MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI M

Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Ilmiah Vol.1 No. 1

ISSN : 2579 8774

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI MODEL
PROBLEM BASED LEARNING (PBL) PADA SISWA
SMP MUHAMMADIYAH 1 TERNATE
Mus S. Radjilun, Thalib Abas, Rasno Ahmad
(Program Studi Pendidikan Sejarah STKIP Kie Raha, Ternate)

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penerapan Model Problem Based Learning (PBL) untuk
meningkatkan hasil belajar pada siswa kelas VIII SMP Muhammadiyah 1 Ternate. Metode yang
digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Subyek penelitian ini adalah
siswa kelas VIII SMP Muhammadiyah 1 Ternate dengan jumlah siswa 32 orang. Data penelitian
diperoleh dari pengamatan kegiatan proses belajar mengajar yang meliputi kegiatan guru mengajar,
aktivitas siswa, dokumen, dan hasil tes. Kegiatan pembelajaran melalui tahapan Perencanaan,
Pelaksanaan, observasi, dan refleksi.
Hasil Penelitian menunjukan bahwa Penerapan model Problem Based Learning (PBL) dalam
Pembelajaran IPS Sejarah dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VIII SMP Muhammadiyah 1
Ternate. Hal ini terbukti dari peningkatan hasil belajar siswa kelas VIII SMP Muhammadiyah 1

Ternate setelah dilakukan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran berbasis
masalah. Hal ini terbukti dari hasil belajar siswa sebelum dilaksanakan tindakan adalah sebesar
40,62% yang tuntas, dan sebesar 59,37% belum tuntas. Setelah dilaksanakan tindakan pada siklus I
tingkat ketuntasan klasikal kelas meningkat sebesar 68,75%, dan terjadi peningkatan lagi pada siklus
II yaitu menjadi 87,62 %.
Kata Kunci: model problem based learning, pembelajaran IPS, hasil belajar.

PENDAHULUAN
Pembelajaran IPS pada umumnya
kurang diminati peserta didik. Selama ini
mata pelajaran IPS dianggap mata
pelajaran yang membosankan, tidak
menarik, banyak hafalan dan dianggap
tidak memberikan sumbangsi bangi masa
depan.
Persoalan
klasik
tersebut
berdampak panjang dan prinsipil. Peserta
didik tidak lagi tertarik dengan IPS

Sejarah. Peserta didik dan masyarakat di
Indonesia
tidak
menyadari
bahwa
pembelajaran sejarah memiliki makna
yang sangat penting dalam membangun
karakter bangsa. Hal tersebut merupakan
kondisi serius yang perlu segera ditangani
untuk memperbaiki kualitas pembelajaran.
mengingat bahwa pelajaran sejarah
sesungguhnya merupakan pelajaran yang
penting untuk membentuk karakter
bangsa.
Menurut Djoko Suryo (Aman,
2011:99). bahwa pembelajaran sejarah
harus mampu mendorong siswa berpikir
kritis-analitis
dalam
memanfaatkan

pengetahuan tentang masa lampau untuk
memahami kehidupan masa kini dan yang

akan
datang,
mengembangkan
kemampuan intelektual dan keterampilan
untuk memahami proses perubahan dan
keberlanjutan, dan berfungsi sebagai
sarana untuk menanamkan kesadaran
akan adanya perubahan dalam kehidupan
masyarakat melalui dimensi waktu.
Hasil pengamatan yang dilakukan
di SMP Muhammadiyah 1 Kota Ternate
ternyata pembelajaran IPS guru masih
mengunakan metode konvensional seperti
ceramah dan terpaku pada buku-buku
teks.
Pembelajaran yang
berpusat

berpusat pada guru (student centered
learning) membuat peserta didik bosan
terhadap pembelajaran IPS. Selain itu,
pada saat proses pembelajaran juga
siswa terlihat pasif, berbicara dengan
teman sebangkunya, dan terlihat ngantuk.
Tentunya kondisi ini berdampak pada
hasil belajar siswa yang rendah. Disisi
lain, penggunaan metode pembelajaran
dan media yang tidak relevan dengan
materi yang diajarkan. Penggunaan
metode konvensional dalam proses
pembelajaran IPS sering membuat siswa
tidak fokus pada materi yang diajarkan.
33

Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Ilmiah Vol.1 No. 1
Berdasarkan pengamatan awal,
bahwa
hasil

belajar
siswa
SMP
Muhammadiyah 1 Ternate kelas VIII tidak
optimal dan belum mencapai ketuntasan
kelas dengan KKM 70. Pada saat proses
pembelajaran berlangsung, sebagian
besar siswa tidak fokus pada apa yang
telah disampaikan oleh guru mereka.
Mereka lebih senang bicara dengan
teman sebangkunya dan ada yang
mengantuk. Sebenarya guru sudah
berulangkali memperingatkan tetapi belum
menunjukkan perubahan yang lebih baik.
Dari data yang diperoleh dari guru, nilai
yang siswa peroleh pada saat tes masih
rendah dan di bawah kriteria ketuntasan
minimal yaitu 70.
Mengingat pentingnya pelajaran
IPS sebaiknya semua elemen bersamasama untuk meningkatkan kualitas

pembelajaran sejarah menjadi lebih baik
agar tujuan pendidikan dapat tercapai.
Salah satu elemen yang penting untuk
mencapai proses pendidikan yang lebih
baik yaitu guru. Guru memiliki andil besar
dalam menentukan kualitas pembelajaran.
Guru tidak hanya transfer knowledge
tetapi juga berlaku sebagai seorang
fasilitator bagi peserta didiknya. Guru
seharusnya dapat berinteraksi dengan
baik kepada peserta didiknya agar dapat
memahami
kondisi
kelasnya
yang
nantinya akan digunakan sebagai dasar
guru untuk memilih metode yang tepat
dalam pembelajaran. Dengan demikian
guru harus memiliki kemampuan dalam
mengajar

dan
memilih
model
pembelajaran yang tepat, efisien dan
efektif.
Guru memegang peranan strategis
terutama dalam upaya membentuk watak
bangsa
melalui
pengembangan
kepribadian dan nilai-nilai yang diinginkan.
Dari dimensi itu, peranan guru sulit
digantikan oleh yang lain Supriyadi
(Aunurrahman,
2009:
4).
Proses
pembelajaran
sudah
seharusnya

berorientasi pada peserta didik (student
center).
proses
pendidikan
sudah
seharusnya meliputi proses belajar
mengetahui, belajar berbuat, belajar
menjadi diri sendiri dan belajar hidup
bersama. Pembelajaran IPS Sejarah di
kelas dapat mengarahkan peserta didik
menjadi manusia yang mandiri dalam

ISSN : 2579 8774
menyelesaikan berbagai permasalahan
yang ada di kehidupan nyata, dengan
demikian pembelajaran yang ada akan
bermanfaat
untuk
siswa
dalam

kehidupannya.
Model Problem Based Learning
(PBL)
dalam
pembelajaran
dapat
mengurangi
dominasi
guru
dalam
mengajar di kelas. Model ini dapat
mengorganisasikan peserta didik dalam
menyelesaikan masalah yang diberikan
guru pada proses pembelajaran, yang
nantinya
diharapkan
siswa
dapat
menerapkannya dalam kehidupan seharihari. Selain itu model ini juga mendorong
siswa untuk berpartisipasi aktif dalam

pembelajaran. Menurut Trianto (2011: 95)
bahwa model PBL bertujuan untuk (1)
membantu peserta didik mengembangkan
keterampilan berpikir dan keterampilan
memecahkan
masalah,
(2)
belajar
berperan sebagai orang dewasa yang
autentik (nyata), dan (3) menjadikan
peserta didik yang mandiri. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui peningkatan
hasil belajar IPS melalui model Problem
Based Learning (PBL) pada siswa kelas
VIII SMP Muhammadiyah 1 Ternate.
METODE PENELITIAN
Penelitian
ini
merupakan
Penelitian

Tindakan
Kelas
(PTK).
Penelitian tindakan mengkombinasikan
tindakan
substantif
dan
prosedur
penelitian; penelitian ini merupakan
tindakan terdisiplin yang terkontrol oleh
penyelidikan, usaha seseorang untuk
memahamai problem tertentu seraya
terlibat aktif dalam proses pengembangan
dan pemberdayaan (David Hopkins,
2011:87).
Model yang dikembangkan oleh
Kurt Lewin didasarkan atas konsep pokok
bahwa penelitian tindakan terdiri dari
empaat
komponen
pokok
juga
menunjukan
langkah,
yaitu
:
(1)
perencanaan (planning), (2) tindakan
(action), (3) observasi (observing), (4)
refleksi (reflecting). Keempat langkah
tersebut menunjukan sebuah siklus atau
kegiatan berulang “siklus” inilah yang
disebut salah satu ciri utama dari
penelitian tindakan, yaitu
bahwa
penelitian tindakan harus dilaksanakan
34

Mus S. Radjilun; Thalib Abas; Rasno Ahmad

dalam bentuk siklus bukan hanya satu kali
intervensi saja (Arikunto, 2010: 131).
Subyek penelitian ini adalah siswa
kelas VIII SMP Muhammadiyah 1 Ternate
dengan jumlah siswa 32 orang. Penelitian
ini direncanakan dua siklus yaitu siklus I
dan siklus II. Prosedur penelitian
penelitian tindakan kelas ini meliputi 4
(empat) tahapan. Secara umum langkahlangkah operasional penelitian meliputi
tahap perencanaan, tahap pelaksanaan
tindakan, tahap pengamatan dan refleksi.
Tahapan pada siklus II ini
mengikuti tahapan pada siklus I. Rencana
tindakan siklus II ini disusun berdasarkan
hasil refleksi pada siklus I yang
dimaksudkan sebagai penyempurnaan
atau perbaikan terhadap pelaksanaan
model Problem Based Learning (PBL).
Indikator
keberhasilan
proses
pembelajaran ini dapat dilihat melalui (1)
Penerapan model PBL pada siswa kelas
VIII SMP Muhammadiyah 1 Ternate yaitu
(a)
kemampuan
guru
dalam
mempersiapkan proses pembelajaran
yaitu
dengan
membuat
Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang
memuat
sintak
model
PBL,
(b)
kemampuan guru melaksanakan model
PBL sesuai dengan RPP, (2) Penerapan
model PBL pada kelas VIII SMP
Muhammadiyah
1
Ternate
dapat
meningkatkan hasil belajar siswa, jika
75% dari jumlah siswa mencapai nilai
ketuntatasan minimum (KKM) 70. Apabila
kelas belum mencapai ketuntatasan
belajar, penelitian tindakan ini dilanjutkan
pada siklus selanjutnya yang dilakukan
berdasarkan hasil refleksi dari tindakan
siklus
sebelumnya.
Pengukurannya
menggunakan rumus:


Keterangan:
∑X = Jumlah semua nilai siswa
∑N = Jumlah siswa
Untuk menghitung ketuntasan
belajar ada dua, yaitu ketuntasan
belajar individual dan ketuntasan
belajar
klasikal
(daya
serap).
Ketuntasan belajar tercapai jika nilai
siswa meliebihi KKM atau ≥70. Jika
nilai siswa