Filgam Responsi Agama Buddha smp

Inez Trifena
22412120

Responsi tentang Agama Buddha
Indonesia merupakan negara dengan beraneka suku, budaya, dan
agama. Keaneka ragaman tersebut yang merupakan identitas bagi
Indonesia. Penduduk dengan suku, budaya, dan agama yang berbeda
tersebar diberbagai wilayah di Indonesia. Sedangkan agama yang didominasi
di Indonesia yaitu islam, Kristen, katolik, hindu, dan Buddha. Pemeluk agama
masing-masing menjalankan ajaran agama yang diyakini. Dalam responsi ini
akan diberikan penjelasan dan pendapat tentang salah satu ajaran agama di
Indonesia yaitu ajaran Buddha.
Ajaran Buddha mulai diperkenalkan ke Cina pada masa dinasti Han
(25-220 SM). Pada tahun-tahun berikutnya, dinasti-dinasti di Utara Selatan
(317-581 SM) sejumlah besar sutra Buddha telah diterjemahkan ke dalam
bahasa Cina. Hal ini bertujuan agar mempermudah penyebaran agama
Buddha diseluruh dunia. Sedangkan di Indonesia, agama Buddha banyak
disebarkan oleh pedagang-pedagang dari Cina yang singgah di Indonesia.
Dalam ajarannya, Buddha mengenal 5 aspek, yaitu duniawi luar,
sensasi, persepsi, keputusan, kesadaran selain dunia bawah sadar, banyak
ajaran-ajaran Buddha yang lebih ditekankan pada penerapan moral dalam

kehidupan sehari-hari manusia. Maka pada penerapannya di dunia, ada 2
konsep kehidupan. Yang pertama adalah duniawi, duniawi merupakan semua
fenomena di sekeliling dunia luar yang melibatkan ego pikiran yang
memisahkan diri dari setiap partikel ruang dan waktu. Sebaliknya kong
merupakan fenomena yang muncul karena berbagai sebab, tak ada inti
nyata, dan diharuskan oleh indra sendiri. Hal-hal duniawi masih melekat
pada diri manusia yang dalam konteks ini merupakan ego, sedangkan kong
merupakan hal-hal yang semakin suci dan semakin menyatu dengan sekitar,
kong meleburkan diri dengan dunia sekitar dan meninggalkan ego dalam
diri. Hidup manusia yang duniawi dan kong dibedakan oleh pikiran, dimana

konsep dan latihan untuk menjadi bagian dari seluruh alam semesta tersebut
sendiri disebut kong. Singkat kata apabila manusia berhasil melepaskan dari
segala hal-hal duniawi, maka manusia tersebut mendekati pola pikiran kong.
Ajaran Buddha membawa umatnya untuk lebih menyatu dengan alam
semesta tanpa melibatkan ego dalam diri. Fenomena seperti hidup dan mati,
baik dan buruk, cukup dan kurang, timbul dari pandangan hidup
mementingkan diri sendiri. Oleh karena itu apabila seseorang mampu
memandang dunia tanpa melibatkan ego dalam diri, maka kapanpun orang
tersebut dapat menyatu dengan ruang dan waktu. Ajaran Buddha

menekankan pada umatnya, bahwa segala sesuatu yang ditanam, maka
akan membuahkan hasil yang sesuai, sama dengan hidup, apabila seseorang
bekerja keras dan menghayati segala tindakan-tindakan dalam kehidupan,
maka seseorang tersebut mampu memperoleh hasil yang setimpal atas kerja
kerasnya.
Dalam ajaran Buddha, terdapat 4 tahap memperbaiki hidup dari
kesengsaran, yaitu :
1. Mengalami kesengsaraan dalam hidup
2. Menemukan penyebab kesengsaraan
3. Menggunakan perbaikan untuk melepaskan diri dari kesengsaraan
4. Mencapai keadaan tanpa diri dan tanpa kesengsaraan
Hidup menurut ajaran Buddha merupakan suatu siklus, dimana awal mula
dari adanya kesengsaraan merupakan unsur kehidupan, apabila
kesengsaraan itu timbul, maka penganut ajaran Buddha yang taat akan
segera menemukan penyebab dari kesengsaraan tersebut, dan dari
penyebab tersebut ditemukan solusi untuk perbaikan hidup yang semakin
baik, hingga pada akhirnya seseorang mampu mencapai keadaan tanpa diri
dan tanpa kesengsaraan yaitu pada saat di nirvana.
Hampir setiap agama di dunia ini, memiliki sarana yang membantu
dan melengkapi saat ibadah, dalam agama Buddha terdapat kitab Tripitaka

dan tasbih. Kitab Tripitaka sendiri tergolong menjadi 3 buku yaitu Sutta
Pitaka(berisi kotbah-kotbah Sang Buddha), Vinaya Pitaka(berisi tentang

peraturan atau tata tertib pada bhikku), dan yang terakhir adalah
Abhidhamma Pitaka(berisi ajaran hokum metafisik dan psikologi). Kitab
Tripitaka merupakan sarana yang membantu umat Buddha untuk beribadah
dan menjadikannya pedoman dalam hidup. Sedangkan tasbih merupakan
sarana yang membantu pendoa agar tetap konsen dan damai saat
melangsungkan ibadah. Pendalaman pada ajaran Buddha melibatkan dunia
sebelum dan sesudah kelahiran, hal ini disebut tao. “Orang yang sebelum
kamu adalah kamu, dan orang yang sesudah kamu adalah kamu”, artinya
sebelum kelahiran, jiwa tersebut telah hidup di dunia dalam wujud apapun,
namun tetap sebagai 1 jiwa yang sama. Meskipun berbeda wujud namun
antara wujud 1 dengan wujud yang lain memiliki 1 jiwa yang sama. Dimana
perubahan wujud 1 dengan wujud yang lain dinamakan reinkarnasi. Hal ini
akan berlangsung secara terus menerus bagaikan siklus kehidupan yang
selalu berputar. Sedangkan zen merupakan pernyataan, pikiran, tingkat
kesadaran, dan jalan kehidupan. Dalam hidup manusia tidak pernah terlepas
dari penderitaan, penderitaan datang dari nafsu atas ketidak puasan atas
apa yang telah mereka capai dan apa yang mereka punya. Ajaran Buddha

menekankan pemeluknya untuk hidup di dunia yang sekarang, bukan masa
lalu, ataupun masa depan. Jadi apa yang terjadi sekarang merupakan hal
yang harus dilaksanakan sebaik-baiknya tanpa menyia-nyiakan waktu dan
tenaga yang ada.
Respons saya tentang ajaran Buddha yang ada berdasarkan buku yang
saya baca “The illustrated Heart Sutra” yang diterjemahkan oleh E E Ho, Ph.
D& W.I. Rathje, Ph. D. Hal yang membuat saya tertarik yaitu ajaran moral
kehidupan. Yang menurut saya salah satu yang paling menarik adalah kisah
tentang nilai moral yaitu “Seseorang yang cerdik dapat mengambil pelajaran
dari kesalahan sendiri, namun yang paling cerdik mempelajari dari kesalahan
orang lain”. Menurut saya hal ini sangat menarik, dimana terdapat suatu
pemikiran disertai dengan gagasan yang menjadikannya sebagai panutan
hidup.

Dalam ajarannya agama Buddha mengharapakan para pemeluknya
untuk dapat hidup secara baik dan cerdas, dengan berpikir cerdik tanpa
melibatkan keegoisan dalam diri. Hal ini merupakan suatu keunikan dalam
agama Buddha yang memberikan kelebihan tersendiri. Maka dari itu dalam
berkehidupan beragama khususnya di Indonesia dengan keanekaragaman
suku, ras, dan agama, ada baiknya kita mengambil hal-hal positif dari agama

lain dan menjadikannya sebagai pengetahuan, hingga pada akhirnya
berwujud pada rasa saling toleransi pada agama-agama lain. Berpikiran
terbuka dan menerima perbedaan sekitar akan membuat suasana nyaman,
toleransi, dan rukun antara satu agama dengan agama yang lain. Sebelum
kita menghakimi pemikiran kita pada suatu agama, akan lebih baik apabila
kita mengenal agama tersebut terlebih dahulu, karena kaum awam yang
tidak mengenal agama tersebut hanya dapat memandang sebelah mata
sehingga dapat terjadi kesalahpahaman antar satu agama dengan agama
yang lain.