Sentuhan Bagian dari Proses Terapeutik Kaloeti

Sent uhan : Bagian dari Proses Terapeut ik ?

Dian Veronika Sakt i 1, Aril Hal ida2
1

Fakul t as Psikologi Universit as Diponegoro, Semarang
2

Fakul t as Psikol ogi Universit as YARSI, Jakart a

Abst r ak :
Kont ak f i si k memai nkan per an yang pent i ng dal am i nt er aksi sosi al , sent uhan sebagai
bagi an di dal amnya merupakan sal ah sat u bent uk yang dapat meni mbul kan konsekuensi
emosional . Sent uhan yang di l akukan secar a t epat akan menci pt akan r asa nyaman, namun
bi l a bi l a t idak t epat maka memuncul kan r asa kecemasan dan ket i daknyamanan. Layaknya
i nt er aksi sosi al , penggunaan sent uhan ker ap di gunakan dal am r el asi ant ar a t er api s dan
kl i en pada pr akt ek konsel i ng maupun psi kot er api . Hal i ni di l akukan mi sal nya saj a ket i ka
kl i en t er l i hat sedih at au menangi s sehi ngga mel al ui sent uhan t er sebut kl i en akan mer asa
di kuat kan kar ena adanya wuj ud empat i konsel or at au t er api s at as masal ah yang t engah
di hadapi nya. Sent uhan yang di maksud di si ni adal ah kont ak f i si k non-seksual ant ar a
konsel or at au t er apis dengan kl i en, mi sal nya saj a menyent uh pundak, l engan, pel ukan,

at au sekedar mengel us t angan kl i en. Sent uhan i ni dapat di maknai sebagai sesuat u yang
ber si f at t er apeut i k (menyembuhkan) namun dapat saj a di r asakan sebagai hal yang dapat
menghambat kenyamanan sel ama proses t er api . Ar t i kel i ni ber t uj uan unt uk member i kan
penj el asan mengenai f ungsi sent uhan dal am pr akt ek konsel i ng maupun psi kot er api ser t a
kemungki nan ef ek negat i f yang dapat menyer t ai nya. Sel ai n i t u, bat asan-bat asan
penggunaan sent uhan j uga akan di ul as dal am ar t i kel i ni sehi ngga dapat di gunakan sebagai
pedoman dal am pr akt ek konsel i ng maupun t er api .
Kat a kunci : sent uhan, konsel i ng dan psi kot er api , t er apeut i k.

Sent uhan, ist il ah ini menunj uk pada suat u bent uk kont ak f isik yang dil akukan
seseorang pada orang l ain. Dimensi berupa sent uhan memainkan peran yang pent ing dal am
int eraksi kit a dengan dunia l uar. Ebisch et al (2008) menj el askan bahwa sent uhan dapat
diart ikan sebagai ekspresi ket erhubungan at au rel asi kit a dengan orang l ain. Biasanya
sent uhan ini digunakan sebagai wuj ud komunikasi non verbal dan didal amnya t erdapat
muat an kasih sayang. El usan l embut , pel ukan, merangkul , merupakan bent uk-bent uk
sent uhan f isik yang kerap dil akukan pada orang yang kit a sayangi. Semua peril aku ini
menunj ukkan besarnya perhat ian dan kasih sayang kit a pada orang l ain. Namun demikian,
kit a t idak l ant as mel akukan t indakan serupa pada orang yang kurang begit u dekat secara
emosional . Penel it ian Hunt er dan St ruve (1998) mengenai kont ak f isik, mendapat kan hasil
bahwa unt uk masyarakat Jepang, mereka akan sering sekal i mel akukan kont ak f isik ket ika


1

berada di ruang publ ik, namun pada saat berada di rumah mereka mempunyai at uran
t ersendiri mengenai dengan siapa, seberapa sering dan sej auh mana kont ak f isik it u
dil akukan. Hal ini membukt ikan bahwa set iap individu memil iki at uran mengenai rel asi dan
kont ak f isik; dipengaruhi ol eh budaya dan l at ar bel akang sosial , norma yang berl aku, sert a
pengal aman pribadi individu t ersebut .
Secara f isiologis, persepsi t erhadap sent uhan yang dirasakan ol eh seseorang sangat
mempengaruhi respon f isiol ogis individu t ersebut . Ket ika individu merasakan kont ak f isik
at au sent uhan pada sit uasi yang t idak nyaman,

ambigu,

menakut kan maka akan

meningkat kan det ak j ant ung, t ekanan darah dan koakt ivasi sist em simpat et ik sert a
sebal iknya. (Wil hem et al , 2001).
Berdasarkan st udi il miah, seorang psikol og perkembangan sekal igus pendiri Touch


Resear ch Inst i t ut es di Washingt on, D. C, Tif f any Fiel d, Ph. D menj el askan bahwa sent uhan
f isik memil iki ef ek posit if t erhadap kesehat an f isik dan psikol ogis (Dess, 2000). Bahkan dari
hasil penel it ian t ersebut , dikembangkan suat u j enis t erapi yakni Massage Ther apy yang
diperunt ukkan bagi kl ien dengan usia bayi hingga dewasa. Hasil penel it ian l ain mendukung
t emuan diat as, menyat akan bahwa sent uhan merupakan sal ah sat u f akt or krusial yang
menent ukan perkembangan f isik dan emosional bayi, dan pada orang dewasa sent uhan
dapat meningkat kan sist em kekebal an t ubuh, menurunkan st ress dan depresi (Fox, 2008).
Penggunaan sent uhan dal am proses t erapi merupakan isu yang cukup kont roversial
dan merupakan t opik yang sensit if dan probl emat is, disamping secara pot ensial memil iki
manf aat yang membant u dan menyembuhkan dal am proses t erapi (Shaw, 2003). Sent uhan
dal am proses t erapi dipandang mengunt ungkan apabil a memenuhi kebut uhan kl ien. Tune
(2001) dal am penel it iannya mengenai penggunaan sent uhan dal am int ervensi psikol ogis
mendapat kan hasil bahwa sent uhan merupakan t opik yang sensit if dan t idak mudah unt uk
dibicarakan bahkan ol eh t erapis sekal ipun. Walaupun t idak bisa dipungkiri, survey yang
dil akukan pada anggot a Amer i can Academy of Psychot her api st mendapat kan dat a bahwa
hanya 13% t erapis yang t idak pernah menyent uh kl iennya (Tirnauer et al , 2006). St udi yang
dil akukan ol eh St rozier et al (2003), memperol eh suat u gambaran bahwa 95% pekerj a sosial
menggunakan sent uhan dal am proses t erapi dengan kl ien. Sent uhan yang digunakan pun
beragam, mul ai dari mengel us t angan, l engan, dan punggung, bahkan ada pul a responden
yang memel uk kl ien.

Dal am

prakt ek

konsel ing maupun

psikot erapi,

penggunaan

sent uhan

kerap

digunakan ol eh konsel or at au t erapis pada kl ien. Hal ini dil akukan misal nya saj a ket ika
kl ien t erl ihat sedih at au menangis sehingga mel al ui sent uhan t ersebut kl ien akan merasa

2

dikuat kan karena adanya wuj ud empat i konsel or at au t erapis at as masal ah yang t engah

dihadapinya. Sent uhan yang dimaksud disini adal ah kont ak f isik non-seksual ant ara
konselor at au t erapis dengan kl ien, misal nya saj a menyent uh pundak, l engan, at au
sekedar mengel us t angan kl ien. Leij j sen (2006) mengemukakan bagian t ubuh yang
merupakan accept abl e par t dal am proses psikot erapi adal ah bagian t angan, daerah
pundak, dan punggung bel akang. St rozier, et al (2003) menj el askan bahwa sent uhan
merupakan bent uk kasih sayang dan kehadiran t erapis bagi kl ien.
Sent uhan f isik dal am prakt ek konsel ing dan psikot erapi sangat t ergant ung pada
orient asi t eori yang digunakan ol eh konsel or at au t erapis (St rozier et al . , 2003). Bagi
konselor

maupun

t erapis

yang

berorient asi

pada


model

humanist ik

cenderung

menggunakan t eknik sent uhan dal am prakt eknya. Lain hal nya dengan t erapis yang
menggunakan pendekat an psikodinamika, behaviorist ik, dan rasional -kognit if , mereka
cenderung t idak menggunakan banyak t eknik sent uhan dal am prakt ek konsel ing at au
t erapinya.
Temuan Fagan dan Sil vert horn (1998) (dal am Shaw, 2003) mel ibat kan sent uhan
sebagai bagian dari komunikasi emosi, dimana kemampuan seseorang mengenai hal
t ersebut berpengaruh kepada kesehat an ment al nya. Sehingga sent uhan dapat memil iki
ef ek power f ul dal am set t ing psikot erapi. Sent uhan dal am sudut pandang t erapi humanist ik
dil ihat sebagai ekspresi genui ne yang al ami, car i ng r el at i onshi p ; sement ara dal am t radisi
psikodinamika, sent uhan dianggap sebagai kebut uhan unt uk diperhat ikan, dibimbing dan
didukung, sert a unt uk memenuhi kebut uhan perkembangan individu (Leij ssen, 2006).
Asumsi dasarnya adal ah kont ak f isik yang dil akukan akan berkorel asi dengan perasaan dan
memori masa kecil , sert a kebut uhan kasih sayang dari f igur orang t ua (dal am hal ini yang
memberikan sent uhan), sehingga unt uk beberapa kasus t ert ent u sent uhan j uga akan

sangat berguna bagi kl ien yang memil iki pengalaman diabaikan baik f isik dan emosional
ol eh kel uarga at au kl ien yang pernah mengal ami penyiksaan f isik. Dengan sent uhan it u
pul a, kl ien akan merasakan

adanya bent uk kasih sayang l ayaknya orang t ua pada anak

yang mungkin sel ama ini t idak pernah dirasakannya.
Tradisi

t ersebut diat as dirangkum ol eh Smit h (1998), bahwa sent uhan dal am

psikot erapi dapat dil ihat sebagai ekspresi genui ne ant ar individu yang sedang berint eraksi,
hal ini dapat berf ungsi sebagai sal ah sat u st rat egi unt uk mendukung dan memperhat ikan,
dapat pul a merupakan int ervensi sist emat is f ormal unt uk membant u mengekspresikan
perasaan t erdal am individu.

3

Beberapa ahl i yang mengat akan bahwa t eknik sent uhan dapat diapl ikasikan
manakal a hubungan t erapis – kl ien sudah masuk pada t ahap sal ing percaya dan kl ien sudah

menunj ukkan kemaj uan dal am cara berpikir t ent ang apa yang dial aminya (Wil son dal am
St rozier et al . , 2003). Ol eh Hunt er dan St ruve (1998) dikemukakan j uga beberapa t ipe
kont ak f isik yang dapat t erj adi ant ara t erapis dan kl ien sel ama proses t erapi, yait u :
a. At t ent i onal -af f ect i onal t ouch ; t erapis t idak int ensif mel akukan kont ak dengan
kl ien. Sent uhan t angan, berj abat t angan, merupakan sal ah sat u bent uk unt uk
memberikan rasa nyaman dan percaya pada t erapis.
b. Emot i onal -expressive t ouch ; sent uhan ini diberikan pada saat r appor t t el ah
t erj al in dengan baik, karena t erapis akan int ensif mel akukan kont ak f isik dengan
kl iennya. Sent uhan yang diberikan sal ah sat unya bert uj uan unt uk memberikan
dukungan dan prot eksi pada kl ien.
c. Cat har t i c

t ouch

:

merupakan

kont ak


f isik

yang

memf asil it asi

muncul nya

pengekspresian dan ekspl orasi emosi secara mendal am dari kl ien. Area ini
merupakan area spesif ik,

dimana kont ak f isik yang dil akukan ol eh t erapis

berhubungan dengan bagian t ubuh yang menj adi t rigger bagi kl ien, dan membuka
memori dan emosi t ert ent u sehingga memuncul kan kat arsis emosi.
Sent uhan yang dil akukan dipercaya membuat kl ien merasa nyaman, bahwa t erapis
ada unt uk mereka, menunj ukkan bent uk empat i at as permasal ahan yang dial ami kl ien,
unt uk menguat kan, dan membant u kl ien mel epaskan emosi-emosi yang dit ekan, sert a
sebagai sal ah bent uk af eksi t erhadap kl ien. Sent uhan j uga merupakan bent uk komunikasi
penerimaan dan dapat membant u kesembuhan klien (St rozier et al . , 2003).

Berdasarkan hasil pengal aman dan pengamat an yang dil akukan ol eh penul is ket ika
memprakt ekkan

penggunaan

t eknik

sent uhan

saat

proses

konsel ing

dan

t erapi,

menunj ukkan bahwa kl ien t erl ihat l ebih t enang dal am mengungkapkan apa yang menj adi

beban emosional nya. Misal nya saat kl ien menangis, dengan sent uhan t ersebut , kl ien dapat
l ebih menguasai emosi negat if nya. Hal ini dapat diket ahui dari t arikan naf asnya yang j auh
l ebih t erat ur dan rit me bicara yang l ebih t ert at a.
Namun, kekhawat iran yang sering muncul apabil a menggunakan sent uhan dal am
proses t erapi yait u akan muncul nya t ransf erens, ret raumat isasi (ket ika sent uhan t ernyat a
menj adi sumber/ obj ek t rauma kl ien). Beberapa ahl i mengungkapkan j uga beberapa ef ek
negat if dari sent uhan dal am proses konsel ing maupun t erapi, misal nya ket ergant ungan
kl ien t erhadap konsel or at au t erapis, muncul nya kebut uhan-kebut uhan yang t idak sehat ,

4

sert a dapat mengakibat kan hubungan t erapeut ik yang j ust ru membahayakan (Wilson dal am
St rozier

et

al . ,

2003),

sehingga pert imbangan

et is dal am

proses t erapi

berupa

pengkomunikasian bahwa t erapis akan membangun hubungan yang sal ing menghargai dan
mempercayai ant ara t erapis dan kl ien merupakan hal yang sangat pent ing. Jel asnya ikat an
yang t erj al in sel ama proses t erapi, dan komunikasi yang t erbuka ant ara t erapis dan kl ien
akan menghindari t erj adinya isu-isu negat if dal am t erapi.
Disebut kan pul a bahwa sent uhan dapat dimaknai secara berbeda ol eh masingmasing kl ien. Bagi beberapa kl ien yang mengalami kecemasan misal nya, ef ek sent uhan
mungkin akan dianggap dapat menurunkan simt om kecemasannya. Namun hal ini bel um
t ent u berl aku bagi kl ien l ain meski dengan gangguan yang sama. Sent uhan bagi beberapa
kl ien mungkin dapat memuncul kan suat u perasaan t idak dihargai ol eh konsel or at au
t erapis. Bahkan bagi kl ien-kl ien dengan permasal ahan yang ekt rem (misal nya depresi,
korban pemerkosaan, kekerasan f isik, dsb), dapat mengart ikan sent uhan t ersebut sebagai
bent uk pel ecehan karena sent uhan t ersebut dianggap membangkit kan ef ek masa l al u yang
menyakit kan.
Hal yang harus dipahami bersama adal ah, hubungan t erapeut ik bukanl ah hubungan
sosial , dimana hubungan t erapeut ik mel ibat kan sikap prof esional dari masing-masing
pihak. Ada banyak resiko ket ika sent uhan digunakan dal am proses int ervensi j ika makna
sent uhan t ersebut t idak dipahami, baik ol eh kl ien maupun konsel or dan t erapis. Makna
sent uhan kl ien-t erapis berbeda dengan makna sent uhan yang biasa dil ibat kan dal am
sit uasi sosial .
Ada at au t idaknya penggunaan sent uhan dal am hubungan t erapeut ik, t ent u
menj adi pil ihan dan kebij akan t ersendiri bagi set iap konsel or dan t erapis. Ada banyak hal
yang perl u dipert imbangkan sebel um memut uskan unt uk mel ibat kan t eknik sent uhan
dal am proses konsel ing at au t erapi. Misal nya saj a bagaimana karakt erist ik individual kl ien
(j angan sampai sent uhan yang kit a berikan j ust ru membuat kl ien berada pada posisi
regresi at au inf ant il ),

kondisi emosional kl ien pada saat proses konsel ing berl angsung,

maupun bahasa t ubuh yang dit unj ukkan ol eh kl ien (apakah t erl ihat memerl ukan sent uhan,
dsb), l at ar bel akang, norma sert a kebudayaan set empat .
Penggunaan sent uhan dal am proses konsel ing dan t erapi sendiri memil iki beberapa
ket ent uan sehingga sent uhan t ersebut t idak menimbul kan suat u bent uk pel ecahan dari
pihak konsel or / t erapis t erhadap kl ien. Sepert i yang t ert uang dal am buku Kode Et ik
Psikol ogi Indonesia, psikol og dil arang unt uk mel akukan hal -hal yang mengandung unsur
eksploit asi, sepert i pel ecehan seksual . Karena it u, masal ah et ika (kesopanan), agama,

5

sosial dan budaya perl u diperhat ikan dengan sebaik-baiknya. Sehingga proses konsel ing
at au t erapi yang t engah dij al ani t idak dinil ai sebagai bent uk pel anggaran at au pel ecehan
seksual t erhadap kl ien yang bersangkut an.

DAFTAR PUSTAKA
Dess, N. K. (2000). St udies Give New Meaning t o Hand-on Heal ing. Psychol ogy Today,
Mar ch/ Apr i l .
Ebisch, S. J. H. , Pemicci, M. G. , Ferret t i, A. , Grat t a, C. D. , Romani, G. L. , & Gal l esse. (2008).
The Sense of Touch : Embodied Simul at ion in a Visuot act il e Mirroring Mechanism
f or Observed Animat e or Inanimat e Touch. Journal of Cogni t i ve Neur osci ence, 20,
1611 – 1623.
Fox, Su. 2008. Rel at i ng t o Cl ient s : The Therapeut i c Rel at i onshi p f or Compl ement r ay

Ther api st s. London/ Phil adelphia : Jessica Kingsl ey Publ ishers
Hunt er, M. , & St ruve, J. 1998. The Et hi cal Use of Touch i n Psychot her apy. Thousand
Oaks/ London/ New Del hi : Sage.
Leij j sen. M. 2006. Val idat ion of The Body in Psychot herapy. Jour nal of Humani st i c

Psychol ogy , 46 (2), 126-146.
Shaw, R. 2003. The Embodi ed Psychot her api st : The Ther apist Body St or y . Hove and New
York : Bruner-Rout l edge, Tayl or and Francis Group.
Smit h, E. W. L. 1998. Tradit ion of Touch in Psychot herapy. In : E. W. L. Smit h. , P. R. Cl ance. ,
& S. Imes (Eds. ), Touch i n Psychot her apy : Theor y, Resear ch, and Pr act i ce (pp. 315). New York : Guil dford.
St rozier, A. L., Krizek, C. , & Sal e. (2003). Touch : It s Use in Psychot herapy. Jour nal of
Soci al Wor k Pr act i ce, 17, 1, 49 – 62.
Tirnauer, L. , Smt ih, E., & Fost er, P. 2006. The American Academy of Psychot herapist
Research Commit t ee Survey of Members. Voi ces, 32 (2), 87-94.
Tune, D. 2001. Is Touch a Val id Therapeut ic Int ervent ion? Counsel l i ng and Psychot her apy

Resear ch , 1(3), 167-171.

6

Wil hem, F. H. , Kochar, S. A., Rot h, W.T. , & Gross, J. J. 2001. Social Anxiet y and Response t o
Touch: Incongruence Bet ween Sel f -Eval uat ive and Physiol ogical React ions,
Biol ogical Psychol ogy, 58, 181-202.

7

8