Makalah KKL STAN D1 BEA CUKAI MANADO isi (1)

BAB I
PENDAHULUAN

Kepabeanan adalah salah satu cabang dari ilmu keuangan negara yang
berkaitan dengan pengawasan barang yang masuk dan keluar daerah pabean.
Memahami ilmu kepabeanan yang begitu luas harus diawali dengan memahami
prinsip-prinsip ilmu kepabeanan. Klasifikasi barang, nilai pabean, prosedur impor
dan ekspor, perbendaharaan adalah sebagian dari ruang lingkup illmu kepabeanan
yang bersifat teknis. Pemahaman yang benar dan lengkap atas prinsip-prinsip
kepabeanan akan memberikan bekal yang sangat berguna bagi siswa yang akan
belajar ilmu kepabeanan yang bersifat teknis.

Pejabat Bea dan Cukai berwenang melakukan pemeriksaan terhadap barang.
Untuk melaksanakan pemeriksaan importir, eksportir, pengusaha Tempat
Penimbunan Sementara, pengusaha Tempat Penimbunan Berikat, atau kuasanya
wajib menyerahkan barang dan membuka setiap bungkusan atau kemasan barang
yang akan diperiksa. Jika permintaan tidak dipenuhi, Pejabat Bea dan Cukai
1

berwenang melakukan pemeriksaan atas resiko dan biaya pihak yang diperiksa.
Bahwa terhadap barang impor dilakukan pemeriksaan pabean. Pemeriksaan pabean

terhadap barang impor meliputi penelitian dokumen dan pemeriksaan fisik barang.
Pemeriksaan barang impor dan ekspor adalah merupakan kewenangan pejabat Bea
dan Cukai setelah diserahkan pemberitahuan Pabean.
Pemeriksaan pabean dapat dilakukan dengan cara pemeriksaan di pelabuhan
tujuan atau pemeriksaan pra pengapalan di Negara atau tempat ekspor barang.
Bahan, alat dan mesin-mesin beserta suku cadangnya yang diperlukan untuk
kegiatan operasional dalam rangka proyek pengembangan industri. Barang yang
diimpor untuk dimasukkan ke Tempat Penimbunan Berikut; Binatang hidup; Organ
tubuh manusia, serum dan vaksin; barang impor yang diangkut dengan sarana
pengangkut melalui udara. Pemeriksaan fisik terhadap barang impor dilakukan
secara selektif dalam arti pemeriksaan barang hanya dilakukan terhadap importasi
yang beresiko tinggi, antara lain barang bea masuknya tinggi, barang berbahaya bagi
Negara dan masyarakat, serta impor yang dilakukan oleh importir yang mempunyai
catatan kurang baik. Pemeriksaan fisik barang dapat dilakukan setelah
pemberitahu/kuasanya mengajukan pemberitahuan impor barang yang dilampiri
dokumen pelengkap pabean dan bukti pembayaran bea masuk dan pajak dalam
rangka impor kepada pejabat Bea dan Cukai.

A. Tujuan
Tujuan Kuliah Kerja Lapangan ini bertujuan memberi bekal keterampilam

dan pengetahuan bagi para mahasiswa, berkenaan dengan konsep dan teori yang ada
dilapangan sebelum terjun langsung dalam dunia kerja yang sebenarnya, sehingga
diharapkan dapat meningkatkan potensi para mahasiswanya untuk mampu bersaing
dalam dunia kerja. Adapun tujuan KKL lainnya antara lain:
1. Mengembangkan wawasan dan pengetahuan secara langsung tentang dunia
kerja yang sebenarnya.
2. Mahasiswa dapat mencocokkan teori yang telah didapat di bangku
3.

perkuliahan dengan keadaan yang sebenarnya.
Mahasiswa dapat menambah pengetahuan tentang teknis pemeriksaan
barang.
2

4. Mendapatkan ilmu yang tepat dan aplikatif untuk penerapan mahasiswa
dalam pendidikan untuk saat ini dan masa yang akandatang.
B. Manfaat
Kegiatan KKL STAN program diploma 1 bea cukai lokasi Manado angkatan
2013 yang dilaksanakan di KPPBC Tipe Madya Bitung ini dalam hal pemeriksaan
fisik barang impor mempunyai manfaat :

1.

Menambah wawasan dan pengetahuan yang tak terhingga megenai

teknik
pemeriksaan barang impor yang dilakukan pejabat bea cukai Bitung.
2.

Mempunyai pengalaman di obyek KKL.

3.

Memahami cara mengaplikasikan teori – toeri dalam pendidikan yang
didapakan di lingkungan akademik di bangku kuliah

BAB II
ISI
3

A. Pemeriksaan barang impor

Salah satu kegiatan penting dalam pelaksanaan tugas DJBC adalah
melakukan pemeriksaan barang. Kegiatan ini sangat penting karena setiap barang
yang akan masuk dan/atau masuk ke dan/atau keluar daerah pabean haruslah sesuai
dengan kondisi barangnya dan memenuhi ketentuan yang berlaku. Selengkapnya
tujuan pemeriksaan barang adalah sebagai berikut:
1. Mencegah adanya uraian barang yang tidak jelas (misdescription),
2. Mencegah adanya barang yang tidak diberitahukan (unreported),
3. Mencegah kesalahan jumlah dan jenis barang,
4. Mencegah kesalahan pemberitahuan asal barang,
5. Mencegah pemasukan barang larangan dan pembatasan,
6. Menetapkan klasifikasi dan Nilai Pabean dengan benar.

B. Presentase Tingakat
Pemeriksaan
Pemeriksaan fisik atas barang impor yang dimuat dalam petikemas dengan
tingkat pemeriksaan fisik 10% atau 30% ditentukan dengan cara:
Dalam hal jumlah petikemas 5 (lima) atau kurang.
Pemeriksaan fisik dilakukan terhadap 10% (sepuluh persen) atau

30% (tiga


puluh persen) dari seluruh jumlah kemasan yang diberitahukan, dengan jumlah
minimal 2 (dua) kemasan.
Dengan demikian bilamana tingkat pemeriksaan fisik ditetapkan sebesar
10% dan petikemas yang diberitahukan sebanyak 4 (empat) petikemas dengan
jumlah kemasan total sebanyak 80, maka jumlah kemasan yang harus diperiksa
adalah 8 kemasan.
Dalam hal jumlah petikemas lebih dari 5 (lima).

4

Pemeriksaan fisik dilakukan terhadap 10% (sepuluh persen) atau

30%

(tiga puluh persen) dari seluruh jumlah petikemas yang diberitahukan, dengan
jumlah minimal 1 (satu) petikemas.Dengan demikian bilamana tingkat
pemeriksaan fisik ditetapkan sebesar 10% dan petikemas yang diberitahukan
sebanyak 7 (tujuh) petikemas, maka jumlah petikemas yang harus diperiksa
adalah 1 petikemas.

Sistem aplikasi pelayanan menentukan nomor atau nomor-nomor
petikemas dimana kemasan harus dilakukan pemeriksaan fisik. Importir
wajib mengeluarkan (stripping) seluruh kemasan dari petikemas yang ditunjuk.
Dalam hal jumlah kemasan dari petikemas yang ditunjuk belum memenuhi
persentase tingkat pemeriksaan, maka pejabat pemeriksa Barang menentukan
kontainer lainnya untuk dilakukan pemeriksaan.
Pemeriksaan fisik atas barang impor yang dikemas dalam kemasan
bukan petikemas dengan tingkat pemeriksaan fisik 10% atau 30% adalah
pemeriksaan fisik sebesar 10% (sepuluh persen) atau 30% (tiga puluh persen)
dari seluruh jumlah kemasan yang diberitahukan, dengan jumlah minimal 2
(dua) kemasan.

Tingkat

pemeriksaan

100%
Pemeriksaan fisik atas barang
impor dengan tingkat
pemeriksaan fisik 100% adalah

pemeriksaan fisik atas seluruh
kemasan yang diberitahukan.
Pemeriksaan fisik dengan tingkat
pemeriksaan 10% (sepuluh
persen) atau 30% (tiga puluh persen) ditingkatkan menjadi 100% (seratus persen)
dalam hal:
a.

jumlah atau jenis barang di packing list tidak

jelas.
5

b.

barang impor tidak dikemas dalam kemasan yang bernomor,

c.

jumlah dan/atau nomor kemasan tidak sesuai dengan packing list,


d.

jumlah dan/atau jenis barang yang diperiksa kedapatan tidak sesuai

dengan packing list.
Selain karena adanya peningkatan tingkat pemeriksaan sebagaimana
disebutkan diatas, dalam hal apa saja tingkat pemeriksaan fisik ditetapkan
sebesar 100% (seratus persen).

C. Kelengkapan pemeriksaan
Agar kegiatan pemeriksaan dapat berjalan efektif, hendaknya Pemeriksa
Barang menyiapkan berbagai perlengkapan yang penting untuk mendukung
tugas pemeriksaan. Perlengkapan pertama berkaitan dengan perlengkapan
kepustakaan dan perlengakapan selanjutnya berkaitan dengan perlengkapan
fisik.

Perlengkapan Kepustakaan
1.


Buku Tarif Bea Masuk Indonesia (BTBMI).

Pemeriksa barang hendaknya memperhatikan barang apa yang akan diperiksa
dan menghubungkannya dengan pos-pos pada BTBMI. Hasil pemeriksaan agar
mengacu ke BTBMI sehingga pemeriksaan dapat digunakan secara efektif oleh
Pejabat Pemeriksa Dokumen.

2.

Buku pengetahuan barang.

Pemeriksa barang perlu melengkapi diri dengan literatur yang berkaitan dengan
identifikasi barang terutama untuk barang-barang kimia, mesin, dan barangbarang lainnya.

6

Perlengkapan Pemeriksaan Fisik

1.


Cutter / pisau saku,

berfungsi untuk membuka karton / pengemas barang
(sebagai cadangan apabila pengurus/buruh tidak membawa
cutter).
2.

Senter kecil,

berfungsi sebagai alat penerangan apabila barang tidak
dikeluarkan dari kontainer, misalnya untuk melihat chassis
mobil, atau barang/kemasan tertentu dalam kontainer.
3.

Alat tulis kantor berupa:

Spidol (permanent marker) untuk menandai barang
Ballpoint untuk menulis Laporan Hasil Pemeriksaan
4. Alat pengukur (meteran, macrometer dan sejenisnya),berfungsi untuk
mengukur

ketebalan barang, panjang barang / carton /kemasan.
5. Kacamata / sarung tangan / Topi / Helm pengaman (bila perlu),
diperlukan apabila menghadapi barang yang perlu penanganan khusus,
seperti barang kimia dan sejenisnya.
6. Kalkulator,
berfungsi untuk melakukan penghitungan jumlah barang.
7. Tas kecil (untuk menyimpan peralatan kerja selama proses pemeriksaan)
7

D. Penanganan barang yang dimuat pada petikemas
Dalam hal barang impor dimuat dalam petikemas (container), maka
langkah-langkah yang harus dilakukan Pejabat Pemeriksa Barang adalah:
a.

Mencocokkan nomor, ukuran, jumlah, dan jenis petikemas dengan
instruksi peme
riksaan.

b.

Memeriksa segel petikemas dan melaporkan kepada pejabat
yang

menangani pengawasan dalam hal kedapatan segel rusak/tidak

utuh.
Dalam hal tingkat pemeriksaan fisik 10% atau 30%, dan jumlah petikemas
5 (lima) atau kurang, maka yang dilakukan Pejabat Pemeriksa Barang
adalah:
1.

mengawasi pengeluaran (stripping) seluruh kemasan dari petikemas yang

telah ditunjuk di instruksi pemeriksaan,
2.

menghitung jumlah kemasan,

memeriksa jenis dan nomor
kemasan barang impor yang telah
di-stripping, serta mencocokkan
dengan packing list:
a. dalam hal jumlah
kemasan dari petikemas yang di-stripping belum memenuhi persentasi jumlah
kemasan yang harus diperiksa, maka pejabat pemeriksa Barang menentukan
kontainer lainnya untuk dilakukan stripping terhadap petikemas sampai
dengan terpenuhi jumlah kemasan yang harus diperiksa,
b.

dalam hal jumlah dan nomor kemasan kedapatan sesuai, jumlah dan

nomor kemasan yang dibuka untuk dilakukan pemeriksaan fisik adalah kemasan
yang ditunjuk pada Instruksi Pemeriksaan,

8

c.

dalam hal jumlah kemasan kedapatan sesuai namun nomor

kemasan tidak sesuai dengan packing list, jumlah kemasan yang dibuka
untuk dilakukan pemeriksaan fisik barang adalah 100%.
Dalam hal tingkat pemeriksaan fisik 10% atau 30%, dan jumlah petikemas
lebih dari 5 (lima) petikemas, maka yang dilakukan Pejabat Pemeriksa Barang
adalah:
1.

Mengawasi pengeluaran (stripping) seluruh kemasan dari petikemas
yang
telah ditunjuk di instruksi pemeriksaan,

2.

Menghitung jumlah kemasan, memeriksa jenis dan nomor kemasan
barang impor yang telah di-stripping, serta mencocokkan dengan
packing list:
a. Dalam hal jumlah dan nomor kemasan kedapatan sesuai, jumlah
dan nomor kemasan yang dibuka adalah semua kemasan dalam
petikemas tersebut;
b.

Dalam hal jumlah kemasan kedapatan sesuai namun nomor
kemasan tidak sesuai dengan packing list, jumlah kemasan yang
dibuka untuk dilakukan pemeriksaan fisik barang adalah 100%
dari semua petikemas yang diberiktahukan.

Bagaimana bila tingkat pemeriksaan fisik sebesar 100%? Langkah- langkah
yang dilakukan Pejabat Pemeriksa Barang adalah:
1.

Mengawasi pengeluaran (stripping) seluruh kemasan dari seluruh
petikemas yang diberitahukan

2.

Menghitung jumlah kemasan, memeriksa jenis dan nomor kemasan
barang impor yang telah di-stripping,

3.

Mencocokkan jumlah, jenis, dan nomor kemasan dengan packing list

9

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pemeriksa Barang merupakan salah satu unit kerja yang sangat penting yang
diharapkan dapat menjadi ujung tombak peningkatan kinerja organisasi DJBC.
Target dari kegiatan KKL iniagar mahasiswa Prodip 1 Bea Cukai nanatinya dapat
menjadi pemeriksa barang guna mendukung pelaksanaan tugas Pejabat Pemeriksa
Dokumen dalam memutuskan klasifikasi barang dan penetapan nilai pabean.
B. Saran
Integritas mungkin adalah salah satu hal yang paling penting dalam
melakukan pemeriksaan fisik. Sebagai pejabat pemeriksa barang mungkin akan
dihadapkan pada hambatan-hambatan yang bisa jadi mempengaruhi nilai pabean.
Seperti halnya suap yang dilakukan importir ataupun eksportir ataupun ppjk. Maka
dari itu, peningkatan integritas yang di sertai dengan kompetensi sangat penting
untuk dimiliki oleh pejabat pemeriksa barang.

10