Pengaruh Kepemimpinan Transformasional dan Kepemimpinan Transaksional Terhadap Kinerja Karyawan Dengan Motivasi Sebagai Variabel Intervening Pada PT Sinar Sosro Tanjung Morawa Chapter III VII

Universitas Sumatera Utara

BAB III
KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS

3.1

Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual adalah suatu model

yang menunjukkan hubungan

logis antar faktor/variabel yang telah diidentifikasikan penting untuk menganalisis
masalah penelitian. Dengan perkataan lain kerangka konseptual menjelaskan pola
hubungan semua faktor/variabel yang terkait atau dijelaskan dalam landasan teori.
Pola hubungan antar variabel dalam kerangka konseptual, pada umumnya
ditampilkan dalam model skematik (Sinulingga, 2014).
Berdasarkan permasalahan penelitian dan kajian teoritis sebagaimana telah
dijelaskan pada Bab II, kerangka konseptual penelitian yang dibangun
sebagaimana disajikan pada Gambar 3.1
Kepemimpinan

Transformasional
(X1)

H3

H1

H5

Motivasi (Y1)
H2

Kepemimpinan
Transaksional
(X2)

Kinerja
Karyawan
(Y2)


H4

Gambar 3.1 Kerangka Konseptual

Berdasarkan Gambar 3.1 maka untuk menyelesaikan persoalan tersebut
digunakan path analysis (analisis jalur).

30

Universitas Sumatera Utara

3.2

Rumusan Hipotesis
Berdasarkan kerangka teori tersebut, hipotesis yang digunakan dalam

penelitian ini adalah hipotesis asosiatif (hubungan), yaitu yang menyatakan
hubungan antara dua variabel atau lebih dalam sebuah populasi.
Berdasarkan kerangka teori tersebut, hipotesis yang digunakan dalam
penelitian ini adalah hipotesis asosiatif (hubungan), yaitu yang menyatakan

hubungan antara dua variabel atau lebih dalam sebuah populasi. Adapun hipotesis
penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Ho.1

:

Kepemimpinan transformasional tidak berpengaruh terhadap
motivasi pada PT. Sinar Sosro Tanjung Morawa

2. Ho.2

:

Kepemimpinan

transaksional

tidak

berpengaruh


terhadap

motivasi pada PT. Sinar Sosro Tanjung Morawa
3. Ho.3

:

Kepemimpinan transformasional tidak berpengaruh terhadap
kinerja karyawan pada PT. Sinar Sosro Tanjung Morawa

4. Ho.4

:

Kepemimpinan transaksional tidak berpengaruh terhadap kinerja
karyawan pada PT. Sinar Sosro Tanjung Morawa

5. Ho.5


:

Motivasi tidak berpengaruh terhadap kinerja karyawan pada PT.
Sinar Sosro Tanjung Morawa

31

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

BAB IV
METODE PENELITIAN

4.1

Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

korelasional (correlational research) yaitu suatu penelitian yang dilaksanakan

dengan tujuan mendeteksi sejauh mana variasi-variasi pada suatu faktor
berkorelasi dengan satu atau lebih faktor lain berdasarkan koefisien korelasi.
Penelitian korelasional hanya tertarik untuk mendapatkan jawaban tentang ada
tidaknya hubungan satu faktor dengan faktor lain. Pendekatan dalam penelitian ini
adalah cross sectional, yaitu mengkaji variabel independen dan variabel dependen
secara bersamaan pada satu waktu tertentu. (Sinulingga, 2014).

4.2

Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakn di PT.Sinar Sosro Tanjung Morawa yang terletak

di Jalan Raya Tanjung Morawa, Km. 14,5 Deli Serdang 20362. Waktu penelitian
dilaksanakan selama 3 (tiga) bulan sejak bulan Januari 2015 sampai dengan Maret
2015.

4.3

Definisi Operasional Variabel
Penelitian ini terdiri dari dua variabel independent (eksogen), satu variabel


intervening (endogen) dan satu variabel dependen (endogen). Variabel eksogen
terdiri dari kepemimpinan transformasional dan kepemimpinan transaksional,

32

Universitas Sumatera Utara

variabel intervening adalah motivasi dan variabel endogen adalah kinerja
karyawan. Defenisi variabel yang diteliti dapat dilihat pada Tabel 4.1.

Variabel
Eksogen 1
Kepemimpinan
Transformasional
(X1)

Eksogen 2
Kepemimpinan
Transaksional

(X2)

Endogen 1
Motivasi (Y1)

Endogen 2
Kinerja
Karyawan
(Y2)

Tabel 4.1. Operasional Variabel
Defenisi
Indikator
Operasional
Kepemimpinan
- Karisma
didasarkan pada
- Inspirasional
pengaruh dan
- Stimulus

hubungan antara
Intelektual
pimpinan dengan
- Perhatian
karyawan di PT.
Individual
Sinar Sosro Tanjung
Morawa
Kepemimpinan
- Imbalan Kontinjen
memotivasi
- Manajemen
karyawan dengan
Eksepsi Aktif
cara menukar
- Manajemen
imbalan untuk
Eksepsi Pasif
pekerjaan atau tugas
yang telah

dilaksanakan, tetapi
sebaliknya akan
memberikan penalti
(punishment)
terhadap
pengikutnya yang
mempunyai kinerja
rendah atau berada
di bawah target
Sesuatu
yang - Pengakuan
menimbulkan
- Gaji
dorongan
atau - Hubungan
semangat kerja atau
Interpersonal
dapat
dikatakan - Kebijakan
pendorong semangat

Organisasi
kerja pada PT. Sinar - Pengawasan
Sosro
Tanjung
Morawa
untuk
mencapai tujuan
Hasil atau tingkat
- Kualitas Kerja
keberhasilan
- Kuantitas Kerja
seseorang secara
- Tanggung Jawab
keseluruhan selama
periode tertentu

Skala
Pengukuran
Skala Likert

Skala Likert

Skala Likert

Skala Likert

33

Universitas Sumatera Utara

Pengukuran setiap variabel yang ada dalam kerangka teoritis adalah bagian
integral dari kegiatan penelitian dan merupakan salah satu aspek terpenting dalam
rancangan penelitian bersangkutan. Salah satu aspek penting dalam pengukuran
variabel operasional penelitian adalah cara memberi nilai atas setiap variabel yang
diukur. Nilai dari setiap variabel diukur dengan menggunakan skala tertentu
sesuai dengan sifat dari variabel tersebut.
Skala pengukuran yang digunakan dalam variabel ini adalah skala Likert,
skala ini merupakan pernyataan deklaratif yang mengindikasikan berbagai derajat
kesetujuan (degree of agreeness) responden terhadap suatu pernyataan. Tingkat
kesetujuan itu pada umumnya dibagi atas lima tingkatan yaitu Sangat Tidak
Setuju diberi skor nilai (1), Tidak Setuju diberi skor nilai (2), Netral diberi skor
nilai (3), Setuju diberi skor nilai (4), dan Sangat Setuju diberi skor nilai (5).
Pengukuran variabel dilakukan bukan melalui pertanyaan (question) tetapi melalui
pernyataan (statement) dan respon diminta membuat pilihan tentang tingkat
kesetujuannya sesuai dengan persepsinya dengan memilih salahsatu angka
(Sinulingga, 2014)

4.4

Populasi dan Sampel
Populasi adalah keseluruhan anggota atau kelompok yang membentuk objek

yang dikenakan investigasi oleh peneliti (Sekaran, 2013). Populasi dalam
penelitian ini adalah seluruh karyawan bagian produksi PT. Sinar Sosro Tanjung
Morawa yang berjumlah 180 karyawan.

34

Universitas Sumatera Utara

Sampel adalah sebuah subset dari populasi. Sebuah subset terdiri dari
sejumlah elemen dari populasi ditari sebagai sampel melalui mekanisme tertentu
dengan tujuan tertentu. Elemen-elemen yang ditarik dari populasi akan disebut
sampel apabila karakteristik yang dimiliki oleh gabungan seluruh elemen-elemen
yang ditarik tersebut merepresentasikan karakteristik dari populasi (Sinulingga,
2014)
Juliandi dan Irfan (2013) menyatakan beberapa langkah-langkah yang dapat
dijadikan pedoman dalam menentukan sampel penelitian adalah sebagai berikut:
1. Target populasi : menentukan populasi yang menjadi target penelitian. Dalam
hal ini adalah karyawan PT.Sinar Sosro Tanjung Morawa
2. Desain pengambilan sampel : menentukan bentuk sampel yang akan
digunakan, apakah probability sampling dan non probability sampling
3. Ukuran sampel : menentukan jumlah sampel yang diambil dari populasi
Teknik Pengambilan sampel dalam penelitin ini menggunakan simple
random sampling, karena pengambilan anggota sampel dari populasi dilakukan
secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu hal ini
dilakukan apabila karakteristik atau ciri dari populasi adalah relatif homogen.
Dengan kata lain tidak ada diskriminasi dalam pengambilan sampel, siapa saja
anggota populasi dapat dipilih untuk menjadi sampel penelitian (Sugiyono, 2014).
Penentuan pengambilan jumlah sampel dalam penelitian ini diambil
mengacu pada Table For Determining Sample Size From A Given Population oleh
Krejcie dan Morgan (2000) dalam Juliandi & Irfan (2013). Berdasarkan Tabel 4.2,
maka jumlah sampel dari populasi 180 orang yang akan diambil adalah sebanyak

35

Universitas Sumatera Utara

123 orang. Dalam memulai observasi penelitian akan diambil sampel 30
responden sebagai langkah awal dalam menentukan tingkat validasi dan
reliabilitas indikator dari kuisioner yang akan diberikan.
Tabel 4.2. Table For Determining Sample Size From a Given Population
Populasi
Sampel
Pupulasi
Sampel
Pupulasi
Sampel
(N)
(n)
(N)
(n)
(N)
(n)
10
10
220
140
1200
291
15
14
230
144
1300
297
20
19
240
148
1400
302
25
24
250
152
1500
306
30
28
260
155
1600
310
35
32
270
159
1700
313
40
36
280
162
1800
317
45
40
290
165
1900
320
50
44
300
169
2000
322
55
48
320
175
2200
327
60
52
340
181
2400
331
65
56
360
186
2600
335
70
59
380
191
2800
338
75
63
400
196
3000
341
80
66
420
201
3500
346
85
70
440
205
4000
351
90
73
460
210
4500
354
95
76
480
214
5000
357
100
80
500
217
6000
361
110
86
550
226
7000
364
120
92
600
234
8000
367
130
97
650
242
9000
368
140
103
700
248
10000
370
150
108
750
254
15000
375
160
113
800
260
20000
377
170
118
850
265
30000
379
900
269
40000
380
180
123
190
127
950
274
50000
381
200
132
1000
278
75000
382
210
136
1100
285
100000
384

36

Universitas Sumatera Utara

4.5

Jenis dan Sumber Data
Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan

sumber data primer dan sekunder.
1) Data primer
Data yang diperoleh langsung dari sumber data, yaitu dari karyawan pada
PT. Sinar Sosro Tanjung Morawa
2) Data Sekunder
Data yang diperoleh tidak langsung dari sumber data, yang akan tetapi
melalui sumber data lainnya seperti dokumentasi dan hasil studi.

4.6

Instrument Pengumpulan Data
Dalam pengumpulan data, dibutuhkan instrumen atau peralatan yang perlu

dirancang secara spesifik. Instrumen pengumpulan data adalah peralatan yang
digunakan dalam mengukur variabel-variabel independen dan dependen dari
konsep penelitian (Sinulingga, 2014). Instrumen pengumpulan data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah dengan teknik kuisioner, dan untuk
selanjutnya instrument ini kemudian akan diuji validitas dan reliabilitasnya, hal
ini akan mendapatkan kualitas instrumen penelitian dan pengumpulan kualitas
data.

4.7

Teknik Pengumpulan Data
Ada beberapa teknik pengumpulan data yang umum digunakan dalam

penelitian yang masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan. Pemilihan

37

Universitas Sumatera Utara

teknik pengumpulan data yang tepat akan memudahkan pelaksanaan penelitian
dan memberikan nilai yang tinggi terhadap hasil penelitian tersebut. Beberapa
teknik pengumpulan data yang telah umum digunakan ialah interview, kuisioner,
observasi dan dokumentasi. Masing-masing teknik ini digunakan sesuai dengan
keperluannya dengan memperhatikan kendala waktu dan biaya karena mutu dan
kecukupan data adalah fungsi dari waktudan dana yang tersedia untuk
mengumpulkannya (Sinulingga, 2014).
Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang digunakan adalah
dengan menggunakan kuisioner.
1. Kuisioner adalah pernyataan yang disusun peneliti untuk mengetahui
pendapat/persepsi responden penelitian tentang suatu variabel yang diteliti.
Cara penilaian terhadap hasil jawaban kuisioner dilakukan dengan
menggunakan skala Likert. Skala Likert adalah skala yang berhubungan
dengan pernyataan tentang sikap seseorang terhadap sesuatu.
2. Studi dokumentasi, mengumpulkan data dan informasi dari dokumen
perusahaan dan berbagai literatur yang berkaitan dengan penelitian.

4.8

Uji Validitas dan Uji Reliabilitas
Keabsahan data (goodnessof data) sebuah penelitian merupakan fondasi dari

mutu hasil penelitian tersebut. Oleh karena itu, sebelum analisis dilakukan
keabsahan data perlu terlebih dahulu diuji dan hasil pengujian harus terbuka bagi
semua pihak yang berkaita dengan hasil penelitian tersebut. Pengujian keabsahan
data mempunyai dua dimensi yaitu pengujian kesahihan atau validitas data (data

38

Universitas Sumatera Utara

validity testing) dan pengujian kehandalan atau reliabilitas data (data reliability
testing). (Sinulingga, 2014)

4.8.1 Uji Validitas
Validitas data adalah suatu ukuran yang mengacu kepada derajat kesesuaian
antara data yang dikumpulkan dan data sebenarnya dalam sumber data. Data yang
valid akan diperoleh apabila instrumen pengumpulan data juga valid. Oleh karena
itu, untuk menguji validitas data maka pengujian dilakukan terhadap instrumen
pengumpulan data (kuisioner) (Sinulingga, 2014).
Melakukan uji coba kuisioner dengan meminta 30 responden menjawab
pertanyaan-pertanyaan yang ada. Dengan jumlah minimal 30 orang ini, distribusi
skor (nilai) akan lebih menekati kurva normal (Umar, 2010).
Kriteria pengujian dengan rumus 4.1 Korelasi product moment, uji validitas
menurut Sugiyono (2014) adalah :
1. Jika rhitung ≥ 0,30 maka variabel pertanyaan dinyatakan valid
2. Jika rhitung < 0,30 maka variabel pertanyaan dinyatakan tidak valid
Pengujian menggunakan uji dua sisi dengan taraf signifikansi 0,05.
Adapun rumus yang digunakan untuk mengukur koefisien korelasi antara faktor
dan faktor total adalah


=




� −(

−(

)(

)� �

)
�− (

)�

Rumus 4.1. Rumus Korelasi Product Moment
Dimana:

39

Universitas Sumatera Utara



= koefisien korelasi antara X dan Y
1

= skor variabel independen X

1

= skor variabel dependen Y

4.8.2 Uji Reliabilitas
Reliabilitas adalah sebuah alat ukur berkenaan dengan derajat konsistensi
dan stabilitas data yang dihasilkan dari proses pengumpulan data dengan
menggunakan instrumen tersebut (Sinulingga, 2014).

4.8.2.1 Metode Koefisien Alpha Cronbach
Uji reliabilitas yang digunakan adalah dengan koefisien Alpha Cronbach
yang digunakan untuk mengukur reliabilitas instrumen yang pertanyaanpertanyaannya menggunakan skor dalam rentang tertentu, dalam hal ini digunakan
rentang antara 1 sampai 5. Dalam penelitian ini akan digunakan batasan tertentu
Cronbach’s Alpha sebesar 0.60 (Ghozali, 2011)
Adapun rumus yang digunakan dalam menghitung koefisien Alpha
Cronbach adalah sebagai berikut:


11=

�� 2

1−
�−1
� 2

Rumus 4.2. Rumus Korelasi koefisien Alpha Cronbach
Dimana:
�11

k



= reliabilitas instrument (koefisien Alpha Cronbach)
= jumlah butir pertanyaan dalam instrumen

�� 2 = jumlah varians butir butir pertanyaan
2

= varians total

40

Universitas Sumatera Utara

Instrumen pengumpul data dikatakan reliable atau diindikasikan memiliki
realibilitas tinggi apabila uji Alpha Cronbach memberikan koefisien lebih besar
�ℎ�

�� ≥0,60 .

4.8.3 Analisis Jalur (Path Analysis)
4.8.3.1 Pengertian Analisis Jalur
Analisis Jalur merupakan pengembangan dari model regresi yang
digunakan untuk menguji kesesuaian (fit) dari matriks korelasi dai dua atau lebih
model yang dibandingkan oleh si peneliti. Model biasanya digambarkan dengan
lingkaran dan anak panah yang menunjukkan hubungan kausalitas. Regresi
dilakukan untuk setiap variabel dalam model. Nilai regresi yang diprediksi oleh
model dibandingkan dengan matriks korelasi hasil observasi variabel dan nilai
goodness-of-fit dihitung. Model terbaik dipilih berdasarkan goodness-of-fit
(Ghozali, 2014).
Analisis jalur merupakan teknik statistik yang digunakan untuk menguji
hubungan kausal antara dua atau lebih variabel. Path Analysis didasarkan pada
sistem persamaan linear yang pertama kali dikembangkan oleh Sewall Wright
pada tahun 1930an. Path analysis diadopsi oleh bidang ilmu sosial sejak tahun
1960an. Path analysis berbeda dengan teknik analisis regresi lainnya, dimana
Path Analysis memungkinkan pengujian dengan variabel mediating/ intervening/
perantara (Ghozali, 2012). Model analisis jalur menganalisis besarnya pengaruh
langsung dan tidak langsung dari variabel sebab terhadap variabel akibat.

41

Universitas Sumatera Utara

4.8.3.2 Karakteristik Analisis Jalur
Seperti telah dijelaskan diatas, tujuan dari analisis jalur ialah menganalisis
hubungan sebab-akibat antara variabel independen dan variabel dependen baik
hubungan langsung maupun tidak langsung. Variabel independen yang
merupakan variabel penyebab disebut variabel eksogen (exogenous variabels) dan
variabel dependen yang merupakan variabel akibat disebut (endogenous
variabels). Model-model analisis yang telah dikembangkan untuk menjelaskan
hubungan sebab akibat tersebut menuntut persyaratan sebagai berikut (schumaker
& Lomax, 1996 dalam Sinulingga, 2014):
a. Hubungan antar variabel independen dan variabel dependen harus bersifat
linier dan merupakan hubungan sebab akibat.
b. Antar

variabel

independen

(variabel

penyebab)

tidak

terdapat

multikolinieritas atau kalaupun ada haruslah nilainya rendah.
c. Data yang digunakan untuk menganalisis harus berskala interval. Jika
variabel-variabel diukur dengan skala nominal atau ordinal maka harus
ditransformasikan kedalam skala interval.
d. Variabel-variabel yang diteliti harus dapat diobservasi dan diukur secara
langsung
e. Semua variabel residu yaitu variabel yang tidak diukur tidak berkorelasi
dengan salah satu variabel yang ada.
f. Sifat hubungan antar variabel hanya satu arah dalam arti tidak terjadi
saling mempengaruhi (looping).

42

Universitas Sumatera Utara

4.8.4 Pengujian dilakukan dengan software AMOS Versi 22
Perkembangan software AMOS telah berlangsung sangat cepat dan
sekarang AMOS Versi 22 telah ada dipasaran. Metode estimasi maximum
likelihood yang digunakan oleh program AMOS 22 memerlukan asumsi yang
sangat ketat berkaitan dengan jumlah sampel harus besar dan data terdistribusi
secara normal multivariat. Asumsi ini sering tidak dapat dipenuhi oleh peneliti.
Dengan perkembangan statistic. Bayesian saat ini, persoalan jumlah sampel kecil
dan data tidak multivariate norma dapat diatasi dengan mudah (Ghozali, 2014).
Sampai tahun 1980an statistik Bayes masih dipandang sebagai alternatif
daripada statistik klasikal. Belum diterimanya statistik Bayes untuk analisa data
kuantitatif karena perhitungan distribusi posterior yang sangat sulit dilakukan.
Baru dalam tahun 1990an ditemukan metode Markov Chain Monte Carlo
(MCMC) yang diikuti dengan pertumbuhan personal computer membuat
perhitungan distribusi posterior menjadi sangat mudah. Dengan menggunakan
MCMC kita dapat menyelesaikan masalah yang sebelumnya tidak bisa
diselesaikan dengan metode tradisional (Ghozali, 2014).
Gambar 4.1. menyajikan metode-metode estimasi parameter yang disediakan
dalam software AMOS Versi 22.

43

Universitas Sumatera Utara

Gambar 4.1. AMOS Versi 22
Statistik Bayesian menggunakan iterasi jumlah re-sampling data yang
sangat besar untuk mencapai distribusi normal dengan menggunakan metode
markov Chain Monte Carlo (MCMC). Program AMOS 22 telah mengintegrasikan
MCMC ke dalam program, sehingga kita dapat menggunakan metode estimasi
Bayesian. Dalam penelitian ini digunakan metode estimasi parameter Bayesian
Estimation, dengan pertimbangan tidak membutuhkan asumsi normalitas
multivariat. Koefisien parameter disimpulkan signifikan pada 0.05 jika pada nilai
credibel interval lower bound dan upper bound, range dari lower bound ke upper
bound tidak mengandung nilai 0 (nol).

44

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

BAB V
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

5.1

Sejarah Singkat Perusahaan
Pembentukan perusahaan Sosro tidak lepas dari sejarah terciptanya Teh

Botol yang diciptakan

oleh keluarga

Sosrodjojo. Tahun 1940,

Keluarga

Sosrodjojo memulai usahanya di sebuah kota kecil bernama Slawi di Jawa
Tengah. Pada saat memulai bisnisnya, produk yang dijual adalah teh kering
dengan merek Teh Cap Botol dimana daerah penyebarannya masih di seputar
wilayah Jawa Tengah. Tahun 1953, Keluarga Sosrodjojo mulai memperluas
bisnisnya dengan merambah ke ibukota Jakarta untuk memperkenalkan produk
Teh Cap Botol yang sudah sangat terkenal di daerah Jawa Tengah. Perjalanan
memperkenalkan produk Teh Cap Botol ini dimulai dengan melakukan strategi
CICIP RASA (product sampling) ke beberapa pasar di kota Jakarta. Hingga
akhirnya muncul ide untuk membawa teh yang telah diseduh di kantor, dikemas
kedalam botol yang sudah dibersihkan. Ternyata cara ini cukup menarik minat
pengunjung karena selain praktis juga bisa langsung dikonsumsi tanpa perlu
menunggu tehnya dimasak. Pada tahun 1969 muncul gagasan untuk menjual teh
siap minum (ready to drink tea) dalam kemasan botol, dan pada tahun 1974
didirikan PT Sinar Sosro. PT. Sinar Sosro Tanjung Morawa merupakan
perusahaan minuman ringan yang memproduksi empat jenis produk yang terdiri
dari produk A, B, C dan D. Lini 2 dan 3 memproduksi produk A dan B selama
tiga shift yang dikemas dalam kemasan.

45

Universitas Sumatera Utara

5.2

Organisasi dan Manajemen
Struktur organisasi PT. Sinar Sosro Tanjung Morawa Medan dapat dilihat

pada Gambar 5.1. PT. Sinar Sosro Tanjung Morawa Medan menggunakan tipe
organisasi lini dan staf yang merupakan kombinasi dari organisasi lini dan
fungsional.
Pelimpahan wewenang berlangsung secara vertikal mulai dari pucuk
pimpinan hingga level bawah. Pimpinan berhak menetapkan keputusan,
kebijaksanaan dan merealisasikan tujuan perusahaan dengan bantuan dari staf
berupa saran, data, informasi sebagai pertimbangan untuk menetapkan
keputusan/kebijaksanaan.
DIREKTUR
OPERASI
GENERAL
MANAGER
SEKRETARIS

MANAGER QC

MANAGER PRODUKSI
& MAINTENANCE

SUPERVISOR QC

SUPERVISOR
LOGISTIK

MANAGER
WORKSHOP
SUPERVISOR
PRODUK TB A

SUPERVISOR
PRODUK TB B

SUPERVISOR
PRODUK TB C

AMDK

MEKANIS
BENGKEL

MANAGER ACC.
FINANSIAL

MANAGER ACC.
FINANSIAL

SUPERVISOR
ACC. FINANSIAL

SUPERVISOR
PEMBELIAN

SUPERVISOR
GUDANG PB/PI

SUPERVISOR
PERSONALIA & UMUM

STAFF ACC.
FINANSIAL

ADMINISTRASI
PEMBELIAN

KEPALA GUDANG KEPALA GUDANG
PB
PI

ADMINISTRASI,
PERS &UMUM

OPERATOR

SATPAM

SUPIR

BOY OFFICE

(Sumber: PT. Sinar Sosro Tanjung Morawa Medan, 2012)

Gambar 5.1 Struktur Organisasi

46

Universitas Sumatera Utara

5.2.1 Visi dan Misi Perusahaan
Tujuan utama dari perusahaan sebagai mana visi perusahaan adalah :
Menjadi perusahaan minuman yang dapat melepas rasa dahaga konsumen, kapan
saja, di mana saja, serta memberikan nilai tambah kepada semua Pihak yang
terkait (“TOTAL BEVERAGE COMPANY“) . Untuk mencapai visi tersebut PT.
Sinar Sosro memiliki misi yaitu :
1. Membangun merek Sosro sebagai merek teh yang alami, berkualitas, dan
unggul
2. Melahirkan merek dan produk minuman baru, baik yang berbasis teh,
maupun non teh, dan menjadikannya pimpinan pasar dalam kategorinya
masing-masing
3. Membangun dan memimpin jaringan distribusi.
4. Menciptakan dan memelihara komitmen terhadap pertumbuhan jangka
panjang baik dalam volume penjualan maupun penciptaan pelanggan.
5. Membangun Sumber daya manusia dan melahirkan pemimpin yang sesuai
dengan nilai – nilai utama perusahaan.
6. Memberikan kepuasan kepada para pelanggan.
7. Menyumbang devisa ke negara.

5.2.2 Jam Kerja dan Tenaga Kerja
PT. Sinar Sosro Tanjung Morawa Medan merupakan perusahaan minuman
ringan yang memproduksi empat jenis produk yang terdiri dari produk A, B, C,
dan D. Lini 2 dan 3 memproduksi produk A dan B selama tiga shift yang dikemas
dalam kemasan botol. Shift pertama dimulai pukul 08.00-16.00 WIB. Shift kedua
dimulai pukul 16.00-24.00 WIB. Shift ketiga dimulai pukul 24.00-08.00 WIB.

47

Universitas Sumatera Utara

Produk C dan D diproduksi selama satu shift kerja dimulai dari pukul 08.00-16.00
WIB . Produk C dikemas dalam kemasan kotak sedangkan produk D dalam galon.
Jumlah tenaga kerja sebanyak 268 orang dengan total karyawan produksi
180 orang dan. Data jumlah karyawan dapat dilihat pada Tabel 3.1.
Tabel 5.1 Data Jumlah Karyawan per Desember 2013
No.
Departemen
Jumlah (orang)
1 Accounting/Finance
7
2 Pembelian
3
3 PGA
35
5 Gudang PB/PI
25
6 Quality Control
18
7 Produksi
180
Total
268
Sumber: PT. Sinar Sosro Tanjung Morawa Medan (2013)

5.2.3 Uraian Tugas Jabatan Struktural PT. Sinar Sosro Tanjung Morawa
Medan
Adapun uraian tugas serta wewenang berdasarkan jabatan masing-masing,
yaitu:
1. General Manager.
a. Tugas General Manager.
1. Mengawasi pelaksanaan proses produksi.
2. Mengawasi efisiensi dan persediaan produksi.
3. Mengawasi distribusi produk jadi maupun persediaan di gudang.
4. Mengawasi pelaksanaan kegiatan personalia dan administrasi.
5. Mengkoordinir manager untuk melaksanakan sistem mutu.
b. Wewenang General Manajer.
1. Mengalokasikan anggaran dalam batasan wewenang yang ditetapkan.

48

Universitas Sumatera Utara

2. Menentukan sistem standar mutu dan mengaudit sistem mutu.
3. Menegur dan menindak bawahan yang melakukan pelanggaran aturan.
4. Menghentikan kegiatan bila ditemukan bahan berbahaya pada produk.

2. Manager Produksi dan Maintenance.
a. Tugas Manager Produksi dan Maintenance.
1. Membuat prosedur dan instruksi kerja serta formulir catatan mutu.
2. Mengontrol dan memeriksa laporan produksi dan performansi mesin.
3. Membuat program maintenance dan overhaul tahunan.
4. Meningkatkan teknik dan metode maintenance secara terus-menerus.
5. Memastikan kebersihan, keamanan dan keselamatan kerja.
6. Memastikan sistem mutu perusahaan terlaksana dengan baik.
7. Mengusulkan rekruitment, promosi, rotasi, dan pelatihan karyawan.
8. Menjadi peserta panel test pada setiap batch pemasakan.
b. Wewenang Manager Produksi dan Maintenance.
1. Mengalokasikan anggaran dalam batasan wewenang yang ditetapkan.
2. Menegur bawahan yang melakukan pelanggaran kerja.
3. Menghentikan produksi jika ditemukan bahan berbahaya pada produk.
4. Mengambil keputusan apabila terjadi hambatan operasional produksi.
3. Supervisor Produksi dan Maintenance.
a. Tugas Supervisor Produksi dan Maintenance.
1. Menyiapkan bahan baku, mesin, sarana produksi dan SDM.
2. Mengadakan serah terima dan evaluasi proses produksi.

49

Universitas Sumatera Utara

3. Mengecek pelaksanaan SOP produksi.
4. Melaksanakan sistem mutu perusahaan.
5. Membuat jadwal maintenance.
6. Membuat laporan performansi mesin dan pemakaian spare part.
7. Menjaga kebersihan, keamanan dan keselamatan kerja.
b. Wewenang Supervisor Produksi dan Maintenance.
1. Menegur bawahan yang bekerja tidak sesuai peraturan yang berlaku.
2. Mengambil keputusan yang perlu pada tugas setiap shift.
4. Operator Produksi.
a. Tugas Operator Produksi.
1. Menjaga kebersihan, sanitasi mesin dan ruangan kerja.
2. Menyiapkan dan menjalankan mesin sesuai perencanaan produksi.
3. Mengisi formulir laporan mesin maupun administrasi produksi.
4. Mengikuti pelatihan dan pengarahan dari supervisor atau manager.
5. Melaksanakan ketentuan sistem mutu perusahaan.
b. Wewenang Operator Produksi.
Mencatat kerusakan bahan baku dalam formulir laporan kerja.
5. Operanik.
a. Tugas Operanik.
1. Melaksanakan maintenance sesuai dengan jadwal.
2. Menjaga ketertiban, kebersihan, keamanan, dan keselamatan kerja.
3. Melaksanakan sistem mutu perusahaan.
b. Wewenang Operanik.

50

Universitas Sumatera Utara

1. Melaporkan pada atasan apabila terjadi hambatan dalam operasional.
2. Melakukan perbaikan mesin/peralatan apabila terjadi breakdown.

5.3

Proses Produksi
Produksi adalah keseluruhan proses yang dilakukan untuk menghasilkan

produk atau jasa (Sukaria, 2009).
5.3.1 Proses Produksi Produk A.
Uraian proses produksi untuk produk A adalah sebagai berikut:
1. Bahan yang digunakan.
a. Bahan baku.
Bahan baku merupakan bahan utama pada proses produksi sampai
dihasilkan barang jadi. Bahan baku yang digunakan adalah air yang
merupakan bahan utama serta bahan pendukung proses produksi, teh melati
yaitu campuran teh hijau dengan bunga melati dan gula dengan standar gula
> 9°brix (persentase sukrosa pada gula).
b. Bahan penolong.
Bahan penolong merupakan bahan yang dimasukkan pada produk akhir
dengan tujuan untuk meningkatkan mutu produk. Bahan penolong yang
digunakan adalah kemasan teh (botol), penutup botol (crown cork), kemasan
akhir (crate) dan ink untuk mencetak kode produksi pada botol.
c. Bahan tambahan.
Bahan tambahan tidak termasuk ke produk jadi tetapi berfungsi
memperlancar proses produksi. Bahan yang digunakan adalah penyaring teh

51

Universitas Sumatera Utara

dan sirup (celaton), pembunuh bakteri pada air (chlorine), pasir silika untuk
menyaring benda asing dalam air dan kaustik soda (NaOH) yang merupakan
deterjen pada proses pencucian botol.
2. Uraian proses produksi.
a. Pengolahan air (water treatment).
Proses pengolahan air bertujuan untuk memurnikan air dengan memompa
air menuju bak reservoir kemudian menyaring kotoran yang terlarut
menggunakan pasir silika. Selanjutnya air disaring menggunakan arang
karbon untuk menghilangkan bau air tanah. Kemudian air disaring
menggunakan resin untuk menghilangkan kesadahan air menjadi nol.
b. Proses pembuatan teh cair pahit.
Teh dimasukkan ke extract tea tank kemudian air dari buffer tank III
dialirkan melalui plate heat exchanger untuk mendidihkan air hingga suhu
105ºC. Penyeduhan dilakukan selama 60 menit pada suhu 90ºC.
c. Proses pembuatan sirup.
Gula dimasukkan sebanyak 500 kg/batch ke dalam sugar dissolver
kemudian dicampur air dengan suhu 105ºC selama 30 menit.
d. Proses pembuatan teh cair manis.
Sirup dan teh dicampur di mix tank kemudian disaring dengan bag filter.
Warna teh disesuaikan dengan standar perusahaan yaitu standar A, B, dan
C. Standar A berwarna pucat, standar B gelap dan standar C lebih gelap dari
B. Standar yang dipakai adalah standar B+.

52

Universitas Sumatera Utara

e. Pembotolan.
Teh yang telah sesuai standar perusahaan dimasukkan ke dalam botol kaca
dengan proses sebagai berikut:
1. Pensortiran botol.
Mensortir botol kotor berat, kena cat, pecah, berjamur/lumut secara
manual oleh karyawan dan dengan mesin autz packer.
2. Pencucian botol.
Proses pencucian botol pada mesin washer bertujuan agar botol bersih
dan steril yang terdiri dari beberapa tahap pencucian, yaitu:
a. Preposition spraying, yaitu membilas botol dengan air.
b. Preposition soaking, yaitu membersihkan kotoran yang tersisa.
c. LYE I, yaitu menyabun botol menggunakan larutan NaOH.
d. LYE II, yaitu membersihkan botol dari kotoran yang melekat.
e. Hot water I, yaitu membilas sisa NaOH untuk membunuh bakteri.
f. Hot water II, yaitu menyemprot ulang botol dengan air panas.
g. Light inspection I, yaitu memeriksa botol secara visual.
f. Pengisian teh ke dalam botol.
Mengalirkan teh ke pasteurizer untuk menaikkan suhu teh dan botol agar
bebas bakteri dan awet selama setahun tanpa menambah zat pengawet.
g. Pemberian tutup botol (crown cork).
Memasang dan mensterilkan tutup botol berisi teh dengan mesin crowner.
1. Light inspection II.
Memeriksa produk yang tidak sesuai standar dengan mesin dan
operator.
2. Pencetakan kode produksi botol.
Mencetak kode produksi dan tanggal kadaluarsa pada botol.
3. Pencucian peti botol (krat).

53

Universitas Sumatera Utara

Menyemprot air pada krat yang melalui conveyor menuju mesin
crater.
4. Penyimpanan dan masa inkubasi.
Menyusun krat pada palet berdasarkan batch produksi dan diberi
nomor, nama supervisor dan tanggal inkubasi. Inkubasi berlangsung
2-3 hari untuk memeriksa perubahan produk kemudian produk siap
dipasarkan.

5.3.2 Proses Produksi Produk B dan C
Produk B dan C hanya berbeda pada kemasan, produk B dengan kemasan
botol dan Produk C dengan kemasan kotak. Bahan baku yang digunakan adalah
teh hitam, gula, air, dan konsentrat sari buah. Bahan penolong yang digunakan
adalah pasir kuarsa, karbon, dan softener. Bahan tambahan yang digunakan adalah
botol kaca, tetrapack, kardus, tutup botol dan sedotan.
Proses produksi dimulai dengan mensterilkan air tanah melalui proses water
treatment, yaitu air disaring dengan pasir kuarsa di tanki 1, kemudian dimasukkan
ke tanki 2 yang berisi karbon, selanjutnya dimasukkan ke tanki 3 yang berisi
softener dan dipanaskan hingga 1000C. Air panas dialirkan ke tanki teh untuk
menyeduh teh hitam dan ke tanki gula untuk melarutkan gula menjadi sirup gula.
Sirup gula ditambahkan konsentrat sari buah sesuai jenis rasa produk kemudian
teh dialirkan ke tanki filtrox untuk memisahkan ekstrak teh dari ampas.
Selanjutnya teh dialirkan ke tanki pencampuran dengan sirup gula. Teh cair manis
dialirkan ke mesin filler.
Botol yang telah steril dibawa ke mesin filler dengan belt conveyor. Teh
manis cair diisi ke dalam botol dengan standar volume ± 3 ml dari head botol dan

54

Universitas Sumatera Utara

langsung ditutup dengan crown cock yang telah disterilkan. Botol dimasukkan ke
dalam crate dan dipindahkan ke kamar karantina kemudian produk siap
dipasarkan.

5.3.3 Proses Produksi Produk D
Bahan baku yang digunakan adalah air, bahan penolong terdiri dari pasir
kuarsa, karbon, dan softener dan bahan tambahan meliputi galon dan tutup galon.
Bagian luar galon dibersihkan dengan mesin filling kemudian dimasukkan
ke ruang pencucian bagian dalam galon. Air disterilkan di tanki 1 yang berisi pasir
kuarsa, kemudian tanki 2 yang berisi karbon, kemudian tanki 3 yang berisi
softener, tanki 4 merupakan tanki buffer 1 dan tanki 5 merupakan buffer 2 untuk
proses demineralisasi. Pada tanki 6 merupakan buffer 3 yang berisi karbon dan
softener. Air dimasukkan ke mesin ozonator untuk menambah ozon ke dalam air
kemudian dimasukkan ke final filler tank dan air diisi ke dalam galon. Galon yang
telah berisi ditutup dan disegel kemudian disusun ke rak galon untuk memeriksa
kebocoran, selanjutnya produk siap dipasarkan.

55

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

BAB VI
ANALISIS DAN PEMBAHASAN

6.1

Hasil Penelitian

6.1.1 Hasil Uji Validitas
Uji validitas adalah suatu ukuran yang mengacu kepada derajad kesesuaian
antara data yang dikumpulkan dan data sebenarnya dalam sumber data. Data yang
valid akan diperoleh apabila instrumen pengumpulan data juga valid. Suatu
instrumen yang valid akan mempunyai validitas yang tinggi, sebaliknya instrumen
(kuisioner) yang kurang valid berarti memiliki validitas yang rendah. Analisis
validitas dan reliabilitas dilakukan bersamaan yang diolah secara program SPSS
versi 17 melalui menu Analyze, Scale dan Reliability Analysis dan pada sampel
30 responden.
Dengan jumlah sampel sebanyak 30 responden, maka dilakukan analisis
korelasi antar skor pertanyaan dengan nilai standar validitas (rkritis). Untuk nilai r
product momen (rkritis), pada 30 sampel dengan taraf signifikansi 5% adalah 0,361.
Apabila nilai rhitung lebih besar atau sama dengan 0,361 maka dapat dinyatakan
item tersebut valid, sehingga seluruh pertanyaan dalam kuisioner dinyatakan valid
(Sukaria, 2014). Pada Tabel 6.1 berikut ini hasil uji validitas dapat dilihat :

56

Universitas Sumatera Utara

Variabel
Kepemimpinan
Transformasional
(X1)

Kepemimpinan
Transaksional (X2)

Motivasi (Y1)

Kinerja Karyawan
(Y2)

Tabel 6.1 Hasil Uji Validitas
Pertanyaan
Nilai rkritis
Nilai rhitung
X1-1
X1-2
X1-3
X1-4
X1-5
X1-6
X1-7
X1-8
X1-9
X1-10
X1-11
X1-12
X2-1
X2-2
X2-3
X2-4
X2-5
X2-6
X2-7
X2-8
X2-9
Y1-1
Y1-2
Y1-3
Y1-4
Y1-5
Y1-6
Y1-7
Y1-8
Y1-9
Y1-10
Y1-11
Y1-12
Y1-13
Y1-14
Y1-15
Y2-1
Y2-2
Y2-3
Y2-4
Y2-5
Y2-6
Y2-7
Y2-8
Y2-9

0,361
0,361
0,361
0,361
0,361
0,361
0,361
0,361
0,361
0,361
0,361
0,361
0,361
0,361
0,361
0,361
0,361
0,361
0,361
0,361
0,361
0,361
0,361
0,361
0,361
0,361
0,361
0,361
0,361
0,361
0,361
0,361
0,361
0,361
0,361
0,361
0,361
0,361
0,361
0,361
0,361
0,361
0,361
0,361
0,361

0,945
0,911
0,814
0,553
0,723
0,919
0,684
0,865
0,823
0,837
0,894
0,926
0,927
0,755
0,820
0,837
0,840
0,769
0,672
0,703
0,927
0,930
0,685
0,779
0,674
0,634
0,679
0,646
0,845
0,605
0,693
0,682
0,840
0,871
0,665
0,911
0,736
0,802
0,681
0,603
0,710
0,648
0,451
0,769
0,736

Keterangan
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid

Sumber : Hasil Pengolahan SPSS versi 17, 2015 (Data diolah)

57

Universitas Sumatera Utara

Seluruh pertanyaan pada tiap variabel dengan masing-masing indikator
pada Tabel 6.1 memiliki nilai validitas lebih besar dari 0,361 sehingga dinyatakan
valid dan dapat digunakan dalam penelitian.

6.1.2 Hasil Uji Realiabilitas
Pengujian reliabilitas pada umumnya dikenakan untuk pengujian stabilitas
instrumen dan konsistensi internal instrumen. Pengujian terhadap kedua
karakteristik dari instrumen tersebut dapat dilakukan dengan beberapa metode.
Pada penelitian ini dilakukan pengujian Koefisien Alpha Cronbach yaitu
memberikan indikasi seberapa baik item-item dalam set saling berkorelasi secara
positif. Koefisien Alpha Cronbachdihitung sebagai interkorelasi rata-rata antara
item-item dalam set tersebut. Makin dekat nilai koefesien alpha cronbach kepada
angka 1 maka kuat konsistensi internal realiabilitas (Sinulingga, 2014). Dalam
suatu kelompok item-item pertanyaan dinyatakan reliabel bilamana angka
koefisien alpha cronbach ≥0,60 (Ghozali, 2011).
Pengujian dilakukan dengan teknik alpha cronbach, dengan jumlah sampel
30 responden. Perhitungan reliabilitas penelitian dilakukan dengan bantuan
program SPSS versi 17. Pada Tabel 6.2 diuraikan hasil reliabilitas.
Tabel 6.2 Hasil Uji Reliabilitas
Variabel
Nilai Alpha Cronbach
Kepemimpinan Transformasional (X1)
0,966
Kepemimpinan Transaksional (X2)
0,946
Motivasi (Y1)
0,954
Kinerja Karyawan (Y2)
0,907
Sumber : Hasil Pengolahan SPSS versi 17, 2015 (Data diolah)

Keterangan
Reliabel
Reliabel
Reliabel
Reliabel

58

Universitas Sumatera Utara

Dari Tabel 6.2 terlihat bahwa nilai alpha cronbach semua variabel lebih
besar dari 0,60 hal ini menunjukkan bahwa variabel reliabel atau handal untuk
digunakan dalam penelitian.

6.2

Hasil Analisis Responden

6.2.1 Kepemimpinan Transformasional (X1)
Data hasil kuisioner variabel kepemimpinan transformasional terhadap
responden karyawan diperoleh pada Tabel 6.3, yaitu sebagai berikut:
Tabel 6.3 Hasil kuesioner responden untuk variabel kepemimpinan transformasional
No

Pertanyaan

Pimpinan selalu mendorong bawahan untuk
menitikberatkan perhatian pada tujuan yang akan
dicapai.
2
Pimpinan menekankan pentingnya komitmen pada
kepercayaan yang dipegang.
3
Pimpinan bertindak konsisten dengan nilai-nilai
yang diyakini.
4
Pimpinan selalu menetapkan standar kerja yang
tinggi
5
Pimpinan memberikan gambaran peluang-peluang
baru yang menarik.
6
Pimpinan tidak pernah lelah untuk terus mendorong
bawahannya dalam mencapai tujuan.
7
Pimpinan mendorong bawahan untuk berani
menyampaikan ide-ide dan opini di perusahaan ini.
8
Pimpinan mengarahkan bawahan untuk melihat
permasalahan dari segi yang berbeda.
9
Pimpinan menyarankan cara baru bagi karyawan
untuk melaksanakan pekerjaan.
10
Pimpinan selalu mengajarkan bawahan untuk jeli
melihat kemampuan orang lain
11
Pimpinan membantu mengembangkan potensi dan
keunggulan yang dimiliki bawahan.
12
Pimpinan
memfokuskan
karyawan
untuk
mengembangkan kelebihan pribadi.
Rata-Rata

STS
(%)

TS
(%)

KS
(%)

S
(%)

SS
(%)

5,7

62,6

31,7

9,8

59,3

30,9

9,8

52,8

37,4

6,5

49,6

43,9

29,3

45,5

25,2

3,2

65,9

30,9

12,2

71,5

16,3

17,1

62,6

20,3

9,7

64,2

26,1

13

53,7

33,3

23,6

69,9

6,5

3,3

60,9

35,8

14,4

57

28,6

1

Sumber : Hasil Pengolahan Microsoft Office Excel, 2007(Data Diolah)
Tabel 6.3 menunjukkan variabel kepemimpinan transformasional sudah
dilaksanakan dengan baik, dimana rata-rata responden yang menyatakan sangat

59

Universitas Sumatera Utara

setuju adalah sebanyak 28,6%, setuju sebanyak 57% dan kurang setuju sebanyak
14,4%.

6.2.2 Kepemimpinan Transaksional (X2)
Data hasil kuesioner variabel kepemimpinan transaksional terhadap
responden karyawan diperoleh pada Tabel 6.4, yaitu sebagai berikut :
Tabel 6.4 Hasil kuesioner responden untuk variabel kepemimpinan transaksional
No
Pertanyaan
STS TS KS
S
SS
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
1

Pimpinan memberikan imbalan jika saya mampu
melaksanakan pekerjaan yang diperintahkan
dengan baik.
2
Pimpinan memberikan pedoman kerja kepada
saya untuk melakukan pekerjaan.
3
Pimpinan mempromosikan saya, setiap saya
bekerja dengan keras.
4
Pimpinan mengawasi secara langsung kinerja
saya agar sesuai denganstandar dan prosedur
kerja yang telah ditetapkan.
5
Pimpinan melakukan tindakan perbaikan atas
kesalahan yang saya lakukan.
6
Pimpinan membimbing saya sebelum terjadi
penyimpangan dari aturan standar.
7
Pimpinan memberikan peringatan dan saksi
apabila terjadi kesalahan dalam proses kerja yang
saya lakukan.
8
Pimpinan selalu memantau kesalahan yang saya
lakukan dalam bekerja.
9
Pemimpin melakukan kritik dan koreksi kepada
saya setelah target yang disepakati tidak tercapai.
Rata-Rata

9,8

63,4

26,8

15,5

64,2

20,3

9,8

58,5

31,7

5,7

62,6

31,7

31,7

45,5

22,8

12,3

47,9

39,8

17,9

49,6

32,5

13

58,5

28,5

13,8

62,6

23,6

11,9

59,9

28,2

Sumber : Hasil Pengolahan Microsoft Office Excel, 2007(Data Diolah)
Tabel 6.4 menunjukkan variabel kepemimpinan transaksional sudah dilaksanakan
dengan baik, dimana rata-rata responden yang menyatakan sangat setuju adalah
sebanyak 28,2%, setuju sebanyak 59,9% dan kurang setuju sebanyak 11,9%.

60

Universitas Sumatera Utara

6.2.3 Motivasi (Y1)
Data hasil kuisioner variabel motivasi kerja terhadap responden karyawan
diperoleh pada Tabel 6.5, yaitu sebagai berikut :

No
1

Tabel 6.5 Hasil kuesioner responden untuk variabel motivasi
Pertanyaan
STS TS KS
S
(1) (2) (3)
(4)

Saya terdorong untuk mendapat kepercayaan dari
pimpinan dalam menyelesaikan pekerjaan.
2
Saya terdorong karena pimpinan mampu menghargai
hasil kerja bawahan dan pimpinan memberi
penghargaan terhadap bawahan yang berprestasi.
3
Saya terdorong karena pimpinan menunjukkan
perilaku kepemimpinan nyata dan sangat
menghargai pegawainya.
4
Saya terdorong karena memandang gaji yang
diterima sebanding dengan kerja.
5
Saya terdorong karena gaji yang diterima sesuai
dengan perubahan harga kebutuhan pokok seharihari.
6
Saya terdorong karena memandang gaji yang
diterima dapat memacu kinerja.
7
Saya terdorong melihat pimpinan berupaya mencari
tahu keinginan dan harapan bawahannya
8
Saya terdorong melihat pimpinan mampu
mengkomunikasikan harapan atau keinginannya
terhadap bawahannya
9
Saya terdorong karena pimpinan mampu
memberikan masukan dalam setiap permasalahan
yang dihadapi bawahan
10
Saya terdorong karena merasa bahwa aturan atau
prosedur yang diterapkan oleh pimpinan tidak
mengekang
11
Saya terdorong karena merasa bahwa pimpinan
mampu menyelesaikan permasalahan organisasi
12
Saya terdorong karena pimpinan memiliki
pengalaman penanganan organisasi yang baik dan
memiliki pengetahuan secara baik
13
Saya terdorong karena memandang pimpinan
memahami prosedur dan tata laksana pekerjaan
14
Saya terdorong karena merasa pimpinan sering
memberi pengarahan sesuai peraturan dan prosedur
kerja
15
Saya terdorong karena merasa pimpinan bersifat adil
dalam memberikan penilaian terhadap hasil kerja
Rata-Rata

SS
(5)

10,6

58,5

30,9

16,3

68,3

15,4

7,3

52,1

40,6

10,6

45,5

43,9

18,7

55,3

26

37,4

52,1

10,5

37,4

46,3

16,3

21,1

55,3

23,6

33,3

56,9

9,8

30,1

53,7

16,2

7,3

62,6

30,1

39,1

51,2

9,7

30,1

56,9

13,0

16,3

59,3

24,4

32,5

52,8

14,7

15,9

55,1

28,9

Sumber : Hasil Pengolahan Microsoft Office Excel, 2007(Data Diolah)

61

Universitas Sumatera Utara

Tabel 6.5 menunjukkan variabel motivasi sudah dilaksanakan dengan baik,
dimana rata-rata responden yang menyatakan sangat setuju adalah sebanyak
28,9%, setuju sebanyak 55,1% dan kurang setuju sebanyak 15,9%.

6.2.4 Kinerja Karyawan (Y2)
Data hasil kuesioner variabel kinerja karyawan terhadap responden
diperoleh pada Tabel 6.6, yaitu sebagai berikut :

No

Tabel 6.6 Hasil kuesioner responden untuk variabel kinerja karyawan
Pertanyaan
STS TS KS
S
SS
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)

1

Saya memiliki kemampuan yang baik dalam
menyelesaikan pekerjaan yang diberikan oleh
pimpinan.
2
Saya selalu mengerjakan tugas yang diberikan
pimpinan dengan memperhatikan kualitas.
3
Pimpinan memiliki standard kualitas bekerja
membuat saya semakin produktif.
4
Dalam menyelesaikan pekerjaan, saya bekerja
dibawah waktu yang ditetapkan oleh pimpinan
perusahaan.
5
Pimpinan memberikan target jumlah dalam
bekerja, saya selalu menyelesaikannya.
6
Sistem kerja pimpinan selalu memperhatikan
kuantitas dari kualitas kerja yang saya lakukan.
7
Sebelum melakukan setiap pekerjaan dari
pimpinan, saya selalu membuat perencanaan
yang baik.
8
Saya selalu bekerja dengan penuh tanggung
jawab dan menunjukan kinerja yang baik.
9
Pekerjaan yang diberikan oleh pimpinan menuntut
saya untuk melakukan kinerja yang baik.
Rata-Rata

33,3

60,2

6,5

7,3

62,6

30,1

10,6

59,3

30,1

17

72,4

10,6

17,3

60,2

32,5

17,1

52,8

30,1

30,1

50,4

19,5

11,4

56,1

32,5

29,3
18,2

60,9
59,4

9,8
22,4

Sumber : Hasil Pengolahan Microsoft Office Excel, 2007(Data Diolah)
Tabel 6.6 menunjukkan variabel kinerja karyawan sudah dilaksanakan dengan
baik, dimana rata-rata responden yang menyatakan sangat setuju adalah sebanyak
22,4%, setuju sebanyak 59,4% dan kurang setuju sebanyak 18,2%. Dari data ini

62

Universitas Sumatera Utara

dapat dijelaskan bahwasanya karyawan sangat memahami pentingnya kinerja
dalam bekerja untuk menghasilkan target perusahaan maupun kuantitasnya.

6.3

Pengujian Analisis Jalur menggunakan Program AMOS 22

6.3.1 Hasil Uji Normalitas (Asessment Normality)
Hasil Uji Normalitas merupakan output untuk menguji apakah data kita
normal secara multivariate sebagai syarat asumsi yang harus dipenuhi dengan
metode Maximum Likelihood pada pengujian AMOS 22. Multivariate normality
diuji melalui Mardia’s Statistic dan ambang batas yang digunakan adalah
maksimal nilai critical ratio Mardia’s Statistic = 3 (Bagozzi & Baumgartner, 1994
dalam Ghozali 2014). Pada tingkatan univariat, normalitas data dapat dievaluasi
dari skewness (=menunjukkan pemuncakan distribusi data) dimana critical ratio
untuk skewness dan kurtosistidak lebih dari ±2,58 (Bagozzi & Baumgartner, 1994
dalam Ghozali 2014). Berdasarkan kriteria-kriteria pengujian normalitas data
maka disimpulkan data yang digunakan terdistribusi secara normal, sebagaimana
nampak pada tabel berikut ini. Pada Tabel 6.7 diuraikan hasil dari Uji Normalitas.
Tabel 6.7 Hasil Uji Normalitas (Assesment Normality)

Sumber : Hasil Pengolahan AMOS versi 12, 2015 (Data diolah)

63

Universitas Sumatera Utara

Nampak pada tabel diatas bahwa nilai univariate skewness tidak ada yang
lebih besar dari 3 dan univariate kurtosis tidak ada yang melebihi 10 sebagaimana
disarankan oleh Kline (2004). Kondisi ini didukung oleh nilai critical ratio (C.R.)
untuk skewness maupun kurtosis setiap variabel tidak ada yang lebih besar dari
±2,58 sehingga bisa disimpulkan bahwa data terdistribusi secara normal pada
tingkatan univariat (Byrne, 2001). Sedangkan pada basis multivariate kurtosis
nampak bahwa nilai CR. Juga tidak lebih besar dari ±2,58 sehingga disimpulkan
bahwa data terdistribusi secara normal pada tingkatan multivariat (Byne, 2001).

6.3.2 Hasil Koefisien Determinasi
Priyatno (2008) menyatakan bahwa koefisien determinasi bertujuan untuk
mengetahui seberapa besar kemampuan variabel independen mempengaruhi
variabel dependen. Koefien determinasi pada tabel square multiple correlations
pada Tabel 6.8. Nilai koefisien korelasi (R) menunjukan seberapa besar hubungan
yang terjadi antara variabel independen terhadap variabel dependen. Nilai R
berkisar antara 0 sampai 1, nilai semakin mendekati 1 berarti hubungan yang
terjadi semakin kuat sebaiknya nilai semakin mendekati 0 maka hubungan yang
terjadi semakin lemah.
Tabel 6.8 Koefisien Korelasi (Koefisien Determinasi)
Square Multiple Correlations
Estimate
Y1
0,115
Y2
0,243
Sumber : Hasil Pengolahan AMOS versi 12, 2015 (Data diolah)
Nilai koefisien determinasi pada motivasi (Y1) sebesar 0,115. Artinya
11,5% motivasi karyawan dipengaruhi oleh variabel independen kepemimpinan

64

Universitas Sumatera Utara

transformasional dan kepemimpinan transaksional. Sedangkan sisanya 88,5%
dipengaruhi oleh variabel lain. Kemudian nilai koefisien determinasi pada kinerja
karyawan (Y2) sebesar 0,243. Artinya 24,3% kinerja karyawan dipengaruhi oleh
variabel kepemimpinan transformasional dan kepemimpinan transaksional dan
variabel intervening motivasi. Sedangkan sisanya 75,7% dipengaruhi oleh
variabel lain.

6.3.3 Gambar Model Analisis Jalur
Gambar model persamaan diatas dalam bentuk diagram jalur seperti
dibawah pada Gambar 6.1.

Gambar 6.1 Model Kerangka Analisis Jalur
Sumber : Hasil Pengolahan AMOS versi 22, 2015 (Data diolah)

6.3.4 Hasil Pengujian Analisis Jalur
Dalam pola hubungan jalur, hubungan sebab akibat dapat dibedakan dua
tipe pola hubungan yaitu model rekursif dan model non rekursif. Dalam model

65

Universitas Sumatera Utara

rekursif, pola hubungan variabel eksogen dan endogen searah dalam arti tidak
terjadi hubungan balik atau looping. Sebaliknya, dalam model non rekursif pola
hubungan tidak seluruhnya searah atau dapat dikatakan pola hubungan dari
sebagian variabel eksogen atau endogen bersifat berbalik. Pada penelitian ini
model rekursif.
Hasil pengujian analisis jalur pada 123 sampel dengan menggunakan
AMOS 22, metode bayesian dapat dilihat pada Tabel 6.9.
Tabel 6.9 Hasil Pengujian AMOS 22, Metode Bayesian

Sumber : Hasil Pengolahan AMOS versi 22, 2015 (Data diolah)

Hasil pengolahan data kerangka pengujian dapat dilihat pada Gambar 6.2 berikut:
Gambar 6.2 Hasil Kerangka Pengujian

Sumber : Hasil Pengolahan AMOS versi 22, 2015 (Data diolah)

66

Universitas Sumatera Utara

6.3.5 Pembuktian Hipotesis
Parameter ada tidaknya pengaruh secara parsial dapat diketahui berdasarkan
nilai upper bound dan lower bound tidak mengandung nilai 0 (nol) pada  = 0,05.
Dalam menentukan tingkat signifikan variabel tersebut dengan metode Beyesian
adalah jika nilai dengan  = 0,05, cukup melihat nilai 95% lower bound sampai
95% upper bound tidak mengandung nilai 0 (nol). Jika mengandung nilai 0 (nol)
maka nilai estimasi parameter tersebut tidak signifikan pada  = 0,05.
Kesimpulan dari hasil pengujian menggunakan AMOS 22 diperoleh data seperti
Tabel 6.10 berikut :
Tabel 6.10 Data Variabel Signifikan dan Tidak Signifikan
Variabel
95% Lower 95% Upper Keterangan
Bound
Bound
Kepemimpinan transformasional
0,239
0,384
Signifikan
(X1) terhadap motivasi (Y1)
Kepemimpinan transformasional
(X1) terhadap kinerja karyawan (Y2).

0,209

0,385

Kepemimpinan transaksional (X2)
0,067
0,140
terhadap motivasi (Y1)
Kepemimpinan transaksional (X2)
0,176
0,265
terhadap kinerja karyawan (Y2)
Motivasi (Y1) terhadap kinerja
0,165
0,267
karyawan (Y1)
Sumber : Hasil Pengolahan AMOS versi 22, 2015 (Data

Dokumen yang terkait

ANALISIS PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN TRANSAKSIONAL DAN BUDAYA ORGANISASI TERHADAP KINERJA KARYAWAN DENGAN MOTIVASI SEBAGAI VARIABEL INTERVENING

0 19 21

PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL DAN GAYA KEPEMIMPINAN TRANSAKSIONAL TERHADAP PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL DAN GAYA KEPEMIMPINAN TRANSAKSIONAL TERHADAP PRODUKTIVITAS KARYAWAN DENGAN MOTIVASI SEBAGAI INTERVENING VARIABEL (Studi P

0 2 13

PENDAHULUAN PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL DAN GAYA KEPEMIMPINAN TRANSAKSIONAL TERHADAP PRODUKTIVITAS KARYAWAN DENGAN MOTIVASI SEBAGAI INTERVENING VARIABEL (Studi Pada Karyawan CV Cahaya Setia Mulia Yogyakarta).

0 3 12

Pengaruh Kepemimpinan Transformasional dan Kepemimpinan Transaksional Terhadap Kinerja Karyawan Dengan Motivasi Sebagai Variabel Intervening Pada PT Sinar Sosro Tanjung Morawa

1 1 5

Pengaruh Kepemimpinan Transformasional dan Kepemimpinan Transaksional Terhadap Kinerja Karyawan Dengan Motivasi Sebagai Variabel Intervening Pada PT Sinar Sosro Tanjung Morawa

0 0 1

Pengaruh Kepemimpinan Transformasional dan Kepemimpinan Transaksional Terhadap Kinerja Karyawan Dengan Motivasi Sebagai Variabel Intervening Pada PT Sinar Sosro Tanjung Morawa

0 0 10

Pengaruh Kepemimpinan Transformasional dan Kepemimpinan Transaksional Terhadap Kinerja Karyawan Dengan Motivasi Sebagai Variabel Intervening Pada PT Sinar Sosro Tanjung Morawa

0 4 21

Pengaruh Kepemimpinan Transformasional dan Kepemimpinan Transaksional Terhadap Kinerja Karyawan Dengan Motivasi Sebagai Variabel Intervening Pada PT Sinar Sosro Tanjung Morawa

0 0 13

Pengaruh Kepemimpinan Transformasional dan Kepemimpinan Transaksional Terhadap Kinerja Karyawan Dengan Motivasi Sebagai Variabel Intervening Pada PT Sinar Sosro Tanjung Morawa

0 0 28

PENGARUH KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL DAN TRANSAKSIONAL TERHADAP KINERJA KARYAWAN DENGAN KOMITMEN ORGANISASI SEBAGAI ”INTERVENING VARIABLE”

0 0 16