Gambaran Karakteristik Neonatus Dengan Hiperbilirubinemia Di RSUP H. Adam Malik Dari Periode Januari Sehingga Desember 2012
Gambaran Karakteristik Neonatus Dengan Hiperbilirubinemia Di RSUP H. Adam Malik Dari Periode Januari Sehingga Desember 2012
Oleh:
Kaamani Suframanyan 100100312
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2013
(2)
Gambaran Karakteristik Neonatus Dengan Hiperbilirubinemia Di RSUP H. Adam Malik Dari Periode Januari Sehingga Desember 2012
KARYA TULIS ILMIAH
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh kelulusan Sarjana Kedokteran
Oleh:
Kaamani Suframanyan 100100312
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2013
(3)
LEMBAR PENGESAHAN
Judul : Gambaran Karakteristik Neonatus Dengan Hiperbilirubinemia Di
RSUP H. Adam Malik Dari Periode Januari Sehingga Desember 2012.
Nama : Kaamani Suframanyan NIM : 100100312
Pemimbing, Penguji I,
dr. H. Romer Danial, SpA dr. Aliandri, SpTHT
Penguji II,
NIP: 19510111198003 1002 NIP: 196603092000121007
dr. Siti Nursiah, Sp THT NIP:196510301999032004
Medan, Desember 2013 Dekan
Fakultas Kedokteran Unversitas Sumatera Utara
(Prof.dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp.PD-KGEH) (NIP: 19540220 198011 1001)
(4)
ABSTRAK
Latar belakang: Hiperbilirubinemia merupakan salah satu fenomena tersering pada neonatus. Ikterus neonatorum adalah keadaan klinis pada bayi yang yang ditandai dengan pewarnaan ikterus pada kulit dan sklera akibat peningkatan kadar bilirubin serum. Ikterus neonatorum biasa diakibatkan oleh pemecahan eritrosit yang berlebihan, gangguan clearance metabolism, gangguan konjugasi, atau gangguan ekskresi bersama air. Di RSUP H.Adam Malik pada tahun 2012, dari sejumlah 402 bayi yang lahir, 42 bayi menderita hiperbilirubinemia.
Tujuan: Untuk mengetahui gambaran karakteristik neonatus yang menderita hiperbilirubinemia di RSUP H.Adam Malik, Medan dari periode Januari sehingga Desember 2012 dan mengetahui distribusi jenis kelamin, usia gestasi, berat badan lahir dan cara partus pada neonatus yang menderita hiperbilirubinemia.
Metode: Data penelitian diambil secara retrospektif(sekunder) dari rekam medis pada tahun 2012. Populasi penelitian adalah semua neonatus yang lahir di RSUP H. Adam Malik pada tahun 2012.
Hasil: Hasil penelitian ini menunjukkan bahawa 42 bayi baru lahir yang menderita hiperbilirubinemia. Dari jumlah ini, karakteristik demografi tertinggi adalah: laki-laki(59,5%), usia gestasi prematur(54.8%), berat badan lahir rendah(52.4%) dan cara partus pada ibu secara seksio sesarea(57.1%).
Kesimpulan: Jumlah neonatus yang menderita hiperbilirubinemia yang dirawat inap di RSUP H.Adam Malik, Medan pada tahun 2012 adalah sebanyak 42 orang. Kata kunci: hiperbilirubinemia, neonatus, karakteristik demografi
(5)
ABSTRACT
Background: Hyperbilirubinemia is one of the most common phenomena in new born. Neonatal icterus is a clinical condition of the neonates which is represented by the colouring of the skin and sclera due to increase of total serum bilirubin. Neonatal icterus usually caused by excessive breakdown of erythrocyte, abnormal clearance metabolism, abnormal conjugation or abnormal conjugation by water. In RSUP H.Adam Malik, out of the total 402 newborn babies, 42of them suffered from hyperbilirubinemia.
Objectives: This study is conducted to observe the overview characteristic of neonates that suffered from hyhperbilirubinemia in RSUP H. Adam Malik from the period of January to December 2012 and also the distribution of gender, gestational age, birth weight and delivery method of the neonates with hyperbilirubinemia.
Methodology: The data of this study was done retrospectively by analysing medical records in the year 2012. The population used in the study were all the neonates born in the year 2012 in RSUP H.Adam Malik.
Results: The result of the study shows that there are 42 neonates with hyperbilirubinemia. From this total, the highest propotion of patient based on demographic characteristic are male(59.5%), premature gestational age(54.8%), low birth weight(52.4%) and caesarean delivery method(57.1%).
Conclusion: The number of neonates with hyperbilirubinemia hospitalized at RSUP H.Adam Malik, Medan in the year 2012 are as many as 42 babies.
(6)
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan YME, atas berkat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan Karya Tulisan Ilmiah ini dengan judul “Gambaran Karakteristik Neonatus Dengan Hiperbilirubinemia Di RSUP H.Adam Malik dari Periode Januari sehingga Desember 2012”.
Proses penulisan Karya Tulisan Ilmiah ini tidak terlepas dari dukungan dan bantuan dari berbagai pihak.Dalam kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat :
1. Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Prof. dr. Gontar A. Siregar, Sp.PD. KGEH atas izin penelitian yang telah diberikan.
2. dr. H. Romer Danial, SpA selaku Dosen Pembimbing semasa laporan penelitian yang telah memberikan bantuan, bimbingan dan pengarahan selama menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.
3. Seluruh Staf Pengajar dan civitas akademika Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
4. Kedua orang tua tercinta serta keluarga penulis yang memberi sokongan dan mendoakan serta memberi semangat kepada penulis dalam menyelesaikan pendidikan.
5. Rekan-rekan para mahasiswa Fakultas Kedokteran USU, stambuk 2010 dan semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu-persatu, atas dukungan moral dan materil yang diberikan dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini.
Untuk seluruh bantuan baik moral maupun materil yang diberikan kepada penulis selama ini,penulis mengucapkan terima kasih dan tanpa anda, laporan hasil penelitian ini tidak mungkin dapat disiapkan.
Sebagai mahasiswa, penulis masih berada di tahap pembelajaran yang ingin tetap belajar memperbaiki kesalahan. Untuk itu, penulis mengharapkan masukan berupa kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan karya tulis ilmiah ini. Semoga karya tulis ilmiah ini dapat berguna bagi kita semua.
Medan, 9 Desember 2013 Penulis
NIM: 100100312 Kaamani Suframanyan
(7)
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PENGESAHAN ... i
ABSTRAK ... ii
ABSTRACT ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR GAMBAR ... viii
DAFTAR LAMPIRAN ... ix
BAB 1 PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 3
1.2 Rumusan Masalah ... 3
1.3 Tujuan Penelitian ... 3
1.3.1 Tujuan Umum ... 3
1.3.2 Tujuan Khusus ... 3
1.4 Manfaat Penelitian ... 3
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 5
2.1 Definisi Hiperbilirubinemia ... 5
2.2 Klasifikasi Hiperbilirubinemia ... 5
2.2.1 Ikterus Fisiologis ... 5
2.2.2 Ikterus Patologis ... 5
2.3Etiologi Hiperbilirubinemia ... 6
2.4 Patofisiologi Hiperbilirubinemia ... 7
2.5 Gejala Klinis Hiperbilirubinemia ... 7
2.6 Diagnosis ... 8
2.7 Penatalaksanaan ... 10
2.8 Komplikasi ... 13
2.9 Pencegahan ... 14
BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL ... 15
3.1 Kerangka Konsep Penelitian ... 15
3.2 Variabel dan Definisi Operasional ... 15
3.3 Cara Ukur ... 16
(8)
BAB 4 METODE PENELITIAN ... 18
4.1 Jenis Penelitian ... 18
4.2 Waktu dan Tempat Penelitian ... 18
4.3 Populasi, Sampel dan Teknik Sampling ... 18
4.3.1 Populasi ... 18
4.3.2 Sampel ... 18
4.4 Teknik Pengumpulan Data ... 19
4.4.1 Pengumpulan Data ... 19
4.5 Pengolahan dan Analisa Data ... 19
BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 20
5.1 Hasil Penelitian ... 20
5.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian ... 20
5.1.2 Deskripsi Karakteristik Responden ... 21
5.1.2.1 Jenis kelamin ... 21
5.1.2.2 Usia Gestasi ... 21
5.1.2.3 Berat Badan Lahir ... 22
5.1.2.4 Cara Partus ... 23
5.2 Pembahasan ... 24
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ... 26
6.1 Kesimpulan ... 26
6.2 Saran ... 26
DAFTAR PUSTAKA ... 28 LAMPIRAN
(9)
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
2.1 Hubungan Kadar Bilirubin (mg/dL) dengan Daerah
Ikterus Menurut Kramer ... 10 2.2 Penatalaksanaan Ikterus Menurut Waktu Timbulnya
dan Kadar Bilirubin ... 12 5.1 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin pada Tahun
2012……… 21
5.2 Distribusi Responden Berdasarkan Usia Gestasi pada Tahun
2012……… 21
5.3 Distribusi Responden Berdasarkan Berat Badan Lahir pada Tahun 2012……… 22
5.4 Distribusi Responden Berdasarkan Cara Partus Ibu pada Tahun 2012……… 23
(10)
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
3.1 Kerangka Konsep Gambaran Karakteristik Neonatus
(11)
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Riwayat Hidup
Lampiran 2 Surat Izin Penelitian
Lampiran 3 Surat Persetujuan Komisi Etik Lampiran 4 Data Induk
(12)
ABSTRAK
Latar belakang: Hiperbilirubinemia merupakan salah satu fenomena tersering pada neonatus. Ikterus neonatorum adalah keadaan klinis pada bayi yang yang ditandai dengan pewarnaan ikterus pada kulit dan sklera akibat peningkatan kadar bilirubin serum. Ikterus neonatorum biasa diakibatkan oleh pemecahan eritrosit yang berlebihan, gangguan clearance metabolism, gangguan konjugasi, atau gangguan ekskresi bersama air. Di RSUP H.Adam Malik pada tahun 2012, dari sejumlah 402 bayi yang lahir, 42 bayi menderita hiperbilirubinemia.
Tujuan: Untuk mengetahui gambaran karakteristik neonatus yang menderita hiperbilirubinemia di RSUP H.Adam Malik, Medan dari periode Januari sehingga Desember 2012 dan mengetahui distribusi jenis kelamin, usia gestasi, berat badan lahir dan cara partus pada neonatus yang menderita hiperbilirubinemia.
Metode: Data penelitian diambil secara retrospektif(sekunder) dari rekam medis pada tahun 2012. Populasi penelitian adalah semua neonatus yang lahir di RSUP H. Adam Malik pada tahun 2012.
Hasil: Hasil penelitian ini menunjukkan bahawa 42 bayi baru lahir yang menderita hiperbilirubinemia. Dari jumlah ini, karakteristik demografi tertinggi adalah: laki-laki(59,5%), usia gestasi prematur(54.8%), berat badan lahir rendah(52.4%) dan cara partus pada ibu secara seksio sesarea(57.1%).
Kesimpulan: Jumlah neonatus yang menderita hiperbilirubinemia yang dirawat inap di RSUP H.Adam Malik, Medan pada tahun 2012 adalah sebanyak 42 orang. Kata kunci: hiperbilirubinemia, neonatus, karakteristik demografi
(13)
ABSTRACT
Background: Hyperbilirubinemia is one of the most common phenomena in new born. Neonatal icterus is a clinical condition of the neonates which is represented by the colouring of the skin and sclera due to increase of total serum bilirubin. Neonatal icterus usually caused by excessive breakdown of erythrocyte, abnormal clearance metabolism, abnormal conjugation or abnormal conjugation by water. In RSUP H.Adam Malik, out of the total 402 newborn babies, 42of them suffered from hyperbilirubinemia.
Objectives: This study is conducted to observe the overview characteristic of neonates that suffered from hyhperbilirubinemia in RSUP H. Adam Malik from the period of January to December 2012 and also the distribution of gender, gestational age, birth weight and delivery method of the neonates with hyperbilirubinemia.
Methodology: The data of this study was done retrospectively by analysing medical records in the year 2012. The population used in the study were all the neonates born in the year 2012 in RSUP H.Adam Malik.
Results: The result of the study shows that there are 42 neonates with hyperbilirubinemia. From this total, the highest propotion of patient based on demographic characteristic are male(59.5%), premature gestational age(54.8%), low birth weight(52.4%) and caesarean delivery method(57.1%).
Conclusion: The number of neonates with hyperbilirubinemia hospitalized at RSUP H.Adam Malik, Medan in the year 2012 are as many as 42 babies.
(14)
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Hiperbilirubinemia atau yang dikenal dengan istilah ikterus adalah keadaan klinis pada bayi yang ditandai oleh pewarnaan ikterus pada kulit dan sklera akibat peningkatan kadar bilirubin serum. Hiperbilirubinemia merupakan salah satu fenomena klinis yang paling sering ditemukan pada neonatus terjadi pada minggu pertama kehidupan. Sebagian besar kejadian ikterus neonatorum bersifat fisiologis, namun yang non fisiologis harus diwaspadai sebab dapat menimbulkan komplikasi yang berat baik gejala sisa bagi yang hidup maupun yang fatal jika pengobatan terlambat (Cloherty,2004).
Ikterus neonatorum merupakan fenomena biologis yang timbul akibat tingginya produksi dan rendahnya ekskresi bilirubin selama masa transisi pada neonatus. Pada neonatus produksi bilirubin 2 sampai 3 kali lebih tinggi dibanding orang dewasa normal. Hal ini dapat terjadi karena jumlah eritosit pada neonatus lebih banyak dan usianya lebih pendek. Hal ini bisa diakibatkan oleh pemecahan eritrosit yang berlebihan, gangguan clearance metabolism, gangguan konjugasi atau gangguan ekskresi bersama air (Sarwono et al,1994). Hiperbilirubinemia indirek dijumpai pada sekitar 60% bayi aterm dan 80% bayi premature (Nelson, 2007). Angka kejadian menunjukkan bahwa lebih 50% bayi baru lahir menderita ikterus yang dapat dideteksi secara klinis dalam minggu pertama kehidupannya.
Di Amerika Serikat, dari 4 juta neonatus yang lahir setiap tahunnya, sekitar 65% mengalami ikterus. Di Malaysia, hasil survei pada tahun 1998 di rumah sakit pemerintah dan pusat kesehatan di bawah Departemen Kesehatan mendapatkan 75% bayi baru lahir menderita ikterus dalam minggu pertama kehidupannya. Di Indonesia, didapatkan data ikterus neonatorum dari beberapa rumah sakit pendidikan. Sebuah studi cross sectional yang dilakukan di Rumah Sakit Umum Pusat Rujukan Nasional Cipto Mangunkusumo selama tahun 2003, menemukan prevalensi ikterus pada bayi baru lahir sebesar 58% untuk kadar
(15)
bilirubin diatas 5mg/dL dan 29,3% dengan kadar bilirubin diatas 12mg/dL pada minggu pertama kehidupan.
Ikterus pada neonatus dapat dibedakan secara dua macam,yaitu fisiologis dan patologis. Ikterus neonatorum fisiologis timbul akibat peningkatan dan akumulasi bilirubin indirek <5 mg/dl/24 jam yaitu yang terjadi 24 jam pasca salin. Hal ini karena metabolisme bilirubin neonatus belum sempurna yaitu masih dalam masa transisi dari masa janin ke masa dewasa (Glasgow, 2000). Ikterus neonatorum patologis pula adalah ikterus yang timbul dalam 24 jam pertama pasca salin dimana peningkatan dan akumulasi bilirubin indirek > 5 mg/dl/24 jam dan ikterus akan tetap menetap hingga 8 hari atau lebih pada bayi cukup bulan(matur) sedangkan pada bayi kurang bulan (prematur) ikterus akan tetap ada hingga hari ke-14 atau lebih.
Ikterus neonatorum patologis dapat ditimbulkan oleh beberapa penyakit seperti anemia hemolitik, polisitemia, ekstravasasi darah (hematoma), sirkulasi enterohepatik yang berlebihan, defek konjugasi, berkurangnya uptake bilirubin oleh hepar, gangguan transportasi bilirubin direk yang keluar dari hepatosit atau oleh karena obstruksi aliran empedu. Faktor resiko yang dianggap sebagai pemicu timbulnya ikterus neonatorum yaitu kehamilan kurang bulan (prematur), bayi berat badan lahir rendah, persalinan patologis, asfiksia, ketuban pecah dini, ketuban keruh dan inkompatibilitas golongan darah ibu dan anak (Fx.Wikan I, Ekawaty LH, 1998).
Ikterus neonatorum dapat menimbulkan masalah kesehatan yang serius jika tidak ditangani dengan yaitu ensefalopati bilirubin yang dikenal dengan kern icterus (Rina Triasih, dkk., 2002; Tb.Rudy Firmansjah B. Rifai, 2003). Kern icterus timbul akibat akumulasi bilirubin indirek di susunan saraf pusat yang melebihi batas toksisitas bilirubin pada ganglia basalis dan hipocampus. Ikterus neonatorum perlu mendapat perhatian dan penanganan yang baik sehingga menurunkan angka kematian bayi (Infant Mortality Rate = IMR) yang masih tinggi di Indonesia. Angka kematian bayi (AKB) di Indonesia, pada tahun 1997 tercatat sebanyak 41,4 per 1000 kelahiran hidup. Salah satu penyebab mortalitas pada bayi baru lahir adalah ensefalopati bilirubin (lebih dikenal sebagai
(16)
kernikterus). Selain memiliki angka mortalitas yang tinggi, kern icterus juga dapat menyebabkan gejala sisa berupa cerebral palsy, gangguan pendengaran, paralisis dan displasia dental yang sangat mempengaruhi kualitas hidup.
1.2Perumusan Masalah
Bagaimanakah gambaran karakteristik neonatus dengan hiperbilirubinemia di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik ,Medan dari periode Januari 2012 sehingga Desember 2012.
1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran karakteristik neonatus yang menderita hiperbilirubinemia di Rumah Sakit Umum Haji Adam, Medan dari periode Januari 2012 sehingga Desember 2012.
1.3.2 Tujuan Khusus
a) Mengetahui jumlah bayi baru lahir dengan hiperbilirubinemia. b) Mengetahui jenis kelamin bayi baru lahir dengan hiperbilirubinemia. c) Mengetahui usia gestasi bayi baru lahir dengan hiperbilirubinemia . d) Mengetahui berat badan lahir pada bayi baru lahir dengan
hiperbilirubinemia.
e) Mengetahui cara partus bayi baru lahir dengan hiperbilirubinemia.
1.4 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk: 1. Rumah Sakit
Dapat memberikan masukan atau informasi untuk membantu mutu pelayanan kesehatan khususnya pada neonatus dengan hiperbilirubinemia. 2. Keluarga Pasien
Dapat dipakai sebagai bahan masukan untuk keluarga pasien lebih mengetahui tentang hiperbilirubinemia dan membantu untuk mencegah timbulnya komplikasi disebabkan hiperbilirubinemia pada pasien.
(17)
3. Institusi Pendidikan
Dapat dipakai sebagai acuan atau bahan pertimbangan untuk penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan penelitian ini.
(18)
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Ikterus adalah gambaran klinis berupa pewarnaan kuning pada kulit dan mukosa karena adanya deposisi produk akhir katabolisme heme yaitu bilirubin. Secara klinis, ikterus pada neonatus akan tampak bila konsentrasi bilirubin serum >5mg/dL (Cloherty, 2004). Pada orang dewasa, ikterus akan tampak apabila serum bilirubin >2mg/dL. Ikterus lebih mengacu pada gambaran klinis berupa pewarnaan kuning pada kulit, sedangkan hiperbilirubinemia lebih mengacu pada gambaran kadar bilirubin serum total.
2.2 Klasifikasi
Terdapat 2 jenis ikterus: ikterus fisiologis dan patologis (Mansjoer, 2002). 2.2.1 Ikterus fisiologis
Ikterus fisiologis memiliki karakteristik sebagai berikut: a. Timbul pada hari kedua-ketiga.
b. Kadar bilirubin indirek (larut dalam lemak) tidak melewati 12 mg/dL pada neonatus cukup bulan dan 10mg/dL pada kurang bulan.
c. Kecepatan peningkatan kadar bilirubin tidak melebihi 5 mg/dL per hari. d. Kadar bilirubin direk (larut dalam air) kurang dari 1mg/dL.
e. Gejala ikterus akan hilang pada sepuluh hari pertama kehidupan.
f. Tidak terbukti mempunyai hubungan dengan keadaan patologis tertentu. 2.2.2 Ikterus patologis
Ikterus patologis memiliki karakteristik seperti berikut: a) Ikterus yang terjadi pada 24 jam pertama kehidupan.
b) Ikterus dengan kadar bilirubin melebihi 12mg/dL pada neonatus cukup bulan dan 10mg/dL pada neonates lahir kurang bulan/premature.
c) Ikterus dengan peningkatan bilirubun lebih dari 5mg/dL per hari. d) Ikterus yang menetap sesudah 2 minggu pertama.
(19)
e) Ikterus yang mempunyai hubungan dengan proses hemolitik, infeksi atau keadaan patologis lain yang telah diketahui.
f) Kadar bilirubin direk melebihi 1mg/dL.
2.3 Etiologi
Penyebab ikterus dapat dibagi kepada tiga fase yaitu: i. Ikterus Prahepatik
Produksi bilirubin yang meningkat yang terjadi pada hemolisis sel darah merah. Peningkatan pembentukan bilirubin dapat disebabkan oleh:
- Kelainan sel darah merah - Infeksi seperti malaria, sepsis.
- Toksin yang berasal dari luar tubuh seperti: obat – obatan, maupun yang berasal dari dalam tubuh seperti yang terjadi pada reaksi transfuse dan eritroblastosis fetalis.
ii. Ikterus Pascahepatik
Bendungan pada saluran empedu akan menyebabkan peninggian bilirubin konjugasi yang larut dalam air. Akibatnya bilirubin mengalami akan mengalami regurgitasi kembali kedalam sel hati dan terus memasuki peredaran darah, masuk ke ginjal dan di eksresikan oleh ginjal sehingga ditemukan bilirubin dalam urin. Sebaliknya karena ada bendungan pengeluaran bilirubin kedalam saluran pencernaan berkurang sehingga tinja akan berwarna dempul karena tidak mengandung sterkobilin.
iii. Ikterus Hepatoseluler
Kerusakan sel hati menyebabkan konjugasi bilirubin terganggu sehingga bilirubin direk akan meningkat dan juga menyebabkan bendungan di dalam hati sehingga bilirubin darah akan mengadakan regurgitasi ke dalam sel hati yang kemudian menyebabkan peninggian kadar bilirubin konjugasi di dalam aliran darah. Kerusakan sel hati terjadi pada keadaan: hepatitis, sirosis hepatic, tumor, bahan kimia, dll.
(20)
2.4Patofisiologi
Peningkatan kadar bilirubin tubuh dapat terjadi pada beberapa keadaan . Kejadian yang sering ditemukan adalah apabila terdapat penambahan beban bilirubin pada sel hepar yang berlebihan. Hal ini dapat ditemukan bila terdapat peningkatan penghancuran eritrosit, polisitemia. Gangguan pemecahan bilirubin plasma juga dapat menimbulkan peningkatan kadar bilirubin tubuh. Hal ini dapat terjadi apabila kadar protein Y dan Z berkurang, atau pada bayi hipoksia, asidosis. Keadaan lain yang memperlihatkan peningkatan kadar bilirubin adalah apabila ditemukan gangguan konjugasi hepar atau neonatus yang mengalami gangguan ekskresi misalnya sumbatan saluran empedu. Pada derajat tertentu bilirubin ini akan bersifat toksik dan merusak jaringan tubuh. Toksisitas terutama ditemukan pada bilirubin indirek yang bersifat sukar larut dalam air tapi mudah larut dalam lemak. Sifat ini memungkinkan terjadinya efek patologis pada sel otak apabila bilirubin tadi dapat menembus sawar darah otak. Kelainan yang terjadi pada otak disebut Kernikterus. Pada umumnya dianggap bahwa kelainan pada saraf pusat tersebut mungkin akan timbul apabila kadar bilirubin indirek lebih dari 20 mg/dl. Bilirubin indirek akan mudah melalui sawar darah otak apabila bayi terdapat keadaan berat badan lahir rendah , hipoksia, dan hipoglikemia.
2.5Gejala Klinis
Gejala Hiperbilirubinemia dikelompokan menjadi 2 fase yaitu akut dan kronik: (Surasmi, 2003)
1) Gejala akut a) Lethargi (lemas) b) Tidak ingin mengisap
c) Feses berwarna seperti dempul d) Urin berwarna gelap
2) Gejala kronik
a) Tangisan yang melengking (high pitch cry) b) Kejang
(21)
d) Dapat tuli, gangguan bicara dan retardasi mental e) Tampak matanya seperti berputar-putar
2.6 Diagnosis
1) Pendekatan menentukan kemungkinan penyebab
Menetapkan penyebab ikterus tidak selamanya mudah dan membutuhkan pemeriksaan yang banyak dan mahal, sehingga dibutuhkan suatu pendekatan khusus untuk dapat memperkirakan penyebabnya.
A. Ikterus yang timbul pada 24 jam pertama.
Penyebab ikterus yang terjadi pada 24 jam pertama menurut besarnya kemungkinan dapat disusun sebagai berikut :
1. Inkompatibilitas darah Rh, AB0 atau golongan lain.
2. Infeksi intrauterin (oleh virus, toxoplasma, dan kadang-kadang bakteri).
3. Kadang-kadang oleh defisiensi G6PD. B. Ikterus yang timbul 24-72 jam sesudah lahir
1. Biasanya ikterus fisiologis.
2. Masih ada kemungkinan inkompatibilitas darah ABO atau Rh atau golongan lain. Hal ini dapat diduga kalau peningkatan kadar bilirubin cepat, misalnya melebihi 5 mg% per 24 jam.
3. Defisiensi enzim G6PD juga mungkin. 4. Polisitemia
5. Hemolisis perdarahan tertutup (perdarahan subaponeurosis, perdarahan hepar subkapsuler dan lain-lain).
6. Hipoksia
7. Sferositosis, elipsitosis, dan lain-lain. 8. Dehidrasi asidosis
9. Defisiensi enzim eritrosit lainnya.
C. Ikterus yang timbul sesudah 72 jam pertama sampai akhir minggu pertama
(22)
2. Dehidrasi asidosis 3. Defisiensi enzim G6PD 4. Pengaruh obat
5. Sindrom Crigler-Najjar 6. Sindrom Gilbert
D. Ikterus yang timbul pada akhir minggu pertama dan selanjutnya 1. Biasanya karena obstruksi
2. Hipotiroidisme
3. “Breast milk jaundice” 4. Infeksi
5. Neonatal hepatitis
Pemeriksaan yang perlu dilakukan :
a. Pemeriksaan bilirubin (direk dan indirek) berkala b. Pemeriksaan darah tepi
c. Pemeriksaan penyaring G6PD
d. Pemeriksaan lainnya yang berkaitan dengan kemungkinan penyebab 2) Ikterus baru dapat dikatakan fisiologis sesudah observasi dan pemeriksaan
selanjutnya tidak menunjukkan dasar patologis dan tidak mempunyai potensi berkembang menjadi kern icterus.
WHO dalam panduannya menerangkan cara menentukan ikterus dari inspeksi, sebagai berikut:
- Pemeriksaan dilakukan dengan pencahayaan yang cukup (di siang hari dengan cahaya matahari) karena ikterus bisa terlihat lebih parah bila dilihat dengan pencahayaan buatan dan bisa tidak terlihat pada pencahayaan yang kurang.
- Tekan kulit bayi dengan lembut dengan jari untuk mengetahui warna di bawah kulit dan jaringan subkutan.
- Tentukan keparahan ikterus berdasarkan umur bayi dan bagian tubuh yang tampak kuning.
(23)
3) Pemeriksaan bilirubin serum merupakan baku emas penegakan diagnosis ikterus neonatorum serta untuk menentukan perlunya intervensi lebih lanjut. Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam pelaksanaan pemeriksaan serum bilirubin adalah tindakan ini merupakan tindakan invasif yang dianggap dapat meningkatkan morbiditas neonatus. Umumnya yang diperiksa adalah bilirubin total. Beberapa senter menyarankan pemeriksaan bilirubin direk, bila kadar bilirubin total > 20 mg/dL atau usia bayi > 2 minggu.
Tabel 2.1 Hubungan Kadar Bilirubin (mg/dL) dengan Daerah Ikterus Menurut Kramer
Daerah ikterus
Penjelasan Kadar bilirubin
(mg/dL) Prematur Aterm 1
2 3 4 5
Kepala dan leher Dada sampai pusat
Pusat bagian bawah sampai lutut
Lutut sampai pergelangan kaki dan bahu sampai pergelangan tangan
Kaki dan tangan termasuk telapak kaki dan Telapak tangan
4 – 8 5 – 12 7 – 15 9 – 18 > 10
4 – 8 5 – 12 8 – 16 11 – 18
> 15
(Sumber: Arif Mansjoer.Kapita Selekta Kedokteran jilid 2, Edisi III Media Aesculapius FK UI.2007:504)
2.7 Penatalaksanaan 1) Ikterus Fisiologis
Bayi sehat, tanpa faktor risiko, tidak diterapi. Perlu diingat bahwa pada bayi sehat, aktif, minum kuat, cukup bulan, pada kadar bilirubin tinggi, kemungkinan terjadinya kernikterus sangat kecil. Untuk mengatasi ikterus pada bayi yang sehat, dapat dilakukan beberapa cara berikut:
- Minum ASI dini dan sering
(24)
- Pada bayi yang pulang sebelum 48 jam, diperlukan pemeriksaan ulang dan kontrol lebih cepat (terutama bila tampak kuning).
Bilirubin serum total 24 jam pertama > 4,5 mg/dL dapat digunakan sebagai faktor prediksi hiperbilirubinemia pada bayi cukup bulan sehat pada minggu pertama kehidupannya. Hal ini kurang dapat diterapkan di Indonesia karena tidak praktis dan membutuhkan biaya yang cukup besar.
A) Tata laksana Awal Ikterus Neonatorum (WHO):
- Mulai terapi sinar bila ikterus diklasifikasikan sebagai ikterus berat
- Tentukan apakah bayi memiliki faktor risiko berikut: berat lahir <2,5 kg, lahir sebelum usia kehamilan 37 minggu, hemolisis atau sepsis
- Ambil contoh darah dan periksa kadar bilirubin serum dan hemoglobin, tentukan golongan darah bayi dan lakukan tes Coombs:
i) Bila kadar bilirubin serum di bawah nilai dibutuhkannya terapi sinar, hentikan terapi sinar.
ii) Bila kadar bilirubin serum berada pada atau di atas nilai dibutuhkannya terapi sinar, lakukan terapi sinar
iii) Bila faktor Rhesus dan golongan darah ABO bukan merupakan penyebab hemolisis atau bila ada riwayat defisiensi G6PD di keluarga, lakukan uji saring G6PD bila memungkinkan.
B) Mengatasi hiperbilirubinemia
1. Mempercepat proses konjugasi, misalnya dengan pemberian fenobarbital. Obat ini bekerja sebagai “enzyme inducer” sehingga konjugasi dapat dipercepat. Pengobatan dengan cara ini tidak begitu efektif dan membutuhkan waktu 48 jam baru terjadi penurunan bilirubin yang berarti. Mungkin lebih bermanfaat bila diberikan pada ibu kira-kira 2 hari sebelum melahirkan bayi.
2. Memberikan substrat yang kurang toksik untuk transportasi atau konjugasi. Contohnya ialah pemberian albumin untuk mengikat bilirubin yang bebas. Albumin dapat diganti dengan plasma dengan dosis 15-20 mg/kgBB. Albumin biasanya diberikan sebelum transfusi tukar dikerjakan oleh karena albumin akan mempercepat keluarnya bilirubin dari
(25)
ekstravaskuler ke vaskuler sehingga bilirubin yang diikatnya lebih mudah dikeluarkan dengan transfusi tukar. Pemberian glukosa perlu untuk konjugasi hepar sebagai sumber energi.
3. Melakukan dekomposisi bilirubin dengan fototerapi. Walaupun fototerapi dapat menurunkan kadar bilirubin dengan cepat, cara ini tidak dapat menggantikan transfusi tukar pada proses hemolisis berat. Fototerapi dapat digunakan untuk pra dan pasca transfusi tukar. Indikasi terapi sinar adalah: a. bayi kurang bulan atau bayi berat lahir rendah dengan kadar bilirubin
>10mg/dL.
b. bayi cukup bulan dengan kadar bilirubin >15 mg/dL.
Lama terapi sinar adalah selama 24 jam terus-menerus, istirahat 12 jam, bila perlu dapat diberikan dosis kedua selama 24 jam.
4. Transfusi tukar pada umumnya dilakukan dengan indikasi sebagai berikut: a. Kadar bilirubin tidak langsung >20mg/dL
b. Kadar bilirubin tali pusat >4mg/dL dan Hb <10mg/dL c. Peningkatan bilirubin >1mg/dL
Tabel 2.2 Penatalaksanaan Ikterus Menurut Waktu Timbulnya dan Kadar Bilirubin
Bilirubin serum (mg/dL)
<24 jam 24-48 jam 49-72 jam >72 jam <2500 >2500 <2500 >2500 <2500 >2500 <2500 >2500 <5 Tidak perlu terapi-observasi
5-9 Terapi sinar bila hemolisis
10-14 Transfusi tukar bila hemolisis
Terapi sinar
15-19 Transfusi tukar Terapi sinar
>20 Transfusi tukar
Sumber : Suraatmaja dan Soetjiningsih (2000) dalam : Pedoman Diagnosis dan Terapi Ilmu Kesehatan Anak RSUP Sanglah, Denpasar, cetakan II
(26)
2) Monitoring
Monitoring yang dilakukan antara lain:
1. Bilirubin dapat menghilang dengan cepat dengan terapi sinar. Warna kulit tidak dapat digunakan sebagai petunjuk untuk menentukan kadar bilirubin serum selama bayi mendapat terapi sinar dan selama 24 jam setelah dihentikan.
2. Pulangkan bayi bila terapi sinar sudah tidak diperlukan, bayi minum dengan baik, atau bila sudah tidak ditemukan masalah yang membutuhkan perawatan di RS.
2.8 Komplikasi
Bahaya hiperbilirubinemia adalah kern icterus. Kern icterus atau ensefalopati bilirubin adalah sindrom neurologis yang disebabkan oleh deposisi bilirubin tidak terkonjugasi (bilirubin tidak langsung atau bilirubin indirek) di basal ganglia dan nuclei batang otak. Patogenesis kern icterus bersifat multifaktorial dan melibatkan interaksi antara kadar bilirubin indirek, pengikatan oleh albumin, kadar bilirubin yang tidak terikat, kemungkinan melewati sawar darah otak, dan suseptibilitas saraf terhadap cedera. Kerusakan sawar darah otak, asfiksia, dan perubahan permeabilitas sawar darah otak mempengaruhi risiko terjadinya kern icterus (Richard E. et al, 2003).
Pada bayi sehat yang menyusu kern icterus terjadi saat kadar bilirubin >30 mg/dL dengan rentang antara 21-50 mg/dL. Onset umumnya pada minggu pertama kelahiran tapi dapat tertunda hingga umur 2-3 minggu.
Gambaran klinis kern icterus antara lain: 1) Bentuk akut :
a. Fase 1(hari 1-2): menetek tidak kuat, stupor, hipotonia, kejang.
b. Fase 2 (pertengahan minggu I): hipertoni otot ekstensor, opistotonus, retrocollis, demam.
(27)
2) Bentuk kronis :
a. Tahun pertama : hipotoni, active deep tendon reflexes, obligatory tonic neck reflexes, keterampilan motorik yang terlambat.
b. Setelah tahun pertama : gangguan gerakan (choreoathetosis, ballismus, tremor), gangguan pendengaran.
2.9Pencegahan
1) Pencegahan Primer
- Menganjurkan ibu untuk menyusui bayinya paling sedikit 8 – 12 kali/ hari untuk beberapa hari pertama.
- Tidak memberikan cairan tambahan rutin seperti dekstrose atau air pada bayi yang mendapat ASI dan tidak mengalami dehidrasi.
2) Pencegahan Sekunder
- Wanita hamil harus diperiksa golongan darah ABO dan rhesus serta penyaringan serum untuk antibody isoimun yang tidak biasa.
- Memastikan bahwa semua bayi secara rutin di monitor terhadap timbulnya ikterus dan menetapkan protocol terhadap penilaian ikterus yang harus dinilai saat memeriksa tanda – tanda vital bayi, tetapi tidak kurang dari setiap 8 – 12 jam.
(28)
BAB 3
KERANGKA KONSEP PENELITIAN DAN DEFINISI OPERASIONAL
3.1. Kerangka Konsep Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian di atas maka kerangka konsep dalam penelitian ini adalah :
Gambar 3.1 Kerangka Konsep Gambaran Karakteristik Neonatus dengan Hiperbilirubinemia di RSUP H.Adam Malik Medan dari Periode Januari sehingga Desember 2012.
3.2. Variabel dan Definisi Operasional
Variabel yang telah diteliti mencakup jenis kelamin,usia gestasi, berat badan lahir dan cara partus ibu pada neonates dengan hiperbilirubinemia.
3.2.1 Jenis kelamin yaitu laki-laki atau perempuan 3.2.2 Usia gestasi dalam minggu kelahiran bayi yaitu:
a) Term- lahir antara awal minggu ke-38 sehingga akhir minggu ke-41 b) Prematur-lahir pada minggu ke-37 gestasi atau kurang
c) Post term-lahir pada awal minggu ke-42 atau lebih 3.2.3 Berat badan lahir dihitung dalam kilogram (kg) yaitu:
a) Berat badan lahir sangat rendah-berat kurang dari 1.5kg. b) Berat badan lahir rendah-berat 1.5kg sehingga 2.5kg c) Berat badan normal-sama dengan atau di atas 2.5kg 3.2.4 Cara partus dibagi kepada dua yaitu:
a) Lahir spontan- proses kelahiran alamiah
(29)
3.3 Cara Ukur
Meneliti dan menganalisa data dari Rekam Medis (data sekunder) dari bagian rekam medis di Rumah Sakit Umum Haji Adam Malik.
3.4 Alat Ukur Rekam medis.
Tabel 3.1 Definisi Operasional No Variabel Definisi
Operasional
Cara Ukur
Alat Ukur
Kategori Skala Ukur
1 Jenis kelamin
Jenis kelamin bayi baru lahir dengan
hiperbilirubin -emia
Observasi Rekam medis
-Laki-laki -Perempuan
Nominal
2 Usia gestasi
Usia gestasi bayi baru lahir dengan hiperbilirubin -emia
Observasi Rekam medis
-Prematur -Term -Post term
Ordinal
3 Berat badan lahir
Berat badan lahir bayi baru lahir dengan hiperbilirubin -emia
Observasi Rekam medis -Berat badan lahir sangat rendah - Berat badan lahir rendah - Berat badan lahir normal Ordinal
(30)
4 Cara Partus
Cara partus ibu bayi baru lahir dengan hiperbilirubin -emia
Observasi Rekam medis
-Spontan -Seksio seaserea
(31)
BAB 4
METODE PENELITIAN
4.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian deskriptif yang akan menentukan gambaran neonatus dengan hiperbilirubinemia di RSUP H. Adam Malik Medan dari periode Januari sehingga Desember 2012. Pendekatan yang digunakan pada desain penelitian ini adalah Cross Sectional Study.
4.2 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan di RSUP H. Adam Malik Medan. Waktu pelaksanaan penelitian ini adalah setelah pembuatan proposal yaitu dari bulan September hingga November 2013.
4.3 Populasi dan Sampel 4.3.1.Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh neonatus yang lahir dari Januari 2012 sehingga Desember 2012 di RSUP H. Adam Malik, Medan. Lokasi ini juga telah dipilih karena rumah sakit ini merupakan rumah sakit umum yang biasanya menjadi rujukan para peneliti di kota Medan ini.
4.3.2.Sampel
Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan secara total sampling. Total sampling adalah teknik penentuan sampel dengan mengambil seluruh anggota populasi sebagai responden/sampel. Data-data dikumpul diambil dari rekam medis. Sehingga yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah neonatus yang lahir dari Januari 2012 sehingga Desember 2012 di RSUP H. Adam Malik, Medan.
(32)
4.4 Teknik Pengumpulan Data 4.4.1 Pengumpulan Data
Prosedur pengumpulan data akan dilakukan setelah mendapat rekomendasi izin pelaksanaan penelitian dari Institusi Pendidikan dan Komisi Etik Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Setelah itu data pasien diambil dari rekam medis dimana data yang digunakan adalah neonatus yang mederita hiperbilirubinemia dari Januari 2012 sehingga Desember 2012 di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik, Medan.
4.5 Pengolahan dan Analisa Data
Pengolahan dilakukan dengan menganalisa data pasien yang diambil dari rekam medis di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik. Analisa data ini akan dilakukan secara deskriptif dengan menggunakan program komputer Windows SPSS.
(33)
BAB 5
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian
5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian
RSUP Haji Adam Malik yang merupakan rumah sakit kelas A sesuai dengan SK Menkes No. 335/Menkes/SK/VII/1990 dan juga sebagai Rumah Sakit Pendidikan sesuai dengan SK Menkes No. 502/Menkes/SK/IX/1991 yang memiliki visi sebagai pusat unggulan pelayanan kesehatan dan pendidikan serta merupakan pusat rujukan kesehatan untuk wilayah pembangunan A yang meliputi Provinsi Sumatera Utara, D.I. Aceh, Sumatera Barat dan Riau. Lokasinya dibangun di atas tanah seluas ± 10 Ha dan terletak di Jalan Bunga Lau No.17 km.12, Kecamatan Medan Tuntungan, Kotamadya Medan, Provinsi Sumatera Utara.
RSUP Haji Adam Malik memiliki fasilitas pelayanan yang terdiri dari pelayanan medis (instalasi rawat jalan, rawat inap, perawatan intensif, gawat darurat, bedah pusat, hemodialisa), pelayanan penunjang medis (instalasi diagnostik terpadu, patologi klinik, patologi anatomi, radiologi, rehabilitasi medis, kardiovaskular, mikrobiologi), pelayanan penunjang non medis (instalasi gizi,farmasi, Central Sterilization Supply Depart(CSSD), bioelektrik medik, Penyuluhan Kesehatan Masyarakat Rumah Sakit(PKMRS), dan pelayanan non medis (instalasi tata usaha pasien,teknik sipil pemulasaraan jenazah).
Bagian rekam medis terletak di lantai dasar tepat dibelakang poliklinik Obstetri Ginekologi RSUP H. Adam Malik Medan.
(34)
5.1.2. Deskripsi Karakteristik Responden
Semua data sampel diambil dari rekam medis pasien. Responden pada penelitian ini sebanyak 42 neonatus yang menderita hiperbilirubinemia di RSUP H.Adam Malik Medan dari Januari sehingga Desember 2012. Karakteristik responden pada penelitian ini dapat dijabarkan sebagai berikut:
5.1.2.1 Jenis Kelamin Neonatus yang Menderita Hiperbilirubinemia
Tabel 5.1. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin pada Tahun 2012
Jenis Kelamin
Jumlah Persentase
(%) Laki-laki Perempuan 25 17 59.5 40.5
Jumlah 42 100
Berdasarkan tabel 5.1, didapati bahawa jumlah responden laki-laki lebih banyak daripada perempuan, dimana sebanyak 25 orang (59.5%) adalah bayi laki-laki dan 17 orang (40.5%) bayi perempuan yang menderita hiperbilirubinemia.
5.1.2.2 Usia Gestasi Neonatus yang Menderita Hiperbilirubinemia
Tabel 5.2. Distribusi Responden Berdasarkan Usia Gestasi pada Tahun 2012
Usia Gestasi Jumlah Persentase
(%) Prematur Term Post Matur 23 15 4 54.8 35.7 9.5
(35)
Berdasarkan tabel 5.2, terlihat bahawa usia gestasi paling banyak adalah pada kelompok prematur yaitu sebanyak 23 orang (54.8%), diikuti dengan kelompok term sebanyak 15 orang (35.7%), sedangkan responden yang paling sedikit adalah dari kelompok post matur yaitu sebanyak 4 orang (9.5%).
5.1.2.3 Berat Badan Lahir Neonatus yang Menderita Hiperbilirubinemia Tabel 5.3. Distribusi Responden Berdasarkan Berat Badan Lahir pada
Tahun 2012 Berat Badan
Lahir
Jumlah Persentase
(%) Normal
Rendah Sangat Rendah
15 22 5
35.7 52.4 11.9
Jumlah 42 100
Berdasarkan tabel 5.3, terlihat bahawa responden yang menderita hiperbilirubinemia paling banyak adalah dari kelompok ‘berat badan lahir rendah’ yaitu sebanyak 22 orang (52.4%), diikuti dengan kelompok ‘berat badan lahir normal’ sebanyak 15 orang (35.7%), sedangkan responden yang paling sedikit adalah dari kelompok ‘berat badan lahir sangat rendah’ yaitu sebanyak 5 orang (11.9%).
(36)
5.1.2.4 Cara Partus Ibu yang Melahirkan Neonatus yang Menderita Hiperbilirubinemia
Tabel 5.4. Distribusi Responden Berdasarkan Cara Partus Ibu pada Tahun 2012
Cara Partus Jumlah Persentase
(%) Spontan
Seksio sesarea
18 24
42.9 57.1
Jumlah 42 100
Berdasarkan tabel 5.4, didapati bahawa responden lebih banyak yang dilahirkan secara seksio sesarea yaitu sebanyak 24 orang (57.1%) sementara responden yang dilahirkan secara spontan adalah 18 orang (42.9%).
(37)
5.2 Pembahasan
Sampel penelitian adalah semua neonatus yang menderita hiperbilirubinemia yang di rawat inap di RSUP H.Adam Malik, Medan dari tanggal 01 Januari sehingga 31 Desember 2012. Semua data sampel diambil dari data sekunder yaitu rekam medis pasien. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah total sampling dengan sebanyak 42 neonatus yang menderita hiperbilirubinemia.
Pada penelitian ini, dari 42 neonatus yang menderita hiperbilirubinemia, didapati sebanyak 25 orang(59.5%) adalah bayi laki-laki dan 17 orang(40.5%) bayi perempuan. Hal ini bersanggah dengan penelitian yang dilakukan di University Hospital of Medicine and Pharmacology, Romania pada tahun 2001 yang menyatakan bahawa lebih banyak bayi perempuan menderita hiperbilirubinemia dibanding bayi laki-laki dengan prevalensi sebanyak 57.14%.
Perbedaan ini kemungkinan disebabkan oleh jumlah bayi perempuan yang lahir di University Hospital of Medicine and Pharmacology, Romania lebih banyak. Hasil ini sesuai dengan pendapat Tioseco dkk yang menyatakan bahawa jenis kelamin merupakan salah satu prediktor hiperbilirubinemia pada neonatus. Faktor yang mempengaruhi hal ini adalah kromosom Y pada neonatus laki-laki yang menyebabkan peningkatan metabolisme dan terjadinya defisiensi maturasi sistem enzim pada pembentukan, metabolisme dan eliminasi bilirubin serum. (Tioseco, 2005)
Dari segi usia gestasi pula, kelompok neonatus yang mendominasi adalah kelompok premature sebanyak 23 orang(54.8%), diikuti oleh matur yaitu 15 orang(25.7%) dan post matur sebanyak 4 orang(9.5%). Hal ini sesuai dengan penelitian di Shri MP Shah Medical College Jamnagar, Gujerat yang menyatakan bahawa kejadian hiperbilirubinemia pada neonatus prematur adalah sebanyak 80%. Ini adalah disebabkan oleh kadar bilirubin serum neonatus yang prematur
(38)
selalunya lebih tinggi dibanding dengan neonatus cukup bulan karena maturasi hati meningkat dengan umur. (Nelson, 2007)
Jika dilihat dari segi berat badan lahir pula, proposi terbesar yang menderita hiperbilirubinemia adalah dari kelompok ‘berat badan lahir rendah’ sebanyak 22 orang(52.4%), diikuti kelompok ‘berat badan lahir normal’ yaitu 15 orang(35.7%), dan akhirnya ‘berat badan lahir sangat rendah’ sebanyak 5 orang(11,9%). Hasil ini sesuai dengan penelitian di Jamnagar, Gujerat yang menyatakan bahawa neonatus dengan berat badan 1500-2500 gram mempunyai kadar bilirubin yang lebih tinggi berbanding kelompok lain.
Bayi dengan berat badan rendah selalunya dikategorikan kurang sehat. Maka neonatus tersebut akan mengalami kesulitan dalam konjugasi bilirubin dan ekskresi bilirubin keluar dari tubuh jika dibandingkan dengan neonatus dalam kelompok ‘berat badan lahir normal’. (Amato.M, 2000)
Berdasarkan cara partus pula, ibu yang melahirkan secara seksio sesarea lebih tinggi yaitu sebanyak 24 orang(57.1%) dibanding dengan yang melahirkan secara spontan pula sebanyak 18 orang(42.9%). Hasil ini sesuai dengan penelitian di Jamnagar, Gujerat pada tahun 2012 yang menunjukkan 36% bayi yang lahir secara seksio sesarea menderita hiperbilirubinemia dibanding dengan lahir spontan adalah sebanyak 24%. Cara partus seksio sesarea seharusnya mempunyai angka kejadian hiperbilirubinemia yang lebih tinggi. Hal ini karena pada persalinan sesarea, risiko terjadi infeksi lebih besar dibanding persalinan spontan. (Bergholt, 2003)
(39)
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan mengenai gambaran karakteristik neonatus yang menderita hiperbilirubinemia di RSUP H.Adam Malik Medan dari Januari sehingga Desember 2012, maka diperoleh kesimpulan seperti berikut:
1. Jumlah bayi yang lahir di RSUP H.Adam Malik Medan pada tahun 2012 adalah sebanyak 402 orang bayi. Dari jumlah itu, neonatus yang menderita hiperbilirubinemia adalah sebanyak 42 orang.
2. Distribusi jenis kelamin pada neonatus yang menderita hiperbilirubinemia paling banyak adalah pada laki-laki sebanyak 25 orang (59.5%).
3. Distribusi usia gestasi pada neonatus yang menderita hiperbilirubinemia paling banyak adalah dari kelompok prematur yaitu sebanyak 23 orang (54.8%).
4. Distribusi berat badan lahir pada neonatus yang menderita hiperbilirubinemia paling banyak adalah dari kelompok ‘berat badan lahir rendah’ sebanyak 22 orang (52.4%).
5. Distribusi cara partus ibu yang melahirkan neonatus yang menderita hiperbilirubinemia yang paling banyak adalah kelahiran seksio sesarea yaitu sebanyak 24 orang (57.1%).
6.2 Saran
Dari seluruh proses penelitian yang telah dijalankan, dapat diungkapkan beberapa saran yang mungkin dapat bermanfaat bagi semua pihak yang berperan dalam penelitian ini. Antara saran yang dapat diberikan ialah :
(40)
1. Kepada Bagian Rekam Medis RSUP Haji Adam Malik, sebaiknya meningkatkan kualitas dan menyimpan data rekam medis dengan lebih sistemik dan lengkap contohnya dalam sistem komputer bagi memudahkan para peneliti mengambil data yang diperlukan pada masa akan datang. 2. Pada penelitian selanjutnya mengenai karakteristik hiperbilirubinemia
pada neonatus sebaiknya menggunakan populasi penelitian yang lebih luas dengan menggunakan data dari beberapa rumah sakit agar dapat memperdalam cakupan penelitiannya sehingga karakteristik penderita hiperbilirubinemia dapat dikenali dengan lebih baik.
3. Meningkatkan kualitas pendidikan, serta keterampilan tenaga/petugas kesehatan agar dapat mendeteksi hiperbilirubinemia lebih dini contohnya pemeriksaan kadar bilirubin pada semua neonatus prematur sebagai langkah awal untuk mencegah penyakit menjadi lebih parah.
(41)
DAFTAR PUSTAKA
Abdurachman Sukadi, Ali Usman, Syarief Hidayat Efendi. 2002. Ikterus Neonatorum. Perinatologi. Bandung. Bagian/SMF Ilmu Kesehatan Anak FKUP/RSHS. 64-84.
American Academy of Pediatrics, 2004. Management of hyperbilirubinemia in the newborn infant 35 weeks of gestation, Clinical Practice Guideline, Subcommittee on Hyperbilirubinemia. Pediatrics 2004; 114:297-316.
Amato M., Huppi P., Markus D., Assesment of Neonatal Jaundice In Low Birth Weight Infants. European Journal of Pediatrics 2000 ; 150: 59-61
Arif, M,.et al. 2007 .Kapita Selekta Kedokteran jilid 2, Edisi III. Jakarta. Media Aesculapius Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. pp 503-05
Asrining Surasmi, Siti Handayani, Heni Nur Kusuma. 2003. Perawatan Bayi Ikterus. Dalam: Perawatan Bayi Resiko Tinggi. Jakarta: EGC.
Behrman, Kliegman, Jenson. 2004. Kernicterus Textbook of Pediatrics. New Yorkl. 17th edition. Saunders. 596-598.
Bergholt, T., Stenderup, J.K., Vedsted-Jakobsen,A., Helm, P., & Lenstrup, C.(2003) Intraoperative surgical complication during cesarean section: an observational study of the incidence and risk factors. Available from :
Cloherty, J.P., Eichenwald, E. C., Stark A. R., 2008. Neonatal hyperbilirubinemia in Manual of Neonatal Care. Edisi ke-5. Philadelphia: Lippincolt Williams & Wilkins, 2004.h. 185-221.
Dubal, G., Joshi, V., 2012. Neonatal factors affecting Neonatal Jaundice in Saurashtra Region of Gujerat. 5th Edition Vol 1. Jamnagar ; 77(2): 145-150 Fx. Wikan Indarto, Ekawaty Lutfia Haksari. 1998. Faktor risiko
hiperbilirubinemia pada bayi baru lahir di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta.Berkala Ilmu Kedokteran, Vol.30, N0.4 Desember. Hal :189-193.
Garna Herry, dkk. 2000. Ikterus Neonatorum. Pedoman Diagnosis dan Terapi Ilmu Kesehatan Anak. Edisi kedua. Bagian/SMF Ilmu Kesehatan Anak FKUP/RSHS. 97-103
(42)
Glasgow, 2000.Jaundice and Hyperbilirubinemia. In: R.E. Behrman, R.Kliegman, H.B. Jenson, Eds. Nelson Textbook of Pediatric, 16 th edition. Philadelphia: W.B. Saunders Company
Gomella TL, Cunningham MD, Eyal FG, Zenk KE. Neonatology: management, procedures, on call problems, diseases, and drugs. Edisi ke-5. New York: McGraw-Hill Companies; 2004.
Hamid, H.A. 2000. “Ikterus Neonatorum”, dalam: Suraatmaja, S., Soetjiningsih (eds), Pedoman Diagnosis dan Terapi Ilmu Kesehatan Anak RSUP Sanglah, Denpasar, cetakan II, Lab/SMF Ilmu Kesehatan Anak Fakultas
Iacob, D., Boia, M. (2011) Neonatal Jaundice- Etiology & Incidence.University of Medicine & Pharmacology, Romania Vol 11 pp 55-56
Kliegman et al. 2007. Nelson Textbook of Pediatrics.18th edition Vol 1. Philadelphia: WB Saunders pp 756-58; 768;772
Kazemaian, M. et all (2001). Study Of Knowledge, Attitude and Practice Of others About Jaundice Of Neonate. Journal Of Guilan University Of Medical Sciences.
Kosim, M.S., Santosa, G.I., dkk. 2004. Standar Pelayanan Medis Kesehatan Anak, edisi I, Ikatan Dokter Anak Indonesia, Jakarta, hal.296-300, 61-63. Rina Triasih, Ekawaty L Haksari, Achmad Surjono. 2002. Kadar bilirubin 24 jam
pertama sebagai faktor prediksi hiperbilirubinemia pada bayi cukup bulan yang sehat. Berkala Ilmu Kedokteran, Vol 34, No3. Hal 141-148. Richard E., et al. 2003. Nelson Textbook of Pediatrics 17th ed. Philadelpia: WB
Saunders Company.
Sarwono, Erwin, et al. 1994. Pedoman Diagnosis dan Terapi Lab/ UPF Ilmu Kesehatan Anak. Ikterus Neonatorum(Hyperbilirubinemia Neonatorum). Surabaya: RSUD Dr.Soetomo. pp 169; 173
Tioseco JA., Aly H., Milner J., Patel K., Mohandes AAE. Does gender affect neonatal hyperbilirubinemia in infants? Pediatric Crit Care Med 2005 ; 6(2): 171-174
Tb. Rudy Firmansjah B.Rifai. 2003. Hiperbilirubinemia. Dalam: Partini P.Trihono, Asti Praborini, penyunting. Pediatrics Update. Jakarta: Ikatan Dokter Anak Indonesia Cab. Jakarta.
(43)
WHO. 2003. Managing newborn problems:a guide for doctors, nurses, and midwives. Departement of Reproductive Health and Research. Geneva: World Health Organization.
Wibowo, S.,2007, Perbandingan Kadar Bilirubin Neonatus Dengan dan Tanpa Defisiensi Glucose-6 Phosphate Dehidrogenase, Infeksi Dan Tidak Infeksi. Available from:
[ Accessed 5 May 2013 ]
(44)
LAMPIRAN 1
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Kaamani Suframanyan
Tempat/ tanggal lahir : Kajang, Selangor, Malaysia/ 07 Mei 1992 Pekerjaan : Mahasiswa
Agama : Hindu
Alamat : Jln Sei Padang Komplek Perjuangan, No.2 Medan Selayang
Riwayat pendidikan : Sijil Pelajaran Menengah (SPM) – 2009 : Foundation In Science - 2010
: Fakultas Kedokteran USU - sekarang
Riwayat Organisasi : Ahli, Persatuan Kebangsaan Pelajar-pelajar Malaysia Indonesia Cawangan Medan. (PKPMI- CM)
(45)
NO REKAM MEDIS JENIS KELAMIN BERAT BADAN LAHIR USIA GESTASI CARA PARTUS
499591 laki-laki Normal Term Seksio
500712 Perempuan Normal Term Seksio
501019 laki-laki Rendah Prematur Normal
501128 laki-laki Sangat Rendah Prematur Normal
501672 laki-laki Normal Term Seksio
504799 Perempuan Normal Term Seksio
506786 laki-laki Normal Post matur Seksio
507596 laki-laki Rendah Prematur Seksio
507620 Perempuan Normal Post matur Seksio
509213 laki-laki Rendah Prematur Normal
509946 Perempuan Rendah Prematur Seksio
511367 Perempuan Normal Term Normal
512511 Perempuan Rendah Prematur Seksio
513469 laki-laki Rendah Prematur Normal
513825 Perempuan Normal Term Seksio
514438 laki-laki Normal Term Seksio
514439 laki-laki Rendah Prematur Seksio
514780 Perempuan Normal Term Seksio
515356 Perempuan Normal Term Seksio
515702 laki-laki Normal Term Seksio
517582 Perempuan Normal Term Seksio
518763 laki-laki Rendah Post matur Seksio
519178 laki-laki Rendah Term Seksio
520324 Perempuan Rendah Prematur Seksio
530325 laki-laki Rendah Prematur Normal
520531 laki-laki Normal Term Normal
523113 laki-laki Rendah Prematur Normal
523736 Perempuan Rendah Prematur Normal
525565 laki-laki Sangat Rendah Prematur Seksio
526247 Perempuan Rendah Prematur Normal
526295 laki-laki Rendah Term Normal
527590 laki-laki Normal Post matur Seksio
529039 laki-laki Rendah Prematur Seksio
530295 laki-laki Sangat Rendah Prematur Normal
532283 laki-laki Rendah Prematur Normal
533458 Perempuan Rendah Prematur Normal
534303 laki-laki Rendah Prematur Normal
538095 Perempuan Sangat Rendah Prematur Seksio
540319 Perempuan Rendah Prematur Seksio
541310 laki-laki Rendah Prematur Normal
541852 laki-laki Sangat Rendah Prematur Normal
(46)
TABEL FREKUENSI Statistics
Jenis Kelamin Bayi
N Valid 42
Missing 0
JENIS KELAMIN BAYI
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid laki-laki 25 59.5 59.5 59.5
Perempuan 17 40.5 40.5 100.0
Total 42 100.0 100.0
Statistics
Usia Gestasi Bayi
N Valid 42
Missing 0
USIA GESTASI BAYI
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Prematur 23 54.8 54.8 54.8
Term 15 35.7 35.7 90.5
Post matur 4 9.5 9.5 100.0
(47)
Statistics
Berat Badan Lahir Bayi
N Valid 42
Missing 0
BERAT BADAN LAHIR BAYI
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Normal 15 35.7 35.7 35.7
Rendah 22 52.4 52.4 88.1
Sangat Rendah 5 11.9 11.9 100.0
Total 42 100.0 100.0
Statistics
Cara Partus Ibu
N Valid 42
Missing 0
CARA PARTUS IBU
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Normal 18 42.9 42.9 42.9
Seksio 24 57.1 57.1 100.0
(48)
(1)
WHO. 2003.
Managing newborn problems:a guide for doctors, nurses, and
midwives.
Departement of Reproductive Health and Research. Geneva:
World Health Organization.
Wibowo, S.,2007,
Perbandingan Kadar Bilirubin Neonatus Dengan dan Tanpa
Defisiensi Glucose-6 Phosphate Dehidrogenase, Infeksi Dan Tidak Infeksi
.
Available from:
[ Accessed 5 May 2013 ]
(2)
LAMPIRAN 1
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama
: Kaamani Suframanyan
Tempat/ tanggal lahir
: Kajang, Selangor, Malaysia/ 07 Mei 1992
Pekerjaan
: Mahasiswa
Agama
: Hindu
Alamat
: Jln Sei Padang Komplek Perjuangan, No.2 Medan
Selayang
Riwayat pendidikan
: Sijil Pelajaran Menengah (SPM) – 2009
: Foundation In Science - 2010
: Fakultas Kedokteran USU - sekarang
Riwayat Organisasi
: Ahli, Persatuan Kebangsaan Pelajar-pelajar
Malaysia Indonesia Cawangan Medan. (PKPMI-
CM)
(3)
NO REKAM
MEDIS
JENIS
KELAMIN
BERAT
BADAN
LAHIR
USIA
GESTASI
CARA
PARTUS
499591 laki-laki Normal Term Seksio
500712 Perempuan Normal Term Seksio
501019 laki-laki Rendah Prematur Normal
501128 laki-laki Sangat Rendah Prematur Normal
501672 laki-laki Normal Term Seksio
504799 Perempuan Normal Term Seksio
506786 laki-laki Normal Post matur Seksio
507596 laki-laki Rendah Prematur Seksio
507620 Perempuan Normal Post matur Seksio
509213 laki-laki Rendah Prematur Normal
509946 Perempuan Rendah Prematur Seksio
511367 Perempuan Normal Term Normal
512511 Perempuan Rendah Prematur Seksio
513469 laki-laki Rendah Prematur Normal
513825 Perempuan Normal Term Seksio
514438 laki-laki Normal Term Seksio
514439 laki-laki Rendah Prematur Seksio
514780 Perempuan Normal Term Seksio
515356 Perempuan Normal Term Seksio
515702 laki-laki Normal Term Seksio
517582 Perempuan Normal Term Seksio
518763 laki-laki Rendah Post matur Seksio
519178 laki-laki Rendah Term Seksio
520324 Perempuan Rendah Prematur Seksio
530325 laki-laki Rendah Prematur Normal
520531 laki-laki Normal Term Normal
523113 laki-laki Rendah Prematur Normal
523736 Perempuan Rendah Prematur Normal
525565 laki-laki Sangat Rendah Prematur Seksio
526247 Perempuan Rendah Prematur Normal
526295 laki-laki Rendah Term Normal
527590 laki-laki Normal Post matur Seksio
529039 laki-laki Rendah Prematur Seksio
530295 laki-laki Sangat Rendah Prematur Normal
532283 laki-laki Rendah Prematur Normal
533458 Perempuan Rendah Prematur Normal
534303 laki-laki Rendah Prematur Normal
538095 Perempuan Sangat Rendah Prematur Seksio
540319 Perempuan Rendah Prematur Seksio
541310 laki-laki Rendah Prematur Normal
541852 laki-laki Sangat Rendah Prematur Normal
(4)
TABEL FREKUENSI
StatisticsJenis Kelamin Bayi
N Valid 42
Missing 0
JENIS KELAMIN BAYI
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid laki-laki 25 59.5 59.5 59.5
Perempuan 17 40.5 40.5 100.0
Total 42 100.0 100.0
Statistics Usia Gestasi Bayi
N Valid 42
Missing 0
USIA GESTASI BAYI
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Prematur 23 54.8 54.8 54.8
Term 15 35.7 35.7 90.5
Post matur 4 9.5 9.5 100.0
(5)
Statistics Berat Badan Lahir Bayi
N Valid 42
Missing 0
BERAT BADAN LAHIR BAYI
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Normal 15 35.7 35.7 35.7
Rendah 22 52.4 52.4 88.1
Sangat Rendah 5 11.9 11.9 100.0
Total 42 100.0 100.0
Statistics Cara Partus Ibu
N Valid 42
Missing 0
CARA PARTUS IBU
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Normal 18 42.9 42.9 42.9
Seksio 24 57.1 57.1 100.0
(6)