Analisis Fungsi Sosial Lembaga Agama Dalam Meningkatkan Pendidikan Anak Pada Keluarga Ekonomi Lemah (Studi Deskriptif pada Gereja Bethel Indonesia di Medan)
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1.Kajian Pustaka
2.1.1. Fungsi Sosial
2.1.1.1.Pengertian
Istilah fungsi sosil mengacu pada cara-cara bertiingkah laku atau
melakukan tugas-tugas kehidupan dalam memenuhi kebutuhan hidup individu ,
orang seorang maupun sebagai keluarga, kolektif, masyarakat., organisasi dsb.
Pelaksanaan fungsi sosial dapat dievaluasi / dinilai apakah memenuhi kebutuhan
dan membantu mencapai kesejahteraan bagi orang ybs, dan bagi masyarakat,
apakah normal dapat diterima masyarakat sesuai dengan norma sosial. Untuk
dapat berfungsi sosial secara baik ada tiga faktor penting yang saling berkaitan
untuk dilaksanakan yaitu (Husain, 2011):
1. Faktor status sosial yaitu kedudukan seseorang dalam suatu kehidupan
bersama , dalam keluarga, kelompok, organisasi atau masyarakat yaitu
seseorang yang diberi kedudukan agar melakukan tugas - tugas yang
pokok sebagai suatu tanggung jawab atas kewajibannya ( kompetensi ).
Misalnya seorang berstatus
sebagai : Ketua , Ayah, Mahasiswa,
Pegawai, dsb.
2. Faktor role sosial yaitu peranan sosial, berupa kegiatan tertentu yang
dianggap penting dan diharapkan harus dikerjakan sebagai kosekwensi
dari status sosialnya dalam kehidupan bersama ( keluaraga, kelompok,
12
Universitas Sumatera Utara
13
3. masyarakat ) Misalnya Ayah harus berperan sebagai pencari nafkah bagi
keluarga, Ibu berperan sebagai pengurus rumah tangga dan mengasuh
anak, Anak berperan
sebagai pembantu mengurus adik-adiknya yang
kesekolah , dsb. Penampilan peranan sosial secara efektif menyangkut
penyediaan sumber dan pelakasanan tugas sehingga individu dan atau
kelompok, seperti keluarga, mampu mempertahankan diri, tumbuh dan
berkembang, menyenangi dan menikmati kehidupan . Penampilan peran
ini dinilai baik oleh orang yang bersangkutan maupun dinilai normal oleh
masyarakat dilingkungannya
4. Faktor norma sosial yaitu hukum, peraturan , nilai-nilai masyarakat, adat
istiadat, agama, yang menjadi patokan apakah status sosial sudah
diperankan sudah dilaksanakan sebagaiman mestinya , dengan normal,
wajar, dapat diterima oleh masyarakat , bermanfaat bagi orang – orang
dalam kehidupan bermasyarakat. Pekerja Sosial
dapat mengadakan
evaluasi dan intervensi pelaksanaan fungsi yang dilakukan orang secara
individu maupun sebagai kelompok.
2.1.1.2.Teori Fungsi Sosial
Teori Fungsionalisme Struktural meupakan bagian dari paradigma Fakta
Sosial,yang meneliti barang sesuatu dan Fakta Sosial yang terlihat maupun yang
tidak terlihat.Teori ini juga menjelaskan bahwa masyarakat merupakan suatu
sistem sosial yang terdiri atas bagian-bagian atau elemen-elemen yang saling
berkaitan, saling menyatudalam keteraturan dan keseimbangan. Perubahan yang
terjadi pada satu bagian akanmenyebabkan perubahan terhadap bagian yang lain.
Asumsi dasarnya adalah bahwasetiap struktur sosial dan sistem sosial terdapat
Universitas Sumatera Utara
14
bagian atau elemen bersifat fungsional terhadap bagian atau elemen yang lain.
sebaliknya jika tidak fungsional maka struktur itu tidak akan ada atau akan hilang
dengan sendirinya (George Ritzer, 2010:21). Teori ini juga menjelaskan bahwa
struktur sosial dan institusi sosial berhubungan denganfungsi dari fakta-fakta
sosial. MenurutRobert K Merton penganut teori ini, berpendapat bahwa obyek
analisa sosiologi adalahfakta sosial seperti: peranan sosial, pola-pola institusional,
proses sosial, organisasikelompok, pengendalian sosial dan lain-lain (George
Ritzer, 2010)
2.1.2.Kelembagaan
2.1.2.1.Pengertian
Djogo, et al (2003) mengemukakan bahwa kelembagaan adalah “suatu
tatanan dan pola hubungan antara anggota masyarakat atau organisasi yang saling
mengikat yang dapat menentukan bentuk hubungan antar manusia atau antar
organisasi yang diwadahi dalam suatu organisasi atau jaringan dan ditentukan
oleh faktor-faktor pembatas dan pengikat berupa norma, kode etik aturan formal
maupun informal untuk pengendalian perilaku sosial serta insentif untuk
bekerjasama dan mencapai tujuan bersama.
Institusi atau kelembagaan adalah aturan – aturan (constraints) yang
diciptakan oleh manusia untuk mengatur dan membentuk interaksi politik, sosial
dan ekonomi. Aturan – aturan tersebut terdiri dari aturan – aturan formal
(misalnya: peraturan – peraturan, undang – undang, konstitusi) dan aturan – aturan
informal (misalnya: norma sosial, konvensi, adat istiadat, sistem nilai) serta proses
penegakan aturan tersebut (enforcement). Secara bersama – sama aturan– aturan
tersebut menentukan struktur insentif bagi masyarakat, khususnya perekonomian.
Universitas Sumatera Utara
15
Aturan – aturan tersebut diciptakan manusia untuk membuat tatanan (order) yang
baik dan mengurangi ketidakpastian di dalam proses pertukaran (Arsyad, 2010),
Menurut Pratama (2012) kelembagaan, institusi, pada umumnya lebih di
arahkan kepda organisasi, wadah atau pranata. Organisasi berfungsi sebagai
wadah atau tempat, sedangkan pengertian lembaga mencakup juga aturan main,
etika , kode etik, sikap dan tingkah laku seseorang atau suatu organisasi atau suatu
system.
Kelembagaan berasal dari kata lembaga, yang berarti aturan dalam
organisasi atau kelompok masyarakat untuk membantu anggotanya agar dapat
berinteraksi satu dengan yang lain untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Selain
itu lembaga juga dapat diartikan sebagai aturan dalam sebuah kelompok sosial
yang sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial, politik dan ekonomi (Pratama,
2012).
Kelembagaan adalah suatu hubungan dan tatanan antara anggota
masyarakat atau organisasi yang melekat, di wadahi dalam suatu jaringan atau
organisasi, yang dapat menentukan suatu hubungan antara manusia atau
organisasi dengan ditentukan oleh faktor-faktor pembatas dan pengikat brupa
norma, kode etik atau aturan formal dan non-formal untuk berkerjasama demi
mencapai tujuan yang diinginkan, menurut bulkis, kelembagaan berarti
seperangkat peraturan yang mengatur tingakah laku masyarakat untuk
mendapatkan tujuan hidup mereka. Kelembagaan berisi sekelompok orang yang
bekerjasama dengan pembagian tugas tertentu untuk mencapai suatu tujuan yang
diinginkan. Tujuan peserta kelempok dapat berebeda, tetapi dalam organisasi
menjadi satu kesatuan. Kelembagaan lebih ditekankan pada aturan main (the
Universitas Sumatera Utara
16
rules) dan kegiatan kolektif (collective action) untuk mewujudkan kepentingan
umum atau bersama. Kelembagaan menurut beberapa ahli, sebagian dilihat dari
kode etik dan aturan main. Sedangkan sebagian lagi dilihat pada organisasi
dengan struktur, fungsi dan menejemennya. Saat ini kelembagaan biasanya
dipadukan antara organisasi dengan aturan main. Kelembagaan merupakan suatu
unit sosialn yang berusaha untuk mencapai tujuan tertentu dan menyebabkan
lembaga tunduk pada kebutuhan tersebut.
Kelembagaan adalah suatu jaringan yang terdiri dari sejumlah orang dan
lembaga untuk tujuan tertentu, memiliki aturan dan norma, serta memiliki
struktur. Dalam konteks kelembagaan ada tiga kata kunci, yaitu: norma, perilaku,
kondisi dan hubungan sosial. Signifikansi ketiga kata kunci tersebut dicerminkan
dalam perilaku dan tindakan, baik dalam tindakan tindakan individu, maupun
dalam tindakan kolektif. Setiap keputusan yang diambil selalu akan terkait atau
dibatasi oleh norma dan pranata sosial masyarakat dan lingkungannya. Kondisi
demikian menunjukkan bahwa proses pengambilan keputusan dalam masyarakat
merupakan suatu tindakan berbasis kondisi komunitas (community-based action)
yang dapat dimanfaatkan sebagai salah satu celah masuk (entry-point) upaya
diseminasi teknologi.
Beberapa unsur penting dalam kelembagaan adalah isntitusi, yang
merupakan landasan untuk membangun tinkah laku sosial masyarakat, norma
tingkah laku yang telah mengakar pada kehidupan masyarakat dan telah diterima
untuk mencapai tujuan tertentu, peraturan dengan penegakan aturan, aturan dalam
masyarakat yang memberikan wadah koordinasi dan kerjasama dengan dukungan
hak dan kewajiban serta tingkah laku anggota, kode etik, kontrak, pasar, hak
Universitas Sumatera Utara
17
milik, organisasi, insentif. Kelembagaan lokal dan area aktifitasnya terbagi
menjadi tiga kategori, yaitu kategori sektor publik (administrasi lokal dan
pemerintah lokal), kategori sektor suka rela (organisasi keanggotaan dan
koperasi), organisasi swasta (organisasi jasa dan bisnis swasta).
Berdasarkan beberapa teori diatas dapat diketahui pengertian kelembagaan
adalah suatu pola hubungan antara anggota masyarakat yang saling mengikat,
diwadahi dalam suatu jaringan atau organisasi dengan ditentukan oleh faktorfaktor pembatas dan pengikat berupa norma, kode etik aturan formal dan nonoformal untuk bekerjasama demi mencapai tujuan yang diinginkan.
2.1.2.2.Aspek Kelembagaan
Kelembagaan berisikan dua aspek penting yaitu (Yudha, 2012) :
a. Aspek kelembagaan
Aspek kelembagaan meliputi perilaku atau perilaku social dimana inti
kajiannya adalah tentang nilai (value), norma (norm), custom, mores,
folkways, usage, kepercayaan, gagasan, doktrin, keinginan, kebutuhan,
orientasi dan lain-lain. Bentuk perubahan social dalam aspek kelembagaan
bersifat kultural dan proses perubahannya membutuhkan waktu yang lama.
b. Aspek keorganisasian
Aspek keorganisasian meliputi struktur atau struktur social dengan inti
kajiannya terletak pada aspek peran (role). Lebih jauh aspek structural
mencakup: peran, aktivitas, hubungan antar peran, integrasi social, struktur
umum, perbandingan struktur tekstural dengan struktur factual, struktur
kewenangan atau kekuasaan, hubungan antar kegiatan dengan tujuan yang
hendak dicapai, aspek solidaritas, klik, profil dan pola kekuasaan. Bentuk
Universitas Sumatera Utara
18
perubahan social dalam aspek keorganisasian bersifat structural dan
berlangsung relatif cepat.
2.1.2.3.Jenis-jenis Kelembagaan
a. Jenis-jenis lembaga pemasyarakatan dibagi atas berbagai tipe sesuai dengan
berbagai sudut pengamatan (Yudha, 2012) :
b. Dari sudut perkembangannya kelembagaan terdiri dari Criscive Institution and
Enacted Institution. Yang pertama merupakan lembaga yang tumbuh dari
kebiasaan masyarakat. Sementara yang kedua dilahirkan dengan sengaja untuk
memenuhi kebutuhan manusia.
c. Dari sudut sistem nilai kelembagaan masyarakat dibagi menjadi dua yakni
Basic institution and Subsidiary Institution. Yang pertama merupakan
lembaga yang memegang peranan penting dalam mempertahankan tata tertib
masyarakat sementara yang kedua kurang penting karena hanya jadi
pelengkap.
d. Dari sudut penerimaan masyarakat, terdiri dari dua yaitu Sanctioned
Institution and unsanctioned Institution. Yang pertama merupakan kelompok
yang dikehendaki seperti sekolah dll, sementara yang kedua ditolak meski
kehadirannya akan selalu ada. Lembaga ini berupa pesantren sekolah, lembaga
ekonomi lain dan juga lembaga kejahatan.
e. Dari sudut faktor penyebabnya dibedakan atas General institutional and
Restriktic Institutional. Yang pertama merupakan organisasi yang umum dan
dikenal seluruh masyarakat contoh agama, sementara yang kedua merupakan
bagian dari institusi yakni Islam, Kristen, dan agama lainnya.
Universitas Sumatera Utara
19
f. Dari sudut fungsinya dibedakan atas dua yaitu Operatif Institutional and
regulatif Institutional. Yang pertama berfungsi untuk mencapai tujuan,
sementara yang kedua untuk mengawasi tata kelakuan nilai yang ada di
masyarakat.
Lembaga dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu lembaga formal dan
non-formal (Pratama, 2012).
a. Lembaga formal
Lembaga formal adalah kumpulan dua orang atau lebih yang memiliki
hubungan kerja rasional dan mempunyai tujuan bersama, biasaya mempunyai
struktur organisasi yang jelas, contohnya perseroan terbatas, sekolah, pertain
politik, badan pemerintah, dan sebagainya.
b. Lembaga non-formal
Lembaga non-formal adalah kumpulan dua orang atau lebih yang mempunyai
tujuan bersama dan biasanya hanya memiliki ketua saja. Contohnya arisan
ibu-ibu rumah tangga, belajar bersama, dan sebagainya. Lembaga formal
memiliki struktur yang menjelaskan hubungan-hubungan otoritas,kekuasaan
akuntabilitas dan tanggung jawab serta bagamaina bentuk saluran komunikasi
berlangsung dengan tugas-tugas bagi masing-masing anggota. Lembaga
formal bersifat terencana dan tahan lama, karena ditekankan pada aturan
sehingga tidak fleksibel. Pada lembaga non-formal biasanya sulit menentukan
untuk waktu nyata seorang untuk menjadi anggota organisasi, bahkan tujuan
dari organisasi tidak terspesifikasi dengan jelas. Lembaga non-formal dapat
dialihkan menjadi lembaga formal apabila kegiatan dan hubungan yang terjadi
Universitas Sumatera Utara
20
di dalam di lakukan secara terstruktur atau memiliki struktur organisasi yang
lengkap dan terumuskan.
2.1.2.4. Peran Kelembagaan
Kelembagaan merupakan salah satu unsur yang memegang peranan
penting dalam pembangunan di Indonesia. Banyak masalah-masalah pertanian dan
kehutanan yang hanya dapat dipecahkan oleh suatu lembaga. Sumberdaya
manusia, sumberdaya alam dan
teknologi yang dipayungi oleh suatu
kelembagaan merupakan faktor penggerak sebagai satu kesatuan sistem dalam
pembangunan pertanian dan kehutanan (Yohanes, et al. dalam Setiana, 2012).
Kelembagaan dalam hal ini bukan hanya menyangkut kelembagaan
usaha tani, tetapi juga peranan kelembagaan-kelembagaan penunjang dalam
pengembangan pertanian yag dapat mendukung pembangunan dan usaha
agribisnis. Lebih jauh lagi pentingnya lembaga di pedesaan dalam pembangunan
pertanian dan kehutanan diuraikan sbb. (Yohanes, et al. dalam Setiana, 2012)
a. Banyak masalah-masalah
pertanian hanya dapat dipecahkan oleh
suatu
lembaga.
b. Suatu organisasi atau lembaga dapat memberi kontribusi pada usaha-usaha
pertanian terkait dengan penyebaran dan pengembangan teknologi. Dalam
jangka panjang, kemampuan masyarakat petani untuk bekerjasama, sama
pentingnya dengan perolehan pengetahuan teknis.
c. Pada suatu masyarakat desa yang akan bersaing dengan dunia luar, mereka
perlu terorganisasi. Lembaga-lembaga tingkat desa dapat menyediakan
pengalaman
dalam
keterampilan
yang
harus
dipelajari
agar
dapat
mengorganisasikan diri.
Universitas Sumatera Utara
21
Peran Kelembagaan membuat orang atau anggota masyarakat saling
mendukung dan bisa berproduksi atau menghasilkan sesuatu karena ada
keamanan, jaminan akan penguasaan atas sumberdaya alam yang didukung oleh
peraturan dan penegakan hukum serta insentif untuk mentaati aturan atau
menjalankan institusi.
2.1.2.5.Teori Kelembagaan
Teori kelembagaan merupakan suatu visi yang meliputi beberapa
pendekatan lain, bahkan beberapa bidang ilmu pengetahuan lain sperti sosiologi
dan ekonomi. Institusionalisme baru
mempunyai banyak aspek dan variasi.
Misalnya, institusionalisme baru sosiologi, institusionalisme baru ekonomi,dan
sebagainya. Disebut institusional baru karena ia merupakan penyimpangan dari
institusionalisme lama. Institusionalisme baru melihat institusi negara sebagai hal
yang dapat diperbaiki ke arah suatu tujuan tertentu, seperti misalnya membangun
masyarakat yang lebih makmur. Usaha itu perlu ada semacam rencana yang
secara praktis menetukan langkah-langkah untuk tercapainya tujuan itu.
Intitusionalisme baru sebenarnya dipicu oleh pendekatan behavioralis yang
melihat politik dan kebijakan publik sebagai hasil dari perilaku kelompok besar
atau massa, dan pemerintah sebagai institusi yang hanya mencerminkan kegiatan
masa itu. Bentuk dan sifat institusi ditentukan oleh aktor serta pilihannya. Dengan
demikian kedudukan sentral dari institusi-institusi dalam membentuk kebijakan
publik dinomorduakan.
Maka timbul keinginan untuk merenungkan kembali pandangan ini, dan
kembali memandang negara, dengan berbagai institusinya, sebagai instansi utama,
yang merupakan faktor penting dalam menentukan dan membatasi berbagai aspek
Universitas Sumatera Utara
22
yang diutamakan oleh pendekatan behavioralis. Pendekatan institusionalisme baru
menjelasskan bagaimana organisasi institusi itu, apa tanggung jawab dari setiap
peran dan bagaimana peran dan institusi berinteraksi.
Dapat dikatakan bahwa suatu institusi adalah organisasi adalah organisasi
yang tertata melalui pola perilaku yang diatur oleh peraturan yang telah diterima
sebagai
standar. Institusi adalah peraturan-peraturan
yang
stabil,
yang
memungkinkan orang yang sebenarnya hanya mementingkan diri sendiriuntuk
bekerjasama dengan orang lainuntuk tujuan bersama (Fitrianti, 2012)
Institusi-institusi memengaruhi dan menentukan cara para aktor berusaha
mencapai tujuannya. Intitusi menentukan, siapa aktor yang sah, jumlah aktor,siapa
menentukan tindakan.intitusi memberik stabilitas, sebabtidak tidak dapat diubah
begitu saja. Intitusi mempunyai kekuasaan yang sedikit banyak otonom dan para
aktor yang ingin mengubah institusi tertentu akan mempertimbangkan akibatakibat yang sering tidak dapat diramalkan
2.1.3.Lembaga Sosial
2.1.3.1.Pengertian
Menurut Hoarton dan Hunt, (Okayana, 2009) lembaga sosial (institutation)
bukanlah sebuah bangunan, bukan kumpulan dari sekelompok orang, dan bukan
sebuah organisasi. Lembaga (institutations) adalah suatu system norma untuk
mencapai suatu tujuan atau kegiatan yang oleh masyarakat dipandang penting atau
secara formal, sekumpulan kebiasaan dan tata kelakuan yang berkisar pada suatu
kegiatan pokok manusia. Dengan kata lain Lembaga adalah proses yang
terstruktur (tersusun} untuk melaksanakan berbagai kegiatan tertentu.
Universitas Sumatera Utara
23
Lembaga sosial atau dikenal juga sebagai lembaga kemasyarakatan salah
satu jenis lembaga yang mengatur rangkaian tata cara dan prosedur dalam
melakukan hubungan antar
manusia
saat mereka
menjalani kehidupan
bermasyarakat dengan tujuan mendapatkan keteraturan hidup.
2.1.3.2.Ciri-ciri Lembaga Sosial
Menurut Gillin (Ary, 2010) ciri-ciri umum lembaga sosial yaitu:
a. Suatu organisasi pola-pola pemikiran dan pola perilaku yang terwujud melalui
aktivitas-aktivitas kemasyarakatan dan hasil-hasilnya. Lembaga sosial terdiri
atas adat istiadat, tata kelakuan, kebiasaan-kebiasaan dan unsur-unsur
kebudayaan lainnya.
b. Suatu tingkat kekekalan tertentu yang merupakan ciri dari semua lembaga
masyarakat. Sistem-sistem kepercayaan dan aneka tindakan, baru akan
menjadi bagian lembaga kemasyarakatan setelah melewati waktu yang relatif
lama. Misalnya, suatu sistem pendidikan tertentu akan dapat diterapkan
seluruhnya setelah mengalamai masa percobaan.
c. Lembaga sosial mempunyai satu atau beberapa tujuan tertentu. Mungkin saja
tujuan tersebut tidak sesuai atau sejalan dengan fungsi lembaga yang
bersangkutan apabila dipandang dari sudut kebudayaan secara keseluruhan.
d. Mempunyai alat-alat perlengkapan yang dipergunakan untuk mencapai tujuan
lembaga yang bersangkutan, seperti bangunan, peralatan dan mesin. Bentuk
serta penggunaan alat-alat tersebut biasanya berbeda antara satu masyarakat
dengan masyarakat lainnya.
e. Mempunyai
lambang-lambang
sebagai
ciri
khas
dari
lembaga
kemasyarakatan. Lambang-lambang tersebut secara simbolis menggambarkan
Universitas Sumatera Utara
24
tujuan dan fungsi lembaga yang bersangkutan. Contohnya setiap angkatan
bersenjata mempunyai panji-panji, dan perguruan tinggi atau sekolah
mempunyai lambang masing-masing.
f. Mempunyai tradisi tertulis dan tidak tertulis yang merumuskan tujuannya, tata
tertib yang berlaku dan lain-lain. Tradisi tersebut merupakn dasar bagi
lembaga itu.
2.1.3.2.Tujuan Lembaga Sosial
Lembaga sosial dibentuk oleh masyarakat dengan tujuan untuk memenuhi
kebutuhan-kebutuhan pokok manusia, pada dasarnya mempunyai beberapa fungsi,
diantaranya (Ary, 2010) :
a.
Memberikan pedoman pada anggota-anggota masyarakat bagaimana mereka
harus bertingkah laku atau bersikap dalam menghadapi masalah-masalah
dalam masyarakat yang bersangkutan.
b.
Menjaga keutuhan dari masyarakat yang bersangkutan.
c.
Memberikan pegangan kepada masyarakat untuk mengadakan sistem
pengendalian sosial (social control) artinya sistem pengawasan dari
masyarakat terhadap tingkah laku anggota-anggotanya.
2.1.3.4.Fungsi Lembaga Sosial
Secara umum fungsi lembaga sosial dapat dibedakan atas dua bentuk yaitu
(Ary, 2010):
a. Fungsi manifes (nyata)
Fungsi manifes (nyata) adalah fungsi lembaga sosial yang disadari dan
menjadi harapan banyak orang. Contoh lembaga keluarga berfungsi sebagai
tempat sosialisasi dan internalisasi nilai-nilai dan norma-norma yang berlaku
Universitas Sumatera Utara
25
dalam masyarakat. Lembaga ekonomi berfungsi mengatur sistem produksi,
distribusi, dan konsumsi barang yang dibutuhkan oleh anggota masyarakat.
b. Fungsi laten
Fungsi laten adalah fungsi lembaga sosial yang tidak disadari dan bukan
menjadi tujuan utama banyak orang. Dengan kata lain, fungsi laten adalah
fungsi yang tidak tampak di permukaan dan tidak diharapkan masyarakat,
tetapi ada. Contoh dalam lembaga keluarga perkawinan dijadikan sarana untuk
menutup rasa malu dari anggapan yang mengatakan bahwa orang yang tidak
menikah berarti tidak laku. Dalam lembaga politik pemilu dijadikan sarana
untuk mendapat kekuasaan semata karena dengan ekuasaan seseorang dapat
menumpuk kekakayaan sebanyak-banyaknya.
2.1.3.5. Jenis-Jenis Lembaga Sosial
Kebutuhan manusia baik sebagai individu maupun kelompok sangat
beranekaragam. Untuk itu bentuk lembaga juga bermacam-macam sesuai dengan
fungsinya
dalam
memenuhi
kebutuhan
manusia
yang
beranekaragam
tersebut.terdapat beberapa lembaga sosial pokok yang tumbuh dan berkembang
dalam kehidupan masyarakat seperti lembaga keluarga, lembaga ekonomi,
lembaga pendidikan, lembaga politik, dan lembaga agama.
a. Lembaga Keluarga
Keluarga memiliki fungsi sosial majemuk bagi terciptanya kehidupan sosial
dalam masyarakat. Dalam keluarga diatur hubungan antar anggota keluarga
sehingga tiap anggota mempunyai pern dan fungsi yang jelas.
Universitas Sumatera Utara
26
b. Lembaga Ekonomi
Lembaga ekonomi adalah lembaga-lembaga berkisar pada lapangan produksi,
distribusi, konsumsi (pemakaian) barang-barang dan jasa yang diperlukan bagi
kelangsungan hidup masyarakat. Setiap pemenuhan kebutuhan tudak
selamanya dapat dihasilkan masyarakat sendiri, adakalanya memerlukan
masyarakat lain yang memiliki barang-barang yang dibutuhkan maka
timbullah proses tukar menukar barang-barang kebutuhan tersebut, prosesnya
dimulai dari sistem barter, kemudian menggunakan uang sebagai alat tukar
yang sah, sesuai dengan harga yang disepakati.
c. Lembaga Politik
Politik merupakan suatu aspek kehidupan sosial yang tidak dapat dihindarkan
oleh setiap orang di dalam suatu negara. Politik pada umumnya disamakan
dengan penggunaan pengaruh, perjuangan kekuatan dan persaingan di antara
individu dan kelompok atas lokasi ganjaran atau nilai-nilai di dalam
masyarakat. Politik juga mencakup proses pengendalian sosial, termasuk
lingkungan dan pencapaian bersama. Prnata politik adalah suatu pola tingkah
laku manusia yang sudah mapan, yang terdiri dari interaksi sosial yang
tersusun didalam suatu kerangka nilai yang relevan. Pranata politik dibentuk
berdasarkan konstitusi dokumen-dokumen dasar atau beberapa kebiasaan,
sehingga terbentuk struktur dan proses formal legeslatif, eksekutif,
administratif dan hukum. Pranata politik memiliki fungsi untuk memelihara
ketertiban didalam menjaga keamanan di luar, mengusahakan kesejahteraan
umum, dan mengatur proses politik. Sehingga untuk menjalankannya
diperlukan kekuasaan dari pemerintah yang dapat melindungi kepentingan
Universitas Sumatera Utara
27
rakyat dan kesejahteraan umum dari berbagai tekanan dan dorongan pihak
yang ingin mengacaukan.
d. Lembaga Pendidikan
Pendidikan sebenarnya hampir sama dengan proses sosialisasi terhadap anak,
tetapi pendidikan sekolah selain proses sosialisasi juga mentransfer
pengetahuan dasar dari setiap bidang ilmu atau menyosialisasikan kebudayaan
kepada
warga
masyarakat
terutama
generasi
muda,
dengan
tujuan
mencerdaskan kehidupan bangsa. Selain itu pendidikan mempunyai tugas
mempertahankan atau melakukan pelestarian terhadap sistem nilai-nilai yang
berlaku, dan pendidikan dituntut dapat berperan penuh dalam mempercepat
perubahan sosial. Nilai dan budaya diturunkan dari generasi ke generasi
melalui pendidikan sekolah, berarti sekolah berbagai pranata formal adalh
tempat untuk menyosialisasikan warisan nilai budaya, disamping pengetahuan
kepada anak didik.
e. Lembaga Agama
Hubungan antara manusia maupun hubungan manusia dengan TuhanNya,
dapat dikaji melalui sisiologi agama. Agama menurut sosiologi adalah suatu
jenis sistem sosial yang dibuat oleh penganut – penganutnya yang berporos
kepada kekuatan non empiris yang dipercayainya dan didayagunakan untuk
mencapai keselamatan bagi diri mereka dan masyarakat luas pada umumnya.
Berdasarkan definisi agama tersebut maka diuraikan pengertiannya satu
per satu meliputi berikut ini :
a. Agama disebut jenis sistem sosial. Bahwa agama dapat dikatakan sebagai
suatu fenomena sosial, suatu peristiwa kemasyarakatan.
Universitas Sumatera Utara
28
b. Agama berporos pada kekuatan – kekuatan non – empiris. Ungkapan ini
hendak mengatakan bahwa agama memiliki ciri khas yang berurusan dengan
dunia luar yang dihuni oleh kekuatan – kekuatan yang lebih tinggi daripada
kekuatan manusia dan dipercayai sebagia arwah, roh, dan kekuatan
supranatural.
c. Manusia mendayagunakan kekuatan – kekuatan tersebut untuk kepentingan
dirinya sendiri. Yang dimaksud dengan kepentingan (keselamatan) ialah
keselamatan di dunia sekarang ini dan keselamatan di alam lain (akhirat) yang
dimasuki manusia sesudah kematiannya.
2.1.4. Gereja sebagai Lembaga Sosial
Institusi sosial adalah suatu perkumpulan yang dilembagakan oleh undangundang, adat, atau kebiasaan atau juga dapat berarti perkumpulan, panguyuban,
organisasi sosial yang berkenaan dengan masyarakat. Demikian juga halnya
dengan Gereja yang notabenenya sebagai institusi sosial, adalah suatu lembaga
yang diakui oleh UU, diakui oleh pemerintah itu artinya kehadiran gereja
bukanlah sesuatu yang ilegal, khususnya dalam konteks Indonesia. Dalam
kehidupannya, Gereja memiliki dimensi institusi sosial karena secara sosiologi
gereja
dipandang
sebagai persekutuan keagamaan
orang
Kristen
yang
terorganisasi, berkembang, dan berperan dalam masyarakat. Sebagai institusi
sosial Gereja tidak dapat dipisahkan apalagi memisahkan diri dari lingkungan
dimana ia ada. Banyak hal yang bisa dilakukan oleh Gereja sebagai institusi sosial
misal: memberikan bantuan terhadap korban bencana alam, berperan aktif dalam
kegiatan kemasyarakatan
Universitas Sumatera Utara
29
Sebagai institusi sosial, gereja memiliki:
a. sejarah dan struktur tertentu serta sepertangkat rumusan kepercayaan
b. visi dan misi
c. tujuan
Sebagai lembaga sosial, Fungsi Gereja dapat diketahui dari sejauh mana
Pendekatan Pelayanan Gereja sebagai Lembaga Sosial terhadap masyarakat
(Wiyanto, 2008).
J. C. Sikkel pernah mengatakan bahwa “The church can live without
buildings, without diakonea the church dies”. Secara teologis ini berarti , bahwa
diakonia adalah nafas gereja. Ia baru menjadi gereja bila ia melakukan diakonia
(Patola, 2007).
Berbicara
tentang kiprah pelayanan gereja
dalam
pemberdayaan
anggotanya, bahkan sampai menyentuh kepentingan masyarakat luas, serta
membangun kua- litas kehidupan manusia yang lebih baik, dapat digolongkan
dalam tiga model pendekatan pelayanan karitatif, reformatif dan transformatif.
Institusi Sosial adalah suatu perkumpulan yang dilembangakan oleh
undang-undang, adat atau kebiasaan atau juga dapat berarti perkumpulan,
paguyuban, organisasi sosial yang berkenaan dengan masyarakat.
Perbedaan gereja dengan institusi sosial adalah gereja bersifat rohani dan
institusi sosial bersifat duniawi.Persamaan gereja dan institusi sosial
a. Memiliki keanggotaan yang teratur
b. Ada pengurus
c. Membuka diri untuk masyarakat
d. Memiliki anggaran
Universitas Sumatera Utara
30
e. Memiliki visi, misi, program kerja, angenda rapat
2.1.5.Diakonia
2.1.5.1.Pengertian
Secara harafiah, kata diakonia berarti memberi pertolongan atau
pelayanan. Dalam bahasa Ibrani pertolongan, penolong, ezer dalam Kej. 2:18, 20;
Mzm. 121:1. Diakonia dalam bahasa Ibrani disebut syeret yang artinya melayani.
Dan dalam terjemahan bahasa Yunani, kata diakonia disebutkan diakonia
(pelayanan), diakonein (melayani), dan diakonos (pelayan) ( Noordegraaf, 2004).
Pengertian diakonia sendiri diambil dari bahasa Yunani “Diakonein.”
Diakonein berarti melayani meja, melayani kebutuhan-kebutuhan fisik. Secara
luas pada zaman itu diartikan menyiapkan makanan sebagai korban kepada dewadewi. Pada perkembangannya diakonia diartikan melayani dalam arti umum atau
melayani kebutuhan jemaat. Diakonia adalah tindakan dari diakonein, sedangkan
diakonos adalah orang yang melakukan diakonia (Surbakti, 2010).
Istilah diakonia sebenarnya, sudah terlihat sejak dari Perjanjian lama.
Dalam Kitab Kejadian jelas dikatakan bahwa Allah menciptakan segala sesuatu
dari yang tidak ada menjadi ada (Ex Nihilo) dan semua yang diciptakan Allah
sungguh amat baik (Kej. 1:10-31) Lassor, 2001. Allah juga membuktikan
pemeliharaan-Nya secara khusus ditujukan kepada manusia yaitu sebagai
pelayanan. Manusia sebagai wakil Allah untuk melayani-Nya dalam mengurus
bumi dan isinya. Inilah panggilan pertama bagi manusia untuk melayani dan
sebagai manusia ciptaan Tuhan, seharusnya ia melayani. Pelayanan Allah bagi
dunia terfokus kepada bangsa Israel sebagai karya penyelamatan-Nya. Dalam
keluhan
bangsa-Nya,
Allah
juga
mendengarkan
seruan
mereka,
Allah
Universitas Sumatera Utara
31
memperdulikan orang Israel dan menyatakan keselamatan serta penebusan.
Pembebasan ini bertujuan supaya bangsa yang sudah dibebaskan melayani Allah
dalam kebebasannya dan menjawab kasih-Nya dengan belas kasih (Sihombing,
2013).
Dalam kebudayaan Yunani, kata diakonein dan diakonos memiliki arti
yang luas dan tidak dapat diterjemahkan hanya dengna memakai bahasa Indonesia
saja. Itu dapat merujuk kepada beberapa arti, yaitu (Sihombing, 2013):
a. Diakonia berarti suatu pekerjaan yang hina sifatnya, yang hanya dilakukan
budak belian.
b.
Diakonia adalah kewajiban para budak belian, yang harus dilakukannya tanpa
pamrih. Itu berarti bahwa pelaku diakonia itu dituntut kesediaannya
menanggung penderitaan demi pemuasan hati tuannya.
c.
Diakonia adalah kesediaan memberikan tenaga pengolahan pertanian,
peternakan, bongkar muat barang ke dalam kapal, bahkan menjadi tenga
pendayung kapal layar.
Salah satu dari tri tugas gereja adalah diakonia (selebihnya marturia dan
koinonia). Secara singkat, diakonia dapat berarti melayani. Tentu tidaklah sulit
bagi orang Kristen menemukan atau mendengar kata melayani atau pelayanan.
Tanya saja kepada pendeta yang akan bertugas berkhotbah pada hari Minggu –
kalau tidak salah – beliau akan menjawab “pelayanan”. Atau kepada mahasiswa
teologi yang diberikan tugas pada kebaktian kampus-kalau tidak salah juga-baliau
akan menjawab “melayani”.
Namun perlu dipahami bahwa bergereja dan berdiakonia bukanlah
semudah yang terucapkan dengan kata-kata. Lebih dari itu, bergereja dan
Universitas Sumatera Utara
32
berdiakonia memiliki makna yang dalam dan cukup menantang untuk dilakukan
orang-orang Kristen. Dalam perspektif Perjanjian Baru, diakonia mendapat posisi
penting sampai-sampai orang yang melaksanakan diakonia tersebut pun harus
dipilih dan tugasnya pun diberikan khusus. Selain itu, masalah yang timbul juga
adalah, mengapa ada beberapa Gereja yang tidak mempunyai diaken untuk
mengerjakan tugas diakonia Gereja itu sendiri atau tugas itu dilimpahkan kepada
para Penatua atau pendeta sendiri. Syarat-syarat untuk menjadi diaken (orang
yang mengerjakan diakonia/ pelaku diakonia) harus ditetapkan (lih. Kis. 6:1-7).
Pelayanan diakonia sebenarnya tidak hanya dilakukan institusi gereja.
Lembaga Swadaya Masyarakata (LSM) sudah amat akrab dengan pemberdayaan
masyarakat, tanpa membedakan agama, golongan, suku. Bagi institusi gereja
praktik berdiakonia dilakukan sebagai suatu "panggilan iman" untuk mewujudkan
tatanan dunia yang lebih baik, damai sejahtera dapat dialami umat manusia,
dibebaskan dari penderitaan, kelaparan dan mereka mendapatkan hak hidup yang
layak.
Dari semua kata di atas yang artinya saling berkaitan, kelompok kata
diakonein mempunyai nuansa khusus, mengenai pelayanan antarsesama yang
sangat pribadi sifatnya. Kata-kata tersebut di atas di sana-sini menunjukkan arti
diakonal. Ada hubungan antara liturgi dan diakonia, sementara therapeuo dalam
arti perawatan orang sakit erat kaitannya dengan apa yang dimaksudkan dengan
diakonia.
2.1.5.2.Bentuk-bentuk Diakonia Dalam Gereja
Secara umum, adapun model-model/ bentuk-bentuk diakonia dalam gereja
terbagi atas tiga jenis, antara lain (Sihombing, 2013):
Universitas Sumatera Utara
33
a. Diakonia Karitatif.
Diakonia karitatif mengandung pengertian perbuatan dorongan belas kasihan
yang bersifat kedermawanan atau pemberian secara sukarela. Motivasi
perbuatan karitatif pada dasarnya adalah dorongan prikemanusiaan yang
bersifat naluriah semata-mata. Pelayanan gereja terutama pada tindakantindakan karitatif atau amal berdasar pada Mat. 25:31-36. Model ini
merupakan model yang dilakukan secara langsung, misalnya orang lapar
diberikan makanan (roti). Diakonia ini didukung dan dipraktikkan oleh
instansi gereja karena dianggap dapat memberikan manfaat langsung yang
segera dapat dilihat dan tidak ada risiko sebab didukung oleh penguasa.
Diakonia jenis ini merupakan produk dan perkembangan dari industrialisaasi
di Eropa dan Amaerika Utara pada abad ke-19
b. Diakonia Reformatif atau Pembangunan.
Model diakonia ini lebih menekankan pembangunan. Pendekatan yang
dilakukan adalah Community Development
seperti pembangunan pusat
kesehatan, penyuluhan, bimas, usaha bersama simpan pinjam, dan lain-lain.
Analogi model ini adalah bila ada orang lapar berikan makanan (roti, ikan)
dan pacul atau kail supaya ia tidak sekedar meminta tetapi juga mengusahakan
sendiri. Pada jenis ini, diakonia tidak lagi sekedar memberikan bantuan
pangan dan pakaian, tetapi mulai memberikan perhatian pada penyelenggaraan
kursus keterampilan, pemberian atau pinjaman modal pada kelompok
masyarakat.
Universitas Sumatera Utara
34
c. Diakonia Transformatif.
Dalam perspektif ini, diakonia dimengerti sebagai tindakan Gereja melayani
umat manusia secara multi-dimensional (roh, jiwa dan tubuh) dan juga multisektoral (ekonomi, politik, cultural, hukum dan agama). Diakonia bukan lagi
sekedar tindakan-tindakan amal (walaupun perlu dan tetap dilakukan) yang
dilakukan oleh Gereja melainkan tindakan-tindakan transformatif yang
membawa manusia dengan sistem dan
struktur kehidupannya yang
menandakan datangnya Kerajaan Allah. Diakonia ini bukan hanya berarti
memberi makan, minum, pakaian dan lain-lain, tetapi bagaimana bersama
masyarakat memperjuangkan hak-hak hidup. Diakonia transformatif atau
pembebasan boleh digambarkan dengan gambar mata terbuka. Artinya,
diakonia ini adalah pelayanan mencelikkan mata yang buta dan memampukan
kaki seseorang untuk kuat berjalan sendiri.
2.1.5.3.Tujuan Diakonia
Diakonia dipandang sebagai sikap solidaritas yang mendalam terhadap
orang lain berdasarkan kasih. Solidaritas itu diwujudkan dalam diakonia. Artinya
dalam diakonia ada sikap tanpa pamrih, sikap yang emenekankan hidup bersama
dengan tidak mencari keuntungan diri sendiri. Tujuan pekerjaan diakonal adalah
membantu orang lain dan menempatkannya pada posisi yang benar di hadapan
sesama manusia dan Tuhan Allah. Memperdulikan keberadaan umat manusia
secara utuh yaitu kebutuhan rohani, jasmani dan kebutuhan sosial. Tujuan
diakonia juga mendukung realisasi sebuah persekutuan cinta kasih dan
membangun serta mengarahkan orang untuk hidup di dalamnya. Oleh sebab itu,
Universitas Sumatera Utara
35
diakonia mempunyai fungsi kritis dalam jemaat maupun di dalam masyarakat
(Sihombing, 2013)
2.1.5.4. Pemberdayaan Fungsi Sosial Gereja
Tinjauan norma-norma atau pendapat bagaimana semestinya orang
bertindak merupakan suatu pokok bahasan terpenting saat membicarakan lembaga
sosial. Hal itu karena dalam memenuhi kebutuhan masyarakat melalui lembagalembaga sosial yang dibentuk oleh masyarakat itu sendiri ada tuntutan bahwa
prosedurnya harus sesuai dengan norma yang diakui bersama.
Dengan memerhatikan jenis norma yang menjadi landasan lembaga sosial,
maka dapat dijelaskan pola perilaku, pendukung, dan peralatan yang dipergunakan
oleh manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Sehubungan dengan usaha
manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, maka lembaga sosial secara
umum mempunyai fungsi berikut ini.
a. Memberikan pedoman bagi anggota masyarakat, bagaimana mereka harus
bertingkah laku di masyarakat, terutama yang menyangkut pemenuhan
kebutuhan pokok manusia.
b. Menjaga keutuhan masyarakat yang bersangkutan. Lembaga sosial
bermaksud untuk menghimpun dan mempersatukan anggota-anggotanya
agar tercipta integrasi dalam masyarakat. Namun apabila dalam suatu
lembaga sosial sudah tidak ada lagi perilaku-perilaku warga masyarakat
yang sesuai dengan nilai-nilai yang ada, maka dapat dikatakan bahwa telah
terjadi disintegrasi.
Universitas Sumatera Utara
36
c. Memberikan pedoman kepada masyarakat untuk mengadakan sistem
pengendalian sosial (kontrol sosial). Kontrol sosial dalam suatu lembaga
sosial dapat dilakukan melalui berikut ini.
Pemberdayaan Fungsi sosial gereja yang dilakukan bersifat kompleks,
artinya bahwa gereja sebagai lembaga agama memiliki fungsi dan tanggungjawab
antara lain ::
1. Pelayanan /Bimbingan Mental
Bimbingan mental ini dilakukan secara intensif oleh pihak gereja kepada
para penghuni Rumah Singgah Pemulihan Anak Indonesia
Gereja Bethel
Indonesia di Medan.. Bagian ini merupakan bagian yang sangat penting guna
menumbuhkan rasa percaya diri serta spiritualitas penghuni Rumah Singgah.
Karena pada dasarnya mereka memiliki semangat dan rasa percaya diri yang
selama ini tersimpan jauh di dalam dirinya. Selain itu mereka juga mempunyai
potensi yang cukup besar, hanya saja belum memiliki penyaluran atau sarana
penghantar dalam memanfaatkan potensi-potensi tersebut.
2. Pelayanan/Bimbingan Kesehatan
Bimbingan kesehatan dari tim pelayanan departemen Diakonia Rumah
Singgah Pemulihan Anak Indonesia
Gereja Bethel Indonesia di Medan)
dilakukan 1 bulan sekali, hal ini bertujuan untuk memberikan penyadaran kepada
mereka tentang pentingnya kesehatan, baik kesehatan tubuh maupun lingkungan.
Mereka juga diberikan penyuluhan tentang bahaya AIDS serta bagaimana proses
berkembangnya penyakit tersebut.
Universitas Sumatera Utara
37
3. Pelayanan/Bimbingan Ketertiban
Bimbingan ketertiban ini diisi oleh departemen Diakonia Rumah Singgah
Pemulihan Anak Indonesia Gereja Bethel Indonesia di Medan), dengan tujuan
memberikan pengarahan tentang tata tertib lalu lintas, serta peraturan di jalan
raya, sehingga para Rumah Singgah tidak lagi berkeliaran dijalan raya, karena
keberadaan mereka di jalanan sangat mengganggu keamanan serta ketertiban lalu
lintas.
4. Pelayanan/Bimbingan Keagamaan
Bimbingan keagamaan dilakukan secara intensif oleh pihak departemen
Diakonia Rumah Singgah Pemulihan Anak Indonesia Gereja Bethel Indonesia di
Medan, guna untuk menguatkan kembali keimanan..mereka diberikan pembinaan
setiap hari selasa oleh gereja Betani dan Gereja persatuan masyarakat kota.
2.2.Fungsi Gereja dalam Pemberdayaan Agama dalam Masyarakat
Dalam hal fungsi, masyarakat dan agama itu berperan dalam mengatasi
persoalan-persoalan yang timbul di masyarakat yang tidak dapat dipecahakan
secara empiris karena adanya keterbatasan kemampuan dan ketidakpastian.
Oleh karena itu, diharapkan agama menjalankan
masyarakat
merasa
fungsinya
sehingga
sejahtera, aman, stabil, dan sebagainya. Agama dalam
masyarakat bisa difungsikan sebagai berikut (Bennydaniarsa, 2011) :
1. Fungsi Edukatif
Agama memberikan bimbingan dan pengajaran dengan perantara petugaspetugasnya (fungsionaris) seperti syaman, dukun, nabi, kiai, pendeta imam, guru
agama dan lainnya, baik dalam upacara (perayaan) keagamaan, khotbah, renungan
(meditasi) pendalaman rohani, dsb.
Universitas Sumatera Utara
38
2. Fungsi Penyelamatan
Bahwa setiap manusia menginginkan keselamatan baik dalam hidup
sekarang ini maupun sesudah mati. Jaminan keselamatan ini hanya bisa mereka
temukan dalam agama. Agama membantu manusia untuk mengenal sesuatu “yang
sakral” dan “makhluk teringgi” atau Tuhan dan berkomunikasi dengan-Nya.
Sehingga dalam yang hubungan ini manusia percaya dapat memperoleh apa yang
ia inginkan. Agama sanggup mendamaikan kembali manusia yang salah dengan
Tuhan dengan jalan pengampunan dan Penyucian batin.
3. Fungsi Pengawasan sosial (social control)
Fungsi agama sebagai kontrol sosial yaitu :
a.
Agama meneguhkan kaidah-kaidah susila dari adat yang dipandang baik
bagi kehidupan moral warga masyarakat.
b.
Agama mengamankan dan melestarikan kaidah-kaidah moral ( yang
dianggap baik ) dari serbuan destruktif dari agama baru dan dari system
hukum Negara modern.
4. Fungsi Memupuk Persaudaraan
Kesatuan persaudaraan berdasarkan kesatuan sosiologis ialah kesatuan
manusia-manusia yang didirikan atas unsur kesamaan.
a.
Kesatuan persaudaraan berdasarkan ideologi yang sama, seperti liberalism,
komunisme, dan sosialisme.
b.
Kesatuan persaudaraan berdasarkan sistem politik yang sama. Bangsabangsa bergabung dalam sistem kenegaraan besar, seperti NATO, ASEAN
dll.
Universitas Sumatera Utara
39
c.
Kesatuan persaudaraan atas dasar se-iman, merupakan kesatuan tertinggi
karena dalam persatuan ini manusia bukan hanya melibatkan sebagian dari
dirinya saja melainkan seluruh pribadinya dilibatkan dalam satu intimitas
yang terdalam dengan sesuatu yang tertinggi yang dipercayai bersama
5. Fungsi Transformatif.
Fungsi transformatif disini diartikan dengan mengubah bentuk kehidupan
baru atau mengganti nilai-nilai lama dengan menanamkan nilai-nilai baru yang
lebih bermanfaat.
Sedangkan menurut
Thomas
F. O’Dea menuliskan
enam fungsi
agama dan masyarakat yaitu:
a. Sebagai pendukung, pelipur lara, dan perekonsiliasi.
b. Sarana hubungan transendental melalui pemujaan dan upacara
c. Ibadat.
d. Penguat norma-norma dan nilai-nilai yang sudah ada.
e. Pengoreksi fungsi yang sudah ada.
f. Pemberi identitas diri.
g. Pendewasaan agama.
Sedangkan menurut Hendropuspito (2000) lebih ringkas lagi, akan
tetapi intinya hampir sama. Menurutnya fungsi agama dan masyarakat
itu adalah edukatif, penyelamat, pengawasan sosial, memupuk persaudaraan,
dan transformatif.
Universitas Sumatera Utara
40
2.3.Kemiskinan
2.3.1.Pengertian
Suatu situasi atau kondisi yang dialami oleh seseorang atau kelompok
orang yang gtidak mampu menyelenggarakan sampai suatu taraf yang dianggap
manusiawi. (Parwoto,2011)
Keadaan serba kekurangan harta benda dan benda berharga yang diderita
oleh seseorang atau sekelompok orang yang hidup dalam lingkungan serba miskin
atau serba kekurangan modal, uang, pengetahuan, kekuatan sosial, fisik, hokum,
maupun akses terhadap fasilitas pelayanan umum, kesempatan kerja dan berusaha.
( Suparlan, 2000).
Kemiskinan mempunyai banyak sisi ekonomi sosial politik. (Harris-White,
2005). Secara ekonomi penduduk miskin tidak memiliki apa-apa (giving-nothing),
secara sosial tidak memiliki apa-apa (being-nothing), dan secara politik mereka
tidak memperoleh hak kecuali korban pembangunan (having no rights and being
wrong) karena multidimensi, kemiskinan itu ibarat kecantikan yang didefinisikan
berbeda oleh orang yang melihatnya.
Dalam buku Pedoman Komite Penanggulangan Kemiskinan (2003: 45),
disebutkan bahwa yang dimaksud dengan masyarakat miskin umumnya ditandai
oleh ketidakberdayaan atau ketidakmampuan (powerless) dalam beberapa hal,
yaitu: (1) ketidakmampuan memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasar seperti pangan
dan gizi, sandang, papan, pendidikan, dan kesehatan, (2) ketidakberdayaan
melakukan kegiatan usaha produktif, (3) ketidakberdayaan menjangkau akses
sumber daya sosialdan ekonomi, (4) ketidakmampuan menentukan nasibnya
sendiri serta senantiasa mendapat perlakuan diskriminatif, mempunyai perasaan
Universitas Sumatera Utara
41
ketakutan
dan
kecurigaan
serta
sikap
apatif
dan
fatalistik,
dan
(5)
ketidakmampuan membebaskan diri dari mental dan budaya miskin serta
senantiasa merasa mempunyai martabat dan harga diri yang rendah.
2.3.2. Ciri-ciri kemiskinan
Ciri-ciri kemiskinan menurut rumah tangga miskin di Indonesia
berdasarkan hasil penelitian oleh Tjiptohedjanto dalam Yuanita Harahap (2006)
adalah sebagai berikut:
a. Pada umumnya memiliki jumlah anggota rumah tangga yang besar.
b. Kepala rumah tangga merupakan pekerja rumah tangga.
c. Tingkat pendidikan kepala dan anggota rumah tangga rendah.
d. Sering berubah pekerjaan.
e. Sebagian besar mereka yang telah bekerja namun masih menerima
tambahan pekerjaan lain bila ditawarkan.
f. Sumber penghasilan pertama dari sektor pertanian
2.3.3.Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kemiskinan menurut para Ahli.
Setiap permasalahan timbul pasti karna ada faktor yang mengiringinya
yang menyebabkan timbulnya sebuah permasalahan, begitu juga dengan masalah
kemiskinan yang dihadapi oleh negara indonesia.
Kartasasmita dalam Rahmawati (2006) mengemukakan bahwa, kondisi
kemiskinan dapat disebabkan oleh sekurang-kurangnya empat penyebab,
diantaranya yaitu :
1. Rendahnya Taraf Pendidikan
Taraf pendidikan yang rendah mengakibatkan kemampuan pengembangan
diri terbatas dan meyebabkan sempitnya lapangan kerja yang dapat dimasuki.
Universitas Sumatera Utara
42
Taraf pendidikan yang rendah juga membatasi kemampuan seseorang untuk
mencari dan memanfaatkan peluang.
2. Rendahnya Derajat Kesehatan
Taraf kesehatan dan gizi yang rendah menyebabkan rendahnya daya tahan
fisik, daya pikir dan prakarsa.
3. Terbatasnya Lapangan Kerja
Selain kondisi kemiskinan dan kesehatan yang rendah, kemiskinan juga
diperberat oleh terbatasnya lapangan pekerjaan. Selama ada lapangan kerja atau
kegiatan usaha, selama itu pula ada harapan untuk memutuskan lingkaran
kemiskinan.
4. Kondisi Keterisolasian
Banyak penduduk miskin secara ekonomi tidak berdaya karena terpencil
dan terisolasi. Mereka hidup terpencil sehingga sulit atau tidak dapat terjangkau
oleh pelayanan pendidikan, kesehatan dan gerak kemajuan yang dinikmati
masyarakat
lainnya.
Universitas Sumatera Utara
KAJIAN PUSTAKA
2.1.Kajian Pustaka
2.1.1. Fungsi Sosial
2.1.1.1.Pengertian
Istilah fungsi sosil mengacu pada cara-cara bertiingkah laku atau
melakukan tugas-tugas kehidupan dalam memenuhi kebutuhan hidup individu ,
orang seorang maupun sebagai keluarga, kolektif, masyarakat., organisasi dsb.
Pelaksanaan fungsi sosial dapat dievaluasi / dinilai apakah memenuhi kebutuhan
dan membantu mencapai kesejahteraan bagi orang ybs, dan bagi masyarakat,
apakah normal dapat diterima masyarakat sesuai dengan norma sosial. Untuk
dapat berfungsi sosial secara baik ada tiga faktor penting yang saling berkaitan
untuk dilaksanakan yaitu (Husain, 2011):
1. Faktor status sosial yaitu kedudukan seseorang dalam suatu kehidupan
bersama , dalam keluarga, kelompok, organisasi atau masyarakat yaitu
seseorang yang diberi kedudukan agar melakukan tugas - tugas yang
pokok sebagai suatu tanggung jawab atas kewajibannya ( kompetensi ).
Misalnya seorang berstatus
sebagai : Ketua , Ayah, Mahasiswa,
Pegawai, dsb.
2. Faktor role sosial yaitu peranan sosial, berupa kegiatan tertentu yang
dianggap penting dan diharapkan harus dikerjakan sebagai kosekwensi
dari status sosialnya dalam kehidupan bersama ( keluaraga, kelompok,
12
Universitas Sumatera Utara
13
3. masyarakat ) Misalnya Ayah harus berperan sebagai pencari nafkah bagi
keluarga, Ibu berperan sebagai pengurus rumah tangga dan mengasuh
anak, Anak berperan
sebagai pembantu mengurus adik-adiknya yang
kesekolah , dsb. Penampilan peranan sosial secara efektif menyangkut
penyediaan sumber dan pelakasanan tugas sehingga individu dan atau
kelompok, seperti keluarga, mampu mempertahankan diri, tumbuh dan
berkembang, menyenangi dan menikmati kehidupan . Penampilan peran
ini dinilai baik oleh orang yang bersangkutan maupun dinilai normal oleh
masyarakat dilingkungannya
4. Faktor norma sosial yaitu hukum, peraturan , nilai-nilai masyarakat, adat
istiadat, agama, yang menjadi patokan apakah status sosial sudah
diperankan sudah dilaksanakan sebagaiman mestinya , dengan normal,
wajar, dapat diterima oleh masyarakat , bermanfaat bagi orang – orang
dalam kehidupan bermasyarakat. Pekerja Sosial
dapat mengadakan
evaluasi dan intervensi pelaksanaan fungsi yang dilakukan orang secara
individu maupun sebagai kelompok.
2.1.1.2.Teori Fungsi Sosial
Teori Fungsionalisme Struktural meupakan bagian dari paradigma Fakta
Sosial,yang meneliti barang sesuatu dan Fakta Sosial yang terlihat maupun yang
tidak terlihat.Teori ini juga menjelaskan bahwa masyarakat merupakan suatu
sistem sosial yang terdiri atas bagian-bagian atau elemen-elemen yang saling
berkaitan, saling menyatudalam keteraturan dan keseimbangan. Perubahan yang
terjadi pada satu bagian akanmenyebabkan perubahan terhadap bagian yang lain.
Asumsi dasarnya adalah bahwasetiap struktur sosial dan sistem sosial terdapat
Universitas Sumatera Utara
14
bagian atau elemen bersifat fungsional terhadap bagian atau elemen yang lain.
sebaliknya jika tidak fungsional maka struktur itu tidak akan ada atau akan hilang
dengan sendirinya (George Ritzer, 2010:21). Teori ini juga menjelaskan bahwa
struktur sosial dan institusi sosial berhubungan denganfungsi dari fakta-fakta
sosial. MenurutRobert K Merton penganut teori ini, berpendapat bahwa obyek
analisa sosiologi adalahfakta sosial seperti: peranan sosial, pola-pola institusional,
proses sosial, organisasikelompok, pengendalian sosial dan lain-lain (George
Ritzer, 2010)
2.1.2.Kelembagaan
2.1.2.1.Pengertian
Djogo, et al (2003) mengemukakan bahwa kelembagaan adalah “suatu
tatanan dan pola hubungan antara anggota masyarakat atau organisasi yang saling
mengikat yang dapat menentukan bentuk hubungan antar manusia atau antar
organisasi yang diwadahi dalam suatu organisasi atau jaringan dan ditentukan
oleh faktor-faktor pembatas dan pengikat berupa norma, kode etik aturan formal
maupun informal untuk pengendalian perilaku sosial serta insentif untuk
bekerjasama dan mencapai tujuan bersama.
Institusi atau kelembagaan adalah aturan – aturan (constraints) yang
diciptakan oleh manusia untuk mengatur dan membentuk interaksi politik, sosial
dan ekonomi. Aturan – aturan tersebut terdiri dari aturan – aturan formal
(misalnya: peraturan – peraturan, undang – undang, konstitusi) dan aturan – aturan
informal (misalnya: norma sosial, konvensi, adat istiadat, sistem nilai) serta proses
penegakan aturan tersebut (enforcement). Secara bersama – sama aturan– aturan
tersebut menentukan struktur insentif bagi masyarakat, khususnya perekonomian.
Universitas Sumatera Utara
15
Aturan – aturan tersebut diciptakan manusia untuk membuat tatanan (order) yang
baik dan mengurangi ketidakpastian di dalam proses pertukaran (Arsyad, 2010),
Menurut Pratama (2012) kelembagaan, institusi, pada umumnya lebih di
arahkan kepda organisasi, wadah atau pranata. Organisasi berfungsi sebagai
wadah atau tempat, sedangkan pengertian lembaga mencakup juga aturan main,
etika , kode etik, sikap dan tingkah laku seseorang atau suatu organisasi atau suatu
system.
Kelembagaan berasal dari kata lembaga, yang berarti aturan dalam
organisasi atau kelompok masyarakat untuk membantu anggotanya agar dapat
berinteraksi satu dengan yang lain untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Selain
itu lembaga juga dapat diartikan sebagai aturan dalam sebuah kelompok sosial
yang sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial, politik dan ekonomi (Pratama,
2012).
Kelembagaan adalah suatu hubungan dan tatanan antara anggota
masyarakat atau organisasi yang melekat, di wadahi dalam suatu jaringan atau
organisasi, yang dapat menentukan suatu hubungan antara manusia atau
organisasi dengan ditentukan oleh faktor-faktor pembatas dan pengikat brupa
norma, kode etik atau aturan formal dan non-formal untuk berkerjasama demi
mencapai tujuan yang diinginkan, menurut bulkis, kelembagaan berarti
seperangkat peraturan yang mengatur tingakah laku masyarakat untuk
mendapatkan tujuan hidup mereka. Kelembagaan berisi sekelompok orang yang
bekerjasama dengan pembagian tugas tertentu untuk mencapai suatu tujuan yang
diinginkan. Tujuan peserta kelempok dapat berebeda, tetapi dalam organisasi
menjadi satu kesatuan. Kelembagaan lebih ditekankan pada aturan main (the
Universitas Sumatera Utara
16
rules) dan kegiatan kolektif (collective action) untuk mewujudkan kepentingan
umum atau bersama. Kelembagaan menurut beberapa ahli, sebagian dilihat dari
kode etik dan aturan main. Sedangkan sebagian lagi dilihat pada organisasi
dengan struktur, fungsi dan menejemennya. Saat ini kelembagaan biasanya
dipadukan antara organisasi dengan aturan main. Kelembagaan merupakan suatu
unit sosialn yang berusaha untuk mencapai tujuan tertentu dan menyebabkan
lembaga tunduk pada kebutuhan tersebut.
Kelembagaan adalah suatu jaringan yang terdiri dari sejumlah orang dan
lembaga untuk tujuan tertentu, memiliki aturan dan norma, serta memiliki
struktur. Dalam konteks kelembagaan ada tiga kata kunci, yaitu: norma, perilaku,
kondisi dan hubungan sosial. Signifikansi ketiga kata kunci tersebut dicerminkan
dalam perilaku dan tindakan, baik dalam tindakan tindakan individu, maupun
dalam tindakan kolektif. Setiap keputusan yang diambil selalu akan terkait atau
dibatasi oleh norma dan pranata sosial masyarakat dan lingkungannya. Kondisi
demikian menunjukkan bahwa proses pengambilan keputusan dalam masyarakat
merupakan suatu tindakan berbasis kondisi komunitas (community-based action)
yang dapat dimanfaatkan sebagai salah satu celah masuk (entry-point) upaya
diseminasi teknologi.
Beberapa unsur penting dalam kelembagaan adalah isntitusi, yang
merupakan landasan untuk membangun tinkah laku sosial masyarakat, norma
tingkah laku yang telah mengakar pada kehidupan masyarakat dan telah diterima
untuk mencapai tujuan tertentu, peraturan dengan penegakan aturan, aturan dalam
masyarakat yang memberikan wadah koordinasi dan kerjasama dengan dukungan
hak dan kewajiban serta tingkah laku anggota, kode etik, kontrak, pasar, hak
Universitas Sumatera Utara
17
milik, organisasi, insentif. Kelembagaan lokal dan area aktifitasnya terbagi
menjadi tiga kategori, yaitu kategori sektor publik (administrasi lokal dan
pemerintah lokal), kategori sektor suka rela (organisasi keanggotaan dan
koperasi), organisasi swasta (organisasi jasa dan bisnis swasta).
Berdasarkan beberapa teori diatas dapat diketahui pengertian kelembagaan
adalah suatu pola hubungan antara anggota masyarakat yang saling mengikat,
diwadahi dalam suatu jaringan atau organisasi dengan ditentukan oleh faktorfaktor pembatas dan pengikat berupa norma, kode etik aturan formal dan nonoformal untuk bekerjasama demi mencapai tujuan yang diinginkan.
2.1.2.2.Aspek Kelembagaan
Kelembagaan berisikan dua aspek penting yaitu (Yudha, 2012) :
a. Aspek kelembagaan
Aspek kelembagaan meliputi perilaku atau perilaku social dimana inti
kajiannya adalah tentang nilai (value), norma (norm), custom, mores,
folkways, usage, kepercayaan, gagasan, doktrin, keinginan, kebutuhan,
orientasi dan lain-lain. Bentuk perubahan social dalam aspek kelembagaan
bersifat kultural dan proses perubahannya membutuhkan waktu yang lama.
b. Aspek keorganisasian
Aspek keorganisasian meliputi struktur atau struktur social dengan inti
kajiannya terletak pada aspek peran (role). Lebih jauh aspek structural
mencakup: peran, aktivitas, hubungan antar peran, integrasi social, struktur
umum, perbandingan struktur tekstural dengan struktur factual, struktur
kewenangan atau kekuasaan, hubungan antar kegiatan dengan tujuan yang
hendak dicapai, aspek solidaritas, klik, profil dan pola kekuasaan. Bentuk
Universitas Sumatera Utara
18
perubahan social dalam aspek keorganisasian bersifat structural dan
berlangsung relatif cepat.
2.1.2.3.Jenis-jenis Kelembagaan
a. Jenis-jenis lembaga pemasyarakatan dibagi atas berbagai tipe sesuai dengan
berbagai sudut pengamatan (Yudha, 2012) :
b. Dari sudut perkembangannya kelembagaan terdiri dari Criscive Institution and
Enacted Institution. Yang pertama merupakan lembaga yang tumbuh dari
kebiasaan masyarakat. Sementara yang kedua dilahirkan dengan sengaja untuk
memenuhi kebutuhan manusia.
c. Dari sudut sistem nilai kelembagaan masyarakat dibagi menjadi dua yakni
Basic institution and Subsidiary Institution. Yang pertama merupakan
lembaga yang memegang peranan penting dalam mempertahankan tata tertib
masyarakat sementara yang kedua kurang penting karena hanya jadi
pelengkap.
d. Dari sudut penerimaan masyarakat, terdiri dari dua yaitu Sanctioned
Institution and unsanctioned Institution. Yang pertama merupakan kelompok
yang dikehendaki seperti sekolah dll, sementara yang kedua ditolak meski
kehadirannya akan selalu ada. Lembaga ini berupa pesantren sekolah, lembaga
ekonomi lain dan juga lembaga kejahatan.
e. Dari sudut faktor penyebabnya dibedakan atas General institutional and
Restriktic Institutional. Yang pertama merupakan organisasi yang umum dan
dikenal seluruh masyarakat contoh agama, sementara yang kedua merupakan
bagian dari institusi yakni Islam, Kristen, dan agama lainnya.
Universitas Sumatera Utara
19
f. Dari sudut fungsinya dibedakan atas dua yaitu Operatif Institutional and
regulatif Institutional. Yang pertama berfungsi untuk mencapai tujuan,
sementara yang kedua untuk mengawasi tata kelakuan nilai yang ada di
masyarakat.
Lembaga dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu lembaga formal dan
non-formal (Pratama, 2012).
a. Lembaga formal
Lembaga formal adalah kumpulan dua orang atau lebih yang memiliki
hubungan kerja rasional dan mempunyai tujuan bersama, biasaya mempunyai
struktur organisasi yang jelas, contohnya perseroan terbatas, sekolah, pertain
politik, badan pemerintah, dan sebagainya.
b. Lembaga non-formal
Lembaga non-formal adalah kumpulan dua orang atau lebih yang mempunyai
tujuan bersama dan biasanya hanya memiliki ketua saja. Contohnya arisan
ibu-ibu rumah tangga, belajar bersama, dan sebagainya. Lembaga formal
memiliki struktur yang menjelaskan hubungan-hubungan otoritas,kekuasaan
akuntabilitas dan tanggung jawab serta bagamaina bentuk saluran komunikasi
berlangsung dengan tugas-tugas bagi masing-masing anggota. Lembaga
formal bersifat terencana dan tahan lama, karena ditekankan pada aturan
sehingga tidak fleksibel. Pada lembaga non-formal biasanya sulit menentukan
untuk waktu nyata seorang untuk menjadi anggota organisasi, bahkan tujuan
dari organisasi tidak terspesifikasi dengan jelas. Lembaga non-formal dapat
dialihkan menjadi lembaga formal apabila kegiatan dan hubungan yang terjadi
Universitas Sumatera Utara
20
di dalam di lakukan secara terstruktur atau memiliki struktur organisasi yang
lengkap dan terumuskan.
2.1.2.4. Peran Kelembagaan
Kelembagaan merupakan salah satu unsur yang memegang peranan
penting dalam pembangunan di Indonesia. Banyak masalah-masalah pertanian dan
kehutanan yang hanya dapat dipecahkan oleh suatu lembaga. Sumberdaya
manusia, sumberdaya alam dan
teknologi yang dipayungi oleh suatu
kelembagaan merupakan faktor penggerak sebagai satu kesatuan sistem dalam
pembangunan pertanian dan kehutanan (Yohanes, et al. dalam Setiana, 2012).
Kelembagaan dalam hal ini bukan hanya menyangkut kelembagaan
usaha tani, tetapi juga peranan kelembagaan-kelembagaan penunjang dalam
pengembangan pertanian yag dapat mendukung pembangunan dan usaha
agribisnis. Lebih jauh lagi pentingnya lembaga di pedesaan dalam pembangunan
pertanian dan kehutanan diuraikan sbb. (Yohanes, et al. dalam Setiana, 2012)
a. Banyak masalah-masalah
pertanian hanya dapat dipecahkan oleh
suatu
lembaga.
b. Suatu organisasi atau lembaga dapat memberi kontribusi pada usaha-usaha
pertanian terkait dengan penyebaran dan pengembangan teknologi. Dalam
jangka panjang, kemampuan masyarakat petani untuk bekerjasama, sama
pentingnya dengan perolehan pengetahuan teknis.
c. Pada suatu masyarakat desa yang akan bersaing dengan dunia luar, mereka
perlu terorganisasi. Lembaga-lembaga tingkat desa dapat menyediakan
pengalaman
dalam
keterampilan
yang
harus
dipelajari
agar
dapat
mengorganisasikan diri.
Universitas Sumatera Utara
21
Peran Kelembagaan membuat orang atau anggota masyarakat saling
mendukung dan bisa berproduksi atau menghasilkan sesuatu karena ada
keamanan, jaminan akan penguasaan atas sumberdaya alam yang didukung oleh
peraturan dan penegakan hukum serta insentif untuk mentaati aturan atau
menjalankan institusi.
2.1.2.5.Teori Kelembagaan
Teori kelembagaan merupakan suatu visi yang meliputi beberapa
pendekatan lain, bahkan beberapa bidang ilmu pengetahuan lain sperti sosiologi
dan ekonomi. Institusionalisme baru
mempunyai banyak aspek dan variasi.
Misalnya, institusionalisme baru sosiologi, institusionalisme baru ekonomi,dan
sebagainya. Disebut institusional baru karena ia merupakan penyimpangan dari
institusionalisme lama. Institusionalisme baru melihat institusi negara sebagai hal
yang dapat diperbaiki ke arah suatu tujuan tertentu, seperti misalnya membangun
masyarakat yang lebih makmur. Usaha itu perlu ada semacam rencana yang
secara praktis menetukan langkah-langkah untuk tercapainya tujuan itu.
Intitusionalisme baru sebenarnya dipicu oleh pendekatan behavioralis yang
melihat politik dan kebijakan publik sebagai hasil dari perilaku kelompok besar
atau massa, dan pemerintah sebagai institusi yang hanya mencerminkan kegiatan
masa itu. Bentuk dan sifat institusi ditentukan oleh aktor serta pilihannya. Dengan
demikian kedudukan sentral dari institusi-institusi dalam membentuk kebijakan
publik dinomorduakan.
Maka timbul keinginan untuk merenungkan kembali pandangan ini, dan
kembali memandang negara, dengan berbagai institusinya, sebagai instansi utama,
yang merupakan faktor penting dalam menentukan dan membatasi berbagai aspek
Universitas Sumatera Utara
22
yang diutamakan oleh pendekatan behavioralis. Pendekatan institusionalisme baru
menjelasskan bagaimana organisasi institusi itu, apa tanggung jawab dari setiap
peran dan bagaimana peran dan institusi berinteraksi.
Dapat dikatakan bahwa suatu institusi adalah organisasi adalah organisasi
yang tertata melalui pola perilaku yang diatur oleh peraturan yang telah diterima
sebagai
standar. Institusi adalah peraturan-peraturan
yang
stabil,
yang
memungkinkan orang yang sebenarnya hanya mementingkan diri sendiriuntuk
bekerjasama dengan orang lainuntuk tujuan bersama (Fitrianti, 2012)
Institusi-institusi memengaruhi dan menentukan cara para aktor berusaha
mencapai tujuannya. Intitusi menentukan, siapa aktor yang sah, jumlah aktor,siapa
menentukan tindakan.intitusi memberik stabilitas, sebabtidak tidak dapat diubah
begitu saja. Intitusi mempunyai kekuasaan yang sedikit banyak otonom dan para
aktor yang ingin mengubah institusi tertentu akan mempertimbangkan akibatakibat yang sering tidak dapat diramalkan
2.1.3.Lembaga Sosial
2.1.3.1.Pengertian
Menurut Hoarton dan Hunt, (Okayana, 2009) lembaga sosial (institutation)
bukanlah sebuah bangunan, bukan kumpulan dari sekelompok orang, dan bukan
sebuah organisasi. Lembaga (institutations) adalah suatu system norma untuk
mencapai suatu tujuan atau kegiatan yang oleh masyarakat dipandang penting atau
secara formal, sekumpulan kebiasaan dan tata kelakuan yang berkisar pada suatu
kegiatan pokok manusia. Dengan kata lain Lembaga adalah proses yang
terstruktur (tersusun} untuk melaksanakan berbagai kegiatan tertentu.
Universitas Sumatera Utara
23
Lembaga sosial atau dikenal juga sebagai lembaga kemasyarakatan salah
satu jenis lembaga yang mengatur rangkaian tata cara dan prosedur dalam
melakukan hubungan antar
manusia
saat mereka
menjalani kehidupan
bermasyarakat dengan tujuan mendapatkan keteraturan hidup.
2.1.3.2.Ciri-ciri Lembaga Sosial
Menurut Gillin (Ary, 2010) ciri-ciri umum lembaga sosial yaitu:
a. Suatu organisasi pola-pola pemikiran dan pola perilaku yang terwujud melalui
aktivitas-aktivitas kemasyarakatan dan hasil-hasilnya. Lembaga sosial terdiri
atas adat istiadat, tata kelakuan, kebiasaan-kebiasaan dan unsur-unsur
kebudayaan lainnya.
b. Suatu tingkat kekekalan tertentu yang merupakan ciri dari semua lembaga
masyarakat. Sistem-sistem kepercayaan dan aneka tindakan, baru akan
menjadi bagian lembaga kemasyarakatan setelah melewati waktu yang relatif
lama. Misalnya, suatu sistem pendidikan tertentu akan dapat diterapkan
seluruhnya setelah mengalamai masa percobaan.
c. Lembaga sosial mempunyai satu atau beberapa tujuan tertentu. Mungkin saja
tujuan tersebut tidak sesuai atau sejalan dengan fungsi lembaga yang
bersangkutan apabila dipandang dari sudut kebudayaan secara keseluruhan.
d. Mempunyai alat-alat perlengkapan yang dipergunakan untuk mencapai tujuan
lembaga yang bersangkutan, seperti bangunan, peralatan dan mesin. Bentuk
serta penggunaan alat-alat tersebut biasanya berbeda antara satu masyarakat
dengan masyarakat lainnya.
e. Mempunyai
lambang-lambang
sebagai
ciri
khas
dari
lembaga
kemasyarakatan. Lambang-lambang tersebut secara simbolis menggambarkan
Universitas Sumatera Utara
24
tujuan dan fungsi lembaga yang bersangkutan. Contohnya setiap angkatan
bersenjata mempunyai panji-panji, dan perguruan tinggi atau sekolah
mempunyai lambang masing-masing.
f. Mempunyai tradisi tertulis dan tidak tertulis yang merumuskan tujuannya, tata
tertib yang berlaku dan lain-lain. Tradisi tersebut merupakn dasar bagi
lembaga itu.
2.1.3.2.Tujuan Lembaga Sosial
Lembaga sosial dibentuk oleh masyarakat dengan tujuan untuk memenuhi
kebutuhan-kebutuhan pokok manusia, pada dasarnya mempunyai beberapa fungsi,
diantaranya (Ary, 2010) :
a.
Memberikan pedoman pada anggota-anggota masyarakat bagaimana mereka
harus bertingkah laku atau bersikap dalam menghadapi masalah-masalah
dalam masyarakat yang bersangkutan.
b.
Menjaga keutuhan dari masyarakat yang bersangkutan.
c.
Memberikan pegangan kepada masyarakat untuk mengadakan sistem
pengendalian sosial (social control) artinya sistem pengawasan dari
masyarakat terhadap tingkah laku anggota-anggotanya.
2.1.3.4.Fungsi Lembaga Sosial
Secara umum fungsi lembaga sosial dapat dibedakan atas dua bentuk yaitu
(Ary, 2010):
a. Fungsi manifes (nyata)
Fungsi manifes (nyata) adalah fungsi lembaga sosial yang disadari dan
menjadi harapan banyak orang. Contoh lembaga keluarga berfungsi sebagai
tempat sosialisasi dan internalisasi nilai-nilai dan norma-norma yang berlaku
Universitas Sumatera Utara
25
dalam masyarakat. Lembaga ekonomi berfungsi mengatur sistem produksi,
distribusi, dan konsumsi barang yang dibutuhkan oleh anggota masyarakat.
b. Fungsi laten
Fungsi laten adalah fungsi lembaga sosial yang tidak disadari dan bukan
menjadi tujuan utama banyak orang. Dengan kata lain, fungsi laten adalah
fungsi yang tidak tampak di permukaan dan tidak diharapkan masyarakat,
tetapi ada. Contoh dalam lembaga keluarga perkawinan dijadikan sarana untuk
menutup rasa malu dari anggapan yang mengatakan bahwa orang yang tidak
menikah berarti tidak laku. Dalam lembaga politik pemilu dijadikan sarana
untuk mendapat kekuasaan semata karena dengan ekuasaan seseorang dapat
menumpuk kekakayaan sebanyak-banyaknya.
2.1.3.5. Jenis-Jenis Lembaga Sosial
Kebutuhan manusia baik sebagai individu maupun kelompok sangat
beranekaragam. Untuk itu bentuk lembaga juga bermacam-macam sesuai dengan
fungsinya
dalam
memenuhi
kebutuhan
manusia
yang
beranekaragam
tersebut.terdapat beberapa lembaga sosial pokok yang tumbuh dan berkembang
dalam kehidupan masyarakat seperti lembaga keluarga, lembaga ekonomi,
lembaga pendidikan, lembaga politik, dan lembaga agama.
a. Lembaga Keluarga
Keluarga memiliki fungsi sosial majemuk bagi terciptanya kehidupan sosial
dalam masyarakat. Dalam keluarga diatur hubungan antar anggota keluarga
sehingga tiap anggota mempunyai pern dan fungsi yang jelas.
Universitas Sumatera Utara
26
b. Lembaga Ekonomi
Lembaga ekonomi adalah lembaga-lembaga berkisar pada lapangan produksi,
distribusi, konsumsi (pemakaian) barang-barang dan jasa yang diperlukan bagi
kelangsungan hidup masyarakat. Setiap pemenuhan kebutuhan tudak
selamanya dapat dihasilkan masyarakat sendiri, adakalanya memerlukan
masyarakat lain yang memiliki barang-barang yang dibutuhkan maka
timbullah proses tukar menukar barang-barang kebutuhan tersebut, prosesnya
dimulai dari sistem barter, kemudian menggunakan uang sebagai alat tukar
yang sah, sesuai dengan harga yang disepakati.
c. Lembaga Politik
Politik merupakan suatu aspek kehidupan sosial yang tidak dapat dihindarkan
oleh setiap orang di dalam suatu negara. Politik pada umumnya disamakan
dengan penggunaan pengaruh, perjuangan kekuatan dan persaingan di antara
individu dan kelompok atas lokasi ganjaran atau nilai-nilai di dalam
masyarakat. Politik juga mencakup proses pengendalian sosial, termasuk
lingkungan dan pencapaian bersama. Prnata politik adalah suatu pola tingkah
laku manusia yang sudah mapan, yang terdiri dari interaksi sosial yang
tersusun didalam suatu kerangka nilai yang relevan. Pranata politik dibentuk
berdasarkan konstitusi dokumen-dokumen dasar atau beberapa kebiasaan,
sehingga terbentuk struktur dan proses formal legeslatif, eksekutif,
administratif dan hukum. Pranata politik memiliki fungsi untuk memelihara
ketertiban didalam menjaga keamanan di luar, mengusahakan kesejahteraan
umum, dan mengatur proses politik. Sehingga untuk menjalankannya
diperlukan kekuasaan dari pemerintah yang dapat melindungi kepentingan
Universitas Sumatera Utara
27
rakyat dan kesejahteraan umum dari berbagai tekanan dan dorongan pihak
yang ingin mengacaukan.
d. Lembaga Pendidikan
Pendidikan sebenarnya hampir sama dengan proses sosialisasi terhadap anak,
tetapi pendidikan sekolah selain proses sosialisasi juga mentransfer
pengetahuan dasar dari setiap bidang ilmu atau menyosialisasikan kebudayaan
kepada
warga
masyarakat
terutama
generasi
muda,
dengan
tujuan
mencerdaskan kehidupan bangsa. Selain itu pendidikan mempunyai tugas
mempertahankan atau melakukan pelestarian terhadap sistem nilai-nilai yang
berlaku, dan pendidikan dituntut dapat berperan penuh dalam mempercepat
perubahan sosial. Nilai dan budaya diturunkan dari generasi ke generasi
melalui pendidikan sekolah, berarti sekolah berbagai pranata formal adalh
tempat untuk menyosialisasikan warisan nilai budaya, disamping pengetahuan
kepada anak didik.
e. Lembaga Agama
Hubungan antara manusia maupun hubungan manusia dengan TuhanNya,
dapat dikaji melalui sisiologi agama. Agama menurut sosiologi adalah suatu
jenis sistem sosial yang dibuat oleh penganut – penganutnya yang berporos
kepada kekuatan non empiris yang dipercayainya dan didayagunakan untuk
mencapai keselamatan bagi diri mereka dan masyarakat luas pada umumnya.
Berdasarkan definisi agama tersebut maka diuraikan pengertiannya satu
per satu meliputi berikut ini :
a. Agama disebut jenis sistem sosial. Bahwa agama dapat dikatakan sebagai
suatu fenomena sosial, suatu peristiwa kemasyarakatan.
Universitas Sumatera Utara
28
b. Agama berporos pada kekuatan – kekuatan non – empiris. Ungkapan ini
hendak mengatakan bahwa agama memiliki ciri khas yang berurusan dengan
dunia luar yang dihuni oleh kekuatan – kekuatan yang lebih tinggi daripada
kekuatan manusia dan dipercayai sebagia arwah, roh, dan kekuatan
supranatural.
c. Manusia mendayagunakan kekuatan – kekuatan tersebut untuk kepentingan
dirinya sendiri. Yang dimaksud dengan kepentingan (keselamatan) ialah
keselamatan di dunia sekarang ini dan keselamatan di alam lain (akhirat) yang
dimasuki manusia sesudah kematiannya.
2.1.4. Gereja sebagai Lembaga Sosial
Institusi sosial adalah suatu perkumpulan yang dilembagakan oleh undangundang, adat, atau kebiasaan atau juga dapat berarti perkumpulan, panguyuban,
organisasi sosial yang berkenaan dengan masyarakat. Demikian juga halnya
dengan Gereja yang notabenenya sebagai institusi sosial, adalah suatu lembaga
yang diakui oleh UU, diakui oleh pemerintah itu artinya kehadiran gereja
bukanlah sesuatu yang ilegal, khususnya dalam konteks Indonesia. Dalam
kehidupannya, Gereja memiliki dimensi institusi sosial karena secara sosiologi
gereja
dipandang
sebagai persekutuan keagamaan
orang
Kristen
yang
terorganisasi, berkembang, dan berperan dalam masyarakat. Sebagai institusi
sosial Gereja tidak dapat dipisahkan apalagi memisahkan diri dari lingkungan
dimana ia ada. Banyak hal yang bisa dilakukan oleh Gereja sebagai institusi sosial
misal: memberikan bantuan terhadap korban bencana alam, berperan aktif dalam
kegiatan kemasyarakatan
Universitas Sumatera Utara
29
Sebagai institusi sosial, gereja memiliki:
a. sejarah dan struktur tertentu serta sepertangkat rumusan kepercayaan
b. visi dan misi
c. tujuan
Sebagai lembaga sosial, Fungsi Gereja dapat diketahui dari sejauh mana
Pendekatan Pelayanan Gereja sebagai Lembaga Sosial terhadap masyarakat
(Wiyanto, 2008).
J. C. Sikkel pernah mengatakan bahwa “The church can live without
buildings, without diakonea the church dies”. Secara teologis ini berarti , bahwa
diakonia adalah nafas gereja. Ia baru menjadi gereja bila ia melakukan diakonia
(Patola, 2007).
Berbicara
tentang kiprah pelayanan gereja
dalam
pemberdayaan
anggotanya, bahkan sampai menyentuh kepentingan masyarakat luas, serta
membangun kua- litas kehidupan manusia yang lebih baik, dapat digolongkan
dalam tiga model pendekatan pelayanan karitatif, reformatif dan transformatif.
Institusi Sosial adalah suatu perkumpulan yang dilembangakan oleh
undang-undang, adat atau kebiasaan atau juga dapat berarti perkumpulan,
paguyuban, organisasi sosial yang berkenaan dengan masyarakat.
Perbedaan gereja dengan institusi sosial adalah gereja bersifat rohani dan
institusi sosial bersifat duniawi.Persamaan gereja dan institusi sosial
a. Memiliki keanggotaan yang teratur
b. Ada pengurus
c. Membuka diri untuk masyarakat
d. Memiliki anggaran
Universitas Sumatera Utara
30
e. Memiliki visi, misi, program kerja, angenda rapat
2.1.5.Diakonia
2.1.5.1.Pengertian
Secara harafiah, kata diakonia berarti memberi pertolongan atau
pelayanan. Dalam bahasa Ibrani pertolongan, penolong, ezer dalam Kej. 2:18, 20;
Mzm. 121:1. Diakonia dalam bahasa Ibrani disebut syeret yang artinya melayani.
Dan dalam terjemahan bahasa Yunani, kata diakonia disebutkan diakonia
(pelayanan), diakonein (melayani), dan diakonos (pelayan) ( Noordegraaf, 2004).
Pengertian diakonia sendiri diambil dari bahasa Yunani “Diakonein.”
Diakonein berarti melayani meja, melayani kebutuhan-kebutuhan fisik. Secara
luas pada zaman itu diartikan menyiapkan makanan sebagai korban kepada dewadewi. Pada perkembangannya diakonia diartikan melayani dalam arti umum atau
melayani kebutuhan jemaat. Diakonia adalah tindakan dari diakonein, sedangkan
diakonos adalah orang yang melakukan diakonia (Surbakti, 2010).
Istilah diakonia sebenarnya, sudah terlihat sejak dari Perjanjian lama.
Dalam Kitab Kejadian jelas dikatakan bahwa Allah menciptakan segala sesuatu
dari yang tidak ada menjadi ada (Ex Nihilo) dan semua yang diciptakan Allah
sungguh amat baik (Kej. 1:10-31) Lassor, 2001. Allah juga membuktikan
pemeliharaan-Nya secara khusus ditujukan kepada manusia yaitu sebagai
pelayanan. Manusia sebagai wakil Allah untuk melayani-Nya dalam mengurus
bumi dan isinya. Inilah panggilan pertama bagi manusia untuk melayani dan
sebagai manusia ciptaan Tuhan, seharusnya ia melayani. Pelayanan Allah bagi
dunia terfokus kepada bangsa Israel sebagai karya penyelamatan-Nya. Dalam
keluhan
bangsa-Nya,
Allah
juga
mendengarkan
seruan
mereka,
Allah
Universitas Sumatera Utara
31
memperdulikan orang Israel dan menyatakan keselamatan serta penebusan.
Pembebasan ini bertujuan supaya bangsa yang sudah dibebaskan melayani Allah
dalam kebebasannya dan menjawab kasih-Nya dengan belas kasih (Sihombing,
2013).
Dalam kebudayaan Yunani, kata diakonein dan diakonos memiliki arti
yang luas dan tidak dapat diterjemahkan hanya dengna memakai bahasa Indonesia
saja. Itu dapat merujuk kepada beberapa arti, yaitu (Sihombing, 2013):
a. Diakonia berarti suatu pekerjaan yang hina sifatnya, yang hanya dilakukan
budak belian.
b.
Diakonia adalah kewajiban para budak belian, yang harus dilakukannya tanpa
pamrih. Itu berarti bahwa pelaku diakonia itu dituntut kesediaannya
menanggung penderitaan demi pemuasan hati tuannya.
c.
Diakonia adalah kesediaan memberikan tenaga pengolahan pertanian,
peternakan, bongkar muat barang ke dalam kapal, bahkan menjadi tenga
pendayung kapal layar.
Salah satu dari tri tugas gereja adalah diakonia (selebihnya marturia dan
koinonia). Secara singkat, diakonia dapat berarti melayani. Tentu tidaklah sulit
bagi orang Kristen menemukan atau mendengar kata melayani atau pelayanan.
Tanya saja kepada pendeta yang akan bertugas berkhotbah pada hari Minggu –
kalau tidak salah – beliau akan menjawab “pelayanan”. Atau kepada mahasiswa
teologi yang diberikan tugas pada kebaktian kampus-kalau tidak salah juga-baliau
akan menjawab “melayani”.
Namun perlu dipahami bahwa bergereja dan berdiakonia bukanlah
semudah yang terucapkan dengan kata-kata. Lebih dari itu, bergereja dan
Universitas Sumatera Utara
32
berdiakonia memiliki makna yang dalam dan cukup menantang untuk dilakukan
orang-orang Kristen. Dalam perspektif Perjanjian Baru, diakonia mendapat posisi
penting sampai-sampai orang yang melaksanakan diakonia tersebut pun harus
dipilih dan tugasnya pun diberikan khusus. Selain itu, masalah yang timbul juga
adalah, mengapa ada beberapa Gereja yang tidak mempunyai diaken untuk
mengerjakan tugas diakonia Gereja itu sendiri atau tugas itu dilimpahkan kepada
para Penatua atau pendeta sendiri. Syarat-syarat untuk menjadi diaken (orang
yang mengerjakan diakonia/ pelaku diakonia) harus ditetapkan (lih. Kis. 6:1-7).
Pelayanan diakonia sebenarnya tidak hanya dilakukan institusi gereja.
Lembaga Swadaya Masyarakata (LSM) sudah amat akrab dengan pemberdayaan
masyarakat, tanpa membedakan agama, golongan, suku. Bagi institusi gereja
praktik berdiakonia dilakukan sebagai suatu "panggilan iman" untuk mewujudkan
tatanan dunia yang lebih baik, damai sejahtera dapat dialami umat manusia,
dibebaskan dari penderitaan, kelaparan dan mereka mendapatkan hak hidup yang
layak.
Dari semua kata di atas yang artinya saling berkaitan, kelompok kata
diakonein mempunyai nuansa khusus, mengenai pelayanan antarsesama yang
sangat pribadi sifatnya. Kata-kata tersebut di atas di sana-sini menunjukkan arti
diakonal. Ada hubungan antara liturgi dan diakonia, sementara therapeuo dalam
arti perawatan orang sakit erat kaitannya dengan apa yang dimaksudkan dengan
diakonia.
2.1.5.2.Bentuk-bentuk Diakonia Dalam Gereja
Secara umum, adapun model-model/ bentuk-bentuk diakonia dalam gereja
terbagi atas tiga jenis, antara lain (Sihombing, 2013):
Universitas Sumatera Utara
33
a. Diakonia Karitatif.
Diakonia karitatif mengandung pengertian perbuatan dorongan belas kasihan
yang bersifat kedermawanan atau pemberian secara sukarela. Motivasi
perbuatan karitatif pada dasarnya adalah dorongan prikemanusiaan yang
bersifat naluriah semata-mata. Pelayanan gereja terutama pada tindakantindakan karitatif atau amal berdasar pada Mat. 25:31-36. Model ini
merupakan model yang dilakukan secara langsung, misalnya orang lapar
diberikan makanan (roti). Diakonia ini didukung dan dipraktikkan oleh
instansi gereja karena dianggap dapat memberikan manfaat langsung yang
segera dapat dilihat dan tidak ada risiko sebab didukung oleh penguasa.
Diakonia jenis ini merupakan produk dan perkembangan dari industrialisaasi
di Eropa dan Amaerika Utara pada abad ke-19
b. Diakonia Reformatif atau Pembangunan.
Model diakonia ini lebih menekankan pembangunan. Pendekatan yang
dilakukan adalah Community Development
seperti pembangunan pusat
kesehatan, penyuluhan, bimas, usaha bersama simpan pinjam, dan lain-lain.
Analogi model ini adalah bila ada orang lapar berikan makanan (roti, ikan)
dan pacul atau kail supaya ia tidak sekedar meminta tetapi juga mengusahakan
sendiri. Pada jenis ini, diakonia tidak lagi sekedar memberikan bantuan
pangan dan pakaian, tetapi mulai memberikan perhatian pada penyelenggaraan
kursus keterampilan, pemberian atau pinjaman modal pada kelompok
masyarakat.
Universitas Sumatera Utara
34
c. Diakonia Transformatif.
Dalam perspektif ini, diakonia dimengerti sebagai tindakan Gereja melayani
umat manusia secara multi-dimensional (roh, jiwa dan tubuh) dan juga multisektoral (ekonomi, politik, cultural, hukum dan agama). Diakonia bukan lagi
sekedar tindakan-tindakan amal (walaupun perlu dan tetap dilakukan) yang
dilakukan oleh Gereja melainkan tindakan-tindakan transformatif yang
membawa manusia dengan sistem dan
struktur kehidupannya yang
menandakan datangnya Kerajaan Allah. Diakonia ini bukan hanya berarti
memberi makan, minum, pakaian dan lain-lain, tetapi bagaimana bersama
masyarakat memperjuangkan hak-hak hidup. Diakonia transformatif atau
pembebasan boleh digambarkan dengan gambar mata terbuka. Artinya,
diakonia ini adalah pelayanan mencelikkan mata yang buta dan memampukan
kaki seseorang untuk kuat berjalan sendiri.
2.1.5.3.Tujuan Diakonia
Diakonia dipandang sebagai sikap solidaritas yang mendalam terhadap
orang lain berdasarkan kasih. Solidaritas itu diwujudkan dalam diakonia. Artinya
dalam diakonia ada sikap tanpa pamrih, sikap yang emenekankan hidup bersama
dengan tidak mencari keuntungan diri sendiri. Tujuan pekerjaan diakonal adalah
membantu orang lain dan menempatkannya pada posisi yang benar di hadapan
sesama manusia dan Tuhan Allah. Memperdulikan keberadaan umat manusia
secara utuh yaitu kebutuhan rohani, jasmani dan kebutuhan sosial. Tujuan
diakonia juga mendukung realisasi sebuah persekutuan cinta kasih dan
membangun serta mengarahkan orang untuk hidup di dalamnya. Oleh sebab itu,
Universitas Sumatera Utara
35
diakonia mempunyai fungsi kritis dalam jemaat maupun di dalam masyarakat
(Sihombing, 2013)
2.1.5.4. Pemberdayaan Fungsi Sosial Gereja
Tinjauan norma-norma atau pendapat bagaimana semestinya orang
bertindak merupakan suatu pokok bahasan terpenting saat membicarakan lembaga
sosial. Hal itu karena dalam memenuhi kebutuhan masyarakat melalui lembagalembaga sosial yang dibentuk oleh masyarakat itu sendiri ada tuntutan bahwa
prosedurnya harus sesuai dengan norma yang diakui bersama.
Dengan memerhatikan jenis norma yang menjadi landasan lembaga sosial,
maka dapat dijelaskan pola perilaku, pendukung, dan peralatan yang dipergunakan
oleh manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Sehubungan dengan usaha
manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, maka lembaga sosial secara
umum mempunyai fungsi berikut ini.
a. Memberikan pedoman bagi anggota masyarakat, bagaimana mereka harus
bertingkah laku di masyarakat, terutama yang menyangkut pemenuhan
kebutuhan pokok manusia.
b. Menjaga keutuhan masyarakat yang bersangkutan. Lembaga sosial
bermaksud untuk menghimpun dan mempersatukan anggota-anggotanya
agar tercipta integrasi dalam masyarakat. Namun apabila dalam suatu
lembaga sosial sudah tidak ada lagi perilaku-perilaku warga masyarakat
yang sesuai dengan nilai-nilai yang ada, maka dapat dikatakan bahwa telah
terjadi disintegrasi.
Universitas Sumatera Utara
36
c. Memberikan pedoman kepada masyarakat untuk mengadakan sistem
pengendalian sosial (kontrol sosial). Kontrol sosial dalam suatu lembaga
sosial dapat dilakukan melalui berikut ini.
Pemberdayaan Fungsi sosial gereja yang dilakukan bersifat kompleks,
artinya bahwa gereja sebagai lembaga agama memiliki fungsi dan tanggungjawab
antara lain ::
1. Pelayanan /Bimbingan Mental
Bimbingan mental ini dilakukan secara intensif oleh pihak gereja kepada
para penghuni Rumah Singgah Pemulihan Anak Indonesia
Gereja Bethel
Indonesia di Medan.. Bagian ini merupakan bagian yang sangat penting guna
menumbuhkan rasa percaya diri serta spiritualitas penghuni Rumah Singgah.
Karena pada dasarnya mereka memiliki semangat dan rasa percaya diri yang
selama ini tersimpan jauh di dalam dirinya. Selain itu mereka juga mempunyai
potensi yang cukup besar, hanya saja belum memiliki penyaluran atau sarana
penghantar dalam memanfaatkan potensi-potensi tersebut.
2. Pelayanan/Bimbingan Kesehatan
Bimbingan kesehatan dari tim pelayanan departemen Diakonia Rumah
Singgah Pemulihan Anak Indonesia
Gereja Bethel Indonesia di Medan)
dilakukan 1 bulan sekali, hal ini bertujuan untuk memberikan penyadaran kepada
mereka tentang pentingnya kesehatan, baik kesehatan tubuh maupun lingkungan.
Mereka juga diberikan penyuluhan tentang bahaya AIDS serta bagaimana proses
berkembangnya penyakit tersebut.
Universitas Sumatera Utara
37
3. Pelayanan/Bimbingan Ketertiban
Bimbingan ketertiban ini diisi oleh departemen Diakonia Rumah Singgah
Pemulihan Anak Indonesia Gereja Bethel Indonesia di Medan), dengan tujuan
memberikan pengarahan tentang tata tertib lalu lintas, serta peraturan di jalan
raya, sehingga para Rumah Singgah tidak lagi berkeliaran dijalan raya, karena
keberadaan mereka di jalanan sangat mengganggu keamanan serta ketertiban lalu
lintas.
4. Pelayanan/Bimbingan Keagamaan
Bimbingan keagamaan dilakukan secara intensif oleh pihak departemen
Diakonia Rumah Singgah Pemulihan Anak Indonesia Gereja Bethel Indonesia di
Medan, guna untuk menguatkan kembali keimanan..mereka diberikan pembinaan
setiap hari selasa oleh gereja Betani dan Gereja persatuan masyarakat kota.
2.2.Fungsi Gereja dalam Pemberdayaan Agama dalam Masyarakat
Dalam hal fungsi, masyarakat dan agama itu berperan dalam mengatasi
persoalan-persoalan yang timbul di masyarakat yang tidak dapat dipecahakan
secara empiris karena adanya keterbatasan kemampuan dan ketidakpastian.
Oleh karena itu, diharapkan agama menjalankan
masyarakat
merasa
fungsinya
sehingga
sejahtera, aman, stabil, dan sebagainya. Agama dalam
masyarakat bisa difungsikan sebagai berikut (Bennydaniarsa, 2011) :
1. Fungsi Edukatif
Agama memberikan bimbingan dan pengajaran dengan perantara petugaspetugasnya (fungsionaris) seperti syaman, dukun, nabi, kiai, pendeta imam, guru
agama dan lainnya, baik dalam upacara (perayaan) keagamaan, khotbah, renungan
(meditasi) pendalaman rohani, dsb.
Universitas Sumatera Utara
38
2. Fungsi Penyelamatan
Bahwa setiap manusia menginginkan keselamatan baik dalam hidup
sekarang ini maupun sesudah mati. Jaminan keselamatan ini hanya bisa mereka
temukan dalam agama. Agama membantu manusia untuk mengenal sesuatu “yang
sakral” dan “makhluk teringgi” atau Tuhan dan berkomunikasi dengan-Nya.
Sehingga dalam yang hubungan ini manusia percaya dapat memperoleh apa yang
ia inginkan. Agama sanggup mendamaikan kembali manusia yang salah dengan
Tuhan dengan jalan pengampunan dan Penyucian batin.
3. Fungsi Pengawasan sosial (social control)
Fungsi agama sebagai kontrol sosial yaitu :
a.
Agama meneguhkan kaidah-kaidah susila dari adat yang dipandang baik
bagi kehidupan moral warga masyarakat.
b.
Agama mengamankan dan melestarikan kaidah-kaidah moral ( yang
dianggap baik ) dari serbuan destruktif dari agama baru dan dari system
hukum Negara modern.
4. Fungsi Memupuk Persaudaraan
Kesatuan persaudaraan berdasarkan kesatuan sosiologis ialah kesatuan
manusia-manusia yang didirikan atas unsur kesamaan.
a.
Kesatuan persaudaraan berdasarkan ideologi yang sama, seperti liberalism,
komunisme, dan sosialisme.
b.
Kesatuan persaudaraan berdasarkan sistem politik yang sama. Bangsabangsa bergabung dalam sistem kenegaraan besar, seperti NATO, ASEAN
dll.
Universitas Sumatera Utara
39
c.
Kesatuan persaudaraan atas dasar se-iman, merupakan kesatuan tertinggi
karena dalam persatuan ini manusia bukan hanya melibatkan sebagian dari
dirinya saja melainkan seluruh pribadinya dilibatkan dalam satu intimitas
yang terdalam dengan sesuatu yang tertinggi yang dipercayai bersama
5. Fungsi Transformatif.
Fungsi transformatif disini diartikan dengan mengubah bentuk kehidupan
baru atau mengganti nilai-nilai lama dengan menanamkan nilai-nilai baru yang
lebih bermanfaat.
Sedangkan menurut
Thomas
F. O’Dea menuliskan
enam fungsi
agama dan masyarakat yaitu:
a. Sebagai pendukung, pelipur lara, dan perekonsiliasi.
b. Sarana hubungan transendental melalui pemujaan dan upacara
c. Ibadat.
d. Penguat norma-norma dan nilai-nilai yang sudah ada.
e. Pengoreksi fungsi yang sudah ada.
f. Pemberi identitas diri.
g. Pendewasaan agama.
Sedangkan menurut Hendropuspito (2000) lebih ringkas lagi, akan
tetapi intinya hampir sama. Menurutnya fungsi agama dan masyarakat
itu adalah edukatif, penyelamat, pengawasan sosial, memupuk persaudaraan,
dan transformatif.
Universitas Sumatera Utara
40
2.3.Kemiskinan
2.3.1.Pengertian
Suatu situasi atau kondisi yang dialami oleh seseorang atau kelompok
orang yang gtidak mampu menyelenggarakan sampai suatu taraf yang dianggap
manusiawi. (Parwoto,2011)
Keadaan serba kekurangan harta benda dan benda berharga yang diderita
oleh seseorang atau sekelompok orang yang hidup dalam lingkungan serba miskin
atau serba kekurangan modal, uang, pengetahuan, kekuatan sosial, fisik, hokum,
maupun akses terhadap fasilitas pelayanan umum, kesempatan kerja dan berusaha.
( Suparlan, 2000).
Kemiskinan mempunyai banyak sisi ekonomi sosial politik. (Harris-White,
2005). Secara ekonomi penduduk miskin tidak memiliki apa-apa (giving-nothing),
secara sosial tidak memiliki apa-apa (being-nothing), dan secara politik mereka
tidak memperoleh hak kecuali korban pembangunan (having no rights and being
wrong) karena multidimensi, kemiskinan itu ibarat kecantikan yang didefinisikan
berbeda oleh orang yang melihatnya.
Dalam buku Pedoman Komite Penanggulangan Kemiskinan (2003: 45),
disebutkan bahwa yang dimaksud dengan masyarakat miskin umumnya ditandai
oleh ketidakberdayaan atau ketidakmampuan (powerless) dalam beberapa hal,
yaitu: (1) ketidakmampuan memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasar seperti pangan
dan gizi, sandang, papan, pendidikan, dan kesehatan, (2) ketidakberdayaan
melakukan kegiatan usaha produktif, (3) ketidakberdayaan menjangkau akses
sumber daya sosialdan ekonomi, (4) ketidakmampuan menentukan nasibnya
sendiri serta senantiasa mendapat perlakuan diskriminatif, mempunyai perasaan
Universitas Sumatera Utara
41
ketakutan
dan
kecurigaan
serta
sikap
apatif
dan
fatalistik,
dan
(5)
ketidakmampuan membebaskan diri dari mental dan budaya miskin serta
senantiasa merasa mempunyai martabat dan harga diri yang rendah.
2.3.2. Ciri-ciri kemiskinan
Ciri-ciri kemiskinan menurut rumah tangga miskin di Indonesia
berdasarkan hasil penelitian oleh Tjiptohedjanto dalam Yuanita Harahap (2006)
adalah sebagai berikut:
a. Pada umumnya memiliki jumlah anggota rumah tangga yang besar.
b. Kepala rumah tangga merupakan pekerja rumah tangga.
c. Tingkat pendidikan kepala dan anggota rumah tangga rendah.
d. Sering berubah pekerjaan.
e. Sebagian besar mereka yang telah bekerja namun masih menerima
tambahan pekerjaan lain bila ditawarkan.
f. Sumber penghasilan pertama dari sektor pertanian
2.3.3.Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kemiskinan menurut para Ahli.
Setiap permasalahan timbul pasti karna ada faktor yang mengiringinya
yang menyebabkan timbulnya sebuah permasalahan, begitu juga dengan masalah
kemiskinan yang dihadapi oleh negara indonesia.
Kartasasmita dalam Rahmawati (2006) mengemukakan bahwa, kondisi
kemiskinan dapat disebabkan oleh sekurang-kurangnya empat penyebab,
diantaranya yaitu :
1. Rendahnya Taraf Pendidikan
Taraf pendidikan yang rendah mengakibatkan kemampuan pengembangan
diri terbatas dan meyebabkan sempitnya lapangan kerja yang dapat dimasuki.
Universitas Sumatera Utara
42
Taraf pendidikan yang rendah juga membatasi kemampuan seseorang untuk
mencari dan memanfaatkan peluang.
2. Rendahnya Derajat Kesehatan
Taraf kesehatan dan gizi yang rendah menyebabkan rendahnya daya tahan
fisik, daya pikir dan prakarsa.
3. Terbatasnya Lapangan Kerja
Selain kondisi kemiskinan dan kesehatan yang rendah, kemiskinan juga
diperberat oleh terbatasnya lapangan pekerjaan. Selama ada lapangan kerja atau
kegiatan usaha, selama itu pula ada harapan untuk memutuskan lingkaran
kemiskinan.
4. Kondisi Keterisolasian
Banyak penduduk miskin secara ekonomi tidak berdaya karena terpencil
dan terisolasi. Mereka hidup terpencil sehingga sulit atau tidak dapat terjangkau
oleh pelayanan pendidikan, kesehatan dan gerak kemajuan yang dinikmati
masyarakat
lainnya.
Universitas Sumatera Utara