Kajian Ketahanan Beberapa Varietas Padi (Oryza sativa L.) Terhadap Penggerek Batang Padi Putih Scirpophaga innotata Wlk. (Lepidoptera ; Pyralidae) Di Rumah Kasa

(1)

KAJIAN KETAHANAN BEBERAPA VARIETAS PADI

(Oryza sativa L.) TERHADAP PENGGEREK BATANG PADI PUTIH

Scirpophaga innotata Wlk.

(Lepidoptera ; Pyralidae) DI RUMAH KASA

T E S I S

Oleh

SYAFRIZAL HASIBUAN

077001007/Agronomi

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

KAJIAN KETAHANAN BEBERAPA VARIETAS PADI

(Oryza sativa L.) TERHADAP PENGGEREK BATANG PADI PUTIH

Scirpophaga innotata Wlk.

(Lepidoptera ; Pyralidae) DI RUMAH KASA

T E S I S

Untuk Memperoleh Gelar Magister Sains Dalam Program Studi Agronomi Pada Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara

Oleh

SYAFRIZAL HASIBUAN

077001007/Agronomi

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(3)

Judul Tesis : KAJIAN KETAHANAN BEBERAPA VARIETAS PADI (Oryza sativa L. ) TERHADAP PENGEREK BATANG PADI PUTIH Scirpophaga innotata Wlk. (Lepidoptera ; Pyralidae) DI RUMAH KASA

Nama Mahsiswa : Syafrizal Hasibuan Nomor Pokok : 077001007

Program Studi : Agronomi

Menyetujui Komisi Pembimbing

Ketua Anggota

Prof. Dr. Ir. Darma Bakti, MS Prof. Dr. Dra. Maryani Cyccu Tobing, MS

Ketua Program Studi Dekan

Prof. Dr. Ir. B.S.J. Damanik, Msc Prof. Dr. Ir. Zulkifli Nasution, MSc, PhD


(4)

Telah di uji pada

Tanggal : 15 Desember 2009

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua

: Prof. Dr. Ir. Darma Bakti, MS.

Anggota

: 1. Prof. Dr. Dra. Maryani Cyccu Tobing, MS.

2. Prof. Dr. Ir. B. S. J. Damanik, MSc.

3. Dr. Ir. Hamidah Hanum, MP.

4. Dr. Ir. Lisnawita, MSi.


(5)

ABSTRACT

Syafrizal Hasibuan, “ Study on Varieties Resistant of Rice (Oryza sativa L) to Stem Borrer Scirpophaga innotata Wlk. (Lepidoptra : Pyralidae) in Screen House ” it was underperpised by Darma Bakti and Maryani Cyccu Tobing. The objective of this research is to study the resistant level of each variety to stem borer. This research was conducted from February to June, 2009 in screen house of Instalasi Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Pasar Miring, Kecamatan Pagar Merbau, Kabupaten Deli Serdang and located 25 meter above sea level. It was arranged by Random Block Design and three replications respectively consist of IR 64 (V1), Ciherang (V2), Cigeulis (V3) Cibogo (V4), Inpari 1 (V5), Widas (V6), Mekongga (V7), Gilirang (V8), Inpari VI (V9) Luk Ulo (V10).

The variables of observations here sevwrity of demage (%), the height of plant (cm), diameter of stem, number of buds, the age of panicle pront, number of panicle, harvesting age, number of contained grain, number of uncontained grain (%), type of stem leaf, and stem thickness. The results showed that Ciherang, Inpari I, Gilirang varieties were very susciptible and Cibogo, Widas, Mekongga, Inpari VI, Luk Ulo varieties were susciptible have nature up to rather susciptable, IR 64 and Cigeulis varieties were moderate.


(6)

ABSTRAK

Syafrizal Hasibuan, Kajian Ketahanan Beberapa Varietas Padi (Oryza sativa L.) Terhadap Penggerek Batang Padi Putih Scirpophaga innotata Wlk. (Lepidoptera;Pyralidae) Di Rumah Kasa dibimbingan Darma Bakti dan Maryani Cyccu Tobing. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji beberapa varietas tanaman padi yang toleran terhadap serangan penggerek batang padi putih (PBPP). Dilaksanakan di rumah kasa Instansi Penelitian dan Pengkajian Teknologi Pertanian (Ins. P2TP), Pasar Miring, Kecamatan Pagar Merbau, Kabupaten Deli Serdang, Propinsi Sumatera Utara, dengan ketinggian 25 m dpl. Penelitian dilaksanakan musim hujan sejak bulan Februari – Juni 2009. Menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) Non Faktorial terdiri dari 10 varietas dengan tiga ulangan. Varietas IR 64 (V1) sebagai pembanding, Ciherang (V2), Cigeulis (V3), Cibogo (V4), Inpari I (V5), Widas (V6), Mekongga (V7), Gilirang (V8), Inpari VI (V9), Varietas Lukulo (V10).

Peubah amatan yang diamati intensitas serangan (%), tinggi tanaman (cm), diameter batang, jumlah anakan perumpun ( batang ), umur keluar malai, jumlah malai perumpun, umur panen, jumlah gabah berisi permalai (butir), persentase gabah hampa permalai (%), bulu daun, tipe pelepah daun dan ketebalan batang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Varietas IR 64 dan Ciguelis bersifat agak tahan terhadap Penggerek batang padi putih. Varietas Cibogo, Widas, Mekongga, Inpari VI, Luk ulo bersifat agak peka dan pada varietas Ciherang, Inpari I, Gilirang bersifat sangat peka.


(7)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, atas berkat dan rahmat-Nya yang telah memberikan waktu, kesehatan serta keselamatan sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis tepat pada waktunya. Tesis ini berjudul “KAJIAN KETAHANAN BEBERAPA VARIETAS TANAMAN PADI (Oryza sativa. L) TERHADAP PENGGEREK BATANG PADI PUTIH Scirpophaga innotata Wlk. (Lepidoptera : Pyralidae) DI RUMAH KASA “ yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains dalam program studi Agronomi pada fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara

Terima kasih diucapkan kepada komisi pembimbing Prof. Dr.Ir. Darma Bakti. MS sebagai Ketua dan Prof. Dr. Dra. Maryani Cyccu Tobing. MS sebagai Anggota yang telah membimbing dan memberikan saran kepada penulis dalam penyelesaian tesis. Terima kasih penulis ucapkan kepada Prof. Dr. Ir. B.S.J. Damanik, MSc ; Dr.Ir. Lisnawita, SP. MSi dan Dr. Ir. Hamidah Hanum, MP., sebagai penguji yang telah memberikan waktunya untuk membimbing dan mengarahkan penulis secara sabar, tulus, dan ikhlas dalam penelitian dan penulisan tesis.

Tesis ini juga dapat diselesaikan dengan baik atas dukungan dari berbagai pihak yang terlihat dalam pelaksanaan penelitian yakni Kepala Instansi Penelitian dan Pengkajian Teknologi Pasar Miring Kabupaten Deli Serdang beserta staf yang telah memberikan izin pemakaian rumah kasa, lahan dan juga telah memberikan sumbangan berharga berupa ide dan pemikiran yang sangat membantu penelitian dan penulisan tesis, untuk itu penulis mengucapkan terima kasih.

Terima kasih juga penulis sampaikan kepada Prof.Dr.Ir. Zulkifli Nasution, MSc,PhD selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Prof.Dr.Ir.B.S.J.Damanik,MSc dan Prof. Dr. Ir. Rosmayati, MS., selaku ketua dan sekretaris prodi Agronomi beserta staf Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.


(8)

Terima kasih kepada ketua yayasan Universitas Asahan Drs. Risudin selaku bupati Asahan dan Rektor Universitas Asahan Prof. Dr. Ir. Darma Bakti, MS, yang telah membantu dana penelitian sehingga penelitian saya berjalan dengan lancar.

Terima kasih yang sangat mendalam penulis ucapkan kepada keluarga yaitu ayahanda Alrm. Nur Alif Hasibuan dan ibunda Hj. Zainab serta keluarga besar Hasibuan yaitu abang dan kakak yang telah memberikan kasih sayang, materi dan dorongan semangat sehingga penulis berhasil menyelesaikan tesis ini.

Terima kasih penulis ucapkan kepada rekan-rekan angkatan 2007 pasca sarjana S3 Agronomi dan angkatan 2008 pasca sarjana Agroekoteknologi, khususnya angkatan 2007 jurusan Agronomi S2. Untuk Budi Iskandar, bang Yusuf, Kak Hilda, Ibu Eli dan Bapak Sabar terima kasih banyak penulis ucapkan atas bantuan yang tak ternilai harganya. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan tesis ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Semoga budi baik yang telah diberikan menjadi amal ibadah dan mendapat rahmat dari Allah SWT., Amin.

Penulis menyadari tesis ini jauh dari kesempurnaan untuk itu penulis mohon maaf. Sungguhpun demikian penulis berharap semoga tesis ini dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak yang membutuhkan, khususnya di bidang pertanian.

Medan, Desember 2009


(9)

RIWAYAT HIDUP

SYAFRIZAL HASIBUAN, dilahirkan di Kisaran 21 Oktober 1976, anak kedelapan dari delapan bersaudara dari Bapak Alrm. Nur Alif Hasibuan dan Ibu Hj.Zainab. Tahun 2009 menikah dengan Sri Astuti, S.Pd

Pendidikan yang telah dijalani adalah Sekolah Dasar Negeri 010083 Kisaran, lulus tahun 1989, SMPN I Kisaran, lulus tahun 1992, SMAN I Kisaran, lulus tahun 1995. Program S1 pada Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara (USU) Medan Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan, lulus tahun 2001 dan mengikuti program S2 di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara (USU) Medan, jurusan Agronomi mulai tahun 2007 – 2009. Penulis merupakan dosen tetap yayasan Universitas Asahan sejak tahun 2009 – sekarang.

Organisasi yang diikuti yaitu Badan Usaha Fakultas (BUF) pada Fakultas Pertanian Universitas Asahan sebagai ketua periode 2008 – 2011.


(10)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

RIWAYAT HIDUP... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

I. PENDAHULUAN ... 1

Latar Belakang ... 1

Tujuan Penelitian ... 3

Hipotesis ... 3

Perumusan Masalah... 3

Manfaat Penelitian ... 3

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 4

Lingkungan Tumbuh dan Morfologi Padi ... 4

Penggerek Batang Padi Putih ... 5

Mekanisme ketahan Tanaman ... 8

III. BAHAN DAN METODA... 18

Waktu Dan Tempat ... 18

Bahan Dan Alat ... 18

Metode Penelitian ... 18

Analisis Data ... 19

Pelaksanaan Penelitian ... 19

Peubah Amatan ... 21

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ....... 26

Hasil ... 26

Pembahasan ... 32

V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 37

Kesimpulan ... 37

Saran ... 37


(11)

DAFTAR TABEL

No Judul Halaman

1 Tabel Rataan Tinggi Tanaman... 26

2 Tabel Rataan Diameter Tanaman... 27

3 Tabel Rataan Jumlah Anakan Tanaman... 28

4 Tabel Rataan Jumlah Malai Perumpun Tanaman... 29

5 Tabel Rataan Jumlah Gabah Berisi... 30

6 Tabel Rataan Persentase Gabah Hampa... 30


(12)

DAFTAR GAMBAR

No Judul Halaman

1 Gambar morfologi ketebalan batang... 11

2 Gambar Morfologi bulu daun... 11

3 Gambar Morfologi tipe pelepah daun ... 12

4 Gambar perbandingan morfologi bulu daun... 34

5 Gambar perbandingan morfologi ketebalan batang... 34


(13)

DAFTAR LAMPIRAN

No Judul Halaman

1 Tabel Rata-Rata Tinggi Tanaman dan Tabel Anova Tinggi... 41

2 Tabel Rata-Rata Diameter Tanaman dan Tabel Anova Diameter... 43

3 Tabel Rata-Rata Jumlah anakan dan Tabel Anova Jumlah anakan... 46

4 Tabel Rata-Rata Jumlah malai dan Tabel Anova Jumlah malai... 50

5 Tabel Rata-Rata Inten. serangan &Tabel Anova Inten. serangan... 53

6 Tabel Rata-Rata Jumlai Gabah hampah dan Tabel Anova Jlh malai... 56

7 Tabel Rata-Rata Jlh gabah berisi &Tabel Anova Jlh gabah berisi... 56

8 Deskripsi Varietas... 57

9 Bagan Penelitian... 62

10 Jadwal Penelitian... 64

11 Perbandingan Siklus Hidup PBPP... 65

12 Gambar Bulu Daun... 66

13 Tipe Daun... 67

14 Ketebalan Batang... 68


(14)

ABSTRACT

Syafrizal Hasibuan, “ Study on Varieties Resistant of Rice (Oryza sativa L) to Stem Borrer Scirpophaga innotata Wlk. (Lepidoptra : Pyralidae) in Screen House ” it was underperpised by Darma Bakti and Maryani Cyccu Tobing. The objective of this research is to study the resistant level of each variety to stem borer. This research was conducted from February to June, 2009 in screen house of Instalasi Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Pasar Miring, Kecamatan Pagar Merbau, Kabupaten Deli Serdang and located 25 meter above sea level. It was arranged by Random Block Design and three replications respectively consist of IR 64 (V1), Ciherang (V2), Cigeulis (V3) Cibogo (V4), Inpari 1 (V5), Widas (V6), Mekongga (V7), Gilirang (V8), Inpari VI (V9) Luk Ulo (V10).

The variables of observations here sevwrity of demage (%), the height of plant (cm), diameter of stem, number of buds, the age of panicle pront, number of panicle, harvesting age, number of contained grain, number of uncontained grain (%), type of stem leaf, and stem thickness. The results showed that Ciherang, Inpari I, Gilirang varieties were very susciptible and Cibogo, Widas, Mekongga, Inpari VI, Luk Ulo varieties were susciptible have nature up to rather susciptable, IR 64 and Cigeulis varieties were moderate.


(15)

ABSTRAK

Syafrizal Hasibuan, Kajian Ketahanan Beberapa Varietas Padi (Oryza sativa L.) Terhadap Penggerek Batang Padi Putih Scirpophaga innotata Wlk. (Lepidoptera;Pyralidae) Di Rumah Kasa dibimbingan Darma Bakti dan Maryani Cyccu Tobing. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji beberapa varietas tanaman padi yang toleran terhadap serangan penggerek batang padi putih (PBPP). Dilaksanakan di rumah kasa Instansi Penelitian dan Pengkajian Teknologi Pertanian (Ins. P2TP), Pasar Miring, Kecamatan Pagar Merbau, Kabupaten Deli Serdang, Propinsi Sumatera Utara, dengan ketinggian 25 m dpl. Penelitian dilaksanakan musim hujan sejak bulan Februari – Juni 2009. Menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) Non Faktorial terdiri dari 10 varietas dengan tiga ulangan. Varietas IR 64 (V1) sebagai pembanding, Ciherang (V2), Cigeulis (V3), Cibogo (V4), Inpari I (V5), Widas (V6), Mekongga (V7), Gilirang (V8), Inpari VI (V9), Varietas Lukulo (V10).

Peubah amatan yang diamati intensitas serangan (%), tinggi tanaman (cm), diameter batang, jumlah anakan perumpun ( batang ), umur keluar malai, jumlah malai perumpun, umur panen, jumlah gabah berisi permalai (butir), persentase gabah hampa permalai (%), bulu daun, tipe pelepah daun dan ketebalan batang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Varietas IR 64 dan Ciguelis bersifat agak tahan terhadap Penggerek batang padi putih. Varietas Cibogo, Widas, Mekongga, Inpari VI, Luk ulo bersifat agak peka dan pada varietas Ciherang, Inpari I, Gilirang bersifat sangat peka.


(16)

I. PENDAHULUAN

Latar Belakang

Padi (Oryza sativa) adalah komoditas tanaman pangan di Indonesia. Kecukupan beras merupakan usaha strategi pemerintah dalam memantapkan ketahanan pangan, ekonomi dan stabilitas politik nasional. Sebagian masyarakat menghendaki adanya pasokan dan harga beras yang stabil, berkualitas baik tersedia sepanjang waktu, tersalur secara merata, dengan harga terjangkau (Wiyono, 2008).

Kebutuhan beras nasional meningkat setiap tahun seiring dengan peningkatan jumlah penduduk. Kebutuhan beras nasional pada tahun 2007 mencapai 30,91 juta ton dengan asumsi konsumsi per kapita rata-rata 139 kg per tahun. Indonesia dengan rata-rata pertumbuhan penduduk 1,7 persen per tahun dan luas areal panen 11,8 juta hektar dihadapkan pada ancaman rawan pangan pada tahun 2030 (Pasaribu, 2006).

Dalam mendapatkan target produksi tersebut seperti mengembangkan Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) merupakan suatu model untuk meningkatkan hasil padi. PTT meliputi varietas unggul, perwilayahan, pergiliran varietas, prasarana khususnya rehabilitasi jaringan irigasi, penataan sistem distribusi pupuk dan penyediaan benih bermutu di tingkat petani, juga disebabkan oleh hama dan penyakit serta perubahan iklim. Kendala yang sering dihadapi oleh petani adanya Organisme Pengganggu Tanaman (OPT). Salah satu diantaranya adalah hama tanaman, dimana hama ini menimbulkan gangguan tanaman secara fisik, dapat disebabkan oleh serangga, tungau, vertebrata, moluska (Wiyono, 2008).

Hama merupakan kendala yang perlu selalu diantisipasi perkembangannya karena dapat menimbulkan kerugian bagi petani. Menurut BPTPH Sumut, hama dan penyakit yang seringkali merusak tanaman padi dalam kurun waktu 10 tahun terakhir adalah tikus dengan luas serangan rata-rata 124.000 ha/tahun, diikuti oleh penggerek batang (80.127 ha/tahun), wereng coklat


(17)

(28.222 ha/tahun). Oleh karena itu, hama ini perlu mendapat prioritas penanganan di samping hama potensial lainnya seperti belalang, lembing batu, ganjur, dan keong mas (BPTPH, 2008).

Untuk meningkatkan produksi padi adalah memperbaiki kultur teknik budidaya padi sawah dan menanam padi hibrida atau varietas unggul bersertifikat. Varietas unggul berperan penting dalam program peningkatan produksi padi. Selain berdaya hasil lebih tinggi 5–8 ton/ha, berumur pendek, 110–135 hari, dengan umur yang lebih pendek, petani dapat meningkatkan intensitas penanaman dari satu menjadi dua kali padi atau lebih pertahun. Varietas unggul memiliki keunggulan seperti tahan terhadap hama, penyakit tertentu, rasa nasi dan respon terhadap pupuk (Wihardjaka dan Makarim, 1999).

Menurut Beck (1965), ketahanan tanaman pada serangga meliputi semua ciri dan sifat tanaman yang memungkinkan tanaman terhindar, mempunyai daya tahan atau daya sembuh dari serangga dalam kondisi yang akan menyebabkan kerusakan lebih besar pada tanaman lain dari species yang sama.

Kebanyakan tanaman padi yang ditanam petani adalah varietas unggul, yang berproduksi tinggi dan berumur pendek. Namun demikian, penanaman padi dari varietas unggul belum sepenuhnya diikuti dengan penggunaan benih yang berkualitas karena hampir semua varietas yang digunakan memilki deskripsi hanya tahan terhadap wereng coklat Lampiran 8, belum ada varietas yang memiliki deskripsi tahan terhadap penggerek batang putih sehingga penulis tertarik menguji sejauh mana varietas padi tersebut tahan terhadap penggerek batang padi putih (PBPP).

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui varietas–varietas yang tahan atau toleran terhadap penggerek batang padi putih.


(18)

Hipotesis

Dari beberapa varietas yang dicoba akan didapatkan varietas tahan atau toleran terhadap penggerek batang padi putih.

Perumusan Masalah

Untuk mengetahui tingat ketahanan varietas-varietas yang diuji apakah tahan atau toleran terhadap penggerek batang padi putih.

Manfaat Penelitian

a. Untuk mendapatkan varietas yang tahan atau toleran sebagai komponen utama pengendalian hama terpadu (PHT) padi.


(19)

II. TINJAUAN PUSTAKA

Lingkungan Tumbuh dan Morfologi Padi

Padi membutuhkan curah hujan pertahun + 200 mm/bulan, dengan distribusi selama empat bulan atau 1.500–2.000 mm. Padi dapat tumbuh baik pada suhu di atas 23oC. Pada ketinggian 0– 65 m dpl, dengan suhu 26,5–22,5 oC. Tanaman padi memerlukan sinar matahari untuk proses fotosintesis, terutama pada saat berbunga sampai proses pemasakan. Pada tekstur tanah membutuhkan adanya lumpur, tumbuh baik pada tanah dengan ketebalan atasnya antara 18–22 cm, terutama tanah muda

pH 4–7 (Prihatman, 2000).

Padi dapat tumbuh dari dataran rendah sampai dataran tinggi. Di Indonesia kebanyakan padi padi sawah (85–90%), sedangkan sebagian kecil lainnya (10–15%) diusahakan sebagai padi gogo (Taslim dkk, 1988). Pertumbuhan padi dibagi menjadi 3 fase yaitu fase vegetatif, fase reproduktif dan fase pemasakan. Fase vegetatif meliputi pertumbuhan tanaman mulai saat berkecambah sampai inisiasi primordial malai. Pada fase reproduktif dimulai dari inisiasi primordia malai sampai tanaman berbunga dan fase pemasakan dimulai dari masa berbunga sampai masak panen. (Yoshida, 1981).

Tahap anakan dimulai dari pembentukan anakan primer dari tunas samping pada salah satu buku dibawahnya. Anakan yang tumbuh berasal dari masing–masing ketiak daun dan setelah terbentuknya anakan primer maka dimulai pembentukan anakan sekunder. Pada tahap ini tanaman dengan cepat bertambah tinggi dan anakan meningkat jumlahnya selain anakan primer dan sekunder, selanjutnya anakan tersier akan terbentuk dan tanaman menjadi semakin tinggi dan besar (De Data, 1981).


(20)

Tanaman berhenti menghasilkan anakan sekunder setelah anakan tersier dihasilkan. Pertumbuhan anakan tersier menyangkut dua tahap yaitu :

a. Tahap anakan maksimum, yang ditandai dengan bertambahnya anakan tersier hingga pada suatu titik yang disebut jumlah anakan maximum. Pada tahap ini anakan bertambah hingga sukar dibedakan dari batang utamanya, setelah tahapan anakan anakan maximum beberapa anakan mati dan jumlah anakan berkurang

b. Tahap pemanjangan batang, tahap ini dimulai sebelum inisiasi malai padi varietas berumur dalam, sedangkan pada varietas berumur genjah, pemanjangan dan inisiasi malai terjadi bersamaan (DeData, 1981).

Penggerek Batang Padi Putih (PBPP) PBPP Scirpophaga innotata (Lepidoptera; Pyralidae)

Nomenklatur dan Taxonomi

Spesies ini ditemukan di Serawak oleh Walker, tahun 1863 dan diberi nama Tipanaea innotata dari. Selanjutnya Snellen memberi nama untuk Sumatera Scirpophaga serecea (innotata). Walker dan Van Der Got 1925 mengubah namanya menjadi Scirpophaga=Tryproryza dan ditetapkan tahun 1960. Akhirnya tahun 1981 oleh Lawvanich namanya menjadi Scirpophaga innotata (Walker) (Li, 1991).

Biologi, Siklus Hidup Penyebaran dan Kerusakan yang Ditimbulkan

PBPP dewasa aktif pada malam hari, tertarik dengan cahaya sinar ultraviolet (fototropik) dan cahaya hijau terang. Menyukai keadaan lembab dengan jarak tanam yang rapat atau banyak rumput sekitar areal tanaman, ukuran dewasa jantan lebih kecil dari betina, kemampuan terbang 5–10 km, melaksanakan perkawinan pada malam hari dan hanya sekali. Memiliki tumpukan bulu panjang berwarna putih pada bagian toraks, berwarna putih bersih, (Sudhir et al., 2005). Telur


(21)

dihasilkan sebanyak 142-160 butir, nisbah kelamin jantan dan betina 1 : 2,3–9,3, masa hidup PBPP 4–5 hari (Li, 1991). Serangga dewasa berukuran 11-13 mm, rentangan sayap 24–24 mm, mata hitam, palpi putih, antena gelap dan tungkai putih (Sosromarsono, 1990).

Telur dihasilkan secara berkelompok selama 2–4 hari, satu kelompok telur terdiri dari 50– 80 telur dikeluarkan setiap malam, 1-3 kelompok telur dikeluarkan berlangsung selama 10–35 menit. Telur menyukai kelembaban 90–100% dimana kelembaban tersebut dijumpai pada menjelang pagi, kecepatan angin sangat rendah, sedikit curah hujan dan aktivitas predator (Sudhir et al., 2005). Inkubasi telur 3–9 hari, sekelompok telur dilapisi dengan benang-benang berwarna putih (Li, 1991), telur berwarna putih kekuningan, ukuran telur 3,5–6 mm, bentuk telur bulat lonjong dengan bagian dorsal cembung dan bagian ventral datar, panjang + 0,65 mm, lebar 0,55 mm, kelompok telur terlihat tumpang tindih seperti susunan genteng dan jika akan menetas warna menjadi kelabu kehitaman (Sosromarsono, 1990).

Larva instar I bergerak ke arah bawah bumi (geotropik) dengan bergerak ke atas (ujung daun) untuk masuk ke lapisan daun memerlukan 1,5 jam (Sudhir et al., 2005). Masa larva 19-61 hari terdiri dari 6 instar. Larva berwarna putih dengan cahaya kuning terang. Larva dewasa berukuran panjang 25 mm (Li, 1991).

Larva instar I baru keluar berwarna kelabu kusam, kepala dan pronotum berwarna hitam kecoklatan dan mengkilap kemudian berwarna putih kelabu, panjang tubuh 2,0–2,4 mm dan lebar + 0,45 mm, memiliki kaki palsu 9 buah. Instar II warna tidak berubah panjang 3,5 mm dengan jumlah kaki palsu 11-13 buah. Instar III kepala dan pronotum berwarna coklat muda panjang tubuh 6,5 mm, jumlah kaki palsu 17 buah. Instar IV pinggir pronotum berwarna kehitaman dan kepala coklat muda warna tubuh putih kekuningan jumlah kaki palsu 31 buah dan panjang 13 mm. Instar V panjang 25 mm jumlah kaki palsu 29-32 buah, berwana putih kekuningan dengan bagian darah dorsal membayang kehitaman. Instar VI ulat berdiapause, korset berjumlah 34–38 buah (Sosromarsono, 1990).


(22)

Masa pupa 7–11 hari (Li, 1991). Pupa berwarna putih-kekuningan, spirakel terlihat sebagai bintik coklat muda. Panjang pupa 12 mm, lebar 2 mm. (Sosromarsono, 1990).

Penggerek batang padi putih (PBPP) tersebar luas di Asia, dataran Pacific, Malaysia Timur, Indonesia dan Australia, tetapi S. innotata merupakan hama yang sangat berbahaya bagi Indonesia. Stadia perusak yang paling besar adalah masa larva terutama pada waktu peralihan musim dingin ke musim panas dimana tergantung dari panjang hari, suhu dan keadaan tanaman (Li, 1991).

Serangan pada saat pengisian malai mengakibatkan bulir padi kosong berwarna putih dan disebut gejala bulir putih (malai hampa atau beluk) pada masa generatif. Peristiwa ini terjadi disebabkan larva sudah berada pada bagian dasar tanaman padi dari masa vegetatif. Saat tanaman masih muda sudah terserang disebut mati anakan atau sundep.

 Larva menyerang dengan cara merusak pada bagian dalam lapisan daun tanaman dan menyebabkan terjadinya gejala warna kuning keputihan (pucat secara membujur daerah yang terserang menjadi layu dan mengering dan daun menggulung.

 Larva PBPP memakan bagian titik tumbuh dan meninggalkan anakan sedikit dan bulir menjadi hampa.

 Beberapa jaringan yang telah rusak akibat larva PBPP. Masuk atau keluarnya dari batang dan tangkai malai yang dalam satu jaringan tanaman muda yang telah terserang PBPP memiliki siklus hidup yang pendek (cepat mati).

 Beberapa bagian tanaman yang tumbuh dari dasar setelah tangkai malai berisi maka serangan tidak membahayakan tetapi sangat bahaya jika tangkai malai pada saat baru pengisian bulir padi (Sosromarsono, 1990).


(23)

Mekanisme Ketahanan Tanaman

Resistensi merupakan salah satu karakter pada tanaman yang dapat diwariskan. Karakter ini berperan penting dalam menekan gangguan yang dapat disebabkan oleh jasad pengganggu. Resistensi suatu tanaman dapat dikategorikan tinggi, intermediat, ataupun rendah. Istilah lain yang masih berkaitan dengan ketahanan tanaman adalah imunitas. Istilah ini ditujukan pada tanaman yang resisten secara sempurna terhadap serangan suatu patogen. Imunitas bersifat absolut dan patogen sama sekali tidak dapat menimbulkan gangguan pada tanaman, bagaimanapun kondisi lingkungannya. Akan tetapi, di alam peristiwa tersebut merupakan hal yang sangat langkah. Toleran, juga merupakan istilah yang seringkali digunakan dalam bahasan ketahanan tanaman. Tanaman yang toleran walaupun dapat diserang oleh jasad pengganggu, namun tidak menunjukkan kehilangan hasil yang signifikan (Endrizal, 2004).

Menurut Painter (1951), terdapat tiga mekanisme yang ditunjukkan tanaman dalam menghambat serangan hama, yaitu:

1. Antibiosis, yaitu mekanisme yang mempengaruhi atau menghancurkan siklus hidup hama. 2. Nonpreference (sekarang disebut antixenosis), menghindarkan tanaman dari serangan hama

dalam pencarian makan, peletakan telur, atau tempat tinggal serangga. Namun, bila hama tak menemukan alternatif tanaman lain, kerusakan parah pada tanaman tetap dapat terjadi. 3. Toleran, menunjukkan daya tahan tanaman terhadap serangan hama, misalnya dengan tetap

memberikan hasil tanaman yang baik. Tidak seperti halnya pada antibiosis dan antixenosis yang berpengaruh terhadap populasi hama, toleran tidak berpengaruh terhadap populasi hama.

Faktor yang mempengaruhi peka dan tahannya suatu tanaman terhadap suatu hama dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu :


(24)

™ Faktor genetis

Ketahanan genetik tanaman terhadap hama dapat diwariskan sebagai sifat monogenik sederhana dengan gen-gen penentunya mungkin dominan sebagian atau sempurna ataupun resesif. Kultivar padi unggul seperti PB 26, PB 28, PB 30, PB 34, dan Asahan merupakan contoh-contoh kultivar padi yang tahan terhadap wereng coklat dengan gen ketahanan dominan Bph1. Gen ketahanan tersebut diperoleh dari tetua Mudgo yang diwariskan secara sederhana. Sedangkan varietas lain seperti Cisadane, tahan terhadap wereng coklat oleh adanya gen resesif bph2 yang diperoleh dari tetua CR94-13 (Endrizal, 2004).

Berdasarkan susunan dan sifat gen, ketahanan genetik dapat dibedakan menjadi : (1) Monogenik, sifat tahan diatur oleh satu gen dominan atau resesif,

(2) Oligenonik, sifat tahan diatur oleh beberapa gen yang saling menguatkan satu sama lain.

(3) Polygenik, sifat tahan diatur oleh banyak gen yang saling menambah dan masing-masing gen memberikan reaksi yang berbeda-beda terhadap biotipe hama sehingga mengakibatkan timbulnya ketahanan yang luas.

Ketahanan genetik juga dapat dibedakan menjadi :

™ Ketahanan vertikal yaitu ketahanan hanya terhadap suatu biotip hama dan biasanya bersifat sangat tahan tetapi mudah patah oleh munculnya biotip baru.

™ Ketahanan horizontal atau ketahanan umum, ketahanan terhadap banyak biotip hama dengan derajat ketahanan “ agak tahan “.


(25)

Faktor genetis ini meliputi : A. Morfologi tanaman

Serangan hama dipengaruhi oleh faktor morfologis tanaman, misalnya trikom, rambut pada daun dan batang, lapisan berlignin pada organ tanaman, tipe dan ukuran kaliks, berbuah kecil-kecil dan bertandan, warna dan bentuk daun, jaringan periderm (pada ubi jalar), lapisan lilin pada permukaan daun, daun yang mengkilat (Sudhir et al., 2005). Morfologi dan anatomi sebagai dasar ketahanan secara umum varietas yang tinggi dengan luas daun dan batang yang besar lebih peka. Beberapa faktor morfologi tanaman yang peka antara lain : tinggi tanaman, diameter batang besar dan lebar dan daun bendera sehingga dengan mudah serangga meletakan telur. Varietas terdiri dari lapisan yang jaringan transparan, dan terbesar di daerah bawah jaringan sclerenchusmatous, dan lebar nomor dari sel silicia yang ditemukan sebagai untuk ketahanan.

Menurut Smith (1989), ketahanan tanaman terhadap serangga menurut morfologi tanaman salah satu diantaranya yaitu trikom (bulu daun) dan ketebalan jaringan pembuluh dapat dilihat pada Gambar di bawah ini

Gambar 1 : Morfologi ketebalan batang tanaman yang tahan dan yang peka terhadap hama penggerek gambar 1a SAT= jenis rentan ; gambar 1b RES= jenis tahan


(26)

Pada bulu daun Smith (1989), menggambarkan bahwa yang tahan terhadap serangga dapat dilihat gambar di bawah ini.

Gambar 2 : Morfologi bulu-bulu daun tanaman yang tahan dan yang peka terhadap hama penggerek gambar (a) = jenis rentan ; gambar (b) = jenis tahan (Sumber : Smith 1989)

Bentuk tipe pelepah daun dapat juga sebagai salah satu sifat ketahanan tanaman karena dengan tipe pelepah yang saling menutupi maka larva tidak mudah masuk kedalam jaringan tanaman. Hal ini dapat dilihat pada gambar dibawah ini

Gambar 3 : Morfologi tipe pelepah daun tanaman yang tahan dan yang peka terhadap hama penggerek


(27)

B. Biokimia

Beberapa kandungan senyawa kimia diidentifikasi berpengaruh terhadap serangan hama, misalnya glikoalkaloid, phenol, cucurbitacin, sinigrin, glukosinolat dan isochlorogenic acid.

™ Faktor luar

Faktor luar (fluktuasi lingkungan didasarkan oleh ruang dan waktu)

1. Kepekaan adalah ketidakmampuan tanaman kualitas kebakaan (bawaan) yang membawa sifat tahan.

2. Pseudoresistance mungkin bisa terjadi pada tanaman yang secara normal karena beberapa sebab.

¾ Tanaman selamat dari hama karena ditanam lebih awal .

¾ Ketahanan yang dimasukan oleh karena dorongan lingkungan yang bersifat sementara seperti suhu panjang hari kimia tanah kandungan tanah atau metabolisme internal tanaman.

Menurut Painter (1951), ada 4 strategi dasar yang digunakan tanaman sebagai mekanisme pertahanan dirinya untuk mengurangi kerusakan akibat serangan serangga herbivor yaitu :

1. Escape atau menghindar serangan serangga berdasarkan waktu atau tempat, misalnya tumbuh pada tempat yang tidak mudah diakses oleh herbivor atau menghasilkan bahan kimia penolak herbivor.

2. Tanaman toleran terhadap herbivor dengan cara mengalihkan herbivor untuk makan bagian yang tidak penting bagi tanaman atau mengembangkan kemampuan untuk melakukan penyembuhan dari kerusakan akibat serangan herbivor

3. Tanaman menarik datangnya musuh alami bagi herbivor yang dapat melindungi tanaman tersebut dari serangan herbivor.

4. Tanaman melindungi dirinya sendiri secara konfrontasi menggunakan mekanisme pertahan kimia atau mekanik seperti menghasilkan toksin yang dapat membunuh herbivor atau dapat


(28)

mengurangi kemampuan herbivor untuk mencerna tanaman itu yang sering disebut dengan antibiosis.

Salah satu usaha untuk menanggulangi kendala produksi adalah melakukan perakitan varietas padi unggul. Sejak tahun 1971 telah dilepas lebih dari 90 varietas padi unggul. Untuk dapat melakukan perakitan varietas padi unggul diperlukan keragaman yang luas di dalam sifat-sifat yang diperlukan sebagai sumber genetik dan tersedianya metode seleksi yang andal untuk mendapatkan sifat yang diinginkan. Pemuliaan tanaman secara konvensional sering menghadapi hambatan-hambatan seperti inkompatibilitas, tidak tersedianya sumber gen yang diinginkan, kompleksnya sistem pengujian, dan sebagainya. Mengingat permasalahan tersebut maka diperlukan cara dan metode lain untuk membantu mengatasinya.

Evaluasi ketahanan atau toleransi terhadap hama, penyakit dilakukan untuk mempermudah pemanfaatannya. Karakterisasi dan evaluasi dilakukan berdasarkan standard internasional dengan sistem yang sudah baku seperti yang dilakukan Bank Gen padi IRRI (International Rice gene Bank Collection Information Institute = IRGCIS). Evaluasi ini didasarkan pada :

™ Ketahanan terhadap hama : wereng coklat, wereng punggung putih, penggerek batang, ganjur

™ Ketahanan terhadap penyakit : blas, hawar daun bakteri, virus tungro, lempuh daun, hawar daun jingga dan daun bergaris putih

™ Toleransi terhadap cekaman abiotik : lahan masam, keracunan Fe, keracunan Al, kekeringan, dan genangan (Endrizal, 2004).

Potensi lain yang sekaligus merupakan kekuatan dalam upaya peningkatan produksi padi adalah teknologi usahatani padi yang sudah cukup maju dan relatif dikuasai petani. Varietas unggul berdaya hasil tinggi dan toleran terhadap cekaman lingkungan biotik dan abiotik cukup tersedia. Teknologi pemupukan, pengelolaan tanaman, dan pengendalian organisme pengganggu


(29)

tanaman (OPT) secara umum sudah dikuasai petani. Juga tenaga kerja untuk usahatani padi cukup tersedia. Potensi ini sangat mendukung upaya peningkatan produksi padi di Indonesia.

Berdasarkan efek yang dapat dilihat, mengelompokkan sistem ketahanan tanaman terhadap serangga herbivora menjadi tiga, yaitu antixenosis, antibiosis, dan toleran. Antixenosis merupakan proses penolakan tanaman terhadap serangga ketika proses pemilihan inang karena terhalang oleh adanya struktur morfologi tanaman seperti trikoma pada batang, daun, dan kulit yang tebal dan keras yang bertindak sebagai barier mekanis bagi serangga hama (Suharsono, 2006).

Kerusakan tanaman oleh hama dapat mencapai lebih dari 50%, tetapi belum pernah ada dalam sejarah bahwa suatu spesies tanaman musnah dari alam, disebabkan oleh hama. Hal ini menggambarkan bahwa secara alamiah tanaman mempunyai sistem perlindungan terhadap hama sehingga menjadi tahan. Suatu varietas disebut tahan apabila :

(1) Memiliki sifat-sifat yang memungkinkan tanaman itu menghindar, atau pulih kembali dari serangan hama pada keadaan yang akan mengakibatkan kerusakan pada varietas lain yang tidak tahan,

(2) Memiliki sifat-sifat genetik yang dapat mengurangi tingkat kerusakan yang disebabkan oleh serangan hama,

(3) Memiliki sekumpulan sifat yang dapat diwariskan, yang dapat mengurangi kemungkinan hama untuk menggunakan tanaman tersebut sebagai inang, atau

(4) Mampu menghasilkan produk yang lebih banyak dan lebih baik dibandingkan dengan varietas lain pada tingkat populasi hama yang sama (Sosromarsono, 1990 ; Muhuria, 2003). Sedangkan menurut Morrill (1995), ketahanan tanaman terhadap hama dapat berupa :

1. Avoidance (tanaman menyelesaikan siklus hidupnya sebelum munculnya hama). 2. Tolerance (tanaman mampu memperbaiki kembali dari serangan hama).


(30)

3. Antibiosis (tanaman menghasilkan toksin yang dapat membunuh atau menghambat pertumbuhan hama).

Uji toleransi dilakukan untuk mengetahui kemampuan untuk memperbaiki kembali tanaman setelah mengalami kerusakan akibat serangan hama. Dalam hal ini, hama hadir pada tanaman inang, namun kerusakan dan kerugian yang ditimbulkan dapat diminimalisir karena kemampuan varietas tersebut untuk memperbaiki dan mengganti kerusakan yang diinduksi oleh hama sehingga tanaman dapat melanjutkan pertumbuhannya kembali. Variabel yang diukur pada uji toleransi tanaman seperti : toleransi tanaman padi terhadap wereng coklat adalah : jumlah anakan baru, tinggi tanaman, dan komponen hasil (Heinrich, 1980).

Konsep pengendalian hama penggerek batang padi dilakukan diversifikasi varietas unggul dan pergiliran tanaman pada satu hamparan, Ketahanan tanaman inang, dapat bersifat : (1) genetik, sifat tahan diatur oleh sifat genetik yang dapat diwariskan, (2) morfologik, sifat tahan yang disebabkan oleh sifat morfologi tanaman yang tidak menguntungkan hama, dan (3) kimiawi, ketahanan yang disebabkan oleh zat kimia yang dihasilkan oleh tanaman (Muhuria, 2003).

Berdasarkan gambaran di atas, dapat disimpulkan bahwa pemanfaatan varietas unggul dengan tipe ketahanan vertikal hanya akan efektif bila :

1. Hama yang dikendalikan merupakan satu-satunya hama yang menyebabkan turunnya produksi (tidak ada hama lain),

2. Varietas ini tidak ditanam secara terus menerus tetapi harus dirotasikan dengan tanaman lain, 3. Tidak diusahakan secara besarbesaran dalam hamparan yang luas, dan

4. Ditanam dengan sistem tumpang sari

Tipe ketahanan ini dikendalikan oleh gen tunggal (monogenik) atau oleh beberapa gen (oligogenik) dan hanya efektif terhadap biotipe hama tertentu. Secara umum sifat ketahanan vertikal mempunyai ciri-ciri : (1) biasanya diwariskan oleh gen tunggal atau hanya sejumlah kecil gen, (2) relatif mudah diidentifikasi dan banyak dipakai dalam program perbaikan ketahanan


(31)

genetik, (3) biasanya dikaitkan dengan hipotesis “gen for gen” dari flor, (4) menghasilkan ketahanan genetik tingkat tinggi, tidak jarang mencapai imunitas, tetapi jika timbul biotipe baru maka ketahanan ini akan mudah patah dan biasanya tanaman menjadi sangat rentan terhadap biotipe tersebut, dan (5) biasanya menunda awal terjadinya epidemi, tetapi apabila terjadi epidemi maka kerentanannya tidak akan berbeda dengan kultivar yang rentan (Sosromarsono, 1990).


(32)

III. BAHAN DAN METODA

Tempat dan Waktu

Penelitian ini dilaksanakan di rumah kasa Instansi Penelitian dan Pengkajian Teknologi Pertanian (Ins. P2TP), Pasar Miring, Kecamatan Pagar Merbau, Kabupaten Deli Serdang, Propinsi Sumatera Utara, dengan ketinggian 25 m dpl. Penelitian dilaksanakan musim hujan sejak bulan Februari – Juni 2009.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan adalah benih varietas IR 64 (V1) sebagai kontrol, Ciherang (V2), Cigeulis (V3), Cibogo (V4), Inpari I (V5), Widas (V6), Mekongga (V7), Gilirang (V8), Inpari IV (V9), Varietas Lukulo (V10), pupuk kandang, urea, SP 36, KCl.

Alat yang digunakan adalah cangkul, ember 26 l, timbangan, mistar, sabit bergerigi, plastik, karet gelang, kayu label, ajir bambu, amplop kertas, tabung reaksi ukuran diameter 1 cm dan panjang 15 cm, pinset, kuas, kaca pembesar, mikroskop, ember dan alat-alat tulis.

Metode Penelitian

Metode penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) non Faktorial dan diulangan sebanyak 3 kali, terdiri dari 10 varietas serta sebagai pembanding adalah varietas IR 64. Kesepuluh varietas tersebut ditanam 3 tanaman pada setiap ember ukuran 26 l. dan diulang sebanyak tiga kali. Setiap ember, diambil sampel tanaman secara acak sebanyak 1 tanaman, sehingga dari 30 ember, percobaan diperoleh sebanyak 30 tanaman sampel. Denah petak percobaan dapat dilihat pada Lampiran 9


(33)

Analisis Data

Untuk mengetahui pengaruh masing–masing perlakuan yang diuji digunakan analisis ragam ( ANOVA ) dengan persamaan sebagai berikut :

Yij = µ + τi + βj + Єij Dimana :

Yij = Nilai pengamatan dari perlakuan ke – i dalam kelompok ke - j µ = Nilai tengah populasi

τi = Pengaruh adiftif dari perlakuan ke - i βj = Pengaruh adiftif dari kelompok ke - j

Єij = Pengaruh galat percobaan dari perlakuan ke – i pada kelompok ke - j

Selanjutnya untuk melihat beda rataan antara taraf pada masing–masing perlakuan yang minimal berpengaruh nyata hasil anova data uji dengan Uji Beda Nyata Jarak Ganda Duncan (UJGD)

Pelaksanaan Penelitian

Pengisian Tanah pada Media Tanam

Siapkan 30 ember ukuran 26 l dan tanah bagian topsoil yang telah dicampur dengan pupuk kandang dengan perbandingan 1 : 1. Tanah tersebut dimasukan ke dalam ember sebanyak ¾ bagian, dengan menggunakan cangkul. Selanjutnya ember disusun dengan 1 baris sebanyak 10 ember dan dibuat dengan 3 baris. Jarak antar varietas 20 cm dan jarak antar ulangan 25 cm.


(34)

Persemaian dan Penanaman

Benih direndam dalam air larutan garam 3%, kemudian dipisahkan benih bernas dari yang hampa. Untuk mencegah penyakit busuk daun (blast), sebelum benih ditabur terlebih dahulu dicampur dengan fungisida, dengan dosis 8 g/kg benih Kemudian disebar sebanyak 20 benih/ember untuk satu varietas. Ketika bibit berdaun 2 - 3 atau berumur 1 - 15 hari tanaman disiangi, dan sisakan 3 batang tanaman/ember, di tiap ember di airi 1 cm3. Media tanam disusun sesuai dengan Lampiran 6, seminggu kemudian diberikan pupuk urea, SP35, KCl dengan dosis masing-masing 10 g/ m2.

Pemeliharaan

Pencegahan hama dan penyakit dilakukan secara intensif pada perlakuan benih. Untuk pengendalian gulma dilakukan 2 minggu sekali dari persemaian hingga panen. Pada umur tanaman 2 minggu setelah tanam maka diberikan perlakuan pemupukan sampai panen dilakukan sesuai dengan kebutuhan dengan menggunakan indikator warna daun.

Pengaturan Air

Ke dalam ember terus diberi air sesuai dengan kebutuhan tanaman dan saat inokulasi hama, air diberikan secukupnya sehingga kondisi macak-macak.

Pemupukan

Pemupukan Urea dilakukan 3 kali dengan dosis 10 gr/ember yang diberikan masing– masing pada umur 7 hst, 21 hst dan 42 hst. Pemberian SP 36 dan KCl diberikan bersama Urea pada tahap kedua dengan didasarkan pada alat indikator daun dengan Rekomendasi jenis pupuk dan dosis pemupukan (Lampiran 23).


(35)

Penetapan Tanaman Sampel

Tanaman yang digunakan sebagai sampel ditetapkan dengan menandai 1 tanaman dalam setiap ember secara acak, sehingga jumlah sampel didapatkan sebanyak 30 sampel.

Inokulasi Larva Penggerek Batang Padi Putih ke Tanaman Uji

Larva instar 1 yang berasal dari lapangan diambil kemudian diinokulasikan dengan cara memasukkan 5 ekor ke bagian pangkal daun dekat batang, pada saat tanaman berumur 6 mst dilakukan pengamatan sundep dan 9 mst untuk pengamatan beluk. Pengamatan dilakukan pada saat 2 minggu setelah inokulasi dan skoring ketahanan dihitung berdasarkan persentase intensitas serangan.

Peubah Amatan Tinggi Tanaman (cm)

Tinggi tanaman diukur dengan alat meteran mulai dari permukan tanah sampai ujung daun tertinggi setelah diluruskan pengukuran dilakukan umur 2 mst, 4 mst, 6 mst, 8 mst, 10 mst, 12 mst yang diamati dari 1 tanaman/ember.

Diameter Batang

Diameter batang tanaman diukur dengan alat jangka sorong pengukuran dilakukan umur 2 mst, 4 mst, 6 mst, 8 mst, 10 mst, 12 mst yang diamati dari 1 tanaman/ember.

Jumlah Anakan Perumpun (Batang)

Jumlah anakan/rumpun dihitung dari tiap rumpun yang ditetapkan sebagai sampel, dengan cara menghitung semua jumlah batang dikurangi dua batang. Penghitungan jumlah anakan/rumpun dilakukan pada umur 2 mst, 4 mst, 6 mst, 8 mst, 10 mst, 12 mst.


(36)

Umur Keluar Malai

Umur keluar malai yaitu jumlah hari sejak sebar sampai saat 50% dari tanaman dalam petak percobaan malai sudah keluar.

Jumlah Malai/rumpun

Dihitung pada umur 50 hst, 60 hst, 70 hst, 80 hst, 90 hst dan 100 hst dengan cara menghitung seluruh jumlah malai yang sudah keluar kecuali yang masih terbungkus di batang.

Umur Panen

Umur panen yaitu jumlah hari sejak sebar sampai saat 80% dari tanaman dalam petak percobaan siap panen.

Jumlah Gabah Berisi Permalai (Butir)

Dihitung pada waktu panen dari masing–masing sampel. Caranya dengan merontokan gabah dari masing–masing tangkai malai.

Persentase Gabah Hampa Permalai (%)

Dipisahkan gabah hampa dari gabah berisi, kemudian dihitung persentase gabah hampa dengan rumus sebagai berikut :

% 100 x total gabah Jumlah

hampa gabah

Jumlah hampa

gabah

Persentase =

Morfologi Daun

Diamati pada umur 50 hst, 60 hst, 70 hst, 80 hst dan 100 hst dengan cara mengamati daun tegak atau merunduk dan bulu-bulu daun diamati pada mikroskop setelah selesai percobaan.


(37)

Tipe Pelepah Daun

Diamati pada umur 50 hst, 60 hst, 70 hst, 80 hst dan 100 hst dengan cara mengamati pelepah daunnya jenis terbuka atau tertutup sebagian.

Ketebalan Batang

Diamati setelah selesai percobaan kemudian batang padi dipotong secara melintang dengan ketebalan 1 mm dan diamati menggunakan mikroskop.

Intensitas Serangan (%)

Intensitas serangan yang dapat menimbulkan kerusakan mutlak dihitung dengan melakukan pengamatan sebanyak 6 kali, mulai tanaman berumur 2 mst, 4 mst, 6 mst, 8 mst, 10 mst, 12 mst. Untuk menghitung intensitas kerusakan digunakan rumus sebagai berikut :

( )

% 100 .

. x N Z

v n I

z

o i

i i

= = Dimana :

I = Intensitas serangan kerusakan tanaman dalam hamparan (%) ni = Banyaknya bagian tanaman contoh dengan skala kerusakan vi vi = Nilai skala kerusakan contoh ke - i

N = Jumlah tanaman/bagian tanaman contoh yang diamati Z = Nilai skala kerusakan tertinggi


(38)

Menurut (IRRI 2006) skoring untuk ketahanan terhadap hama dihitung berdasarkan persentase intensitas serangan.

a) Tingkat ketahanan terhadap serangan hama penggerek pada tahap vegetatif (sundep), yaitu :

Intensitas Serangan Skala Keterangan

0 0 Sangat Tahan

1 – 20 1 Tahan

21 – 40 3 Agak Tahan

41 – 60 5 Agak Peka

61 – 80 7 Peka

81 – 100 9 Sangat Peka

b) Tingkat ketahanan terhadap serangan hama penggerek pada tahap generatif (beluk), yaitu : Intensitas Serangan Skala Keterangan

0 0 Sangat Tahan

1 – 10 1 Tahan

11 – 25 3 Agak Tahan

26 – 40 5 Agak Peka

41 – 60 7 Peka


(39)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Tinggi Tanaman (cm)

Hasil pengamatan terhadap tinggi tanaman pada varietas IR 64, Cigeulis dan Inpari VI memiliki tinggi 105,27 cm ; 102,50 cm dan 102,00 cm. Tinggi tanaman tersebut berbeda nyata dengan tinggi tanaman lain ini dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1 : Rataan tinggi tanaman padi (cm) umur 2 mst, 4 mst, sebelum di inokula- sikan dan 6 mst, 8 mst, 10 mst, 12 mst setelah di inokulasikan hama PBPP

Rataan Tinggi Tanaman Varietas

2 mst 4 mst 6 mst 8 mst 10 mst 12 mst V1 28.53 a 45.83 a 67.53 c 79.63 c 88.50 c 105.27 c V2 32.37 b 47.20 a 58.17 a 61.77 a 57.07 a 51.23 a V3 41.47 c 58.87 c 76.20 c 89.63 c 96.43 c 102.50 c V4 33.03 b 44.73 b 53.70 b 66.20 b 70.43 b 81.80 b V5 29.50 a 44.27 a 73.10 a 77.50 a 75.07 a 82.57 b V6 23.40 a 43.43 b 50.90 b 62.03 b 75.20 b 95.00 b V7 30.50 a 49.30 b 65.80 b 77.67 b 86.00 b 96.60 b V8 28.40 a 45.30 a 51.47 a 59.93 a 63.77 a 74.20 a V9 34.30 b 48.00 b 64.37 b 74.47 b 86.77 b 102.00 c V10 23.90 a 45.93 a 57.20 a 64.43 a 75.27 a 89.50 a Keterangan : Angka pada lajur yang dikuti dengan notasi huruf yang sama tidak

berbeda nyata pada taraf 5 % menurut uji jarak Duncan (DMRT)

Varietas IR 64 dan Cigeulis yang menunjukkan pertumbuhan yang normal dan tidak berbeda nyata, pada Ciherang, Gilirang dan Inpari I. Tidak berbeda nyata menunjukkan bahwa tinggi tanaman tersebut menurun akibat serangan PBPP. Untuk varietas Luk Ulo memang tidak berbeda nyata dengan Varietas Ciherang ini disebabkan karena tinggi varietas Luk Ulo maksimal 96 cm. Untuk varietas Cibogo, Widas, Mekongga, Inpari VI terlihat adanya kekuatan tanaman untuk mengatasi serangan PBPP tersebut ini dapat dilihat dari 8 – 10 mst tidak berbeda nyata.


(40)

Diameter Batang

Hasil pengamatan terhadap diameter batang menunjukan bahwa tidak ada perbedaan nyata dari mulai 2 – 6 mst. Pada 8 -12 mst, terlihat ada berbeda nyata antara varietas satu dengan varietas lainnya. Hal ini disebabkan PBPP mulai menampakan gejala serangannya. Perbedaan nyata ini dapat dilihat pada Tabel 2 di bawah ini.

Tabel 2 : Diameter tanaman padi (cm) umur 2 mst, 4 mst, sebelum di inokulasikan dan 6 mst, 8 mst, 10 mst, 12 mst setelah di inokulasikan hama PBPP

Rataan Diameter Tanaman Varietas

2 mst 4 mst 6 mst 8 mst 10 mst 12 mst V1 0.21 a 0.45 a 0.62 a 0.83 b 1.14 b 1.14 b V2 0.16 a 0.54 a 0.60 a 0.60 a 0.60 a 0.60 a V3 0.43 a 0.47 a 0.71 a 0.79 b 1.28 b 1.28 b V4 0.46 a 0.48 a 0.60 a 0.76 b 0.98 b 0.98 b V5 0.21 a 0.48 a 0.65 a 0.66 a 0.66 a 0.66 a V6 0.19 a 0.52 a 0.64 a 0.80 b 1.21 b 1.21 b V7 0.27 a 0.42 a 0.65 a 0.77 b 0.96 b 0.96 b V8 0.21 a 0.51 a 0.57 a 0.57 a 0.57 a 0.57 a V9 0.16 a 0.49 a 0.60 a 0.82 b 1.15 b 1.15 b V10 0.16 a 0.48 a 0.54 a 0.68 b 0.88 b 0.88 b Keterangan : Angka pada lajur yang dikuti dengan notasi huruf yang sama tidak

berbeda nyata pada taraf 5 % menurut uji jarak Duncan (DMRT)

Dari Tabel 2 dapat diketahui bahwa varietas Ciherang, Inpari I dan Gilirang berbeda nyata dengan varietas lainnya hal ini disebabkan gejala serangan dari PBPP tersebut.

Jumlah Anakan/rumpun (Batang)

Jumlah anakan tertinggi yaitu terdapat pada varietas IR 64 dan Cigeulis yaitu 27,67 dan 27,33, dibandingkan dengan varietas lain. Hal ini terlihat pada Tabel 3.

Semua varietas mengalami penurunan jumlah anakan, setelah di inokulasikan PBPP. Pada 8 mst varietas IR 64, Cigeulis dan Mekongga tidak berbeda nyata. Sedangkan pada varietas Cibogo, Widas, Inpari VI dan Luk Ulo terjadi penurunan jumlah anakan pada 8 mst. Untuk


(41)

varietas Ciherang, Inpari I dan Gilirang terjadi penurunan dari 6 mst dan tidak ada lagi pertambahan jumlah anakan karena PBPP tersebut mnyerang titik tumbuh dari anakan. Dapat dilihat Tabel 3 pada 10-12 mst.

Tabel 3 : Jumlah Anakan tanaman padi (batang) umur 2 mst, 4 mst, sebelum di inoku- lasikan dan 6 mst, 8 mst, 10 mst, 12 mst setelah di inokulasikan hama PBPP

Rataan Jumlah Anakan tanaman padi (batang) Varietas

2 mst 4 mst 6 mst 8 mst 10 mst 12 mst V1 3.33 a 8.33 a 15.67 a 23.33 b 32.33 b 27.67 b V2 3.00 a 8.00 a 17.33 a 13.00 a 13.00 a 8.00 a V3 3.67 a 9.67 a 20.00 b 20.00 b 29.33 b 27.33 b V4 3.00 a 8.67 a 15.33 a 10.33 a 23.67 b 20.67 b V5 2.67 a 10.00 a 16.67 a 11.67 a 11.67 a 6.00 a V6 3.00 a 7.67 a 16.00 a 11.00 a 20.67 b 17.00 b V7 3.33 a 9.67 a 18.00 a 19.00 b 25.67 b 22.33 b V8 2.33 a 9.33 a 17.33 a 12.33 a 12.33 a 5.67 a V9 3.00 a 8.67 a 16.33 a 15.67 b 24.00 b 21.33 b V10 2.33 a 8.00 a 18.33 a 18.33 b 26.33 b 23.00 b Keterangan : Angka pada lajur yang dikuti dengan notasi huruf yang sama tidak

berbeda nyata pada taraf 5 % menurut uji jarak Duncan (DMRT) Jumlah Malai Perumpun

Jumlah malai tertinggi terdapat pada varietas IR 64 = 22,33 dan terendah varietas Gilirang dan Ciherang yaitu 4,33 dan 5,67 hal ini dapat dilihat Tabel 4.

Tabel 4 : Jumlah Malai Perumpun tanaman padi umur 50 mst, 60 mst, 70 mst, 80 mst, 90 mst, setelah di inokulasikan hama PBPP

Rataan Jumlah Malai Perumpun Varietas

50 mst 60 mst 70 mst 80 mst 90 mst V1 0.33 a 5.00 b 20.33 b 22.33 b 22.33 b

V2 0.00 a 1.00 a 5.00 a 5.67 a 5.67 a

V3 0.67 a 3.33 b 13.67 b 16.33 b 16.33 b

V4 0.67 a 1.33 a 6.33 a 8.67 a 8.67 a

V5 0.00 a 3.67 b 9.67 b 12.33 b 12.33 b

V6 0.33 a 1.33 a 7.67 a 9.00 a 9.00 a

V7 0.00 a 2.67 b 7.67 b 11.33 b 11.33 b

V8 0.00 a 0.33 a 4.00 a 4.33 a 4.33 a

V9 0.33 a 4.00 b 8.33 b 14.00 b 14.00 b V10 0.00 a 2.00 b 9.00 b 14.67 b 14.67 b Keterangan : Angka pada lajur yang dikuti dengan notasi huruf yang sama tidak


(42)

Dari Tabel 4 diatas terlihat pada 50 mst semua varietas tidak berbeda nyata. Perbedaan nyata terlihat dari 60-90 mst, hal ini menunjukan adanya pengaruh kerusakan akibat gerekan PBPP tersebut. Jumlah malai pada varietas IR 64, Cigeulis, Inpari I, Mekongga,Inpari VI dan Luk Ulo tidak berbeda nyata, sedangkan hVarietas Ciherang, Cibogo, Widas, Gilirang tidak berbedanya nyata.

Jumlah Gabah Berisi Permalai (Butir)

Persentase gabah berisi tertinggi pada varietas IR 64, Inpari VI dan Cigeulis yaitu 3213,33 % ; 2572,33 % dan 2129,33 % dibandingkan dengan varietas lainnya. Dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5 : Rataan persentase gabah berisi setelah di inokulasikan hama PBPP

Varietas Rataan Persentase Gabah Berisi V1 3213.33 b V2 494.33 a V3 2129.33 b V4 731.33 a V5 883.33 a V6 778.33 a V7 1221.67 b V8 378.00 a V9 2572.33 b V10 1184.00 a

Keterangan : Angka pada lajur yang dikuti dengan notasi huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5 % menurut uji jarak Duncan (DMRT)

Dari Tabel 5 terlihat bahwa varietas IR 64, Cigeulis, Mekongga, Inpari VI tidak berbeda nyata begitu juga varietas Ciherang, Cibogo, Inpari I, Widas, Gilirang.

Persentase Gabah Hampa Permalai (%)

Persentase gabah hampa tertinggi yaitu varietas Ciherang yaitu 43,55 %. Membuktikan bahwa varietas Ciherang tidak dapat dipanen hasilnya hal ini dapat dilihat pada Tabel 6.


(43)

Tabel 6 : Rataan persentase gabah hampa setelah di inokulasikan hama PBPP Varietas Rataan Persentase

Gabah Hampa V1 4.41 a V2 43.55 a V3 13.75 a V4 12.11 a V5 24.54 a V6 14.06 a V7 12.87 a V8 29.54 a V9 19.02 a V10 17.36 a

Keterangan : Angka pada lajur yang dikuti dengan notasi huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5 % menurut uji jarak Duncan (DMRT)

Dari Tabel 6 menunjukkan hasil tidak berbeda nyata. Ini membuktikan bahwa gabah hampa tersebut memiliki perbandingan yang sesuai dari masing-masing varietas.

Intensitas Serangan (%)

Untuk Intensitas serangan tertinggi terdapat pada varietas Inpari I, Ciherang, dan Gilirang dibandingkan dengan varietas lain. Ini terdapat pada 8 mst s/d 12 mst, hal ini dapat dilihat pada Tabel 7. Sehingga varietas Inpari I, Ciherang dan Gilirang telah terserang PBPP yang mengakibatkan gejala serangan dari matinya anakan dan gabahnya menjadi hampa.

Tabel 7 : Intensitas serangan tanaman padi (%) umur 6 mst, 8 mst, 10 mst, 12 mst setelah di inokulasikan hama PBPP

Rataan Intensitas Serangan Varietas

6 mst 8 mst 10 mst 12 mst V1 13.33 a 12.33 a 7.67 b 8.00 b V2 12.67 a 22.33 a 25.33 a 43.00 a V3 14.33 a 15.00 a 9.33 b 11.00 b V4 23.33 a 22.33 a 15.00 b 18.67 b V5 20.67 a 10.00 a 18.67 a 43.67 a V6 19.00 a 17.33 a 14.00 b 16.00 b V7 22.33 a 18.67 a 13.67 b 19.00 b V8 18.67 a 18.67 a 26.00 a 41.67 a V9 18.33 a 13.33 a 9.00 b 14.67 b V10 17.67 a 13.33 a 11.00 b 14.33 b Keterangan : Angka pada lajur yang dikuti dengan notasi huruf yang sama tidak


(44)

Pada Tabel 7 diatas pada 6 – 8 mst menunjukan hasil tidak berbeda nyata. Pada 10 – 12 mst terlihat perbedaan nyata dari masing varietas tersebut.

Pembahasan

Pertumbuhan tinggi tanaman pada 6-12 mst Tabel 1, terlihat ada 3 huruf yang berbeda nyata. Hal ini menunjukkan ada 3 sifat varietas yang berbeda, yakni varietas IR 64 dan Cigeulis memiliki sifat agak tahan. Pertumbuhan tinggi dari kedua varietas tersebut sesuai dengan pertumbuhan tinggi tanaman padi yang dikemukakan oleh Vergara (1990), bahwa masa vegetatif yang tinggi terlihat pada 55 hst merupakan fase vegetatif. Kerusakan yang ditimbulkan akibat serangan PBPP tersebut tidak nyata sehingga pertumbuhan tinggi tanaman terus meingkat sesuai dengan umur tanaman dan mencapai titik optimum.

Pada varietas Cibogo, Widas, Mekongga dan Inpari VI bersifat agak peka. Hal ini disebabkan pertumbuhan tinggi tanaman mengalami gangguan sehingga tidak dapat tumbuh tinggi dengan baik pada waktu tertentu, mengakibatkan pertumbuhan yang berikutnya pada masa generatif menjadi tertunda.

Varietas Ciherang, Inpari I dan Gilirang memiliki sifat peka terhadap petumbuhan tinggi tanaman padi, serangan PBPP tersebut menghambat pertumbuhan tinggi, karena menggerek pucuk-pucuk tanaman mengakibatkan pertumbuhan tanam terhambat, kemudian tanaman akan mati. Varietas Luk Ulo memiliki nilai yang sama yaitu tidak berbeda nyata dengan varietas Ciherang, Inpari I dan Gilirang. Tetapi varietas Luk Ulo dari 2-12 mst terus mengalami pertumbuhan mencapi tinggi 89,50cm, membuktikan untuk tinggi tanaman pada varietas Luk Ulo tidak mengalami gangguan akibat gerekan PBPP. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 1. Menurut Situmorang dkk (2006), bahwa varietas Luk Ulo memiliki tinggi tanaman tertinggi 96 cm


(45)

Dari Table 2 untuk diameter tanaman pada 2-6 mst, pada kesepuluh varietas yang dicobakan memiliki nilai tidak berbeda nyata, karena PBPP belum menampakkan gejala gerekan dan kesepuluh varietas tersebut masih menampakkan pertumbuhan vegetatif. Gejala gerekan pada diameter tanaman tampak pada 8-12 mst terlihat nilai berbeda nyata. Ini membuktikan gerekan PBPP sudah terlihat mengakibatkan diameter tanaman akibat gerekan ukurannya tetap tidak bertambah sebab pertambahan anakan sudah tidak terjadi. Menurut Soemarsono (1990) larva PBPP memakan bagian titik tumbuh dan meninggalkan anakan sedikit dan bulir menjadi hampa

Varietas Ciherang, Inpari I, Gilirang, Cibogo dan Widas memilki sifat yang peka ini dapat dilihat pada tabel 2, 3, 4, 5 dan 6 memiliki nilai yang tidak berbeda nyata. Pertumbuhan tanaman menjadi terhambat disebabkan gerekan PBPP, dan akhirnya tanaman menjadi mati. Kecuali pada varietas Cibogo dan Widas tanaman tersebut tidak memiliki sifat peka. Hal ini terlihat Tabel 5 dan 6 bahwa nilai tidak berbeda nyata dengan varietas IR 64 dan Cigeulis. Disebabkan kedua varietas tersebut memiliki diameter batang yang kecil dan jumlah anakan yang rendah, sehingga nilainya tidak berbeda nyata dengan varietas yang sifatnya peka.

Pada Tabel 6 untuk jumlah persentase gabah hampa terlihat tidak berbeda nyata dari kesepuluh varietas yang dicobakan. Hal ini disebabkan jumlah gabah hampa pada masing-masing varietas sesuai dengan jumlah gabah hampa pada tanaman yang tidak ada serangan PBPP, sehingga tidak memberikan pengaruh nilai yang berbeda nyata.

Untuk intensitas serangan yang rendah pada varietas agak tahan dan agak peka menunjukan bahwa produksi hasil tanaman pada varietas tersebut tidak mengalami penurunan hasil yang nyata. Sehingga hal ini sesuai dengan pendapat Endrizal, (2004). Toleran juga merupakan istilah yang seringkali digunakan dalam bahasan ketahanan tanaman. Tanaman yang toleran walaupun dapat diserang oleh jasad pengganggu, namun tidak menunjukkan kehilangan hasil yang signifikan.


(46)

Pada varietas IR 64 memiliki morfologi daun, yang bulu daun rapat dan panjang, tipe pelepah daun saling menutupi diameter batang yang padat ini dapat dilihat pada Gambar 4 di bawah ini.

a b c

Gambar 4 : Gambar a = Bulu-bulu daun varietas IR 64 ; Gambar b = Bulu-bulu daun varietas Ciherang ; Gambar c = Bulu-bulu daun varietas Cigeulis

Dari Gambar 4 membuktikan bahwa tanaman padi memiliki sifat yang tahan terhadap hama karena memiliki bulu daun yang panjang dan runcing. Hanya jumlah dan panjang yang berbeda dari masing-masing varietas. Jika dibandingkan gambar varietas Ciherang dengan IR 64 dan Cigeulis maka varietas yang memiliki morfologi bulu daun yang tajam dan rapat terdapat pada varietas IR 64 dan Cigeulis dibandingkan dengan varietas Ciherang.

Untuk morfologi diameter batang dapat dilihat pada Gambar 5 di bawah ini

a b c

Gambar 5: Gambar a = Ketebatan batang varietas IR 64 ; Gambar b = ketebalan batang varietas Ciherang ; Gambar c = Bulu-bulu daun varietas Cigeulis

Dari Gambar 5 diatas terlihat bahwa varietas yang memiliki sifat yang tahan terhadap hama. Dengan morfologi diameter batang yang tebal terdapat pada varietas IR 64 dan Cigeulis dibandingkan dengan varietas Ciherang. Karena memiliki diameter yang tebal yang mengakibatkan PBPP sulit bergerak. Hal ini sesuai dengan literatur Smith, (1989) pada Gambar1


(47)

Untuk morfologi tipe pelepah daun dapat dilihat pada gambar dibawah ini

a b c

Gambar 6 : Gambar a = Tipe pelepah daun varietas IR 64 ; Gambar b = Tipe pelepah daun varietas Ciherang ; Gambar c = Tipe pelepah daun varietas Cigeulis

Gambar 6 diatas terlihat bahwa varietas yang memiliki morfologi tipe pelepah daun yang saling menutupi, sehingga menyulitkan larva PBPP sulit masuk kedalam jaringan tanaman. Pada Gambar 6 varietas IR 64 dan Cigeulis jelas terlihat tipe pelepah daunnya menutupi dibandingkan dengan varietas Ciherang. Pada Varietas Ciherang memiliki sifat tanaman tinggi, diameter batang besar dan susunan pelepah tidak kompak sehingga varietas Ciherang memiliki sifat yang peka. Hal ini sesuai dengan pendapat Sudhir et al., (2005). Bahwa dasar tanaman yang peka terhadap PBPP dilihat dari morfologi dan anatomi tanaman meliputi tanaman yang tinggi, diameter batang yang besar dan susunan pelepah yang tidak kompak atau tersusun rapat.

Varietas IR 64 dan Cigeulis memiliki sifat agak tahan terhadap PBPP karena memiliki sifat dapat memulihkan gerekan batang dan memiliki sifat morfologi yang tahan terhadap hama PBPP. Hal ini sesuai dengan pernyataan Lamuhuria (2003), bahwa kerusakan tanaman oleh hama dapat mencapai lebih dari 50%, tetapi belum pernah ada dalam sejarah bahwa suatu spesies tanaman musnah dari alam, semata-mata disebabkan oleh hama. Menggambarkan bahwa secara alamiah tanaman mempunyai sistem perlindungan terhadap hama sehingga menjadi tahan. Suatu varietas disebut tahan apabila :


(48)

1. Memiliki sifat-sifat yang memungkinkan tanaman itu menghindar, atau pulih kembali dari serangan hama pada keadaan yang akan mengakibatkan kerusakan pada varietas lain yang tidak tahan,

2. Memiliki sifat-sifat genetik yang dapat mengurangi tingkat kerusakan yang disebabkan oleh serangan hama,

3. Memiliki sekumpulan sifat yang dapat diwariskan, yang dapat mengurangi kemungkinan hama untuk menggunakan tanaman tersebut sebagai inang, atau

4. Mampu menghasilkan produk yang lebih banyak dan lebih baik dibandingkan dengan varietas lain pada tingkat populasi hama yang sama (Sosromarsono, 1990).

Uji toleransi dilakukan untuk mengetahui kemampuan penyembuhan kembali tanaman setelah mengalami kerusakan akibat serangan hama. Dalam hal ini, hama hadir pada tanaman inang, namun kerusakan dan kerugian yang ditimbulkan dapat diminimalisir karena kemampuan varietas tersebut untuk memperbaiki dan mengganti kerusakan yang diinduksi oleh hama sehingga tanaman dapat melanjutkan pertumbuhannya kembali. Variable yang diukur pada uji toleransi tanaman (contoh : toleransi tanaman padi terhadap wereng coklat) adalah : jumlah anakan baru, tinggi tanaman, dan komponen hasil (Heinrich, 1980)


(49)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan

a. Varietas IR 64, Cigeulis memiliki sifat agak tahan terhadap PBPP.

b. Varietas Cibogo, Widas, Mekongga, Inpari VI dan Luk Ulo memiliki sifat agak peka terhadap PBPP.

c. Varietas Ciherang, Inpari I dan Gilirang memiliki sifat peka terhadap PBPP.

d. Sifat yang agak tahan yaitu memiliki tinggi tanaman 100-115 cm, jumlah anakan banyak, diameter batang 0,65-0,75 cm, jumlah malai banyak dan tipe pelah daun menutupi, bulu daun rapat dan tinggi serta diameter batang tebal ini terdapat pada varietas IR 64 dan Cigeulis.

2. Saran

a. Agar petani jika bertanam padi hendaknya menggunakan varietas Cigeulis dan IR 64 secara bergiliran karena relatif tahan terhadap penggerek batang padi putih.


(50)

DAFTAR PUSTAKA

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 2002. Pengelolaan Tanaman dan Sumber Daya Terpadu Padi Sawah Irigasi. Departemen Pertanian. Bogor. Beck, S.D 1965. Report on European Corn Borer resistance in Vestigation Iowa State

Col Jour.

BPTPH, 2008, Data Komulatif Serangan Penggerek Batang Tanaman Padi Sawah Propinsi Sumatera Utara.tahun 2004 s/d Sept. 2008, Medan.

BPTP, 2005, Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, Bogor. Hal 2 - 37 Dedata, S.K. 1981. Principles and Practices of Rice Production. Jhon Wiley & Sons.

New York. Pp 152 – 162, 348, 363 – 364.

Endrizal 2004 Penulis adalah Peneliti pada BPTP Propinsi Jambi Dimuat pada Tabloid Sinar Tani, Jambi

Heinrich, E.A. 1980. Varietal resistant to the brown planthopper and yellow

stemborer. In Rice Improvement in China and Other Asian Countries. IRRI and Chinese Acad. Agric. Sci. p. 195-218.

IRRI Rice Knowledge Bank , 2006 Informasi Ringkas Teknologi Padi http : // balitpa. litbang.deptan.go.id; htpp://www.puslittan.bogor.net; www. litbang. deptan. go.id; www.knowledgebank.irri.org

Muhuria La, 2003, Strategi Perakitan Gen-Gen Ketahanan Terhadap Hama, Pengantar Falsafah Sains (Pps702) Posted: 17 November 2003 Institut Pertanian Bogor, Bogor

Morrill, W.L., Insect Pest of small grains, (1995), APS Press, St Paul, Mineasota Painter, H. 1951 Insect Resistance in Crop Plants, The Macmillan Company,

New York

Pasaribu, B. 2006. Poverty profile and the alleviation programs in Indonesia. Paper presented in Asian Regional Seminar on Poverty Allevation, held by AFPPD and IFAD, 5-6 April 2006, Hanoi, Vietnam.

Prihatman Kemal, 2000, Budidaya Padi, Pendayagunaan Dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan Dan Teknologi, Jakarta hal 3-7

Situmorang dkk, 2006, Deskripsi Varietas (Padi dan Palawija), UPT Balai Pengawasan Benih dan Sertifikasi Benih IV Dinas Pertanian Pemerintah SUMUT, Medan


(51)

Suharsono, 2006, Antixenosis Morfologis Salah Satu Faktor Ketahanan Kedelai Terhadap Hama Pemakan Polong 1) Diterbitkan Di Bul. Palawija No. 12: 29– 34 (2006). Buletin Palawija No. 11, 2006

Sosromarsono Soemartono, 1990, Bioekologi dan Strategi PengendalianTerpadu Penggerek Batang Padi Putih, Schirpophaga innotataWlk (Lepidoptera : Pyralidae)

Sudhir K., Srivastava, R. Biswas, D.K. Garg, B.K. Gyawali, N.M.M. Haque, P. Ijaj, Saroj Jaipal, N.Q. Kamal, P. Kumar, M. Pathak, P.K. Pathak, C.S. Prasad, M. Ramzan, A. Rehman, M. Rurmzan, M. Salim, A. Singh, U.S. Singh and S.N. Tiwari, 2005, Management of Stem Borers of Rice and Wheat in Rice- wheat System of Pakistan, Nepal, India and Bangladesh Rice-Wheat Consortium for the Indo-Gangetic Plains CG Block, National Agriculture Science Centre (NASC) Complex, DPS Marg, Pusa Campus, New Delhi 110 012, India

Li. C.S, 1991, Technical Bulletin, No 171, The Biology And Ecology Of The White Stemborer (S. Innotata Walker) In Northern Australia CS.Li, Department Of Primary Industry And Fisheries Darwin NT 0800 Hal 5-8

Taslim, H ; Soetjipto partohardjono dan djunainah, 1988. Bercocok Tanam Padi Dalam Ismanadji, M ; Soetjipto partohardjono; M. syam dan A. widjono (penyunting). Padi Buku I. Pusat penelitian dan pengembangan tanaman pangan. Bogor. Hal 167

Wihardjaka, A. dan A.K. Makrim, 1999, Pengaruh Pupuk, Varietas Dan Fungisida Tehadap Perkembangan Beberapa Penyakitr Padi. Jurnal Penelitian Pertanian Tanaman Pangan, Bogor 484 – 490

Wiyono, S. 2008, Perubahan Iklim dan Ledakan Hama dan Penyakit Tanaman,

Departemen Proteksi Tanaman Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor, Bogor Yoshida, S. 1981, Fundamental of rice crop science. IRRI los banos Laguna

Philippine. Pp 2 – 4, 25 – 30, 132 – 135, 235 – 239.


(52)

LAMPIRAN

Lampiran 1 :

Tabel Tinggi Tanaman Padi pada dan Sidik Ragam (Anova) 2 mst, 4 mst, 6 mst, 8 mst, 10 mst, 12 mst

Tabel Tinggi Tanaman Padi pada Umur 2 mst Varietas

/ Blok I II III Total Rataan

VI 25.6 31.2 28.8 85.60 28.53

V2 26.1 32.2 38.8 97.10 32.37

V3 40.2 40.6 43.6 124.40 41.47

V4 33.5 27.4 38.2 99.10 33.03

V5 28.9 28.4 31.2 88.50 29.50

V6 13.4 29.2 27.6 70.20 23.40

V7 33.2 28.5 29.8 91.50 30.50

V8 20.5 25.6 39.1 85.20 28.40

V9 34.8 36.2 31.9 102.90 34.30

V10 19.2 27.1 25.4 71.70 23.90

Total 275.40 306.40 334.40 916.20 30.54

Tabel Sidik Ragam (Anova) 2 mst

SK db JK KT Fhitung F-Tabel

5% 1%

Ulangan 2 174.20000 87.1 4.08 tn 3.55 6.01 Varietas 9 743.52533 82.61393 3.87 ** 2.46 3.60

Galat 18 384.28667 21.34926

Total 29 1302.01200

KK = 15,13 %

Tabel Tinggi Tanaman Padi pada Umur 4 mst Varietas

/ Blok I II III Total Rataan

VI 50.1 47.1 40.3 137.50 45.83

V2 41.1 42.1 58.4 141.60 47.20

V3 56.2 50.5 69.9 176.60 58.87

V4 46.5 40.9 46.8 134.20 44.73

V5 39.1 42.2 51.5 132.80 44.27

V6 38.6 49.5 42.2 130.30 43.43

V7 47.6 45.1 55.2 147.90 49.30

V8 31.2 47.8 56.9 135.90 45.30

V9 46.6 49.2 48.2 144.00 48.00

V10 47.9 49.3 40.6 137.80 45.93

Total 444.90 463.70 510.00 1418.60 47.29

Tabel Sidik Ragam (Anova) 4 mst

SK db JK KT Fhitung F-Tabel

5% 1%

Ulangan 2 224.50467 112.2523 2.46 tn 3.55 6.01 Varietas 9 531.13467 59.01496 1.29 tn 2.46 3.60

Galat 18 822.53533 45.69641

Total 29 1578.17467


(53)

Tabel Tinggi Tanaman Padi pada Umur 6 mst Varietas

/ Blok I II III Total Rataan

VI 71.6 59.8 71.2 202.60 67.53

V2 50.8 61.5 62.2 174.50 58.17

V3 76.7 74.3 77.6 228.60 76.20

V4 57.3 52.9 50.9 161.10 53.70

V5 71.2 72.2 75.9 219.30 73.10

V6 47.2 54.4 51.1 152.70 50.90

V7 63.8 64.8 68.8 197.40 65.80

V8 65.5 39.1 49.8 154.40 51.47

V9 69.8 62.4 60.9 193.10 64.37

V10 58.8 52.9 59.9 171.60 57.20

Total 632.70 594.30 628.30 1855.30 61.84

Tabel Sidik Ragam (Anova) 6 mst

SK db JK KT Fhitung F-Tabel

5% 1%

Ulangan 2 88.33067 44.16533 1.35 tn 3.55 6.01 Varietas 9 2148.14700 238.683 7.29 ** 2.46 3.60

Galat 18 588.99600 32.722

Total 29 2825.47367

KK = 9,25 %

Tabel Tinggi Tanaman Padi pada Umur 8 mst Varietas

/ Blok I II III Total Rataan

VI 84.2 71.6 83.1 238.90 79.63

V2 53.1 62.1 70.1 185.30 61.77

V3 89.6 89.5 89.8 268.90 89.63

V4 69.1 62.1 67.4 198.60 66.20

V5 72.4 78.6 81.5 232.50 77.50

V6 60.6 60.1 65.4 186.10 62.03

V7 72.5 79.3 81.2 233.00 77.67

V8 79.4 39.2 61.2 179.80 59.93

V9 75.3 74.2 73.9 223.40 74.47

V10 69.6 62.3 61.4 193.30 64.43

Total 725.80 679.00 735.00 2139.80 71.33

Tabel Sidik Ragam (Anova) 8 mst

SK db JK KT Fhitung F-Tabel

5% 1%

Ulangan 2 180.36267 90.18133 1.56 tn 3.55 6.01 Varietas 9 2621.00533 291.2228 5.03 ** 2.46 3.60

Galat 18 1042.57067 57.92059

Total 29 3843.93867


(54)

Tabel Tinggi Tanaman Padi pada Umur 10 mst Varietas

/ Blok I II III total rataan

VI 91.2 81.2 93.1 265.50 88.50

V2 37.2 64.2 69.8 171.20 57.07

V3 96.2 95.8 97.3 289.30 96.43

V4 73.1 62.3 75.9 211.30 70.43

V5 69.2 72.4 83.6 225.20 75.07

V6 76.6 72.6 76.4 225.60 75.20

V7 78.8 88.1 91.1 258.00 86.00

V8 88.6 28.6 74.1 191.30 63.77

V9 82.1 88.4 89.8 260.30 86.77

V10 77.8 73.2 74.8 225.80 75.27

Total 770.80 726.80 825.90 2323.50 77.45

Tabel Sidik Ragam (Anova) 10 mst

SK db JK KT Fhitung F-Tabel

5% 1%

Ulangan 2 493.09400 246.547 1.77 tn 3.55 6.01 Varietas 9 3929.48833 436.6098 3.13 * 2.46 3.60

Galat 18 2512.19267 139.5663

Total 29 6934.77500

KK = 15,25 %

Tabel Tinggi Tanaman Padi pada Umur 12 mst Varietas

/ Blok I II III Total Rataan VI 104.4 103.6 107.8 315.80 105.27

V2 30 61.5 62.2 153.70 51.23

V3 100 103.2 104.3 307.50 102.50

V4 84.6 76.2 84.6 245.40 81.80

V5 74.2 84.6 88.9 247.70 82.57

V6 96.2 93.6 95.2 285.00 95.00

V7 84.2 102.4 103.2 289.80 96.60

V8 95.2 28.6 98.8 222.60 74.20

V9 101.2 102.4 102.4 306.00 102.00

V10 81.2 85.5 101.8 268.50 89.50

Total 851.20 841.60 949.20 2642.00 88.07

Tabel Sidik Ragam (Anova) 12 mst

SK db JK KT Fhitung F-Tabel

5% 1%

Ulangan 2 709.13067 354.5653 1.70 tn 3.55 6.01 Varietas 9 7319.22667 813.2474 3.91 ** 2.46 3.60

Galat 18 3745.66933 208.0927

Total 29 11774.02667


(55)

Lampiran 2 :

Tabel Diameter Tanaman Padi pada dan Sidik Ragam (Anova) 2 mst, 4 mst, 6 mst, 8 mst, 10 mst, 12 mst

Tabel Diameter Tanaman Padi pada Umur 2 mst Varietas

/ Blok I II III Total Rataan

VI 0.21 0.21 0.21 0.63 0.21

V2 0.15 0.17 0.15 0.47 0.16

V3 1.25 0.30 0.31 1.86 0.62

V4 0.98 0.28 0.16 1.42 0.47

V5 0.17 0.21 0.25 0.63 0.21

V6 0.14 0.19 0.24 0.57 0.19

V7 0.24 0.27 0.29 0.80 0.27

V8 0.13 0.23 0.27 0.63 0.21

V9 0.13 0.21 0.13 0.47 0.16

V10 0.11 0.19 0.18 0.48 0.16

Total 3.51 2.26 2.19 7.96 2.653333

Tabel Sidik Ragam (Anova) 2 mst

SK db JK KT Fhitung F-Tabel

5% 1%

Ulangan 2 0.11033 0.055163 1.10 tn 3.55 6.01 Varietas 9 0.65588 0.072876 1.45 tn 2.46 3.60

Galat 18 0.90554 0.050308

Total 29 1.67175

KK = 8,45 %

Tabel Diameter Tanaman Padi pada Umur 4 mst Varietas

/ Blok I II III Total Rataan

VI 0.46 0.42 0.48 1.36 0.45

V2 0.58 0.51 0.53 1.62 0.54

V3 0.43 0.53 0.46 1.42 0.47

V4 0.51 0.47 0.46 1.44 0.48

V5 0.48 0.53 0.42 1.43 0.48

V6 0.55 0.51 0.49 1.55 0.52

V7 0.43 0.42 0.42 1.27 0.42

V8 0.54 0.46 0.54 1.54 0.51

V9 0.47 0.53 0.47 1.47 0.49

V10 0.46 0.49 0.48 1.43 0.48


(56)

Tabel Sidik Ragam (Anova) 4 mst

SK db JK KT Fhitung F-Tabel

5% 1%

Ulangan 2 0.00139 0.000693 0.50 tn 3.55 6.01 Varietas 9 0.02987 0.003319 2.40 tn 2.46 3.60

Galat 18 0.02488 0.001382

Total 29 0.05614

KK = 0,77 %

Tabel Diameter Tanaman Padi pada Umur 6 mst Varietas

/ Blok I II III Total Rataan

VI 0.60 0.65 0.61 1.86 0.62

V2 0.60 0.57 0.62 1.79 0.60

V3 0.76 0.69 0.68 2.13 0.71

V4 0.60 0.70 0.50 1.80 0.60

V5 0.71 0.60 0.64 1.95 0.65

V6 0.75 0.68 0.50 1.93 0.64

V7 0.70 0.64 0.60 1.94 0.65

V8 0.58 0.52 0.60 1.70 0.57

V9 0.68 0.52 0.60 1.80 0.60

V10 0.53 0.50 0.60 1.63 0.54

Total 6.51 6.07 5.95 18.53 6.176667

Tabel Sidik Ragam (Anova) 6 mst

SK db JK KT Fhitung F-Tabel

5% 1%

Ulangan 2 0.01739 0.008693 2.08 tn 3.55 6.01 Varietas 9 0.06080 0.006756 1.62 tn 2.46 3.60

Galat 18 0.07515 0.004175

Total 29 0.15334

KK = 1,05 %

Tabel Diameter Tanaman Padi pada Umur 8 mst Varietas

/ Blok I II III total rataan

VI 0.80 0.90 0.80 2.50 0.83

V2 0.60 0.57 0.62 1.79 0.60

V3 0.78 0.80 0.80 2.38 0.79

V4 0.71 0.79 0.78 2.28 0.76

V5 0.74 0.60 0.65 1.99 0.66

V6 0.80 0.80 0.81 2.41 0.80

V7 0.81 0.75 0.76 2.32 0.77

V8 0.58 0.52 0.60 1.70 0.57

V9 0.80 0.90 0.76 2.46 0.82

V10 0.61 0.65 0.78 2.04 0.68


(57)

Tabel Sidik Ragam (Anova) 8 mst

SK db JK KT Fhitung F-Tabel

5% 1%

Ulangan 2 0.00086 0.00043 0.15 tn 3.55 6.01 Varietas 9 0.24700 0.027445 9.32 ** 2.46 3.60

Galat 18 0.05301 0.002945

Total 29 0.30087

KK = 0,74 %

Tabel Diameter Tanaman Padi pada Umur 10 mst dan 12 mst Varietas

/ Blok I II III Total Rataan

VI 1.10 1.14 1.19 3.43 1.14

V2 0.60 0.57 0.62 1.79 0.60

V3 1.25 1.29 1.30 3.84 1.28

V4 0.98 0.99 0.96 2.93 0.98

V5 0.74 0.60 0.65 1.99 0.66

V6 1.21 1.19 1.22 3.62 1.21

V7 0.98 0.99 0.90 2.87 0.96

V8 0.58 0.52 0.60 1.70 0.57

V9 1.10 1.16 1.19 3.45 1.15

V10 0.88 0.95 0.81 2.64 0.88

Total 9.42 9.40 9.44 28.26 9.42

Tabel Sidik Ragam (Anova) 10 mst s/d 12 mst

SK db JK KT Fhitung F-Tabel

5% 1%

Ulangan 2 0.00008 4E-05 0.02 tn 3.55 6.01 Varietas 9 1.83341 0.203713 91.70 ** 2.46 3.60

Galat 18 0.03999 0.002221

Total 29 1.87348


(58)

Lampiran 3 :

Tabel Jumlah Anakan Tanaman Padi pada dan Sidik Ragam (Anova) 2 mst, 4 mst, 6 mst, 8 mst, 10 mst, 12 mst

Tabel Jumlah Anakan Tanaman Padi pada Umur 2 mst Varietas

/ Blok I II III Total Rataan

VI 3 3 4 10.00 3.33

V2 2 4 3 9.00 3.00

V3 4 3 4 11.00 3.67

V4 3 3 3 9.00 3.00

V5 3 3 2 8.00 2.67

V6 2 4 3 9.00 3.00

V7 4 3 3 10.00 3.33

V8 2 2 3 7.00 2.33

V9 3 3 3 9.00 3.00

V10 2 3 2 7.00 2.33

Total 28.00 31.00 30.00 89.00 2.97

Tabel Sidik Ragam (Anova) 2 mst

SK db JK KT Fhitung F-Tabel

5% 1%

Ulangan 2 0.46667 0.233333 0.56 tn 3.55 6.01 Varietas 9 4.96667 0.551852 1.32 tn 2.46 3.60

Galat 18 7.53333 0.418519

Total 29 12.96667

KK = 21,81 %

Tabel Jumlah Anakan Tanaman Padi pada Umur 4 mst Varietas

/ Blok I II III Total Rataan

VI 7 9 9 25.00 8.33

V2 8 7 9 24.00 8.00

V3 10 8 11 29.00 9.67

V4 8 9 9 26.00 8.67

V5 9 12 9 30.00 10.00

V6 8 7 8 23.00 7.67

V7 9 9 11 29.00 9.67

V8 10 9 9 28.00 9.33

V9 10 8 8 26.00 8.67

V10 8 7 9 24.00 8.00


(59)

Tabel Sidik Ragam (Anova) 4 mst

SK db JK KT Fhitung F-Tabel

5% 1%

Ulangan 2 2.60000 1.3 1.06 tn 3.55 6.01

Varietas 9 18.13333 2.014814815 1.64 tn 2.46 3.60

Galat 18 22.06667 1.225925926

Total 29 42.80000

KK = 12,58 %

Tabel Jumlah Anakan Tanaman Padi pada Umur 6 mst Varietas

/ Blok I II III Total Rataan

VI 12 16 19 47.00 15.67

V2 18 16 18 52.00 17.33

V3 19 20 21 60.00 20.00

V4 15 15 16 46.00 15.33

V5 17 15 18 50.00 16.67

V6 16 15 17 48.00 16.00

V7 18 17 19 54.00 18.00

V8 18 19 15 52.00 17.33

V9 16 17 16 49.00 16.33

V10 17 19 19 55.00 18.33

Total 166.00 169.00 178.00 513.00 17.10

Tabel Sidik Ragam (Anova) 6 mst

SK db JK KT Fhitung F-Tabel

5% 1%

Ulangan 2 7.80000 3.9 1.64 tn 3.55 6.01

Varietas 9 54.03333 6.003704 2.52 * 2.46 3.60

Galat 18 42.86667 2.381481

Total 29 104.70000

KK = 9,02 %

Tabel Jumlah Anakan Tanaman Padi pada Umur 8 mst Varietas

/ Blok I II III Total Rataan

VI 21 25 24 70.00 23.33

V2 13 11 15 39.00 13.00

V3 20 15 25 60.00 20.00

V4 10 10 11 31.00 10.33

V5 12 10 13 35.00 11.67

V6 11 10 12 33.00 11.00

V7 18 17 22 57.00 19.00

V8 13 14 10 37.00 12.33

V9 16 12 19 47.00 15.67

V10 15 21 19 55.00 18.33


(60)

Tabel Sidik Ragam (Anova) 8 mst

SK db JK KT Fhitung F-Tabel

5% 1%

Ulangan 2 36.06667 18.03333 3.12 tn 3.55 6.01 Varietas 9 539.46667 59.94074 10.38 ** 2.46 3.60

Galat 18 103.93333 5.774074

Total 29 679.46667

KK = 15,54 %

Tabel Jumlah Anakan Tanaman Padi pada Umur 10 mst Varietas

/ Blok I II III total rataan

VI 34 31 32 97.00 32.33

V2 13 11 15 39.00 13.00

V3 28 30 30 88.00 29.33

V4 28 23 20 71.00 23.67

V5 12 10 13 35.00 11.67

V6 20 22 20 62.00 20.67

V7 25 28 24 77.00 25.67

V8 13 14 10 37.00 12.33

V9 24 21 27 72.00 24.00

V10 28 26 25 79.00 26.33

Total 225.00 216.00 216.00 657.00 21.90

Tabel Sidik Ragam (Anova) 10 mst

SK db JK KT Fhitung F-Tabel

5% 1%

Ulangan 2 5.40000 2.7 0.54 tn 3.55 6.01

Varietas 9 1447.36667 160.8185 32.19 ** 2.46 3.60

Galat 18 89.93333 4.996296

Total 29 1542.70000


(61)

Tabel Jumlah Anakan Tanaman Padi pada Umur 12 mst Varietas

/ Blok I II III Total Rrataan

VI 28 27 28 83.00 27.67

V2 10 6 8 24.00 8.00

V3 26 28 28 82.00 27.33

V4 23 20 19 62.00 20.67

V5 5 4 9 18.00 6.00

V6 16 18 17 51.00 17.00

V7 24 21 22 67.00 22.33

V8 6 7 4 17.00 5.67

V9 20 20 24 64.00 21.33

V10 22 24 23 69.00 23.00

Total 180.00 175.00 182.00 537.00 17.90

Tabel Sidik Ragam (Anova) 12 mst

SK db JK KT Fhitung F-Tabel

5% 1%

Ulangan 2 2.60000 1.3 0.42 tn 3.55 6.01

Varietas 9 1918.70000 213.1889 69.27 ** 2.46 3.60

Galat 18 55.40000 3.077778

Total 29 1976.70000


(62)

Lampiran 4 :

Tabel Jumlah Malai Tanaman Padi pada dan Sidik Ragam (Anova) 50 mst, 60 mst, 70 mst, 80 mst, 90 mst

Tabel Jumlah Malai Tanaman Padi pada Umur 50 mst Varietas

/ Blok I II III Total Rataan

VI 0 1 0 1.00 0.33

V2 0 0 0 0.00 0.00

V3 2 0 0 2.00 0.67

V4 1 0 1 2.00 0.67

V5 0 0 0 0.00 0.00

V6 0 1 0 1.00 0.33

V7 0 0 0 0.00 0.00

V8 0 0 0 0.00 0.00

V9 0 1 0 1.00 0.33

V10 0 0 0 0.00 0.00

Total 3.00 3.00 1.00 7.00 0.23

Tabel Sidik Ragam (Anova) 50 mst

SK db JK KT Fhitung F-Tabel

5% 1%

Ulangan 2 0.26667 0.133333 0.47 tn 3.55 6.01 Varietas 9 2.03333 0.225926 0.80 tn 2.46 3.60

Galat 18 5.06667 0.281481

Total 29 7.36667

KK = 23,77 %

Tabel Jumlah Malai Tanaman Padi pada Umur 60 mst Varietas

/ Blok I II III total rataan

VI 4 6 5 15.00 5.00

V2 0 3 0 3.00 1.00

V3 3 4 3 10.00 3.33

V4 1 2 1 4.00 1.33

V5 4 4 3 11.00 3.67

V6 0 3 1 4.00 1.33

V7 4 3 1 8.00 2.67

V8 0 0 1 1.00 0.33

V9 4 4 4 12.00 4.00

V10 2 3 1 6.00 2.00


(1)

(2)

Table . Comparison of life cycles of common rice stem borers: figures are in days (Dale 1994).

No Name of stem borer species Eggs Larva Pupa Adult Life cycle duration

1 S. incertulas 7-10 30-46 6-10 4-5 52-71

2 S.innotata 4-9 19-31 7-11 4-5 30-51

3 C. polychrysus 4-7 16-43 4-8 2-5 26-61

4 S. inferens 6-10 28-56 8-11 4-6 46-83

5 C. suppressalis 5-6 20-48 5-9 3-5 41-70

6 C. auricilius 5-7 30 -32 4-8 3-5 42-52


(3)

Bulu Daun Perbesaran 10 x

V1

V2

V3

V4

V5

V6

V7

V8


(4)

Tipe Daun Perkecil

V1

V2

V3

V4

V5

V6

V7

V8


(5)

Ketebalan Batang

Perbesaran 10 x

V1

V2

V3

V4

V5

V6

V7

V8


(6)

Dosis Pupuk

Tabel 1 takaran pupuk per perpelakuan (kg/ha) dan waktu pemberiannya

Pemberian ke-1 (10-15 hst) Pemberian ke-2 (25-35 hst) Pemberian ke-3 (40-50 hst) Perlakuan Pemupukan

Urea * SP 36 KCl Urea Urea KCl

NPK 50 - 100 100 50 100 100 50

-N (PK) 0 100 50 0 0 50

-P (NK) 50 - 100 0 50 100 100 50

-K(NP) 50 - 100 100 0 100 100 0

* masing-masing untuk tanah yang subur 50 kg/ha dan yang kurang subur 100 kg/ha

Sumber Balai Penelitian Tanaman Padi, Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, Badan Penelitian dan pengembangan Pertanian Bogor