Upaya Penyelesaian Kredit Macet Dalam Kredit Usaha Rakyat (Kur) Pada Bank (Studi Pada Bank Btn Cabang Pemuda Medan)

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan ekonomi di Indonesia saat ini mengalami kemajuan yang pesat dari tahun ke tahun, meskipun sempat pada tahun 90-an perekonomian di Indonesia mengalami keterpurukan. Berdasarkan hal tersebut maka masing-masing pelaku ekonomi telah giat dalam melakukan kegiatan perekonomian.

Kesejahteraan masyarakat Indonesia sebenarnya sangat bergantung pada keadaan ekonominya. Menyadari hal itu maka pemerintah berupaya untuk menciptakan cara-cara yang dapat mendorong laju perekonomian, salah satu caranya adalah menciptakan berbagai lembaga keuangan yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat secara luas.

Lembaga keuangan adalah badan usaha yang mempunyai kekayaan dalam bentuk aset keuangan (financial assets). Kekayaan berupa aset keuangan ini digunakan untuk menjalankan usaha di bidang jasa keuangan, baik penyediaan dana untuk membiayai usaha produktif dan kebutuhan konsumtif, maupun jasa keuangan bukan pembiayaan. Jadi, dalam kegiatan usahanya Lembaga keuangan menekankan pada fungsi keuangan, yaitu jasa keuangan pembiayaan dan jasa keuangan bukan pembiayaan.1

1

Abdulkadir Muhammad & Rilda Muniarti, “Lembaga Keuangan dan Pembiayaan”, Citra Aditya Bakti. Bandung. 2004. Halaman 8


(2)

Salah satu jenis lembaga keuangan yang paling diminati oleh masyarakat Indonesia adalah Bank, hal itu dikarenakan keberadaan bank itu sendiri telah diatur dan dijamin oleh pemerintah dalam hal keberlangsungan semua bank yang ada dalam bentuk peraturan perundang-undangan yang mengaturnya secara tegas. Seperti yang tercantum dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan yang diatur dalam Pasal 1 butir 2 yaitu ”Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.”

Ketersediaan lembaga keuangan ini khususnya bank seperti yang tercantum dalam bagian menimbang Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 ialah didasari karena pembangunan nasional dalam hal perekonomian adalah hal yang berkesinambungan dan dilakukan secara terus-menerus yang memiliki sifat dinamis dan semakin kompleks serta sistem keuangan yang semakin maju.2

Bisnis bank merupakan bisnis yang konservatif. Kecenderungan kepada sifat yang konservatif tersebut, bank harus hati-hati dalam menjalankan usaha. Hal ini disebabkan oleh peranan bank yang cukup menentukan dalam perkembangan moneter dan ekonomi secara makro, kemudian berhubung uang rakyat dipertaruhkan dalam suatu bank.

2

Budi Untung, “Kredit Perbankan di Indonesia”. Andi, Yogyakarta. 2005. Halaman 14


(3)

Peran Bank penting dan strategis dalam menggerakan roda perekonomian suatu negara, seiring dengan fungsinya untuk menyalurkan dana dari pihak yang mempunyai kelebihan dana (surplus of funds) kepada pihak-pihak yang membutuhkan dana (lack of funds), apabila sistem keuangan tidak bekerja dengan baik, maka perekonomian menjadi tidak efisien dan pertumbuhan ekonomi yang diharapkan tidak akan tercapai.3

Salah satu kegiatan usaha yang pokok bagi bank konvensional adalah pemberian kredit dan dikenal dengan sebutan kredit perbankan. Kredit perbankan disalurkan bank kepada masyarakat sesuai dengan fungsi utamanya menghimpun dan menyalurkan dana masyarakat. Dalam pelaksanaan pemberian kredit perbankan tersebut biasanya dikaitkan dengan berbagai persyaratan, antara lain mengenai jumlah maksimal kredit, jangka waktu kredit, tujuan penggunaan kredit, suku bunga kredit, cara penarikan dana kredit, jadwal pelunasan kredit, dan jaminan kredit.4

“Pinjam meminjam adalah perjanjian dengan mana pihak satu memberikan kepada pihak yang lain suatu jumlah tertentu barang-barang yang habis karena pemakaian, dengan syarat bahwa pihak

Pemberian kredit oleh pihak bank kepada pihak debitur adalah suatu perjanjian pinjam-meminjam sebagaimana telah diatur dalam hukum perdata, khususnya Pasal 1754 KUHPerdata. Menurut R. Subekti dan R. Tjitrosudibio yang menyebutkan:

3

Hermansyah, “Hukum Perbankan Nasional Indonesia”. Kencana, Jakarta. 2008. Halaman 3

4

M. Bahsan, “Hukum Jaminan dan Jaminan Kredit Perbankan di Indonesia”. Raja Grafindo Persada, Jakarta. 2007. Halaman 73


(4)

yang belakangan ini akan mengembalikan sejumlah yang sama dari macam dan keadaan yang sama pula.”5

R. Subekti berpendapat wanprestasi adalah seorang debitur dikatakan lalai, apabila ia tidak memenuhi kewajibannya atau terlambat memenuhinya atau memenuhi tapi tidak sesuai yang diperjanjikan.

Berdasarkan asas kebebasan berkontrak, para pihak bebas untuk menentukan isi dari perjanjian pinjam meminjam sepanjang tidak bertentangan dengan undang-undang, ketertiban umum, kesusilaan, dan kepatutan. Sejak disepakati dan ditandatanganinya perjanjian pinjam-meminjam tersebut oleh para pihak, maka sejak detik itu perjanjian lahir dan mengikat para pihak yang membuatnya sebagai undang-undang.

Sesuai asas utama dari suatu perjanjian yaitu asas kebebasan berkontrak, maka pihak-pihak yang mengikatkan diri dalam perjanjian dapat mendasarkan kepada kesepakatan bersama. Perjanjian pinjam-meminjam selain dikuasai oleh asas-asas hukum perjanjian, juga dikuasai oleh apa yang secara khusus yang disepakati oleh kedua belah pihak.

Dalam suatu perjanjian tidak menutup kemungkinan jika terjadi salah satu pihak lalai dalam melaksanakan kewajiban seperti yang telah diperjanjikan maka pihak yang lalai tersebut dapat dikatakan cidera janji atau wanprestasi. Maka dari itu setiap perjanjian selalu ada jaminan untuk mengatasi terjadinya wanprestasi.

6

5

R. Subekti dan R. Tjitrosudibio, “Kitab Undang-Undang Hukum Perdata”. Pradya Paramita, Jakarta. 2003. Halaman 451. (Selanjutnya disingkat Subekti-I)


(5)

Dalam pemberian kredit, pihak kreditur dan nasabah selaku calon debitur harus melakukan perjanjian yang dituangkan dalam Surat Perjanjian Kredit. Asas Perkreditan selalu diperhatikan oleh pihak kreditur, asas perkreditan adalah prinsip kehati-hatian dalam menangani calon debitur. Menurut Munir Fuady, selain prinsip kehati-hatian dalam memberikan kredit, pihak kreditur perlu memperhatikan dan mempertimbangkan 5 (lima) hal yang biasa disebut “The Five C’s of

Analysis”: 7

1. Character (Kepribadian)

Yaitu penilaian atas karakter kepribadian atau watak calon debiturnya.

2. Capacity (Kemampuan)

Seorang calon debitur harus pula diketahui kemampuan bisnisnya, sehingga dapat diprediksikan kemampuan untuk membayar utangnya.

3. Capital (Modal)

Yaitu permodalan yang dimiliki debitur.

4. Condition of Economy (Kondisi Ekonomi)

Yaitu analisis keadaan ekonomi sebelum suatu kredit diberikan, terutama yang berhubungan langsung dengan bisnis pihak debitur.

5. Colateral (Agunan)

Yaitu jaminan yang diberikan debitur kepada kreditur.

6

R. Subekti, “Pokok-Pokok Hukum Perdata”. PT. Intermasa, Jakarta. 2005. Halaman 47 (selanjutnya disingkat Subekti-II)

7

Munir Fuady, “Hukum Perjanjian Kontemporer”. PT. Citra Aditya Bakti, Bandung. 1996. Halaman 23


(6)

Kredit bermasalah merupakan bagian dari kehidupan bisnis perbankan. Apabila seorang investor berani mendirikan bank, maka harus berani pula menanggung risiko menghadapi kesulitan menagih kredit yang diberikan kepada debitur tertentu. Karena kredit bermasalah adalah bagian dari kehidupan bisnis perbankan.

Secara umum kredit bermasalah merupakan kredit yang dapat menimbulkan persoalan, bukan hanya terhadap bank sebagai lembaga pemberi kredit, tetapi juga terhadap nasabah penerima kredit, karena itu bagaimanapun juga kredit itu harus diselesaikan dengan berbagai cara. Jika kredit menjadi kredit bermasalah, dalam arti macet, maka secara tidak langsung juga akan merugikan masyarakat pemilik dana. Kata “masalah” berarti adanya suatu kesulitan yang memerlukan pemecahan atau suatu kendala yang menggangu pencapaian tujuan atau kinerja yang optimal.8

Dengan demikian, pemberian fasilitas kredit haruslah berdasarkan suatu kepercayaan (trust), yaitu fasilitas yang diberikan tersebut digunakan untuk tujuan yang sesuai dengan permohonan calon debitur. Bagi bank, pemberian fasilitas kredit tersebut dapat kembali dengan aman dan menguntungkan. Arus dasar dalam pemberian kredit demikian merupakan suatu keniscayaan dalam dasar-dasar pemberian fasilitas kredit.9

8

As. Mahmoedin, “Melacak Kredit Bermasalah”. Pustaka Sinar Harapan, Jakarta. 2002. Halaman 1

9

Tri Widiyono, “Agunan Kredit Dalam Financial Engineering”. Ghalia Indonesia, Jakarta. 2009. Halaman 2


(7)

Salah satu bank yang memfasilitasi pemberian kredit tersebut adalah Bank BTN Cabang Pemuda Medan. Adapun yang mendasari untuk memilih Bank BTN Cabang Pemuda sebagai lokasi penelitian terkait judul yang diangkat penulis adalah Bank BTN merupakan salah satu bank umum yang menyelenggarakan beberapa program kredit. Salah satu dari program kredit yang dikeluarkan diantaranya adalah Kredit Usaha Rakyat (KUR), yakni kredit modal kerja atau investasi kepada debitur yang bergerak dalam bidang usaha yang menurut skalanya berstatus sebagai usaha mikro, kecil dan menengah guna pembiayaan usaha produktif.10

Pada perjalanan proses perkreditan ini tentunya tidak terlepas dari apa yang disebut dengan kredit macet sebagai risiko dari kegiatan usaha perbankan pada umumnya. Berdasarkan laporan keuangan BTN 2013 (audited), rasio kredit bermasalah atau Non Performing Loan (NPL) net bank tersebut mencapai 3,04% dan NPL gross sebesar 4,05%, tertinggi di antara 3 BUMN lainnya, yaitu NPL Bank Mandiri yang sebesar 0,58%, NPL BNI 0,5%, dan NPL BRI 0,34%.

Program Kredit Usaha Rakyat ini dilakukan dalam rangka pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil, Menengah, dan Koperasi (UMKMK), penciptaan lapangan kerja, dan penanggulangan kemiskinan. Program Kredit Usaha Rakyat (KUR) sendiri dilaksanakan oleh beberapa bank umum saja dan salah satunya adalah Bank BTN Cabang Pemuda Medan yang dipilih sebagai lokasi penelitian.

10


(8)

Nilai kredit macet BTN juga terus membesar setiap tahun. Sejak tahun 2009-2013, kredit macet yang masuk kolektibilitas 5 naik dari hanya Rp 1,06 triliun (2009) menjadi Rp 3,15 triliun.11 Namun Perseroan (Bank BTN) berhasil memperbaiki tingkat kesehatannya dengan meningkatkan kualitas kredit. Hal itu tercermin pada trend penurunan rasio kredit yang berpotensi macet atau non performing loan (NPL) di level 4,85% (gross) atau 3,63% (net). Kondisi ini menjadi catatan positif perseroan ketika trend NPL industri perbankan yang justru meningkat. Penurunan NPL tersebut dikontribusi oleh perbaikan kualitas kredit konstruksi dan KPR tanpa melakukan write off.12 Kualitas asset kredit Bank BTN tercatat cukup baik. Hal ini tercermin dari asset recovery Bank BTN yang berhasil dilakukan oleh perseroan selama ini. Pada 30 Desember 2013 total

outstanding kredit NPL tercatat sekitar Rp.4 Triliun. Tahun 2014

perseroan mempunyai target dapat melakukan recovery sekitar Rp.1 Triliun. Pada Kuartal III tahun 2014 recovery asset telah mencapai sebesar Rp.831 Milyar.13

Berdasarkan uraian latar belakang dan beberapa alasan di atas, maka mendorong untuk mengadakan penelitian dengan judul: “Upaya

11

http://finance.detik.com/read/2014/05/05/071445/2572853/5/kredit-macet-tinggi-btn-ditegur-ojk (akses pada 21 Juni 2015) 12

Write off atau Hapus buku adalah tindakan administratif Bank antara lain untuk menghapus buku Kredit macet dari neraca sebesar kewajiban debitur tanpa menghapus hak tagih Bank kepada debitur. Republik Indonesia, “Peraturan Bank Indonesia Nomor 14/15/PBI/2012 Tentang Penilaian Kualitas Aset Bank Umum.” Penjelasan Pasal 66 ayat (1). (Selanjutnya disingkat Republik Indonesia-I)

13http://www.btn.co.id/ContentPage/Berita/Kredit-Tumbuh-dan-NPL-Turun.aspx

(akses pada 21 Juni 2015)


(9)

Penyelesaian Kredit Macet dalam Kredit Usaha Rayat (KUR) pada Bank (Studi pada Bank BTN Cabang Pemuda Medan)”.

B. Rumusan Permasalahan

Berkaitan dengan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas dan berdasarkan hasil pengamatan di lapangan, serta penelaahan terhadap perundang-undangan yang ada, serta dari berbagai literatur yang ada, maka permasalahan-permasalahan yang hendak dikemukakan adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana syarat dan prosedur pemberian Kredit Usaha Rakyat (KUR) pada Bank BTN Cabang Pemuda Medan?

2. Faktor-faktor apakah yang menyebabkan terjadinya kredit macet pada kredit Usaha Rakyat (KUR) Bank BTN Cabang Pemuda Medan?

3. Apakah upaya yang dapat dilakukan untuk menyelesaikan kredit macet pada Kredit Usaha Rakyat (KUR) Bank BTN Cabang Pemuda Medan?

C. Tujuan Penulisan

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa yang menjadi tujuan dalam skripsi ini adalah:

1. Untuk mengetahui syarat dan prosedur pemberian Kredit Usaha Rakyat (KUR) pada Bank BTN Cabang Pemuda Medan.


(10)

2. Untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang menyebabkan terjadinya kredit macet pada Kredit Usaha Rakyat (KUR) Bank BTN Cabang Pemuda Medan.

3. Untuk mengetahui upaya apa saja yang dapat dilakukan untuk menyelesaikan kredit macet pada Kredit Usaha Rakyat (KUR) beserta kendala yang dialami Bank BTN Cabang Pemuda Medan.

D. Manfaat Penulisan

1. Secara Teoritis

Hasil dari penelitian yang dituangkan dalam skripsi ini diharapkan dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan hukum di Indonesia, terutama menunjang pengembangan ilmu pengetahuan hukum di bidang hukum keperdataan dan lebih khususnya dalam lingkup hukum perjanjian. Diharapkan skripsi ini dapat menambah pengetahuan dan memberikan gambaran yang nyata kepada kalangan masyarakat Indonesia mengenai Perbankan dan Kredit untuk menunjang perekonomian rakyat yang sejahtera dan makmur.

2. Secara Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai bahan masukan dan saran kepada setiap orang yang ingin melakukan pengajuan kredit perbankan, terutama Kredit Usaha Rakyat (KUR) untuk mengembangkan usahanya. Serta diharapkan agar pembaca


(11)

dapat mengetahui pengaturan hukum dalam perjanjian kredit perbankan di Indonesia.

E. Keaslian Penulisan

Upaya Penyelesaian Kredit Macet dalam Kredit Usaha Rakyat (KUR) pada Bank (Studi pada Bank BTN Cabang Pemuda Medan) yang diangkat penulis sebagai judul skripsi ini telah diperiksa, dan tidak ada judul yang sama pada Arsip Perpustakaan Universitas Cabang Fakultas Hukum USU / Pusat Dokumentasi dan Informasi Hukum Fakultas Hukum USU. Tema di atas adalah hasil pemikiran sendiri dibantu dengan referensi, buku-buku, dan informasi media elektronik.

Data yang dipakai guna melengkapi penulisan skripsi ini memanfaatkan informasi dari berbagai media, baik cetak maupun internet, sehingga data yang dipakai adalah data yang mutakhir. Dengan demikian, keaslian penulisan skripsi ini dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.

F. Metode Penelitian

Metode penelitian dalam konteks ini menjelaskan secara rinci langkah-langkah yang akan ditempuh dalam melakukan penelitian untuk menjawab permasalahan yang ditetapkan, sejak dari penentuan jenis penelitian, sumber data yang dijadikan pokok penelitian (bahan hukum primer, sekunder, dan tertier), penentuan populasi dan sampel apabila dianggap perlu, teknik pengumpulan data, baik data kepustakaan dan / atau


(12)

dokumen maupun data lapangan yakni melalui observasi dan / atau wawancara.14

1. Tipe Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini mencakup hal-hal sebagai berikut:

Tipe penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah pendekatan yuridis normatif, yang selain mengacu kepada norma-norma hukum yang terdapat dalam peraturan perundang-undangan dan putusan pengadilan serta norma-norma hukum yang ada dalam masyarakat, juga melihat sinkronisasi suatu aturan dengan aturan lainnya secara hierarki.15

2. Sifat Penelitian

Sifat penelitian dalam skripsi ini merupakan penelitian deskriptif analitis yang merupakan penelitian yang menggambarkan masalah dengan cara menjabarkan fakta secara sistematik, faktual dan akurat.16

3. Sumber Data

Data yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dengan melakukan wawancara langsung dengan pihak terkait dengan

14

Zainuddin Ali, “Metode Penelitian Hukum”. Sinar Grafika, Jakarta. 2009. Halaman 174

15Ibid.

, Halaman 175

16

Bambang Sunggono, “Metodologi Penelitian Hukum”, Radja Grafindo Persada, Jakarta. 2007. Halaman 42.


(13)

permasalahan dalam penelitian ini. Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari dokumen-dokumen resmi, buku-buku yang berhubungan dengan objek penelitian, dan peraturan perundang-undangan.

Data sekunder tersebut dapat dibagi menjadi:

a. Bahan Hukum Primer, yakni Kitab Undang-Undang Hukum Perdata dan Kitab Undang-Undang Hukum Dagang, serta Undang-Undang Nomor 7 tahun 1992 juncto Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998 tentang Perbankan Indonesia, serta peraturan perundang-undangan lain yang terkait dengan objek penelitian;

b. Bahan Hukum Sekunder, yakni buku-buku, dokumen resmi, tulisan-tulisan ilmiah hukum yang terkait dengan objek penelitian;

c. Bahan Hukum Tertier, yakni bahan yang isinya memberikan petunjuk maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer maupun sekunder.

4. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan metode penelitian kepustakaan (library research) yang menggunakan data yang bersumber dari peraturan perundang-undangan buku-buku, dokumen resmi, publikasi, dan tulisan ilmiah hukum yang relevan dengan penelitian ini. Selain itu dilakukan juga


(14)

wawancara dengan pihak Bank BTN Cabang Pemuda Medan dalam hal ini Ibu Erika Rizki Prawitasari selaku karyawan bagian analisis kredit untuk mendapatkan fakta di lapangan. 5. Teknik Analisis Data

Berdasarkan sifat penelitian ini yang menggunakan metode penelitian bersifat deskriptif analitis, analisis data yang dipergunakan adalah pendekatan kualitatif terhadap data primer dan data sekunder. Deskriptif tersebut meliputi isi dan struktur hukum positif, yaitu suatu kegiatan yang dilakukan untuk menentukan isi atau makna aturan hukum yang dijadikan rujukan dalam menyelesaikan permasalahan hukum yang menjadi objek kajian.

G. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan merupakan gambaran isi dari sebuah skripsi. Sistematika penulisan skripsi ini terbagi dalam bab-bab yang menguraikan sebelumnya secara tersendiri, di dalam suatu konteks yang saling berkaitan satu dengan yang lainnya. Penulis membuat sistematika dengan membagi keseluruhan ke dalam lima bab yang terperinci.

Adapun sistematika penulisan yang dimaksud adalah sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN


(15)

hal yang bersifat umum serta alasan pemilihan judul, permasalahan, tujuan, manfaat penulisan, metode penelitian, keaslian penulisan, serta sistematika penulisan.

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN

Dalam bab ini dipaparkan tentang pengertian perjanjian, syarat-syarat sahnya perjanjian, jenis-jenis dan asas-asas perjanjian, wanprestasi dan akibat-akibatnya, pembelaan debitur wanprestasi, dan perbuatan melawan hukum

(onrechtmatige daad).

BAB III TINJAUAN MENGENAI KREDIT PADA BANK

Dalam bab ini dipaparkan mengenai bank secara umum, kredit, prinsip pemberian kredit pada bank, perjanjian kredit dan jaminan kredit, dan kredit bermasalah dalam perbankan.

BAB IV UPAYA PENYELESAIAN KREDIT MACET DALAM

KREDIT USAHA RAKYAT PADA BANK (STUDI PADA BANK BTN CABANG PEMUDA MEDAN) Dalam bab ini dipaparkan mengenai gambaran umum mengenai Bank Tabungan Negara, syarat serta prosedur pemberian kredit usaha rakyat pada bank, faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya kredit macet dalam kredit usaha rakyat, dan upaya penyelesaian kredit macet dalam kredit usaha rakyat pada bank.


(16)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Dalam bab penutup ini diuraikan mengenai kesimpulan yang merupakan jawaban dari permasalahan yang dikemukakan serta saran atas permasalahan tersebut.


(1)

dapat mengetahui pengaturan hukum dalam perjanjian kredit perbankan di Indonesia.

E. Keaslian Penulisan

Upaya Penyelesaian Kredit Macet dalam Kredit Usaha Rakyat (KUR) pada Bank (Studi pada Bank BTN Cabang Pemuda Medan) yang diangkat penulis sebagai judul skripsi ini telah diperiksa, dan tidak ada judul yang sama pada Arsip Perpustakaan Universitas Cabang Fakultas Hukum USU / Pusat Dokumentasi dan Informasi Hukum Fakultas Hukum USU. Tema di atas adalah hasil pemikiran sendiri dibantu dengan referensi, buku-buku, dan informasi media elektronik.

Data yang dipakai guna melengkapi penulisan skripsi ini memanfaatkan informasi dari berbagai media, baik cetak maupun internet, sehingga data yang dipakai adalah data yang mutakhir. Dengan demikian, keaslian penulisan skripsi ini dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.

F. Metode Penelitian

Metode penelitian dalam konteks ini menjelaskan secara rinci langkah-langkah yang akan ditempuh dalam melakukan penelitian untuk menjawab permasalahan yang ditetapkan, sejak dari penentuan jenis penelitian, sumber data yang dijadikan pokok penelitian (bahan hukum primer, sekunder, dan tertier), penentuan populasi dan sampel apabila dianggap perlu, teknik pengumpulan data, baik data kepustakaan dan / atau


(2)

dokumen maupun data lapangan yakni melalui observasi dan / atau wawancara.14

1. Tipe Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini mencakup hal-hal sebagai berikut:

Tipe penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah pendekatan yuridis normatif, yang selain mengacu kepada norma-norma hukum yang terdapat dalam peraturan perundang-undangan dan putusan pengadilan serta norma-norma hukum yang ada dalam masyarakat, juga melihat sinkronisasi suatu aturan dengan aturan lainnya secara hierarki.15

2. Sifat Penelitian

Sifat penelitian dalam skripsi ini merupakan penelitian deskriptif analitis yang merupakan penelitian yang menggambarkan masalah dengan cara menjabarkan fakta secara sistematik, faktual dan akurat.16

3. Sumber Data

Data yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dengan melakukan wawancara langsung dengan pihak terkait dengan

14

Zainuddin Ali, “Metode Penelitian Hukum”. Sinar Grafika, Jakarta. 2009. Halaman 174

15Ibid.

, Halaman 175

16

Bambang Sunggono, “Metodologi Penelitian Hukum”, Radja Grafindo Persada, Jakarta. 2007. Halaman 42.


(3)

permasalahan dalam penelitian ini. Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari dokumen-dokumen resmi, buku-buku yang berhubungan dengan objek penelitian, dan peraturan perundang-undangan.

Data sekunder tersebut dapat dibagi menjadi:

a. Bahan Hukum Primer, yakni Kitab Undang-Undang Hukum Perdata dan Kitab Undang-Undang Hukum Dagang, serta Undang-Undang Nomor 7 tahun 1992 juncto Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998 tentang Perbankan Indonesia, serta peraturan perundang-undangan lain yang terkait dengan objek penelitian;

b. Bahan Hukum Sekunder, yakni buku-buku, dokumen resmi, tulisan-tulisan ilmiah hukum yang terkait dengan objek penelitian;

c. Bahan Hukum Tertier, yakni bahan yang isinya memberikan petunjuk maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer maupun sekunder.

4. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan metode penelitian kepustakaan (library research) yang menggunakan data yang bersumber dari peraturan perundang-undangan buku-buku, dokumen resmi, publikasi, dan tulisan ilmiah hukum yang relevan dengan penelitian ini. Selain itu dilakukan juga


(4)

wawancara dengan pihak Bank BTN Cabang Pemuda Medan dalam hal ini Ibu Erika Rizki Prawitasari selaku karyawan bagian analisis kredit untuk mendapatkan fakta di lapangan. 5. Teknik Analisis Data

Berdasarkan sifat penelitian ini yang menggunakan metode penelitian bersifat deskriptif analitis, analisis data yang dipergunakan adalah pendekatan kualitatif terhadap data primer dan data sekunder. Deskriptif tersebut meliputi isi dan struktur hukum positif, yaitu suatu kegiatan yang dilakukan untuk menentukan isi atau makna aturan hukum yang dijadikan rujukan dalam menyelesaikan permasalahan hukum yang menjadi objek kajian.

G. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan merupakan gambaran isi dari sebuah skripsi. Sistematika penulisan skripsi ini terbagi dalam bab-bab yang menguraikan sebelumnya secara tersendiri, di dalam suatu konteks yang saling berkaitan satu dengan yang lainnya. Penulis membuat sistematika dengan membagi keseluruhan ke dalam lima bab yang terperinci.

Adapun sistematika penulisan yang dimaksud adalah sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN


(5)

hal yang bersifat umum serta alasan pemilihan judul, permasalahan, tujuan, manfaat penulisan, metode penelitian, keaslian penulisan, serta sistematika penulisan.

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN

Dalam bab ini dipaparkan tentang pengertian perjanjian, syarat-syarat sahnya perjanjian, jenis-jenis dan asas-asas perjanjian, wanprestasi dan akibat-akibatnya, pembelaan debitur wanprestasi, dan perbuatan melawan hukum

(onrechtmatige daad).

BAB III TINJAUAN MENGENAI KREDIT PADA BANK

Dalam bab ini dipaparkan mengenai bank secara umum, kredit, prinsip pemberian kredit pada bank, perjanjian kredit dan jaminan kredit, dan kredit bermasalah dalam perbankan. BAB IV UPAYA PENYELESAIAN KREDIT MACET DALAM

KREDIT USAHA RAKYAT PADA BANK (STUDI PADA BANK BTN CABANG PEMUDA MEDAN) Dalam bab ini dipaparkan mengenai gambaran umum mengenai Bank Tabungan Negara, syarat serta prosedur pemberian kredit usaha rakyat pada bank, faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya kredit macet dalam kredit usaha rakyat, dan upaya penyelesaian kredit macet dalam kredit usaha rakyat pada bank.


(6)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Dalam bab penutup ini diuraikan mengenai kesimpulan yang merupakan jawaban dari permasalahan yang dikemukakan serta saran atas permasalahan tersebut.