Ujiefektifitas Atraktan Terhadap Walang Sangit (Leptocorisa Acuta T.) Padatanamanpadi (Oryza Sativa L.)Di Rumah Kasa Chapter III VI

BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kasa, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera
Utara, Medan dengan ketinggian tempat

± 25 m diatas permukaan laut. Penelitian

berlangsung dari bulan Oktober 2016.
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan adalah bangkai keong mas, bangkai kepiting, imago walang
sangit, aquadest, alkohol, sabun, dan tanaman padi yang sudah matang susu.
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah sungkup kain kasa, botol plastik,
bambu, ember, dan buku data serta alat tulis.
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok Non faktorial dengan 4
perlakuan yaitu :
L1 : Atraktan bangkai keong(125 g/bungkus)
L2 : Atraktan bangkai kepiting (125 g/bungkus)
L3 : Atraktan bangkai keong(125 g/bungkus) + bangkai kepiting (125 g/bungkus)
(Zakiyah, et al. 2015)
Banyak ulangan dari masing-masing perlakuan adalah :

t (r-1) ≥ 15
3 (r-1) ≥ 15
3r-3 ≥ 15
3r ≥ 18
r ≥ 18/3
r≥6
Jumlah ulangan

: 6 Ulangan

Universitas Sumatera Utara

Jumlah Perlakuan

: 3 Perlakuan

Jumlah imago / sungkup

: 10 pasang imago


Jumlah imago yang di perlukan

: 360 imago walang sangit

Jumlah tanaman

: 4 tanaman/ unit percobaan

Jumlah unit percobaan

: 18 Unit Percobaan

Data hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan sidik ragam berdasarkan model
linier sebagai berikut :
Yij = μ + Ti +Bj + Σij
Dimana:
Yij

= Hasil pengamatan pada perlakuan ke-i dan ulangan ke-j


µ

= Nilai tengah umum

Ti

= Pengaruh perlakuan ke-i

Bj

= Pengaruh ulangan ke-j

Σij

= Pengaruh galat percobaan dari perlakuan ke-i pada ulangan ke-j
Bila hasil analisis sidik ragam menunjukan beda nyata, dilanjutkan dengan uji jarak

Duncan taraf 5 %(Satrosupadi, 2010).

Universitas Sumatera Utara


PELAKSANAAN PENELITIAN
Penyediaan Serangga Uji
Penyediaan serangga uji dilakukan dengan cara mencari imago walang sangit,
kemudian dikumpulkan atau dengan cara digilir. Maka imago tersebut siap untuk
diaplikasikan ke tanaman.
Penyediaan Tanaman
Tanaman padi yang digunakan adalah yang tanaman padi fase matang susu.
Kemudian tanaman padi dipindahkan ke ember dan disungkup dengan kain kasa. Tanaman
padi diletakkan di rumah kasa Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan.
Introduksi Serangga Uji ke Tanaman
Pengaplikasian hama ke tanaman di lakukan pada tanaman padi matang susu, jumlah
imago yang diaplikasikan adalah sebanyak 10 pasang imago pada setiap perlakuan.
Pengaplikasian Atraktan
Dibuat satu alat perangkap khusus seperti botol plastik bekas minuman air mineral
yang dilubangi sebagai tempat masuknya walang sangit, diberi umpan berupa atraktan
bangkai kepiting atau keong yang diikat menggantung di dalam botol dan dibawahnya
diberikan larutan air sabun. Selanjutnya diikat pada tiang bambu. Perangkap ini dipasang
dekat tanaman padi fase matang susu. Atraktan bangkai keong dan kepiting akan diganti jika
sudah tidak berbau lagi. Pengamatan dilakukan 3 hari sekali selama 7 kali pengamatan.


Penyungkupan
Setiap tanaman disungkup dengan mengunakan kain kasa (80cm x 100 cm x 100 cm).
Penyungkupan bertujuan untuk menghindari masuknya organisme lain (Simamoraet al.
2013).

Universitas Sumatera Utara

tanaman

atraktan

Gambar 5. Pengaplikasian Atraktan

Air
sabun

atraktan

Gambar 6. Perangkap Atraktan

Peubah Amatan
Intensitas Serangan (%)
Intensitas serangan diamati berdasarkan biji padi yang menunjukkan gejala serangan
walang sangit. Diambil malai dari setiap unit percobaan (Zakiyah, et, al, 2015). Intensitas
serangan dihitung pada akhir pengamatan dengan rumus :

Universitas Sumatera Utara

I = n x 100%
N
Keterangan :
I

= Intensitas serangan (%)

n

= jumlah malai yang terserang

N


= jumlah malai yang diamati

(Manopoet al.2012)

Jumlah Imago yang Terperangkap
Imago yang terperangkap di dalam atraktan bangkai keong atau bangkai kepiting dihitung
jumlahnya.

Produksi Hasil
Tentukan 2 rumpun padi secara acak. Pilih yang tidak terlalu bagus dan tidak terlalu

jelek. Hitung jumlah anakannya. Hitung jumlah anakan yang ada malainya. Hitung seluruh
biji dalam rumpun itu dan dibagi rata dengan jumlah malai. Produksi hasil tanaman padi
dapat dihitung dengan rumus:
Jumlah rumpun x jumlah anakan x butir per malai x berat per 1000 butir
(Gerbang Pertanian, 2015).

Universitas Sumatera Utara


HASIL DAN PEMBAHASAN
Intensitas Serangan Leptocorisa acuta (%)
Hasil analisis sidik ragam menunjukkan perlakuan atraktan berpengaruh nyata antar
perlakuan terhadap intensitas serangan walang sangit (Leptocorisa acuta) pada 1 – 3 MSA.
Hal ini dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1. Rataan Intensitas Serangan Walang Sangit Leptocorisa acuta (%) pada 1 – 3
MSApada berbagai perlakuan atraktan
Rataan intensitas serangan Leptocorisa acuta(%)
Perlakuan
1 MSA
2 MSA
3 MSA
L1
6,43b
11,87b
13,66b
L2
10,94a
15,26a

17,23a
L3
4,03c
7,15c
9,66c
Keterangan : Angka yang diikuti dengan notasi huruf yang sama pada kolom yang samatidak berbeda nyata
pada uji jarak Duncan taraf 5 %.

Dari tabel 1, dapat dilihat bahwa intensitas serangan walang sangit paling kecil pada
pengamatan 1-3 MSA pada perlakuan L 3 (atraktan bangkai keong+bangkai kepiting) yaitu
masing – masing berturut – turut 4,03%, 7,15% dan 9,66% yang berbeda nyata terhadap
perlakuan L 1 (atraktan bangkai keong) dan L 2 (atraktan bangkai kepiting).
Dari tabel 1, dapat di ketahui bahwa intensitas serangan walang sangit yang terbesar
pada perlakuan L 2 (atraktan bangkai kepiting). Hal ini dikarenakan pada perlakuan atraktan
bangkai kepiting, walang sangit yang terperangkap tidak banyak sehingga yang menyerang
tanaman padi lebih banyak dari pada perlakuan lainnya. Ada perbedaan ketertarikan walang
sangit terhadap masing – masing atraktan sehingga menyebabkan intensitas serangan yang
berbeda pula. Berdasarkan hasil penelitian Solikhin (2000) bahwa ada perbedaan macam dan
komposisi senyawa volatil yang dihasilkan oleh darah


sapi, keong emas, kepiting,

bekicot, dan daging iga sapi. Senyawa volatil yang dihasilkan berkisar antara enam

Universitas Sumatera Utara

sampai sembilan macam yaitu karbon dioksida, metanol, etanol, aseton, dimetil sulfida,
amoniak, asam asetat, dimetil disulfida, dan satu lagi tidak teridentifikasi.
Jumlah Imago yang Terperangkap (imago)
Hasil analisis sidik ragam menunjukkan perlakuan atraktan berpengaruh nyata antar
perlakuan terhadap jumlah imago walang sangit (Leptocorisa acuta) yang terperangkap pada
1 – 3 MSA. Hal ini dapat dilihat pada tabel 2.

Tabel 2. Rataan Jumlah Imago Walang Sangit Leptocorisa acuta yang terperangkap (imago)
pada 1 – 3 MSA pada berbagai perlakuan atraktan
Rataan jumlah imagoLeptocorisa acutayang terperangkap
(imago)
Perlakuan
1 MSA
2 MSA

3 MSA
L1
3,17b
5,00b
7,33b
L2
2,50c
3,33c
6,17c
L3
4,83a
7,00a
9,67a
Keterangan : Angka yang diikuti dengan notasi huruf yang sama pada kolom yang samatidak berbeda nyata
pada uji jarak Duncan taraf 5 %.

Dari tabel 2, dapat dilihat bahwa jumlah imago walang sangit yang terperangkap
paling banyak pada pengamatan 1-3 MSPT pada perlakuan L 3 (atraktan bangkai
keong+bangkai kepiting) yaitu masing – masing berturut – turut 4,83, 7,00 dan 9,67 imago
yang berbeda nyata terhadap perlakuan L 1 (atraktan bangkai keong) dan L 2 (atraktan bangkai
kepiting).
Dari tabel 2, dapat diketahui bahwa jumlah imago walang sangit yang terperangkap
paling banyak pada perlakuan L3 (atraktan bangkai keong+bangkai kepiting). Hal ini
dikarenakan pada perlakuan atraktan campuran tersebut, senyawa volatil yang dihasilkan
menjadi lebih banyak dan beragam sehingga dapat menarik walang sangit yang terperangkap.
Berdasarkan hasil penelitian Asikin dan Thamrin (2009) bahwa di lahan rawa lebak petani
dalam mengendalikan hama khususnya walang sangit menggunaan perangkap yaitu dari
bahan keong yang dibusukkan. Dengan cara pengendalian tersebut intensitas kerusakan

Universitas Sumatera Utara

walang sangit dapat ditekan. Hasil pengamatan dilapang menunjukkan bahwa pengendalian
dengan menggunakan perangkap bau busuk (keong) tersebut cukup efektif dibandingkan
pengendalian lainnya dalam mengendalikan hama walang sangit. Adapun fungsi dari
penggunaan perangkap dari bahan keong yang dibusukkan tersebut adalah untuk
mengalihkan perhatian dari walang sangit tersebut karena dengan

perangkap

tersebut

walang sangit lebih tertarik berkunjung ketempat perangkap tersebut dibandingkan pada
bulir padi. Begitu juga jika dikombinasikan dengan bangkai kepiting maka akan
menghasilkan ketertarikan yang lebih kuat pada walang sangit.
Produksi Hasil Padi (kg/plot)
Hasil analisis sidik ragam menunjukkan perlakuan atraktan berpengaruh nyata antar
perlakuan terhadap produksi hasil padi. Hal ini dapat dilihat pada tabel 3.

Tabel 3. Rataan produksi hasil padi pada berbagai perlakuan atraktan
Rataan produksi hasil padi
Perlakuan
(kg/plot)
L1
63,86a
L2
57,02b
L3
64,49a
Keterangan : Angka yang diikuti dengan notasi huruf yang sama pada kolom yang samatidak berbeda nyata
pada uji jarak Duncan taraf 5 %.

Dari tabel 3, dapat dilihat bahwa produksi hasil padi paling banyak pada perlakuan L 3
(atraktan bangkai keong+bangkai kepiting) yaitu 64,49 kg/plot yang berbeda nyata terhadap
perlakuan L2 (atraktan bangkai kepiting) dan berbeda tidak nyata dengan perlakuan L1
(atraktan bangkai keong).
Dari tabel 3, dapat diketahui bahwa produksi hasil padi terendah pada perlakuan L2
(atraktan bangkai kepiting). Hal ini dikarenakan pada perlakuan tersebut, jumlah imago yang
terperangkap lebih sedikit dari pada perlakuan lain, sehingga imago yang menyerang tanaman
padi juga lebih banyak. Banyaknya padi yang terserang oleh walang sangit dapat menurunkan
produksi hasil padi karena walang sangit sangat menyukai padi terutama pada fase matang

Universitas Sumatera Utara

susu. Hal ini sesuai dengan pernyataan Zakiyah, et al (2015) bahwa walang sangit
(Leptocorisa acutaT., Coreidae:Hemiptera) adalah hama yang menyerang tanaman padi
setelah berbunga dengan caramenghisap cairan bulir padi menyebabkan bulir padi menjadi
hampa ataupengisiannya tidak sempurna.Selain itu dikatakan juga oleh Solikhin (2000)
bahwa ada perbedaan ketertarikan antara walang sangit dewasa jantan dengan yang
betina terhadap kepiting yang membusuk pada hari keenam, yaitu walang sangit dewasa
jantan tertarik sedangkan yang betina tidak tertarik; Ketertarikan walang sangit dewasa
jantan dipengaruhi oleh macam bahan yang membusuk, darah sapi yang membusuk
paling disenangi diikuti oleh keong emas (kepiting dan bekicot), dan daging iga sapi. Oleh
sebab itu hal ini juga menyebabkan tingkat ketertarikan walang sangit terhadap atraktan
bangkai kepiting menjadi lebih rendah.

Universitas Sumatera Utara

KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Intensitas serangan walang sangit terendah pada 1 – 3 MSA terdapat pada perlakuan L 3
yaitu masing – masing berturut – turut 4,03%, 7,15% dan 9,66%, dan yang terendah
terdapat pada perlakuan L 2.
2. Jumlah imagowalang sangit yang terperangkap paling banyak pada 1 – 3 MSA terdapat
pada perlakuan L3 yaitu masing – masing berturut – turut 4,83, 7,00 dan 9,67 imago dan
yang terendah terdapat pada perlakuan L2.
3. Produksi hasil padi paling banyak terdapat pada perlakuan L 3 yaitu 64,49 kg/plot dan yang
terendah terdapat pada perlakuan L 2.
Saran
Atraktan yang paling efektif mengendalikan walang sangit adalah atraktan bangkai
keong+bangkai

kepiting

(L3 ).

Disarankan

untuk

menggunakan

atraktan

bangkai

keong+bangkai kepiting (L3 ) dalam pengendalian walang sangit secara biologi.

Universitas Sumatera Utara