Potensi Pantai Pasir Putih Parbaba Sebagai Objek Wisata Di Kabupaten Samosir Chapter III V

BAB III
GAMBARAN UMUM KABUPATEN SAMOSIR

3.1 Sejarah Singkat Kabupaten Samosir
Kabupaten Samosir adalah hasil pemekaran dari induknya Kabupaten
Toba Samosir yang dibentuk berdasarkan Undang-undang Nomor 36 Tahun 2003
tentang Pembentukan Kabupaten Samosir dan Kabupaten Serdang Bedagai di
Provinsi Sumatera Utara, yang diresmikan pada tanggal 7 Januari 2004 oleh
Menteri Dalam Negeri atas nama Presiden Republik Indonesia.
Sejarah Kabupaten Samosir, diawali dari terbentuknya Kabupaten
Tapanuli Utara selaku induk dari beberapa kabupaten pemekaran di Wilayah
Tapanuli Utara, yakni sebagai berikut :
1. Kabupaten Daerah Tingkat II Tapanuli Utara dibentuk dengan
Undang-undang Nomor 7 Drt Tahun 1956 tentang Pembentukan
Daerah Otonom Kabupaten-Kabupaten dalam Lingkungan Propinsi
Sumatera Utara yang pada awal terbentuknya terdiri dari 5 (lima)
distrik atau kewedanaan yaitu Kewedanaan Silindung, Toba Holbung,
Humbang, Samosir, dan Kewedanaan Dairi. Mengingat demikian
luasnya Wilayah Kabupaten Daerah Tingkat II Tapanuli Utara, maka
pada Tahun 1964 dilakukan pemekaran dengan Pembentukan
Kabupaten Daerah Tingkat II Dairi yang ibukotanya berkedudukan di

Sidikalang.
2. Tahun 1968, Pemerintah Daerah Tingkat II Tapanuli Utara bersama
masyarakat dan dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
Kabupaten

Tapanuli

Utara

mengusulkan

pemekaran

dengan

Universitas Sumatera Utara

Pembentukan Daerah Tingkat II Samosir, namun usul tersebut tidak
membuahkan hasil dalam arti Pemerintah tidak menindaklanjuti
Pembentukan Daerah Tingkat II Samosir.

3. Berdasarkan Undang-undang Nomor 5 Tahun 1974 tentang PokokPokok Pemerintahan Daerah, guna mempercepat laju pertumbuhan
pembangunan serta mendekatkan pelayanan pemerintah kepada
masyarakat, maka pada Tahun 1985 Kabupaten Daerah Tingkat II
Tapanuli Utara dibagi menjadi 5 (lima) Wilayah Pembangunan yang
bersifat Administratif yakni Wilayah Pembangunan I (Silindung)
berpusat di Tarutung, Wilayah Pembangunan II (Humbang Timur)
berpusat di Siborong-borong, Wilayah Pembangunan III (Humbang
Barat) berpusat di Dolok Sanggul, Wilayah Pembangunan IV (Toba)
berpusat di Balige dan Wilayah Pembangunan V (Samosir) berpusat di
Pangururan yang masing-masing wilayah pembangunan dipimpin oleh
seorang Pembantu Bupati.
4. Selanjutnya, walaupun sudah dimekarkan dengan terbentuknya
Kabupaten Dairi, Wilayah Kabupaten Daerah Tingkat II Tapanuli
Utara yang terdiri dari 27 Kecamatan dan 971 Desa masih dirasakan
sangat luas, bahkan masih ada wilayah desa yang harus dijangkau
dalam waktu tempuh lebih dari satu hari, berdampak pada lambatnya
laju pertumbuhan pembangunan.
5. Maka untuk memperpendek rentang kendali serta mempercepat laju
pertumbuhan pembangunan, Pemerintah Kabupaten Daerah Tingkat II
Tapanuli Utara bersama masyarakat yang berada di bona pasogit dan


Universitas Sumatera Utara

putera-puteri Tapanuli Utara yang tinggal di perantauan, khususnya
yang tinggal di Medan dan Jakarta sepakat mengusulkan pemekaran
kembali Kabupaten Daerah Tingkat II Tapanuli Utara menjadi 2 (dua)
kabupaten dengan pembentukan Kabupaten Daerah Tingkat II Toba
Samosir. Berkat perjuangan dan kesadaran bersama semua pihak,
lahirlah Undang-undang Nomor 12 Tahun 1998 Pembentukan Daerah
Tingkat II Toba Samosir dan Kabupaten Daerah Tingkat II Mandailing
Natal. Kabupaten Daerah Tingkat II Toba Samosir diresmikan oleh
Menteri Dalam Negeri atas nama Presiden Republik Indonesia pada
tanggal 9 Maret 1999 di Medan.
6. Pembentukan Daerah Tingkat II Toba Samosir disambut baik dan
penuh suka cita oleh masyarakat sebagai sebuah harapan akan
peningkatan kesejahteraan sekaligus mendekatkan pelayanan kepada
masyarakat

seiring


bergulirnya reformasi di berbagai bidang

kehidupan berbangsa dan bernegara, termasuk di bidang pemerintahan
dan politik, lahirlah Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang
Pemerintahan Daerah yang memberi peluang keleluasaan pada daerah
untuk mengatur dan mengurus sendiri rumah tangga daerahnya dalam
bentuk pemekaran daerah atau pembentukan daerah otonom baru.
7. Perjalanan menuju 4 (empat) tahun usia Kabupaten Toba Samosir,
masyarakat Samosir yang bermukim di bona pasogit bersama puteraputeri Samosir yang tinggal di perantauan kembali melakukan upaya
pemekaran untuk membentuk Samosir menjadi kabupaten baru.
Perjuangan pembentukannya diawali pada tanggal 27 Mei 2002

Universitas Sumatera Utara

dengan penyampaian aspirasi masyarakat Samosir kepada Pemerintah
Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Toba
Samosir. Aspirasi masyarakat tersebut disambut baik oleh kalangan
DPRD Kabupaten Toba Samosir dengan menugaskan Komisi A DPRD
Kabupaten Toba Samosir mengadakan jajak pendapat pada 9
kecamatan yang berada di Wilayah Samosir.

8. Tanggal 20 Juni 2002, DPRD Kabupaten Toba Samosir menggelar
Rapat Paripurna Khusus dalam rangka pembahasan dan menyikapi
usul Pembentukan Kabupaten Samosir, dengan berbagai pertimbangan
serta latar belakang pemikiran masyarakat, melalui musyawarah
mufakat ditetapkan Keputusan DPRD Kabupaten Toba Samosir
Nomor 4 Tahun 2002 tentang Pembentukan Pemekaran Kabupaten
Toba Samosir untuk Pembentukan Kabupaten Samosir sekaligus
merekomendasikan dan mengusulkannya ke Pemerintah Atasan.
Dengan

surat

DPRD

Kabupaten

Toba

Samosir


Nomor

171/866/DPRD/2002 tanggal 21 Juni 2002 tentang Usul Pembentukan
Kabupaten Samosir, disusul dengan surat Ketua DPRD Kabupaten
Samosir Nomor 171/878/DPRD/2002 tanggal 24 Juni 2002 tentang
Pemekaran Kabupaten Toba Samosir Propinsi Sumatera Utara yang
ditujukan masing-masing kepada : DPR RI Cq. Komisi II DPR RI,
Gubernur dan Ketua DPRD Propinsi Sumatera Utara.
9. Rekomendasi DPRD Kabupaten Toba Samosir, pada tanggal 26 Juni
2002, beberapa utusan atau delegasi masyarakat Samosir didampingi
Pimpinan DPRD Kabupaten Toba Samosir menemui Menteri Dalam

Universitas Sumatera Utara

Negeri Republik Indonesia dan Komisi II DPR RI di Jakarta untuk
menyampaikan aspirasi masyarakat akan Pemekaran Kabupaten Toba
Samosir dengan Pembentukan Kabupaten Samosir.
10. Tanggal 29 Juni 2002, Tim Komisi II DPR RI dibawah Pimpinan
Bapak Prof. DR. Manasse Malo bersama Anggota DPRD Provinsi
Sumatera Utara mengadakan kunjungan ke Samosir yang disambut

Bupati Toba Samosir dan Unsur DPRD Kabupaten Toba Samosir serta
masyarakat.
Atas usul tersebut, Gubernur Sumatera Utara meminta DPRD Propinsi
Sumatera Utara mengadakan Rapat Paripurna Pembahasan Pembentukan
Kabupaten Samosir yang memberikan Persetujuan Pembentukan Kabupaten
Samosir yang diteruskan kepada Pemerintah Pusat. (BPS, Samosir Dalam Angka
2015).
Penerapan Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah
Daerah dan Undang-undang Nomor 33 Tahun 1999 tentang Perimbangan
Keuangan antara Pusat dan Daerah, mendorong aspirasi masyarakat di daerah
untuk membentuk kabupaten/kota baru yang bersifat otonom. Sebab dengan status
daerah otonom baru, mereka berharap akan memperoleh peluang untuk mengurus
daerahnya sendiri dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. (BPS Kabupaten
Samosir).

3.2 Letak Geografis dan Batas Wilayah Administratif
Kabupaten Samosir merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi Sumatera
Utara pada bagian pesisir Timur yang memiliki berbagai ragam sumber daya alam

Universitas Sumatera Utara


dan budaya sebagai objek dan daya tarik wisata yang mampu menumbuhkan
minat wisatawan baik domestik maupun mancanegara.
Secara geografis Kabupaten Samosir terletak pada koordinat 2° 24’- 2° 45’
Lintang Utara dan 98° 21’- 99° 55’ Bujur Timur, dengan ketinggian di atas
permukaan laut antara 904 - 2.157 m². Luas wilayah ± 2.069,05 km², terdiri atas
± 1.444,25 km² (69,80%) luas daratan yaitu seluruh Pulau Samosir yang
dikelilingi Danau Toba dan sebagian wilayah daratan diluar Pulau Samosir.
Sedangkan luas wilayah danau berkisar 624,80 km² (30,20%). Batas-batas
wilayah Kabupaten Samosir :
1. Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Karo dan Kabupaten
Simalungun;
2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Tapanuli Utara dan
Kabupaten Humbang Hasundutan;
3. Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Toba Samosir;
4. Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Dairi dan Kabupaten
Pakpak Bharat.
Wilayah pemerintahan Kabupaten samosir terdiri dari 9 kecamatan, yaitu
Kecamatan Sianjur Mula-mula, Kecamatan Harian, Kecamatan Sitio-tio,
Kecamatan Ronggur Ni Huta, Kecamatan Palipi, Kecamatan Nainggolan,

Kecamatan Pangururan, Kecamatan Simanindo, dan Kecamatan Onan Rungu,
dengan 111 desa dan 6 kelurahan. Setiap daerah di Kabupaten Samosir memiliki
potensi yang baik untuk dikembangkan, baik pada bidang pertanian dan
perkebunan, kebudayaan, objek dan daya tarik wisata dan lain sebagainya. (BPS,
Samosir Dalam Angka 2015)

Universitas Sumatera Utara

Tabel 3.1 :
Luas dan Jumlah Desa/Kelurahan Menurut Kecamatan
No
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.


Kecamatan

Jumlah
Desa/Kelurahan
11
11
6
28
8
16
13
12
12

Luas (Ha)

Sianjur Mula-mula
Harian
Sitio-tio

Pangururan
Ronggur Ni Huta
Simanindo
Palipi
Nainggolan
Onan Rungu

14.024
39.460
24.901
8.465
8.715
19.820
14.340
8.756
5.914

Jumlah

144.425

117

Sumber : BPS Kabupaten Samosir

Kecamatan yang terluas di Kabupaten Samosir adalah adalah Kecamatan
Harian dengan luas 39.460 Ha. Jumlah desa/kelurahan yang paling banyak ada
pada Kecamatan Pangururan, yaitu 28 desa/kelurahan. Hal tersebut menunjukkan
bahwa Kecamatan Pangururan merupakan daerah yang dapat menghasilkan
sumber daya manusia yang berkualitas untuk memberikan kemajuan pada sektor
pariwisatanya.

3.3 Iklim dan Topografi
Samosir adalah wilayah yang beriklim tropis basah dengan suhu berkisar
17° C – 29° C dengan rata-rata kelembaban udara sebesar 85,05 %. Selama tahun
2012 rata-rata curah hujan per bulan yang tertinggi terdapat di Kecamatan Sianjur
Mula-mula yaitu 185,67 mm,

disusul oleh Kecamatan Sitio-tio 167,75 mm,

Kecamatan Pangururan 140,00 mm, Kecamatan Simanindo 137,67 mm,
Kecamatan Palipi 115,83 mm, Kecamatan Onan Runggu 110,25 mm, Kecamatan
Harian 86.67 mm, Kecamatan Ronggur Nihuta 80,08 mm, dan yang terendah
terdapat di Kecamatan Nainggolan yaitu 34,05 mm.

Universitas Sumatera Utara

Sementara itu rata-rata banyaknya hari hujan tiap bulan yang tertinggi
adalah di Kecamatan Sianjur Mula-mula yaitu 15,17 hari, disusul oleh Kecamatan
Pangururan 12,50 hari, Kecamatan Sitio-tio 10,67 hari, Kecamatan Simanindo
9,92 hari, Kecamatan Onan Runggu 9,67 hari, Kecamatan Palipi 9,08 hari,
Kecamatan Ronggur Nihuta 7,83 hari, dan terendah terdapat di Kecamatan
Nainggolan dan Harian yaitu masing-masing 7,50 hari.
Daerah teritori Kabupaten Samosir yang berada di tengah Danau Toba dan
Dataran Bukit Barisan, menjadikan Kabupaten Samosir terletak pada wilayah
dataran tinggi dengan topografi atau kontur tanah yang beranekaragam, yaitu datar
(± 10%), landai (± 20%), miring (± 55%), dan terjal (± 15%). Struktur tanah labil
dan berada pada wilayah tektonik dan vulkanik. (BPS Kabupaten Samosir)
Topografi yang dominan dengan pegunungan dan danau menjadikan
Kabupaten Samosir kaya dengan potensi wisata. Pantai Pasir Putih Parbaba yang
merupakan salah satu pantai di Danau Toba yang juga dikelilingi oleh Bukit
Barisan menjadikan pantai ini sangat indah.

3.4 Penduduk
Jumlah penduduk yang besar dan berkualitas rendah secara sosial dan
budayanya yang beraneka ragam tidak akan meningkatkan kualitas pembangunan
objek. Oleh sebab itu, untuk menunjang keberhasilan pembangunan yang
bertujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat, perlu adanya pengarahan dan
pengendalian kualitas sehingga dapat menguntungkan pembangunan suatu daerah
khususnya Kabupaten Samosir.
Kuantitas dan kualitas penduduk menjadi salah satu faktor yang dalam
meningkatkan laju perekonomian suatu daerah. Kepadatan penduduk Kabupaten

Universitas Sumatera Utara

Samosir pada tahun 2013 berjumlah 121.924 jiwa, terdiri dari 60.558 penduduk
laki-laki (49,63%) dan 61.336 penduduk perempuan (50,37%), dengan angka
kepadatan penduduk mencapai 84,42 jiwa/km². Kecamatan Harian adalah daerah
dengan kepadatan penduduk terkecil, walaupun merupakan daerah yang paling
luas, yaitu mencapai 560,45 km², dengan jumlah penduduk 8.010 jiwa (6,57%)
dengan rata-rata 14,29 jiwa/km². (Samosir Dalam Angka 2014).
Tabel 3.2 :
Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk Kabupaten Samosir Tahun
2011-2013 Berdasarkan Jenis Kelamin
Tahun 2011
Jumlah
Kepa
penduduk
datan
(jiwa/
L
P
km²)

Tahun 2012
Jumlah
Kepad
penduduk
atan
(jiwa/k
L
P
m²)

Tahun 2013
Jumlah
Kepa
penduduk
datan
(jiwa/
L
P
km²)

4.614

4.524

65,16

4.682

4.604

66,22

4.698

4.613

66,39

Harian

3.884

3.976

14,02

3.941

4.047

14,25

3.955

4.055

14,29

Sitio-tio

3.558

3.566

140,35

3.612

3.627

142,61

3.624

3.636

143,03

5.100

5.229

169,63

5.175

5.322

172,39

5.193

5.332

172,85

Nainggolan

5.842

6.007

134,86

5.928

6.113

137,05

5.948

6.126

137,42

Palipi

7.984

8.103

124,18

8.102

8.246

126,19

8.129

8.263

126,53

4.136

4.220

88,08

4.197

4.295

89,51

4.211

4.303

89,74

Pangururan

14.701

14.711

242,21

14.918

14.971

246,14

14.969

15.001

246,81

Simanindo

9.685

9.813

98,38

9.829

9.985

99,97

9.861

10.007

100,24

59.504

60.149

82,85

60.384

61.210

84,19

60.588

61.336

84,42

Kecamatan

Sianjur
Mula-Mula

Onan
Runggu

Ronggur
Nihuta

Total

Sumber: Samosir Dalam Angka 2014

Sesuai dengan tabel diatas, Kecamatan Pangururan adalah daerah dengan
kepadatan penduduk tertinggi. Hal ini dapat diakibatkan karena Kecamatan
Pangururan adalah ibukota kabupaten yang juga pusat perdangangan. Selain
menjadi pusat perdagangan, Kecamatan Pangururan adalah daerah dengan sektor

Universitas Sumatera Utara

pariwisata yang potensial. Kepadatan penduduk yang setiap tahun meningkat
dapat dimanfaatkan dalam meningkatkan jumlah kunjungan ke objek wisata.

3.5 Perekonomian Daerah
Pembangunan ekonomi daerah Kabupaten Samosir diarahkan pada
peningkatan nilai tambah segenap sumber daya ekonomi melalui pengembangan
pariwisata, agribisnis, kerajinan, jasa, pertanian, perikanan dan peternakan yang
didukung oleh pengembangan dunia usaha, infrastruktur, investasi dan keuangan
daerah. Pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan berkualitas dilakukan
melalui pengembangan pariwisata, pertanian dan penguatan sisi hilir untuk
meningkatkan nilai tambah dan produktifitas baik di kegiatan agribisnis maupun
industri pengolahan yang ramah lingkungan. Pemberdayaan masyarakat dalam
pelaksanaan pembangunan akan meningkatkan pendapatan masyarakat sekaligus
meningkatkan ketahanan ekonomi perdesaan.
Secara riil, fluktuasi pertumbuhan ekonomi suatu wilayah tergambar
melalui pengerahan PDRB atas dasar harga konstan. Perkembang PDRB atas
dasar harga konstan cendrung menunjukkan perkembangan positif, hal ini
menunjukkan adanya peningkatan perekonomian dari tahun ke tahun.
Pendapatan perkapita adalah jumlah seluruh balas jasa faktor produksi
yang diterima oleh setiap penduduk secara rata-rata dalam keterlibatannya pada
faktor produksi dalam proses produksi, sehingga sering digunakan sebagai
indikator dalam melihat tingkat kesejahteraan atau kemakmuran masyarakat
secara umum.
Kondisi perekonomian suatu wilayah secara makro dapat digambarkan
oleh Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Indikator ini digunakan sebagai

Universitas Sumatera Utara

alat ukur tingkat pertumbuhan ekonomi maupun struktur perekominian sektoral.
PDRB Kabupaten Samosir tahun 2012 atas dasar harga konstan 2000 sebesar
1.121,62 milyar. Dibandingan dengan jumlah penduduk, maka PDRB perkapita
Kabupaten Samosir pada tahun 2012 atas dasar harga konstan adalah sebesar Rp.
9.784.130 dengan jumlah penduduk 121.594 jiwa PDRB perkapita ini dari tahun
ke tahun semakin meningkat, dmana pada tahun 2011, PDRB Kabupaten Samosir
adalah sebesar Rp. 9.287.060. (BPS Kabupaten Samosir)
Tabel 3.3 :
PDRB, PDRB Perkapita, dan Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Samosir
atas Dasar Harga Konstan 2000, Tahun 2006 - 2012

Tahun
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012

PDRB ( Juta
Rupiah)
868.588,78
908.456,60
853.851,03
1.002.459,21
1.058.485,11
1.121.617,00
1.189.691,10

PDRB Perkapita
(Rupiah)
7.066.230
7.439.480
7.863.480
8.323.170
8.846.290
9.287.060
9.784.130

Pertumbuhan
Ekonomi (%)
3,64
4,59
5,00
5,10
5,59
5,96
6,07

Sumber : BPS Kabupaten Samosir

Sesuai dengan tabel diatas, Kabupaten Samosir memiliki pertumbuhan
ekonomi yang meningkat. Pencapaian keberhasilan pembangunan ekonomi
disuatu wilayah dapat dilihat dari pendapatan perkapita masyarakat yang
mengalami peningkatan secara terus menerus (dalam jangka panjang) dan disertai
terjadinya perubahan fundamental dalam struktur. Tahun 2006 hingga 2012,
PDRB Kabupaten Samosir terus meningkat hingga tahun 2012. Pemerintah dan
masyarakat serta seluruh stakeholders seharusnya meningkatkan perekonomian
masyarakat dengan memanfaatkan sektor pariwisata. Pantai Pasir Putih Parbaba
dengan segala potensi yang dapat dikembangkan. Mengembangkan daerah wisata

Universitas Sumatera Utara

dapat meningkatkan minta kunjungan wisatawan, menciptakan lapangan kerja,
serta meningkatkan perekonomian daerah.

3.6 Sarana dan Prasarana
3.6.1 Kondisi Jalan
Jalan menjadi salah satu sarana yang

sangat

mendukung

laju

perekonomian suatu daerah. Dalam dunia pariwisata jalan sangat berpengaruh
besar dalam peningkatan minat kunjungan wisatawan, baik akses jalan menuju
daerah tujuan wisata maupun akses jalan pada daerah tujuan wisata itu sendiri.
Menurut kondisi jalan, jalan propinsi yang masih baik adalah sepanjang
86,65 kilometer, kondisi sedang sepanjang 10,20 kilometer, rusak sepanjang
sepanjang 10,85 kilometer, dan rusak berat. sepanjang 48,65 kilometer, sedangkan
kondisi jalan kabupaten yang masih baik adalah sepanjang 309,01 kilometer,
kondisi sedang sepanjang 272,84 kilometer, kondisi rusak sepanjang 35,05
kilometer, dan kondisi rusak berat sepanjang 109,84 kilometer (Samosir dalam
Angka 2015).
Pada prakteknya, struktur kota di Kabupaten Samosir dibentuk oleh
jaringan jalan, namun bentuk Kabupaten Samosir yang merupakan entitas danau,
pulau dan daratan maka moda transportasi yang tersedia tidak hanya prasarana
transportasi darat namun juga prasarana transportasi danau, sehingga prasarana
simpul transportasi memiliki peran yang sangat penting. Menuju Kabupaten
Samosir dapat ditempuh dengan moda transportasi darat seperti, kendaraan
pribadi dan angkutan umum, dengan rute Medan-Berastagi-Merek-TelePangururan. Rute Perjalanan dari Kota Pangururan menuju Pantai Pasir Putih
Parbaba dapat ditempuh dengan transportasi pribadi atau transportasi umum

Universitas Sumatera Utara

seperti, angkot dan becak. Menuju Kabupaten Samosir dapat juga ditempuh
dengan moda transportasi danau seperti, kapal, speedboat, dan perahu.

3.6.2 Pendidikan
Masyarakat Samosir merupakan etnis penduduk yang menjunjung tinggi
nilai pendidikan. Apabila dikaitkan dengan sektor pariwisata, masyarakat yang
mendapat pengetahuan tentang kepariwisataan diharapkan dapat membangun
daerah sebagai kawasan daerah tujuan wisata.
Pendidikan

merupakan

sektor

yang

sangat

menentukan

dalam

meningkatkan sumber daya manusia (SDM). Peningkatan ini harus didukung oleh
tersedianya sarana dan prasarana yang baik dan memadai. Pada tingkat sekolah
dasar (SD), jumlah sekolah pada tahun ajaran 2005/2006 berjumlah 201 unit,
dengan jumlah guru dan murid masing-masing sebanyak 1.396 guru dan 20.489
siswa. Rasio muris SD terhadap guru tahn ajaran 2005/2006 sebesar 15, artinya
rata-rata tiap guru mengajar sekitar 15 siswa. Rasio murid terhadap sekolah
sebesar 102, yang berarti bahwa rata-rata murid tiap-tiap sekolah sekitar 102
murid. Jumlah unit sekolah lanjutan tingkat pertama (SLTP) di kabupaten Samosir
sebanyak 34 unit, dengan jumlah guru dan siswa masing-masing 610 guru dan
9.901 siswa.
Rasio murid terhadap guru dan sekolah masing-masing 16 dan 291.
Sementara rasio guru terhadap sekolah rata-rata 18. Pada tingkat sekolah lanjutan
tingkat atas (SMA) jumlah sekolah yang ada sebanyak 11 unit dengan jumlah
guru yang tersedia sebanyak 272 guru dan murid sebanyak 4.957. Sekolah
menengah kejuruan (SMK), jumlah sekolah, guru dan murid masing-masing 6
sekolah, 166 guru dan 2.289 murid. Rasio murid SMA terhadap guru dan sekolah

Universitas Sumatera Utara

masing-masing sebesar 18 dan 451. Rasio murid SMK terhadap guru dan sekolah
masing-masing 14 dan 382. Rasio guru SLTA dan SMK terhadap sekolah masingmasing 25 dan 28.
Sarana pendidikan di Kabupaten Samosir sudah cukup memadai dari
jenjang pendidikan Sekolah Dasar (SD) 203 Unit dan Sekolah Lanjutan Tingkat
Pertama atau Sekolah Menengah Pertama (SLTP/SMP) sebanyak 34 Unit, untuk
Sekolah Menengah Umum/MA 15 Unit dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)
sebanyak 7 unit pada tahun 2014 baik sekolah negeri dan swasta dengan jumlah
seluruhnya 25 unit. Lebih jelasnya jumlah dan penyebaran sarana pendidikan
yang ada di Kabupaten Samosir tahun 2014 baik sekolah negeri dan swasta
dengan jumlah seluruhnya 259, dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 3.4 :
Fasilitas Pendidikan Yang Tersedia Di Kabupaten Samosir
Jumlah Fasilitas Pendidikan
Kecamatan
Sianjur Mula-mula
Harian
Sitio-tio
Onanrunggu
Nainggolan
Palipi
Ronggurnihuta
Pangururan
Simanindo

SD
22
12
16
21
22
29
12
38
31
203

Umum
SLTP SMA
2
1
3
0
3
1
4
1
3
1
5
3
3
1
6
5
5
1
34

14

SMK
0
1
0
0
1
1
0
2
2

MI
-

7

-

Agama
MTs MA
1
-

1

Sumber: Samosir Dalam Angka 2014

3.6.3 Kesehatan
Angka Harapan Hidup Penduduk Kabupaten Samosir setiap tahun
mengalami peningkatan hingga mencapai 70,01 tahun pada tahun 2013, lebih

Universitas Sumatera Utara

tinggi bila dibandingkan dengan rata-rata Angka Harapan Hidup penduduk
Sumatera Utara, yaitu sebesar 69,90 tahun, hal mencerminkan populasi penduduk
Kabupaten Samosir termasuk populasi yang sehat. Fasilitas kesehatan dan tenaga
medis Kabupaten Samosir memiliki peran dalam kegiatan pariwisata karena
faktor kesehatan juga merupakan alasan wisatawan.(BPS Kabupaten Samosir).
Tabel 3.5 :
Fasilitas Kesehatan Pemerintah dan Swasta di
Kabupaten Samosir Menurut Jenisnya Tahun 2012
No

Jenis Sarana

Pemerintah

Swasta

Jumlah

1.

Rumah Sakit Umum

1

1

2

2.

Pusat Kesehatan Masyarakat

12

0

12

3.

Puskesmas Pembantu

33

0

33

4.

Posyandu

205

0

205

5.

Klinik Bersalin

0

3

3

6.

Poskesdes

57

0

57

7.

Polindes

21

0

21

8.

Praktek Dokter

0

4

4

9.

Balai Pengobatan Swasta

0

5

5

10.

Apotik

1

5

6

11.

Toko Obat

0

19

19

Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Samosir 2013

3.7 Kepariwisataan Kabupaten Samosir
Kabupaten Samosir adalah daerah yang sebagian besar wilayahnya berada
di tengah perairan Danau Toba dan bukit barisan. Hal ini menyebabkan
Kabupaten Samosir menyimpan potensi Wisata Bahari, Wisata Alam, Wisata
Agro, Wisata Seni dan Budaya. Pengembangan wilayah Kabupaten Samosir
dititik beratkan pada upaya untuk mengembangkannya sebagai daerah tujuan

Universitas Sumatera Utara

wisata yang berbasis ekologi. Semua kegiatan yang ditata di atas ruang
Kabupaten, baik yang berada di daratan Sumatera maupun di Pulau Samosir,
harus mempertimbangkan sistem lingkungannya. Tidak ada satu kegiatanpun
yang ditata dengan mengubah bentang alam asli yang sudah ada. Bentang alam
(landscape) alami Kabupaten Samosir harus dipertahankan agar visi Kabupaten
sebagai daerah tujuan wisata yang berbasis pada kekayaan alam dan lingkungan,
dapat tercapai
Daya tarik wisata Kabupaten Samosir terdiri dari daya tarik yang bersifat
tangible (berwujud), seperti daya tarik wisata bahari ; pantai, danau, museum dan
situs, panorama alam, agrofoetry (wisata olahraga). Daya tarik wisata bersifat
intangible (tidak berwujud), seperti seperti seni dan budaya. Kekayaan objek
wisata di Kabupaten Samosir dapat dikembangkan, khususnya pada wisata agro,
ecotourism,

wisata olahraga,

dan

wisata spiritual.

Pengembangan dan

pembangunan kepariwisataan Kabupaten Samosir telah diterbitkan Rencana Induk
Pengembangan Pariwisata Daerah (RIPPDA) pada tahun 2007, Detail
Engineering Design (DED) di Kecamatan Pangururan. Upaya mencapai
keberhasilan dan pengembangan, pembangunan dan peningkatan parwisata, maka
didukung infrastruktur dan suprastruktur sebagai berikut :
1. Objek Tujuan Wisata/ Tourism Destination Area yang memiliki
keindahan, keunikan dan kelengkapan fasilitas pendukung.
2. Pelayanan/ Services yang memenuhi strandar nimimum menuju
kepuasan tamu (Custumer Satifation).
3. Sistem Transportasi/ Transportation System yang berlangsung terusmenerus, aman, nyaman, dan lancar.

Universitas Sumatera Utara

4.

Komunikasi/ Communication yang memliliki akses yang luas.

5. Masyarakat/

Community

yang

sadar

wisata, ramah,

menjaga

kebersihan dan jauh dari pencemaran.
6. Fasilitas Lain/ Other Fasilities seperti penginapan, restaurant, dan
Atraksi Wisata. (BPS Kabupaten Samosir).
Upaya peningkatan sektor kepariwisataan diharapkan akan dapat
meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD), karena berdasarkan data yang ada,
PAD Kabupaten Samosir pada tahun 2012 dari retribusi sektor objek wisata, Izin
Hotel/Restoran dan Bar masih relatif kecil yaitu sebesar Rp.169,82 juta,
meningkat dari Rp.32,86 juta pada tahun 2008, atau dengan laju pertumbuhan
rata-rata sebesar 51,09% per tahun selama tahun 2008 – 2012.
Jumlah kunjungan wisatawan ke Kabupaten Samosir setiap tahun
meningkat mencapai 144.827 orang pada tahun 2012 yang teridir dari 25.297
orang Wisatawan Mancanegara dan 119.530 orang Wisatawan Nusatantara.
Tahun 2013 kunjungan wisatawan mencapai 149.729 orang yang terdir dari
26.662 orang Wisatawan Mancanegaara dan 124,117 orang Wisatawan
Nusantaara dengan laju petumbuhan kunjungan wisatawan rata-rata 8,15 % per
tahun selama tahun 2008 – 2012. Untuk mendukung pertumbuhan kepariwisatan,
jumlah Usaha Hotel dan Akomodasi yang tersedia di daerah ini pada tahun 2013
adlah sebanyak 82 usaha, yang terdiri dari 6 usaha hotel bintang 1 dan 2, serta 76
usaha hotel non berbintang. (BPS Kabupaten Samosir).

3.8 Kecamatan Pangururan
Kecamatan Pangururan merupakan salah satu kecamatan sekaligus ibukota
Kabupaten Samosir. Terletak di pesisir Danau Toba yang sebagian wilayahnya

Universitas Sumatera Utara

berada pada Pulau Samosir dan di Bukit Barisan yang terhubung dengan Pulau
Sumatera. Kedua bagian daerah ini dihubingkan oleh Terusan Tano Ponggol yaitu
jembatan dibuat untuk menghubungkan kedua bagian daerah ini. Luas Kecamatan
Pangururan mencapai 121,43 km², yang terdiri dari 25 desa dan 3
kelurahan.(Wikipedia.org)
Kecamatan Pangururan adalah pusat perdagangan di Kabupaten Samosir
dan juga sebagai sektor pariwisata yang potensial. Beberapa objek wisata yang
ada di Kecamatan Samosir, sebagai berikut :
1. Pemandian Air Panas/Hotspring Aek Rangat, pemandian air hangat
yang mengandung belerang yang berasal dari Gunung Pusuk Buhit.
Berlokasi 3 km dari pusat Kota Pangururan.
2. Sentra Tenun Ulos, yaitu kerajinan kain tradisional Suku Batak
yang digunakan dalam berbagai kegiatan tradisional. Berlokasi di
Desa Lumban Suhi-suhi, 4 km dari pusat Kota Pangururan.
3. Terusan Tano Ponggol, yaitu kerukan tanah yang memisahkan
Pulau Samosir dengan Pulau Sumatera peninggalan kolonial
Belanda. Terusan Tano Ponggol merupakan pintu gerbang menuju
Pulau Samosir
4. Pantai Pasir Putih Parbaba, pantai yang berlokasi 10 km dari pusat
Kota Pangururan merupakan salah satu destinasi yang sering
dikunjungi wisatawan

Universitas Sumatera Utara

BAB IV
POTENSI PANTAI PASIR PUTIH PARBABA SEBAGAI OBJEK WISATA
DI KABUPATEN SAMOSIR

4.1 Potensi Pantai Pasir Putih Parbaba
Pantai Pasir Putih Parbaba adalah salah satu pantai yang mengitari Pulau
Samosir yang berada di tengah-tengah Danau Toba dengan panjang 250 meter,
terletak di Desa Huta Bolon Parbaba, sekitar 10 kilometer dari pusat Kota
Pangururan. Awal mulanya pantai ini hanya digunakan masyarakat lokal sebagai
sarana penangkaran ikan dan untuk keperluan rumahtangga seperti, mencuci,
sumber air minum dan lain sebagainya.
Melihat pantai tersebut memiliki potensi dalam sektor pariwisata,
kemudian Pantai Pasir Putih Parbaba diresmikan oleh Prof. Dr. Ir. Johar Arifin
Husin selaku Deputi Pemberdayaan Olahraga pada tanggal 18 Mei 2006 sebagai
salah satu daerah tujuan wisata di Kabupaten Samosir.
Keunikan Pantai Pasir Putih Parbaba menarik perhatian para wisatawan
nusantara yang datang dari berbagai daerah. Wisatawan dapat menikmati sejuknya
udara di sekitar pantai, melakukan kegiatan outbond, berolahraga, berjemur,
bermain wahana pantai, atau sekedar menikmati pemandangan pantai.
Banyaknya

wisatawan

yang

berkunjung,

menciptakan

keinginan

masyarakat untuk ikut ambil bagian dalam pengembangan daerah tujuan wisata
tersebut. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya masyarakat yang beralih mata
pencaharian

dari

bertani

dan

nelayan

menjadi

aktif

dalam

kegiatan

kepariwisataan, seperti berdagang cendera mata, membuka usaha dalam bidang

Universitas Sumatera Utara

kuliner, penginapan, jasa sewa tenda dan tikar, jasa penyedia wahana bermain
untuk wisatawan.

4.2 Potensi Pasir pada Pantai Pasir Putih Parbaba
Potensi pasir pada Pantai Pasir Putih Parbaba adalah pasir putihnya yang
khas, berbeda dengan pantai danau lainnya. Pada umumnya pantai pasir putih
hanya ditemukan di laut, namun Pantai Pasir Putih Parbaba memiliki pantai pasir
putih layaknya pada pantai laut. Hamparan pantai yang luas dan tekstur pasir yang
bersih dan halus kerap dimanfaatkan para wisatawan untuk melakukan kegiatan
yang menyenangkan.
Wisatawan biasanya melakukan kegiatan seperti pada pantai pada
umumnya seperti, berjemur, bermain air, berenang, bermain pasir atau sekedar
melihat pemandangan di sekitar pantai. Selain untuk kegiatan rekreasi, pasir
pantai yang halus dimanfaatkan wisatawan untuk kegiatan olahraga seperti Volly
Pantai.
Pantai Pasir Putih Parbaba telah ditetapkan sebagai Pantai yang dapat
melakukan olahraga pantai sehingga mendapat sebutan Ecotourism Sport. Pantai
ini biasanya dijadikan sebagai lokasi pertandingan tingkat Sumatera Utara atau
hanya sekaedar bermain Volly antar wisatawan. Masyarakat lokal juga
menggunakan pantai tersebut untuk bermain Volly Pantai pada akhir pekan.
Meskipun melakukan kegiatan olahraga, pasir pantai yang halus tidak akan
menyakiti fisik para wisatawan yang berolahraga di pantai. Selain Volly Pantai,
beberapa olahraga lain sebenarnya dapat dilakukan di pantai ini, namun belum
terealisasikan dengan baik.

Universitas Sumatera Utara

Beach Soccer atau Sepak bola pantai adalah olahraga beregu yang
dilakukan seperti olahraga futsal (sepak bola dalam ruangan). Olahraga beach
soccer seharusnya dapat dilakukan di pantai ini, namun dihalangi beberapa aspek,
seperti lokasi pendirian bangunan yang kurang tepat sehingga mengurangi
keleluas aan para wisatawan. Jika teknik mendirikan lebih diperhatikan, maka
Pantai Pasir Putih Parbaba akan menjadi lokasi olahraga pantai yang sangat
berpeluang menarik perhatian wisatawan untuk datang.
Olahraga Bulutangkis merupakan olahraga yang tepat dilakukan di Pantai
Pasir Putih Parbaba, pasir pantai yang landai cocok dalam olahraga bulutangkis.
Kendala yang menghalangi olahraga ini belum dapat direalisasikan kurang lenih
sama dengan olahraga sepakbola. Kondisi bangunan yang tidak terkonsep dengan
baik sangat membatasi kegiatan yang dapat dilakukan.
Selain pada pantai, olahraga parasailing dapat dilakukan dari bibir pantai
sampai ke tengah-tengah Danau Toba. Parasailing adalah olahraga menggunakan
parasut yang kemudian ditarik oleh seseorang dengan menggunakan speedboat.
Olahraga ini sangat aman dilakukan di pantai ini, karena kedalaman dari bibir
pantai hingga beberapa puluh meter ke arah tengah danau hanya berkisar 1 sampai
2,5 meter. Olahraga parasailing merupakan olahraga yang menantang adrenalin,
hal ini sangat disukai para wisatawan mancanegara. Potensi tersebut apabila
dimanfaatkan dengan baik, akan meningkat aru kunjungan wisatawan terutama
wisatawan mancanegara.

4.3 Potensi Air Danau pada Pantai Pasir Putih Parbaba
Air Pantai Pasir Putih Parbaba merupakan air danau yang berasal dari
dasar Danau Toba. Air danau ini tentu saja tidak asin seperti pada pantai laut, hal

Universitas Sumatera Utara

ini memberikan dampak positif bagi para wisatawan. Wisatawan biasanya
berenang di pantai tersebut tanpa merasakan kulit terasa terbakar atau lengket.
Berbeda dengan air laut yang asin, air danau yang tawar memiliki kelebihan
seperti tidak merusak kulit, rasa tidak mengganggu wisatawan, tidak merusak
mata sehingga banyak kegiatan yang dapat dilakukan pada air di pantai ini.
Daerah tujuan wisata Pantai Pasir Putih Parbaba menyediakan berbagai
macam wahana permainan air yang dapat dipakai para wisatawan seperti Banana
Boat, Sepeda Air, Cano dan Speedboat. Permainan yang dilakukan para
wisatawan di Pantai Pasir Putih Parbaba cukup variatif, yang tidak hanya
dilakukan oleh anak-anak tapi seluruh angota keluarga. Selain wahana permainan
yang sudah ada, masih banyak wahana yang dapat dilakukan di Pantai Pasir Putih,
seperti, Flying Board, Rolling Donut, dan Flying Fish.
1. Flying Board (papan terbang), adalah permainan di atas papan dengan
kekuatan mendorong air sehingga papan melayang di atas air.
Permainan ini sangat menarik bagi wisatawan karena cukup
menantang adrenalin. Permainan Fliying Board sangat cocok
dilakukan di Pantai Pasir Putih Parbaba, karena kedalamannya masih
relatif dangkal.
2. Rolling Donut (donut berputar), adalah permainan yang dapat
dilakukan wisatawan. Wisatawan akan duduk pada sebuah pelampung
berbentuk donat kemudian ditarik sebuah speedboat dengan kecepatan
tinggi, hal ini sangat menantang adrenalin para pelakunya dan akan
kembali melakukannya lagi.

Universitas Sumatera Utara

3. Flying Fish (ikan terbang), adalah permainan yang dilakukan oleh dua
orang yang berbaring di sebuah perlampung datar kemudian ditarik
dengan speedboat berkecepatan tinggi. Pelampung yang ditarik akan
melayang di atas air. Wisatawan akan merasakan sensasi terbang di
atas air.
Pantai Pasir Putih memiliki potensi untuk mengembangkan permainan
yang

menarik

minat

kunjungan wisatawan.

Seluruh stakeholder dapat

mengembangkan potensi yang ada di Pantai Pasir Putih Parbaba, agar menjadi
daerah tujuan wisata yang berkualitas.

4.4 Potensi Pemandangan pada Pantai Pasir Putih Parbaba
Potensi Pantai Pasir Putih Parbaba yang berada pada pesisir Danau Toba
dan mengitari sebagian dari Pulau Samosir sangat istimewa. Panorama Gunung
Pusuk Buhit, bukit barisan dan Danau Toba menjadi kelebihan pantai ini yang
tidak dapat dilihat di pantai lain. Potensi yang dimiliki Pantai Pasir Putih Parbaba
ini belum dimanfaatkan dengan maksimal. Banyak hal yag dapat dilakukan untuk
mengembangkan objek wisata ini.
1. Sunset and Sunrise Side (area memandang matahari terbit

dan

tebenam). Tidak banyak masyarakat lokal yang sadar dengan potensi
ini karena dianggap bukan sesuatu yang menarik. Sebagian besar
wisatawan mancanegara sangat menyukai pemandangan matahari
terbit dari sela-sela pegunungan dan juga terbeman dibalik indahnya
bukit barisan. Puncak keindahan Pantai Pasir Putih Parbaba akan
tampak pada saat senja. Wisatawan dapat duduk di tepi pantai atau di

Universitas Sumatera Utara

rest area atau kedai tradisional sambil menikmati kuliner khas sembari
memandang matahari terbenam.
2. Profesional Photograph (fotografi profesional)
Gunung Pusuk Buhit dan pegunungan bukit barisan seakan menambah
keindah pantai yang berada di tengah-tengahnya. Sebagian besar
wisatawan hanya mengabadikan gambar disekitar pantai, tidak banyak
yang memanfaatkan potensi tersebut. Pemandangan yang eksotis
layaknya di surga tersebut seharusnya dimanfaat sebagai area fotografi
profesional. Hal ini terdengar sederhana, namun apabila dimanfaatkan
dan dikembangkan dengan maksimal, Pantai Pasir Putih Parbaba dapat
dijadikan objek wisata yang sangat indah untuk diabadikan. Secara
tidak langsung hal tersebut akan meningkatkan laju kunjungan
wisatawan untuk datang dan mengabadikan keindahan Pantai Pasir
Putih Parbaba yang tidak akan ditemukan di pantai lain.

4.5 Peranan Masyarakat dalam Mengembangkan Potensi Objek Wisata
Pantai Pasir Putih Parbaba
Mayoritas penduduk Desa Huta Bolon Parbaba adalah Suku Batak Toba
yang tinggal di pesisir Pantai Pasir Putih Parbaba. Masyarakat Suku Batak Toba
yang ada di Desa Huta Bolon Parbaba dikenal dengan ketegasan dan
keagresifannya, namun tetap ramah dan sopan kepada oranglain. Mereka dapat
menerima perkembangan zaman tanpa menghilangkan identitas sebagai Suku
Batak Toba. Sikap terbuka masyarakat Desa Huta Bolon Parbaba membuat
mereka dapat menerima arus kunjungan wisawatan sebagai suatu hal yang positif
dan dapat memanfaatkannya sebagai salah satu sumber mata pencaharian.

Universitas Sumatera Utara

Masyarakat Desa Huta Bolon Parbaba sebagai tuan rumah daerah tujuan
wisata Pantai Pasir Putih Parbaba memiliki peran besar dalam pengembangan
objek wisata tersebut. Sejak awal diresmikannya Pantai Pasir Putih Parbaba,
banyak masyarakat yang beralih profesi dari bertani dan nelayan dan mengambil
bagian dalam kegiatan kepariwisataan di pantai tersebut.
Melihat potensi besar sebagai objek wisata, masyarakat mulai membuat
kegiatan yang kiranya dapat menarik perhatian wisatawan. Sektor perdagangan
adalah salah satu bagian yang dimanfaatkan oleh masyarakat setempat. Sebagian
besar masyarakat menyediakan jasa dan barang yang dibutuhan para wisatawan
seperti, jasa sewa pakaian renang, jasa sewa ban, jasa penyedia wahana permainan
di danau, jasa penyedia tikar dan tenda, jasa penyedia toilet/kamar ganti dan lain
sebagainya.
Masyarakat dan pemerintah daerah setempat bekerja sama untuk
mengelola objek wisata ini, dengan pengelolaan langsung oleh Swadaya
Masyarakat dan masyarakat bertanggungjawab atas retribusi pajak kawasan objek
wisata kepada pemerintah. Sampai saat ini sebagiann besar kawasan objek wisata
ini dikelola oleh masyarakat sendiri, sehingga belum ada peraturan ketat tentang
kepemilikan lahan objek wisata. Selain retribusi pajak, belum ada bentuk
kerjasama dengan pemerintah yang terlihat dengan jelas. Sebagian besar dari
masyarakat yang membuka usaha penyediaan jasa di pantai tersebut masih
membuat tarif harga secara sepihak. Masyarakat merasa enggan bekerjasama
secara total dengan pemerintah disebabkan oleh beberapa hal yang bersifat
primitif.

Universitas Sumatera Utara

Masyarakat Desa Huta Bolon Parbaba tergolong masyarakat yang
memiliki pola pikir terbuka dan menghargai kebudayaan asing, namun belum
menjadi tuan rumah yang baik dalam mengelola kawasan objek wisata. Banyak
dari masyarakat yang tidak memperdulikan keindahan pantai dengan membuang
sampah sembarangan, mendirikan bangunan tidak pada tempatnya, keinginan
bekerjasama dengan setiap stakeholder yang masih kurang, dan beberapa alasan
lain yang berhubungan dengan kepemilikan lahan. Peran yang dapat dilakukan
masyarakat untuk mengembangkan potensi Pantai Pasir Putih Parbaba seperti
berikut:
1. Menjadi tuan rumah yang baik
2. Mengembangkan potensi yang di Pantai Pasir Putih Parbaba ke arah
yang lebih baik
3. Melakukan perawatan terhadap fasilitas yang tersedia
4. Menjaga kebersihan kawasan pantai
5. Memberi pelayanan dan informatif terhadap wisatawan
6. Bekerjasama dengan pemerintah setempat untuk menentukan arah
pengembangan objek wisata yang terarah
7. Memberi dan menerima masukan terhadap pemerintah daerah
8. Melakukan kegiatan promosi
9. Ikut serta dalam event kepariwisataan, dan lain sebagainya

4.6 Peranan Pemerintah dalam Mengembangkan Potensi Objek Wisata
Pantai Pasir Putih Parbaba
Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya Kabupaten Samosir selaku pemerintah
yang bertanggungjawab atas daerah tujuan wisata Pantai Pasir Putih Parbaba

Universitas Sumatera Utara

memiliki peran yang sangat penting dalam pengembangan potensi Pantai Pasir
Putih Parbaba sebagai objek wisata di Kabupaten Samosir. Pemerintah daerah
Kabupaten Samosir telah melakukan berbagai cara untuk mengenalkan daerah
tujuan wisata yang ada di Kabupaten Samosir kepada masyarakat luas dengan
mengadakan event kepariwisataan, seperti Festival Danau Toba, Samosir Fiesta,
Samosir Orkestra, dan lain sebagainya yang secara alami mendatangkan
wisatawan dari berbagai daerah.
Pemerintah memiliki peran memfasilitasi objek wisata agar meningkatkan
arus kunjungan wisatawan. Pemerintah daerah Kabupaten Samosir belum
sepenuhnyaa melakukan perannya dalam mengembangkan kawasan objek wisata
Pantai Pasir Putih Parbaba. Tidak banyak fasilitas yang terlihat yang didirikan
oleh pemerintah, selain gapura selamat datang dan penentuan tarif parkir
kendaraan yang ditentukan oleh pemerintah, masih banyak hal yang harus
dibenahi oleh pemerintah setempat.
Banyak fasilitas yang diperlukan untuk mengembangkan Pantai Pasir
Putih sebagai objek wisata seperti, Beberapa masyarakat yang membuka usaha
menerapkan tarif yang ditentukan sepihak, mereka beranggapan pemerintah tidak
harus berurusan dengan penentuan tarif jasa-jasa yang ada di kawasan pantai
karena sebagian besar fasilitas yang tersedia didirikan masyarakat itu sendiri.
Fasilitas yang perlu dibangun pemerintah guna menunjang potensi Pantai Pasir
Putih Parbaba sebagai objek wisata, yaitu :
1. Sarana jalan raya, walaupun akses jalan raya menuju Pantai Pasir Putih
Parbaba sudah ada, namun banyak jalan yang rusak dan membutuh

Universitas Sumatera Utara

perbaikan. Hal ini bisa menjadi suatu hal yang mengurangi keinginan
wisatawan untuk berkunjung.
2. Fasilitas MCK (mandi cuci kakus), sudah menjadi kebutuhan setiap
orang untuk menggunakan MCK, terutama pada daerah tujuan wisata.
Masyarakat lokal sudah mengadakan fasilitas MCK di kawasan pantai,
namun tidak terawat dengan baik. Pendirian bangunan MCK yang
tidak pada tempatnya, sehingga menjadi sesuatu yang tidak indah
dipandang.
3. Penempatan bangunan juga harusnya menjadi perhatian pemerintah,
sehingga tidak merusak keindahan pantai. Peletakan area parkir, area
penjualan cendera mata dan bangunan penginapan belum sepenuhnya
berdiri sesuai pada tempat. Banyak bangunan yang berdiri tidak teratur
dan terlalu dekat dengan pantai, sehingga pantai terlihat lebih sempit
dari keadaan sebelumnya.
4. Area memandang sunset dan sunrise;
5. Sarana komunikasi dan informasi umum;
6. Bank dan Money Changer;
7. Sarana kesehatan umum;
8. Fasilitas keamanan
9. Sarana transportasi;
10. Area peristirahatan (rest area), dan lain sebagainya.
11. Fasilitas penginapan
Adanya perbedaan tarif beberapa jasa produk wisata yang ditentukan
masyarakat dan pemerintah menjadi suatu hal yang dapat membingungkan

Universitas Sumatera Utara

wisatawan. Hal ini seharusnya mendorong pemerintah untuk melakukan sesuatu
yang dapat mengubah paradigma masyarakat yang menganggap bahwa
pemerintah tidak memiliki hak untuk menentukan harga tarif jasa-jasa
kepariwisataan

yang

ada.

Pemerintah

melakukan

usaha

yang

dapat

mengembangkan potensi Pantai Pasir Putih sebagai objek wisata di Kabupaten
Samosir, seperti :
1. Mendorong dan memotivasi masyarakat setempat agar menjadi tuan
rumah yang baik bagi wisatawan.
2. Mendorong dan memotivasi masyarakat setempat untuk meningkatkan
daya tarik pariwisata khususnya Pantai Pasir Putih Parbaba.
3. Mengumpulkan, mengelola dan memberikan pelayanan kepariwisataan
kepada wisatawan dan masyarakat sekitar yang berkunjung ke Pantai
Pasir Putih Parbaba.
4. Memberikan masukan kepada aparat pemerintah yang berwenang
dalam

bidang

kepariwisataan

setempat

untuk

peningkatan

pengembangan pariwisata di Pantai Pasir Putih Parbaba
5. Menciptakan sumber daya manusia (SDM) yang terampil melalui
sarana pendidikan, sehingga tercipta tenaga kerja yang terampil dalam
mengembangkan potensi yang ada di Pantai Pasir Putih Parbaba.
6. Membuat perencanaan yang matang dalam pembangunan fasilitas dan
memperhitungkan kendala-kendala yang timbul dan alternatif yang
akan dilakukan Pantai Pasir Putih Parbaba menjadi darah tujuan wisata
yang berkualitas dan meningkatkan wisatawan secara signifikan.

Universitas Sumatera Utara

7. Melakukakan kegiatan promosi dan event kepariwisataan yang
berkesinambungan.
Peran pemerintah dalam mengembangkan potensi Pantai Pasir Putih
Parbaba tidak terlepas dari kerjasamanya dengan masyarakat lokal. Pemerintah
juga seharusnya memperhatikan pihak swasta yang hendak mendirikan usaha di
kawasan objek wisata. Pembangunan usaha kepariwisataan juga harus
memperhatikan estetika keindahan, karena suatu objek wisata dapat rusak karena
pembangunan yang tidak sesuai aturan.
Pembangunan yang dilaksanakan memungkinkan berdampak pada
pengembangan wilayah bila dikaitkan dengan pengembangan pariwisata seperti
meningkatnya jumlah wisatawan yang datang, meningkatnya jumlah pengusaha
kecil dan menengah serta perluasan lapangan kerja.

Universitas Sumatera Utara

BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan penulisan Kertas Karya ini, maka dapat ditarik kesimpulan
sebagai berikut :
1. Pantai Pasir Putih merupakan daerah tujuan wisata (DTW) yang
memiliki potensi yang dapat dikembangkan, sehingga meningkatkan
laju kunjungan wisatawan,
2. Potensi pasir pada Pantai Pasir Putih Parbaba sebagai kawasan
Ecotourism Sport yang digunakan untuk olahraga Volly Pantai juga
dapat dikembangkan pada olahraga Beach Soccer (Sepakbola Pantai),
Olahraga Bulutangkis, dan olahraga Parasailing (olahraga parasut air).
3. Potensi air danau pada Pantai Pasir Putih Parbaba yang digunakan
sebagai wahana permainan seperti Banana Boat, Sepeda Air, Cano dan
Speedboat juga berpotensi dalam wahana permainan lainnya namun
belum dapat direalisasikan seperti, Flying Board (papan terbang),
Rolling Donut (donat berputar), dan Flying Fish (ikan terbang).
4. Potensi

pemandangan

pada

kawasan

Pantai

Parbaba

sering

dimanfaatkan wisatawan unutk sekedar mengabadi gambar biasa saja.
Potensi pemandangan lain yang dapat dinikmati wisatawan namun
belum dikembang seperti, Sunset and Sunrise Side (area memandang
matahari terbit dan tebenam) dan Profesional Photograph (fotografi
profesional)

Universitas Sumatera Utara

5. Peranan Masyarakat Desa Huta Bolon Parbaba dalam pengembangan
objek wisata Pantai Pasir Putih Parbaba sebagai daerah tujuan wisata
adalah menjadi tuan rumah yang baik, pengelola produk-produk
wisata, dan menjaga keindahan daerah tujuan wisata tersebut.
6. Peranan Pemerintah Daerah Kabupaten Samosir dalam pengembangan
potensi Pantai Pasir Putih Parbaba sebagai daerah tujuan wisata adalah
sebagai penanggungjawab dan penyedia fasilitas kepariwisataan.

5.2 Saran
1. Pemerintah diharapkan dapat meningkatkan kualitas dan kuantitas
pembangunan sarana dan prasarana kepariwisataan, terutama pada
Desa Huta Bolon Parbaba.
2. Pemerintah

diharapkan

dapat

menciptakan

peluang

untuk

mengembangkan potensi daerah tujuan wisata Pantai Pasir Putih
Parbaba.
3. Masyarakat lokal diharapkan lebih peduli terhadap keindahan daerah
tujuan wisata dan penjagaan fasilitas umum.
4. Pemerintah,

masyarakat,

dan

pihak

swasta

diharapkan

lebih

memeperhatikan sistem pembangun di kawasan objek wisata agar
tidak merusak keindahan daerah tujuan wisata tersebut.
5. Setiap stakeholders harus meningkatkan kegiatan promosi daerah
tujuan wisata agar lebih meningkatkan laju kunjungan wisatawan.

Universitas Sumatera Utara