Inkontinensia Urin Pada Wanita Menopause Di RSUP.H.Adam Malik Medan Dan RSUD.dr.Pirngadi Medan

(1)

(2)

KATA PENGANTAR

Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang.

Segala puji dan syukur saya sampaikan kepada Allah SWT, karena berkat rahmat dan hidayah-Nya penulisan tesis ini dapat diselesaikan.

Tesis ini disusun untuk melengkapi tugas – tugas dan memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh keahlian dalam bidang Obstetri dan Ginekologi. Sebagai manusia biasa saya menyadari bahwa tesis ini banyak kekurangannya dan masih jauh dari sempurna, namun demikian besar harapan saya kiranya tulisan sederhana ini dapat bermanfaat dalam menambah perbendaharaan bacaan khususnya tentang :

”INKONTINENSIA URIN PADA WANITA MENOPAUSE DI RSUP.H.ADAM MALIK MEDAN DAN RSUD.dr.PIRNGADI MEDAN”

Dengan selesainya laporan penelitian ini, perkenankanlah saya menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan yang setinggi – tingginya kepada yang terhormat :

1. Rektor Universitas Sumatera Utara, Prof. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H (CTM&H), SpA (K) dan Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, SpPD (KGEH), yang telah memberikan kesempatan kepada saya untuk mengikuti Program Pendidikan Dokter Spesialis di Fakultas Kedokteran USU Medan


(3)

Lutan, MSc, SpOG (K); Sekretaris Departemen Obstetri dan Ginekologi

FK-USU Medan, Dr. dr. M. Fidel Ganis Siregar, M. Ked(OG), SpOG (K);

Ketua Program Studi Dokter Spesialis Obstetri dan Ginekologi FK-USU

Medan, dr. Henry Salim Siregar, SpOG (K); Sekretaris Program Studi

Dokter Spesialis Obstetri dan Ginekologi FK-USU Medan, dr. M. Rhiza

Z. Tala, M.Ked(OG), SpOG (K); dan juga Prof. dr. Hamonangan

Hutapea, SpOG (K); Prof. Dr. dr. M. Thamrin Tanjung, SpOG (K); Prof. dr.

R. Haryono Roeshadi, SpOG (K); Prof. dr. T. M. Hanafiah, SpOG (K);

Prof. dr. Budi R. Hadibroto, SpOG (K); Prof. dr. Daulat H. Sibuea,

SpOG (K); Prof. dr. M. Fauzie Sahil, SpOG (K); Prof. dr. M. Jusuf

Hanafiah, SpOG (K); Prof. dr. Djafar Siddik, SpOG (K); yang telah

bersama-sama

berkenan menerima saya untuk mengikuti

pendidikan dokter spesialis di Departemen Obstetri dan Ginekologi.

3.

Kepada Divisi Uroginekologi yang telah mengizinkan saya melakukan

penelitian ini

4.

dr. Edy Ardiansyah, M.Ked(OG), SpOG (K) dan dr. M. Rhiza Z. Tala,

M.Ked(OG), SpOG (K) selaku pembimbing tesis Saya, bersama dr. Hotma

P. Pasaribu, M.Ked.(OG), SpOG; dr. Rushakim Lubis, SpOG; dan dr. Deri

Edianto, M.Ked(OG), SpOG (K), selaku penyanggah dan nara sumber

yang penuh dengan kesabaran telah meluangkan waktu yang sangat

berharga untuk membimbing, memeriksa, dan melengkapi penulisan tesis

ini hingga selesai.

5.

dr. Hotma P. Pasaribu, M.Ked(OG), SpOG selaku pembimbing minirefarat

Fetomaternal Saya yang berjudul:

“Patologi Plasenta”

; kepada dr.

Herbert Sihite, Sp.OG selaku pembimbing minirefarat Magister Saya yang

berjudul:

“Pengaruh Kafein Terhadap Kehamilan”

kepada dr. Ichwanul


(4)

Adenin, M. Ked(OG), SpOG (K) selaku pembimbing minirefarat Fertilitas

Endokrinologi dan Reproduksi Saya yang berjudul:

“Ambiguous

Genitalia”

;

kepada dr. Deri Edianto, M.Ked(OG), SpOG (K) selaku

pembimbing minirefarat Onkologi-Ginekologi Saya yang berjudul:

“Kanker Vulva dan Sentinel Lymph Node”

.

6.

dr.Ichwanul Adenin, M.Ked.(OG), SpOG (K)

s e l a k u B a p a k A n g k a t S a y a s e l a m a m e n j a l a n i m a s a pendidikan, yang telah banyak mengayomi, membimbing dan memberikan nasehat yang bermanfaat kepada Saya selama dalam pendidikan.

7. dr. Surya Dharma, MPH, yang telah meluangkan waktu dan pikiran untuk membimbing Saya dalam penyelesaian uji statistik tesis ini.

8. Seluruh Staf Pengajar Departemen Obstetri dan Ginekologi FK-USU Medan, yang secara langsung telah banyak membimbing dan mendidik Saya sejak awal hingga akhir pendidikan. Semoga Allah SWT membalas budi baik Guru-guru Saya tersebut.

9. Direktur RSUP H.Adam Malik Medan beserta seluruh staf medis maupun non medis yang telah memberikan kesempatan dan sarana kepada Saya untuk bekerja sama selama mengikuti pendidikan di Departemen Obstetri dan Ginekologi.

10. Direktur RSUD Dr. Pirngadi Medan dengan seluruh staf medis maupun nonmedis serta buat Guru – guru saya di SMF Obgin RSUD. Dr. Pirngadi Medan, dr. Rushakim Lubis, SpOG (Wadir Pelayanan Medik RSUD.dr.Pirngadi Medan), dr. Syamsul A. Nasution, SpOG (K) (Kepala SMF Obgin RSUD.dr. Pirngadi Medan), dr.John S.Khoman, Sp.OG dan dr.Roy Yustin Simanjuntak, Sp.OG(K) (Kasubdiv Onkologi RSUPM), dr. Christoffel Tobing, Sp.OG(K) (Kasubdiv Fetomaternal RSUPM), dr.Azwar Aboet,Sp.OG(K) (Kasubdiv FER RSUPM), dr.Jenius L. Tobing,


(5)

Sp.OG (Ketua Komite Medik RSUPM), dr. Sanusi Piliang, Sp.OG (Ketua Koordinator PPDS Obgin RSUPM), dr. Fadjrir, SpOG dan dr. Muljadi Affendi, Sp.OG (Komite Penelitian SMF Obgin RSUPM) beserta staf yang telah m em berikan kesem pat an dan sarana kepada Saya dalam bekerj a selam a mengikuti pendidikan di Departemen Obstetri dan Ginekologi.

11. Direktur Rumah Sakit Umum PTPN II Tembakau Deli; dr. Sofyan Abdul Ilah, SpOG dan dr. Nazaruddin Jaffar, SpOG (K) beserta staf yang telah memberikan kesempatan dan bimbingan selama saya bertugas menjalani pendidikan di rumah sakit tersebut.

12. Direktur Rumkit TK. I I Puteri Hijau KESDAM I I / BB Medan dan Kepala SMF Obstetri dan Ginekologi Rumkit TK. I I Puteri Hijau KESDAM I / BB Medan Mayor CKM dr. Gunawan Rusuldi, SpOG serta dr. M. Yazim Yakub, SpOG, dr. Agnes Dwi H. SpOG, dr. Santa M.J. Sianipar, SpOG beserta staf yang telah memberi kesempatan dan sarana serta bimbingan selama Saya bertugas di Rumah Sakit tersebut.

13. Direktur RSU Haji Medan; Kepala SMF. Obstetri dan Ginekologi RSU. Haji Medan dr. Muslich Perangin-angin, SpOG serta dr. Anwar Siregar, SpOG, (Alm).dr. Syahrizal Daud. SpOG, dr. Ahmad Khuwailid, SpOG beserta staf yang telah memberi kesempatan dan sarana serta bimbingan selama Saya bertugas di Rumah Sakit tersebut.

14. Direktur RSU Sundari serta Kepala SMF Obstetri dan Ginekologi RSU. Sundari dr. M. Haidir, SpOG dan I bu Sundari, Am.Keb. beserta staf yang telah memberi kesempatan dan sarana serta bimbingan selama Saya bertugas di Rumah Sakit tersebut.


(6)

15. Direktur RSUD.F.L.Tobing Kota Sibolga beserta staf dan Kepala SMF. Obgin RSUD F.L.Tobing dr. Edward Sihite, Sp.OG dan dr.Irson Nur Piliang, Sp.OG yang telah memberikan kesempatan untuk bekerja dan memberikan bantuan moril selama Saya bertugas di Rumah Sakit tersebut.

16. Ketua Departemen Anestesiologi dan Reanimasi FK-USU Medan beserta staf, atas kesempatan dan bimbingan yang telah diberikan selama Saya bertugas di Departemen tersebut.

17. Ketua Departemen Patologi Anatomi FK-USU beserta staf, atas kesempatan dan bimbingan yang t elah diberikan selama Saya bert ugas di Depart emen tersebut.

18.

Walikota Ternate H. Burhan Abdurrahman,SH,MM melalui Badan

Kepegawaian Daerah Kota Ternate Propinsi Maluku Utara atas

kesempatan tugas belajar, sehingga Saya dapat mengikuti Program

Pendidikan Dokter Spesialis di Departemen Obstetri dan Ginekologi

Fakultas Kedokteran USU Medan.

19. Kepada senior-senior Saya, dr. Ronny P. Bangun, SpOG; dr. Alim Sahid, Sp.OG; dr. I lham Sejahtera Lbs, Sp.OG; dr. Nur Aflah, Sp.OG; dr. Yusmardi, Sp.OG; dr. Gorga I VW Udjung, Sp.OG; dr. Siti S.Sylvia, Sp.OG; dr. David Luther, SKM, M. Ked(OG) SpOG; dr.Anggia Melanie Lbs,Sp.OG; dr.Maya Hasmita, Sp.OG; dr. Riza H Nst, SpOG; dr. Lili Kuswani, Sp.OG; dr. M.I khwan, Sp.OG; dr.Edward Muljadi,Sp.OG; dr. Ari Abdurrahman Lbs,Sp.OG; dr. Zilliyadein R,Sp.OG; dr.Benny J M, Sp.OG; dr. M. Rizky Yaznil, M. Ked(OG), SpOG; dr. Yuri Andriansyah, SpOG; T.Jeffrey A, Sp.OG; dr. Made S Kumara, Sp.OG; dr. Sri Jauharah, Sp.OG; dr.M. Yusuf Rahmatsyah, Sp.OG; dr.Boy P.Srg, sp.OG; dr. Hedy Tan,Sp.OG; dr. Glugno Joshimin F,Sp.OG; dr. Aidil A, Sp.OG; dr. Alfian Z. Siregar, SpOG; dr. Firman A, SpOG; dr. Errol Hamzah, SpOG; dr. Rizka H,


(7)

SpOG; dr. Hatsari Marintan P S, SpOG; dr. Andre P. Aswar, SpOG; dr. Reynanta, SpOG; dr.T. Johan A, M.Ked(OG),Sp.OG; dr. Tigor PH, M.Ked(OG),Sp.OG; dr. Elvira MS, M.Ked(OG),SpOG; dr. Hendryadi S, M.Ked(OG),Sp.OG; dr. Riske EP M.Ked(OG),Sp.OG; dr. Heika NS, M.Ked (OG),SpOG; dr. Janwar S, M.Ked(OG),SpOG; dr. I rwansyah P, M.Ked(OG),SpOG; dr. Ulfah W.K., M.Ked(OG),SpOG; dr. Ali Akbar, M.Ked(OG),SpOG; dr. Arjuna S, M.Ked(OG), SpOG; dr. I smail Usman, M.Ked(OG) Sp.OG; dr. Aries Misrawani; dr Hendri Ginting M.Ked(OG,Sp.OG; dr. Robby Pakpahan M.Ked(OG); dr. Meity Elvina, M. Ked(OG),Sp.OG; dr. Dany Ariyani M.Ked(OG),Sp.OG; dr. Fatin Atifa M.Ked(OG),Sp.OG; dr. Pantas S. Siburian M.Ked(OG); dr. Morel S, M.Ked(OG),Sp.OG; dr. Eka Handayani, M.Ked(OG),Sp.OG; dr. Sri Damayana Hrp. M.Ked(OG),Sp.OG; dr. Liza Marosa, M.Ked(OG); dr.M.Rizky P.Yudha, M.Ked(OG); dr. M. Arief Srg,M.Ked(OG),Sp.OG; dr.Ferdiansyah.Hrp, M.ked(OG),Sp.OG; dr.Henry Gunawan,M.Ked(OG); Saya berterima kasih atas segala bimbingan, bantuan dan dukungannya yang telah diberikan selama ini.

20. Kepada teman - teman seangkatan (G-18): dr. Ika Sulaika; dr. Edy Rizaldi M.Ked(OG);dr.HotbinP,M.Ked(OG); dr.KikoMarpaung ,M.Ked(OG),Sp.OG; dr.EdwardS.Manurung,M.Ked(OG),Sp.OG; dr.Erwin E Syahputra; dr.Abdurrohim Lbs,M.Ked(OG),Sp.OG; dr.Ricca P.Rahim,M.Ked(OG); dr.Julita Andriani, M.Ked(OG),Sp.OG; dr. Novrial, M.ked(OG); dr.M.Wahyu Wibowo, M.Ked(OG),Sp.OG; dr. Ivo Fitrian C,M.ked(OG),Sp.OG; dr. Ray C Barus,M.Ked(OG),Sp.OG; dr. Nureliani Amni; dr. Fifianti P.Adela; dr.Anindita Novina,M.Ked(OG),Sp.OG; terima kasih untuk kebersamaan dan kerjasamanya sejak dari awal hingga sekarang selama pendidikan.

21.

Seluruh PPDS yang pernah menjadi tim jaga bersama Saya dan dengan


(8)

selama menempuh pendidikan ini ; dr. M. Faisal Fahmi M.ked(OG); dr.

Jesurun BD Hutabarat M.Ked(OG); dr. Bandini, M.Ked(OG); dr. Yasmin

Hasbi; dr. Heikal R; dr. T. Larry A; dr. Abdul Gafur; dr.Imron P Lbs; dr. Tri

Ebta Mayniar; dr. Dahler S Srg; dr. Henry Silaen; dr.Syauki; dr. Ria Suci;

dr. Nutrisia L; saya ucapkan terima kasih.

22.

Rekan-rekan PPDS junior saya yang sangat baik yang tidak dapat Saya

sebutkan satu persatu, terima kasih atas kebersamaan, dorongan

semangat dan doa yang telah diberikan selama ini.

23. Kepada (Almh.) lbu Hj. Asnawati Hsb, Ibu Hj. Sosmalawaty, Ibu Zubaedah, Ibu Mawan, Mimi, Asih, Dewi, Tuti, Fina, Anggi, Yus, Nani dan seluruh pegawai di lingkungan Departemen Obstetri dan Ginekologi RSUP. H. Adam Malik Medan dan RSUD. Dr. Pirngadi Medan terima kasih atas doa dan dukungannya.

24.

Dokter muda, Bidan, Paramedis, Karyawan / karyawati, serta seluruh

pasien di Departemen Obstetri dan Ginekologi FK-USU/RSUP. H. Adam

Malik, RSUD. Dr. Pirngadi Medan,

Rumkit. TK. I I Puteri Hijau KESDAM I / BB Medan,

RS. Haji Medan,

RSU. PTPN II Tembakau Deli Medan,

RS. Sundari

yang dari padanya Saya banyak memperoleh pengetahuan baru, terima

kasih atas kerja sama dan saling pengertian yang diberikan kepada Saya

sehingga dapat sampai pada akhir program pendidikan ini.

Tiada kata yang dapat saya ucapkan selain rasa syukur kepada Allah SWT dan Sembah sujud serta terima kasih yang tidak terhingga saya sampaikan kepada kedua orang tua saya yang sangat saya cintai Drs.H.Ramly Sangadji dan (Almh.)Hj. Rooswita Fatmaningsih Tjan yang telah membesarkan, membimbing, mendoakan, serta mendidik saya dengan penuh kesabaran dan kasih sayang dari sejak kecil hingga kini.


(9)

Terimakasih saya ucapkan kepada Bapak mertua H.Suratman Djafaar, SH, dan ibu mertua Hj. Murniana Husein Tjun, yang telah memberikan dorongan dan semangat kepada saya.

Tiada kata yang bisa mengungkapkan rasa terima kasih kepada Istri saya, Ayu Sulastri Djafaar, S.S dan untuk Buah hatiku tercinta, Aura Khalilah dan Nailah Rahmatul Izza t er im a kasih at as kas i h sayan g, semangat serta doanya semoga Allah SWT selalu memberikan kebahagiaan kepada keluarga kita.

Kepada Adik – adikku tersayang: Khairunnisa,SE, Mutmainnah,SE, M.Rizqullah Sangadji, M.Radhy Sangadji dan M.Rabbany Sangadji, terima kasih atas dukungan kepada saya selama menjalani pendidikan.

Kepada seluruh keluarga handai tolan yang tidak dapat saya sebutkan namanya satu persatu, baik secara langsung maupun tidak langsung, yang telah banyak memberikan bantuan, dukungan dan doa, saya ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya.

Sem og a Al la h S W T se na nt ias a m em ber ik a n r ahm at - Nya k ep ad a kit a semua.

Medan, Juli 2014


(10)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ……….. ix

DAFTAR TABEL ………. xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR SINGKATAN ……….. xiii

ABSTRAK ... xiv

ABSTRACT ... xv

BAB 1 Pendahuluan………. 1

1.1. Latar Belakang……… 1

1.2. Rumusan Masalah……….... 4

1.3. Tujuan Penelitian………... 5

1.3.1. Tujuan Umum……… 5

1.3.2. Tujuan Khusus………. 5

1.4. Manfaat Hasil Penelitian………... 5

1.4.1. Untuk Institusi……….. 5

1.4.2. Untuk Klinisi………... 5

BAB 2 Tinjauan Pustaka………. 6

2.1. Inkontinensia Urin……… 6

2.1.1. Jenis – jenis Inkontinensia……….. 7

2.1.2. Faktor resiko inkontinensia urin……… 10

2.2. Menopause ………... 11

2.3. Sindroma Urogenital pada Wanita Menopause ... 14

2.4. Kerangka Teori ... 18

2.5. Kerangka Konsep ... 19

BAB 3 Metode Penelitian………. 20

3.1. Rancangan Penelitian………. 20

3.2. Waktu dan Tempat……….. 20

3.3. Populasi Penelitian dan Sampel Penelitian……… 20

3.4. Kriteria Inklusi dan Eksklusi……… 20

3.5. Perhitungan Jumlah Sampel……….. 21

3.6. Tekhnik Pengambilan Data………. 22

3.6.1. Data Primer ... 22

3.7. Definisi Operasional………. 22

3.8. Pengolahan Data dan Analisa Data………. 27

3.8.1. Pengolahan Data……… 27

3.8.2. Analisa Data………. 27

3.9. Etika Penelitian………. 27

3.10 Alur Penelitian……….. 28


(11)

BAB 5 Kesimpulan dan Saran ………37

5.1. Kesimpulan……… 37

5.2. Saran………. 38

Daftar Pustaka………. 39 Lampiran


(12)

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1. Karakteristik Subjek Penelitian ……… 29 Tabel 4.2. Kejadian Inkontinensia Urin…………... 34 Tabel 4.3. Distribusi Jenis Inkontinensia...………. 35


(13)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Anatomi Urogenital Wanita... 6

Gambar 2. Perbandingan Normal Stress dan Stress Inkontinensia... 8

Gambar 3. Tipe Inkontinensia Urin... 10


(14)

DAFTAR SINGKATAN IU = Inkontinensia Urin

ICS = International Continence Society

DIAPPERS = Delirium, Infeksi dan Inflamasi, Atrophic vaginitis, Psikologi dan Pharmacology, Excessive urin production, Restriksi mobilitas dan

Stool impaction IMT = Indeks Massa Tubuh

LMMPI = Lie Minessota Multhiphasic Personality Inventory

ICIQ UI-SF = International Consultation on Incontinence Questionnaire Urinary Incontinence – Short Form

IRT = Ibu Rumah Tangga

WHO = World Health Organization RSUP = Rumah Sakit Umum Pusat RSUD = Rumah Sakit Umum Daerah


(15)

”INKONTINENSIA URIN PADA WANITA MENOPAUSE DI RSUP. H. ADAM MALIK MEDAN DAN RSUD.dr. PIRNGADI MEDAN”

Muhammad Rizal Sangadji, Edy Ardiansyah, Muhammad Rhiza Z.Tala, Hotma Partogi Pasaribu, Deri Edianto

Departemen Obstetri Ginekologi

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Medan, 2014

ABSTRAK

Latar Belakang: Inkontinensia urin adalah pengeluaran urin yang tidak terkendali pada waktu yang tidak dikehendaki dan tanpa melihat frekuensi maupun jumlahnya. Keadaan ini dapat menyebabkan masalah fisik, emosional, sosial dan higienis bagi penderitanya. Inkontinensia urin dapat terjadi pada wanita dan pria usia lanjut, namun prevalensinya lebih tinggi pada wanita dan meningkat sesuai pertambahan usia. Menopause menimbulkan keadaan hipoestrogen yang berhubungan dengan perubahan anatomi dan fisiologi dari uretra.

Tujuan: Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui kejadian dan karakteristik inkontinensia urin pada wanita menopause.

Metode: Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan desain potong lintang yang dilakukan di RSUP H Adam Malik dan RSUD Pirngadi Medan. Sampel pada penelitian ini didapat dari wanita yang sudah mengalami menopause yang datang ke poliklinik ginekologi dan telah memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.

Hasil: Dari 80 sampel, didapati inkontinensia terjadi pada 66 (82,5%) wanita menopause dengan karakteristik usia > 62 tahun sebanyak 40 orang (60,6%), pekerjaan ibu rumah tangga sebanyak 55 orang (83,3%), IMT overweight sebanyak 26 orang (39,4%), dan disertai dengan adanya prolapsus uteri grade 2 sebanyak 34 orang (51,5%). Berdasarkan tipe inkontinensia, tipe stress terjadi pada 40 (60.6%) wanita menopause, diikuti dengan tipe urge sebanyak 19 orang (28,8%)

Kesimpulan: Sebagian besar wanita menopause mengalami inkontinensia urin dengan jenis inkontinensia urin terbanyak adalah jenis stress inkontinensia.


(16)

“URINARY INCONTINENCE IN MENOPAUSAL WOMEN AT RSUP. H. ADAM MALIK MEDAN AND RSUD.dr. PIRNGADI MEDAN”

Muhammad Rizal Sangadji, Edy Ardiansyah, Muhammad Rhiza Z.Tala, Hotma Partogi Pasaribu, Deri Edianto

Departemen of Obstetri and Gynecology Faculty of Medicine – University of Sumatera Utara

ABSTRACT

Background : Urinary incontinence defined as uncontrollable excretion of urine at inappropriate time, without consideration for frequency or volume. This condition may cause physical, emotional, and hygiene problem to the patient. Urinary incontinence may affect men and women with advance age, but its prevalence is higher in women with increasing age. Menopause triggers a hypoestrogenic state which associated with anatomical and physiological changes of the urethra.

Purpose : the purpose of this study is to find the incidence and characteristics of urinary incontonence in menopausal women.

Methods : This is a descriptive study with cross sectional design. Study population are menopausal women in gynecology outpatient clinic of RSUP. H. Adam Malik Medan and RSUD. Dr.Pirngadi Medan. Study samples are menopausal women which fulfilled the inclusion and exclusion criteria. Data was obtained by interview using LMMPI and ICIQ – UI Short Form questionnaires.

Results : From 80 samples, incontinence was found in 66 (82,5%) subjects with age > 62 years old in 40 subjects (60,6%), housewives in 55 subjects (83,3%), overweight in 26 subjects (39,4%), and grade 2 uterine prolapse in 34 subjects (51,5%). Based on incontinence type, stress type were found in 40 subjects (60.6%), followed by urge type with 19 subjects (28,8%)

Conclusion : Most menopausal women suffers from urinary incontinence with the majority of them suffers from stress incontinence.


(17)

”INKONTINENSIA URIN PADA WANITA MENOPAUSE DI RSUP. H. ADAM MALIK MEDAN DAN RSUD.dr. PIRNGADI MEDAN”

Muhammad Rizal Sangadji, Edy Ardiansyah, Muhammad Rhiza Z.Tala, Hotma Partogi Pasaribu, Deri Edianto

Departemen Obstetri Ginekologi

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Medan, 2014

ABSTRAK

Latar Belakang: Inkontinensia urin adalah pengeluaran urin yang tidak terkendali pada waktu yang tidak dikehendaki dan tanpa melihat frekuensi maupun jumlahnya. Keadaan ini dapat menyebabkan masalah fisik, emosional, sosial dan higienis bagi penderitanya. Inkontinensia urin dapat terjadi pada wanita dan pria usia lanjut, namun prevalensinya lebih tinggi pada wanita dan meningkat sesuai pertambahan usia. Menopause menimbulkan keadaan hipoestrogen yang berhubungan dengan perubahan anatomi dan fisiologi dari uretra.

Tujuan: Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui kejadian dan karakteristik inkontinensia urin pada wanita menopause.

Metode: Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan desain potong lintang yang dilakukan di RSUP H Adam Malik dan RSUD Pirngadi Medan. Sampel pada penelitian ini didapat dari wanita yang sudah mengalami menopause yang datang ke poliklinik ginekologi dan telah memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.

Hasil: Dari 80 sampel, didapati inkontinensia terjadi pada 66 (82,5%) wanita menopause dengan karakteristik usia > 62 tahun sebanyak 40 orang (60,6%), pekerjaan ibu rumah tangga sebanyak 55 orang (83,3%), IMT overweight sebanyak 26 orang (39,4%), dan disertai dengan adanya prolapsus uteri grade 2 sebanyak 34 orang (51,5%). Berdasarkan tipe inkontinensia, tipe stress terjadi pada 40 (60.6%) wanita menopause, diikuti dengan tipe urge sebanyak 19 orang (28,8%)

Kesimpulan: Sebagian besar wanita menopause mengalami inkontinensia urin dengan jenis inkontinensia urin terbanyak adalah jenis stress inkontinensia.


(18)

“URINARY INCONTINENCE IN MENOPAUSAL WOMEN AT RSUP. H. ADAM MALIK MEDAN AND RSUD.dr. PIRNGADI MEDAN”

Muhammad Rizal Sangadji, Edy Ardiansyah, Muhammad Rhiza Z.Tala, Hotma Partogi Pasaribu, Deri Edianto

Departemen of Obstetri and Gynecology Faculty of Medicine – University of Sumatera Utara

ABSTRACT

Background : Urinary incontinence defined as uncontrollable excretion of urine at inappropriate time, without consideration for frequency or volume. This condition may cause physical, emotional, and hygiene problem to the patient. Urinary incontinence may affect men and women with advance age, but its prevalence is higher in women with increasing age. Menopause triggers a hypoestrogenic state which associated with anatomical and physiological changes of the urethra.

Purpose : the purpose of this study is to find the incidence and characteristics of urinary incontonence in menopausal women.

Methods : This is a descriptive study with cross sectional design. Study population are menopausal women in gynecology outpatient clinic of RSUP. H. Adam Malik Medan and RSUD. Dr.Pirngadi Medan. Study samples are menopausal women which fulfilled the inclusion and exclusion criteria. Data was obtained by interview using LMMPI and ICIQ – UI Short Form questionnaires.

Results : From 80 samples, incontinence was found in 66 (82,5%) subjects with age > 62 years old in 40 subjects (60,6%), housewives in 55 subjects (83,3%), overweight in 26 subjects (39,4%), and grade 2 uterine prolapse in 34 subjects (51,5%). Based on incontinence type, stress type were found in 40 subjects (60.6%), followed by urge type with 19 subjects (28,8%)

Conclusion : Most menopausal women suffers from urinary incontinence with the majority of them suffers from stress incontinence.


(19)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Peningkatan usia harapan hidup merupakan salah satu parameter keberhasilan dari pembangunan dibidang kesehatan. Di Indonesia angka harapan hidup terus mengalami peningkatan yaitu dari 69,4 tahun pada tahun 2004 menjadi 70,9 tahun pada tahun 2010. Bertambahnya usia harapan hidup harus disertai dengan meningkatnya kualitas hidup agar para wanita dapat menjalani seluruh hidupnya tanpa rasa rendah diri dan terbebas dari penyakit.1

Di beberapa Negara maju, keluhan klimakterik dan menopause sudah merupakan masalah kesehatan nasional. Sedangkan untuk Negara Indonesia, hal ini bukanlah masalah kesehatan nasional yang utama, walaupun demikian sudah mulai dipikirkan perlu adanya persiapan dan pembenahan terhadap cara-cara penanganan masalah kesehatan bagi wanita usia lanjut khususnya wanita yang sudah menopause

Suatu penelitian epidemiologi yang dilakukan oleh Iosif dan Bekasy (1984) pada wanita pasca menopause, seperti dikutip oleh Soejoenoes, menunjukkan bahwa 50% wanita sehat yang berusia 61 tahun mengeluh tentang masalah urogenital. Dua puluh sembilan persen mengakui pernah menderita inkontinensia urin, sedangkan 70% dari kelompok ini inkontinensia urin yang terjadi berhubungan dengan defisiensi estrogen. Makin tinggi usianya, makin banyak pula prevalensi inkontinensia urin ini bahkan gejala ini menjadi problem utama pada usia di atas 75 tahun2


(20)

Menurut Sandvix Hogne sedikitnya prevalensi wanita usia lanjut yang mengalami Inkontinensia urin berkisar antara 4% - 6%3. Menurut hasil penelitian Iglesias di Spanyol pada komunitas usia lanjut umur ≥ 65 tahun, prevalensi Inkontinensia urin pada wanita usia lanjut dalam komunitas berkisar antara 5% -20%4. Sedangkan menurut Brown kemungkinan usia lanjut bertambah berat Inkontinensia urinnya 25% - 30% saat berumur 65-74 tahun5.

Prevalensi inkontinensia urin dilaporkan pada wanita selama transisi menopause bervariasi 8% - 56% tergantung pada definisi operasional inkontinensia urin dan sampel populasi. Meskipun menopause menunjukkan hubungan dengan inkontinensia urin namun pembuktian untuk menjadi faktor independen pada prevalensi inkontinensia urin belum didapatkan2. Di Amerika Serikat dilaporkan lebih dari 13 juta orang yang mengalami inkontinensia urin dan kurang lebih 7 juta diantaranya wanita 6,7

Di Indonesia, survey Inkontinensia urin yang dilakukan oleh Divisi Geriatri Bagian Ilmu Penyakit Dalam Rumah Sakit Umum Dr. Cipto Mangunkusumo pada 208 orang usia lanjut di lingkungan Pusat Santunan Keluarga di Jakarta (2002), mendapatkan angka kejadian Inkontinensia urin tipe stress sebesar 32.2 %. Sedangkan penelitian yang dilakukan di Poli Geriatri RS Dr. Sardjito didapatkan angka prevalensi Inkontinensia urin sebesar 14.47 %8.

Pengertian Inkontinensia urin adalah pengeluaran urin yang tidak terkendali pada waktu yang tidak dikehendaki dan tanpa melihat frekuensi maupun jumlahnya yang mana keadaan ini dapat menyebabkan masalah fisik, emosional, sosial dan higienis bagi penderitanya. Inkontinensia urin pada dasarnya bukan konsekuensi normal dari proses penuaan, melainkan adanya perubahan pada traktus urinarius yang berkaitan


(21)

dengan penambahan usia. Sehingga hal ini juga merupakan faktor predisposisi bagi usia lanjut untuk mengalami Inkontinensia urin9.

Inkontinensia urin ini dapat terjadi pada wanita dan pria usia lanjut. Namun, prevalensi Inkontinensia urin lebih tinggi terjadi pada wanita dan meningkat dengan bertambahnya usia, BMI, riwayat histerektomi,menopausestatus depresi dan paritas10

Walaupun inkontinensia urin bukan merupakan suatu keadaan yang membahayakan hidup, namun dapat menurunkan kualitas hidup, menyebabkan cacat, stress pada penderita dan merupakan morbiditas pada masyarakat, atau dengan kata lain bahwa Inkontinensia urin tidak hanya menimbulkan problem kesehatan tetapi juga sosial. Disamping itu juga masih banyak dari penderita merasa malu mengemukakan keluhan inkontinensia urin dan menganggap suatu hal yang biasa terjadi pada wanita, serta tidak tahu ke mana harus berobat. Sehingga berapa angka kejadian mereka yang mengalami inkontinensia urin ini belum dapat diketahui dengan pasti.11.

Keadaan hipoestrogen pasca menopause berhubungan dengan perubahan anatomi dan fisiologi seperti penipisan mukosa urethra, kehilangan tekanan untuk menutup uretra dan perubahan sudut uretrovesikal, faktor – faktor ini berhubungan dengan inkontinensia urin12.

Adanya devitalisasi atau melemahnya kekuatan vagina dan mukosa urethra membuat wanita usia lanjut lebih sering mengalami infeksi. Sedangkan perubahan anatomi seperti dinding vagina dan efektifitas ligamentum urethra berkurang sebagai hasil proses penuaan, maka sfingter urethra akan lebih terbuka sehingga dapat terjadi inkontinensia urin pada wanita tersebut13.


(22)

Berdasarkan hal tersebut diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai inkontinensia urin pada wanita yang sudah menopause

1.2. Rumusan Masalah

Angka harapan hidup di Indonesia terus meningkat dari tahun ke tahun sehingga jumlah wanita yang menopause juga meningkat hal ini tentu akan memberikan potensi peningkatan kejadian inkontinensia urin.

Pada suatu penelitian epidemiologi yang dilakukan oleh Iosif dan Bekasy tahun 1984 bahwa 29 % wanita pascamenopause menderita inkontinensia urin.

Angka kejadian inkontinensia urin belum dapat diketahui secara pasti karena masih banyak dari penderita yang merasa malu mengemukakan keluhan inkontinensia urin dan menganggap suatu hal yang biasa terjadi pada wanita, serta tidak tahu kemana harus berkonsultasi.

Adanya keterkaitan antara penambahan usia dengan perubahan traktus urinarius dan kejadian inkontinensia urin, maka mendorong penulis untuk melakukan penelitian analisa inkontinensia urin pada khususnya pada wanita menopause yang berkunjung ke poli ginekologi RSUP.H.Adam Malik Medan dan RSUD.dr.Pirngadi Medan.

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum :

Untuk mengetahui inkontinensia urin pada wanita menopause. 1.3.2 Tujuan Khusus :


(23)

• Untuk mengetahui karakteristik inkontinensia urin pada wanita menopause.

• Untuk mengetahui tipe inkontinensia urin yang terbanyak pada wanita menopause.

1.4. Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Untuk Institusi

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai data dasar untuk pengembangan penelitian selanjutnya khususnya di bidang Uroginekologi di Departemen Obstetri dan Ginekologi FK.USU – RSUP.H.Adam Malik Medan dan RSUD.Dr.Pirngadi Medan.

1.4.2 Manfaat untuk Klinisi

Hasil dari penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar perencanaan penanganan inkontinensia urin khususnya pada wanita menopause yang pada akhirnya dapat meningkatkan kualitas hidup serta mengurangi dampak sosial bagi wanita menopause.


(24)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Inkontinensia Urin

Inkontinensia urin (IU) oleh International Continence Society (ICS) didefinisikan sebagai keluarnya urin yang tidak dapat dikendalikan atau dikontrol; secara objektif dapat diperlihatkan dan merupakan suatu masalah sosial atau higienis. Hal ini memberikan perasaan tidak nyaman yang menimbulkan dampak terhadap kehidupan sosial, psikologi, aktivitas seksual dan pekerjaan. Juga menurunkan hubungan interaksi sosial dan interpersonal.9 Inkontinensia urin dapat bersifat akut atau persisten. Inkontinensia urin yang bersifat akut dapat diobati bila penyakit atau masalah yang mendasarinya diatasi seperti infeksi saluran kemih, gangguan kesadaran, vaginitis atrofik, rangsangan obat–obatan dan masalah psikologik.9 .

Gambar 1. Anatomi Urogenital Wanita(Dikutip dari 26)

Kelainan Inkontinensia urin sendiri tidak mengancam jiwa penderita, tetapi berpengaruh pada kualitas hidup yang disebabkan oleh faktor gangguan psikologis dan


(25)

faktor sosial yang sulit diatasi. Penderita merasa rendah diri karena selalu basah akibat urin yang keluar,pada saat batuk, bersin, mengangkat barang berat, bersanggama, bahkan kadang pada saat beristirahat dan setiap saat harus memakai kain pembalut 4.

2.1.1. Jenis – jenis Inkontinensia Urin

Berdasarkan sifat reversibilitasnya inkontinensia urin dapat dikelompokkan menjadi 2 yaitu4,8,14 :

1. Inkontinensia urin akut ( Transient incontinence ) : Inkontinensia urin ini terjadi secara mendadak, terjadi kurang dari 6 bulan dan biasanya berkaitan dengan kondisi sakit akut atau problem iatrogenic dimana menghilang jika kondisi akut teratasi. Penyebabnya dikenal dengan akronim DIAPPERS yaitu : delirium, infeksi dan inflamasi, atrophic vaginitis, psikologi dan pharmacology, excessive urin production (produksi urin yang berlebihan), restriksi mobilitas dan stool impaction (impaksi feses).

2. Inkontinensia urin kronik ( Persisten ) : Inkontinensia urin ini tidak berkaitan dengan kondisi akut dan berlangsung lama ( lebih dari 6 bulan ). Ada 2 penyebab kelainan mendasar yang melatar belakangi Inkontinensia urin kronik (persisten) yaitu : menurunnya kapasitas kandung kemih akibat hiperaktif dan

karena kegagalan pengosongan kandung kemih akibat lemahnya kontraksi otot detrusor. Inkontinensia urin kronik ini dikelompokkan lagi menjadi beberapa tipe (stress, urge, overflow, mixed). Berikut ini adalah penjelasan dari masing-masing tipe Inkontinensia urin kronik atau persisten :


(26)

a) Inkontinensia urin tipe stress : Inkontinensia urin ini terjadi apabila urin secara tidak terkontrol keluar akibat peningkatan tekanan di dalam perut, melemahnya otot dasar panggul, operasi dan penurunan estrogen. Gejalanya antara lain kencing sewaktu batuk, mengedan, tertawa, bersin, berlari, atau hal lain yang meningkatkan tekanan pada rongga perut. Pengobatan dapat dilakukan tanpa operasi (misalnya dengan Kegel exercises, dan beberapa jenis obat-obatan), maupun dengan operasi.

Gambar 2. Perbandingan Normal Stress dan Stress Inkontinensia (Dikutip dari 27)

Inkontinesia urin tipe stress dapat dibedakan dalam 4 jenis yaitu14:

1. Tipe 0 :pasien mengeluh kebocoran urin tetapi tidak dapat dibuktikan melalui pemeriksaan

2. Tipe 1 :IU terjadi pada pemeriksaan dengan manuver stress dan adanya sedikit penurunan uretra pada leher vesika urinaria

3. Tipe 2 :IU terjadi pada pemeriksaan dengan penurunan uretra pada leher vesika urinaria 2 cm atau lebih


(27)

4. Tipe 3 :uretra terbuka dan area leher kandung kemih tanpa kontraksi kandung kemih. Leher uretra dapat menjadi fibrotik (riwayat trauma atau bedah sebelumnya) dengan gangguan neurologic atau keduanya. Tipe ini disebut juga defisiensi sfingter intrinsik

b) Inkontinensia urin tipe urge : timbul pada keadaan otot detrusor kandung kemih yang tidak stabil, yang mana otot ini bereaksi secara berlebihan. Inkontinensia urin ini ditandai dengan ketidak mampuan menunda berkemih setelah sensasi berkemih muncul. Manifestasinya dapat berupa perasaan ingin kencing yang mendadak ( urge ), kencing berulang kali ( frekuensi ) dan kencing di malam hari ( nokturia ).

c) Inkontinensia urin tipe overflow : pada keadaan ini urin mengalir keluar akibat isinya yang sudah terlalu banyak di dalam kandung kemih, umumnya akibat otot detrusor kandung kemih yang lemah. Biasanya hal ini dijumpai pada gangguan saraf akibat penyakit diabetes, cedera pada sumsum tulang belakang, atau saluran kencing yang tersumbat. Gejalanya berupa rasa tidak puas setelah kencing ( merasa urin masih tersisa di dalam kandung kemih ), urin yang keluar sedikit dan pancarannya lemah. Inkontinensia tipe overflow ini paling banyak terjadi pada pria dan jarang terjadi pada wanita.

d) Inkontinensia tipe campuran (Mixed) : merupakan kombinasi dari setiap jenis inkontinensia urin di atas. Kombinasi yangpaling umum adalah tipe campuran inkontinensia tipe stress dan tipe urgensi atau tipe stress dan tipe fungsional.


(28)

Gambar 3. Tipe Inkontinensia Urin(Dikutip dar 28l) 2.1.2. Faktor Resiko Inkontinensia Urin

Faktor resiko yang berperan memicu inkontinensia urin pada wanita adalah14 : 1. Faktor kehamilan dan persalinan

- Efek kehamilan pada inkontinensia urin tampaknya bukan sekedar proses mekanik inkontinensia urin pada perempuan hamil dapat terjadi dari awal kehamilan hingga masa nifas, jadi tidak berhubungan dengan penekanan kandung kemih oleh uterus.

- Prevalensi inkontinensia urin meningkat selama kehamilan dan beberapa minggu setelah persalinan.

- Tingginya usia, paritas dan berat badan bayi tampaknya berhubungan dengan inkontinensia urin.

2. Wanita dengan indeks masa tubuh lebih tinggi akan cenderung lebih banyak mengalami inkontinensia urin


(29)

3. Menopause cenderung bertindak sebagai kontributor untuk resiko terjadinya inkontinensia urin.

Ada mitos yang menetap yang menganggap bahwa inkontinensia urin pada wanita merupakan konsekuensi proses penuaan normal. Walaupun proses penuaan bukanlah penyebab inkontinensia, perubahan fungsi saluran kemih bawah terjadi seiring dengan proses penuaan dan ini menjadi faktor predisposisi inkontinensia urin. Usia pada wanita merupakan faktor independen penting yang berhubungan dengan prevalensi inkontinensia urin tetapi sangat sulit untuk membedakan apakah inkontinensia urin timbul akibat efek independen dari pertambahan usia itu sendiri atau akibat menopause.

2.2. Menopause

Menopause berasal dari bahasa Yunani yaitu mens yang berarti bulan dan pausis yang berarti berhenti. Istilah menopause oleh WHO (1984) didefinsikan, sebagai penghentian permanen siklus haid pada wanita yang disebabkan oleh pengurangan aktivitas folikel ovarium.

Diagnosa ini dibuat berdasarkan pemantauan, biasanya paling sedikit didapatkannya amenorhoe 12 bulan berturut – turut dan tidak terdapat penyebab lainnya, patologis atau psikologis.15

Shimp & Smith (2000) mendefinisikan menopause sebagai akhir periode menstruasi, tetapi seorang wanita tidak diperhitungkan post menopause sampai wanita tersebut telah 1 tahun mengalami amenorrhoe. Menopause membuat berakhirnya fase reproduksi pada kehidupan wanita16


(30)

Sutanto (2005) mendefinisikan menopause sebagai proses alami dari penuaan, yaitu ketika wanita tidak lagi mendapat haid selama 1 tahun. Penyebab berhentinya haid karena ovarium tidak lagi memproduksi hormone estrogen dan progesterone, dan rata-rata terjadi menopause pada usia 50 tahun.17

Potter & Perry (2005) Menopause adalah berhentinya siklus haid terutama karena ketidakmampuan sistem neurohormonal untuk mempertahankan stimulasi periodiknya pada sistem endokrin.18

Menopause adalah berhentinya menstruasi yang menetap yang disebabkan karena berhentinya fungsi ovarium, dimulai dengan tanpa adanya perdarahan pervaginam paling sedikit 12 bulan. Perimenopause adalah periode dimana keluhan menopause memuncak dengan rentang 1-2 tahun sebelum dan 1-2 tahun sesudah menopause. Periode ini ditandai dengan siklus menstruasi yang tidak teratur, siklus dapat menjadi pendek atau panjang atau lebih panjang serta lama perdarahan haid juga berubah. Perubahan ini tidak berlangsung secara tiba-tiba tetapi melalui suatu proses yang lambat. Klimakterium adalah masa peralihan yang dilalui seorang wanita dari periode reproduksi ke periode nonreproduksi. Tanda dan gejala / keluhan yang kemudian timbul sebagai akibat dari masa peralihan ini disebut tanda / gejala menopause. Periode ini dapat berlangsung antara 5-10 tahun sekitar menopause (5 tahun sebelum dan sesudah menopause). Setelah periode klimakterium akan sampai pada periode pasca menopause yang dilanjutkan periode senil19,20,21


(31)

Gambar 4 : Skema Periode Reproduktif ke Nonreproduktif (Dikutip dari 17)

Usia menopause rupanya ada hubungan dengan usia menars. Makin dini usia menars makin lambat menopause terjadi, sebaliknya makin lambat usia menars makin cepat menopause terjadi. Pada abad ini umumnya nampak bahwa usia menars makin dini timbul dan usia menopause makin lambat terjadi sehingga masa reproduksi semakin panjang.22

Dengan bertambahnya usia, kepekaan folikel untuk matang atas pengaruh gonadotropin mulai menurun, sehingga makin lama makin sedikit estrogen diproduksi yang akibatnya dapat dilihat dengan adanya perubahan siklus menstruasi. Penurunan terus terjadi dan akhirnya sampai pada titik dimana estrogen tak cukup lagi untuk menyebabkan menstruasi, titik ini disebut menopause.23

2.3. Sindroma urogenital pada masa menopause

Secara embrional uretra dan vagina sama-sama berasal dari sinus urogenital dan duktus Muller. Selain itu pula, di uretra dan vagina banyak dijumpai reseptor estrogen, sehingga kedua organ tersebut mudah mengalami gangguan begitu kadar estrogen


(32)

serum mulai berkurang. Gangguan–gangguan tersebut dapat berupa berkurangnya aliran darah, turgor dan jaringan kolagen. Kekurangan estrogen juga dapat menyebabkan mitosis sel dan pemasukan asam amino ke dalam sel berkurang. Pada vulva terjadi atropi sel, epitel vulva menipis. Dijumpai fluor dan perdarahan subepitelial (kolpitis senilis), vagina menjadi kering, mudah terjadi iritasi dan infeksi. Pada uretra sel-selnya juga mengalami atropi. Pada uretra tampak otot yang menonjol keluar seperti prolaps yang kadang-kadang disalah artikan sebagai “prolaps uretra”. Stenosis uretra sering juga ditemukan. Stenosis uretra, atropi sel-sel epitel kandung kemih dapat menimbulkan keluhan “Reizblase” (iritabel vesika) atau sindroma uretra berupa polakisuria, disuria bahkan dapat timbul gangguan berkemih. Di negara-negara barat pengaruh inkontinensia urine pada wanita usia pertengahan antara 26-55 tahun. Kadar estrogen yang rendah menyebabkan mukosa uretra dan trigonum menjadi atropi sehingga rasa berkemih menjadi lemah.

Oleh karena adanya penurunan kadar hormon terutama estrogen, pada wanita menopause akan menyebabkan perubahan pada seluruh sistem reproduksi termasuk traktus urogenital. Semua struktur dari traktus tersebut mempunyai reseptor – reseptor estrogen tetapi aktifitas biologiknya berbeda-beda. Afinitas reseptor terhadap estrogen berbeda – beda untuk masing – masing organ. Afinitas reseptor estrogen pada uterus adalah 100% sedangkan afinitas reseptor estrogen dari traktus urogenital adalah berturut – turut sebagai berikut : 60% pada vagina, 40% pada urethra dan 25% pada muskulus levator ani dan ligament – ligament dasar panggul. Penurunan kadar estrogen dapat mengakibatkan gangguan yang dialami wanita usia lanjut berupa gangguan haid, mati haid, keluhan klimakterik, gangguan sistemik maupun lokal.12


(33)

Menurunnya kadar estrogen akan menyebabkan jaringan urogenital dan dasar panggul mengalami atrofi. Epitel vulva dan vagina menipis dan mudah terinfeksi.Akibat menghilangnya jaringan lunak dan elastik vulva serta menipis dan berkurangnya vaskularisasi menyebabkan lipatan labia mengerut dan tonjolannya menipis. Mengerutnya introitus vagina dan berkurangnya rugae vagina serta menurunnya jumlah kelenjar dan aktivitas sekresinya akan mudah terkena lesi dan iritasi karena trauma, sehingga menimbulkan keluhan vulva dan vagina seperti kering, pruritus, panas, dispareuni. Atrofi mukosa vagina dan uretra memberi gejala pula seolah – olah ada keluhan traktus urinarius. Perubahan flora vagina sebagai akibat perubahan hormonal pada saat menopause diperkirakan memegang peranan penting dalam pathogenesis terjadinya infeksi traktus urinarius. Pada wanita subur sampai premenopause, estrogen menyebabkan tumbuhnya koloni laktobasilus dalam vagina yang mengubah glikogen pada sel superfisial vagina menjadi asam laktat,sehingga mengakibatkan pH vagina rendah dan menghambat invasi bakteri pathogen gram negative. Setelah menopause, keadaan atrofi vulvovaginal menyebabkan pertumbuhan laktobasilus terhambat. Dengan meningkatnya glikogen dalam sel superfisial dan menjadi encernya sekret vagina, pH vagina meningkat. Keadaan ini memudahkan terjadinya infeksi. Pengerutan dan pemendekan uretra menyebabkan lemahnya meatus uretra eksterna sehingga memudahkan terjadinya uretritis dan disuria24. Vagina akan didominasi oleh koloni Enterobakteri terutama Escherichia coli yang diduga sebagai penyebab infeksi traktus urinarius pada wanita menopause.25

Inkontinensia urin terjadi karena adanya suatu disfungsi mekanisme fisiologi dari proses miksi yang normal pada saluran kencing bagian bawah. Tahanan tekanan uretra


(34)

tidak mampu lebih besar lagi untuk menahan tekanan kandung kemih yang timbul baik karena faktor intrinsik ataupun ekstrinsik. Faktor intrinsik yang dimaksud adalah otot-otot bergaris dan otot-otot polos dari dinding uretra, kongesti vaskuler dari pleksus venosus submukosa uretra, susunan epitel dari lapisan permukaan dalam uretra, elastisitas dan tonus dari uretra yang dipengaruhi oleh sistem saraf simpatis melalui reseptor alfa adrenergik. Sedangkan faktor ekstrinsik adalah otot – otot dasar panggul (muskulus levator ani) dan fascia endopelvik yang melekat pada dinding samping pelvis dan uretra.6,14 Adanya devitalisasi atau melemahnya kekuatan vagina dan mukosa, wanita usia lanjut lebih cenderung mengalami infeksi. Sedangkan perubahan anatomi seperti dinding vagina dan efektivitas ligamentum uretra berkurang, sebagai hasil dari proses penuaan, maka sfingter uretra akan lebih terbuka yang lebih lanjut dapat terjadi inkontinensia urin dan sering terjadi infeksi pada traktus urinarius wanita tersebut.12


(35)

2.4. Kerangka Teori

- Riwayat persalinan sebelumnya - Usia

- Jumlah paritas

- Indeks Massa Tubuh (IMT) - Prolaps Uteri

Inkontinensia Urin

Tipe Campuran (Mixed) Tipe Urge

Tipe Stress Kadar Estrogen ↓ Wanita Menopause

Perubahan pada Sistem Urogenitalia

Efektifitas Ligamentum urethra ↓


(36)

2.5. Kerangka Konsep

Wanita Menopause

Inkontinensia Urin

Tipe Stress Tipe Urge

Tipe Campuran (Mixed)

-

Riwayat persalinan sebelumnya

-

Usia

-

Jumlah paritas

-

Indeks Massa Tubuh (IMT)


(37)

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1. Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan deskriptif study dengan menggunakan rancangan Potong-Lintang

3.2. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan di poli ginekologi RSUP. H. Adam Malik Medan dan RSUD. Dr.Pirngadi Medan. Penelitian ini dimulai bulan Februari 2014 sampai jumlah sampel terpenuhi

3.3. Populasi Penelitian dan Sampel Penelitian

Dalam penelitian ini yang menjadi populasi penelitian adalah wanita yang sudah menopause yang datang ke poli ginekologi RSUP. H. Adam Malik Medan dan RSUD. Dr.Pirngadi Medan.Sampel penelitian adalah wanita menopause yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.

3.4 Kriteria Inklusi dan eksklusi 3.4.1 Kriteria inklusi

- Wanita menopause yang tidak menggunakan terapi sulih hormone

- Wanita menopause yang tidak mengkonsumsi obat golongan ACE inhibitor, sedative, narkotik, dan diuretik

- Wanita menopause yang tidak menderita infeksi saluran kemih - Wanita menopause yang tidak mengalami stroke


(38)

- Bersedia mengikuti penelitian 3.4.2 Kriteria Eksklusi

- Bila responden tidak memenuhi standar keikutsertaan dengan pengukuran skala LMMPI

3.5. Perhitungan Jumlah Sampel

Sampel penelitian memakai rumus : n =

d2

Zα2

p(1-p)

dimana :

n = Besar sampel

d = Penyimpangan terhadap populasi atau derajat ketepatan yang diinginkan 10 % (0,1)

Z = standar deviasi normal pada 1,96 sesuai dengan tingkat kepercayaan 95% p = Proporsi keadaan yang dicari, dipergunakan nilai p = 0,29 (2)

q = 1,0 – p n =

(0,1)2

(1,96)2 x 0,29 (1-0,29)

n = 79,09  80 orang  Jumlah sampel penelitian

Pengambilan sampel dilakukan secara Consecutive Sampling sampai jumlah sampel terpenuhi

3.6 Teknik Pengambilan Data 3.6.1 Data Primer

Pada penelitian ini teknik pengambilan datanya menggunakan data primer yaitu data yang diperoleh melalui wawancara secara langsung dengan responden wanita


(39)

yang telah mengalami menopause dengan menggunakan kuesioner. Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden berupa identitas pribadi

Pada penelitian ini menggunakan kuesioner LMMPI dan kuesioner ICIQ – UI Short Form.

3.7. Definisi Operasional Definisi Operasional Menopause

a. Definisi : Kejadian pada wanita usia ≥ 45 tahun dimana tidak mendapatkan menstruasi minimal dalam 12 bulan berturut – turut.

b. Alat ukur : Diagnosa menopause dari perhitungan jumlah lamanya amenore selama 12 bulan berturut - turut c. Cara ukur : Anamnesa

d. Skala ukuir : Wanita Menopause

( Skala nominal / variable kategorik ) • Usia saat menopause

a. Definisi : Usia dalam tahun dihitung berdasarkan tahun Kelahiran

b. Alat ukur : Kalender dalam hitungan tahun

c. Cara ukur : Menghitung jumlah tahun dari sejak tahun kelahiran periode terjadinya menopause


(40)

dan > 62 tahun ( Skala ordinal / variabel kategorik ) • Riwayat persalinan

a. Definisi : Cara persalinan sebelumnya yang dipilih pada waktu melahirkan anak

b. Alat ukur : Anamnesa c. Cara ukur : Anamnesa

d. Skala ukur : Partus spontan pervaginam, Seksio cesaria ( Skala Variabel Kategorik )

Paritas

a. Definisi : Jumlah anak viable yang dilahirkan b. Alat ukur : Jumlah persalinan anak yang viable c. Cara ukur : Anamnesa riwayat persalinan

d. Skala ukur : Nullipara (0), Primipara (1), Multipara (2 - 4), Grandemultipara ( ≥ 5 ) ( Skala ratio / variabel

numerik dan kategorik ) • Indeks Massa Tubuh (IMT)

a. Definisi : Indeks massa tubuh berdasarkan criteria WHO tahun 2000

b. Alat ukur : Alat pengukuran berat badan / timbangan dalam satuan kilogram serta alat pengukur tinggi badan dalam satuan meter dan kalkulator untuk

menghitung indeks massa tubuh


(41)

satuan kilogram dibagi tinggi badan dalam satuan meter dikuadratkan (m2).

d. Skala ukur : Klasifikasi IMT berdasarkan kriteria WHO tahun 2000 yaitu :

- Underweight < 18,5 Kg/m2 - Normoweight 18,5 – 22,5 Kg/m2 - Overweight 23 – 24,9 Kg/m2 - Obese > 25 Kg/m2 • Prolapsus Uteri

a. Definisi : Turunnya uterus melalui dasar panggul atau hiatus

genitalis yang disebabkan oleh melemahnya otot – otot dasar panggul terutama otot levator ani, ligamentum – ligamentum dan fascia yang menyokong uterus sehingga uterus turun kedalam vagina dan juga dapat keluar dari vagina.

b. Alat ukur : Dengan menggunakan penggaris dalam satuan centimeter dengan bantuan skema 3x3 staging POP-Q

c. Cara ukur : Dihitung dengan menggunakan Sistem POP-Q yang terdiri dari empat titik penting yaitu : titik Aa, titik Ba, titik C dan titik D.

d. Skala ukur : Klassifikasi tingkatan prolapsus uteri dapat dibagi berdasarkan sistem POP-Q menjadi :


(42)

- Grade 1 : Bila bagian distal prolaps > 1 cm di atas level hymen - Grade 2 : Bila bagian paling distal uteri ≤ 1 cm proksimal atau distal hymen

- Grade 3 : Bila bagian paling distal prolaps uteri > 1 cm di bawah hymen tetapi tidak menurun lebih dari 2 cm dari TVL - Grade 4 : Bila telah terjadi eversi komplit total panjang traktus

genitalia bawah. Bagian distal prolaps uteri menurun sampai (TVL-2) cm. ( Skala ordinal / Variabel kategorik ) • Lie Minnesota Multphastic Personality ( LMMPI ) Questionnaire

a. Definisi : Kuesioner untuk menguji tingkat kejujuran responden dalam menjawab pertanyaan.

b. Alat ukur : Kuesioner baku yang telah dibuat dan divalidasi dengan mengisi 15 butir pertanyaan dengan jawaban “ya” atau “tidak” sesuai dengan keadaan

responden

c. Cara ukur : Dihitung berdasarkan jumlah jawaban yang ada d. Skala ukur : Klasifikasi skala berdasarkan jumlah jawaban

responden yang ada, yaitu responden diikutkan dalam penelitian bila jawaban “ tidak “ berjumlah < 10 ( Skala ordinal / Variabel kategorik )

International Consultation on Incontinence Questionnaire Urinary Incontinence – Short Form (ICIQ-UI Short form)


(43)

b. Alat ukur : Kuesioner baku yang telah dibuat dan divalidasi serta sudah diakui secara internasional, dengan mengisi 6 pertanyaan yang dibuat.

c. Cara ukur : Dihitung berdasarkan skor masing–masing pertanyaan

d. Skala ukur : Klasifikasi berdasarkan jawaban yang disesuaikan dengan pilihan masing – masing skor ( mulai dari skor 0 sampai skor 5 ) dan dibagi menjadi tiga

kelompok yaitu :

- Tipe Stress : Bila pertanyaan 1,2 dan 3 skornya ≥ 4 - Tipe Urge : Bila pertanyaan 4,5 dan 6 skornya ≥ 6 - Tipe Campuran (Mixed) : Kombinasi bila stress skor ≥ 4

dan urge skor ≥ 6 ( Skala ordinal / Variabel Kategorik )

3.8 Pengolahan dan Analisis Data 3.8.1 Pengolahan Data

Data yang telah terkumpul dari hasil penelitian kemudian diolah dengan program komputer kemudian ditabulasikan dan disajikan dalam tabel distribusi.

3.8.2 Analisis Data

Analisa data dilakukan secara analisa deskriptif untuk melihat distribusi frekuensi dari karakteristik dari subjek penelitian.


(44)

Setiap peserta penelitian yang memenuhi kriteria penerimaan akan diberikan penjelasan mengenai tujuan penelitian dan cara penelitian yang dijalankan pada penelitian ini. Penelitian dilakukan setelah mendapat persetujuan sukarela dari masing-masing peserta dengan menandatangani formulir pernyataan persetujuan penelitian tanpa paksaan. Setiap peserta penelitian tidak akan dibebankan biaya apapun dalam penelitian ini.

Penelitian ini telah mendapat penilaian kelayakan proposal penelitian dan telah mendapat persetujuan dari Komite Etik Penelitian FK- USU.

3.10. Alur Penelitian

Wanita Menopause

Memenuhi kriteria inklusi

Pengisisan Kuesioner LMMPI

Sampel

Analisa Data

Pengisian Kuesioner ICIQ-UI Short Form


(45)

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

Dari hasil penelitian yang diperoleh 80 responden yang memenuhi kriteria penerimaan. Karakteristik subjek penelitian menurut kejadian inkontinensia urin, usia, paritas, pekerjaan, IMT, kejadian prolapsus uteri dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 4.1. Karakteristik Subjek Penelitian

Karakteristik Inkontinensia Tidak Inkontinensia

Jumlah

N % N % N %

Usia (tahun): 45 - 50 51 - 56 57 – 62

> 62

6 9,1% 6 42,9% 12 15,0% 8 12,1% 5 35,7% 13 16,3% 12 18,2% 3 21,4% 15 18,8% 40 60,6% 0 ,0% 40 50,0% Paritas : Grande Multipara

Multipara 33 50,0% 2

14,3% 35 43,8% 33 50,0% 12 85,7% 45 56,3% Pekerjaan : IRT

Wiraswasta

55 83,3% 7 50,0% 62 77,5% 11 16,7% 7

50,0% 18 22,5% IMT Normoweight

Obese Overweight

25 37,9% 12 85,7% 37 46,3% 15 22,7% 0 ,0% 15 18,8% 26 39,4% 2 14,3% 28 35,0% Prolaps Uteri : Grade 1

Grade 2 Grade 3 Grade 4 Tidak Prolapsus

12 18,2% 9 64,3% 21 26,3% 34 51,5% 0 ,0% 34 42,5% 15 22,7% 0 ,0% 15 18,8% 3 4,5% 0 ,0% 3 3,8% 2 3,0% 5

35,7% 7 8,8%

Total 66 100% 14 100% 80 100

Berdasarkan tabel 4.1. di atas untuk karakteristik usia dapat dilihat bahwa kelompok wanita menopause yang mengalami inkontinensia urin terbanyak pada


(46)

kelompok usia > 62 tahun (60,6%) dan paling sedikit pada kelompok usia 45 - 50 tahun (9,1%).

Hunskaar, dkk menulis bahwa prevalensi inkontinensia urin menurut usia menunjukkan pola yang menarik, dimana mencapai puncak pada usia pertengahan dan kemudian tetap meningkat di antara populasi usia lanjut. Penelitian dilakukan pada wanita semua usia dan didapatkan peningkatan bertahap sampai usia 50 tahun mencapai 30% - 40% dan kemudian stabil atau sedikit menurun sampai usia 70 tahun, dimana prevalensi mulai meningkat kembali.29

Hal ini diakibatkan bahwa kapasitas kandung kemih, kontraktilitas dan kemampuan untuk menahan berkemih akan menurun pada usia lanjut, sedangkan kekuatan dan lama menutup uretra pun ikut menurun bersamaan dengan meningkatnya usia.30

Usia secara umum memiliki pengaruh pada inkotinensia urin khususnya obstruksi dari saluran keluar kandung kemih (uretra) pada orang tua, yang mungkin akibat berkurangnya atau tidak adanya pemenuhan uretra atau kurangnya stabilitas detrusor. Dilaporkan bahwa penyebab yang khas dari inkontinensia urin pada orang tua adalah instabilitas detrusor.31

Usia pada wanita merupakan faktor independen penting yang berhubungan dengan prevalensi inkontinensia urin tetapi sangat sulit untuk membedakan apakah inkontinensia urin timbul akibat efek independen dari pertambahan usia itu sendiri atau akibat menopause.14 Perubahan anatomi seperti dinding vagina dan efektivitas ligamentum uretra berkurang, sebagai hasil dari proses penuaan, maka sfingter uretra akan lebih terbuka yang lebih lanjut dapat terjadi inkontinensia urin. 12


(47)

Berdasarkan tabel 4.1. untuk karakteristik paritas menunjukkan bahwa kelompok wanita menopause yang mengalami inkontinensia urin dengan jumlah paritas ≥ 5 (grandemultipara) dan jumlah paritas 2-4 (multipara) adalah sama yaitu masing-masing 50%.

Pada penelitian oleh Lengkong R.A dkk. (2009) mendapatkan jumlah paritas 2-3 yang mengalami inkontinensia urin lebih besar yaitu 32,16%.32

Penelitian Danforth, dkk mendapatkan inkontinensia urin pada wanita yang tidak melahirkan 18%, paritas satu 14%, paritas dua 38% dan paritas tiga atau lebih 27%.33

Pada penelitian Sang, dkk, mendapatkan bahwa paritas tidak berbeda bermakna antara kelompok Stress Inkontinensia Urin dan normal.34

Persalinan dapat menyebabkan kelemahan dasar panggul sebagai konsekuensi dari melemah dan meregangnya otot - otot jaringan penunjang selama persalinan. Demikian pula dengan cedera yang terjadi akibat laserasi spontan dan episiotomi selama persalinan yang menyebabkan gangguan sokongan dari organ pelvik. Peregangan dari jaringan pelvik selama persalinan pervaginam dapat merusak nervus pudendal dan nervus pelvik serta otot dan jaringan penunjang dasar panggul dan dapat menganggu kemampuan sfingter uretra untuk berkontraksi dengan tepat dan efisien.35,36

Berdasarkan tabel 4.1 untuk karakteristik pekerjaan menunjukkan bahwa kelompok wanita menopause yang mengalami inkontinensia urin umumnya mempunyai pekerjaan ibu rumah tangga (83,3%) sedangkan pada kelompok wanita menopause yang tidak mengalami inkontinensia urin mempunyai pekerjaan ibu rumah tangga dan wiraswasta dengan jumlah yang sama yaitu masing-masing 50%. Kemungkinan hal ini


(48)

disebabkan oleh jenis pekerjaan rumah yang berat seperti mencuci pakaian dan membersihkan rumah. Namun penelitian ini memiliki keterbatasan untuk mengetahui jenis - jenis pekerjaan rumah yang dikerjakan oleh subjek penelitian.

Berdasarkan tabel 4.1. untuk karakteristik IMT menunjukkan bahwa kelompok wanita menopause yang mengalami inkontinensia urin terbanyak pada kelompok overweight (39,4%) sedangkan pada kelompok wanita menopause yang tidak mengalami inkontinensia urin umumnya pada kelompok normoweight (85,7%). Hal ini sesuai dengan kepustakaan yang menyatakan bahwa wanita dengan indeks masa tubuh lebih tinggi akan cenderung lebih banyak mengalami inkontinensia urin.14

Pada penelitian oleh Lengkong R.A. dkk mendapatkan bahwa inkontinensia urin terbanyak dijumpai pada wanita yang obesitas yaitu sekitar 29,69%.32

Rortveit,dkk pada penelitiannya mendapatkan 17,1% mengalami inkontinensia urin pada IMT <25, 22,8% inkontinensia pada IMT 25-29,9 dan 30,5% pada IMT >30.37

Pada penelitiannya Peyrat, dkk mendapatkan hasil bahwa pada kelompok dengan IMT <25 mengalami inkontinensia urin sebesar 32,4% dan IMT >25 sebesar 36,9%.38

Penambahan berat badan menyebabkan teregangnya dan melemahnya otot-otot, saraf-saraf dan struktur lain pada dasar panggul. Mungkin juga karena naiknya tekanan intraabdominal.39

Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa penurunan berat badan mengurangi stres inkontinensia urin.40

Berdasarkan tabel 4.1. untuk karakteristik kejadian prolapsus uteri menunjukkan bahwa kelompok wanita menopause yang mengalami inkontinensia urin terbanyak


(49)

adalah pada prolapsus uteri grade 2 (51,5%) diikuti dengan grade 3 (22,7%) sedangkan pada kelompok wanita menopause yang tidak mengalami inkontinensia urin sebagian besar pada prolapsus grade 1 (64,3%) dan tidak mengalami prolapus uteri (35,7%).

Hal ini juga pernah dikemukakan oleh Buchsbaum (2006) bahwa terjadinya inkontinensia urin dan prolaps organ panggul umumnya selalu bersamaan. Lebih dari 60% wanita dengan prolaps organ panggul juga terdiagnosa dengan inkontinensia urin.41

Demikian juga menurut Fritel x, dkk.(2009) bahwa prolaps organ panggul adalah suatu kondisi yang berhubungan dengan gangguan dasar panggul dan selalu berhubungan dengan gejala dari inkontinensia urin.42

Menurut penelitian yang pernah dipublikasikan oleh Lawrence JM, dkk.(2008) bahwa lebih dari 50% wanita dengan gejala prolaps organ panggul mengalami paling sedikit satu gejala gangguan dasar panggul seperti inkontinensia urin.43

Tabel 4.2. Kejadian Inkontinensia Urin Pada Wanita Menopause

Inkontinensia Urin Jumlah Persentase (%)

Tidak 14 17,5

Ya 66 82,5

Total 80 100,0

Tabel 4.2. di atas menunjukkan bahwa umumnya wanita yang telah menopause yang mengalami inkontinensia urin sebanyak 82,5%.

Data diatas berbeda dengan beberapa penelitian menurut Sandvix Hogne bahwa sedikitnya prevalensi wanita usia lanjut yang mengalami Inkontinensia urin berkisar antara 4-6 %3. Menurut Iglesias di Spanyol pada komunitas usia lanjut umur ≥ 65 tahun,


(50)

prevalensi Inkontinensia urin pada wanita usia lanjut dalam komunitas berkisar antara 5-20 %4. Menurut Brown kemungkinan usia lanjut bertambah berat Inkontinensia urinnya 25-30% saat berumur 65-74 tahun5.

Oleh Moller di Denmark pada tahun 2000 mendapatkan prevalensi pada usia 40-60 tahun sebesar 72% dan Sampselle di USA pada tahun 2002 mendapatkan prevalensi pada usia 42-52 tahun sebesar 57%.35

Adanya perbedaan prevalensi inkontinensia urin pada beberapa peneliti ini disebabkan adanya perbedaan definisi, metodologi, kelompok umur, negara dan etnis yang diteliti.2,6

Melihat usia menopause dengan kejadian inkontinensia urin hal ini sesuai dengan kepustakaan bahwa menopause cenderung bertindak sebagai kontributor untuk resiko terjadinya inkontinensia urin.14 Penurunan kadar hormon terutama estrogen, pada wanita menopause akan menyebabkan perubahan pada seluruh sistem reproduksi termasuk traktus urogenital. Menurunnya kadar estrogen akan menyebabkan jaringan urogenital dan dasar panggul mengalami atrofi.12

Tabel 4.3. Distribusi Jenis Inkontinensia Urin Pada Wanita Menopause

Jenis Inkontinensia Urin Jumlah %

Mixed Inkontinensia 7 10,6

Stress Inkontinensia 40 60,6

Urge Inkontinensia 19 28,8

Total 66 100,0

Tabel 4.3. di atas menunjukkan bahwa wanita menopause yang mengalami inkontinensia urin terbanyak dengan jenis Stress Inkontinensia Urin (60,6%) kemudian


(51)

diikuti jenis Urge Inkontinensia Urin dan paling sedikit dengan jenis Mixed Inkontinensia Urin (10,6%).

Menurut penelitian yang lain oleh Peyrat,dkk mendapatkan bahwa prevalensi inkontinensia urin pada usia 25-39 tahun dan usia 40-55 tahun berturut-turut untuk Stress Inkontinensia Urin 8,3% dan 17,3%, Urge Inkontinensia Urin sebesar 1,5% dan 1,7% dan Mixed Inkontinensia masing - masing 8,5% dan 19,0%.38

Lempinem, dkk mendapatkan kejadian Stress Inkotinensia Urin 70% dan Urge Inkotinensia Urin dengan atau tanpa Stress Inkontinensia Urin 30%.44

Hal ini bisa dipahami karena Inkontinensia urin jenis stress terjadi apabila urin secara tidak terkontrol keluar yang dapat sebagai akibat peningkatan tekanan di dalam perut dan melemahnya otot dasar panggul serta perubahan fungsi saluran kemih bawah terjadi seiring dengan proses penuaan dan ini menjadi faktor predisposisi inkontinensia urin.14


(52)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 KESIMPULAN

1. Kelompok wanita menopause yang mengalami inkontinensia urin sebagian besar pada kelompok umur > 62 tahun (60,6%). Pada kelompok wanita menopause yang tidak mengalami inkontinensia lebih banyak pada kelompok umur 45 - 50 tahun (42,9%).

2. Berdasarkan paritas, kelompok wanita menopause yang mengalami inkontinensia urin mempunyai jumlah paritas grande multipara dan multipara yang sama yaitu masing-masing 50%

3. Berdasarkan pekerjaan, kelompok wanita menopause yang mengalami inkontinensia urin umumnya mempunyai pekerjaan ibu rumah tangga (83,3%) sedangkan pada kelompok wanita menopause yang tidak mengalami inkontinensia urin mempunyai pekerjaan ibu rumah tangga dan wiraswasta dengan jumlah yang sama yaitu masing-masing 50%.

4. Berdasarkan IMT, kelompok wanita menopause yang mengalami inkontinensia urin terbanyak pada kelompok overweight (39,4%), sedangkan pada kelompok wanita menopause yang tidak mengalami inkontinensia urin umumnya pada kelompok normoweight (85,7%).

5. Berdasarkan kejadian prolapsus uteri, kelompok wanita menopause yang mengalami inkontinensia urin terbanyak pada prolapsus uteri grade 2 (51,5%), diikuti dengan grade 3 (22,7%) sedangkan pada kelompok wanita menopause yang tidak mengalami inkontinensia urin sebagian besar pada prolapsus uteri grade 1 (64,3%) dan tidak mengalami prolapus uteri (35,7%).


(53)

6. Umumnya wanita yang telah menopause mengalami inkontinensia urin (82,5%). 7. Wanita menopause yang mengalami inkontinensia urin sebagian besar dengan

jenis stress inkontinensia (60,6%) dan yang terendah dengan jenis mixed inkontinensia (10,6%).

5.2 SARAN

Meskipun kejadian inkontinensia urin bukan merupakan suatu keadaan yang dapat membahayakan hidup tapi sangat perlu diperhatikan khususnya bagi wanita usia menopause agar kualitas hidupnya dapat ditingkatkan dan morbiditas dapat dicegah, untuk itu peneliti sangat menyarankan :

1. Perlu adanya kerjasama penanganan inkontinensia urin dengan multidisiplin ilmu lain mencakup diagnostik, terapeutik dan rehabilitatif.

2. Perlu adanya penelitian lebih lanjut mengenai inkontinensia urin dengan menggunakan beberapa metode pemeriksaan dan sampel yang lebih banyak .


(54)

Daftar Pustaka

1. Data dan Informasi Kinerja Pembangunan Republik Indonesia 2004 – 2012; Diakses dari :

2. Soejoenoes A, Beberapa penyakit dan Kelainan alat reproduksi wanita menjelang usia senja. Dalam : Pramono N, dkk. Simposium kesehatan Wanita menjelang usia senja. BP Undip Semarang 1999.

3. Sandvix H. et.al. Diagnostic Classification of Female Urinary Incontinence and Epidemiological Survey Corrected for Validity.1995;48 : 339-43

4. Iglesias G.F.J, Caridad J.M, Martin J.P, Perez M.L. Prevalence and Psychosocial Impact of Urinary Incontinence in Older People of Spanish Rural Population.2000;pp : 204-14

5. Brown J.J, Bradley,C.S, Subak,L.L,Richter,H.E,Kraus,S.R. The Sensitivity and Spesifity of a Simple Test to Distinguish Between Urge and Stress urinary Incontinence. 2006;144 : 715-23

6. Wall U. Incontinence, Prolaps and disorders of pelvic floor. Novak’s Gynecology 12th ed. Baltimore : William & Wilkins.1997; 628-69

7. Norton P, Karram M, Wall L, et al.Randomised double blindedtrial of terodiline in the treatment of urge incontinence in women. Obstet & Gynecol. 2004; 84 :386 – 91

8. Setiati S. dan Pramantara I.D.P. Inkontinensia Urin dan Kandung Kemih Hiperaktif. Dalam : Aru W. Sudoyo, Bambang S., Idrus Alwi, Marcellus S.K., Siti setiati. Ilmu Penyakit Dalam FKUI. Edisi IV. Jakarta :FK UI. 2007;pp: 1392-95.


(55)

9. Martin P.F dan Frey R.J. 2005, Urinary Incontinence, Available at :

10. Melville J.L., Delaney K., Newton K., Katon W. Incontinence Severity and Major Depression in Incontinent Women : Obstretrica Gynecology.2005; 106 :585-592. 11. Noerpramana NP, Permasalahan pada menopause, Dalam : Kristatnto,dkk,

Peran keluarga dalam kesinambungan kesehatan menopause, Semarang 2009 12. Sherburn et.al. Urinary Incontinence, Obstet & Gynecol.2001; 4 : 628-33

13. Aging changes in the female reproduction system, 1999, Available at : http://www.health.exite.com/info

14. Santoso BI, Inkontinensia Urin pada Perempuan, Majalah Kedokteran Indonesia,Volume:58,No:7,Juli 2008;Hal 258-64

.

15. Okolo S, Ginsbur J. The menopause In : Drug Therapy in Reproductive Endocrinology. Oxford University Press, New York. 2006;15; 207-22

16. Shimp,L.A & Smith M.A, Twenty Common Problems in Womens Health Care Internasional Edition 2000. Singapore: McGraw –Hill Book Co.

17. Sutanto L.B & Sutanto, D.B; Menopause, Jakarta. 2005 : Balai Penerbit FK UI 18. Potter & Perry, Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses, dan

Praktis vol 1 ed.4 Cet. Pertama, Jakarta. 2005: EGC

19. Pramono N. Upaya Meningkatkan Kualitas Hidup manusia, Disampaikan pada Pidato Guru Besar bagian Obstetri dan Ginekologi FK. Undip, Semarang,1998. 20. Baziad A, Lazuardi S, Darmawan S, Seputar masalah Menopause, Dalam


(56)

21. Hammond CB. Menopause and Hormone Replacement Therapy : An overview, J, Obstet & Gynecol.2007 ; 87 : 2-15

22. Sulaiman S.Wanita dalam berbagai masa kehidupan, Dalam : Wiknjosastro H (ed). Ilmu kandungan. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo, Jakarta.2010; 5 : 125-28

23. Rachman I A, Perubahan tubuh menjelang menopause dan gejala serta tanda yang menyertainya Dalam : pakasi LS (ed). Menopause masalah dan penanggulangannya, FK-UI.2006; 1-19.

24. Gunardi ER. Perbandingan efektifitas pengobatan estriol secara oral dan topical intravaginal pasca menopause. Tinjauan klinik dan laboratorium terbatas, Jakarta : Program studi obstetric dan ginekologi FK-UI. 2003

25. Molander U, Milson I, Ekelund P, Arvidson L, Erikson O.A health care program for the investigation and treatment of elderly women with urinary incontinence and related urogenital symptoms. Acta Obstet Gynecol Scand.2001; 70 137-42. 26. Available at :

27. Available at :

28. Available at :

29. Hunskaar S, Burgio K, Diokno A, et al. Epidemiology and Natural History of Urinar Incontinence in Women.Urology.2003; 62 (Suppl 4A): 16-23.


(57)

30. Suhardjono, Setiati S. Masalah Inkontinensia Urin pada Pasien Usia Lanjut dan Penatalaksanaannya. Dalam: Markum HMS, Hardjodisastro D, Sudoyo AW, dkk.Perkembangan Mutakhir Ilmu Penyakit Dalam. FKUI, Jakarta.1996: 139-49 31. Pauls J. Urinary Incontinence and Impairment of the Pelvic Floor in the Older

Adult.In: Guccione AA ed. Geriatric Physical Therapy. 2' ed. Mosby, Inc, USA. 2000: 340-50.

32. Lengkong RA, dkk, Gambaran Inkontinensia Urin Pada Wanita Gemuk di RSU. Prof.Dr.R.D Kandou Manado, Departemen Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado.2009

33. Danforth KN, Townsend MK, et al. Risk Factors for Incontinence Among Middle-aged Women. Am J Obstet Gynecol.2006; 194: 339-45.

34. Sang WB, Jin WL, Jong SS, et al. The Predictive Values of Various Parameters in the Diagnosis of Stress Urinary Incontinence. Yonser med J.2004; 45(2): 287-92. 35. Hunskaar S, Brugio K, Clark A, et al. Epidemiology of Urinary (UI) and

Faecal (F1) Incontinence and Pelvic Organ Prolapse (POP). In: Abrams P. Cardozo L, Khoury S. et al. Incontinence. Vol 1. Edition 2005. France; Health Publication Ltd.2005:257-312.

36. Brubaker L. The Epidemiology of Pelvic Floor Disorders. In: Weber AM, Brubaker L, Schaffer J, et al. Office Urogynecology. New York; McGraw-Hill.2004: 1-10. 37. Rortveit G, Hannestad YS. Dalmeit AK. Hunskaar S, Age-and type-dependent

effects of parity on urinary incontinence: the Norwegian EPINCONT study. Obstet Gynecol.2001; 98:1004-1010.


(58)

38. Peyrat L, Haillot 0, Bruyere F, et al. Prevalence and Risk Factors of Urinary Incontinence in Young and Middle-Aged Women. BJU International 2002; 89: 61-6.

39. Fultz NH, Burgio K, Diokno AC, et al. Burden of Stress Urinary Incontinence for Community-dwelling Women. Am J Obstet Gynecol. 2003; 189: 1275-82.

40. Subak LL, Johnson C, Whitcomb E, et al. Does Weight Loss improve incontinence in moderately Obese Women ? Int Urogynecol J Pelvic Floor Dysfunct.2002;13: 40-43.

41. Buchsbaum GM, Urinary incontinence and pelvic organ prolapsed, Departement of Obstetrics and Gynecology, University of Rochester Medical Center, Strong Memorial Hospital, Rochester,New-York,USA. 2006 Dec.;58(4):311-9

42. Fritel X, Varnoux N, Zins M, Breart G, Ringa V, Symptomatic pelvic organ prolapsed at midlife, quality of life, and risk factors. Obstet Gynecol.2009; 113(3):609-16

43. Lawrence JM, Lukacz ES, Nager CW, Hsu JW, Luber KM, Prevalence and coccurrence of pelvic floor disorders in community-dwelling women, Obstet-Gynecol.2008;111(3):678-85

44. Lempinen BS, Sintonen H, Kujansu E. The Relationship between Clinical Parameters and Health-Related Quality of life as Measured by the 15 D in Incontinent Women before and after Treatment Acta Obstet Gynecol Scand.2004; 83: 983-8.


(59)

LEMBARAN FORMULIR PENELITIAN

Lampiran

IDENTITAS PRIBADI No. Rekam Medis : Rumah Sakit : • Nama :

• Umur : tahun • Pekerjaan :

• Alamat :

• Tinggi Badan : Cm DATA DASAR

• Berat Badan : Kg

• IMT : Kg/m2 (diisi oleh peneliti) • Riwayat persalinan :

- Jumlah Anak (Paritas) : orang

- Cara persalinan sebelumnya*) : 1. Spontan pervaginam ( Normal ) 2. Seksio cesaria ( Operasi ) *) Lingkari yang sesuai


(60)

Kuesioner L-MMPI

Lampiran

Petunjuk : Lingkarilah jawaban yang sesuai dengan diri Anda.

1. Sekali-kali saya ingin mengutarakan tentang hal yang buruk. ( ya / tidak ) 2. Kadang-kadang saya ingin mengumpat atau mencaci maki. ( ya / tidak ) 3. Saya tidak selalu berkata / bicara yang benar ( ya / tidak )

4. Saya tidak membaca setiap tajuk rencana surat kabar harian. ( ya / tidak ) 5. Saya kadang-kadang marah. ( ya / tidak )

6. Kadang-kadang saya menunda pekerjaan / kewajiban. ( ya / tidak ) 7. Bila saya sedang tidak enak badan, kadang-kadang saya ( ya / tidak) mudah tersinggung

8. Sopan santun saya di rumah tidak sebaik seperti jika saya ( ya / tidak ) bersama orang lain / di luar rumah.

9. Bila saya yakin tidak seorangpun yang melihat, mungkin ( ya / tidak ) sekali-kali saya akan menyelundup masuk nonton tanpa karcis 10.Saya lebih senang menang daripada kalah dalam suatu ( ya / tidak ) permainan.

11.Saya ingin mengenal orang-orang penting, karena dengan ( ya / tidak ) demikian saya menjadi orang penting pula.

12. Saya tidak selalu menyukai setiap orang yang saya kenal. ( ya / tidak ) 13. Kadang-kadang saya mempergunjingkan orang lain / gossip. ( ya / tidak ) 14. Saya kadang-kadang memilih orang-orang yang tidak. ( ya / tidak )

saya kenal dalam suatu pemilihan.


(61)

Kuesioner

ICIQ – UI Short Form

Pertanyaan

Apakah anda mengalami kebocoran urin (meski hanya berupa tetesan saja) apakah anda merasa basah atau pakaian dalam anda basah :

Sama sekali tidak

Jarang Kadang - kadang

Kerap Seringkali Setiap Waktu

Skor 0 Skor 1 Skor 2 Skor 3 Skor 4 Skor 5

1. Ketika anda batuk atau bersin ?

2. Ketika anda membungkuk atau mengangkat sesuatu ? 3. Ketika anda berjalan cepat,

melakukan jogging atau latihan fisik?

4. Ketika anda melepaskan pakaian untuk menggunakan WC ?

5. Apakah anda merasakan dorongan kuat untuk berkemih saat anda mengalami kebocoran urin (meski hanya beberapa tetes saja) atau anda mengompol sebelum dapat mencapai WC ?

6. Apakah anda harus bergegas ke kamar mandi karena anda merasakan dorongan kuat untuk buang air kecil ?

Dikutip dari : Bradley CS, Rovner ES, Morgan MA, et al. A new questionnaire for urinary incontinence diagnosis in women:


(62)

LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON SUBYEK PENELITIAN

Kepada Yth. Ibu yang saya hormati

Terima kasih atas kesedian ibu untuk berpartisipasi dalam penelitian yang berjudul:

“Inkontinensia Urin pada Wanita Menopause di RSUP.H.Adam Malik Medan dan RSUD.Dr. Pirngadi Medan”

Nama saya dr.M.Rizal Sangadji. M.Ked(OG) saat ini saya sedang menjalani Program Pendidikan Dokter Spesialis di bidang kebidanan dan penyakit kandungan (OBGIN) FK-USU. Saya meneliti tentang “Analisa Inkontinensia Urin pada Wanita Menopause di RSUP.H.Adam Malik Medan dan RSUD. Dr. Pirngadi Medan ”

Tujuan dilakukan penelitian ini adalah untuk mengetahui pola inkontinensia urin pada wanita menopause yang datang ke poli ginekologi RSUP.H.Adam Malik Medan dan RSUD. Dr. Pirngadi Medan.

Penelitian ini menggunakan metode Deskriptif studi dengan rancangan Potong Lintang disertai penggunaan questioner.

Adapun manfaat penelitian ini untuk mengetahui pola inkontinensia urin pada wanita menopause dan hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai data dasar untuk pengembangan penelitian selanjutnya dan dapat digunakan sebagai dasar perencanaan penanganan inkontinensia urin khususnya pada wanita menopause yang pada akhirnya dapat meningkatkan kualitas hidup serta mengurangi dampak sosial bagi wanita menopause.

Partisipasi ibu dalam penelitian ini bersifat sukarela tanpa ada biaya yang dibebankan kepada ibu dan tanpa paksaan maupun tekanan dari pihak manapun, serta saya akan menjamin kerahasiaan pribadi ibu dalam mengikuti penelitian ini.

Seandainya ibu menolak untuk berpartisipasi dalam penelitian ini, maka tidak akan hilang hak sebagai pasien. Setelah memahami berbagai hal yang menyangkut


(63)

penelitian ini, diharapkan ibu yang terpilih sebagai subyek sukarela dalam penelitian ini dapat mengisi lembar persetujuan turut serta dalam penelitian yang disiapkan.

Terimakasih saya ucapkan kepada ibu yang telah berpartisipasi didalam penelitian ini. Jika terdapat hal-hal yang kurang jelas maka ibu dapat menghubungi saya dr.M.Rizal Sangadji.M.Ked(OG) di Dept.Obstetri dan Ginekologi FK-USU/RSUP. H. Adam Malik Medan atau No. Telp. 081375535919..

Medan, 2014 Hormat Saya


(64)

LEMBARAN PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN SUBJEK PENELITIAN

Yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : ... Umur : ... Alamat : ... Dengan ini menyatakan :

Setelah mendapat penjelasan sepenuhnya dan menyadari serta memahami tentang maksud dan tujuan serta tata laksana penelitian yang berjudul :

INKONTINENSIA URIN PADA WANITA MENOPAUSE DI RSUP.H.ADAM MALIK MEDAN DAN RSUD. Dr. PIRNGADI MEDAN

Saya menyatakan bersedia/ tidak keberatan untuk dilibatkan dan berpartisipasi dalam penelitian ini, dengan sewaktu-waktu dapat mengundurkan diri karena berbagai alasan. Biaya penelitian tidak dibebankan kepada saya.

Demikian surat pesetujuan ini saya buat dengan penuh kesadaran dan penuh tanggung jawab tanpa paksaan dari pihak manapun.

Medan, 2014

Peneliti Yang Membuat Pernyataan


(65)

LAMPIRAN HASIL ANALISA

Inkontinensia Urine

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Tidak 14 17,5 17,5 17,5

Ya 66 82,5 82,5 100,0

Total 80 100,0 100,0

Kelompok Usia

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 45 - 50 tahun 12 15,0 15,0 15,0

51 -56 tahun 13 16,3 16,3 31,3

57-62 tahun 15 18,8 18,8 50,0

>62 tahun 40 50,0 50,0 100,0

Total 80 100,0 100,0

Pekerjaan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid IRT 62 77,5 77,5 77,5

Wiraswasta 18 22,5 22,5 100,0

Total 80 100,0 100,0

Paritas

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Grandemultipara 35 43,8 43,8 43,8

Multipara 45 56,3 56,3 100,0


(66)

Kriteria IMT

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Normoweight 37 46,3 46,3 46,3

Obese 15 18,8 18,8 65,0

Overweight 28 35,0 35,0 100,0

Total 80 100,0 100,0

Prolapsus Uteri

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Grade 2 1 1,3 1,3 1,3

Grade 1 21 26,3 26,3 27,5

Grade 2 33 41,3 41,3 68,8

Grade 3 15 18,8 18,8 87,5

Grade 4 3 3,8 3,8 91,3

Tidak Prolaps 7 8,8 8,8 100,0

Total 80 100,0 100,0

Jenis Inkontinensia

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Mixed Inkontinensia 7 8,8 8,8 8,8

Stress Inkontinensia 40 50,0 50,0 58,8

Tidak Inkontinensia 14 17,5 17,5 76,3

Urge Inkontinensia 19 23,8 23,8 100,0


(67)

(1)

LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON SUBYEK PENELITIAN

Kepada Yth. Ibu yang saya hormati

Terima kasih atas kesedian ibu untuk berpartisipasi dalam penelitian yang berjudul:

“Inkontinensia Urin pada Wanita Menopause di RSUP.H.Adam Malik Medan dan RSUD.Dr. Pirngadi Medan”

Nama saya dr.M.Rizal Sangadji. M.Ked(OG) saat ini saya sedang menjalani Program Pendidikan Dokter Spesialis di bidang kebidanan dan penyakit kandungan (OBGIN) FK-USU. Saya meneliti tentang “Analisa Inkontinensia Urin pada Wanita Menopause di RSUP.H.Adam Malik Medan dan RSUD. Dr. Pirngadi Medan ”

Tujuan dilakukan penelitian ini adalah untuk mengetahui pola inkontinensia urin pada wanita menopause yang datang ke poli ginekologi RSUP.H.Adam Malik Medan dan RSUD. Dr. Pirngadi Medan.

Penelitian ini menggunakan metode Deskriptif studi dengan rancangan Potong Lintang disertai penggunaan questioner.

Adapun manfaat penelitian ini untuk mengetahui pola inkontinensia urin pada wanita menopause dan hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai data dasar untuk pengembangan penelitian selanjutnya dan dapat digunakan sebagai dasar perencanaan penanganan inkontinensia urin khususnya pada wanita menopause yang pada akhirnya dapat meningkatkan kualitas hidup serta mengurangi dampak sosial bagi wanita menopause.

Partisipasi ibu dalam penelitian ini bersifat sukarela tanpa ada biaya yang dibebankan kepada ibu dan tanpa paksaan maupun tekanan dari pihak manapun, serta saya akan menjamin kerahasiaan pribadi ibu dalam mengikuti penelitian ini.

Seandainya ibu menolak untuk berpartisipasi dalam penelitian ini, maka tidak akan hilang hak sebagai pasien. Setelah memahami berbagai hal yang menyangkut


(2)

penelitian ini, diharapkan ibu yang terpilih sebagai subyek sukarela dalam penelitian ini dapat mengisi lembar persetujuan turut serta dalam penelitian yang disiapkan.

Terimakasih saya ucapkan kepada ibu yang telah berpartisipasi didalam penelitian ini. Jika terdapat hal-hal yang kurang jelas maka ibu dapat menghubungi saya dr.M.Rizal Sangadji.M.Ked(OG) di Dept.Obstetri dan Ginekologi FK-USU/RSUP. H. Adam Malik Medan atau No. Telp. 081375535919..

Medan, 2014 Hormat Saya


(3)

LEMBARAN PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN SUBJEK PENELITIAN

Yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : ... Umur : ... Alamat : ... Dengan ini menyatakan :

Setelah mendapat penjelasan sepenuhnya dan menyadari serta memahami tentang maksud dan tujuan serta tata laksana penelitian yang berjudul :

INKONTINENSIA URIN PADA WANITA MENOPAUSE DI RSUP.H.ADAM MALIK MEDAN DAN RSUD. Dr. PIRNGADI MEDAN

Saya menyatakan bersedia/ tidak keberatan untuk dilibatkan dan berpartisipasi dalam penelitian ini, dengan sewaktu-waktu dapat mengundurkan diri karena berbagai alasan. Biaya penelitian tidak dibebankan kepada saya.

Demikian surat pesetujuan ini saya buat dengan penuh kesadaran dan penuh tanggung jawab tanpa paksaan dari pihak manapun.

Medan, 2014

Peneliti Yang Membuat Pernyataan


(4)

LAMPIRAN HASIL ANALISA

Inkontinensia Urine

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Tidak 14 17,5 17,5 17,5

Ya 66 82,5 82,5 100,0

Total 80 100,0 100,0

Kelompok Usia

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 45 - 50 tahun 12 15,0 15,0 15,0

51 -56 tahun 13 16,3 16,3 31,3

57-62 tahun 15 18,8 18,8 50,0

>62 tahun 40 50,0 50,0 100,0

Total 80 100,0 100,0

Pekerjaan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid IRT 62 77,5 77,5 77,5

Wiraswasta 18 22,5 22,5 100,0

Total 80 100,0 100,0

Paritas

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Grandemultipara 35 43,8 43,8 43,8

Multipara 45 56,3 56,3 100,0


(5)

Kriteria IMT

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Normoweight 37 46,3 46,3 46,3

Obese 15 18,8 18,8 65,0

Overweight 28 35,0 35,0 100,0

Total 80 100,0 100,0

Prolapsus Uteri

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Grade 2 1 1,3 1,3 1,3

Grade 1 21 26,3 26,3 27,5

Grade 2 33 41,3 41,3 68,8

Grade 3 15 18,8 18,8 87,5

Grade 4 3 3,8 3,8 91,3

Tidak Prolaps 7 8,8 8,8 100,0

Total 80 100,0 100,0

Jenis Inkontinensia

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Mixed Inkontinensia 7 8,8 8,8 8,8

Stress Inkontinensia 40 50,0 50,0 58,8

Tidak Inkontinensia 14 17,5 17,5 76,3

Urge Inkontinensia 19 23,8 23,8 100,0


(6)