Hubungan nya Mengalami Menopause dengan Obesitas pada Wanita Pascamenopause di RSUP H. Adam Malik pada Tahun 2013

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Menopause
2.1.1 Definisi Menopause
Definisi menopause menurut WHO berarti berhentinya siklus menstruasi
untuk selamanya bagi wanita yang sebelumnya mengalami menstruasi setiap bulan,
yang disebabkan oleh jumlah folikel yang mengalami atresia terus meningkat, sampai
tidak tersedia lagi folikel, serta dalam 12 bulan terakhir mengalami amenorea, dan
bukan disebabkan oleh keadaan patologis (International Menopause Society, 1999).

Kata menopause berasal dari bahasa Yunani “meno” berarti “bulan” dan
“pause” “penghentian sementara”. Dalam pandangan medis, menopause didefinisikan
sebagai masa penghentian haid untuk selamanya dan Reitz (2001) mengatakan bahwa
istilah yang lebih tepat adalah menocease yang berarti “masa berhentinya
menstruasi”.

Burger

H.G.

(2002)


mendefinisikan

menopause

adalah

berhentinya

menstruasi secara permanen yang diakibatkan hilangnya aktivitas folikel ovarium
yang diperantai oleh transisi menopause, suatu penanda awal wanita mengalami
proses peralihan dari masa reproduksi ke masa tua (senium). Ovarium sebagai organ
reproduksi primer wanita berfungsi menghasilkan ovum (oogenesis) dan mensekresi
hormone seks wanita (Sherwood, 2010). Menopause adalah masa setelah satu tahun
berhentinya menstruasi/haid (amenorrea) yang disebabkan oleh menurunnya
produksi hormon estrogen dan progesteron di ovarium untuk bisa mempertahankan
siklus mentruasi (Tessy, 2012).

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa menopause sebagai proses alami
dari penuaan, yaitu ketika wanita tidak lagi mendapat haid selama 1 tahun dan


Universitas Sumatera Utara

berhentinya haid karena ovarium tidak lagi memproduksi hormon estrogen dan
progesterone dan berakhirnya masa reproduksi seorang wanita.
2.1.2 Tahapan Menopause

Gambar 2.1 Stages of Reproductive Aging, Redrawn from Soules 2001 with
permission. (Sumber: Buku Williams Gynecology, 2008, The McGraw Hill,
Bab 21 Menopausal Transition, Halaman 469)
Menurut Soules (2001) dalam Schorge (2008), tahapan penuaan reproduktif
wanita terdiri dari tiga tahap utama yaitu mulai dari tahap reproduktif, transisi
menopause, dan akhirnya tahap pascamenopause. Pada tahap transisi menopause,
terdapat fase pramenopause dan fase perimenopause/klimakterium sebelum mencapai
fase menopause (periode menstruasi terakhir = FMP). Transisi menopause adalah
suatu masa di mana seorang wanita lewat dari usia reproduktif ke peralihan
menopause secara bertahap. Gambar 2.1 menunjukkan bahwa stage -5 hingga stage 3 adalah usia reproduktif wanita dan mulai dari stage -2 wanita sudah memasuki usia
menopause.

Universitas Sumatera Utara


Menurut Baziad Ali (2003), menopause sendiri terdiri dari empat fase, yaitu
tahap pramenopause, perimenopause/klimakterium, menopause (FMP) dan tahap
pascamenopause. Dari Gambar 2.1, sebelum menghadapi masa menopause secara
alamiah, seseorang akan dihadapkan pada masa pramenopause yang terjadi beberapa
tahun sebelum menopause sebenarnya. Pada tahap ini keluhan perimenopause mulai
berkembang.

Fase

pramenopause

merupakan

permulaan

dari

transisi


klimaterik/perimenopause yang dimulai 2-5 tahun sebelum menopause yaitu stage -2
di mana terjadi irregularitas siklus menstruasi, perdarahan memanjang (>7 hari)
disertai dismenorea (Schorge, 2008)
Fase perimenopause merupakan suatu masa peralihan yang normal yang
berlangsung beberapa tahun sebelum dan beberapa tahun sesudah menopause. Stage 1 adalah suatu masa menjelang menopause (FMP) dengan gejala seperti lewat >2
siklus menstruasi dengan interval amenorrea >60hari. Selanjutnya diikuti tahap
menopause (FMP = Final Menstruation Period). Menopause dikatakan terjadi apabila
selama 12 bulan haid tidak datang lagi, maka ditetapkan menopause sebenarnya.
Selanjutnya pada tahap pascamenopause stage +1a berarti 1 tahun setelah periode
menstruasi terakhir (FMP) dan +1b berarti 2-5 tahun setelah periode menstruasi
terakhir (FMP). Stage +1 (a & b) merupakan fase awal dari pascamenopause and
stage +2 adalah fase lanjut dari pascamenopause. Maka fase awal pascamenopause 5 tahun (Schorge, 2008).
Berdasarkan keadaan endokrinologik, mulai tahap perimenopause terjadi
penurunan produksi estrogen dan kenaikan hormon gonadotropin (FSH). Kadar
hormon akhir ini terus tetap tinggi sampai kira-kira 15 tahun setelah menopause,
kemudian mulai menurun. Tingginya kadar hormone gonadotropin disebakan oleh
berkurangnya produksi estrogen, sehingga negative feedback terhadap produksi
gonadotropin berkurang. (Rogerio A. Lobo, 2002).

Universitas Sumatera Utara


2.1.3 Fisiologi Menopause
Pada saat gestasi berusia 5 minggu, sel primordial bermigrasi ke alat genital
janin. Pembelahan sel secara mitotic membentuk oogonium yang kemudian menjadi
oocyte. Ternyata pada saat janin berusia 20 minggu, sekitar 7 juta oogonium sudah
terbentuk. Namun, jumlah tersebut berkurang secara berangsur sehingga tersisa 2 juta
saat lahir dan hanya tinggal 300.000 saat pubertas. Secara fisiologis, jumlah tersebut
berangsur –angsur menurun hingga menopause. Penyebab menopause adalah ovarium
berhenti menghasilkan ovum (Guyton and Hall, 2006).
Kira-kira 400 folikel primordial tumbuh menjadi folikel yang matang dan
berovulasi sepanjang kehidupan reproduksi wanita. Pada usia sekitar 40 tahun, hanya
tinggal jumlah kecil folikel primordial yang distimulasi oleh hormone FSH (follicle
stimulating hormone) dan LH (luteinizing hormone). Jumlah folikel primordial yang
kecil mengakibatkan produksi estrogen oleh ovarium menurun sehingga titik kritis
dan estrogen tidak dapat lagi menghambat produksi FSH dan LH. Akibatnya
hormone gonadotropin terutama FSH ini diproduksi dalam jumlah yang besar dan
secara berkelanjutan setelah menopause (Guyton and Hall, 2006).

2.1.4 Tingkat Hormonal Dalam Sirkulasi pada Menopause
Tabel 2.1 Perubahan Tingkat Hormonal dalam Sirkulasi pada Menopause

Hormone

Pramenopause

Pascamenopause

Estradiol

40-400 pg/mL

10-20 pg/mL

Estrone

30-200 pg/mL

30-70 pg/mL

Testosterone


20-80 ng/mL

15-70 ng/mL

Universitas Sumatera Utara

Sumber: Buku Clinical Gynecology, Endocrinology and Infertility, Edisi 7,
Lippincott Williams and Wilkins, Bab 17: Menopause dan Perimenopausal
Transition, Halaman 635

2.1.5 Patofisiologi Menopause
a. Kemoterapi pada wanita
Kemoterapi karena menderita kanker seringkali berakibat pada kondisi
menopause dini sementara ataupun permanen. Wanita yang harus menjalani
kemoterapi untuk kanker menemukan menopause dini karena terapi ini
bekerja pada sel-sel yang sedang membelah demikian targetnya adalah ovumovum dalam ovarium. Radiasi pada daerah pelvis juga menghancurkan folikel
dan dapat menyebabkan vaginal scarring (Mayo, 1996).

b. Menopause karena merokok.
Walaupun belum diteliti, diasumsikan merokok dapat mempercepat datangnya

masa menopause. Aktivitas merokok dilaporkan membawa pengaruh terhadap
menopause dini pada wanita. Diketahui 59% wanita perokok aktif lebih
mungkin berisiko terhadap menopause dini. Ini mungkin karena kerusakan
yang mungkin terjadi pada alat – alat reproduksinya seperti ovari sehingga
produksi hormon estrogen menurun. Penurunan produksi estrogen akibat
kerusakan ovarium maupun ovum, secara otomatis akan mematikan siklus
reproduksi secara bertahap. Ketika produksi estrogen tidak lagi memadai,
maka proses menstruasi akan terhenti dan henti haid atau menopause data
lebih awal dari waktu yang semestinya (Mikkelsen, 2007). Merokok
dikatakan menghambat fungsi hati dengan menghalangi enzim hati yang
dibutuhkan untuk produksi estrogen yang mengakibatkan kerusakan ovum
(Mayo, 2000).

Universitas Sumatera Utara

c. Menopause karena operasi.
Menopause akan terjadi baik pada mereka yan menjalani histerektomi tanpa
pengangkatan ovarium maupun histerektomi dengan pengangkatan ovarium.
Hal ini menjadi masalah jika histerektomi terjadi pada wanita yang masih
dalam masa produktif akibat kurangnya hormon estrogen sehingga mengalami

perubahan pada organ reproduksi yang seringkali menimbulkan gangguan
siklus menstruasi dan menopause dini (Dini Kasdu, 2008).
Ini

terjadi

akibat

proses

pembedahan,

diantaranya

operasi

uterus

(histerektomi) dan pengangkatan kedua indung telur (oophorectomy bilateral).
Proses pembedahan di mana pengangkatan kedua indung telur akan memicu

menopause pada 30% wanita dalam masa dua tahun (Mayo, 2000). Dampak
potensial dari operasi pada sistem reproduksi terbukti, ketika sesekali setelah
ligasi tuba untuk birth control, waktu penyesuaian hormonl diperlukan karena
terjadinya perubahan aliran darah ke ovarium pasca operasi (Mayo, 1996).

d. Menopause karena kondisi medis.
Obat – obatan anti kanker dinilai mempengaruhi produksi hormon yang
diproduksi oleh indung telur. Tidak hanya itu, perilaku dan kebiasaan
mengkonsumsi obat – obatan anti hipertensi, reumatik dan jantung akan
mempercepat datangnya masa menopause. Obat – obatan ini diduga akan
memberikan efek penekanan produksi hormon – hormon reproduksi (Schorge,
2008).

2.1.6 Faktor Resiko Menopause

a. Menarche (umur haid pertama)
Menopause diduga ada hubungannya dengan menarche. Makin dini menarche
terjadi, makin lambat menopause timbul. Sebaliknya, makin lambat menarche
terjadi makin cepat menopause timbul. Pada abad ini umumnya nampak


Universitas Sumatera Utara

bahwa menarche makin dini timbul dan menopause makin lambat terjadi,
sehingga masa reproduksinya menjadi lebih panjang (Prawirohardjo, S. 2011).

b. Usia
Usia rata-rata wanita mengalami menopause (FMP) adalah 51.5 (Schorge,
2008). Rata-rata percepatan penghabisan folikel dan penurunan fertilitas
dimulai pada umur 37-38 tahun. Pramenopause di mana perempuan lewat dari
masa reproduksi terjadi pada umur rata-rata 40-50 tahun dan menopause
terjadi pada umur rata-rata 50-51 tahun (Prawirohardjo, S. 2011). Wanita
dengan premature ovarian failure akan mengalami menopause 94

Eropa

Wanita >80
Pria >90

Asia Selatan
Populasi China, Melayu dan Asia- Wanita >80
India
Pria >90
China

Wanita >80
Pria >85

Jepang

Wanita >90
Gunakan rekomendasi Asia selatan

Amerika Tengah

hingga tersedia data spesifik

Gunakan rekomendasi Eropa hingga
Sub-Sahara Afrika

tersedia data spesifik

Sumber: Ethnic specific values for waist circumference, International Diabetes
Federation, 2005)

Tabel 2.4 Rasio Lingkar Perut dan Pinggul

Universitas Sumatera Utara

Jenis Kelamin

Ukuran RLPP Normal

Wanita