Pengaruh Likuiditas dan Solvabilitas Terhadap Profitabilitas Pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2009 – 2011

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1

Bank
2.1.1 Pengertian Bank
Bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang kegiatan
utamanya menerima simpanan masyarakat, tempat untuk meminjam,
menukar, memindahkan dan menerima uang serta menerima segala
macam bentuk pembayaran masyarakat. Menurut Undang-Undang
RI Nomor 10 Tahun 1998 tanggal 10 November 1998 tentang
Perbankan, yang dimaksud dengan bank adalah “Badan usaha yang
menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan
menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau
bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat
banyak”.
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa bank
merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang keuangan,
dimana setiap aktivitas bank berkaitan dalam bidang keuangan
sehingga bank juga tidak terlepas dari masalah keuangan. Ada dua
aktivitas utama yang dilakukan oleh bank yaitu menghimpun dana

dari masyarakat luas yang disebut sebagai aktivitas funding, dan
aktivitas menyalurkan dana dalam bentuk pinjaman atau kredit
(lending).

11
Universitas Sumatera Utara

2.2

Likuiditas
2.2.1

Pengertian Likuiditas
Menurut Joseph E. Burns dalam Siamat (2005 : 336)
“likuiditas berkaitan dengan kemampuan suatu bank untuk
menghimpun sejumlah dana tertentu dengan biaya tertentu dan
dalam jangka waktu tertentu”. Menurut Sastradipoera (2004 : 247),
Likuiditas merupakan “kemampuan sebuah bank untuk menyediakan
alat-alat lancar guna membayar kembali titipan yang jatuh tempo dan
memberikan pinjaman kepada nasabah yang membutuhkannya”.

Dapat disimpulkan bahwa likuiditas merupakan kemampuan
bank dalam melunasi kewajiban jangka pendeknya pada saat jatuh
tempo.

Ketidakmampuan

perusahaan

dalam

membayar

kewajibannya terutama hutang jangka pendek (yang sudah jatuh
tempo) akan mengakibatkan krisis kepercayaan dari berbagai pihak
yang terlibat dalam kegiatan bisnis dan bank akan mengalami risiko
likuidasi.
Menurut Kasmir (2008:129) ketidakmampuan perusahaan
membayar kewajiban jangka pendek disebabkan oleh beberapa
faktor, yaitu:
1.


Bank memang sedang tidak memiliki dana sama sekali.

2.

Bank memiliki dana, namun saat jatuh tempo perusahaan
tidak memiliki dana (tidak cukup) secara tunai.

12
Universitas Sumatera Utara

Kedua situasi tersebut merupakan akibat dari kelalaian
manajemen perusahaan dalam menjalankan kegiatan operasi. Fungsi
utama likuiditas adalah jaminan bahwa uang yang disimpan atau
dipinjamkan kepada bank dapat dibayar kembali oleh bank tersebut
pada saat jatuh tempo. Bank akan dianggap likuid apabila:
1.

Memiliki sejumlah likuiditas / memegang alat-alat likuid,
cash assets (uang kas, rekening pada bank sentral dan bank

lainnya) sama dengan jumlah kebutuhan likuiditas yang
diperkirakan.

2.

Memiliki likuiditas kurang dari kebutuhan, tetapi bank
memiliki surat-surat berharga yang segera dapat dialihkan
menjadi kas, tanpa mengalami kerugian baik sebelum /
sesudah jatuh tempo.

3.

Memiliki kemampuan untuk memperoleh likuiditas dengan
cara menciptakan uang, misalnya penggunaan fasilitas
diskonto, call money, penjualan surat berharga dengan
repurchase agreement (repo).
Menurut Ali (2004:327) “suatu bank dinilai telah memiliki

tingkat likuiditas yang cukup apabila bank tersebut setiap saat dapat
memenuhi kewajiban jangka pendeknya yang segera (current

liabilities) terhadap pihak ketiga atau pihak-pihak lain di luar bank.
Siamat (2005:340-343) mengemukakan bahwa teori manajemen
likuiditas pada dasarnya adalah teori yang berkaitan dengan
bagaimana mengelola dana dan sumber-sumber dana bank agar
13
Universitas Sumatera Utara

dapat memelihara posisi likuiditas dan memenuhi segala kebutuhan
dalam kegiatan operasional bank sehari-hari.

2.2.2 Rasio Likuiditas
Menurut Kasmir (2008:130) “likuiditas bank dapat diukur
dengan rasio likuiditas dikenal juga sebagai rasio modal kerja yang
digunakan untuk mengukur seberapa likuidnya suatu bank”.
a.

Rasio Cepat/ Quick Ratio (QR)
Quick ratio merupakan rasio yang digunakan untuk
mengukur kemampuan bank dalam memenuhi kewajibannya
terhadap para deposan (pemilik simpanan giro, tabungan dan

deposito) dengan harta yang paling likuid yang dimiliki oleh
bank. Quick ratio dapat dirumuskan:
Liquid Assets
x 100%

Quick Ratio =

Total Deposits

Dalam mengukur likuiditas yang terpenting bukan besar
kecilnya perbedaan antara aktiva lancar dengan hutang lancar
melainkan

harus

perbandingannya

dilihat
yang


pada

hubungannya

mencerminkan

atau

kemampuan

mengembalikan hutang. Quick ratio yang tinggi baik bagi
sudut pandang kreditor, tetapi dari sudut pandang pemegang
saham hal ini kurang menguntungkan karena aktiva lancar
tidak didayagunakan dengan efektif. Sebaliknya quick ratio

14
Universitas Sumatera Utara

yang


rendah

menunjukkan

bahwa

manajemen

telah

mengoperasikan aktiva lancar secara efektif.
b.

Rasio Kas/ Cash Ratio (CR)
Cash ratio merupakan rasio yang digunakan untuk
mengukur kemampuan bank dalam melunasi kewajiban yang
harus segera dibayar dengan harta likuid yang dimiliki bank
tersebut. Cash ratio dapat dirumuskan:
Liquid Assets
Cash Ratio =

x 100%
Short Term Borrowing

Para kreditor lebih menyenangi rasio likuiditas yang
tinggi, semakin tinggi rasio likuiditas semakin besar pula
kemampuan bank melunasi kewajiban-kewajiban jangka
pendek dalam keadaan likuidasi.

Kemampuan membayar

tersebut akan memberikan jaminan bagi pihak deposan/
kreditor untuk memberikan pinjaman selanjutnya.

2.3

Solvabilitas
2.3.1

Pengertian Solvabilitas
Solvabilitas merupakan kemampuan membayar hutang jangka

panjang baik hutang pokok dan bunganya. Menurut Kasmir
(2008:151) “solvabilitas digunakan untuk mengukur kemampuan
perusahaan dalam membayar seluruh kewajibannya, baik jangka
15
Universitas Sumatera Utara

pendek maupun jangka panjang apabila perusahaan tersebut
dilikuidasi”. Kemampuan untuk membayar hutang jangka panjang
bergantung pada kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba
karena cicilan hutang pokok maupun bunga pada umumnya dibayar
dalam bentuk kas, dan besarnya kas sangat ditentukan dengan
besarnya laba berupa kas yang diperoleh perusahaan.
Suatu perusahaan dikatakan solvabel bila perusahaan tersebut
memiliki modal atau aktiva yang cukup untuk melunasi hutangnya.
Sebaliknya perusahaan yang tidak solvabel (insolvabel) berarti
perusahaan tersebut tidak memiliki modal atau aktiva yang cukup
untuk melunasi hutangnya, sehingga perusahaan tersebut akan
mengalami kesulitan keuangan baik untuk melunasi hutangnya
tersebut ataupun untuk mencari modal tambahan. Keadaan ini akan
menghambat kegiatan operasi perusahaan dan berdampak pada

kinerja keuangan perusahaan.
Tingkat penggunaan hutang sebagai sumber pembiayaan
memiliki beberapa implikasi:
1.

Jika bank memperoleh penghasilan melebihi dana yang
dipinjamnya dibandingkan dengan bunga yang harus dibayar,
maka pengembalian kepada pemilik akan lebih besar.

2.

Adanya peningkatan dana pinjaman, pemilik dapat tetap
mempertahankan kendali atas perusahaan.

3.

Pihak kreditor mengharapkan adanya dana yang disediakan
pemilik sebagai marjin keamanan. Jika dana yang disediakan
16
Universitas Sumatera Utara

pemilik kecil, maka risiko bisnis akan lebih banyak
ditanggung oleh kreditor.
Umumnya bank yang memiliki rasio solvabilitas tinggi juga
akan memiliki risiko kerugian yang tinggi pula, namun diimbangi
dengan kemungkinan adanya peluang untuk memperoleh laba yang
lebih besar.

Sebaliknya, bank yang memiliki rasio solvabilitas

rendah tidak berisiko tinggi, dan akan mempunyai risiko kerugian
dan memperoleh laba yang kecil.

Bank diharapkan mampu

menetapkan keseimbangan antara tingkat pengembalian dengan
tingkat risiko, agar para investor tidak enggan melakukan investasi.
Solvabilitas selalu berkaitan dengan struktur modal.
Menurut Bringham dan Houston (2006:5) “kebijakan struktur
modal melibatkan perimbangan (trade-off) antara risiko dan tingkat
pengembalian.

2.3.2

Sumber-sumber Penawaran Modal Bank
Sumber-sumber penawaran dana bank dapat dibagi menjadi
dua yaitu:
a.

Sumber Internal (internal Source)
Modal internal adalah modal atau dana yang dibentuk
atau dihasilkan sendiri di dalam perusahaan, seperti:
1.

Laba ditahan
Laba ditahan merupakan laba yang dimasukkan dalam
dana cadangan atau ditahan, besarnya tergantung pada
17
Universitas Sumatera Utara

kebijakan deviden dan laba yang diperoleh selama
periode tertentu.
2.

Depresiasi
Depresiasi adalah pengurangan nilai ekonomis aktiva
tetap yang disebabkan oleh penggunaan aktiva tersebut
oleh perusahaan selama masa manfaat. Depresiasi bisa
menjadi salah satu sumber dana bagi perusahaan yang
akan digunakan untuk penggantian pada saat aktiva
tersebut tidak mempunyai manfaat teknis lagi.

3.

Setoran modal dari pemegang saham
Bank akan mendapatkan setoran modal dari pemegang
saham

bila

bank

menerbitkan

saham

dan

menawarkannya kepada pemegang saham lama atau
kepada pemegang saham yang baru.
4.

Cadangan-cadangan bank
Merupakan cadangan-cadangan laba pada tahun buku
sebelumnya yang tidak dibagi kepada para pemegang
saham,

cadangan

ini

sengaja

disediakan

untuk

mengantisipasi kemungkinan terburuk dari laba tahun
mendatang.
b.

Sumber Eksternal (external source), adalah sumber modal
yang berasal dari para kreditor dan pemilik, peserta atau
pengambil bagian di dalam perusahaan. Pada bank, sumber
eksternal dibagi menjadi:
18
Universitas Sumatera Utara

1.

Dana yang berasal dari masyarakat luas
Sumber dana ini merupakan sumber dana terpenting
bagi kegiatan operasi bank dan merupakan ukuran
keberhasilan bank jika mampu membiayai kegiatannya
dari sumber dana ini. Adapun sumber dana dari
masyarakat luas dapat dilakukan dalam bentuk:
a) Simpanan giro
b) Simpanan tabungan
c) Simpanan deposito

2.

Dana yang bersumber dari lembaga lainnya
Sumber dana ini merupakan tambahan jika bank
mengalami kesulitan dalam pencarian dana dari kedua
sumber diatas, perolehan dana ini dapat diperoleh dari:
a) Kredit likuidasi dari Bank Indonesia
Merupakan kredit yang diberikan oleh Bank
Indonesia kepada bank-bank yang mengalami
kesulitan likuidasinya.
b) Pinjaman antarbank (call money)
Pinjaman ini diberikan kepada bank-bank yang
mengalami kalah kliring pada lembaga kliring.

c) Pinjaman dari bank-bank luar negeri
Merupakan pinjaman yang diperoleh perbankan
dari pihak bank luar negeri.
19
Universitas Sumatera Utara

d) Surat Berharga Pasar Uang (SBPU)
Pihak bank akan menerbitkan SBPU kemudian
diperjualbelikan kepada pihak yang berminat.
2.3.3 Rasio Solvabilitas
Solvabilitas bank dapat diukur dengan rasio solvabilitas.
Rasio ini menunjukkan sejauh mana bank dibiayai oleh hutang (dana
pihak luar). Semakin tinggi rasio ini berarti semakin besar jumlah
modal pinjaman yang digunakan perusahaan sehingga memperbesar
risiko yang ditanggung bank. Menurut Kasmir (2008:156) “rasio
solvabilitas dapat menggunakan dua ukuran, yaitu rasio hutang
terhadap total aktiva (debt ratio/DR) dan rasio hutang terhadap total
ekuitas (debt to equity ratio/DER)”.
a.

Rasio hutang terhadap total aktiva/ debt ratio (DR)
Debt ratio merupakan rasio hutang yang melihat
keseluruhan total hutang baik jangka panjang maupun jangka
pendek yang disediakan kreditor dibandingkan dengan total
aktiva. Rasio ini digunakan untuk melihat seberapa besar
jumlah aktiva yang digunakan untuk menjamin besarnya
hutang sehingga debt ratio atau debt to asset ratio (DR) dapat
dirumuskan:
Debt to asset ratio (DR) =

Total Debt

x 100%

Total Assets
b.

Rasio hutang terhadap total ekuitas/ debt to equity ratio (DER)

20
Universitas Sumatera Utara

Rasio ini digunakan dengan cara membandingkan
seluruh hutang yaitu hutang jangka panjang dan hutang jangka
pendek dengan seluruh ekuitas yang dimiliki oleh bank. Debt
to equity ratio menunjukkan kemampuan perusahaan dalam
memenuhi kewajiban dalam membayar hutangnya dengan
jaminan modal sendiri. Debt to equity ratio dapat dirumuskan:
Total Debt
Debt to equity ratio (DER) =
x 100%
Total Equity
Para kreditur lebih menyenangi rasio hutang yang
rendah, karena semakin rendah rasio hutang semakin besar
pula perlindungan yang diperoleh oleh para kreditur dalam
keadaan likuidasi. Sebaliknya pemilik perusahaan lebih
menyukai rasio yang tinggi dengan pertimbangan rasio yang
tinggi dapat memperbesar tingkat keuntungan atau mungkin
untuk menghindari penjualan saham karena penjualan saham
akan menyebabkan berkurangnya kendali atas perusahaan.

2.4

Profitabilitas
2.4.1 Pengertian Profitabilitas
Keuntungan merupakan tanda tercapainya keberhasilan suatu
perusahaan, namun keberhasilan tersebut perlu ditelaah lebih jauh
apakah keuntungan yang diperoleh sudah menggunakan sumbersumber daya secara efektif dan efisien karena laba yang besar
jumlahnya belum tentu merupakan ukuran bahwa perusahaan
21
Universitas Sumatera Utara

tersebut telah bekerja secara efisien. Untuk mengetahuinya perlu
dilakukan pengukuran lebih lanjut tehadap berbagai komponen
keuangan perusahaan, salah satu tolak ukur yang sering digunakan
adalah rasio profitabilitas.
Profitabilitas adalah kemampuan suatu perusahaan untuk
menghasilkan laba. Menurut Darsono (2005:36) “profitabilitas
adalah benih dari sejumlah kebijakan dan keputusan perusahaan”.
Beberapa pengukuran terhadap profitabilitas perusahaan dimana
masing-masing

pengukuran

dihubungkan

dengan

besarnya

pendapatan. Dari profitabilitas perusahaan dapat diketahui tingkat
efektivitas manajemen dan ditunjukkan oleh besarnya laba yang
dihasilkan dari kegiatan operasional perusahaan maupun investasi
pada aktiva produktif.

2.4.2 Rasio Pengukuran Profitabilitas
Dalam dunia perbankan, rasio rentabilitas sering disebut
profitabilitas usaha. Kemampuan perusahaan untuk menghasilkan
laba dapat diukur dengan menggunakan rasio profitabilitas. Menurut
Kasmir (2008:234) “rasio profitabilitas digunakan untuk mengukur
tingkat efisiensi usaha dan profitabilitas yang dicapai oleh bank yang
bersangkutan”. Adapun rasio profitabilitas yang digunakan dalam
penelitian ini adalah earning per share.

22
Universitas Sumatera Utara

Menurut Bringham dan Houston (2006 : 613) yang
dialihbahasakan oleh Tim Penerjemah Erlangga bahwa “Earning per
share dihitung dengan membagi laba bersih setelah dikurangi pajak
dengan jumlah saham biasa yang beredar”. EPS bertujuan mengukur
besarnya

kemampuan

perusahaan

dalam

mendistribusikan

pendapatannya kepada pemegang saham. Dengan demikian, EPS
merupakan besaran pendapatan yang diterima oleh para pemegang
saham dari setiap lembar saham biasa yang beredar dalam periode
waktu tertentu. Laba per lembar saham akan sangat diperhatikan
oleh peserta saham, karena besarnya laba per lembar saham dari
suatu bank merupakan cerminan dari nilai bank tersebut.
Berikut adalah rumus earning per share:
NIAT – Devidend Preferred Stock
Earning Per Share =

x 100%
Number of share outstanding

Rasio ini menggambarkan besarnya pengembalian modal
untuk setiap satu lembar saham. Semakin tinggi nilai EPS berarti
semakin besar laba yang disediakan bagi pemegang saham, artinya
EPS merupakan ukuran tingkat kesejahteraan para pemegang saham.
Oleh karena itu, para investor lebih memilih untuk berinvestasi pada
perusahaan yang menawarkan saham dengan nilai EPS yang tinggi.
Earnings per share yang rendah cenderung membuat harga saham
turun. Nilai laba per saham bank akan meningkat apabila persentase

23
Universitas Sumatera Utara

kenaikan laba bersihnya lebih besar daripada persentase kenaikan
jumlah lembar saham biasa yang beredar.

2.5

Tinjauan Penelitian Terdahulu
Tabel 2.1
Tinjauan Penelitian Terdahulu

No
1.

Peneliti

Judul

(tahun)

Variabel

Analisis

Penelitian

Hasil
Penelitian

T.Putri

Analisis

Variabel dependen: Analisis

Variabel

M.Sibarani

Pengaruh Debt

earning per share

regresi

independen

(2009)

to Total Asset

(EPS)

linier

memiliki

Ratio dan Debt

Independen: debt

to Equity Ratio

to total asset ratio

berganda pengaruh
positif

Terhadap

(DR) dan debt to

terhadap

Earning Per

equity ratio (DER)

variabel
dependen

Share Pada
Perusahaan
Sektor Properti
dan Sektor
Manfaktur yang
Go Public di
BEI

2.

Jaka

Pengaruh

Variabel

Analisis

Variabel

Hermawan

Rentabilitas dan

dependen: loan to

regresi

independen

(2009)

Solvabilitas

deposit ratio

linier

memiliki

Terhadap

(LDR)

Likuiditas Pada

Independen:

berganda pengaruh
terhadap

Perusahaan

return to asset

variabel

24
Universitas Sumatera Utara

Perbankan yang

(ROA), return on

Go Public

equity (ROE),

dependen

operating expense
to operating
income (OEOI),
Capital
adequancy ratio
(CAR)
3.

Hilda

Analisis

Variabel

Analisis

Variabel

Anggarini

Hubungan

dependen: ROI

regresi

independen

(2009)

Rasio Likuiditas Independen: CR,

linier

memiliki

dan Leverage

berganda pengaruh

QR, DR, DER

Terhadap Rasio

terhadap

Profitabilitas

variabel

Pada PT.

dependen

Perkebunan
Nusantara II
(Persero)
Tanjung
Morawa
Sumber: Diolah dari berbagai sumber, 2013
Berikut ini adalah uraian dari tabel tinjauan terdahulu yang diuraikan
sebagai berikut:


T.Putri M.Sibarani (2009) meneliti tentang debt to asset ratio (DR)
dan debt to equity ratio terhadap earning per share (EPS) pada
perusahaan sektor properti dan sektor manufaktur. Penelitian
dilakukan selama tahun 2004 hingga 2007. Penelitian ini

25
Universitas Sumatera Utara

menghasilkan kesimpulan bahwa DR dan DER berpengaruh positif
dan signifikan terhadap EPS.


Nizwar Irawan (2012) meneliti tentang pengaruh rasio likuiditas
terhadp profitabilitas pada perusahaan perbankan syari’ah. Penelitian
ini dilakukan selama tahun 2007 – 2009. Penelitian ini menghasilkan
kesimpulan bahwa rasio likuiditas memiliki pengaruh terhadap
provitabilitas.



Hilda Anggarini (2009) meneliti tentang hubungan rasio likuiditas
dan leverage terhadap rasio profitabilitas pada PT. Perkebunan
Nusantara II. Penelitian ini dilakukan selama 2004 – 2008. Penelitian
ini menggunakan variabel dependen Return on Investment.
Penelitian ini menghasilkan kesimpulan bahwa CR dan QR memiliki
hubungan signifikan terhadap ROI sedangkan DR dan DER tidak
memiliki hubungan yang signifikan.

2.6

Kerangka Konseptual dan Hipotesis Penelitian
2.6.1 Kerangka Konseptual
Dalam penelitian ini yang menjadi variabel independennya
adalah rasio keuangan yang terdiri dari total aktiva terhadap total
deposit (quick ratio-QR), total aktiva terhadap total kewajiban segera
(cash ratio-CR), total hutang terhadap total aktiva (debt ratio-DR),
dan total hutang terhadap total ekuitas (debt to equity ratio-DER).
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah earning per share
(EPS) yang digunakan dalam menghitung profitabilitas. Berdasarkan
26
Universitas Sumatera Utara

latar belakang masalah, tinjauan pustaka dan tinjaun penelitian
terdahulu, maka dirumuskan kerangka konseptual penelitian pada
gambar berikut.
Variabel Independen

Variabel Dependen

Likuiditas
Quick Ratio (QR)
(X1)
Cash Ratio (CR)
(X2)

Profitabilitas

H1

H2
Earning Per Share (EPS)

Solvabilitas
Debt To Asset Ratio (DR)
(X3)
Debt To Equity Ratio
(DER) (X4)

H3

(Y)

H4
H5

Sumber Data: Penulis, 2013
Gambar 2.1
Kerangka Konseptual
2.6.2 Hipotesis Penelitian
Menurut Erlina (2008:49) “hipotesis adalah preposisi yang
dirumuskan dengan maksud untuk diuji secara empiris”. Preposisi
merupakan ungkapan atau pernyataan yang dapat dipercaya,
disangkal atau diuji kebenarannya mengenai konsep atau konstruk
yang menjelaskan fenomena-fenomena. Berdasarkan perumusan
masalah dan kerangka konseptual, maka hipotesis dari penelitian ini
dapat dirumuskan sebagai berikut:

27
Universitas Sumatera Utara

H1 :

Quick ratio (QR) berpengaruh secara parsial terhadap
earning per share (EPS).

H2 :

Cash ratio (CR) berpengaruh secara parsial terhadap earning
per share (EPS).

H3 :

Debt to asset ratio (DR) berpengaruh secara parsial terhadap
earning per share (EPS).

H4 :

Debt to equity ratio (DER) berpengaruh secara parsial
terhadap earning per share (EPS).

H5 :

Quick ratio (QR), cash ratio (CR), debt to asset ratio (DR),
dan debt to equity ratio (DER) berpengaruh secara simultan
terhadap earning per share (EPS).

28
Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Profitabilitas Pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2009-2011

1 70 76

Pengaruh Rasio Likuiditas, Profitabilitas Dan Solvabilitas Bank Terhadap Opini Audit Pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia.

0 59 110

PENGARUH LIKUIDITAS DAN SOLVABILITAS TERHADAP PROFITABILITAS PADA PERUSAHAAN FOOD AND BEVERAGE YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

6 15 26

PENGARUH LIKUIDITAS, PROFITABILITAS, DAN SOLVABILITAS TERHADAP RETURN SAHAM PADA PERUSAHAAN ASURANSI YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2010 - 2014

1 7 71

Pengaruh Likuiditas dan Solvabilitas Terhadap Profitabilitas Pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2009 – 2011

0 0 12

Pengaruh Likuiditas dan Solvabilitas Terhadap Profitabilitas Pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2009 – 2011

0 0 2

Pengaruh Likuiditas dan Solvabilitas Terhadap Profitabilitas Pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2009 – 2011

0 0 10

Pengaruh Likuiditas dan Solvabilitas Terhadap Profitabilitas Pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2009 – 2011

0 0 2

Pengaruh Likuiditas dan Solvabilitas Terhadap Profitabilitas Pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2009 – 2011

0 0 11

PENGARUH PROFITABILITAS DAN SOLVABILITAS TERHADAP PEMBAGIAN DEVIDEN PADA PERUSAHAAN TRANSPORTASI YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2009 – 2015

0 0 18