Ekowisata Leuser (Studi Etnografi Tentang Pengembangan Usaha Ekowisata di Kawasan Ekosistem Leuser Pada Masyarakat di Kecamatan Ketambe, Kabupaten Aceh Tenggara, Provinsi Aceh)
BAB II
GAMBARAN LOKASI PENELITIAN
2.1 Sejarah Kabupaten Aceh Tenggara
Gambar 1 : Logo Kabupaten Aceh Tenggara
Sumber : www.google.com
Secara topografi dulunya menurut sebuah hikayat Aceh Tenggara adalah
sebuah danau besar, yang terbentuk pada masa pra sejarah. Secara faktual hal ini
dapat dilihat dari banyaknya nama desa atau daerah yang masih menggunakan
kata pulo (pulau), ujung, dan tanjung, seperti Pulo Piku, Pulonas, Pulo Kemiri,
Pulo Gadung, Pulo Latong, Tanjung, Kuta Gerat, Kuta Ujung, dan Ujung Barat.
Selain itu, ditemukan banyak kuburan yang berada di atas gunung, seperti
kuburan Raja Dewa di atas gunung Lawe Sikap, kuburan Panglima Seridane di
atas Gunung Batu Bergoh, dan kuburan Panglima Panjang di atas Gunung
Panjang. Nama alas sendiri diyakini berasal dari kata alas yang bermakna tikar
atau landasan yang berbentuk lapangan yang sangat luas.
24
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2: Peta Wilayah Kabupaten Aceh Tenggara
Sumber : www.google.com
Kutacane
adalah
ibukota
Kabupaten
Aceh
Tenggara,
Provinsi
Aceh, Indonesia. Secara geografis, Kabupaten Aceh Tenggara terletak antara
3055'23”–4016'37” LU dan 96043'23‘–98010'32” BT. Di sebelah utara berbatasan
dengan Kabupaten Gayo Lues, di sebelah timur dengan Provinsi Sumatera Utara
dan Kabupaten Aceh Timur, di sebelah selatan dengan Kabupaten Aceh Selatan,
Kabupaten Aceh Singkil dan Provinsi Sumatera Utara, dan di sebelah barat
dengan Kabupaten Aceh Selatan. Kutacane merupakan pintu masuk ke Taman
Nasional Gunung Leuser (TNGL) dari wilayah Aceh, dapat di capai lebih kurang
5-6 jam lewat darat melalui Medan, Sumatera Utara. Wilayah Kabupaten Aceh
Tenggara (Agara) terletak di ketinggian 25-1000 meter di atas permukaan laut,
berupa daerah perbukitan dan pegunungan. Sebagian kawasannya merupakan
25
Universitas Sumatera Utara
daerah suaka alam Taman Nasional Gunung Leuser. Suhu udara berkisar antara
25 sampai 32 Celsius.
Dalam sejarah panjang pemerintahan Kabupaten Aceh Tenggara, bermula
dari disusunnya pemerintahan di seluruh Aceh pada awal tahun 1946 dengan
mengelompokkan daerah-daerah yang berada “di tengah” Aceh, yakni Takengon,
Gayo Lues, dan Tanah Alas ke dalam satu keluhakan yang disebut Keluhakan
Aceh Tengah. Ibukota keluhakan direncanakan digilir setiap enam bulan antara
Takengon, Blangkejeren, dan Kutacane. Jarak yang sangat jauh dan waktu tempuh
yang sangat lama antara Kutacane ke Takengon, sekitar 250 km ditempuh dalam
waktu 5-8 hari dengan jalan kaki, atau kalau menggunakan kendaraan harus
melalui Medan, Aceh Timur, dan Aceh Utara dengan menempuh jarak sekitar 850
km, menyebabkan pelaksanaan pemerintahan tidak berjalan efektif. Keunikan dan
pengalaman sejarah yang tinggi di aceh, sangat menarik dicermati dan dijadikan
sebagai bahan kajian yang penting, yang cukup dalam. Aceh, sebaimana yang
disebutkan oleh Reid, merupakan “sebuah bangsa baru yang lebih memiliki
kekuatan2 ekonomi dan politik ketimbang tradisi kosmik dan solidaritas etnik.10
Terlebih lagi pada tanggal 21 September 1953 meletus Peristiwa Aceh
(Daud Bereueh), yang mendorong beberapa tokoh yang berasal dari Sumatera
Utara mencoba memasukkan daerah Tanah Alas ke dalam wilayah Sumatera
Utara. Namun upaya ini tidak mendapat dukungan dari rakyat di Tanah Alas. Pada
10
Anthony Reid, Trade and the Problem of Royal Power in Aceh: c. 1550-1700, Monographs of
the Malaysian Branch of the Royal Asiatic Society, 6 (1975), hlm. 45-55, sebagaimana dikutip
oleh James Siegel, Shadow and Sound, The Historical Thought of a Sumatran People, (Chicago
and Londin: The University of Chicago Press, 1979),hlm.9.
26
Universitas Sumatera Utara
tahun 1956 Pemerintah Pusat menyadari bahwa salah satu penyebab meletusnya
Peristiwa Aceh adalah dileburnya Provinsi Aceh ke dalam propinsi Sumatera
Utara dan memutuskan untuk mengembalikan status propinsi kepada Aceh. Hal
ini semakin mendorong pemimpin di Tanah Alas dan Gayo Lues untuk
membentuk kabupaten sendiri, terlepas dari Kabupaten Aceh Tengah. Setelah
melalui perjuangan tanpa kenal lelah, akhirnya Mayor Syahadat berhasil
meyakinkan Pangkowilhan I Letjend. Koesno Oetomo untuk secara de facto
menyatakan mengesahkan Daerah Tanah Alas dan Gayo Luas Menjadi Kabupaten
Aceh Tenggara pada tanggal 14 Nopember 1967. Pada tahun 1974, setelah
berjuang selama 17 tahun sejak tahun 1956, Pemerintah akhirnya menerbitkan UU
No. 4 tahun 1974 tentang Pembentukan Kabupaten Aceh Tenggara dan
peresmiannya dilakukan oleh Menteri Dalam Negeri H. Amir Machmud pada
tanggal 26 Juni 1974 dalam suatu acara yang khidmat di Kutacane.
Pada hari itu juga Gubernur Daerah Istimewa Aceh A. Muzakkir
Walad melantik Mayor Syahadat sebagai Pejabat Bupati Kabupaten Aceh
Tenggara. Pada tanggal 24 Juli 1975 Mayor Syahadat secara definitif diangkat
sebagai Bupati Aceh Tenggara yang pertama. Bupati berikutnya setelah H.
Syahadat (menjabat sejak tahun 1975 sampai 1981) adalah T. Djohan Syahbudin,
SH, (periode 1981-1986), Drs. H. T. Iskandar, (periode 1986-1991), Drs. H.
Syahbuddin BP (periode 1991-2001), H. Armen Desky (periode 2001-2006) dan
Ir. Hasanuddin B (sejak 2006 sampai sekarang).
Kemudian pada tanggal 10 April 2002 kabupaten ini dimekarkan menjadi
Kabupaten Aceh Tenggara dan Kabupaten Gayo Lues berdasarkan Undang-
27
Universitas Sumatera Utara
Undang Nomor 4 Tahun 2002. Secara administratif, sejak terbentuk pada tahun
1974 sampai dengan tahun 2013, Kabupaten Aceh Tenggara terbagi dalam 16
kecamatan, satu kelurahan, dan 385 desa. Sebanyak 282 desa diantaranya terletak
di lembah dan 103 desa terletak di kawasan lereng Taman Nasional Gunung
Leuser dan Bukit Barisan. Enam belas kecamatan yang ada di Aceh Tenggara
adalah : Lawe Alas, Lawe Sigala-Gala, Babul Makmur, Bambel, Babussalam,
Badar, Darul Hasanah, Lawe Bulan, Bukit Tusam, Semadam, dan Babul Rahmah,
Deleng Pokhkisen, Tanoh Alas, Leuser, Ketambe, Babul Makmur dan Lawe
Sumur.
Kabupaten Aceh Tenggara yang dikenal sebagai Lembah Alas, sangat
kaya akan objek-objek wisata. Pengembangan pariwisata di Aceh Tenggara
diarahkan pada pemanfaatan sektor pariwisata untuk meningkatkan pendapatan
asli daerah dengan penekanan pada pariwisata alam (natural tourism). Sasaran
dari pembangunan pariwisata adalah meningkatkan arus kunjungan wisatawan
mancanegara dan wisatawan domestik dari tahun ke tahun. Objek-objek wisata ini
dapat digunakan untuk tujuan pendidikan dan penelitian ataupun rekreasi dan
olahraga. Untuk tujuan pendididkan sudah ada laboratorium penelitian dan
camping ground yang dapat digunakan oleh siswa dan mahasiswa, serta peneliti
dari lembaga-lembaga penelitian dan universitas dalam bidang biologi, kehutanan,
ekologi, zoologi, dan iklim.
28
Universitas Sumatera Utara
2.2. Sejarah Singkat Kecamatan Katambe
Kecamatan Ketambe memiliki latar belakang pembentukan kecamatan
dikarenakan masyarakat di kecamatan ini merasakan adanya kesulitan dalam
mengakses semua bidang kebutuhan mereka. Jauhnya Kecamatan Ketambe yang
saat itu masih dalam bagian Kecamatan Badar, membuat masyarakat
menginginkan pemekaran kecamatan untuk memudahkan dan mengurus segala
kebutuhan mereka termasuk kebutuhan administrasi pemerintahan. Lalu pada
tahun 2006 berdirilah Kecamatan Ketambe sabagai satu Kecamatan lepas dari
kecamatan Badar. Kawasan Ketambe mempunyai sejarah lama sebagai lokasi
yang dijaga lingkungannya oleh warga masyarakat sekitar. Hutan di kiri kanan
membentang dan di bawahnya Sungai Alas dengan air yang jernih mengalir. Di
Kecamatan Ketambe juga kita bisa menjumpai ada beberapa Air Terjun, Air
Panas, Kapur Gunung dan Gua.
Kecamatan Ketambe merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Aceh
Tenggara merupakan kecamatan paling barat yang berbatasan langsung dengan
Kabupaten Gayo Lues. Wilayah Kecamatan Ketambe merupakan wilayah
perbukitan dan sebagian besar merupakan wilayah Taman Nasional Gunung
Leuser dan merupakan salah satu destinasi wisata bagi wisatawan mancanegara
2
ataupun domestic. Kecamatan dengan total luas wilayah 255,07 Km dibagi
menjadi 25 desa.
29
Universitas Sumatera Utara
Tabel 1. Struktur pemerintahan Kecamatan Ketambe tahun 2016
Nama
Jabatan
Golongan
Salamudin, SH, M.M
Camat
III/d
Aliman Deski, SE
Sekretaris Camat
III/d
Yudi Aspandi, SE.Ak
Kasubbag Umum
III/a
Ahmad Najib, SE
Kasubbag
Kepegawaian
dan
tatalaksana
III/a
-
Kasubbag Keuangan dan Pelaporan
-
-
Kasi Pemerintahan
-
-
Kasi Trantib
-
Sutan Abidin, S.PdI
Kasi BPMD
III/d
Sabariah
Kasi Kesra
III/d
Idawati, SH
Kasi Pelayanan Umum
III/b
Sumber : Kantor camat Ketambe
2.2.1. Letak Geografis
Kecamatan Ketambe yang ber Ibu Kota Kecamatan Lawe Beringin ini,
memiliki luas kecamatan 5.005 Ha, dengan batas-batas kecamatan:
Sebelah Utara
: Kabupaten Gayo Lues
Sebelah Selatan
: Kecamatan Badar
Sebelah Barat
: Kecamatan Darul Hasanah
Sebelah Timur
: Privinsi Sumatra Utara
0
Dengan letak geografis kecamatan, Lintang Utara: 03.60926 N dan Bujur
30
Universitas Sumatera Utara
0
Timur: 097.72992 N. Ketambe adalah Kecamatan yang terletak di kaki gunung
Leuser Kabupaten Aceh Tenggara, Provinsi Aceh. Sekitar 19,0 Km sebelah barat
Kutacane atau satu jam perjalanan dengan kendaraan bermotor menggunakan
transportasi darat. Kecamatan ini merupakan sebuah cagar alam yang dikelilingi
oleh tumbuh-tumbuhan besar dan hewan-hewan tropis. Panorama yang masih
segar dan alami serta belum tersentuh oleh modernisasi perkotaan dapat dijumpai
di kecamatan ini. Tempat ini juga dijadikan sebagai Stasiun penelitian oleh para
ilmuan baik dari dalam maupun dari luar negeri, khususnya dibidang flora dan
fauna. Di pinggir Kecamatan Ketambe mengalir sebuah induk sungai yang diberi
nama Sungai Alas yang diambil dari nama suku yang mendiami daerah tersebut,
yaitu Suku Alas. Dalam bahasa Alas “Sungai” disebut dengan kata “Lawe” yang
Juga berarti “Air”.
2.2.2. Gambaran Masyarakat Ketambe
Kecamatan Ketambe yang mana pemerintahannya berpusat di Desa Lawe
Beringin. Kecamatan Ketambe memiliki 3 Mukim dan 25 Desa. Untuk
menjalankan pemerintahan tingkat kecamatan, terdapat 15 pegawai yang
ditugaskan di kantor Kecamatan Ketambe.
Jumlah penduduk Kecamatan Ketambe pada tahun 2016 sebanyak 9.566
2
jiwa. Dengan luas 255,07 Km , Kecamatan Ketambe memiliki kepadatan
2
2
penduduk hingga 37,5 jiwa per Km atau 38 jiwa per Km . Dari 25 desa di
Kecamatan Ketambe, pada tahun 2016 desa yang memiliki jumlah penduduk
tertinggi adalah Desa Lawe Penanggalan dengan total penduduk sebanyak 710
jiwa. Sedangkan desa dengan jumlah terendah adalah Desa Kati Maju dengan
31
Universitas Sumatera Utara
jumlah 139 jiwa.11
Masyarakat yang berada di Kecamatan Ketambe ini pada umumnya
didominasi oleh dua Suku yaitu Alas dan Gayo. Penduduk yang ada di Kecamatan
Ketambe ini juga ada yang bersuku Jawa, Minang, Batak dan lain-lain.
Sebenarnya dahulu suku yang ada di daerah ini adalah Alas dan Gayo. Akan tetapi
setelah berkembangnya kehidupan masyarakat, banyak penduduk lain yang
datang dan bermukim di Kecamatan ini tersebut. Termasuk Warga Negara Asing
(WNA) yang tengah berwisata atau melakukan penelitian di daerah Ketambe.
Adanya percampuran budaya antara satu suku dengan suku yang lainnya telah
membuat perubahan secara adat istiadat pada masyarakat Ketambe itu sendiri.
Dahulu masyarakatnya masih sangat memegang teguh adat istiadatnya. Namun
setelah bercampur baurnya penduduk antar satu suku dengan suku yang lainnya
telah membuat pergeseran nilai budaya bagi masyarakat Ketambe.
Tabel 2. Jumlah Penduduk Menurut Desa dan Jenis Kelamin tahun 2016 (jiwa)
Nama Desa
Laki-laki
Perempuan
Total
Deleng Damar
167
126
293
Simpang III Jongar
149
144
293
Penyebrangan Cingkam
228
194
422
Jongar
250
204
454
Lawe Penanggalan
371
339
710
Jambur Laklak
259
193
452
Lawe Mengkudu
150
125
275
11
BPS Kecamatan Ketambe 2016
32
Universitas Sumatera Utara
Aunan Sepakat
146
128
274
Ketambe
286
204
490
Rumah Bundar
124
110
234
Kayu Mentangur
207
200
407
Lawe Sembekan
265
230
495
Lawe Gekh Gekh
271
234
505
Lawe Beringin
143
119
262
Bener Berpapah
158
135
293
Datuk Pinding
168
126
294
Penungkunen
223
168
391
Jati Sara
149
113
262
Leuser
355
279
634
Bukit Baru
156
128
284
Kati Maju
75
64
139
Lawe Aunan
347
284
631
Bintang Bener
160
168
328
Suka Rimbun
184
156
340
Simpur Jaya
228
173
401
5219
4347
9566
Total
Sumber : Kantor camat Ketambe
2.3. Profil Desa Ketambe
Desa Ketambe mempunyai jumlah penduduk, luas wilayah dan potensi
budaya alam serta perilaku masyarakat. Keterlibatan masyarakat secara aktif di
33
Universitas Sumatera Utara
dalam proses perencanaan pelaksanaan, pengendalian, pengelolaan, pemilihan,
serta pengembangan hasil-hasil pembangunan merupakan sebuah kunci
kesuksesan dari setiap upaya pembangunan.
Tabel 3. Nama Kepala Desa Dan Jumlah Dusun ahun 2016
Desa/Kelurahan
Kepala Desa
Jumlah Dusun
Deleng Damar
Sumardin
2
Simpang III Jongar
Ali Murdin
3
Penyebrangan Cingkam
Hajiman, SP
3
Jongar
Aminudin Darjo
3
Lawe Penanggalan
Saiful Bahri
3
Jambur Laklak
Ardin
2
Lawe Mengkudu
Tawardi
3
Aunan Sepakat
MHD Kelana
2
Ketambe
Asbandi
3
Rumah Bundar
Safriadi
3
Kayu Mentangur
Hakimin
3
Lawe Sembekan
Kasrul Ajwar
3
Lawe Gekh Gekh
Supardi, S.T
3
Lawe Beringin
Ali Satumin
3
Bener Berpapah
Ali Kadri
2
Datuk Pinding
Angkasah
3
Penungkunen
Syaiful
3
Jati Sara
Latip Rusul
3
34
Universitas Sumatera Utara
Leuser
Pulihno
3
Bukit Baru
Gunawan
3
Kati Maju
Satudin
3
Lawe Aunan
Marhalin
4
Bintang Bener
Supian
3
Suka Rimbun
Asbi Nasri
3
Simpur Jaya
Ismail
3
Jumlah
72
Sumber : Kantor camat Ketambe
Desa Ketambe dengan letak geografis 03˚40’47 1” lintang selatan, dan
97˚39’31 1” lintang selatan dengan ketinggian tempat 368 mdpl, desa ini memiliki
tiga buah dusun, antara lain: Dusun Anugerah, dusun Balai Lutu dan dusun
Makmur, memiliki luas desa 15 Ha dan rata-rata warga desa memiliki luas lahan 1
Ha, jarak ke desa dari kota sekitar 31 km, letak desa bahagian barat berbatasan
dengan stasiun penelitian ketambe, bahagian timur berbaatasan dengan
perkebunan warga desa Aunan Sepakat, bahagian selatan berbatasan dengan hutan
riset sedangkan dengan bahagian utara berbatasan dengan hutan lindung. Menurut
informasi dari kepala desa yaitu Bapak Arwin desa ketambe merupakan
pemekaran dari desa Jambur Lak-lak kecamatan Ketambe pada tahun 1999.12
Di desa Ketambe memiliki 3 kelompok masyarakat yang tergabung
kedalam Kelompok Tani Gurah, Kelompok Tani Leuser, Kelompok Tani Selayar.
Di desa Ketambe juga memiliki kelembagaan adat, walaupun tidak ada namanya,
12
BPS Kecamatan Katambe 2016
35
Universitas Sumatera Utara
tetapi masyarakat masih memiliki keyakinan dan kepercayaan kepada para tetua
adat untuk mendapatkan rujukan segala aktivitas di desa ketambe, khususnya
pengembangan dan pembangunan desa.
Perladangan di dalam kawasan TNGL tidak dilakukan oleh warga,
walaupun ada permasalahan-permasalahan yang timbul lebih dikarenakan kurang
pemahaman masyarakat dan desakan perekonimian dan sempitnya lahan, jenis
pengambilan hasil hutan hanya sebatas pengambilan damar dan rotan, binatang
buruan antara lain: babi hutan, rusa dan kijang, jenis penjualan lahan dilakukan
dengan ganti rugi. Larangan-larangan adat terhadap sumber daya alam dan air
adalah larangan meracun, mengebom di sungai dan menebang pohon untuk
keperluan komersil, namun untuk kebutuhan di desa masih dapat dilakukan
dengan persetujuan berbagai pihak. Lahan terlantar seluas 5 Ha. Jenis ternak yang
diusahakan oleh masyarakat adalah kambing, lembu, kerbau, bebek dan ayam
Program konservasi yang saat ini sedang berjalan adalah program dari
BPKEL (badan pengelola kawasan ekosistem leuser) dan BTNGL lebih kepada
pengawasan kawasan TNGL dan pernah melaksanakan pelatihan pariwisata, luas
hutan di desa Ketambe 80 Ha dan sudah termasuk kawasan TNGL, luas sawah 1
Ha dan luas ladang 500 Ha, bencana alam yang pernah terjadi di desa Ketambe
adalah banjir, banjir melanda sebahagian lahan pertanian masyarakat.
2.4. Sarana Dan Prasana
Salah satu indikator yang dapat digunakan untuk menggambarkan kualitas
di suatu wilayah adalah dengan melihat ketersediaan fasilitas di wilayah tersebut.
Semakin banyak jumlah fasilitas yang tersedia, maka akan semakin memudahkan
36
Universitas Sumatera Utara
masyarakat untuk mengakses dan akan berujung pada semakin baiknya kualitas
masyarakat tersebut. Namun, dengan tidak melupakan kualitas dari fasilitas
tersebut. Adapun beberapa fasilitas sarana dan prasana di kecamatan katambe
berupa sarana kesehatan, sarana pendidikan, sarana ibadah, dan sarana
transportasi.
Tabel 4. Jumlah kantor pemerintah Desa di Kecamatan Ketambe tahun 2016
Kantor
Nama Desa
Pemerintahan
Balai Desa
Lainnya
Desa
Deleng Damar
1
1
-
Simpang III Jongar
1
1
-
Penyebrangan Cingkam
1
1
-
Jongar
1
1
1
Lawe Penanggalan
1
1
-
Jambur Laklak
1
1
1
Lawe Mengkudu
1
1
-
Aunan Sepakat
1
-
-
Ketambe
1
-
1
Rumah Bundar
1
-
-
Kayu Mentangur
1
-
-
Lawe Sembekan
1
-
-
Lawe Gekh Gekh
1
-
-
37
Universitas Sumatera Utara
Lawe Beringin
1
-
-
Bener Berpapah
1
-
-
Datuk Pinding
1
-
1
Penungkunen
1
-
-
Jati Sara
1
-
-
Leuser
1
-
-
Bukit Baru
1
-
-
Kati Maju
1
-
-
Lawe Aunan
1
1
-
Bintang Bener
1
-
-
Suka Rimbun
1
-
-
Simpur Jaya
1
-
-
25
8
-
Jumlah
Sumber : Kantor camat Ketambe
2.4.1. Sarana Pendidikan
Potret pendidikan di Kecamatan Ketambe dapat dilihat dari jumlah murid,
guru dan juga jumlah sekolah yang tersedia. Dimana total jumlah siswa dari
tingkat pendidikan dasar hingga menengah atas sebanyak 1.671 siswa. Dimana
total jumlah siswa SD sebanyak 836 siswa, SMP sebanyak 443 siswa dan SMA
sebanyak 392 siswa. Seluruh siswa tersebut tersebar pada 7 sekolah tingkat dasar
(SD), 5 sekolah tingkat menengah pertama (SMP) dan 3 sekolah menengah atas
(SMA).
38
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5. Jumlah Murid Menurut Jenis Kelamin dan Jenjang Pendidikan di tahun 2016
Jumlah Murid
Jenjang
Pendidikan
Laki-laki
Perempuan
Jumlah
SD/Sederajat
473
363
836
SMP/ Sederajat
226
217
443
SMA/ Sederajat
203
189
392
Jumlah
902
769
1671
Sumber : data bps Ketambe
Tabel 6. Jumlah Guru Menurut Jenjang Pendidikan dan Status Kepegawaian tahun 2016
Status Kepegawaian
Jenjang
Pendidikan
PNS
Honorer
Jumlah
SD/Sederajat
47
16
63
SMP/ Sederajat
31
41
72
SMA/ Sederajat
37
17
54
Jumlah
115
74
189
Tabel 7. Jumlah Sarana Pendidikan Menurut Jenjang Pendidikan dan Status tahun 2016
Status
Jenjang
Pendidikan
Negeri
Swasta
Jumlah
SD/Sederajat
7
-
7
SMP/ Sederajat
4
1
5
SMA/ Sederajat
3
-
3
Jumlah
14
1
15
39
Universitas Sumatera Utara
Sumber : data bps Kecamatan Ketambe
Sedangkan untuk melayani seluruh siswa tersebut, terdapat 189 tenaga
pengajar yang terdiri dari 63 orang guru SD, 72 orang guru SMP dan 54 orang
guru SMA. Secara umum perbandingan jumlah murid dan tenaga pengajar di
Kecamatan Ketambe cukup kecil yaitu 9:1. Untuk SD perbandingan murid dan
guru adalah 13:1, SMP sebesar 6:1 dan SMA sebesar 7:1. Angka tersebut masih
jauh di bawah perbandingan ideal yang ditetapkan pemerintah yaitu sebesar 20:1
untuk setiap jenjang. Hal ini menunjukan bahwa adanya kelebihan tenaga
pengajar, terutama tingkat SMP.
2.4.2. Sarana Kesehatan
Salah satu indikator yang dapat digunakan untuk menggambarkan kualitas
kesehatan di suatu wilayah adalah dengan melihat ketersediaan fasilitas kesehatan
di wilayah tersebut. Semakin banyak jumlah fasilitas kesehatan yang tersedia,
maka akan semakin memudahkan masyarakat untuk mengakses fasilitas kesehatan
dan akan berujung pada semakin baiknya kualitas kesehatan masyarakat tersebut.
Namun, dengan tidak melupakan kualitas dari fasilitas kesehatan tersebut pula
yang dapat digambarkan dari ketersediaan tenaga medis dan kelengkapan alat
kesehatan yang tersedia.
Tabel 8. Jumlah Sarana Kesehatan Menurut Desa tahun 2016
Desa/Kelurahan
Rumah Sakit
Poliklinik
Puskesmas
Deleng Damar
-
-
-
Simpang III Jongar
-
-
-
Bersalin
40
Universitas Sumatera Utara
Penyebrangan Cingkam
-
-
-
Jongar
-
-
-
Lawe Penanggalan
-
-
-
Jambur Laklak
-
1
-
Lawe Mengkudu
-
-
-
Aunan Sepakat
-
-
-
Ketambe
-
-
-
Rumah Bundar
-
-
-
Kayu Mentangur
-
-
-
Lawe Sembekan
-
-
-
Lawe Gekh Gekh
-
-
-
Lawe Beringin
-
-
-
Bener Berpapah
-
-
-
Datuk Pinding
-
-
-
Penungkunen
-
-
-
Jati Sara
-
-
-
Leuser
-
-
-
Bukit Baru
-
-
-
Kati Maju
-
-
-
Lawe Aunan
-
-
-
Bintang Bener
-
-
-
Suka Rimbun
-
-
-
41
Universitas Sumatera Utara
Simpur Jaya
Jumlah
-
-
-
-
1
-
Sumber : data bps Kecamatan Ketambe
Di seluruh wilayah Kecamatan Ketambe pada tahun 2015 terdapat empat
sebuah puskesmas. Selain itu, terdapat juga tiga buah poskesdes dan empat buah
pustu yang membantu melayani masyarakat. Dengan adanya kekurangan fasilitas
kesehatan di Kecamatan Ketambe ini, dibutuhkan perhatian kita semua untuk
dapat meningkatkan baik dari sisi kuantitas ataupun kualitas pelayanan kesehatan
sehingga dapat dijangkau oleh seluruh penduduk. Jumlah puskemas sebanyak 1
unit, jumlah polindes 3 unit, dan pustu 4 unit.
Tabel 9. Jumlah Fasilitas Kesehatan di Kecamatan Ketambe tahun 2016
Fasilitas Kesehatan
Jumlah
Puskesmas
1
Polindes
3
Pustu
4
Sumber : data bps Kecamatan Ketambe
2.4.3. Sarana Ibadah
Kehidupan sosial di Kecamatan Ketambe dapat dikatakan relatif homogen
baik dari sisi kepercayaan yang dianut masyarakat ataupun suku bangsa. Hal ini
menimbulkan kehidupan sosial yang mudah menyatu karena adanya kesamaan
akan banyak hal di antara penduduknya.
Agama Islam merupakan agama yang dianut oleh sebagian besar
penduduk Kecamatan Ketambe. Hal ini ditunjukkan dengan cukup banyaknya
42
Universitas Sumatera Utara
fasilitas ibadah umat Islam di kecamatan ini. Dimana di seluruh wilayah terdapat
18 masjid dan 17 mushala atau surau. Dapat dikatakan bahwa hampir setiap desa
memiliki masjid atau suarau/mushala jika dilihat dalam segi jumlah.
Tabel 10. Jumlah Tempat Ibadah di Kecamatan Ketambe tahun 2016
Desa/Kelurahan
Masjid
Langgar/Surau/
TPA
Gereja
Pura
Vihara
Deleng Damar
-
1
-
-
-
Simpang III Jongar
1
1
-
-
-
Penyebrangan Cingkam
-
1
-
-
-
Jongar
1
1
-
-
-
Lawe Penanggalan
1
-
-
-
-
Jambur Laklak
1
1
-
-
-
Lawe Mengkudu
1
-
-
-
-
Aunan Sepakat
1
-
-
-
-
Ketambe
1
-
-
-
-
Rumah Bundar
1
-
-
-
-
Kayu Mentangur
1
1
-
-
-
Lawe Sembekan
-
2
-
-
-
Lawe Gekh Gekh
-
1
-
-
-
Lawe Beringin
-
2
-
-
-
Bener Berpapah
1
1
-
-
-
Datuk Pinding
1
-
-
-
-
Penungkunen
1
1
-
-
43
Universitas Sumatera Utara
Jati Sara
1
-
-
-
-
Leuser
1
1
-
-
-
Bukit Baru
1
-
-
-
-
Kati Maju
-
1
-
-
-
Lawe Aunan
1
-
-
-
-
Bintang Bener
-
1
-
-
-
Suka Rimbun
1
1
-
-
-
Simpur Jaya
1
-
-
-
-
18
17
0
0
0
Jumlah
Sumber : data bps Kecamatan Ketambe
2.5. Potensi Sumber Perekonomian Kecamtan Ketambe
Setiap daerah tentu memiliki potensi yang dapat dikelola oleh manusia
untuk menjadi sumber perekonomian mereka. Di kecamatan ketambe ada
beberapa potensi sumber perekonomian masyarakat yaitu perkebunan pertanian
dan potensi pariwisata.
2.5.1.Perkebunan dan pertanian
Produksi pertanian tanaman pangan di Kecamatan Ketambe pada tahun
2016 didominasi oleh tanaman padi dan jagung. Produksi padi di Kecamatan
Ketambe secara total mencapai 2,1 ribu ton dengan luas panen 4,8 Ha. Sedangkan
produksi jagung mencapai 8,6 ton dengan luas panen 6,51 Ha. Kedua komoditi ini
memiliki produksi yang sangat jauh berbeda dengan komoditi tanaman lainnya
Pertanian hortikultura di Kecamatan Ketambe pada tahun 2016 memiliki
jumlah produksi yang relatif seimbang antar komoditi, baik dilihat dari luas panen
44
Universitas Sumatera Utara
ataupun hasil produksinya. Komoditi hortikultura di Kecamatan Ketambe
diantaranya sawi, kacang panjang, cabe besar, cabe rawit, tomat, terung,
kangkung dan bayam. Dimana produksi terbesar adalah komoditi sawi yang mana
produksi hingga mencapai 30,96 ton dengan luas panen 6 Ha. Kemudian diikuti
oleh produksi bayam yang mencapai produksi 28,91 ton dengan luas panen 7 Ha.
Kemudian di urutan berikutnya terdapat produksi kangkung sebesar 21,70 ton
yang diikuti oleh produksi kacang panjang yang mencapai 18,80 ton.
Pada komoditi tanaman tahunan buah-buahan, durian menempati urutan
teratas untuk jumlah produksinya yaitu mencapai 644 kuintal. Namun jika dilihat
dari jumlah panen, maka buah langsat menempati urutan pertama dengan jumlah
panen 282 pohon. Sedangkan produksi buah-buahan terendah di tahun 2016 di
Kecamatan Ketambe yang hanya berproduksi 0,36 kuintal yaitu jeruk besar.
Sedangkan untuk ternak kecil di Kecamatan Ketambe pada tahun 2016 terdiri dari
kambing yang mencapai 680 ekor. Ternak ini bersifat kecil yang dilakukan rumah
tangga petani. Ternak kecil dengan populasi di urutan kedua adalah domba
dengan jumlah populasi di tahun 2016 mencapai 37 ekor.
2.5.2. Sungai Alas
Daerah aliran sungai (DAS) Alas merupakan salah satu DAS terbesar di
Aceh. Sungai ini melintasi 4 kabupaten, yakni Gayo Lues, Aceh Tenggara,
Subussalam dan Singkil. DAS Alas merupakan kesatuan 18 Sub DAS. Ratusan
sungai kecil dan besar alirannya bermuara ke Alas. Di Gayo Lues dan Aceh
Tenggara sungai utamanya disebut Lawe Alas. Beberapa sungai masuk dalam
DAS Alas. Di Aceh Tenggara ada Lawe Gurah, Lawe Ketambe, Lawe Kompas,
45
Universitas Sumatera Utara
dan Lawe Serakut, dll. Ribuan orang di desa-desa yang dilalui Sungai Alas
mengantungkan kehidupan mereka dari jasa-jasa ekologi dan ekonomi dari sungai
tersebut. Pertanian di wilayah ini bergantung pada sumber air dari Alas. Sungai
ini memberikan berkah tak ternilai bagi para petani, nelayan (peternak ikan),
penyedia jasa transportasi air, hingga pemandu wisata arung jeram. Penggemar
olahraga arung jeram pun dapat menjajal keganasan Sungai Alas yang sudah
sangat termasyur sebagai lokasi pembuktian nyali untuk berarung jeram. Sambil
mengarungi Sungai Alas ini, penggemar arung jeram akan disuguhi kesegaran air
Sungai Alas, panorama keindahan alam hutan tropis Aceh, dan perkampungan.
Kawasan Sungai Alas antara Muara Situlen - Batu Injin merupakan objek
ekowisata terkenal karena merupakan favorit turis asing untuk kegiatan arung
jeram.
Biasanya
arung jeram
dilakukan hingga
ke
Desa
Gelombang
Subulussalam. Kawasan sepanjang Sungai Alas merupakan objek wisata yang
menakjubkan yang bisa mereka promosikan hingga ke manca negara. Namun
rusaknya hutan TNGL, akibat perambahan hutan yang menyebabkan erosi sungai,
banjir bahkan longsor membuat mereka khawatir tak dapat lagi menawarkan
keindahan Leuser pada para turis.
2.5.3. Hutan Gurah
Hutan Gurah merupakan hutan yang berada di Ketambe. Fasilitas yang
tersedia di Hutan Wisata Gurah adalah jalan setapak/trail yang terdiri dari
beberapa rute yang dapat dilalui oleh wisatawan. Pembangunan ekologi adalah
suatu gaya pembangunan, yang setiap kawasan ekologi memerlukan pemecahan
tersendiri terhadap persoalan-persoalan khusus dari kawasan itu dalam rangka
46
Universitas Sumatera Utara
data, baik dibidang kebudayaan maupun ekologi, dan dalam rangka kebutuhankebutuhan jangka panjang maupun jangka pendek. Sehubungan dengan itu
pembangunan tersebut berjalan menurut kriteria kemajuan yang berhubungan
dengan setiap keadaan khusus, dan penyesuaian terhadap lingkungan memainkan
suatu peranan yg penting.13
Kondisi jalan setapak secara umum dalam kondisi masih cukup baik namun
perlu berhati-hati untuk jalur yang menanjak. Fasilitas akomodasi yang tersedia di
lokasi wisata berupa sarana penginapan seperti guest house, yang terdapat di
pemukiman penduduk sekitar kawasan dengan tarif harga murah. Selain itu di
Hutan Wisata Gurah ini juga terdapat areal Camping Ground, papan informasi,
rambu petunjuk, shelter, kantin, dan areal parkir.
Lokasi ini telah cukup dikenal dan ramai dikunjungi oleh wisatawan
nusantara/lokal dan mancanegara. Sumber Air Panas berada 2 km dari jalan raya
Kutacane – Blangkejeren dan dapat dicapai 2 jam dengan berjalan kaki dari Desa
Simpur Jaya. Sumber aliran sungai air panas berasal dari celah bebatuan di tepi
Sungai Gurah. Airnya cukup hangat dan tidak terlalu panas sehingga sangat
memungkinkan untuk mandi berendam di dalam air. Lokasi ini juga menarik
sebagai lokasi berkemah dan trekking menjelajah hutan. Di sekitar objek air panas
ini terdapat bunga langka dan unik yang dikenal dengan nama bunga rafflesia.
Lokasi Camping Ground untuk berkemah ini dekat dengan aliran air panas
Sungai Gurah. Dibutuhkan sekitar 45 menit untuk mencapainya dengan berjalan
kaki menjelajah hutan. Di lokasi ini terdapat pondok sederhana yang dibangun
13
( I .Sachs, “Ecodevelopment”, Ceres, November-desember 1974, hlm 9)
47
Universitas Sumatera Utara
oleh Balai Besar TNGL. Jika berjalan terus mengikuti arus sungai air panas Lawe
Gurah kearah hulu, sekitar 0,5 jam kemudian akan dijumpai lokasi air terjun
dengan ketinggian 4 meter. Biasanya lokasi ini dimanfaatkan oleh wisatawan
untuk bermalam menikmati suasana alam hutan hujan tropis.
48
Universitas Sumatera Utara
GAMBARAN LOKASI PENELITIAN
2.1 Sejarah Kabupaten Aceh Tenggara
Gambar 1 : Logo Kabupaten Aceh Tenggara
Sumber : www.google.com
Secara topografi dulunya menurut sebuah hikayat Aceh Tenggara adalah
sebuah danau besar, yang terbentuk pada masa pra sejarah. Secara faktual hal ini
dapat dilihat dari banyaknya nama desa atau daerah yang masih menggunakan
kata pulo (pulau), ujung, dan tanjung, seperti Pulo Piku, Pulonas, Pulo Kemiri,
Pulo Gadung, Pulo Latong, Tanjung, Kuta Gerat, Kuta Ujung, dan Ujung Barat.
Selain itu, ditemukan banyak kuburan yang berada di atas gunung, seperti
kuburan Raja Dewa di atas gunung Lawe Sikap, kuburan Panglima Seridane di
atas Gunung Batu Bergoh, dan kuburan Panglima Panjang di atas Gunung
Panjang. Nama alas sendiri diyakini berasal dari kata alas yang bermakna tikar
atau landasan yang berbentuk lapangan yang sangat luas.
24
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2: Peta Wilayah Kabupaten Aceh Tenggara
Sumber : www.google.com
Kutacane
adalah
ibukota
Kabupaten
Aceh
Tenggara,
Provinsi
Aceh, Indonesia. Secara geografis, Kabupaten Aceh Tenggara terletak antara
3055'23”–4016'37” LU dan 96043'23‘–98010'32” BT. Di sebelah utara berbatasan
dengan Kabupaten Gayo Lues, di sebelah timur dengan Provinsi Sumatera Utara
dan Kabupaten Aceh Timur, di sebelah selatan dengan Kabupaten Aceh Selatan,
Kabupaten Aceh Singkil dan Provinsi Sumatera Utara, dan di sebelah barat
dengan Kabupaten Aceh Selatan. Kutacane merupakan pintu masuk ke Taman
Nasional Gunung Leuser (TNGL) dari wilayah Aceh, dapat di capai lebih kurang
5-6 jam lewat darat melalui Medan, Sumatera Utara. Wilayah Kabupaten Aceh
Tenggara (Agara) terletak di ketinggian 25-1000 meter di atas permukaan laut,
berupa daerah perbukitan dan pegunungan. Sebagian kawasannya merupakan
25
Universitas Sumatera Utara
daerah suaka alam Taman Nasional Gunung Leuser. Suhu udara berkisar antara
25 sampai 32 Celsius.
Dalam sejarah panjang pemerintahan Kabupaten Aceh Tenggara, bermula
dari disusunnya pemerintahan di seluruh Aceh pada awal tahun 1946 dengan
mengelompokkan daerah-daerah yang berada “di tengah” Aceh, yakni Takengon,
Gayo Lues, dan Tanah Alas ke dalam satu keluhakan yang disebut Keluhakan
Aceh Tengah. Ibukota keluhakan direncanakan digilir setiap enam bulan antara
Takengon, Blangkejeren, dan Kutacane. Jarak yang sangat jauh dan waktu tempuh
yang sangat lama antara Kutacane ke Takengon, sekitar 250 km ditempuh dalam
waktu 5-8 hari dengan jalan kaki, atau kalau menggunakan kendaraan harus
melalui Medan, Aceh Timur, dan Aceh Utara dengan menempuh jarak sekitar 850
km, menyebabkan pelaksanaan pemerintahan tidak berjalan efektif. Keunikan dan
pengalaman sejarah yang tinggi di aceh, sangat menarik dicermati dan dijadikan
sebagai bahan kajian yang penting, yang cukup dalam. Aceh, sebaimana yang
disebutkan oleh Reid, merupakan “sebuah bangsa baru yang lebih memiliki
kekuatan2 ekonomi dan politik ketimbang tradisi kosmik dan solidaritas etnik.10
Terlebih lagi pada tanggal 21 September 1953 meletus Peristiwa Aceh
(Daud Bereueh), yang mendorong beberapa tokoh yang berasal dari Sumatera
Utara mencoba memasukkan daerah Tanah Alas ke dalam wilayah Sumatera
Utara. Namun upaya ini tidak mendapat dukungan dari rakyat di Tanah Alas. Pada
10
Anthony Reid, Trade and the Problem of Royal Power in Aceh: c. 1550-1700, Monographs of
the Malaysian Branch of the Royal Asiatic Society, 6 (1975), hlm. 45-55, sebagaimana dikutip
oleh James Siegel, Shadow and Sound, The Historical Thought of a Sumatran People, (Chicago
and Londin: The University of Chicago Press, 1979),hlm.9.
26
Universitas Sumatera Utara
tahun 1956 Pemerintah Pusat menyadari bahwa salah satu penyebab meletusnya
Peristiwa Aceh adalah dileburnya Provinsi Aceh ke dalam propinsi Sumatera
Utara dan memutuskan untuk mengembalikan status propinsi kepada Aceh. Hal
ini semakin mendorong pemimpin di Tanah Alas dan Gayo Lues untuk
membentuk kabupaten sendiri, terlepas dari Kabupaten Aceh Tengah. Setelah
melalui perjuangan tanpa kenal lelah, akhirnya Mayor Syahadat berhasil
meyakinkan Pangkowilhan I Letjend. Koesno Oetomo untuk secara de facto
menyatakan mengesahkan Daerah Tanah Alas dan Gayo Luas Menjadi Kabupaten
Aceh Tenggara pada tanggal 14 Nopember 1967. Pada tahun 1974, setelah
berjuang selama 17 tahun sejak tahun 1956, Pemerintah akhirnya menerbitkan UU
No. 4 tahun 1974 tentang Pembentukan Kabupaten Aceh Tenggara dan
peresmiannya dilakukan oleh Menteri Dalam Negeri H. Amir Machmud pada
tanggal 26 Juni 1974 dalam suatu acara yang khidmat di Kutacane.
Pada hari itu juga Gubernur Daerah Istimewa Aceh A. Muzakkir
Walad melantik Mayor Syahadat sebagai Pejabat Bupati Kabupaten Aceh
Tenggara. Pada tanggal 24 Juli 1975 Mayor Syahadat secara definitif diangkat
sebagai Bupati Aceh Tenggara yang pertama. Bupati berikutnya setelah H.
Syahadat (menjabat sejak tahun 1975 sampai 1981) adalah T. Djohan Syahbudin,
SH, (periode 1981-1986), Drs. H. T. Iskandar, (periode 1986-1991), Drs. H.
Syahbuddin BP (periode 1991-2001), H. Armen Desky (periode 2001-2006) dan
Ir. Hasanuddin B (sejak 2006 sampai sekarang).
Kemudian pada tanggal 10 April 2002 kabupaten ini dimekarkan menjadi
Kabupaten Aceh Tenggara dan Kabupaten Gayo Lues berdasarkan Undang-
27
Universitas Sumatera Utara
Undang Nomor 4 Tahun 2002. Secara administratif, sejak terbentuk pada tahun
1974 sampai dengan tahun 2013, Kabupaten Aceh Tenggara terbagi dalam 16
kecamatan, satu kelurahan, dan 385 desa. Sebanyak 282 desa diantaranya terletak
di lembah dan 103 desa terletak di kawasan lereng Taman Nasional Gunung
Leuser dan Bukit Barisan. Enam belas kecamatan yang ada di Aceh Tenggara
adalah : Lawe Alas, Lawe Sigala-Gala, Babul Makmur, Bambel, Babussalam,
Badar, Darul Hasanah, Lawe Bulan, Bukit Tusam, Semadam, dan Babul Rahmah,
Deleng Pokhkisen, Tanoh Alas, Leuser, Ketambe, Babul Makmur dan Lawe
Sumur.
Kabupaten Aceh Tenggara yang dikenal sebagai Lembah Alas, sangat
kaya akan objek-objek wisata. Pengembangan pariwisata di Aceh Tenggara
diarahkan pada pemanfaatan sektor pariwisata untuk meningkatkan pendapatan
asli daerah dengan penekanan pada pariwisata alam (natural tourism). Sasaran
dari pembangunan pariwisata adalah meningkatkan arus kunjungan wisatawan
mancanegara dan wisatawan domestik dari tahun ke tahun. Objek-objek wisata ini
dapat digunakan untuk tujuan pendidikan dan penelitian ataupun rekreasi dan
olahraga. Untuk tujuan pendididkan sudah ada laboratorium penelitian dan
camping ground yang dapat digunakan oleh siswa dan mahasiswa, serta peneliti
dari lembaga-lembaga penelitian dan universitas dalam bidang biologi, kehutanan,
ekologi, zoologi, dan iklim.
28
Universitas Sumatera Utara
2.2. Sejarah Singkat Kecamatan Katambe
Kecamatan Ketambe memiliki latar belakang pembentukan kecamatan
dikarenakan masyarakat di kecamatan ini merasakan adanya kesulitan dalam
mengakses semua bidang kebutuhan mereka. Jauhnya Kecamatan Ketambe yang
saat itu masih dalam bagian Kecamatan Badar, membuat masyarakat
menginginkan pemekaran kecamatan untuk memudahkan dan mengurus segala
kebutuhan mereka termasuk kebutuhan administrasi pemerintahan. Lalu pada
tahun 2006 berdirilah Kecamatan Ketambe sabagai satu Kecamatan lepas dari
kecamatan Badar. Kawasan Ketambe mempunyai sejarah lama sebagai lokasi
yang dijaga lingkungannya oleh warga masyarakat sekitar. Hutan di kiri kanan
membentang dan di bawahnya Sungai Alas dengan air yang jernih mengalir. Di
Kecamatan Ketambe juga kita bisa menjumpai ada beberapa Air Terjun, Air
Panas, Kapur Gunung dan Gua.
Kecamatan Ketambe merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Aceh
Tenggara merupakan kecamatan paling barat yang berbatasan langsung dengan
Kabupaten Gayo Lues. Wilayah Kecamatan Ketambe merupakan wilayah
perbukitan dan sebagian besar merupakan wilayah Taman Nasional Gunung
Leuser dan merupakan salah satu destinasi wisata bagi wisatawan mancanegara
2
ataupun domestic. Kecamatan dengan total luas wilayah 255,07 Km dibagi
menjadi 25 desa.
29
Universitas Sumatera Utara
Tabel 1. Struktur pemerintahan Kecamatan Ketambe tahun 2016
Nama
Jabatan
Golongan
Salamudin, SH, M.M
Camat
III/d
Aliman Deski, SE
Sekretaris Camat
III/d
Yudi Aspandi, SE.Ak
Kasubbag Umum
III/a
Ahmad Najib, SE
Kasubbag
Kepegawaian
dan
tatalaksana
III/a
-
Kasubbag Keuangan dan Pelaporan
-
-
Kasi Pemerintahan
-
-
Kasi Trantib
-
Sutan Abidin, S.PdI
Kasi BPMD
III/d
Sabariah
Kasi Kesra
III/d
Idawati, SH
Kasi Pelayanan Umum
III/b
Sumber : Kantor camat Ketambe
2.2.1. Letak Geografis
Kecamatan Ketambe yang ber Ibu Kota Kecamatan Lawe Beringin ini,
memiliki luas kecamatan 5.005 Ha, dengan batas-batas kecamatan:
Sebelah Utara
: Kabupaten Gayo Lues
Sebelah Selatan
: Kecamatan Badar
Sebelah Barat
: Kecamatan Darul Hasanah
Sebelah Timur
: Privinsi Sumatra Utara
0
Dengan letak geografis kecamatan, Lintang Utara: 03.60926 N dan Bujur
30
Universitas Sumatera Utara
0
Timur: 097.72992 N. Ketambe adalah Kecamatan yang terletak di kaki gunung
Leuser Kabupaten Aceh Tenggara, Provinsi Aceh. Sekitar 19,0 Km sebelah barat
Kutacane atau satu jam perjalanan dengan kendaraan bermotor menggunakan
transportasi darat. Kecamatan ini merupakan sebuah cagar alam yang dikelilingi
oleh tumbuh-tumbuhan besar dan hewan-hewan tropis. Panorama yang masih
segar dan alami serta belum tersentuh oleh modernisasi perkotaan dapat dijumpai
di kecamatan ini. Tempat ini juga dijadikan sebagai Stasiun penelitian oleh para
ilmuan baik dari dalam maupun dari luar negeri, khususnya dibidang flora dan
fauna. Di pinggir Kecamatan Ketambe mengalir sebuah induk sungai yang diberi
nama Sungai Alas yang diambil dari nama suku yang mendiami daerah tersebut,
yaitu Suku Alas. Dalam bahasa Alas “Sungai” disebut dengan kata “Lawe” yang
Juga berarti “Air”.
2.2.2. Gambaran Masyarakat Ketambe
Kecamatan Ketambe yang mana pemerintahannya berpusat di Desa Lawe
Beringin. Kecamatan Ketambe memiliki 3 Mukim dan 25 Desa. Untuk
menjalankan pemerintahan tingkat kecamatan, terdapat 15 pegawai yang
ditugaskan di kantor Kecamatan Ketambe.
Jumlah penduduk Kecamatan Ketambe pada tahun 2016 sebanyak 9.566
2
jiwa. Dengan luas 255,07 Km , Kecamatan Ketambe memiliki kepadatan
2
2
penduduk hingga 37,5 jiwa per Km atau 38 jiwa per Km . Dari 25 desa di
Kecamatan Ketambe, pada tahun 2016 desa yang memiliki jumlah penduduk
tertinggi adalah Desa Lawe Penanggalan dengan total penduduk sebanyak 710
jiwa. Sedangkan desa dengan jumlah terendah adalah Desa Kati Maju dengan
31
Universitas Sumatera Utara
jumlah 139 jiwa.11
Masyarakat yang berada di Kecamatan Ketambe ini pada umumnya
didominasi oleh dua Suku yaitu Alas dan Gayo. Penduduk yang ada di Kecamatan
Ketambe ini juga ada yang bersuku Jawa, Minang, Batak dan lain-lain.
Sebenarnya dahulu suku yang ada di daerah ini adalah Alas dan Gayo. Akan tetapi
setelah berkembangnya kehidupan masyarakat, banyak penduduk lain yang
datang dan bermukim di Kecamatan ini tersebut. Termasuk Warga Negara Asing
(WNA) yang tengah berwisata atau melakukan penelitian di daerah Ketambe.
Adanya percampuran budaya antara satu suku dengan suku yang lainnya telah
membuat perubahan secara adat istiadat pada masyarakat Ketambe itu sendiri.
Dahulu masyarakatnya masih sangat memegang teguh adat istiadatnya. Namun
setelah bercampur baurnya penduduk antar satu suku dengan suku yang lainnya
telah membuat pergeseran nilai budaya bagi masyarakat Ketambe.
Tabel 2. Jumlah Penduduk Menurut Desa dan Jenis Kelamin tahun 2016 (jiwa)
Nama Desa
Laki-laki
Perempuan
Total
Deleng Damar
167
126
293
Simpang III Jongar
149
144
293
Penyebrangan Cingkam
228
194
422
Jongar
250
204
454
Lawe Penanggalan
371
339
710
Jambur Laklak
259
193
452
Lawe Mengkudu
150
125
275
11
BPS Kecamatan Ketambe 2016
32
Universitas Sumatera Utara
Aunan Sepakat
146
128
274
Ketambe
286
204
490
Rumah Bundar
124
110
234
Kayu Mentangur
207
200
407
Lawe Sembekan
265
230
495
Lawe Gekh Gekh
271
234
505
Lawe Beringin
143
119
262
Bener Berpapah
158
135
293
Datuk Pinding
168
126
294
Penungkunen
223
168
391
Jati Sara
149
113
262
Leuser
355
279
634
Bukit Baru
156
128
284
Kati Maju
75
64
139
Lawe Aunan
347
284
631
Bintang Bener
160
168
328
Suka Rimbun
184
156
340
Simpur Jaya
228
173
401
5219
4347
9566
Total
Sumber : Kantor camat Ketambe
2.3. Profil Desa Ketambe
Desa Ketambe mempunyai jumlah penduduk, luas wilayah dan potensi
budaya alam serta perilaku masyarakat. Keterlibatan masyarakat secara aktif di
33
Universitas Sumatera Utara
dalam proses perencanaan pelaksanaan, pengendalian, pengelolaan, pemilihan,
serta pengembangan hasil-hasil pembangunan merupakan sebuah kunci
kesuksesan dari setiap upaya pembangunan.
Tabel 3. Nama Kepala Desa Dan Jumlah Dusun ahun 2016
Desa/Kelurahan
Kepala Desa
Jumlah Dusun
Deleng Damar
Sumardin
2
Simpang III Jongar
Ali Murdin
3
Penyebrangan Cingkam
Hajiman, SP
3
Jongar
Aminudin Darjo
3
Lawe Penanggalan
Saiful Bahri
3
Jambur Laklak
Ardin
2
Lawe Mengkudu
Tawardi
3
Aunan Sepakat
MHD Kelana
2
Ketambe
Asbandi
3
Rumah Bundar
Safriadi
3
Kayu Mentangur
Hakimin
3
Lawe Sembekan
Kasrul Ajwar
3
Lawe Gekh Gekh
Supardi, S.T
3
Lawe Beringin
Ali Satumin
3
Bener Berpapah
Ali Kadri
2
Datuk Pinding
Angkasah
3
Penungkunen
Syaiful
3
Jati Sara
Latip Rusul
3
34
Universitas Sumatera Utara
Leuser
Pulihno
3
Bukit Baru
Gunawan
3
Kati Maju
Satudin
3
Lawe Aunan
Marhalin
4
Bintang Bener
Supian
3
Suka Rimbun
Asbi Nasri
3
Simpur Jaya
Ismail
3
Jumlah
72
Sumber : Kantor camat Ketambe
Desa Ketambe dengan letak geografis 03˚40’47 1” lintang selatan, dan
97˚39’31 1” lintang selatan dengan ketinggian tempat 368 mdpl, desa ini memiliki
tiga buah dusun, antara lain: Dusun Anugerah, dusun Balai Lutu dan dusun
Makmur, memiliki luas desa 15 Ha dan rata-rata warga desa memiliki luas lahan 1
Ha, jarak ke desa dari kota sekitar 31 km, letak desa bahagian barat berbatasan
dengan stasiun penelitian ketambe, bahagian timur berbaatasan dengan
perkebunan warga desa Aunan Sepakat, bahagian selatan berbatasan dengan hutan
riset sedangkan dengan bahagian utara berbatasan dengan hutan lindung. Menurut
informasi dari kepala desa yaitu Bapak Arwin desa ketambe merupakan
pemekaran dari desa Jambur Lak-lak kecamatan Ketambe pada tahun 1999.12
Di desa Ketambe memiliki 3 kelompok masyarakat yang tergabung
kedalam Kelompok Tani Gurah, Kelompok Tani Leuser, Kelompok Tani Selayar.
Di desa Ketambe juga memiliki kelembagaan adat, walaupun tidak ada namanya,
12
BPS Kecamatan Katambe 2016
35
Universitas Sumatera Utara
tetapi masyarakat masih memiliki keyakinan dan kepercayaan kepada para tetua
adat untuk mendapatkan rujukan segala aktivitas di desa ketambe, khususnya
pengembangan dan pembangunan desa.
Perladangan di dalam kawasan TNGL tidak dilakukan oleh warga,
walaupun ada permasalahan-permasalahan yang timbul lebih dikarenakan kurang
pemahaman masyarakat dan desakan perekonimian dan sempitnya lahan, jenis
pengambilan hasil hutan hanya sebatas pengambilan damar dan rotan, binatang
buruan antara lain: babi hutan, rusa dan kijang, jenis penjualan lahan dilakukan
dengan ganti rugi. Larangan-larangan adat terhadap sumber daya alam dan air
adalah larangan meracun, mengebom di sungai dan menebang pohon untuk
keperluan komersil, namun untuk kebutuhan di desa masih dapat dilakukan
dengan persetujuan berbagai pihak. Lahan terlantar seluas 5 Ha. Jenis ternak yang
diusahakan oleh masyarakat adalah kambing, lembu, kerbau, bebek dan ayam
Program konservasi yang saat ini sedang berjalan adalah program dari
BPKEL (badan pengelola kawasan ekosistem leuser) dan BTNGL lebih kepada
pengawasan kawasan TNGL dan pernah melaksanakan pelatihan pariwisata, luas
hutan di desa Ketambe 80 Ha dan sudah termasuk kawasan TNGL, luas sawah 1
Ha dan luas ladang 500 Ha, bencana alam yang pernah terjadi di desa Ketambe
adalah banjir, banjir melanda sebahagian lahan pertanian masyarakat.
2.4. Sarana Dan Prasana
Salah satu indikator yang dapat digunakan untuk menggambarkan kualitas
di suatu wilayah adalah dengan melihat ketersediaan fasilitas di wilayah tersebut.
Semakin banyak jumlah fasilitas yang tersedia, maka akan semakin memudahkan
36
Universitas Sumatera Utara
masyarakat untuk mengakses dan akan berujung pada semakin baiknya kualitas
masyarakat tersebut. Namun, dengan tidak melupakan kualitas dari fasilitas
tersebut. Adapun beberapa fasilitas sarana dan prasana di kecamatan katambe
berupa sarana kesehatan, sarana pendidikan, sarana ibadah, dan sarana
transportasi.
Tabel 4. Jumlah kantor pemerintah Desa di Kecamatan Ketambe tahun 2016
Kantor
Nama Desa
Pemerintahan
Balai Desa
Lainnya
Desa
Deleng Damar
1
1
-
Simpang III Jongar
1
1
-
Penyebrangan Cingkam
1
1
-
Jongar
1
1
1
Lawe Penanggalan
1
1
-
Jambur Laklak
1
1
1
Lawe Mengkudu
1
1
-
Aunan Sepakat
1
-
-
Ketambe
1
-
1
Rumah Bundar
1
-
-
Kayu Mentangur
1
-
-
Lawe Sembekan
1
-
-
Lawe Gekh Gekh
1
-
-
37
Universitas Sumatera Utara
Lawe Beringin
1
-
-
Bener Berpapah
1
-
-
Datuk Pinding
1
-
1
Penungkunen
1
-
-
Jati Sara
1
-
-
Leuser
1
-
-
Bukit Baru
1
-
-
Kati Maju
1
-
-
Lawe Aunan
1
1
-
Bintang Bener
1
-
-
Suka Rimbun
1
-
-
Simpur Jaya
1
-
-
25
8
-
Jumlah
Sumber : Kantor camat Ketambe
2.4.1. Sarana Pendidikan
Potret pendidikan di Kecamatan Ketambe dapat dilihat dari jumlah murid,
guru dan juga jumlah sekolah yang tersedia. Dimana total jumlah siswa dari
tingkat pendidikan dasar hingga menengah atas sebanyak 1.671 siswa. Dimana
total jumlah siswa SD sebanyak 836 siswa, SMP sebanyak 443 siswa dan SMA
sebanyak 392 siswa. Seluruh siswa tersebut tersebar pada 7 sekolah tingkat dasar
(SD), 5 sekolah tingkat menengah pertama (SMP) dan 3 sekolah menengah atas
(SMA).
38
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5. Jumlah Murid Menurut Jenis Kelamin dan Jenjang Pendidikan di tahun 2016
Jumlah Murid
Jenjang
Pendidikan
Laki-laki
Perempuan
Jumlah
SD/Sederajat
473
363
836
SMP/ Sederajat
226
217
443
SMA/ Sederajat
203
189
392
Jumlah
902
769
1671
Sumber : data bps Ketambe
Tabel 6. Jumlah Guru Menurut Jenjang Pendidikan dan Status Kepegawaian tahun 2016
Status Kepegawaian
Jenjang
Pendidikan
PNS
Honorer
Jumlah
SD/Sederajat
47
16
63
SMP/ Sederajat
31
41
72
SMA/ Sederajat
37
17
54
Jumlah
115
74
189
Tabel 7. Jumlah Sarana Pendidikan Menurut Jenjang Pendidikan dan Status tahun 2016
Status
Jenjang
Pendidikan
Negeri
Swasta
Jumlah
SD/Sederajat
7
-
7
SMP/ Sederajat
4
1
5
SMA/ Sederajat
3
-
3
Jumlah
14
1
15
39
Universitas Sumatera Utara
Sumber : data bps Kecamatan Ketambe
Sedangkan untuk melayani seluruh siswa tersebut, terdapat 189 tenaga
pengajar yang terdiri dari 63 orang guru SD, 72 orang guru SMP dan 54 orang
guru SMA. Secara umum perbandingan jumlah murid dan tenaga pengajar di
Kecamatan Ketambe cukup kecil yaitu 9:1. Untuk SD perbandingan murid dan
guru adalah 13:1, SMP sebesar 6:1 dan SMA sebesar 7:1. Angka tersebut masih
jauh di bawah perbandingan ideal yang ditetapkan pemerintah yaitu sebesar 20:1
untuk setiap jenjang. Hal ini menunjukan bahwa adanya kelebihan tenaga
pengajar, terutama tingkat SMP.
2.4.2. Sarana Kesehatan
Salah satu indikator yang dapat digunakan untuk menggambarkan kualitas
kesehatan di suatu wilayah adalah dengan melihat ketersediaan fasilitas kesehatan
di wilayah tersebut. Semakin banyak jumlah fasilitas kesehatan yang tersedia,
maka akan semakin memudahkan masyarakat untuk mengakses fasilitas kesehatan
dan akan berujung pada semakin baiknya kualitas kesehatan masyarakat tersebut.
Namun, dengan tidak melupakan kualitas dari fasilitas kesehatan tersebut pula
yang dapat digambarkan dari ketersediaan tenaga medis dan kelengkapan alat
kesehatan yang tersedia.
Tabel 8. Jumlah Sarana Kesehatan Menurut Desa tahun 2016
Desa/Kelurahan
Rumah Sakit
Poliklinik
Puskesmas
Deleng Damar
-
-
-
Simpang III Jongar
-
-
-
Bersalin
40
Universitas Sumatera Utara
Penyebrangan Cingkam
-
-
-
Jongar
-
-
-
Lawe Penanggalan
-
-
-
Jambur Laklak
-
1
-
Lawe Mengkudu
-
-
-
Aunan Sepakat
-
-
-
Ketambe
-
-
-
Rumah Bundar
-
-
-
Kayu Mentangur
-
-
-
Lawe Sembekan
-
-
-
Lawe Gekh Gekh
-
-
-
Lawe Beringin
-
-
-
Bener Berpapah
-
-
-
Datuk Pinding
-
-
-
Penungkunen
-
-
-
Jati Sara
-
-
-
Leuser
-
-
-
Bukit Baru
-
-
-
Kati Maju
-
-
-
Lawe Aunan
-
-
-
Bintang Bener
-
-
-
Suka Rimbun
-
-
-
41
Universitas Sumatera Utara
Simpur Jaya
Jumlah
-
-
-
-
1
-
Sumber : data bps Kecamatan Ketambe
Di seluruh wilayah Kecamatan Ketambe pada tahun 2015 terdapat empat
sebuah puskesmas. Selain itu, terdapat juga tiga buah poskesdes dan empat buah
pustu yang membantu melayani masyarakat. Dengan adanya kekurangan fasilitas
kesehatan di Kecamatan Ketambe ini, dibutuhkan perhatian kita semua untuk
dapat meningkatkan baik dari sisi kuantitas ataupun kualitas pelayanan kesehatan
sehingga dapat dijangkau oleh seluruh penduduk. Jumlah puskemas sebanyak 1
unit, jumlah polindes 3 unit, dan pustu 4 unit.
Tabel 9. Jumlah Fasilitas Kesehatan di Kecamatan Ketambe tahun 2016
Fasilitas Kesehatan
Jumlah
Puskesmas
1
Polindes
3
Pustu
4
Sumber : data bps Kecamatan Ketambe
2.4.3. Sarana Ibadah
Kehidupan sosial di Kecamatan Ketambe dapat dikatakan relatif homogen
baik dari sisi kepercayaan yang dianut masyarakat ataupun suku bangsa. Hal ini
menimbulkan kehidupan sosial yang mudah menyatu karena adanya kesamaan
akan banyak hal di antara penduduknya.
Agama Islam merupakan agama yang dianut oleh sebagian besar
penduduk Kecamatan Ketambe. Hal ini ditunjukkan dengan cukup banyaknya
42
Universitas Sumatera Utara
fasilitas ibadah umat Islam di kecamatan ini. Dimana di seluruh wilayah terdapat
18 masjid dan 17 mushala atau surau. Dapat dikatakan bahwa hampir setiap desa
memiliki masjid atau suarau/mushala jika dilihat dalam segi jumlah.
Tabel 10. Jumlah Tempat Ibadah di Kecamatan Ketambe tahun 2016
Desa/Kelurahan
Masjid
Langgar/Surau/
TPA
Gereja
Pura
Vihara
Deleng Damar
-
1
-
-
-
Simpang III Jongar
1
1
-
-
-
Penyebrangan Cingkam
-
1
-
-
-
Jongar
1
1
-
-
-
Lawe Penanggalan
1
-
-
-
-
Jambur Laklak
1
1
-
-
-
Lawe Mengkudu
1
-
-
-
-
Aunan Sepakat
1
-
-
-
-
Ketambe
1
-
-
-
-
Rumah Bundar
1
-
-
-
-
Kayu Mentangur
1
1
-
-
-
Lawe Sembekan
-
2
-
-
-
Lawe Gekh Gekh
-
1
-
-
-
Lawe Beringin
-
2
-
-
-
Bener Berpapah
1
1
-
-
-
Datuk Pinding
1
-
-
-
-
Penungkunen
1
1
-
-
43
Universitas Sumatera Utara
Jati Sara
1
-
-
-
-
Leuser
1
1
-
-
-
Bukit Baru
1
-
-
-
-
Kati Maju
-
1
-
-
-
Lawe Aunan
1
-
-
-
-
Bintang Bener
-
1
-
-
-
Suka Rimbun
1
1
-
-
-
Simpur Jaya
1
-
-
-
-
18
17
0
0
0
Jumlah
Sumber : data bps Kecamatan Ketambe
2.5. Potensi Sumber Perekonomian Kecamtan Ketambe
Setiap daerah tentu memiliki potensi yang dapat dikelola oleh manusia
untuk menjadi sumber perekonomian mereka. Di kecamatan ketambe ada
beberapa potensi sumber perekonomian masyarakat yaitu perkebunan pertanian
dan potensi pariwisata.
2.5.1.Perkebunan dan pertanian
Produksi pertanian tanaman pangan di Kecamatan Ketambe pada tahun
2016 didominasi oleh tanaman padi dan jagung. Produksi padi di Kecamatan
Ketambe secara total mencapai 2,1 ribu ton dengan luas panen 4,8 Ha. Sedangkan
produksi jagung mencapai 8,6 ton dengan luas panen 6,51 Ha. Kedua komoditi ini
memiliki produksi yang sangat jauh berbeda dengan komoditi tanaman lainnya
Pertanian hortikultura di Kecamatan Ketambe pada tahun 2016 memiliki
jumlah produksi yang relatif seimbang antar komoditi, baik dilihat dari luas panen
44
Universitas Sumatera Utara
ataupun hasil produksinya. Komoditi hortikultura di Kecamatan Ketambe
diantaranya sawi, kacang panjang, cabe besar, cabe rawit, tomat, terung,
kangkung dan bayam. Dimana produksi terbesar adalah komoditi sawi yang mana
produksi hingga mencapai 30,96 ton dengan luas panen 6 Ha. Kemudian diikuti
oleh produksi bayam yang mencapai produksi 28,91 ton dengan luas panen 7 Ha.
Kemudian di urutan berikutnya terdapat produksi kangkung sebesar 21,70 ton
yang diikuti oleh produksi kacang panjang yang mencapai 18,80 ton.
Pada komoditi tanaman tahunan buah-buahan, durian menempati urutan
teratas untuk jumlah produksinya yaitu mencapai 644 kuintal. Namun jika dilihat
dari jumlah panen, maka buah langsat menempati urutan pertama dengan jumlah
panen 282 pohon. Sedangkan produksi buah-buahan terendah di tahun 2016 di
Kecamatan Ketambe yang hanya berproduksi 0,36 kuintal yaitu jeruk besar.
Sedangkan untuk ternak kecil di Kecamatan Ketambe pada tahun 2016 terdiri dari
kambing yang mencapai 680 ekor. Ternak ini bersifat kecil yang dilakukan rumah
tangga petani. Ternak kecil dengan populasi di urutan kedua adalah domba
dengan jumlah populasi di tahun 2016 mencapai 37 ekor.
2.5.2. Sungai Alas
Daerah aliran sungai (DAS) Alas merupakan salah satu DAS terbesar di
Aceh. Sungai ini melintasi 4 kabupaten, yakni Gayo Lues, Aceh Tenggara,
Subussalam dan Singkil. DAS Alas merupakan kesatuan 18 Sub DAS. Ratusan
sungai kecil dan besar alirannya bermuara ke Alas. Di Gayo Lues dan Aceh
Tenggara sungai utamanya disebut Lawe Alas. Beberapa sungai masuk dalam
DAS Alas. Di Aceh Tenggara ada Lawe Gurah, Lawe Ketambe, Lawe Kompas,
45
Universitas Sumatera Utara
dan Lawe Serakut, dll. Ribuan orang di desa-desa yang dilalui Sungai Alas
mengantungkan kehidupan mereka dari jasa-jasa ekologi dan ekonomi dari sungai
tersebut. Pertanian di wilayah ini bergantung pada sumber air dari Alas. Sungai
ini memberikan berkah tak ternilai bagi para petani, nelayan (peternak ikan),
penyedia jasa transportasi air, hingga pemandu wisata arung jeram. Penggemar
olahraga arung jeram pun dapat menjajal keganasan Sungai Alas yang sudah
sangat termasyur sebagai lokasi pembuktian nyali untuk berarung jeram. Sambil
mengarungi Sungai Alas ini, penggemar arung jeram akan disuguhi kesegaran air
Sungai Alas, panorama keindahan alam hutan tropis Aceh, dan perkampungan.
Kawasan Sungai Alas antara Muara Situlen - Batu Injin merupakan objek
ekowisata terkenal karena merupakan favorit turis asing untuk kegiatan arung
jeram.
Biasanya
arung jeram
dilakukan hingga
ke
Desa
Gelombang
Subulussalam. Kawasan sepanjang Sungai Alas merupakan objek wisata yang
menakjubkan yang bisa mereka promosikan hingga ke manca negara. Namun
rusaknya hutan TNGL, akibat perambahan hutan yang menyebabkan erosi sungai,
banjir bahkan longsor membuat mereka khawatir tak dapat lagi menawarkan
keindahan Leuser pada para turis.
2.5.3. Hutan Gurah
Hutan Gurah merupakan hutan yang berada di Ketambe. Fasilitas yang
tersedia di Hutan Wisata Gurah adalah jalan setapak/trail yang terdiri dari
beberapa rute yang dapat dilalui oleh wisatawan. Pembangunan ekologi adalah
suatu gaya pembangunan, yang setiap kawasan ekologi memerlukan pemecahan
tersendiri terhadap persoalan-persoalan khusus dari kawasan itu dalam rangka
46
Universitas Sumatera Utara
data, baik dibidang kebudayaan maupun ekologi, dan dalam rangka kebutuhankebutuhan jangka panjang maupun jangka pendek. Sehubungan dengan itu
pembangunan tersebut berjalan menurut kriteria kemajuan yang berhubungan
dengan setiap keadaan khusus, dan penyesuaian terhadap lingkungan memainkan
suatu peranan yg penting.13
Kondisi jalan setapak secara umum dalam kondisi masih cukup baik namun
perlu berhati-hati untuk jalur yang menanjak. Fasilitas akomodasi yang tersedia di
lokasi wisata berupa sarana penginapan seperti guest house, yang terdapat di
pemukiman penduduk sekitar kawasan dengan tarif harga murah. Selain itu di
Hutan Wisata Gurah ini juga terdapat areal Camping Ground, papan informasi,
rambu petunjuk, shelter, kantin, dan areal parkir.
Lokasi ini telah cukup dikenal dan ramai dikunjungi oleh wisatawan
nusantara/lokal dan mancanegara. Sumber Air Panas berada 2 km dari jalan raya
Kutacane – Blangkejeren dan dapat dicapai 2 jam dengan berjalan kaki dari Desa
Simpur Jaya. Sumber aliran sungai air panas berasal dari celah bebatuan di tepi
Sungai Gurah. Airnya cukup hangat dan tidak terlalu panas sehingga sangat
memungkinkan untuk mandi berendam di dalam air. Lokasi ini juga menarik
sebagai lokasi berkemah dan trekking menjelajah hutan. Di sekitar objek air panas
ini terdapat bunga langka dan unik yang dikenal dengan nama bunga rafflesia.
Lokasi Camping Ground untuk berkemah ini dekat dengan aliran air panas
Sungai Gurah. Dibutuhkan sekitar 45 menit untuk mencapainya dengan berjalan
kaki menjelajah hutan. Di lokasi ini terdapat pondok sederhana yang dibangun
13
( I .Sachs, “Ecodevelopment”, Ceres, November-desember 1974, hlm 9)
47
Universitas Sumatera Utara
oleh Balai Besar TNGL. Jika berjalan terus mengikuti arus sungai air panas Lawe
Gurah kearah hulu, sekitar 0,5 jam kemudian akan dijumpai lokasi air terjun
dengan ketinggian 4 meter. Biasanya lokasi ini dimanfaatkan oleh wisatawan
untuk bermalam menikmati suasana alam hutan hujan tropis.
48
Universitas Sumatera Utara