ANALISIS PAPER GEOGRAFI EKONOMI ID

ANALISIS PAPER GEOGRAFI EKONOMI
Judul : Indonesia’s Changing Economic Geography
Penulis: Hal Hill, Budy Resosudarmo, dan Yogi Vidyattama
Tahun : 2008
A. Latar Belakang
Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar yang terdiri lebih dari 13.000 pulau dan
negara dengan diversitas spasial terbesar

di dunia yang menyebabkan

keanekaragaman sumberdaya yang dimiliki, populasi manusia, lokasi aktivitas
ekonomi, ekologi, dan etnisitas. Di Indonesia terdapat sekitar 350 kelompok etnik
yang teridentifikasi. Data sosio ekonomi regional sudah tercatat selama 30 tahun dan
sangat mungkin untuk menggambarkan kesimpulan tentang dinamika perkembangan
regional negara sejak tahun 1970-an.
Pola pengembangan regional tergadi akibat analisis yang baik dan kepentingan
politik. Indonesia secara formal adalah negara kesatuan, akan tetapi setiap
pemerintahan nasional harus melakukan kesepakatan dengan tantangan utama
perkembangan regional. Batas internasional negara telah berubah dua kali sejak
kemerdekaan, dengan resminya Papua masuk (disebut Irian) pada 1969, dan masuk
kemudian keluarnya Timor Timur pada 1976 dan 1999. Adapun perbatasan subnasional berubah bertahap.

Ketika kemjuan ekonomi nasional dan peraturan juga menjelaskan banyak
perkembangan pendapatan local, respon regional untuk kegiatan internasional dan
domestic mau tidak amu akan bervariasi. Contoh-contohnya adalah, pertama, pada
1970an ketika terjadi ‘oil boom’ secara tidak seimbang akan memberikan keuntungan
bagi empat provinsi kaya di Indonesia, walaupun kebanyakan dari pendapatan
terbesar dirasakan oleh pemerintah pusat dan perusahaan minyak. Kedua, kebijakan
ekonomi utama pada tahun 1980-an menghasilkan industrialisasi yang cepat yang
berorientasi ekspor, yan terkonsentrasi di Jawad an Bali dan memacu peertumuhan
ekonomi di pulau tersebut. Ketiga,akibat krisis ekonomi pada 1997/1998 sebagian
erdampak pada sector modern konstruksi, keuangan, dan sektor manufaktor pengganti
impor dan, semenjak aktivitas ekonomi tersebut terutama berlokasi di Jawa, utamanya
Jakarta dan Jawa Barat, wilayah ini mengalami penurunan tertajam pada aktivitas
ekonomi. Keempat, program desentralisasi telah memindahkan sumberdaya finansial
yang besar dan otoritas administrative dari pemerintah pusat ke tingkatan kedua dari

pemerintahan (kabupaten dan kota), dan pada prosesnya dan secara signifikan
mengubah kondisi geografi ekonomi Indonesia.
B. Tujuan
Tujuan utama dari penulisan paper ini adalah untuk mengukur secara akurat dan
menguantifikasi tren regional semenjak pertengahan 1970-an.

C. Teori Lokasi dari Usaha: Aglomerasi dan Lokasi Industri
Aktivitas ekonomi yang berlangsung di Jawa-Bali, dan utamanya di DKI Jakarta.
Jakarta menghasilkan 1/6 GDP Indonesia pada 2004, dua kali lipat dari 1975. Nilai
GDP dari sektor non pertambangan juga meningkat secara signifikan, walaupun tidak
terlalu cepat. Nilai tersebut secara virtual semuanya adalah kenaikan GDP Jawa-Bali,
dan peningkatan lebih dari 100% dari GDP non pertambangan.Karena itu, pendapatan
jawa-Bali tanpa Jakarta stabil untuk total PDRB, kenaikan pendapatan Jakarta kecil
karena beberapa pertumbuhannya telah tertumpah pada perbatasan Jawa barat, satusatunya provinsi dalam kelompok yang memiliki kenaikan pendapatan depada GDP.
Tiga provinsi besar di Jawa – dua yang telah disebutkan dan Jawa Timur –
menhasilkan setengah dari GDP Indonesia dan persentase yang sedikit lebih besar
pada GDP non pertambangan.
Di sini menunjukkan bahwa GDP sektor non pertambangan yang didomoinasi oleh
aktivitas industry dan jasa terkonsentrasi di Pulau Jawa-Bali. Hal ini menyebabkan
pertumbuhan PDRB pada wilayah tersebut dihasilkan dari sektor industri dan jasa.
Hal ini membuktikan adanya aglomerasi aktivitas industry di wilayah ini yang akan
membawa dampak positif bagi perkembangan industri itu sendiri. Aktivitas industri
yang mengelompok cenderung memudahkan aktivitas industri itu sendiri. Mulai dari
suplai bahan baku yang mudah karena lokasinya saling berdekatan, pencarian tenaga
kerja yang mudah, transportasi hasil pproduksi yang lebih murah karena bias
digunakan bersama, hinga sistem pengolahan limbah yang terpadu (IPAL) yang

tentunya akan mengurangi biaya produksi. Hal ini menyebabkan di wilayah tersebut
banyak bermunculan kawasan industri terpadu yang memiliki industri-industri skala
besar yang didukung dengan keamanan penuh selama 24 jam, sistem IPAL terpadu,
hingga dryport yang akan memudahkan perusahaan yang berorientasi ekspor untuk
mengirimkan barang-barang hasil produksinya. Sehingga aglomerasi industri akan
mebawa dampak positif bagi keberlangsungan industri yang ada.
D. Data dan Metode
Data yang digunakan adalah data regional yang berasal dari Badan Pusat Statistik
(BPS) yang terdiri berdbagai macam seri. Data yang berada pada level provinsi
sebanyak 26 provinsi. Semenjak tahun 2000 terjadi pemekaran dari batas-batas

provinsi sehingga perlu membawa kembali data sebelum tahun batas-batas provinsi
tahun 2000. Seri data yang ada membentang pada periode yang lebih pendek (secara
umum dari akhir 1980-an) dan semenjak tahun 2000 fragmentasi batas terjadi dengan
lebih cepat. Pengukuran dilakukan pada PDRB pertambangan dan non pertambangan,
utamanya minyak dan gas.
Metodologi yang digunakan pada paper ini dengan membandingkan nilai PDRB
setiap daerah dengan GDP nasional. Hal ini diunakan terutama untuk mengetahui
persentase setiap daerah dalam menyumbang nilai GDP dan pertumbuhannya
dibandingkan dengan nilai nasional. Sehingga pertumbuhan PDRb setiap daerah dapat

diketahui terutama pada kategori sektor migas dan sektor non migas, sehinga bias
diketahui sumber pendapatan utama daerah tersebut.
E. Temuan
1. Ada diversitas yang besar dalam ekonomi dan pengeluaran social, akan tetapi
pertumbuhan dan perkembangan social telah terjadi. Wilayah termiskin, lokasi
utamanya terletak di Timur Indonesia, secara umum telah menunjukkan
peningkatan sebaik rata-rata nasional.
2. Wilayah yan menunjukkan peningkatan lebih baik adalah yang paling terhubung
kepada ekonomi global. Bahkan Jakarta yang dianggap sebagai kasus special
tumbuh lebih cepat daripada wilayah-wilayah lain.
3. Seperti yang telah diperkirakan, konflik sangat berbahaya bagi perkembangan
ekonomi, seperti yang telah ditunjukkan oleh kejadian di Maluku dan Aceh.
4. Tidak ada cerita sumberdaya alam yang bersih, sehingga wilayah yang kaya akan
sumberdaya juga menunjukkan kondisi ekonomi yang bervariasi.