PROSES KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT DAL

PROSES KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT DALAM MEMPERSUASI PASIEN UNTUK BERAKTIVITAS

( Studi Deskriptif Kualitatif pada Perawat dengan Pasien Rumah Sakit Jiwa Menur Provinsi Jawa Timur )

Luki Ritanto

Jurusan Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Brawijaya

Penelitian ini merupakan penelitian Deskriptif Kualitatif, bertujuan untuk mengetahui proses komunikasi terapeutik yang digunakan perawat dalam mempersuasi pasien penderita gangguan jiwa untuk melakukan aktivitas perawatan di Rumah Sakit Jiwa Menur Provinsi Jawa Timur. Hasil penelitian menunjukan bahwa komunikasi yang digunakan perawat untuk mempersuasi pasien melakukan aktivitas adalah menggunakan komunikasi khusus terapeutik meliputi proses mempersiapkan diri (pra-interaksi), Pengenalan (orientasi), Tahap kerja, dan Evaluasi (terminasi). Komunikasi disesuaikan dengan kondisi permasalahan pasien, seperti memberikan pesan yang mengandung unsur terapi secara psikologis seperti motivasi, dukungan, dan pujian. Dalam proses komunikasi, perawat melibatkan sikap empati, positif, mendukung, terbuka dan kesetaraan.

Komunikasi yang dilakukan oleh perawat dalam mempersuasi pasien melibatkan bahasa verbal dan nonverbal. Verbal menggunakan bahasa yang disesuaikan dengan bahasa pasien. Nonverbal yang meliputi Kinesik, Haptics, Paralinguistik, Proxemics, Olfaction, Physical appearance. Bahasa nonverbal membantu untuk memperjelas bahasa verbal yang digunakan pada saat berkomunikasi dengan pasien. Hambatan komunikasi interpersonal yang terjadi yaitu gangguan physiological dan psychological.

Kata Kunci : Komunikasi terapeutik, persuasi, aktivitas perawatan jiwa

PENDAHULUAN

komunikasi tentunya sangat penting dilakukan oleh para perawat dalam

Menurut Fisher (1986) (dalam Arifin, 2003, h. 20) bahwa tidak ada

melayani para pasiennya. Perawatan dalam Rumah Sakit Jiwa Menur sangat

persoalan sosial dari waktu ke waktu yang tidak melibatkan komunikasi di dalamnya.

membutuhkan penangganan yang khusus dan berbeda dengan rumah sakit pada

Justru dari waktu ke waktu manusia selalu dihadapkan dengan masalah sosial, yang

umumnya, karena pasien di sini bukan penyelesaiannya melibatkan komunikasi di

hanya mengalami sakit fisik seperti pada dalamnya. Dapat dipahami di sini adalah

umumnya melainkan pada gangguan hampir semua bidang pekerjaan selalu

kejiwaan.

ada komunikasi sabagai komponennya.

terapeutik merupakan Misalkan bidang sosial, pendidikan,

Komunikasi

komunikasi khusus yang dilakukan pada bahkan termasuk bidang kesehatan dan

bidang kesehatan, komunikasi terapeutik bidang ilmu lainnya. Ini dapat terlihat

terjadi di antara perawat dengan bahwa komunikasi merupakan suatu hal

bertujuan untuk yang sangat berperan penting dalam

pasiennya

yang

menyelesaikan masalah yang sedang kehidupan manusia.

dialami oleh pasien, dengan maksud Begitu

perawat dapat mengubah perilaku pasien keperawatan yang ada di Rumah Sakit

menuju kesembuhan (Mundakir, 2006, h. Jiwa Menur Provinsi Jawa Timur, proses

116), termasuk pada bidang keperawatan 116), termasuk pada bidang keperawatan

penelitian yang telah dijabarkan peneliti untuk tujuan terapi pada saat proses

diatas lebih kepada komunikasi yang perawatan pasien gangguan jiwa yang

dilakukan terhadap penyandang ODAPUS ada di Rumah Sakit Jiwa Menur Provinsi

dan komunikasi pada Rumah Sakit Umum. Jawa Timur.

Dari penelitian tersebut menunjukan bahwa Mengenai komunikasi terapeutik, peneliti

pentingnya sebuah komunikasi dalam sebelumnya menjumpai penelitian yang

bidang perawatan, maka dari penelitian membahas masalah komunikasi terapeutik.

tersebut memberikan rujukan peneliti Penelitian tersebut dilakukan oleh Nurly

sehingga tertarik untuk membahas Meilinda lulusan Program Magister

penelitian pada Rumah Sakit Jiwa yang Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas

dimana dalam perawatan di Rumah Sakit Padjadjaran pada tahun 2012. Tesis ini

Jiwa membutuhkan penanganan yang membahas mengenai bagaimana proses

berbeda daripada Rumah Sakit Umum komunikasi terapeutik konselor dalam

yang menderita sakit pada fisik. Mengapa menangani orang dengan lupus (ODAPUS).

perawat? Karena perawat adalah orang Hasil dari penelitian ini menyebutkan

yang lebih sering berhubungan dengan bahwa komunikasi terapeutik yang

pasien, sehingga perawatlah yang lebih dilakukan oleh konselor dan ODAPUS

mendominasi dalam proses perawatan yang tergabung di Yayasan Syamsi Dhuha

dibandingkan dengan tim kesehatan lain Bandung ternyata melibatkan penggunaan

seperti dokter. Hal tersebut seperti yang simbol verbal dan nonverbal dalam

diungkapkan oleh Kozier Barbara (1995, menangani pasiennya.

h. 21), menurutnya perawat merupakan Selain itu, peneliti juga menemui

anggota tim kesehatan yang paling lama penelitian yang membahas mengenai

melakukan kontak dengan klien/pasiennya keterhubungan komunikasi interpersonal

dalam proses perawatan. Pada saat (terapeutik) yang dilakukan oleh perawat

peneliti melakukan observasi di Rumah terhadap penyembuhan pasien rawat inap

Sakit Jiwa Menur, peneliti melihat pada SMF Penyakit Dalam di Rumah Sakit Umum

saat proses perawatan seorang perawat Dr. Pirngadi Medan. Yang dimana

terlihat lebih sering berhubungan dengan penelitian ini dilakukan oleh Wina Arfina

pasiennya dibandingkan dengan dokter. Hasibuan lulusan Program Magister

Pihak dokter terlihat bertemu dengan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik,

saat melakukan Program Ekstension Medan, Universitas

pasiennya

pada

pemeriksaan kondisi pasiennya, sedangkan Sumatera Utara, pada tahun 2008. Hasil

perawat hampir selalu bertemu dengan dari penelitian ini menunjukan bahwa

pasiennya. Disini terlihat yang lebih terdapat keterhubungan yang cukup

banyak berhubungan dengan pasien berarti antara komunikasi interpersonal

perawat karena (terapeutik)

adalah

seorang

perawatlah yang akan membimbing penyembuhan pasien di Rumah Sakit Dr.

perawat

terhadap

pasiennya setiap hari untuk melakukan Pirngadi Medan.

aktivitas perawatannya. Dari penelitian tersebut maka, peneliti merasa tertarik untuk membahas

Terdapat banyak peran dan fungsi masalah mengenai komunikasi terapeutik

perawat, namun ada hal mendasar yang dalam bidang keperawatan di Rumah

menjadi fokus dari penelitian yang akan Sakit Jiwa Menur Provinsi Jawa Timur.

peneliti lakukan, yaitu adalah proses peneliti lakukan, yaitu adalah proses

terapeutik dan tujuannya, namun berbeda mempersuasi perilaku para pasien Rumah

dengan pengertian yang dijelaskan oleh Sakit Jiwa Menur untuk beraktivitas.

Videbeck di sini menerangkan bahwa Bertolak dari masalah fungsi dan tugas komunikasi terapeutik adalah suatu interaksi interpersonal antara perawat dan klien yang

seorang perawat serta begitu pentingnya selama interaksi berlangsung, perawat arti komunikasi bagi manusia dalam berfokus pada kebutuhan khusus klien untuk kehidupan sehari-hari, terutama dalam

meningkatkan pertukaran informasi yang segala hal bidang pekerjaan seperti

efektif antara perawat dan pasien (Videbeck, pekerjaan seorang perawat Rumah Sakit

2008, h.123). Pada pengertian ini lebih pada Jiwa Menur, dimana perawat di Rumah

interaksi interpersonal dan perawat di sini Sakit Jiwa menur ini memperlakukan

lebih menekankan pada pertukaran informasi pasiennya berbeda dengan orang yang

yang efektif.

normal, khususnya komunikasi yang Dari beberapa pengertian di atas

digunakan dalam mengurus pasien dapat dipahami dan ditarik suatu kesimpulan

terapeutik adalah digunakan pada saat mengurus orang

berbeda dengan komunikasi yang

bahwa

komunikasi

komunikasi yang dilakukan oleh seorang normal pada umumnya.

perawat dengan menggunakan teknik-teknik Berdasarkan latar belakang yang

tertentu yang mempunyai efek sebuah telah

penyembuhan. Komunikasi terjadi dengan sebelumnya maka disini peneliti sangat

tujuan menolong pasien melalui pendekatan tertarik untuk meneliti masalah komunikasi

personal, perasaan, emosi, kepercayaan yang dilakukan perawat Rumah Sakit Jiwa

antara kedua belah pihak yaitu pasien dengan perawat. Komunikasi dalam mempersuasi para pasiennya, terapeutik merupakan salah satu cara untuk menjalin

terutama pada komunikasi terapeutik yang hubungan saling percaya antara pasien dan

dipakai oleh perawat. Dimana semua itu

diharapkan dapat memerlukan cara-cara yang dilakukan

perawat, sehingga

berdampak pada perubahan yang lebih baik seorang

untuk pasien dalam menjalankan terapi dan komunikannya, yaitu dari perawat sebagai

komunikator

kepada

membantu pasien dalam upaya mengatasi komunikatornya kepada para pasien

persoalan yang dihadapi pada tahap sebagai

menggunakan komunikasi yang baik dan

Tujuan Komunikasi Terapeutik

efektif Seperti yang diungkapkan oleh

Komunikasi Terapeutik

Purwanto (1994) (dalam Yanti, 2007, h.11) ia berpendapat bahwa komunikasi terapeutik itu

mempunyai tujuan yaitu menolong pasien guna komunikasi yang dilakukan atau direncana

Komunikasi terapeutik

merupakan

memperjelas dan mengurangi beban perasaan untuk tujuan terapi, dan kegiatan tersebut

dan pikiran serta mengambil tindakan untuk dipusatkan untuk kesembuhan pasien. Seorang

mengubah situasi yang ada apabila pasien penolong atau perawat dapat membantu

percaya dengan hal yang diperlukan atau klien/pasien mengatasi

dibutuhkan, untuk mengurangi keraguan, dihadapinya melalui komunikasi tersebut

masalah yang

membantu didalam hal mengambil suatu (Machfoedz, 2009, h.99). Pengertian ini

tindakan yang efektif dan mempengaruhi menekankan pada cara perawat ketika

orang lain, baik lingkungan fisik maupun menghadapi masalah dengan pasiennya. Dari

dirinya sendiri. Dari penjelasan yang telah pengertian yang dijelaskan oleh Machfoedz di

diungkapkan oleh Purwanto tersebut menurut diungkapkan oleh Purwanto tersebut menurut

meliputi memberikan salam, karena hanya menjelaskan bertujuan untuk

dilakukan

menyapa dan tersenyum pada klien, menolong pasien baik itu dari segi lingkungan

memperkenalkan nama perawat, menanyakan ataupun fisik pasien itu sendiri. Namun

nama panggilan kesukaan pasien, menjelaskan penjelasan tersebut menurut peneliti semakin

tanggung jawab dari perawat terhadap disempurnakan

pasien, menjelaskan peran perawat dan klien, penjelasan seperti yang dijelaskan oleh

menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan, Videbeck (2008, h.123) ia menjelaskan bahwa

menjelaskan tujuan, menjelaskan waktu yang komunikasi terapeutik digunakan untuk

dibutuhkan untuk melakukan kegiatan dan beberapa tujuan: a) Membangun hubungan

menjelaskan kerahasiaan. c. Tahap kerja: terapeutik perawat dengan pasien. Berarti

Kegiatan yang dilakukan meliputi perawat disini lebih menekankan pada bagaimana

bertanya, memberi kesempatan pada perawat tersebut bisa menjaga hubungan baik

klien/pasien untuk bertanya, menanyakan untuk memperlancar proses penyembuhan

keluhan utama atau keluhan yang mungkin terutama dengan komunikasi yang digunakan.

berkaitan dengan kelancaran pelaksanaan b) Mengidentifikasi masalah klien tepat pada

kegiatan, memulai kegiatan dengan cara yang waktunya (tujuan berpusat pada klien/pasien).

baik dan melakukan kegiatan sesuai dengan Dapat dipahami disini adalah perawat dapat

rencana. d. Tahap terminasi: Kegiatan yang mengetahui masalah dan cepat dan tepat

meliputi menyimpulkan hasil dengan pasien. c) Mengkaji persepsi

dilakukan

kegiatan (evaluasi hasil dan proses), klien/pasien tentang masalah saat pasien

memberikan dorongan positif, merencanakan terbuka dalam menceritakan peristiwa

tindak lanjut dengan klien, melakukan kontrak tersebut. Dapat dipahami disini lebih

untuk pertemuan selanjutnya (waktu, tempat, menekankan pada pihak perawat sebagai

topik) dan mengakhiri kegiatan dengan cara pengamat dan pengambil kesimpulan atas

yang baik.

apa yang diungkapkan pasien. d) Mengenali kebutuhan mendasar klien/pasien. Pengertian

Karakteristik Komunikasi Terapeutik

ini menekankan pada cara perawat Didalam komunikasi terapeutik yang

menghadapi pemecahan masalah dengan akan dilakukan oleh perawat tentunya

pasien. e) Memandu klien/pasien dalam terdapat tiga hal yang menjadi karakteristik mengidentifikasi cara pencapaian solusi yang dari komunikasi terapeutik. Menurut Arwani

memuaskan dan dapat diterima oleh pasien. (2002, h. 54), karakteristik tersebut yaitu:

Perawat disini lebih sebagai pengontrol dan pemberi jalan keluar untuk masalah pasien.

1. Warmth (kehangatan)

Tahapan dalam Komunikasi Terapeutik

Diharapkan

adannya sikap kehangatan oleh seorang perawat diharapkan

melalui

Berikut adalah

tahapan-tahapan

supaya perawat dapat mempengaruhi atau interaksi perawat-pasien dalam komunikasi

mengajak seorang klien/pasien dapat terapeutik menurut (Machfoedz, 2009, h. 107),

mengungkapkan ide-ide yang ada dalam a. Tahap pra-interaksi: pada tahap ini

pikirannya tanpa ada rasa takut. Sekaligus merupakan kegiatan yang dilakukan meliputi

pasien untuk mengumpulkan

mengekspresikan apa saja yang sedang mengeksplorasi perasaan, fabtasi dan

dirasakannya didalam bentuk perbuatan atau ketakutan klien, membuat rencana pertemuan

ucapan dengan lebih mendalam. dengan klien (kegiatan, waktu dan tempat).

Jadi dari penjelasan tersebut dapat dipahami 2. Genuiness (keikhlasan) bahwa pra-interaksi dimaksudkan untuk

perawat melakukan persiapan sebelum Ketika seorang perawat akan membantu melakukan pertemuan dengan pasiennya. b.

klien/pasien disarankan agar seorang klien/pasien disarankan agar seorang

apa yang dimaksud dengan bahasa atau perasaan, nilai, dan sikap yang dimiliki

mengenai

komunikasi verbal, namun pengertian yang terhadap kondisi seorang klien/pasien. Jadi

telah diungkapkan oleh Mulyana diatas dapat dipahami oleh peneliti disini ialah

berbeda dengan yang diungkapkan oleh seorang perawat dalam melakukan komunikasi

Hocket dalam (DeVito, 1997, h.119) bahasa terapeutik dengan pasiennya seharusnya

atau komunikasi verbal dapat diaplikasikan dapat mengerti dan menerima perasaan baik

dalam bentuk berbicara (lisan) ataupun bentuk atau buruk yang dimiliki oleh pasiennya.

tulisan. Disini ia lebih mendefinisikan komunikasi verbal merupakan komunikasi

3. Empathy (empati) menggunakan bahasa dapat diibaratkan

sebagai kode atau sistem simbol yang Empati dapat dikatakan sebagai suatu

kemudian digunakan untuk membentuk pesan perasaan seseorang perawat terhadap sikap

atau rasa “pemahaman” dan “penerimaan” atau bahasa verbal. Bahasa sebagai sistem produktif yang dapat dialih-alihkan dan

terhadap apa yang sedang dirasakan oleh terdiri atas simbol-simbol yang cepat lenyap,

seorang pasien, dan selain itu dapat disebut bermakna bebas, dan dipancarkan secara

sebagai suatu kemampuan perawat didalam kultural. Pengertian ini lebih menekankan suatu merasakan dunia pribadi seorang pasien atau simbol yang diproduksi untuk membentuk merasakan perasaan yang sedang dialami pesan yang akan diungkapkan untuk mewakili pasiennya.

perasaan.

KOMUNIKASI VERBAL

Dengan beberapa pendapat yang Seperti yang telah dibahas dalam

telah diungkapkan oleh beberapa ahli ilmuan penjelasan

diatas, peneliti dapat mengambil suatu sebelumnya, bahwa komunikasi interpersonal

komunikasi

interpersonal

kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan adalah komunikasi yang dilakukan dengan

komunikasi verbal adalah proses komunikasi seseorang secara tatap muka dengan bentuk

yang disampaikan komunikator kepada verbal maupun nonverbal dan mendapatkan

komunikan untuk mengungkapkan perasaan respon secara langsung. Dari pengertian

dengan cara menggunakan cara tertulis atau tersebut dapat dipahami bahwa bentuk

kata-kata secara lisan, ucapan atau komunikasi verbal dan nonverbal adalah satu

perkataan, gambar. Termasuk hampir semua kesatuan dari bagian komunikasi interpersonal.

aktivitas berbicara yang kita lakukan secara Menurut peneliti komunikasi verbal adalah

sadar untuk berhubungan dengan orang lain bentuk yang paling umum digunakan dalam

adalah termasuk dalam pesan verbal. kegiatan berkomunikasi sehari-hari. Hal ini

Komunikasi Nonverbal

senada dengan yang diungkapkan oleh Deddy Mulyana di dalam bukunya Ilmu

nonverbal adalah Komunikasi, bahwa bahasa verbal itu

Komunikasi

komunikasi yang pesannya dikemas dalam merupakan sarana utama yang menyatakan

bentuk nonverbal, tanpa kata-kata. Dalam suatu pikiran, perasaan, dan maksud

hidup nyata komunikasi nonverbal jauh lebih seseorang. Menurutnya bahasa verbal

banyak dipakai dari pada komunikasi verbal menggunakan

dengan kata-kata. Namun didalam melakukan mempresentasikan berbagai aspek realitas

kata-kata

yang

komunikasi hampir secara otomatis komunikasi individual seseorang (Mulyana, 2005, h.238).

nonverbal ikut terpakai. Karena itu komunikasi Dari penjelasan tersebut berarti bahasa

nonverbal bersifat tetap dan selalu ada verbal disini lebih menekankan pada suatu

(Hardjana, 2003, h. 26). Disini dapat bentuk sarana untuk menggungkapkan

dipahami bahwa sebenarnya pesan nonverbal perasaan atau pikiran seseorang.

selalu ada dalam kegiatan komunikasi atau interaksi sosial.

Dari pengertian diatas menurut peneliti sudah cukup menjelaskan mengenai

Menurut peneliti dari penjelasan semuanya harus ditafsir dalam konteks diatas sudah menggambarkan mengenai

budaya.

komunikasi nonverbal, tetapi peneliti lebih melihat bahwa definisi yang diungkapkan oleh

c. Isyarat Tangan

Mulyana (2005, h.312), lebih memperjelas lagi Kita sering menjumpai pada saat kita karena menurutnya secara sederhana pesan mengucapkan sesuatu dibarengi dengan nonverbal adalah semua isyarat yang bukan isyarat tangan. Isyarat tangan disini diartikan kata-kata.

untuk memperteguh pesan verbal agar lebih digunakan untuk melukiskan semua peristiwa

jelas.

komunikasi diluar kata-kata yang terucap dan tertulis. Pada saat yang sama kita harus

d. Postur Tubuh

menyadari bahwa banyak peristiwa dan perilaku nonverbal ini ditafsirkan melalui

Postur tubuh mempengaruhi citra diri. simbol-simbol verbal

Beberapa

dilakukan untuk mengetahui hubungan antara fisik dan

penelitian

Berdasarkan analisis Edward T.Hall dan

tempramen. Sebagian Bridstell (Liliweri, 2003, h.193) pesan

karakter

atau

anggapan mengenai bentuk tubuh dan nonverbal dibagi atau digolongkan menjadi

karakter yang dihubungkannya mungkin beberapa jenis, diantaranya adalah Kinesik,

sekedar stereotip.

Paralinguistik, Proxemics, Haptics, Olfaction, Physical appearance, dan Cronomics.

2. Sentuhan (Haptics) Berikut ini merupakan penjelasan

Menurut Mulyana (2003: 336), klasifikasi pesan nonverbal menurut Liliweri

terdapat lima kategori sentuhan dari yang (2003, h. 193).

impersonal hingga personal yaitu: 1. Kinesik

a. Fungsional-profesional Setiap anggota tubuh seperti wajah

Sentuhan yang bersifat “dingin”, berorientasi (termasuk senyuman dan pandangan mata),

bisnis. Misalkan seorang pelayan toko tangan, kaki dan juga simbolik. Dalam bahasa

memberikan pelayanan dengan pembeli pada nonverbal ada beberapa jenis kinesik, yaitu :

saat memilih baju.

a. Ekspresi Wajah

b. Sosial sopan

Berbagai penelitian menjelaskan bahwa emosi Perilaku dalam situasi ini menggambarkan dapat ditunjukan melalui ekspresi wajah,

untuk memperteguh pengharapan. Misalnya karena wajah dianggap sangat kuat

berjabat tangan.

menampilkan “keadaan dalam” apa yang sebenarnya

c. Persahabatan-kehangatan menyatakan senang, surprise, takut, muak,

Sentuhan yang menandakan hubungan yang menolak ataupun jijik.

akrab. Misalkan berpelukan pada saat teman b.

Mata atau Pandangan sedih ataupun kangen karena sudah lama tidak bertemu dengan teman dekat. Cara pandang mata merupakan komunikasi nonverbal yang ditampilkan bersama ekspresi

d. Cinta-keintiman

wajah. Tak heran kalau biasanya orang Kategori ini merujuk pada sentuhan yang banyak yang mengerakan alis mata naik turun

menyatakan suatu ketertarikan ataupun pada saat berbicara. Pandangan mata

keterikatan emosional. Misalnya mencium pipi seringkali juga ditafsirkan sebagai pernyataan

orangtua dengan lembut dan memeluk penuh keseriusan, melamun, menggoda, genit, yang

kasih.

e. Rangsangan seksual Dari beberapa klasifikasi pesan nonverbal yang telah dijabarkan diatas

Kategori ini lebih berkaitan dengan seksual. peneliti dapat mengambil suatu kesimpulan Misalnya rangsangan seksual tidak selalu

bahwa pesan nonverbal merupakan bentuk bersifat keintiman. Seperti makna pesan

pesan yang bisa mewakili kepribadian kita, verbal makna pesan nonverbal termasuk

karakter kita, perasaan kita, dan lain sentuhan, bukan hanya pada budaya

sebagainya. Dengan pesan nonverbal tersebut melainkan tergantung pada konteksnya.

kita bisa memperjelas komunikasi yang akan kita lakukan sehingga akan lebih mudah untuk

3. Parabahasa (paralanguage)

dipahami.

Merujuk pada aspek-aspek suara

selain ucapan yang dapat dipahami. Misalkan, Orientasi Ruang dan Jarak Pribadi

(proxemics)

kecepatan dalam berbicara, nada suara tinggi atau rendah, intensitas volume suara, suara

Edward T.Hall merupakan antropolog siulan, erangan, gerutuan, desahan dan lain

yang menciptakan istilah proxemics sebagai sebagainya.

studi mengenai persepsi manusia terhadap mengkomunikasikan fikiran kita, seperti suara

ruang (pribadi dan sosial), cara manusia erangan bisa diartikan kesakitan, suara

pengaruh ruang terengah-engah menandakan kelelahan dan

menggunakan

ruang,

terhadap komunikasi (Mulyana, 2003, h. 356). lain sebagainya. Terkadang kita bosan

mendengarkan pembicaraan orang bukan

a. Sangat dekat

karena isi pembicaraannya, melainkan cara menyampaikannya yang lamban dan monoton.

Jarak 0-6 inchi. Dengan jarak tersebut tersebut hanya diakses oleh beberapa orang.

4. Penampilan Fisik (Physical Appearance) Misalkan anak-anak, yang dimana kita tidak merasa keberatan apabila bersentuhan

Setiap orang mempunyai persepsi

dengan mereka.

terhadap penampilan fisik baik itu dalam berbusana, warna busana, model busana, dan

b. Dekat

acessoris lainnya yang dipakai seperti, kacamata, tas, jam tangan, kalung, tindik atau

Jarak antara 6-8 inchi. Jarak tersebut anting-anting dan lain sebagainya. Beberapa

dilakukan oleh orang yang paling penting. orang mempunyai pandangan mengenai cara

Misalnya seperti orang tua, dokter, kekasih, berpakaian

sahabat atau teman dekat. Apabila ada kepribadiannya, apakah orang tersebut baik,

seseorang

menggambarkan

orang asing, orang yang tidak kita sukai atau berandalan, religius dan lain sebagainya.

yang belum kita kenal dengan dekat menerobos masuk ruangan ini, secara tidak

5. Bau-bauan (Olfaction) langsung kita akan merasa tidak nyaman. Bau wewangian terutama yang

c. Personal

menyenangkan seperti parfum telah lama digunakan orang untuk menyampaikan pesan.

Jarak antara 18 inchi- 4 kaki atau sepanjang Seperti yang yang dilakukan oleh hewan yang

lengan. Seperti kita melakukan berjabatan dimana hewan tersebut menggunakan bau-

tangan pada jarak ini. Ini merupakan jarak bauannya untuk menarik lawan jenis ataupun

interaksi yang ideal didunia barat. Kita dapat untuk mengetahui kedatangan musuh. Bau

melihat jarak ini misalkan pada acara-acara parfum yang digunakan oleh seseorang dapat

sosial, pesta, pertemanan. Sommer mencatat menyampaikan pesan bahwa orang tersebut

bahwa apabila kita berdiri di luar jarak atau dari kalangan kelas atas ataupun kelas

zona ini maka tindakan tersebut bisa bawah, dengan membedakan parfum yang

menumbuhkan perasaan negatif pada diri dipakainya.

orang lain.

d. Sosial digunakan untuk bidang kesehatan. Sementara itu, Kozier,B., dkk (2010, h. 581) menjelaskan

Jarak antara 4 – 12 kaki. Orang yang belum

terapeutik adalah atau kurang familiar terhadap kita namun

bahwa

komunikasi

meningkatkan pemahaman dan dapat harus berinteraksi denga kita. Seperti pada

membantu membina hubungan yang konstruktif saat berinteraksi dengan penjual, pedagang,

antara perawat dan klien/pasien. Tidak ataupun karyawan toko.

seperti hubungan sosial, yang mungkin tidak memiliki tujuan dan arah yang spesifik,

e. Publik sedangkan hubungan terapeutik diarahkan

Jarak antara 12 kaki atau lebih. Apabila kita pada klien/pasien dengan tujuan yang telah berbicara

sekelompok orang dalam suatu acara yang Dapat dipahami disini bahwa komunikasi

resmi, jarak ini dapat dianggap sebagai jarak terapeutik adalah komunikasi yang benar- yang bisa diterima dari barisan yang paling benar terencana dan tujuan komunikasi yang depan. Dalam jarak ini biasanya tidak terjadi dilakukan sangat jelas yaitu diperuntukan interaksi sosial dalam zona ini (Borg, 2009, untuk menolong seorang pasien. Berbeda h.289-294). dengan pengertian yang dijelaskan oleh

7. Waktu (chronemics) Videbeck disini ia lebih menerangkan bahwa komunikasi terapeutik adalah suatu interaksi

Menurut Mulyana (2005, h. 366-367) Waktu interpersonal antara perawat dan klien yang menentukan hubungan interaksi antar manusia.

selama interaksi berlangsung, perawat Kronemika (chronemics) ialah studi dan

berfokus pada kebutuhan khusus klien untuk interpretasi atas waktu sebagai pesan.

meningkatkan pertukaran informasi yang Edward T.Hall membedakan konsep waktu

efektif antara perawat dan klien (Videbeck, menjadi dua, yaitu waktu Monokronik (M) dan

2008, h.123). Dari pengertian ini dapat Polikronik (P).

dipahami bahwa pada komunikasi terapeutik juga melibatkan interaksi interpersonal yang

KETERKAITAN KOMUNIKASI

dimana perawat disini lebih menekankan pada

TERAPEUTIK & KOMUNIKASI

pertukaran informasi yang efektif.

INTERPERSONAL

Machfoedz (2009, h. 104) juga Komunikasi terapeutik merupakan komunikasi

menambahkan bahwa hubungan antara yang dilakukan atau direncana untuk tujuan

perawat dengan pasien yang bersifat terapi dan kegiatan tersebut dipusatkan untuk

terapeutik diawali dengan komunikasi yang kesembuhan pasien. Seorang penolong atau

bersifat umum. Hubungan terapeutik dapat perawat dapat membantu klien/pasien

diidentifikasikan melalui tindakan yang mengatasi masalah yang dihadapinya melalui

diambil oleh perawat dan pasien yang dimulai komunikasi tersebut (Machfoedz, 2009, h. 99).

dengan tindakan perawat, respon pasien, Pengertian ini menekankan bahwa komunikasi

interaksi kedua pihak untuk mengkaji terapeutik merupakan komunikasi khusus yang

kebutuhan pasien dan tujuannya, serta digunakan oleh perawat khususnya pada

transaksi timbal balik untuk mencapai tujuan bidang kesehatan seperti pada bidang

hubungan.

keperawatan yang ada di dalam Rumah Sakit Jiwa Menur Provinsi Jawa Timur. Komunikasi

KOMUNIKASI PERSUASIF

terapeutik ditujukan untuk menolong pasien ketika pasien menghadapi masalahnya.

Winston Brembeck dan William Howell (dalam Malik, 1994, h.5)

menjelaskan Dari pengertian yang dijelaskan oleh

persuasif merupakan usaha sadar untuk Machfoedz tersebut mengenai komunikasi

mengubah pikiran dan tindakan dengan terapeutik adalah komunikasi khusus yang

memanipulasikan motif-motif orang ke arah memanipulasikan motif-motif orang ke arah

diharapkan oleh seorang komunikator. Tujuan dimaksudkan untuk mempengaruhi orang lain.

dari komunikasi persuasif ini adalah Disini dapat dipahami bahwa persuasif ini

mengirimkan efek tertentu atau akibat yang lebih menekankan pada proses dan tujuan

terjadi pada seseorang yang menjadi sasaran. untuk mempengaruhi.

Menurut Sendjaja (dalam Ritonga, 2005, h. 15) akibat atau hasil dari komunikasi persuasif

Dalam pemahaman peneliti sendiri ini dapat mencakup tiga aspek, diantaranya: pernyataan

menggambarkan mengenai apa sebenarnya 1. Aspek kognitif, yaitu hal-hal yang yang disebut dengan persuasif, namun

kesadaran dan penjelasan tersebut berbeda dengan yang

menyangkut

pengetahuan. Misalkan menjadi sadar diungkapkan oleh Ilaihi (2010, h.125), ia

ataupun ingat, menjadi tahu dan menjelaskan bahwa persuasif bertujuan untuk

kenal.

mengubah sikap, pendapat, maupun perilaku. Istilah persuasif berasal dari kata latin

2. Aspek afektif, adalah menyangkut “persuasio” yang berarti membujuk, merayu

sikap atau perasaan, emosi. Misalkan atau mengajak. Persuasif dapat diartikan lebih

sikap setuju, perasaan gembira, sedih, luas sebagai proses yang mempengaruhi

menyukai bahkan benci. pendapat maupun tindakan orang lain dengan

3. Aspek konatif, yaitu menyangkut menggunakan manipulasi psikologis, sehingga

perilaku atau tindakan. Misalkan orang

berbuat seperti apa yang disarankan, kehendaknya sendiri. ataupun berbuat sesuatu tidak seperti

Komunikasi persuasif juga merupakan yang disarankan. suatu

Berdasarkan penjelasan diatas, maka menyampaikan pesan. Dari definisi ini semakin

dapat disimpulkan bahwa dalam komunikasi memperjelas lagi dari definisi yang telah

persuasif terdapat perubahan situasi dari dijabarkan

orang lain. Sebagaimana dapat diketahui diungkapkan Ilaihi ini menambahkan lebih

bahwa komunikasi persuasif merupakan kepada

diperuntukan untuk menyampaikan pesan dan proses komunikasi

komunikasi

yang

mempengaruhi sikap, tindakan orang lain yang dilakukan pun menggunakan teknik dengan menggunakan manipulasi psikologis tersendiri seperti manipulasi psikologis untuk sehingga orang tersebut bertindak seperti atas mempengaruhi tindakan. Penjelasan itupun

kehendaknya sendiri.

semakin diperjelas dan dapat dipahami karena diperkuat dengan contoh yang

ANALISIS TRANSAKSIONAL MODEL

diberikan oleh Malik (1994, h.166) yaitu,

PERMAINAN

Mengajar merupakan salah satu contoh dari komunikasi persuasif yang dilakukan pengajar

Kondisi pasien yang mengalami kepada

gangguan kejiwaan menyebabkan para mahasiswanya. Mengajar juga salah satu

perawat menggunakan komunikasi terapeutik bentuk

dalam mengajak para pasien melakukan diperuntukan untuk mengubah perilaku orang

aktivitas. Dalam melakukan komunikasi lain.

terapeutik ini para perawat bermain peran dengan pasien, adapun kondisi ini didebut

Selain itu Ritonga (2005, h. 15) komunikasi transaksional model permainan. mengungkapkan bahwa komunikasi persuasif

Model permainan menurut Jalaluddin Rakhmat ialah suatu komunikasi yang bertujuan untuk

(2007, h. 123), model ini berasal dari psikiater mengubah

(1964, 1972) yang kepercayaan, perilaku, dan sikap seseorang

menceritakannya dalam buku Games people menceritakannya dalam buku Games people

pertukaran simbol yang diberi makna. berhubungan

dalam

bermacam-macam

permainan. Mendasari permainan ini adalah Menurut West and Turner (2008, h. tiga kepribadian manusia yaitu, Orang Tua,

98) orang bergerak untuk bertindak Orang Dewasa, dan Anak (Parent, Adult,

berdasarkan makna yang diberikannya pada Child). Orang Tua adalah aspek kepribadian

orang, benda, dan peristiwa. Makna-makna ini yang merupakan asumsi dan perilaku yang

diciptakan dalam bahasa yang digunakan kita terima dari orang tua kita atau orang

orang baik untuk berkomunikasi dengan orang yang kita anggap orang tua kita. Orang

lain maupun dengan dirinya sendiri, atau Dewasa adalah bagian kepribadian yang

pikiran pribadinya. Bahasa memungkinkan mengolah informasi secara rasional, sesuai

orang untuk mengembangkan perasaan dengan situasi, dan biasannya berkenaan

mengenai diri dan untuk berinteraksi dengan dengan masalah-masalah penting yang

orang lain dalam sebuah komunitas. memerlukan pengambilan keputusan secara

Ralph LaRossa dan Donald C.Reitzes sadar. Anak adalah unsur kepribadian yang

(1993) (dalam West and Turner, 2008, h. 98) diambil dari perasaan dan pengalaman mengatakan bahwa tujuh asumsi mendasari SI kanak-kanak dan mengandung potensi intuisi, dan bahwa asumsi-asumsi ini memperlihatkan spontanitas, kreativitas, dan kesenangan.

tiga tema besar:

Didalam hubungan

interpersonal,

TEMA

individu menampilkan salah satu aspek kepribadian individu (Orang Tua, Orang

A. Pentingnya Makna Bagi Perilaku Manusia Dewasa, Anak), dan orang lain membalasnya

dengan salah satu aspek tersebut juga. B. Pentingnya Konsep Mengenai Diri Misalkan, satu hari seorang individu sakit,

seorang individu tersebut demam dan ingin C. Hubungan Antara Individu dengan

meminta perhatian istri pada penderitaannya

Masyarakat

(ini kepribadian Anak). Istri menyadari rasa

ASUMSI

sakit individu tersebut, dan ia mau merawat seorang individu tersebut seperti seorang ibu

1. Manusia Bertindak Terhadap Manusia (ini kepribadian Orang Tua). Hubungan

Lainnya Berdasarkan Makna yang interpersonal

Diberikan Orang Lain pada Mereka. berlangsung baik. Transaksi yang terjadi bersifat komplementer. Bila istrinya tidak

2. Makna Diciptakan dalam Interaksi begitu menghiraukan penyakit individu

Antarmanusia.

tersebut dan memberi saran,”Pergilah ke 3. Makna Dimodifikasi melalui Sebuah dokter. Aku sudah bilang kamu kecapaian.”

Proses Interpretif.

Yang terjadi adalah transaksi silang (Anak dibalas dengan Orang Dewasa).

4. Individu-individu Mengembangkan Konsep Diri melalui Interaksi dengan Orang lain

TEORI INTERAKSIONISME SIMBOLIK

Dalam transaksional model permainan Konsep Diri Memberikan Sebuah Motif Penting untuk Berperilaku hal yang menjadikan suatu komunikasi menjadi

efektif adalah kesamaan pemahaman tentang

Kelompok-kelompok makna antara kedua belah pihak yaitu

6. Orang

dan

Dipengaruhi oleh Proses Budaya dan komunikator

Interaksionisme Simbolik menjelaskan kondisi ini. Interaksi simbolik menurut Mulyana (2003,

7. Struktur Sosial Dihasilkan melalui Interaksi h. 59) ialah suatu aktivitas yang merupakan

Sosial.

A. Pentingnya Makna Bagi Perilaku Manusia 2. Struktur Sosial Dihasilkan Melalui Interaksi

Sosial

Teori interaksionis simbolik berpegang bahwa individu membentuk makna melalui

JENIS PENELITIAN

proses komunikasi karena makna tidak bersifat intrinsik terhadap

Jenis penelitian ini adalah jenis konstruksi interpretif diantara orang-orang

apapun.

Dibutuhkan

penelitian kualitatif. Denzin dan Lincoln untuk menciptakan makna bahkan tujuan dari

dalam Moleong (2007, h. 5) menyatakan interaksi adalah untuk menciptakan makna

bahwa penelitian kualitatif adalah yang sama. Hal ini penting karena tanpa

penelitian yang menggunakan latar makna yang sama berkomunikasi akan

alamiah, dengan maksud menafsirkan menjadi sangat sulit, atau bahkan tidak

fenomena yang terjadi dan dilakukan mungkin. Menurut LaRossa dan Reitzes, tema ini dengan jalan melibatkan berbagai mendukung tiga asumsi SI yang diambil dari

karya Herbert Blumer (1969). Asumsi-asumsi metode yang ada. Moleong (2007, h. 6)

tersebut adalah sebagai berikut: menyatakan penelitian kualitatif adalah penelitian yang menghasilkan prosedur

1. Manusia Bertindak Terhadap Manusia analisis yang tidak menggunakan prosedur Lainnya Berdasarkan Makna yang

analisis statistik atau cara kuantifikasi Diberikan Orang Lain pada Mereka.

lainnya. Penelitian ini termasuk dalam 2. Makna Dimodifikasi Melalui Proses

penelitian kualitatif.

Interpretif

TIPE PENELITIAN

B. Pentingnya Konsep Mengenai Diri

penelitian ini adalah Tema yang kedua pada SI berfokus

Tipe

penelitian deskriptif. Menurut Moleong pada pentingnya konsep diri (self-concept),

(2007, h. 56). Penelitian deskriptif yaitu atau seperangat persepsi yang relatif stabil

penelitian yang mempunyai langkah kerja yang dipercaya orang mengenai dirinya

untuk mendeskripsikan suatu objek dan sendiri. Tema ini memiliki dua asumsi tambahan

fenomena-fenomena sosial terwujud dalam yaitu:

suatu tulisan yang bersifat naratif. Jadi 1. Individu-Individu Mengembangkan Konsep

yang dimaksud disini adalah data-data, Diri Melalui Interaksi dengan Orang Lain.

fakta-fakta yang dihimpun dalam bentuk kata-kata

gambar yang 2. Konsep Diri Memberikan Motif yang

maupun

menjelaskan mengenai hal apa, mengapa Penting untuk Perilaku. dan bagaimana suatu kejadian itu terjadi.

C. Hubungan antara Individu dengan Penelitian kualitatif deskriptif menjelaskan Masyarakat

tentang fenomena yang terjadi pada masa

berupa proses Tema yang terakhir ini berkaitan

sekarang,

data, analisis serta dengan hubungan antara kebebasan individu penafsiran data tersebut. Sedangkan dan batasan sosial. Mead dan Blumer Bungin (2007, h.68) menjelaskan bahwa mengambil posisi ditengah untuk pertanyaan

pengumpulan

ini. Mereka mencoba untuk menjelaskan baik penelitian deskriptif merupakan penelitian

mengenai keteraturan dan perubahan dalam

tujuan untuk proses sosial. Asumsi-asumsi yang berkaitan

yang

mempunyai

menggambarkan, berbagai situasi maupun terhadap tema ini ialah:

suatu kondisi, ataupun fenomena realitas sosial dalam masyarakat yang sebagai

1. Orang dan Kelompok Dipengaruhi oleh obyek penelitiannya, serta dimaksudkan

Proses Budaya dan Sosial menarik suatu realitas tersebut ke Proses Budaya dan Sosial menarik suatu realitas tersebut ke

FOKUS PENELITIAN

mengungkapkan bahwa batasan masalah dalam penelitian kualitatif disebut dengan fokus, yang berisikan pokok masalah yang bersifat umum. Penelitian ini difokuskan pada

komunikasi terapeutik

yang

dilakukan perawat dalam mempersuasi pasiennya untuk melakukan aktivitas perawatan. Termasuk di dalamnya adalah komunikasi interpersonal yang dilakukan oleh perawat, hambatan-hambatan di dalam komunikasi tersebut, serta cara perawat dalam menyelesaikan hambatan- hambatan yang ada.

SUMBER DATA

Data dalam penelitian kualitatif

menurut Kriyantono (2006, h. 39)

merupakan data dalam bentuk kata-kata, kalimat, maupun narasi yang berhubungan dengan karakteristik, kategorisasi berupa suatu pernyataan atau kata-kata. Sumber data menurut Sugiyono (2011, h.225), dibagi menjadi dua diantaranya ialah data primer dan data sekunder. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan data primer sebagai sumber data, dikarenakan sudah dirasa cukup untuk menjawab ataupun memenuhi pertanyaan penelitian. Penelitian yang dilakukan oleh peneliti sumber data diperoleh secara langsung di tempat penelitian dari hasil wawancara serta hasil observasi yang dilakukan peneliti kepada para informan.

TEKNIK PENGUMPULAN DATA

Menurut Kriyantono (2007, h. 91), metode pengumpulan data adalah cara- cara atau teknik yang digunakan dalam mengumpulkan data. Untuk mendapatkan

informasi yang relevan, maka penelitian ini menggunakan teknik sebagai berikut:

1. Teknik Wawancara Wawancara adalah bentuk komunikasi

yang melibatkan antara dua orang, yang diarahkan pada proses mengali atau memperoleh informasi dari seseorang dengan mengajukan suatu pertanyaan- pertanyaan berdasarkan dengan tujuan tertentu, pada suatu masalah tertentu yang berhubungan dengan masalah dan fokus penelitian (Mulyana, 2008, h. 180).

2. Teknik Observasi Teknik

observasi difokuskan

untuk mendeskripsikan dan menjelaskan suatu fenomena penelitian. Fenomena tersebut meliputi interaksi secara langsung dan percakapan yang terjadi diantara subjek yang sedang diteliti (Kriyantono, 2007, h. 106). Kegiatan yang diamati oleh peneliti adalah proses komunikasi terapeutik dan komunikasi interpersonal yang digunakan perawat dalam mempersuasi pasien untuk beraktivitas di Rumah Sakit Jiwa Menur Provinsi Jawa Timur, termasuk didalamnya seperti cara mempersuasi yang digunakan oleh perawat terhadap pasien, teknik perawat dalam menyelesaikan hambatan- hambatan yang ada pada saat komunikasi berlangsung.

TEKNIK PEMILIHAN INFORMAN

Informan dalam penelitian ini dipilih menggunakan teknik purposive Sampling yaitu, teknik pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu yang diterapkan secara sengaja oleh peneliti (Sugiyono, 2011, h. 218). Selain itu, Kriyantono (2006, h.159) menjelaskan bahwa purposive sampling mencakup orang-orang yang terseleksi atas dasar kriteria-kriteria tertentu yang dibuat berdasarkan tujuan riset. Beberapa Informan dalam penelitian ini dipilih menggunakan teknik purposive Sampling yaitu, teknik pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu yang diterapkan secara sengaja oleh peneliti (Sugiyono, 2011, h. 218). Selain itu, Kriyantono (2006, h.159) menjelaskan bahwa purposive sampling mencakup orang-orang yang terseleksi atas dasar kriteria-kriteria tertentu yang dibuat berdasarkan tujuan riset. Beberapa

dipahami dan hasilnya temuannya dapat menggunakan teknik ini dalam riset

kualitatif

sering

diinformasikan kepada orang lain. observasi atau wawancara.

Lebih lanjut, Bogdan & Biklen Informan yang dipilih oleh peneliti

(1982) (dalam Moleong 2005, h. 248), disini adalah perawat Rumah Sakit Jiwa

mengungkapkan bahwa analisis data Menur Provinsi Jawa Timur yang sesuai

dilakukan dengan menggunakan cara dengan kriteria yang telah ditentukan oleh

bekerja dengan data, mengorganisasikan peneliti. Kriteria informan yang dipilih oleh

data, memilah-milahnya untuk menjadi peneliti di sini adalah sebagai berikut :

satuan yang kemudian dapat dikelola, mensintesiskannya, kemudian mencari dan

1. Perawat laki-laki atau perempuan menemukan polanya, menemukan hal apa

yang telah bekerja minimal 2 tahun di yang penting dan yang dapat dipelajari Rumah Sakit Jiwa Menur Provinsi Jawa

kemudian membuat suatu kesimpulan Timur. Peneliti menentukan kriteria ini

supaya lebih mudah untuk dipahami. karena dengan perawat yang telah

bekerja selama 2 tahun di Rumah Tahapan analisis data pada Sakit Jiwa Menur sudah memiliki

penelitian kualitatif dilakukan sejak pengalaman yang cukup dalam proses

sebelum terjun ke lapangan, selama di perawatan

lapangan, hingga berlangsung terus- mempersuasi

terutama

dalam

menerus sampai berakhirnya penulisan melakukan aktivitas perawatan.

pasiennya

untuk

hasil penelitian. Dalam penelitian kualitatif analisis data lebih difokuskan selama

2. Perawat yang mempunyai kedekatan proses dilapangan bersamaan dengan

yang lebih dengan pasiennya. pengumpulan data (Sugiyono, 2012, h. Menurut peneliti sendiri seorang

245). Menurut Moleong (2005, h.247) perawat yang memiliki kedekatan

proses analisis data dimulai dengan dengan pasiennya maka akan

menelaah data yang tersedia dari memudahkan peneliti untuk melakukan

berbagai sumber. Setelah data data observasi pada saat penelitian.

dibaca, dipelajari dan ditelaah, langkah Kedekatan lebih disini adalah pasien

selanjutnya dilakukan reduksi data yang yang memang benar-benar ditangani

dilakukan dengan cara abstraksi dan oleh perawat yang akan menjadi

menyusun dalam satuan-satuan (klasifikasi informan peneliti.

kategori).

3. Perawat yang bersedia memberikan Penelitian ini merupakan jenis

keterangan dan informasi kepada penelitian kualitatif sehingga dalam peneliti

penelitian kualitatif ini peneliti akan penelitian ini.

menggunakan analisis kualitatif yang

TEKNIK ANALISIS DATA

dikemukakan oleh Miles and Huberman (1984) (dalam Sugiyono, 2012, h.246) ia

Menurut Bogdan dalam Sugiyono menyatakan bahwa analisis data kualitatif (2012, h. 244) analisis data adalah proses

itu dilakukan secara interaktif dan juga mencari serta menyusun secara sistematis

berlangsung secara terus menerus hingga data yang diperoleh dari

tuntas. Aktivitas dalam analisis data yaitu: wawancara, catatan lapangan, dan

hasil

Reduksi data (Data reduction), Penyajian bahan-bahan lainnya sehingga mudah Reduksi data (Data reduction), Penyajian bahan-bahan lainnya sehingga mudah

Komunikasi yang digunakan para perawat Drawing/Verification.

Conclusion

pada pasien di Rumah Sakit Jiwa Menur adalah komunikasi terapeutik, karena

KEABSAHAN DATA

dengan pernyataan Peneliti disini menggunakan metode

sesuai

Machfoedz (2009, h.99) tentang triangulasi dalam menyelidiki keabsahan

terapeutik. Beliau data yang diteliti atau diperoleh.

komunikasi

bahwa komunikasi Sugiyono (2008, h. 85) menjelaskan,

menyebutkan

terapeutik dilakukan atau direncanakan bahwa tujuan triangulasi adalah bukan

untuk tujuan terapi dan kegiatan tersebut untuk mencari kebenaran, melainkan pada

dipusatkan untuk kesembuhan pasien, peningkatan pemahaman peneliti dengan

seorang penolong atau perawat dapat m apa yang telah ditemukan. Denzin (dalam

embantu klien mengatasi masalah yang dih Moleong, 2009, h.330) membedakan

adapinya melalui komunikasi tersebut. empat

Analisis data mengenai hal tersebut bermanfaat guna memeriksa data dengan

peneliti temukan dalam proses komunikasi penggunaan sumber, teori, metode, dan

para perawat kepada pasien dalam penyidik

semua aktivitas dalam penyajian data yang termasuk pada tahapan komunikasi

Di sini peneliti telah menentukan terapeutik yang dikemukakan oleh triangulasi metode yang artinya dengan

Machfoedz (2009, h. 107). cara melakukan cross check data terhadap

a. Tahap pra-interaksi

sumber data yang sama dengan cara atau Tahap ini merupakan kegiatan teknik pengambilan yang berbeda. Dalam

yang dilakukan meliputi mengumpulkan penelitian ini data yang diperoleh melalui

data tentang klien, mengeksplorasi wawancara akan diperiksa dengan data-

perasaan, fantasi dan ketakutan diri, data yang diperoleh melalui observasi

membuatrencana pertemuan dengan klien terhadap sumber data atau informan.

(kegiatan, waktu dan tempat). Hal ini Peneliti disini memilih triangulasi metode

terjadi pada proses komunikasi yang dengan maksud untuk melihat atau

dilakukan para perawat pada masing- melakukan cross check terhadap data yang

masing pasiennya:

dikumpulkan oleh peneliti.

Perawat Habib dan pasien Riska

Pada saat akan mengajak mandi

HASIL DAN PEMBAHASAN

pasiennya, perawat Habib menyusun Komunikasi

rencana apa yang akan dilakukannya diamati yang Dilakukan oleh para

Terapeutik

yang

menemui pasiennya, Perawat di Rumah Sakit Jiwa Menur :

ketika

akan

menentukan aktivitas apayang akan dilakukan,

hingga mempelajari

1. Aktivitas Mandi permasalahan gangguan jiwa pasiennya

2. Aktivitas Makan dengan membaca riwayat pasiennya,

3. Aktivitas Olahraga sambil merapikan pakaian, memakai

4. Aktivutas Minum Obat sepatu dan merapikan tatanan rambutnya. Hal demikian menggambarkan bahwa

ANALISIS DATA

perawat Habib melakukan persiapan diri

Komunikasi Terapeutik sebagai Teknik

ketika akan menemui pasiennya sehingga

Mempersuasi Perawat Rumah Sakit Jiwa

dengan hal tersebut perawat Habib tidak

Menur

akan merasa bingung ketika menghadapi akan merasa bingung ketika menghadapi

memberikan senyuman serta pandangan matanya

mengajak beraktivitas pasiennya. Hal

kepada pasien sambil berkata,” kenalan disek wes

demikian pak.. aku suster Anita pak... aku sing bakal ngerawat menggambarkan bahwa

sampeyan nang kene..njeeh... bapak gak usah wedi

perawat Habib melakukan persiapan diri

pak..bapak nang kene bakal gak diapak-apakno kok

ketika akan menemui pasiennya.

njehh pak.. (sambil tersenyum ramah)..bapak nang kene iku kurang sehat kondisine.. jadi bapak dirawat

b. Tahap Orientasi

nang kene iku supoyo bapak cepet pulih..(dengan

Kegiatan dalam tahap ini meliputi intonasi suara pelan, kemudian perawat memandang

mata pasien dan sedikit tersenyum) lha aku iki suster

memberikan salam, menyapa dan

Anita sebagai perawate bapak nang Rumah Sakit

tersenyum pada klien, memperkenalkan

Menur iki (sambil meletakan telapak tangan ke

nama perawat, menanyakan nama

bagian dada)..opo ae sing dibutuhno bapak nang

panggilan kesukaan pasien, menjelaskan

kene ngomong nang suster Anita.. suster Anita sing

Dokumen yang terkait

HUBUNGAN IMPLEMENTASI PERAWAT TENTANG PATIENT SAFETY DENGAN RESIKO CEDERA PADA INFANT DAN TODDLER

38 264 22

ANALISIS SISTEM PENGENDALIAN INTERN DALAM PROSES PEMBERIAN KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) (StudiKasusPada PT. Bank Rakyat Indonesia Unit Oro-Oro Dowo Malang)

160 705 25

PROSES KOMUNIKASI INTERPERSONAL DALAM SITUASI PERTEMUAN ANTAR BUDAYA STUDI DI RUANG TUNGGU TERMINAL PENUMPANG KAPAL LAUT PELABUHAN TANJUNG PERAK SURABAYA

97 602 2

STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK PARTAI POLITIK PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH TAHUN 2012 DI KOTA BATU (Studi Kasus Tim Pemenangan Pemilu Eddy Rumpoko-Punjul Santoso)

119 459 25

PELATIHAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK MENINGKATKAN KOMUNIKASI EFEKTIF ORANG TUA KEPADA ANAK

8 135 22

ANALISIS PROSES PENYUSUNAN PLAN OF ACTION (POA) PADA TINGKAT PUSKESMAS DI KABUPATEN JEMBER TAHUN 2007

6 120 23

BEBAN KERJA MENTAL, SHIFT KERJA, HUBUNGAN INTERPERSONAL DAN STRES KERJA PADA PERAWAT INSTALASI INTENSIF DI RSD dr. SOEBANDI JEMBER

14 105 97

EVALUASI IN VITRO ANTIOKSIDAN SENYAWA FENOL BIJI MELINJO (Gnetum gnemon L.) SELAMA PROSES PENGOLAHAN EMPING MELINJO BERDASARKAN SNI 01-3712-1995

4 111 16

STUDI PERBANDINGAN HASIL BELAJAR DAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DITINJAU DARI PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI

6 77 70

UPAYA PENINGKATAN PROSES DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PENGGUNAAN ALAT PERAGA PADA MATA PELAJARAN IPA DI KELAS IV (EMPAT) SDN 3 TEGALSARI KECAMATAN GADINGREJO KABUPATEN PRINGSEWU TAHUN PELAJARAN 2011/2012

23 110 52