E. Coli. Selanjutnya dari yang mengandung E Coli, jumlah kuman ini tidak boleh lebih dari 3 untuk setiap 50 cc air, tidak boleh lebih dari 4 untuk setiap 100 cc air, tidak boleh lebih dari 7 untuk setiap 200 cc air, serta tidak boleh lebih dari 13 untuk setiap 500 cc air. (Azwar, 1996)


(22)

Selanjutnya, standar persyaratan kualitas air minum menurut Peraturan Mentri Kesehatan Republik Indonesia No. 492/MENKES/PER/IV/2010 dapat dilihat pada lampiran.

2.5. Analisis Kualitas Air

Analisis penentuan kualitas air sangat penting bagi pengguna air dan sebagai informasi tentang keberadaan senyawa kimia yang terkandung di dalam air. Untuk mengetahui kualitas air dengan tepat maka analisis dapat dilakukan melalui analisis kimia yang bertujuan untuk mengetahui tingkat pancemaran air. Analisis kimia dilakukan untuk mengetahui kadar zat kimia atau jenis zat kimia yang terkandung di dalam air. Analisis ini secara umum bertujuan untuk mengetahui kehadiran senyawa kimia secara spesifik yang menyebabkan bahaya di dalam air. Teknik analisis yang cepat dan dengan biaya murah yang banyak digunakan adalah secara insitu. Teknik insitu adalah menganalisis air dengan menggunakan pereaksi untuk memberikan gambaran kehadiran senyawa kimia pencemar di dalam air. (Situmorang, 2007)

2.6. Proses Pengolahan Air

Yang dimaksud dengan pengolahan adalah usaha – usaha teknis yang dilakukan untuk mengubah sifat – sifat suatu zat. Hal ini penting artinya bagi air minum, karena dengan adanya pengolahan ini, maka akan didapatkan suatu air minum yang memenuhi standar air minum yang telah ditentukan.

Dalam proses pengolahan air ini pada lazimnya dikenal dengan dua cara, yakni :

• Pengolahan lengkap atau Complete Treatment Process, yaitu air akan mengalami pengolahan lengkap, baik physics, kimiawi dan bakteriologik. Pada pengolahan cara ini biasanya dilakukan terhadap air sungai yang kotor/keruh.


(23)

• Pengolahan sebagian atau Partial Treatment Process, misalnya diadakan pengolahan kimiawidan/atau pengolahan bakteriologi saja.

Pengolahan ini pada lazimnya dilakukan untuk : a. mata air bersih.

b. air dari sumur yang dangkal atau dalam.

Dalam proses pengolahan air tersebut harus dibantu dengan unit – unit pengolahan air minum. Adapun unit – unit pengolahan air minum terdiri dari bangunan penangkap air, bangunan pengendap pertama, pembubuh koagulant, bangunan pengaduk cepat, bangunan pembentuk flok, bangunan pengendap kedua, bangunan penyaring, reservoir, pemompaan. (Sutrisno, 2004)

2.7. Unit – unit Pengolahan Air PDAM Tirtanadi

Adapun unit – unit pengolahan air minum di PDAM Tirtanadi terdiri dari: 1. Intake

Sumber air baku adalah air permukaan Sungai Belawan yang masuk melalui saluran yang bercabang dua dilengkapi dengan bar screen (saringan kasar) dan fine screen (saringan halus) yang berfungsi untuk mencegah masuknya kotoran – kotoran yang terbawa arus sungai. Masing – masing saluran dilengkapi dengan pintu (sluice gate) pengatur ketinggian air dan penggerak electromotor. Pemeriksaan maupun pembersihan saringan dilakukan secara periodic untuk menjaga kestabilan air masuk.

2. Bak pengendap I (bak prasedimentasi)

Bangunan ini berada setelah bangunan intake yang terdiri dari 2 unit (2 set). Setiap unitnya berdimensi 18 x 18 x tinggi ± 3 m, dilengkapi dengan 2 buah


(24)

inlet gate, 2 buah screen, dan 2 buah outlet sludge pump yang berfungsi sebagai sarana penyalur lumpur, pasir dan lain – lain yang bersifat sedimen yang akan dibuang ke lagoon. Pada bangunan ini terdapat satu buangan pompa transfer (RWP).

Bangunan RWP (pompa air baku) berfungsi untuk memompakan air dari Bak pengendap I ke Bak pengendap II dan terdiri dari 3 unit pompa transfer, kapasitas setiap pompa 110 l/det dengan rata – rata head 15 meter memakai motor AC nominal daya 13 x 14,35 KW.

3. Bak pengendap II

Bangunan ini terdiri dari : a. Bak koagulasi

Bangunan ini berfungsi untuk menurunkan parameter turbidity, senyawa – senyawa organik tersuspensi dan logam berat dengan penambahan koagulant PAC serta pengaturan pH proses dengan penambahan bahan kapur sesuai dengan kondisi operasi. Bangunan ini dilengkapi dengan pengaduk mekanik (rapid mix) sedangkan penambahan bahan kimia kedalam bak koagulasi dilakukan oleh pompa dosing. Untuk perawatan bak, maka secara periodik dilakukan pengurasan dan buangan dialirkan ke lagoon.

b. Bak flokulasi

Bangunan ini berfungsi untu memperbesar flok yang terjadi pada saat proses koagulasi sehingga lebih mudah diendapkan pada bak pengendap (sedimentasi). Untuk mempercepat flokulasi ditambahkan pengaduk putaran


(25)

lambat (slow mix). Bahan kimia yang ditambahkan adalah flokulan. Dosis flokulan yang ditambahkan didasarkan pada kualitas air baku yang masuk yang dilakukan pompa dosing. Untuk perawatan bak, maka secara periodic dilakukan pengurasan dan buangan dialirkan ke lagoon.

c. Bak sedimentasi

Bangunan ini berfungsi untuk tempat padatan atau flok yang terbentuk dari proses flokulasi.

4. Saringan pasir cepat

Fungsi dari saringan pasir cepat adalah untuk menangkap flok yang tidak dapat dipisahkan pada bak pengendap (bak sedimentasi). Flok yang masuk ke bak saringan pasir cepat akan tertahan pada permukaan pasir sehingga semakin lama kecepatan penyaringan akan semakin lambat, jika kondisi ini terjadi, maka filter harus di back wash. Air untuk back wash diambil dari bak reservoir dengan menggunakan pompa bck wash sedangkan air buangan back wash dialirkan ke lagoon. Selanjutnya air yang sudah tersaring mengalir secara gravitasi ke bak khlorinasi dan netralisasi.

Filter terdiri dari 7 unit dengan dimensi filter sebagai berikut :

Lebar (L) = 3 m Panjang (P) = 5 m Tinggi (T) = 3 m Tebal media filter = 80 cm, dengan susunan lapisan sebagai berikut : • Pasir kwarsa, gradasi 0,45 mm – 0 70 mm dengan ketebalan 40 cm. • Kerikil halus, gradasi 0,80 mm – 1,50 mm dengan ketebalan 10 cm. • Kerikil kasar, gradasi 40,00 mm – 70,00 mm dengan ketebalan 30 cm. Spesifikasi pasir untuk saringan pasir cepat adalah :


(26)

• Effective Size (ES) = 0,500 – 0,700 mm • Uniformity coefficient = 1,40 – 1.700 mm • Specific Gravity ≥ 2500 kg/m3 5. Bak netralisasi dan Chlorinasi

Bak netralisasi dan chlorinasi berfungsi sebagai tempat pengaturan pH agar air hasil pengolahan mempunyai pH netral dan juga sebagai tempat penambahan chlor untuk menjaga agar kandungan chlorin dalam air yang akan didistribusikan selalu ada untuk menghindari adanya bakteri patogen dalam air. Untuk membantu agar pencampuran sempurna maka dilakukan mixing dengan menggunakan buffle. Selanjutnya air hasil olahan secara gravitasi mengalir ke reservoir dan siap untuk didistribusikan.

6. Reservoir

Reservoir ini adalah berupa bangunan beton berdimensi panjang 23 m, lebar 23 m, tinggi 4 m dan berfungsi untuk menempung air bersih/air olahan setelah melewati saringan pasir cepat (filter) dengn kapasitas ± 1500 m3. Air bersih yang mengalir dari saringan pasir cepat (filter) ke reservoir dibubuhi kapur hingga pH netral dan pembubuhan chlorin untuk desinfeksi bakteri.

7. Pompa transmisi

Pompa transmisi (pompa distribusi air bersih) berfungsi untuk mendistribusikan air bersih dan reservoir utama yang akan didistribusikan kepada konsumen. Pompa transmisi terdiri dari 3 unit pompa dengan kapasitas masing – masing 110 l/det, total head 75 m.


(27)

Daur ulang adalah cara paling tepat dan aman dalam mengatasi dan meningkatkan kualitas lingkungan. Prinsip ini telah mendorong perusahaan untuk membangun sarana pengolahan air limbah berupa sludge lagoon. Lagoon ini berfungsi sebagai media penampungan air buangan bekas pencucian sistem pengolah dan kemudian air tersebut disalurkan kembali ke bak pengendap I untuk diproses kembali.

2.8. Logam Berat

Logam berat masih termasuk golongan logam dengan kriteria – kriteria yang sama dengan logam – logam yang lain. Perbedaan terletak dari pengaruh yang dihasilkam bila logam berat ini masuk atau diberikan kedalam tubuh organisme hidup.

Istilah logam berat sebetulnya sudah dipergunakan secara luas,terutama dalam perpustakaan ilmiah, sebagai unsur yang menggambarkan bentuk dari logam tertentu. Karakterisik dari kelompok logam berat adalah sebagai berikut : • Memiliki spesifikasi grafitasi yang sangat besar (lebih dari 4).

• Mempunyai nomor atom 22 – 23 dan 40 – 50 serta unsur laktanida dan aktinida.

• Mempunyai respon biokimia yang khas (spesifik) pada organisme hidup .

Berbeda dengan logam biasa, logam berat biasanya menimbulkan efek – efek khusus pada makhluk hidup. Dapat dikatakan bahwa semua logam berat dapat menjadi bahan racun yang akan meracuni tubuh makhluk hidup. Sebagai contoh logam berat air raksa (Hg), kadmium (Cd), timbal (Pb), dan krom (Cr).


(28)

Namun demikian, meskipun semua logam berat dapat mengakibatkan keracunan pada makhluk hidup, sebagian dari logam – logam berat tersebut dibutuhkan oleh makhluk hidup. Kebutuhan tersebut dalam jumlah yang sangat kecil/sedikit. Tetapi apabila kebutuhan yang sangat kecil tersebut tidak terpenuhi dapat berakibat fatal terhadap kelangsungan makhluk hidup. Karena tingkat kebutuhan yang sangat dipentingkan maka logam – logam tersebut juga dinamakan sebagai logam – logam esensial tubuh. Bila logam – logam esensial yang masuk kedalam tubuh dalam jumlah yang berlebihan, maka akan berubah fungsi menjadi racun. (Palar. H, 2008)

Penggunaan logam sebagai bahan baku berbagai jenis industri untuk memenuhi kebutuhan manusia akan mempengaruhi kesehatan manusia melalui 2 jalur, yaitu :

1. Kegiatan industri akan menambah polutan logam dalam lingkungan udara, air, tanah, dan makanan.

2. Perusahaan biokimia logam sebagai bahan baku berbagai jenis industri bisa mempengaruhi kesehatan manusia.

Pesatnya pembangunan dan penggunaan berbagai bahan baku logam bisa berdampak negatif, yaitu munculnya kasus pencemaran yang melebihi batas sehingga mengakibatkan kerugian dan meresahkan masyarakat yang tinggal disekitar daerah perindustrian maupun masyarakat pengguna produk industry tersebut. Hal ini terjadi karena sangat besarnya resiko terpapar logam berat maupun logam transisi yang bersifat toksik dalam dosis atau konsentrasi tertentu.


(29)

Di Indonesia, pencemaran logam berat cenderung meningkat sejalan dengan meningkatnya proses indusrialisasi. Pencemaran logam berat dalam lingkungan bisa menimbulkan bahaya bagi kesehatan, baik pada manusia, hewan, tanaman, maupun lingkungan. Terdapat 80 jenis logm berat dari 109 unsur kimia di muka bumi ini. Logam berat dibagi kedalam dua jenis, yaitu :

1. Logam berat esensial, yakni logam dalam jumlah tertentu yang sangat dibutuhkan oleh organisme. Dalam jumlah yang berlabihan logam tersebut bisa menimbulkan efek toksik. Contohnya adalah Zn, Cu, Fe, Co, Mn, dan lain sebagainya.

2. Logam berat tidak esensial, yakni logam yang keberadaannya dalam tubuh masih belum diketahui manfaatnya, bahkan bersifat toksik, seperti Hg, Cd, Pb, Cr, dan lain – lain.

Logam berat dapat menimbulkan efek gangguan terhadap kesehatan manusia, tergantung pada bagian mana dari logam berat tersebut yang terikat dalam tubuh serta besarnya dosis paparan. Efek toksik dari logam berat mampu menghalangi kerja enzim sehingga mengganggu metabolisme tubuh, menyebabkan alergi, bersifat mutagen, atau karsinogen bagi manusia maupun hewan.

Pencemaran logam baik dari industri, kegiatan domestik, maupun sumber alami dari batuan akhirnya sampai ke sungai/laut dan selanjutnya mencemari manusia melalui ikan, air minum ataupun air sumber irigasi lahan pertanian sehingga tanaman sebagai sumber pangan manusia tercemar logam. (Widowati, 2008)


(30)

2.9. Timbal (Pb)

2.9.1. Sifat fisik dan kimia Timbal (Pb)

Timbal atau dalam keseharian lebih dikenal dengan nama timah hitam, dalam bahasa ilmiahnya dinamakan plumbum, dan logam ini disimbolkan dengan Pb. Logam ini termasuk kedalam kelompok logam golongan IV-A pada Tabel Periodik unsur kimia. Mempunyai nomor atom (NA) 82 dengan bobot atau berat atom (BA) 2007,2. (Palar. H, 2008)

Timbal (Pb) pada awalnya adalah logam berat yang secara alami terdapat didalam kerak bumi. Namun, timbale juga bisa berasal dari kegiatan manuasia, bahkan mampu mencapai jumlah 300 kali lebih banyak dibandingkan Pb alami.

Pb memiliki titik lebur rendah, mudah dibentuk, memiliki sifat kimia yang aktif, sehingga bisa digunakan untuk melapisi logam agar tidak timbul perkaratan (korosi). Apabila dicampur dengan logam lain akan terbentuk logam campuran yang lebih bagus daripada logam murninya.

Pb adalah logam lunak berwarna abu – abu kebiruan mengkilat serta mudah dimurnikan dari pertambangan. Timbal (Pb) meleleh pada suhu 328 ºC (662 °F) ; titik didih 1740 °C (3164 °F) ; dan memiliki gravitasi 11,34 dengan berat atom 207,20.

(Widowati, 2008)

Logam timbal atau Pb memiliki sifat – sifat yang khusus seperti berikut : 1. Merupakan logam yang lunak, sehingga dapat dipotong dengan menggunakan


(31)

2. Merupakan logam yang tahan terhadap peristiwa korosi atau karat, sehingga logam timbal sering digunakan sebagai bahan coating.

3. Mempunyai titik lebur rendah, hanya 327,5 °C atau 328 °C.

4. Mempunyai kerapatan yang lebih besar dibandingkan dengan logam – logam biasa, kecuali emas dan merkuri.

5. Merupakan penghantar listrik yang tidak baik.

2.9.2. Penyebaran dan Penggunaan Timbal (Pb)

Penyebaran logam timbal di bumi sangat sedikit. Jumlah timbal yang terdapat di seluruh lapisan bumi hanyalah 0,0002% dari jumlah seluruh kerak bumi. Jumlah ini sangat sedikit jika dibandingkan dengan jumlah kandungan logam berat lainnya yang ada di bumi. Di alam sendiri, terdapat 4 macam isotop timbal yaitu :

1. Timbal-204 atau Pb204, diperkirakanberjumlah sebesar 1,48% dari seluruh isotop timbal.

2. Timbal-206 atau Pb206, ditemukan dalam jumlah sebesar 23,60% dari seluruh isotop timbal yang terdapat di alam.

3. Timbal-207 atau Pb207, sebanyak 22,60% dari semua isotop timbal yang terdapat di alam.

4. Timbal-208 atau Pb208, ditemukan sebanyak 52,32% dari seluruh isotop timbal yang terdapat di alam.

Isotop – isotop timbal tersebut merupakan hasil akhir dari peluruhan unsur – unsur radioaktif alam. Timbal-206 merupakan hasil akhir peluruhan daru unsur


(32)

radioaktif uranium (U). Timbal-207, berasal dari peluruhan unsur radioaktif actium (Ac), dan timbal-208 adalah hasil akhir dari peluruhan unsur radioaktif thorium (Th).

Melalui proses – proses geologi, timbal berkonsentrasi dalam deposit seperti bijih logam. Persenyawaan bijih logam timbal ditemukan dalam bentuk galena (PbS), anglesit (PbSO4) dan dalam bentuk minim (Pb3O4). Boleh dikatakan bahwa timbal tidak pernah ditemukan dalam bentuk logam murninya.

Bijih – bijih logam timbal yang diperoleh dari hasil penambangan hanya mengandung sekitar 3% sampai 10% timbal. Hasil ini akan dipekatkan lagi sampai 40%, sehingga didapatkan logam timbal murni. Produksi penambangan logam timbal dunia sampai tahun 1974 telah mencapai hasil 3.844.687 ton logam timbal murni. Semua itu berasal dari penambangan logam timbal di AS, Uni Soviet, Australia, Kanada, Peru, Meksiko, Yugoslavia, Korea, China, dan Maroko.

Timbal dan persenyawaannya banyak digunakan dalam berbagai bidang. Dalam industri baterai, timbal digunakan sebagai grid yang merupakan alloy

(suatu persenyawaan ) dengan logam bismuth (Pb-Bi) dengan perbandingan 93:7. (Palar,

2008)

Unsur Pb banyak digunakan dalam bidang industri modern sebagai bahan pembuatan pipa air yang tahan terhadap korosi. Pigmen Pb digunakan sebagai pembuatan cat, baterai, dan campuran bahan bakar bensin TEL (Tetra Ethyl Lead). Selain itu logam timbal juga digunakan dalam industry kabel, penyepuhan,


(33)

pestisida, sebagai zat antiletup pada bensin, zat penyusun patri atau solder, sebagai formulasi penyambung pipa sehingga memungkinkan terjadinya kontak antara air rumah tangga dengan Pb. (Widowati. W, 2008)

2.9.3. Pb di Dalam Air

Pb (timah hitam/timbal) dan persenyawaannya dapat berada di dalam badan perairan secara alamiah dan sebagai dampak dari aktivitas manusia. Secara alamiah, Pb dapat masuk ke badan perairan melalui pengkristalan Pb di udara dengan bantuan air hujan. Di samping itu, proses korosifikasi dari batuan mineral akibat hempasan gelombang dan angin, juga merupakan salah satu jalur sumber Pb yang akan masuk kedalam badan perairan.

Pb yang masuk kedalam badan perairan sebagai dampak dari aktivitas kehidupan manusia ada bermacam bentuk. Diantaranya adalah air buangan (limbah) dari industri yang berkaitan dengan Pb, air buangan dari pertambangan bijih timah hitam dan buangan sisa industri baterai. Buangan – buangan tersebut akan jatuh pada jalur – jalur perairan seperti anak – anak sungai untuk kemudian akan dibawa terus menuju lautan. Umumnya jalur buangan dari bahan sisa perindustrian yang mengguanakan Pb akan merusak tata lingkungan perairan yang dimasukinya (menjadikan sungai dan alirannya tercemar).

Badan perairan yang telah kemasukan senyawa atau ion – ion Pb, sehingga jumlah Pb yang ada di dalam badan perairan melebihi konsentrasi yang semestinya, dapat mengakibatkan kematian bagi biota perairan tersebut.


(34)

Dalam air minum juga dapat ditemukan senyawa Pb bila air tersebut disimpan atau dialirkan melalui pipa yang merupakan alloy dari logam Pb. Banyak perusahaan air minum (PDAM) yang masih menggunakan pipa mengandung Pb sehingga sangat besar kemungkinan tercemarnya air minum oleh Pb. Kadar Pb dalam tanah berkisar 5 – 25 ppm, dalam air tanah 1 – 60 ppm, dan lebih rendah lagi pda permukaan air. Air minum bisa tercemari oleh Pb karena penggunaan pipa berlapis Pb, peralatan keramik, dan solder. (Palar, 2008)

2.9.4. Keracunan Timbal (Pb)

Keracunan yang ditimbulkan oleh persenyawaan logam Pb dapat terjadi karena masuknya persenyawaan logam tersebut ke dalam tubuh. Proses masuknya logam tersebut ke dalam tubuh dapat melalui beberapa jalur, yaitu melalui makanan dan minuman, udara dan perembesan atau penetrasi pada selaput atau lapisan kulit.

Bentuk – bentuk kimia dari senyawa – senyawa Pb, merupakan faktor penting yang mempengaruhi tingkah laku Pb dalam tubuh manusia. Senyawa – senyawa Pb organik relative lebih mudah untuk diserap tubuh melalui selaput lender atau melalui lapisan kulit, bila dibandingkan dengan senyawa – senyawa Pb an-organik. Namun hal itu bukan berarti semua senyawa Pb dapat diserap oleh tubuh, melainkan hanya sekitar 5 – 10% dari jumlah Pb yang masuk melalui makanan dan atau sebesar 30% dari jumlah Pb yang terhirup yang akan diserap oleh tubuh. Dari jumlah yang terserap itu, hanya 15% yang akan mengendap pada


(35)

jaringan tubuh, dan sisanya akan turut terbuang bersama bahan sisa metabolisme seperti urin dan feces.

Senyawa Pb yang masuk ke dalam tubuh melalui makanan dan minuman akan diikutkan dalam proses metabolisme tubuh. Namun demikian, jumlah Pb yang masuk bersama makanan dan/atau minuman ini masih mungkin ditolerir oleh lambung disebabkan oleh asam lambung (HCl) mempunyai kemampuan untuk menyerap logam Pb. Tetapi walaupun asam lambung mempunyai kemampuan untuk menyerap keberadaan logam Pb ini, pada kenyataanya Pb lebih banyak dikeluarkan oleh tinja.

Meskipun jumlah Pb yang diserap oleh tubuh hanya sedikit, logam ini ternyata menjadi sangt berbahaya. Hal itu disebabkan senyawa – senyawa Pb dapat memberikan efek racun terhadap banyak fungsi organ yang terdapat

didalam tubuh. (Palar. H, 2008)

Timbal (Pb) bersifat akumulatif. Mekanisme toksisitas Pb berdasarkan organ yang dipengaruhinya adalah :

1. Sistem haemopoeietik : dimana Pb menghambat sistem pembentukan hemoglobin (Hb) sehingga menyebabkan anemia.

2. Sistem syaraf : dimana Pb dapat menimbulkan kerusakan otak dengan gejala epilepsi, halusinasi, kerusakan otak besar dan delirium.

3. Sistem urunaria : dimana Pb bisa menyebabkan lesi tublus proksinalis, loop of Henle, serta menyebabkan aminosiduria.


(36)

5. Sistem kardiovaskuler : dimana Pb bisa menyebabkan penghambatan permeabilitas pembuluh darah.

6. Sistem reproduksi berpengaruh terutama terhadap gametotoksisitas/janin belum lahir menjadi peka terhadap Pb, ibu hamil yang terkontaminasi Pb bisa mengalami keguguran, tidak berkembangnya sel otak embrio, kematian janin waktu lahir, serta hipospermia dan teratospermia pada pria.

7. Sistem endokrin : dimana Pb mengakibatkan gangguan fungsi tiroid dan fungsi adrenal.

8. Bersifat karsinogenik dalam dosis tinggi.

Toksisitas timbal (Pb) bersifat kronis dan akut.

Pada efek toksik logam timbal (Pb), toksisitas kronis sering dijumpai pada pekerja tambang dan pabrik pemurnian logam, pabrik mobil (proses pengecatan), pembuatan baterai, percetakan, pelapisan logam, dan pengecatan.

Paparan Pb secara kronis bisa mengakibatkan kelelahan, kelesuan, gangguan iritabilitas, gangguan gastrointestinal, kehilangan libido, infertilitas pada laki – laki, gangguan menstruasi serta aborsi spontan pada wanit, depresi, sakit kepala, sulit berkonsentrasi, daya ingat terganggu, dan sulit tidur.

Toksisitas akut bisa terjadi jika Pb masuk kedalam tubuh seseorang melalui makanan atau menghirup gas Pb dalam waktu yang relatif pandek dengan kadar/dosis yang relatif tinggi. Gejala dan tanda – tanda klinis akibat paparan Pb secara akut bisa menimbulkan beberapa gejala, antara lain :

a. Gangguan gastrointestinal, seperti kram perut, kolik, dan biasanya diawali dengan sembelit, mual, muntah – muntah dan sakit perut yang hebat.


(37)

b. Gangguan neurologi berupa ensefalopati seperti sakit kepala, bingung/pikiran kacau, sering pingsan dan koma.

c. Gangguan fungsi ginjal, oliguria, dan gagal ginjal yang akut bisa berkembang dengan cepat.

Penanggulangan Toksisitas.

Berbagai upaya untuk mencegah dan menghindari efek toksik Pb antara lain:

1. Melakukan tes medis (Pb dalam darah), terutama bagi pekerja yang berisiko terpapar Pb.

2 Menghindari menggunakan peralatan – peralatan dapur atau tempat makanan atau minuman yang mengandung Pb.

3. Pemantauan kadar Pb di udara dan kadar Pb dalam makanan atau minuman secara berkesinambungan.

4. Menyediakan fasilitas yang aman yang terpisah dari lokasi pencemaran Pb. 5. Tempat makanan/minuman tertutup sehingga tidak kontak dengan debu atau

asap Pb.

6. Mengurangi emisi gas buang yang mengandung Pb, baik dari kendaraan bermotor maupun dari industri.

7. Bagi para pekerja yang kontak dengan Pb sebaiknya menggunakan peralatan standar keamanan dan keselamatan kerja. (Widowati, 2008)

2.10. Spektrofotometri

Spektrofotometri adalah pengukuran absorpsi energi cahaya oleh suatu molekul pada suatu panjang gelombang tertentu untuk analisa kualitatif dan


(38)

kuantitatif. Metode ini didasarkan pada interaksi antara radiasi elektromagnetik dengan suatu materi berupa molekul. Jenis interaksi yang dapat terjadi antara lain absorbsi atau fotoforensi, rotasi dan fibrasi. Selain itu spektrofotometri juga dimaksudkan sebagai suatu metode pengukuran jauhnya pengabsorpsian energi cahaya oleh suatu sistem kimia itu sebagai fungsi dari panjang gelombang radiasi. (Rohman, 2007)

Dalam analisis spektrofotometri digunakan suatu sumber radiasi yang menjorok kedalam daerah ultraviolet spektrum itu. Dari spektrum ini dipilih panjang – panjang gelombang tertentu. Instrument yang digunakan adalah spektrofotometer, dan seperti tersirat dalam nama ini instrument ini sebenarnya terdiri dari dua instrument dalam satu kotak sebuah spectrometer dan sebuah fotometer. Keuntungan utama metode spektrofotometri adalah bahwa metode ini memberikan cara yang sederhana untuk menetapkan kuantitas zat yang sangat kecil. (Bassett, dkk., 1994)

Alat yang digunakan dalam metode spektrofotometri ini adalah spektrofotometer. Sesuai dengan namanya, spektrofotometer adalah alat yang terdiri dari spektrometer dan fotometer. Spektrometer manghasilkan sinar dari spectrum dengan panjang gelombang tertentu dan fotometer adalah alat pengukur intensitas cahaya yang ditransmisikan atau diadsorbsi. Jadi, spektrofotometer digunakan untuk mengukur energi secara relatif jika energi tersebut ditransmisikan , direfleksikan, atau diemisikan sebagai fungsi dari panjang gelombang.


(39)

Suatu spektrofotometer tersusun dari sumber spektrum tampak yang kontinyu, monokromator, sel pengabsorbsi untuk larutan sampel atau blangko dan suatu alat untuk mengukur perbedaan absorbsi antara sampel dan blangko ataupun pembanding.

1. Sumber : Sumber yang biasa digunakan pada spektroskopi absorbsi adalah lampu wolfram. Kebaikan lampu wolfram adalah energi radiasi yang dibebaskan tidak bervariasi pada berbagai panjang gelombang.

2. Monokromator : digunakan untuk memperoleh sumber sinar yang monokromatis. Alatnya dapat berupa prisma atau grating.

3. Sel absorbsi : pada pengukuran di daerah tampak kuvet kaca atau kuvet kaca corex dapat digunakan, tetapi untuk pengukuran pada daerah UV menggunakan sel kuarsa karena gelas tidak tembus cahaya pada daerah ini.

4. Detektor : peranan detektor penerima adalah memberikan respon terhadap cahaya pada berbagai panjang gelombang. (Khopkar, 2007)

Pada spektrofotometri cahaya tampak (UV-Vis) panjang gelombang yang dipakai adalah 400 – 750 nm. Spektrofotometri UV-Vis melibatkan energi elektronik yang cukup besar pada molekul yang dianalisis, sehingga spektrofotometri UV-Vis lebih banyak dipakai untuk analisis kuantitatif dibandingkan kualitatif. Dalam aspek kuantitatif, suatu berkas radiasi dikenakan pada cuplikan (larutan sampel) dan intensitas sinar radiasi yang diteruskan diukur besarnya. Radiasi yang diserap oleh cuplikan ditentukan dengan membandingkan intensitas sinar yang diteruskan dengan intensitas sinar yang diserap jika tidak ada spesies penyerap lainnya. Intensitas atau kekuatan radiasi cahaya sebanding


(40)

dengan jumlah foton yang melalui satu satuan luas penampang perdetik. Serapan dapat terjadi jika foton/radiasi yan mengenai cuplikan memiliki energi yang sama dengan energi yang dibutuhkan untuk menyebabkan terjadinya perubahan tenaga. Kekuatan radiasi juga mengalami penurunan dengan adanya penghamburan dan pemantulan cahaya, akan tetapi penurunan karena hal ini sangat kecil dibandingkan dengan proses penyerapan.


(41)

BAB III METODOLOGI

3.1. Alat dan Bahan

3.1.1. Alat :

Spektrofotometer DR/2004 Kuvet 10 dan 25 ml

Erlanmeyer 300 ml Labu ekstraksi 500 Gelas ukur 250 ml Beaker glas 50 ml

Pipet volum 1 ml, 2 ml, 5 ml, dan 10 ml Masker dan sarung tangan

3.1.2. Bahan :

• Larutan NaOH 5 N

• Larutan ditizon (30 ml chloroform + 1 bungkus divider metal powder pillow

• Buffer powder pillow citrate type for heavy metal • Kristal potassium sianida (KCN)


(42)

3.2. Prosedur kerja :

• Pastikan analis memakai masker dan sarung tangan. • Tekan power pada alat spektrofotometer DR/2400.

• Pilih program 950 Pb tekan start, pada layar akan muncul 0,00 mg/l Pb. • Masukkan masing – masing sampel uji (air baku dan air reservoir)

sebanyak 250 ml kedalam gelas ukur 250 ml, catatan : apabila sampel uji keruh saring menggunakan membran filter 0,45 mikron.

• Masukkan sampel uji kedalam labu ekstraksi, tambahkan satu buffer powder pillow citrate type for heavy metal, aduk didalam labu ekstraksi hingga larut sempurna. Bukalah sesekali klep pada labu ekstraksi untuk mengeluarkan gas (udara) yang terperangkap.

• Siapkan larutan ditizon dengan cara : masukkan 50 ml chloroform kedalam gelas ukur 50 ml, tambahkan satu divider metal powder pillow, aduk hingga divider larut merata.

• Ambil larutan ditizon yang sudah dipersiapkan, masukkan kedalam labu ekstraksi sebanyak 30 ml.

• Aduklah larutan itu beberapa kali sambil sesekali bukalah klep pada labu ekstraksi dengan mencodongkan ujung labu ekstraksi keatas agar udara keluar sampai tidak ada lagi udara yang terperangkap.


(43)

• Masukkan 50 ml NaOH 5 Nkdalam labu ekstraksi, aduk hingga larutan merata, aduk terus menerus sampai udara yang terperangkap didalam labu ekstraksi hilang.

• Teruskan dengan penambahan beberapa tetes penambahan NaOH 5 N (menggunakan pipet tetes) hingga larutan berubah warna dari biru kehijauan menjadi orange.

• Tambahkan 1 gram kristal potassium sianida kedalam labu ekstraksi aduk hingga merata, tunggu 1 menit hingga terjadi pemisahan lapisan didalam labu ekstraksi.

• Masukkan sedikit kapas pada ujung labu ekstraksi untuk mengalirkan larutan chloroform dari hasil ekstraksi.

• Siapkan kuvet sampel 25 ml dibawah labu ekstraksi, buka kran perlahan – lahan hingga larutan mengalir perlahan – lahan melalui kapas kedalam kuvet sampel sampai 25 ml.

• Isi kuvet sampel 25 ml sebagai blanko dengan larutan chloroform.

• Masukkan larutan blanko kedalam alat spektrofotometer, tekan ‘’zero’’ dan pada layar akan menunjukkan 0,00 mg/l Pb, kemudian keluarkan kuvet blanko.


(44)

• Masukkan kuvet kedua sebagai sampel kedalam alat spektrofotometer, tekan tanda “read”, pada layar akan menunjukkan hasil berupa angka (mg/l Pb).


(45)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil

Hasil pemeriksaan sampel air yang berupa air baku dan air reservoir yang dilaksanakan di Laboratorium PDAM Tirtanadi IPA Hamparan Perak pada tanggal 8 Februari 2011, dapat dilihat pada tabel berikut :

TABEL : HASIL PEMERIKSAAN TIMBAL (Pb) PADA SAMPEL AIR DI LABORATORIUM PDAM TIRTANADI IPA HAMPARAN PERAK

No Sampel Satuan

Kadar maksimum Timbal (Pb)

Hasil Uji

1 Air baku mg/l 0,03 0,012

2 Air reservoir mg/l 0,01 0,003

4.2. Pembahasan

Dari hasil pemeriksaan terhadap air baku dan air reservoir di IPA PDAM Tirtanadi Hamparan Perak didapat bahwa kandungan Timbal (Pb) pada masing – masing air tersebut masih memenuhi standar persyaratan yang ditetapkan.

Pada air baku didapat kadar Timbal (Pb) sebesar 0,012 mg/l dengan standar persyaratan maksimum kandungan Timbal (Pb) dalam air baku sesuai Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 42 tanggal 14 Desember 2001 adalah sebesar 0,03 mg/l. Dari hasil tersebut dapat diketahui bahwa kandungan Timbal (Pb) pada


(46)

air baku yang digunakan sebagai sumber pengolahan air di PDAM Tirtanadi Hamparan Perak masih dalam keadaan yang diizinkan dan diperbolehkan , karena tidak melebihi standar persyaratan yang ditetapkan. Hal ini menunjukkan bahwa air sungai belawan yang merupakan sumber pengolahan air di PDAM Tirtanadi Hamparan Perak mempunyai kandungan Timbal (Pb) yang kecil.

Sedangkan pada air reservoir didapat kadar Timbal (Pb) sebesar 0,003 mg/l dengan standar persyaratan maksimum kandungan Timbal (Pb) pada kualitas air sesuai dengan PerMenKes No. 492/MENKES/PER/IV/2010 tanggal 19 April 2010 adalah sebesar 0,01 mg/l. Dari hasil tersebut dapat diketahui bahwa kandungan Timbal (Pb) pada air reservoir di IPA PDAM Tirtanadi Hamparan Perak masih dalam keadaan yang diizinkan dan diperbolehkan, karena tidak melebihi standar persyaratan maksimum yang ditetapkan. Hal ini menunjukkan bahwa air reservoir di PDAM Tirtanadi Hamparan Perak layak serta aman untuk didistribusikan dan digunakan oleh para konsumen.

Kadar logam timbal (Pb) pada air reservoir lebih kecil dibandingkan pada air baku karena air reservoir telah melewati berbagai proses pengolahan air sebelum akhirnya didistribusikan kepada konsumen.

Timbal (Pb) merupakan logam yang tidak dibutuhkan oleh tubuh manusia sehingga bila makanan atau minuman yang tercemar Pb (dalam dosis kecil) dikonsumsi, maka tubuh akan mengeluarkannya melalui urin atau feses. Di dalam tubuh Pb dapat menghambat aktivitas enzim yang terlibat dalam pembentukan hemoglobin (Hb). (Widowati, dkk, 2008)


(47)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

• Kadar Timbal (Pb) dalam air baku adalah 0,012 mg/l dengan standar persyaratan maksimum kandungan Timbal (Pb) dalam air baku sesuai Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 42 tanggal 14 Desember 2001 adalah sebesar 0,03 mg/l. Sedangkan dalam air reservoir kadar Timbal (Pb) adalah 0,003 mg/l dengan standar persyaratan maksimum kandungan Timbal (Pb) pada kualitas air sesuai dengan PerMenKes No. 492/MENKES/PER/IV/2010 tanggal 19 April 2010 adalah sebesar 0,01 mg/l. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa air baku dan air reservoir di IPA PDAM Tirtanadi Hamparan Perak masih memenuhi persyaratan yang ditetapkan.

• Metode analisa yang digunakan untuk memeriksa kadar Timbal (Pb) dalam air baku dan air reservoir di IPA PDAM Tirtanadi Hamparan Perak adalah metode spektrofotometri sinar tampak (visible) dengan alat spektrofotometer visible DR/2004 dan dalam menganalisa digunakan larutan ditizon.

5.2. Saran

• Sebaiknya untuk menganalisa atau memeriksa kandungan logam Timbal (Pb) juga dilakukan dengan metode yang lain sehingga dapat dibandingkan hasil


(48)

analisa yang diperoleh. Dengan demikian dapat diketahui metode mana yang dapat memberikan hasil yang lebih baik dan akurat.

• Sebaiknya alat – alat di Laboratorium IPA PDAM Tirtanadi Hamparan Perak lebih diperlengkap. Hal ini tujuannya untuk lebih mempermudah dalam menganalisis kualitas air.

• Sebaiknya didaerah sumber air (sungai belawan) yang digunakan sebagai sumber air baku dalam pengolahan air di IPA PDAM Tirtanadi Hamparan Perak perlu di jaga dan diperhatikan kebersihannya terutama dari pencemaran limbah industri yang ada di sekitar sumber air tersebut.


(49)

DAFTAR PUSTAKA

Achmad, R., (2004), Kimia Lingkungan, Yogyakarta : Penerbit Andi. Hal : 1 - 3, 15 - 17.

Arya Wardhana, Wisnu., (2004), Dampak Pencemaran Lingkungan (Edisi Revisi), Yogyakarta : Penerbit Andi. Hal : 74

Azwar, A., (1996), Pengantar Ilmu Kesehatan Lingkungan, Jakarta : PT Mutiara Sumber Widya. Hal : 38 – 39

Bassett, J. dkk., (1994), Buku Ajar Vogel Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik, Jakarta : Buku Kedokteran EGC. Hal : 809, 862

Chandra, B., (2006), Pengantar Kesehatan Lingkungan, Jakarta : Buku Kedokteran EGC. Hal : 39 – 44

Darmono, (2008), Lingkungan Hidup dan Pencemaran Hubungannya dengan Toksikologi Senyawa Logam, Jakarta : UI Press (Universitas Indonesia). Hal : 28 – 32

Khopkar, S.M., (2007), Konsep Dasar Kimia Analitik, Jakarta : UI Press. Hal : 216 – 217

Palar, H., (2008), Pencemaran dan Toksikologi Logam Berat, Cetakan keempat, Jakarta : Penerbit PT Rineka Cipta. Hal : 74 – 85

Rohman, A., (2007), Kimia Farmasi Anali, Yogyakarta : Pustaka Pelajar. Hal : 240 – 242

Situmorang, M., (2007), Kimia Lingkungan, Cetakan Pertama, Medan : Fakultas MIPA UNIMED. Hal : 45

Suriawiria, U., (2005), Air dalam Kehidupan dan Lingkungan yang Sehat, Bandung : PT ALUMNI. Hal : 85

Sutrisno, T., (2008), Teknologi Penyediaan Air Bersih, Cetakan kelima, Jakarta : Penerbit PT Rineka Cipta. Hal: 1, 12 – 19, 25 – 32

Widowati, W. dkk., (2008), Efek Toksik Logam, Yogyakarta : Penerbit Andi. Hal: 109 - 12


(50)

LAMPIRAN I

Peraturan Menteri Kesehatan

Nomor : 492/Menkes/Per/IV/2010 Tanggal : 19 April 2010

PERSYARATAN KUALITAS AIR MINUM

I. PARAMETER WAJIB

No Jenis Parameter Satuan Kadar maksimum

yang diperbolehkan 1 Parameter yang berhubungan

langsung dengan kesehatan a. Parameter Mikrobiologi

1 ) E. Coli Jumlah per 100

ml sampel

0 2 ) Total Bakteri Koliform Jumlah per 100

ml sampel

0 b. Kimia an – organik

1 ) Arsen mg / l 0,01

2 ) Flourida mg / l 1,5

3 ) Total Kromium mg / l 0,05

4 ) Kadmium mg / l 0,003

5 ) Nitrit, ( sebagai NO2- ) mg / l 3 6 ) Nitrat, ( sebagai NO3- ) mg / l 50

7 ) Sianida mg / l 0,07

8 ) Selenium mg / l 0,1

2 Parameter yang tidak langsung berhubungan dengan kesehatan a. Parameter Fisik

1 ) Bau Tidak berbau

2 ) Warna TCU 15

3 ) Total Zat Padat Terlarut (TDS) mg / l 500

4 ) Kekeruhan NTU 5

5 ) Rasa Tidak berasa

6 ) Suhu 0C Suhu udara ± 3

b. Parameter Kimiawi


(51)

2 ) Besi mg / l 0,3

3 ) Kesadahan mg / l 500

4 ) Khlorida mg / l 250

5 ) Mangan mg / l 0,4

6 ) Ph 6,5 – 8,5

No Jenis Parameter Satuan Kadar maksimum

yang diperbolehkan

7 ) Seng mg / l 3

8 ) Sulfat mg / l 250

9 ) Tembaga mg / l 2

10 ) Amonia mg / l 1,5

II. PARAMETER TAMBAHAN

No Jenis Parameter Satuan Kadar maksimum

yang diperbolehkan 1 KIMIAWI

a. Bahan Anorganik

Air Raksa mg / l 0,001

Antimon mg / l 0,02

Barium mg / l 0,7

Boron mg / l 0,5

Molybdenum mg / l 0,07

Nikel mg / l 0,07

Sodium mg / l 200

Timbal mg / l 0,01

Uranium mg / l 0,015

b. Bahan Organik

Zat Organik ( KMnO4 ) mg / l 10

Deterjen mg / l 0,05

Chlorinated alkanes

Carbon tetrachloride mg / l 0,004

Dichloromethane mg / l 0,02

1,2-Dichloroethane mg / l 0,05 Chlorinated ethenes

1,2-Dichloroethene mg / l 0,05

Trichloroethene mg / l 0,02

Tetrachloroethene mg / l 0,04 Aromatic hydrocarbons

Benzene mg / l 0,01

Toluene mg / 0,7

Xylenes mg / l 0,5


(52)

Styrene mg / l 0,02 Chlorinated benzenes

1,2-Dichlorobenzene ( 1,2-DCB ) mg / l 1 1,4-Dichlorobenzene ( 1,4-DCB ) mg / l 0,3 Lain – lain

No Jenis Parameter Satuan Kadar maksimum

yang diperbolehkan Di ( 2 – ethylhexyl ) phthalate mg / l 0,008

Acrylamide mg / l 0,0005

Epichlorohydrin mg / l 0,0004

Hexachlorobutadiene mg / l 0,0006 Ethylenediaminetetraacetic acid (EDTA) mg / l 0,6 Nitrilotriacetic acid ( NTA ) mg / l 0,2 c. Pestisida

Alachlor mg / l 0,02

Aldicarb mg / l 0,01

Aldrin dan dieldrin mg / l 0,0003

Atrazine mg / l 0,002

Carbofuran mg / l 0,007

Chlordane mg / l 0,0002

Chlortoluran mg / l 0,03

DDT mg / l 0,001

1,2-Dibromo-3-chloropropane ( DBCP ) mg / l 0,001 2,4 Dichloropenoxyacetic acid ( 2,4-D ) mg / l 0,03

1,2-Dichloropropane mg / l 0,04

Isoproturon mg / l 0,009

Lindane mg / l 0,002

MCPA mg / l 0,002

Methoxychlor mg / l 0,02

Metolachlor mg / l 0,01

Molinate mg / l 0,006

Pendimethalin mg / l 0,02

Pentachlorophenol ( PCP ) mg / l 0,009

Permethrin mg / l 0,3

Simazine mg / l 0,002

Trifluralin mg / l 0,02

Chlorophenoxy herbicides selain 2,4-D dan MCPA

2,4-DB mg / l 0,090

Dichlorprop mg / l 0,10

Fenoprop mg / l 0,009

Mecoprop mg / l 0,001


(53)

d. Desinfektan dan Hasil Sampingannya Desinfektan

Chlorine mg / l 5

Hasil Sampingan

Bromate mg / l 0,01

No Jenis Parameter Satuan Kadar maksimum

yang diperbolehkan

Chlorate mg / l 0,7

Chlorite mg / l 0,7

Chlorophenols

2,4,6-Trichlorophenol ( 2,4,6-TCP ) mg / l 0,2

Bromoform mg / l 0,1

Dibromochloromethane ( DBCM ) mg / l 0,1 Bromodichloromethane ( BDCM ) mg / l 0,06

Chloroform mg / l 0,3

Chlorinated acetic acid

Dichloroacetic acid mg / l 0,05 Trichloroacetic acid mg / l 0,02 Chloral hydrate

Halogenated acetonitrilies

Dichloroacetonitrile mg / l 0,02 Dibromoacetonitrile mg / l 0,07 Cyanogen Chloride ( sebagai CN ) mg / l 0,07 2. RADIOAKTIFITAS

Gross alpha activity Bq / l 0,1

Gross beta activity Bq / l 1

MENTERI KESEHATAN


(54)

LAMPIRAN II

Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 Tanggal 14 Desember 2001 Tentang Pengelolaan Kualitas Air Dan Pengendalian Pencemaran Air Kriteria Mutu Air Berdasarkan Kelas

Parameter Satuan Kelas Keterangan

I II III IV

FISIKA

Temperatur ˚C deviasi 3 deviasi 3 deviasi 3 deviasi 5 Deviasi temperatur dari keadaan alamiah Residu Terlarut mg/L 1000 1000 1000 2000

Residu Tersuspensi mg/L 50 50 400 400 Bagi pengolahan air minum secara konvensional, residu tersuspensi ≤ 5000 mg/L

KIMIA ANORGANIK

pH 6 - 9 6 - 9 6 - 9 5 – 9 Apabila secara alamiah diluar rentang tersebut, maka ditentukan berdasarkan kondisi alamiah

BOD mg/L 2 3 6 12

COD mg/L 10 25 50 100

DO mg/L 6 4 3 0 Angka batas minimum

Total Posfat sbg P mg/L 0,2 0,2 1 5

NO3 sebagai N mg/L 10 10 20 20

NH3-N mg/L 0,5 (-) (-) (-) Bagi perikanan, kandungan amonia bebas untuk ikan yang peka ≤ 0,02 mg/L sebaga NH2

Arsen mg/L 0,05 1 1 1

Kobalt mg/L 0,2 0,2 0,2 0,2

Parameter Satuan Kelas Keterangan

I II III IV


(55)

Selenium mg/L 0,01 0,05 0,05 0,05

Kadmium mg/L 0,01 0,01 0,01 0,01

Khrom (VI) mg/L 0,05 0,05 0,05 1

Tembaga mg/L 0,02 0,02 0,02 0,2 Bagi pengolahan air minum secara konvensional, Cu ≤ 1 mg/ L

Besi mg/L 0,3 (-) (-) (-) Bagi pengolahan air minum secara konvensional, Fe ≤ 5 mg/ L

Timbal mg/L 0,03 0,03 0,03 1 Bagi pengolahan air minum secara konvensional, Pb ≤ 0,1 mg/ L

Mangan mg/L 0,1 (-) (-) (-)

Air raksa mg/L 0,001 0,002 0,002 0,005

Seng mg/L 0,05 0,05 0,05 2 Bagi pengolahan air minum secara konvensional, Zn ≤ 5 mg/ L

Khlorida mg/L 600 (-) (-) (-)

Sianida mg/L 0,02 0,02 0,02 (-)

Fluorida mg/L 0,5 1,5 1,5 (-)

Nitrit sebagai N mg/L 0,06 0,06 0,06 (-) Bagi pengolahan air minum secara konvensional, NO2-N≤ 1 mg/ L

Sulfat mg/L 400 (-) (-) (-)

Khlorin bebas mg/L 0,03 0,03 0,03 (-) Bagi ABAM tidak dipersyaratkan Belerang sebagai

H2S mg/L 0,002 0,002 0,002 (-)

Bagi pengolahan air minum secara konvensional, S sebagai H2S ≤ 0,1 mg/ L

MIKROBIOLOGI

Parameter Satuan Kelas Keterangan

I II III IV

Fecal coliform Jml/100ml 100 1000 2000 2000 Bagi pengolahan air minum secara konvensional, fecal coliform ≤ 2000 jml/100ml dan total coliform ≤ 10000 jml/100 ml


(56)

RADIOAKTIVITAS

Gross A Bg/L 0,1 0,1 0,1 0,1

Groos B Bg/L 1 1 1 1

KIMIA ORGANIK

Minyak dan Lemak µg/L 1000 1000 1000 (-) Deterjen sebagai

MBAS µg/L 200 200 200 (-)

Senyawa fenol

sebagai fenol µg/L 1 1 1 (-)

BHC µg/L 210 210 210 (-)

Aldrin/dieldrin µg/L 17 (-) (-) (-)

Chlordane µg/L 3 (-) (-) (-)

DDT µg/L 2 2 2 2

Heptachlor dan

heptachlor epoxida µg/L 18 (-) (-) (-)

Lindang µg/L 56 (-) (-) (-)

Methoxychlor µg/L 35 (-) (-) (-)

Endrin µg/L 1 4 4 (-)

Toxaphan µg/L 5 (-) (-) (-)

Keterangan : mg = miligram µg = mikrogram ml = mililiter L = liter Bq = Bequerel


(57)

ABAM = Air Baku untuk Air Minum Logam berat merupakan logam terlarut

Nilai di atas merupakan batas maksimum, kecuali untuk pH dan DO.

Bagi pH merupakan nilai rentang yang tidak boleh kurang atau lebih dari nilai yang tercantum. Nilai DO merupakan batas minimum.

Arti (-) di atas menyatakan bahwa untuk kelas termaksud, parameter tersebut tidak dipersyaratkan Tanda ≤ adalah nilai lebih kecil atau sama dengan

Tanda ˂ adalah lebih kecil

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA ttd


(58)

LAMPIRAN III


(59)

1 . Sumber air sungai 2.Intake 3. Bak Pengendap I 4. Bak koagulasi

5. Bak Flokulasi 6. Bak Sedimentasi (BPII)

7. Bak Kumpulan 8. Bak Filter

9. Bak Netralisasi

10.Bak Resorvoar


(1)

LAMPIRAN II

Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 Tanggal 14 Desember 2001 Tentang Pengelolaan Kualitas Air Dan Pengendalian Pencemaran Air

Kriteria Mutu Air Berdasarkan Kelas

Parameter Satuan Kelas Keterangan

I II III IV

FISIKA

Temperatur ˚C deviasi 3 deviasi 3 deviasi 3 deviasi 5 Deviasi temperatur dari keadaan alamiah Residu Terlarut mg/L 1000 1000 1000 2000

Residu Tersuspensi mg/L 50 50 400 400 Bagi pengolahan air minum secara konvensional, residu tersuspensi ≤ 5000 mg/L

KIMIA ANORGANIK

pH 6 - 9 6 - 9 6 - 9 5 – 9 Apabila secara alamiah diluar rentang tersebut, maka ditentukan berdasarkan kondisi alamiah

BOD mg/L 2 3 6 12

COD mg/L 10 25 50 100

DO mg/L 6 4 3 0 Angka batas minimum

Total Posfat sbg P mg/L 0,2 0,2 1 5

NO3 sebagai N mg/L 10 10 20 20

NH3-N mg/L 0,5 (-) (-) (-) Bagi perikanan, kandungan amonia bebas untuk ikan yang peka ≤ 0,02 mg/L sebaga NH2

Arsen mg/L 0,05 1 1 1

Kobalt mg/L 0,2 0,2 0,2 0,2

Parameter Satuan Kelas Keterangan

I II III IV

Barium mg/L 1 (-) (-) (-)


(2)

Selenium mg/L 0,01 0,05 0,05 0,05

Kadmium mg/L 0,01 0,01 0,01 0,01

Khrom (VI) mg/L 0,05 0,05 0,05 1

Tembaga mg/L 0,02 0,02 0,02 0,2 Bagi pengolahan air minum secara konvensional, Cu

≤ 1 mg/ L

Besi mg/L 0,3 (-) (-) (-) Bagi pengolahan air minum secara konvensional, Fe ≤ 5 mg/ L

Timbal mg/L 0,03 0,03 0,03 1 Bagi pengolahan air minum secara konvensional, Pb ≤ 0,1 mg/ L

Mangan mg/L 0,1 (-) (-) (-)

Air raksa mg/L 0,001 0,002 0,002 0,005

Seng mg/L 0,05 0,05 0,05 2 Bagi pengolahan air minum secara konvensional, Zn ≤ 5 mg/ L

Khlorida mg/L 600 (-) (-) (-)

Sianida mg/L 0,02 0,02 0,02 (-)

Fluorida mg/L 0,5 1,5 1,5 (-)

Nitrit sebagai N mg/L 0,06 0,06 0,06 (-) Bagi pengolahan air minum secara konvensional, NO2-N≤ 1 mg/ L

Sulfat mg/L 400 (-) (-) (-)

Khlorin bebas mg/L 0,03 0,03 0,03 (-) Bagi ABAM tidak dipersyaratkan Belerang sebagai

H2S mg/L 0,002 0,002 0,002 (-)

Bagi pengolahan air minum secara konvensional, S sebagai H2S ≤ 0,1 mg/ L

MIKROBIOLOGI

Parameter Satuan Kelas Keterangan

I II III IV

Fecal coliform Jml/100ml 100 1000 2000 2000 Bagi pengolahan air minum secara konvensional, fecal coliform ≤ 2000 jml/100ml dan total coliform ≤ 10000 jml/100 ml


(3)

RADIOAKTIVITAS

Gross A Bg/L 0,1 0,1 0,1 0,1

Groos B Bg/L 1 1 1 1

KIMIA ORGANIK

Minyak dan Lemak µg/L 1000 1000 1000 (-) Deterjen sebagai

MBAS µg/L 200 200 200 (-)

Senyawa fenol

sebagai fenol µg/L 1 1 1 (-)

BHC µg/L 210 210 210 (-)

Aldrin/dieldrin µg/L 17 (-) (-) (-)

Chlordane µg/L 3 (-) (-) (-)

DDT µg/L 2 2 2 2

Heptachlor dan

heptachlor epoxida µg/L 18 (-) (-) (-)

Lindang µg/L 56 (-) (-) (-)

Methoxychlor µg/L 35 (-) (-) (-)

Endrin µg/L 1 4 4 (-)

Toxaphan µg/L 5 (-) (-) (-)

Keterangan : mg = miligram µg = mikrogram ml = mililiter L = liter Bq = Bequerel


(4)

ABAM = Air Baku untuk Air Minum Logam berat merupakan logam terlarut

Nilai di atas merupakan batas maksimum, kecuali untuk pH dan DO.

Bagi pH merupakan nilai rentang yang tidak boleh kurang atau lebih dari nilai yang tercantum. Nilai DO merupakan batas minimum.

Arti (-) di atas menyatakan bahwa untuk kelas termaksud, parameter tersebut tidak dipersyaratkan Tanda ≤ adalah nilai lebih kecil atau sama dengan

Tanda ˂ adalah lebih kecil

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA ttd


(5)

LAMPIRAN III


(6)

1 . Sumber air sungai 2.Intake 3. Bak Pengendap I 4. Bak koagulasi

5. Bak Flokulasi 6. Bak Sedimentasi (BPII)

7. Bak Kumpulan 8. Bak Filter

9. Bak Netralisasi

10.Bak Resorvoar