Makalah Sejarah Peradaban Islam (1)

1

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Islam pertama kali muncul yang dibawa oleh Nabi Muhammad
SAW sangat menarik dan santun sehingga banyak orang yang
berbondong-bondong masuk Islam (QS: 110: 2), ketika Islam
dipimpin para khalifah yang empat, islam mengalami perluasanperluasan wilayah, sehingga Islam tidak hanya dianut oleh orangorang arab dan sekitarnya. Sepeninggalnya para khalifah yang
empat

Islam

dipimpin

dinasti

umayah

yang


berfokus

pada

pembenahan administrasi Negara.
Sejarah Islam telah melalui tiga periode, yaitu periode klasik (570
-650 M), periode pertengahan (650 -1250 M), periode modern(1250
– 1800 M), dan periode post modern (1800 - sekarang) .
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan sejarah peradaban islam ?
2. Bagaimanakah perkembangan ajaran islam pada zaman klasik
(masa Rasulullah SAW – Khulafaur Rasyidin )?
3. Bagaimanakah perkembangan ajaran islam pada zaman
pertengahan (masa Umayyah, Abbasiyah 1 dan Abbasiyah
2 )?

2

4. Bagaimanakah perkembangan ajaran islam pada zaman
modern (masa Turki Usmani )?

5. Apa saja factor keruntuhan Turki – sekarang pada zaman post
modern?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk memahami sejarah peradaban islam.
2. Untuk memahami perkembangan ajaran islam pada
3.

zaman klasik.
Untuk memahami perkembangan ajaran islam pada

4.

zaman pertengahan.
Untuk memahami perkembangan ajaran islam pada

5.

zaman modern.
Untuk memahami perkembangan ajaran islam pada
zaman post modern.


3

BAB II
PEMBAHASAN

A. Islam pada Masa Klasik (570 – 650 M)
Masa klasik dalam periodisasi islam yaitu masa dimana ketika
nabi Muhammad SAW diutus menjadi Rasul. Ada juga yang
mengatakan bahwa masa klasik yaitu masa dimana hijrahnya
Rasulullah ke Madinah sampai Masa Khulafaur Rasyidin.
Nabi Muhammad diutus dengan al-Qur’an sebagai penyangga
utamanya. Oleh karena masyarakat jahiliyah sangat menyukai
dengan kesusastraan. Maka, al-Qur’an diturunkan dengan bahasa
sastra yang lazim dipakai masyarakatnya. Itu semua didasarkan
yaitu :
1. untuk menyesuaikan diri dengan tradisi masyarakatnya (agar
komunikatif)
2. untuk menantang dan mengungguli syair-syair jahiliyah.
Dalam menyampaikan risalah Tuhan, Nabi Muhammad SAW

menemui gangguan dan rintangan yang keras. Rintangan itu dapat
berupa ancaman pembunuhan dari masyarakat kafir Quraisy. Oleh
karena beratnya penderitaan yang ditanggung kaum muslimin, Nabi

4

Muhammad SAW memerintahkan sahabatnya mencari suaka ke
Ethiopia. Pemimpin negeri Ethiopia Raja Negus menolak ekstradisi
para imigran islam yang dituntut oleh kaum Quraisy.
Demikian keadaan Nabi Muhammad SAW selama berdakwah di
Mekkah,

sampai

kemudian

ia

melakukan


perjanjian

dengan

beberapa orang utusan dari masyarkat kota Yastrib, yang tidak
berapa lama kemudian mengantarkannya berhijrah ke Madinah. Di
tempat baru ini, beliau membangun masyarakat dan meneruskan
dakwahnya. Ia menyebut pernduduk asli dengan Anshor, sedangkan
penduduk yang bermigrasi disebut Muhajirin.
Selama 10 tahun Rasulullah SAW tinggal di Madinah hingga
akhirnya ia dan kaum muslimin berhasil mendapatkan kesempatan
menaklukan kota Mekkah dan membebaskan Ka’bah dari berbagai
berhala.
Setelah wafatnya Rasul, kepemimpinan diambil alih oleh para
khalifah. Mulai dari khalifah Abu Bakar hingga Ali, yang disebut
sebagai masa al-Khualafa’ al-Rashidun. Berikut ini adalah urutan
khalifah yang memimpin setelah Rasul wafat, yaitu :
a.

Abu Bakar al-Shidiq (w. 634M/11 H)


5

Kebijakan pertama yang ia lakukan adalah memerangi orang-orang
yang murtad dan golongan orang yang menolak membayar zakat.
Ia juga melanjutkan kebijakan Rasul SAW dengan mengirim pasukan
pemimpin Usamah bin Zayd ke Syria, yang sebelumnya sampai
tertunda

karena

sakit

keras

yang

menderanya,

menjelang


kewafatannya. Ia juga berhasil mengumpulkan Al-Qur’an

dalam

satu mushaf yang berserakan pada pelepah kurma, batu tipis,
tulang dan lembaran kain atau kulit binatang.
b.

Umar bin Khattab (w. 644 M/23 H)

Pada masa pemerintahannya ia melakukan ekspansi ke negeri
Persia, Iraq, Palestina, Syria hingga Mesir. Hal ini ia lakukan demi
membebaskan

wilayah

jajahan-jajahan

tersebut


dari

jajahan

Romawi. Ia meninggal di usia 63 tahun akibat dibunuh oleh Abu
Lu’luah al-Majusi yang berasal dari Persia.
c.

Usman bin Affan (w. 656 M/35 H)

Pada masa pemerintahannya ia berhasil menyusun al-Quran dalam
satu bentuk bacaan yang sebelumnya memilki banyak versi. Ia juga
berhasil memperluas wilayah islam ke Turki, Siprus, Afrika Utara,
Asia Tengah, Khurasan dan Balkh di Afganistan. Pasukan tangguh
dan kuat pertahanannya. Usman meninggal dunia dalam usia 82

6

tahun ketika membaca al-Qur’an, akibat ketidakpuasan rakyatnya

atas kebijakan politiknya yang cenderung nepotisme.

7

d.

Ali bin Abi Thalib (w. 661 M/40 H)

Pada waktu pemerintahan Ali bin Abi Thalib, terjadi berbagai
kerusuhan dan kekacauan setelah terbunuhnya Usman. Rakyat
menuntutnya untuk segera menghukum pembunuh Usman. Itu sulit
diwujudkan,karena kondisi negara yang tidak stabil. Ia hanya
menetapkan yaitu memerangi kelompok pembangkang tersebut
yang berujung pada terjadinya perang Jamal pimpinan Aisyah yang
didukung Zubair dan Talhah dan perang Siffin pimpinan Mu’awiyah.
Dalam perang Siffin, Ali menerima arbitrasi yang menyebabkan
pasukannya terbelah menkadi dua. Satu menolak, sedang yang lain
menerimanya. Kelompok yang menolak inilah disebut Khawarij yang
bertanggung jawab atas terbunuhnya sang Khalifah.


8

B. Islam pada Masa Pertengahan (650 – 1250 M)
Setelah

pemerintahan

pemerintahan

islam

itu

yang

dipimpin

berganti

oleh


menjadi

para

Monarchy

khalifah,
heredits

(kerajaan turun-temurun). Dinasti-dinastinya terdiri dari :
1. Dinasti Amawi (Bani Ummayah)
2. Dinasti Abbasiyah (Bani Abbasiyah)
Pada periode klasik dan Pertengahan (650-1250 M), Islam
mengalami dua fase penting: (1) Fase ekspansi, integrasi dan
puncak kemajuan (650-1000 M). Di fase inilah Islam di bawah
kepemimpinan para khalifah mengalami perluasan pengaruh yang
sangat signifikan, kearah Barat melalui Afrika Utara Islam mencapai
Spanyol dan kearah Timur melalui Persia Islam sampai ke India.
Masa ini juga ditandai dengan perkembangan ilmu pengetahuan (di
bidang agama maupun non agama) dan kebudayaan. Dalam bidang
hukum dikenal para imam mazhab seperti Malik, Abu Hanifah,
Syafi’i, dan Ibn Hanbal. Di bidang teologi dikenal tokoh-tokoh seperti
Abu Hasan al-Asy’ari, al-Maturidi, Wasil ibn Atha’ al-Mu’tazili, Abu alHuzail, al-Nazzam dan al-Juba’i. Di bidang ketasawwufan dikenal
Dzunnun al-Misri, Abu Yazid al-Bustami, al-Hallaj dan lainnya lagi.
Sementara dalam bidang filsafat dan ilmu pengetahuan kita

9

mengenal al-Kindi, al-Farabi, Ibn Sina, Ibn Miskawaih, Ibn alHaytsam, Ibn Hayyan, al-Khawarizmi, al-Mas’udi dan al-Razi;

1. Pola Pemerintahan Dinasti Bani Umayyah
Aku

tidak

akan

menggunakan

pedang

ketika

cukup

mengunakan cambuk, dan tidak akan mengunakan cambuk jika
cukup dengan lisan. Sekiranya ada ikatan setipis rambut sekalipun
antara aku dan sahabatku, maka aku tidak akan membiarkannya
lepas.

Saat

mereka

menariknya

dengan

keras,

aku

akan

melonggarkannya, dan ketika mereka mengendorkannya, aku akan
menariknya dengan keras. (Muawiyah ibn Abi Sufyan).
Pernyataan di atas cukup mewakili sosok Muawiyah ibn Abi
Sufyan. Ia cerdas dan cerdik. Ia seorang politisi ulung dan seorang
negarawan yang mampu membangun

peradaban besar melalui

politik kekuasaannya. Ia pendiri sebuah dinasti besar yang mampu
bertahan selama hampir satu abad. Dia lah pendiri Dinasti
Umayyah, seorang pemimpin yang paling berpengaruh pada abad
ke 7 H.

10

Di tangannya, seni berpolitik mengalami kemajuan luar biasa
melebihi tokoh-tokoh muslim lainnya. Baginya, politik adalah
senjata maha dahsyat untuk mencapai ambisi kekuasaaanya. Ia
wujudkan seni berpolitiknya dengan membangun Dinasti Umayyah.
Gaya dan corak kepemimpinan pemerintahan Bani Umayyah
(41

H/661

M)

berbeda

dengan

kepemimpinan

masa-masa

sebelumnya yaitu masa pemerintahan Khulafaur Rasyidin. Pada
masa pemerintahan Khulafaur Rasyidin dipilih secara demokratis
dengan kepemimpinan kharismatik yang demokratis sementara
para penguasa Bani Umayyah diangkat secara langsung oleh
penguasa sebelumnya dengan menggunakan sistem Monarchi
Heredities, yaitu kepemimpinan yang di wariskan secara turun
temurun. Kekhalifahan Muawiyyah diperoleh melalui kekerasan,
diplomasi dan tipu daya, tidak dengan pemilihan atau suara
terbanyak. Suksesi kepemimpinan secara turun temurun dimulai
ketika Muawiyyah mewajibkan seluruh rakyatnya untuk menyatakan
setia terhadap anaknya, Yazid. Muawiyah bermaksud mencontoh
Monarchi

di

Persia

dan

Binzantium.

Dia

memang

tetap

menggunakan istilah Khalifah, namun dia memberikan interprestasi
baru dari kata-kata itu untuk mengagungkan jabatan tersebut. Dia

11

menyebutnya “Khalifah Allah” dalam pengertian “Penguasa” yang
di angkat oleh Allah.
Karena proses berdirinya pemerintahan Bani Umayyah tidak
dilakukan secara demokratis dimana pemimpinnya dipilih melalui
musyawarah, melainkan dengan cara-cara yang tidak baik dengan
mengambil alih kekuasaan dari tangan Hasan bin Ali (41 H/661M)
akibatnya, terjadi beberapa perubahan prinsip dan berkembangnya
corak

baru

perkembangan
dilakukan

yang

sangat

umat

berdasarkan

Islam.

mempengaruhi
Diantaranya

menunjuk

kekuasaan

pemilihan

langsung

oleh

dan

khalifah
khalifah

sebelumnya dengan cara mengangkat seorang putra mahkota yang
menjadi khalifah berikutnya.
Orang yang pertama kali menunjuk putra mahkota adalah
Muawiyah bin Abi Sufyan dengan mengangkat Yazib bin Muawiyah.
Sejak Muawiyah bin Abi Sufyan berkuasa (661 M - 681 M), para
penguasa Bani Umayyah menunjuk penggantinya yang akan
menggantikan kedudukannya kelak, hal ini terjadi karena Muawiyah
sendiri yang mempelopori proses dan sistem kerajaan dengan
menunjuk Yazid sebagai putra mahkota yang akan menggantikan
kedudukannya kelak. Penunjukan ini dilakukan Muawiyah atas saran

12

Al-Mukhiran bin Sukan, agar terhindar dari pergolakan dan konflik
politik intern umat Islam seperti yang pernah terjadi pada masamasa sebelumnya.
Sejak saat itu, sistem pemerintahan Dinasti Bani Umayyah
telah meninggalkan tradisi musyawarah untuk memilih pemimpin
umat Islam. Untuk mendapatkan pengesahan, para penguasa
Dinasti Bani Umayyah kemudian memerintahkan para pemuka
agama untuk melakukan sumpah setia (bai’at) dihadapan sang
khalifah. Padahal, sistem pengangkatan para penguasa seperti ini
bertentangan

dengan

prinsip

dasar

demokrasi

dan

ajaran

permusyawaratan Islam yang dilakukan Khulafaur Rasyidin.
Selain terjadi perubahan dalm sistem pemerintahan, pada
masa pemerintahan Bani Umayyah juga terdapat perubahan lain
misalnya masalah Baitulmal. Pada masa pemerintahan Khulafaur
Rasyidin, Baitulmal berfungsi sebagai harta kekayaan rakyat,
dimana setiap warga Negara memiliki hak yang sama terhadap
harta tersebut. Akan tetapi sejak pemerintahan Muawiyah bin Abi
Sufyan, Baitulmal beralih kedudukannya menjadi harta kekayaan
keluarga raja seluruh penguasa Dinasti Bani Umayyah kecuali Umar

13

bin Abdul Aziz (717-729 M). Berikut nama-nama ke 14 khalifah
Dinasti Bani Umayyah yang berkuasa:
1.

Muawiyah bin Abi Sufyan (41-60 H/661-680 M)

2.

Yazid bin Muawiyah (60-64 M/680-683 M)

3.

Muawiyah bin Yazid (64-64 H/683-683 M)

4.

Marwan bin Hakam (64-65 H/683-685 M)

5.

Abdul Malik bin Marwan (65-86 H/685-705 M)

6.

Walid bin Abdul Malik (86-96 H/705-715 M)

7.

Sulaiman bin Abdul Malik (96-99 H/715-717 M)

8.

Umar bin Abdul Aziz (99-101 H/717-720 M)

9.

Yazid bin Abdul Malik (101-105 H/720-724)

10.

Hisyam bin Abdul Malik (105-125 H/724-743 M)

11.

Walid bin Yazid (125-126 H/743-744 M)

12.

Yazid bin Walid (126-127 H/744-745 M)

13.

Ibrahim bin Walid (127-127 H/745-745 M)

14.

Marwan bin Muhammad (127-132 H/745-750 M)

14

2.

Masa Pemerintahan Umar ibn Abdul Aziz

Umar ibn Abdul Aziz adalah putra saudara Sulayman, yaitu
Abdul Aziz. Umar pantas diberi gelar khalifah kelima khulafaur
rasyidin karena kesholihan dan kemulyaannya. Sebelum ia diangkat
menjadi khalifah Dinasti Umayyah kedelapan, ia seorang yang kaya
raya dan hidup dalam kemegahan. Ia suka berpoya-poya dan
menghambur-hamburkan uang. Namun setelah diangkat menjadi
khalifah, ia berubah total menjadi seorang raja yang sangat
sederhana, adil dan jujur. Karena kesholihannya, ia dianggap
sebagai seorang sufistik pada jamannya. Ia juga disebut sebagai
pembaharu islam abad kedua hijriyah.
Walaupun masa pemerintahnnya relatif singkat, yaitu sekitar
tiga

tahunan,

namun

banyak

perubahan

yang

ia

lakukan.

Diantaranya, ia melakukan komunikasi politik dengan semua
kalangan, termasuk kaum Syiah sekalipun. Ini tidak dilakukan oleh
saudara-saudaranya sesama raja dinasti Umayyah. Ia banyak
menghidupkan tanah-tanah yang tidak produktif, membangun
sumur-sumur dan masjid-masjid. Yang tidak kalah pentingnya, ia

15

juga melakukan reformasi sistem zakat dan sodaqoh, sehingga pada
jamannya tidak ada lagi kemiskinan.
Pada masa pemerintahnnya, tidak ada perluasan daerah yang
berarti. Menurutnya, ekspansi islam tidak harus dilakukan dengan
cara imprealisme militer, tapi dengan cara dakwah. Dia juga
memberi kebebasan kepada penganut agama lain sesuai dengan
keyakinan

dan

kepercayaannya.

Pajak

diperingan,kedudukan

mawali disejajarkan dengan muslim Arab.
Umar mangkat dari jabatannya pada tahun 101 H/719 M
dengan

meninggalkan

karakter

pemerintahan

yang

adil

dan

bijaksana terhadap semua golongan dan agama. Penerusnya nanti
justru berbanding terbalik dengan karakter kepemimpinannya.
3.

Ekspansi Wilayah Dinasti Bani Umayyah

Ekspansi yang terhenti pada masa khalifah Usman dan Ali,
dilanjutkan kembali oleh dinasti ini. Di zaman Muawiyah,Tuniasia
dapat ditaklukan. Disebelah timur, Muawiyah dapat menguasai
daerah Khurasan sampai ke sungai oxus dan Afghanistan sampai ke
Kabul. Angkatan lautnya melakukan serangan-serangan ke Ibukota
Binzantium,

Konstantinopel.ekspansi

ke

timur

yang

dilakukan

Muawiyah kemudian dilanjutkan oleh khalifah Abd al-Malik. Ia

16

mengirim tentara menyebrangi sungai Oxus dan dapat berhasil
menundukkan Balkh, Bukhara, Khawarizm, Ferghana dan Markhand.
Tentaranya

bahkan

sampai

ke

India

dan

dapat

menguasai

Balukhistan, Sind dan daerah Punjab sampai ke Maltan.
Ekspansi ke barat secara besar-besaran dilanjutkan di zaman
Walid ibn Abdul Malik. Masa pemerintahan Walid adalah masa
ketentraman, kemakmuran, dan ketertiban. Umat Islam mersa
hidup bahagia. Pada masa pemerintahannya yang berjalan kurang
lebih sepuluh tahun itu tercatat suatu ekspedisi militer dari Afrika
Utara menuju wilayah barat daya, benua Eropa, yaitu pada tahun
711 M. setelah al-Jajair dan Marokko dapat ditaklukan, Tariq bin
ziyad,

pemimpin

pasukan

Islam,menyeberangi

selat

yang

memisahkan antara Marokko dengan benua Eropa, dan mendapat di
suatu tempat yang sekarang dikenal dengan nama Gibraltar (Jabal
Tariq).

Tentara

Spanyol

dapat

ditaklukkan.

Dengan

demikian

Spanyol menjadi sasaran ekspansi selanjutnya. Ibu kota Spanyol,
Kordova, dengan cepat dikuasai. Menyusul kota-kota lain seperti
Seville, Elvira dan Toledo yang dijadikan ibu kota Spanyol yang baru
setelah jatuhnya Kordova. Pada saat itu, pasukan Islam memperoleh
kemenangan dengan mudah karena mendapat dukungan dari
rakyat setempat yang sejak lama menderita akibat kekejaman

17

penguasa. Di zaman Umar bin Abdul Aziz, serangan dilakukan ke
Prancis melalui pegunungan Piranee. Serangan ini dipimpin oleh
Abdurahman ibn Abdullah al-Ghafiqi. Ia mulai menyerang Bordeau,
Poitiers. Dari sana ia menyerang Tours. Namun dalam peperangan
di luar kota Tours, al-Qhafii terbunuh, dan tentaranya mundur
kembali ke Spanyol. Disamping daerah-daerah tersebut pulau-pulau
yang terdapat di Laut Tengah juga jatuh ke tangan Islam di zaman
Bani Umayyah.
Dengan keberhasilan ekspansi ke beberapa daerah baik di
Timur maupun Barat, wilayah kekuasaan Islam masa Bani Umayyah
sangat luas. Daerah-daerah tersrebut meliputi: Spanyol, Afrika
Utara, Syria, Palestina, jazirah Arabia, Irak, sebagian Asia Kecil,
Persia,

Afganistan,

daerah

yang

sekarang

disebut

Pakistan,

Purkmenia, Uzbek dan Kirgis di Asia Tengah (Nasution, 1985:62)

(2) Fase disintegrasi (1000-1250 M) yang ditandai dengan
perpecahan dan kemunduran politik umat Islam hingga berpuncak
pada terenggutnya Baghdad oleh bala tentara Hulagu di tahun 1258
M.

18

Masa disintregasi merupakan masa kemunduran ataupun masa
kemerosotan dalam sejarah peradaban dan perkembangan islam
bani Abbasiyah setelah mengalami masa kejayaan pada periode
pertama(132H/750M-232H/847M)
Sebenarnya masa disintregasi sudah terasa setelah masa bani
Abbasiyah periode pertama, namun baru benar benar terasa pada
tahun 1000-1250 M.
Adapun penyebab yang melatar belakangi masa ini adalah sebagai
berikut:
a. Setelah periode pertama, khalifah sepeninggalnya sangat
lemah, karena dibawah pengaruh kekuasaan lain.
b. Kecenderungan untuk hidup mewah melebihi pendahulunya
sehingga menyebabkan roda pemerintahan terganggu dan
c.

rakyat menjadi miskin.
Banyaknya daerah yang memerdekakan diri dari kekuasaan

pusat dan mendirikan dinasti dinasti kecil.
d. Persaingan antar bangsa.
e. Masuknya unsur turki dalam pemerintahan yaitu sebagai
militer

pemerintahan

yang

cenderung

mementingkan

kepentingan sendiri dan berebut jabatan.
Dapat disimpulkan bahwa masa disintregasi adalah masa
kemunduran bani Abbasiyyah setelah mengalami masa kejayaan.

19

Adapun faktor penyebab masa ini adalah:
a. Setelah periode pertama, khalifah sepeninggalnya sangat
lemah.
b. Kecenderungan untuk hidup mewah.
c. Banyaknya daerah yang memerdekakan diri dari kekuasaan
pusat dan mendirikan dinasti dinasti kecil.
d. Persaingan antar bangsa dan masuknya unsur turki dalam
pemerintahan

A.

Dinasti yang memerdekaakan diri dari Baghdad

Dinasti yang memerdekakan diri dari Baghdad pada masa bani
Abbasiyah antara lain adalah sebagai berikut:
a.

Dari bangsa Persia



Thahiriyyah di Khurasan (205-259H/820-872 M)



Shafariyyah di Fars (254-290H/868-901M)



Samaniyyah di Transoxomania (261-389H/873-998M)



Sajiyyah di Azerbaijan (266-318H/878-930M)



Buwaihiyyah, menguasai Baghdad (320-117/923-1055 M)

b.

Dari bangsa Turki

20



Thuluniyyah di Mesir (254-292H/837-903M)



Ikhsyidiyyah di Turkistan (320-560 H/932-1163M)



Ghaznawiyyah di Afganistan (351-585H/962-1189M)

c.

Dari bangsa Kurdi



Al Barzuqani (348-406H/959-1015M)



Abu Ali (380-489H/990-1095M)



Ayyubiyah (564-648H/1167-1250M)

d. Dari bangsa Arab


Idrisiyyah di Maroko (172-375H/788-935M)



Aghlabiyyah di Tunisia (184-289H/800-900M)



Dulafiyyah di Khurdistan (210-285H/825-898M)



Alawiyah di Tabaristan (250-316H/864-928M)



Hamdaniyyah di Aleppo dan Maushil (317-394 H/919-1002M)



Mazyadiyyah di Hillah (403-545H/1011-1150M)



Ukailiyyah di Maushul (386-489H/996-1095M)

21



Mirdasiyyah di Aleppo (414-472H/1023-1079M)

e.

Dinasti yang mengaku khilafah



Umawiyah di Spanyol



Fathimiyah di Mesir

Latar belakang timbulnya dinasti dinasti kecil ini adalah:
a.

Luas wilayah kekuasaan daulah Abbasiyah, sementara

komunikasi pusat dan daerah cenderung sulit dilakukan, bersamaan
dengan kurangnya kepercayaan penguasa terhadap pelaksana
pemerintahan.
b.

Dengan profesionalisme angkatan bersenjata dari luar,

terutama Turki. ketergantungan kholifah terhadap mereka sangat
tinggi dan secara tidak langsung mengakibatkan kehancuran
struktur kekuasaan dari dalam kekhalifahan itu sendiri sehingga
banyak penguasa yang ingin melakukan otonomi.
c.

Keuangan negara yang sangat sulit sehingga tidak sanggup

memaksa pengiriman pajak ke Baghdad dikarenakan bayaran
tentara sangat tinggi.

22

d.

Persaingan antar bangsa yang sama sama ingin menonjolkan

dirinya.
e.

Perbedaan kepahaman antara Sunni dan Syiah.

Dapat disimpulkan dinasti yang memerdekakan diri diantaranya
adalah:


Dinasti dari bangsa Persia (5 dinasti)



Dinasti dari bangsa Turki (4 dinasti)



Dinasti dari bangsa Kurdi (3 dinasti)



Dinasti dari bangsa Arab (8 dinasti)



Dinasti yang mengaku sebagai khilafah

Latar belakang timbulnya dinasti tersebut antara lain:



Luas wilayah kekuasaan daulah Abbasiyah,.
Adanya

angkatan bersenjata dari luar, terutama turki.

ketergantungan kholifah terhadap mereka sangat tinggi dan secara
tidak langsung mengakibatkan kehancuran struktur kekuasaan
sehingga banyak penguasa yang ingin melakukan otonomi.


Keuangan negara yang sangat sulit.

23



Persaingan antar bangsa.



Perbedaan kepahaman antara sunni dan syiah.

3.

Perebutan kekuasaan di pemerintahan abbasiyah
Pada

masa

khalifah

al

mu’tashim,

beliau

memberikan

kebijakan dengan menarik tentara turki untuk bekerja pada dinasti
Abbasiyah. Dikemudian hari para tentara itu menguasai istana dan
memerintah seenaknya sebagai Amir Al Umara. Hal ini berlanjut
sanpai khalifah Al Mustakfi bi Allah (944-946M) mengundang dan
meminta bantuan pada Ahmad Ibn Abu Shuza yang beraliran Syiah
dari dinasti Buwaih, kemudian Ahmad menyerang Baghdad (945 M)
dan berhasil mengusir tahta Turki. Hal ini menjadi peluang bagi
Ahmad untuk melemahkan kekuasaan khalifah. Dikemudian hari
kekhalifahan berpindah ke dinasti dinasti diantaranya dinasti
Buwaih (945-1055M) dan dinasti Saljuk (1055-1160M).
1.

Dinasti Buwaih (945-1053M)

Didirikan oleh 3 bersaudara yaitu Ali, Hasan dan Ahmad pada tahun
945-1005 M. mereka adalah keturunan Abu Shuja Buya (Buwaih)
salah satu pemimpin sebuah suku Dailam di daerah pegunungan di

24

pesisir utara laut Kaspia yang beraliran Syiah, sementara bani
Abbas beraliran Sunni.
Adapun kebijakan yang diambil pada dinasti Buwaih adalah:
a. Memindahkan kekuasaan dari Syiraz ke Baghdad
b. Muncul dan berkembangnya ilmuwan besar diantaranya:
 Al Faraby(w. 950 M)
 Ibnu Sina(980-1037 M)
 AL Farghani, Abd Al Rahman Al Shufi(w. 986 M)
 Ibnu Maskawaih(w. 1030M)
 Abu Al A’la Al Ma’arri(973-1057M)
 Kelompok Ikhwan Al Shafa
c. Pembangunan kanal kanal, masjid, dan rumah sakit dsb
d. Kemajuan di bidang ekonomi, pertanian dan perdagangan dan
industri terutama permadani.
Kekuasaan Bani Buwaih tidak bertahan lama, sepeninggal 3
bersaudara tersebut terjadi perebutan kekuasaan diantara anak
anak mereka.
Adapun faktor yang menyebabkan kemunduran Bani Buwaih:
1.

Faktor internal

a.

Perebutan kekuasaan di kalangan keturunan bani buwaih

b.

Pertentangan dalam tubuh militer antara golongan dari Dailan

dan keturunan Turki.
2.

Faktor eksternal

25

a.

Semakin gencarnya serangan Byzantium ke dunia islam

b.

Semakin banyaknya dinasti dinasti kecil yang membebaskan

diri dari kekuasaan pusat di Baghdad.

26

2.

Dinasti Saljuk
Latar belakang munculya dinasti ini adalah perebutan

kekuasaan diantara Al Malik Al Rahim dari Bani Buwaih
dirampas

oleh

panglimanya

Arsehan

Al

Basasiri.

yang

Dengan

kekuasaannya dia bertindak sewenang wenang terhadap Al Malik
dan Al Qaim dari bani Abbas, kemudian dia mengundang khalifah
dinasti Fathimiyah(Al Munthashir)untuk menguasai Baghdad. Hal ini
mendorong Al Malik untuk meminta bantuan Tughril Bek dari Dinasti
Saljuk untuk memasuki Baghdad dalam usaha untuk menggagalkan
rencana Arsehan.Al Malik dipenjarakan dan berakhirlah kekuasaan
bani Buwaih kemudian dimulailah kekuasaan bani Saljuk.
Dinasti Saljuk berasal dari beberapa kabilah kecil rumpun suku Ghuz
di Turkhistan.
Adapun kebijakan kebijakan yang diambil Tughril Bek:
1.

Memusatkan pemerintahan di Naisabur dan Ray.

2.

Melakukan penaklukan kembali dinasti yang memisahkan diri

dan mengakui kedudukan Baghdad.
3.

Membendung ajaran Syiah dan mengembalikan ajaran Sunni.

27

4.

Melakukan perbaikan pemerintahan, berupa mengembalikan

jabatan perdana menteri yang sebelumnya di hapus bani Buwaih.
5.

Berkembangannya ilmu pengetahuan diantaranya:



Berdirinya Universitas Nizhamiyah (1065 M)



Berdirinya Madrasah Hanafiyah di Baghdad

6.

Adanya tokoh ilmuan diantaranya:



Al Zamaksyan (tafsir, bahasa dan teologi)



Al Qusyaini (Tafsir)



Abu Hamid Al Ghazali (Teologi)



Al Farid Al Diin Al Attar dan Umar Khayyam (Sastra)

7.

Pembangunan masjid, jembatan, jalan raya

dan irigasi

(khalifah malik syah)
8.

Melakukan

perluasan

wilayah

dari

Kasygon

sampai

Yerussalem.wilayah luas dibagi 5 bagian:


Saljuk besar (429-522H/1037-1127M) menguasai Khurazan,

Ray, Jabal, Irak, Persia dan Aharas. Merupakan induk dari yang lain.
Jumlah syeikh 8 orang

28



Saljuk Kirman (433-583H/1040-1187M) di bawah kekuasaan

keluarga Qawurt Bek Ibn Dawud Ibn Mikail Ibn Saljuk. Jumlah syeikh
yang memerintah 12 orang


Saljuk Iran dan Khurdistan (511-590/1117-1194M), pemimpin

pertamanya adalah Mughirst Al Din Mahmud. Saljuk ini berturut
turut diperintah oleh 9 syeikh


Saljuk Syiria (487-511H/1094-1117M) diprintah oleh keluarga

Tutush Ibn Alp Arsehan Inb Dawud Ibn Mikail Ibn Saljuk. Jumlah
syeikh yang memerintah 5 orang


Saljuk Ruum (470-700H/1077-1299M) diperintah oleh keluarga

Qutlumish

Ibn

Isrel

Ibn

Saljuk

dengan

jumlah

syeikh

yang

memerintah 17 orang.
Adapun kholifah sepeninggal Tughril Beik adalah sebagai berikut:
a.

Alp Arsehan (455-465h/1063-1072m)

b.

Maliksyah (465-485H/1072-1092M)

c.

Mahmud (485 487H/1092-1092M)

d.

Barkiyruq (487-498H/1094-1103M)

e.

Maliksyah II (498H/1103M)

29

f.

Abu Syuja’ Muhammad (498-511H/1103-1117M)

g.

Abu Haris Sanjar (511-522H/1117-1128M)

Setelah Sultan Malik Syah dan perdana menterinya Nizam Al Mulk
meninggal saljuk mengalami kemunduran dikarenakan perebutan
kekuasaan

oleh

keluarga,

sehingga

banyak

dinasti

yang

memisahkan diri darinya.
Dapat

disimpulkan

bahmwa

perebutn

kekuasaan

di

pust

pemerintahan bani Abbas sangat lemah sehingga dapat dengan
mudahnya dikuasai oleh dinasti dinasti, terutama Dinasti Buwaih
dan Saljuk yang sukup lama berkuasa.
4.

Perang salib

Sebab sebab terjadinya perang salib adalah:
a. Kebencian dan keinginan balas dendam atas kekalahan dalam
peristiwa manzikart(464H/1071M) yaitu tentara Alp Arsehan
yang berkekuatan 15.000 prajurit dapat mengalahkan tentara
romawi sejumlah 200.000 prajurit.
b. Penguasa saljuk menetapkan beberapa peraturan terkait
dengan

ziarah

ke

baitul

memberatkan umat kristen

maqdis

yang

dirasa

terlalu

30

Dari sebab tersebut maka Paus Urbanus II berseru pada umat
kristen untuk melakukan perang suci atau yang bisa di sebut
perang salib yang terbagi menjadi 3 periode.
Perang salib membawa dampak yang cukup buruk bagi
perkembangan

pengetahuan

dalam

islam.

diterbitkan oleh orang islamsebagian besar

Buku

buku

yang

dibawa orang orang

kristen untuk diterjemahkan(di adopsi) dan sebagian kecilnya
dibakar.
Dapat diambil kesimpulan bahwa perang salib adalah
perang suci antara kaum muslimin dan kaum kristen. Yang terbagi
dalam 3 periode:


Periode Pertama(1095M)



Periode Kedua(1144M)



Periode Ketiga(1219M)

5.

Sebab Sebab Kemunduran Bani Abbasiyah

a.

Faktor internal kemunduran bani abbasiyah:

1.

Persaingan an antar bangsa

31

Khilafah abbasiyah didirikan oleh keluarga Abbas yang turut
digabungi oleh orang orang Persia yang pada mulanya dilatar
belakangi oleh persamaan derajat pada masa Bani Umayyah.
Setelah diproklamirkannya dinasti Abbasiyyah terjadi pertentangan
diantaranya:
a.

bahwasanya orang Arab yang memiliki ras istimewa dan

menganggap non arab sebagai bangsa yang lemah, sedangkan
orang Persia menganggap dirinya adalah yang berhaak memegang
kekuasaan.
b.

Adanya fanatisme kebangsaan karena perluasan wilayah

abbasiyah yang mencapai Maroko, Irak, Syiria, Persia, Turki, dan
India(Fanatisme Syu’ubiyyah)
c.

Praktik perbudakan yang dilakukan bani Abbas terhadap

budak budak persia dan turki. Oleh karena merasa jumlah mereka
yang besar mereka mersasa bahwa negara adalah milik mereka.
d.

Kecenderungan masing masing bangsa untuk mendominasi

kekuasaan.
2.

Kemerosotan ekonomi

Disebabkan oleh:

32

a.

banyaknya wilayah yang memisahkan diri dan tidak

membayar upeti
b.

banyaknya kerusuhan yang mengganngu perekonomin

masyarakat
c.
d.

diperingannya pajak
pengeluaran membengkak karena kehidupan khalifah yang

mewah dan maraknya korupsi.
3.

konflik keagamaan

yaitu terjadinya pertentangan antara:
a.

kaum muslim dan kaum zindiq yang juga menimbulkan

konflik bersenjata
b.

antar aliran dalam islam, Mu’tazilah dan kaum Salaf dalam

hal bid’ah
faktor eksternal kemunduran bani abbasiyah:
a.
b.

serangan bangsa Mongol ke Baghdad
perang salib yang berlangsung beberapa periode yang

menelan banyak korban jiwa selaligus merusak peradaban islam

33

dapat disimpulkan faktor faktor yang menyebakan kemunduran
bani Abbasiyah adalah:

a.

faktor internal



persaingan antar bangsa



kemerosotan ekonomi



konflik keagamaan

b.

faktor eksternal



serangan tentara mongol



adanya perang salib

34

C. Islam pada Abad Modern (1250-1800 M)
Islam pada periode modern (1250-1800 M) dapat dibaca juga dalam
dua fase penting: (1) Fase kemunduran (1250-1500 M) yang penuh
diwarnai perselisihan yang terus meningkat dengan sentimen
mazhabiyah (antara Sunni dan Syi’ah) maupun sentimen etnis
(antara Arab dan Persia). Pada masa inilah dunia Islam terbelah
yang kemudian diperparah dengan meluasnya pandangan bahwa
pintu ijtihad telah tertutup. Sementara perhatian terhadap dunia
ilmu pengetahuan melemah, kekuatan Kristen (dimana Perang Salib
telah dimaklumatkan oleh Paus Urbanus II sejak dalam Konsili
Clermont tahun 1095 M) justru kian menekan dunia Islam; (2) Fase
Masa Tiga Kerajaan Besar (1500-1800). Keadaan perkembangan
Islam secara keseluruhan baru mengalami kemajuan kembali
walaupun tidak sebanding dengan masa sebelumnya (klasik)
setelah berkembangnya tiga kerajaan besar yaitu kerajaan Usmani
di Turki, kerajaan Mughal di India dan kerajaan Safawi di Persia.
Diantara ketiga kerajaan tersebut yang terbesar dan paling lama
bertahan adalah kerajaan Usmani.
A.

Kerajaan Usmani

35

Kerajaan Utsmani didirikan oleh bangsa Turki dari kabilah
Oghuz yang mendiami daerah Mongol dan daerah utara negeri Cina
yang bernama Usmani atau Usmani I dan memproklamirkan diri
sebagai Padisyah al Usman atau raja besar keluarga Usman tahun
1300 M (699 H). Kerajaan yang didirikan oleh Usmani ini selanjutnya
memperluas wilayahnya ke bagian Benua Eropa. Ia menyerang
daerah perbatasan Bizantium dan menaklukkan kota Broessa tahun
1317 M sehingga tahun 1326 M dijadikan sebagai Ibukota Negara.
Kerajaan

Usmani

untuk

masa

beberapa

abad

masih

dipandang sebagai Negara yang kuat terutama dalam bidang
militer. Kemajuan-kemajuan kerajaan Usmani yaitu dalam bidang
pemerintahan dan kemiliteran, bidang ilmu pengetahuan dan
budaya

misalnya

pembangunan

kebudayaan

Masjid-Masjid

Persia,

Agung,

Bizantium

dan

sekolah-sekolah,

arab,
rumah

sakit, gedung, jembatan, saluran air villa dan pemandian umum dan
di bidang keagamaan.misalnya seperti fatwa ulama yang menjadi
hukum yang berlaku.
Dalam masa kurang lebih 6 abad (1294-1924), berkuasa,
kerajaan turki usmani mempunyai raja sebanyak 40 orang yang silih

36

berganti, namun demikian, dalam makalah ini akan kami bahas
beberapa raja yang berpengaruh saja, diantaranya:
1.

Sultan Ustman bin Urtoghal (699-726 H/ 1294-1326 M)

Pada tahun 699 H. Usman melakukan perlusan kekuasaannya
sampai ke Romawi Bizantium setelah ia mengalahkan Alauddin
Saljuk. Usman diberi gelar sebagai Padisyah Al-Usman (Raja besar
keluarga

usman),

gelar

inilah

yang

dijuliki

sebagi

Daulah

Usmaniyyah. Usman berusaha memperkuat tentara dan memajukan
negrinya. kepada raja-raja kecil dibuat suatu peraturan untuk
memilih salah satu dari tiga hal, yaitu:
1)

Masuk Islam

2)

Membayar Jizyah; atau

3)

Berperang

2.

Sultan Urkhan bin Utsman (726-761 H/ 1326-1359 M)

Sultan Urkhan adalah putera Utsman I. sebelum urkhan
ditetapkan menjadi raja, ia telah banyak membantu perjuangan
ayahnya.

Dia

telah

menjadikan

Brousse

sebagai

ibu

kota

kerajaannya. Pada masa pemerintahannya, dia berhsil mengalahkan
dan menguasai sejumlah kota di selat Dardanil. Tentara baru yang

37

dibentuk oleh Urkhan I diberi nama Inkisyaiah. Pasukan ini
dilengkapi dengan persenjataan dan pakaian seragam. Di zaman
inilah pertama kali dipergunakan senjata meriam.
3.

Sultan Murad I bin Urkhan (761-791 H/ 1359-1389 M)

Pengganti sultan Urkhan adalah Sultan Murad I. selain
memantapkan

keamanan

di

dalam

negrinya,

sultan

juga

meneruskan perjuangan dan menaklukkan bebrapa daerah ke
benua Eropa. Ia menaklukkan Adrianopel, yang kemudian dijadikan
sebagai ibukota kerajaan yang baru serta membentuk pasukan
berkuda

(Kaveleri).

Perjuangannya

terus

dilanjutkan

dengan

menaklukkan Macedonia, Shopia ibukota Bulgaria, dan seluruh
wilayah bagian utara Yunani.
Karena banyaknya kota-kota yang ditaklukkan oleh Murad I,
pada waktu itu bangsa Eropa mulai cemas. Akhirnya raja-raja
Kristen Balkan meminta bantuan Paus Urban II untuk mengusir
kaum muslimin dari daratan Eropa. Maka peperangan antara
pasukan Islam dan Kristen Eropa pada tahun 765 H (1362 M).
Peperangan itu dimenangkan oleh pasukan Murad I, sehingga
Balkan jatuh ke tangan umat Islam. Selanjutnya pasukan Murad I

38

merayap terus menguasai Eropa Timur seperti Somakov, Sopia
Monatsir, dan Saloniki.
4.

Sultan Bayazid I bin Murad ( 791-805 H/ 1389-1403 M)

Bayazid adalah putra Murad I. Ia meneruskan perjuangan
ayahnya dengan memperluas wilayahnya seperti Eiden, Sharukan
dan Mutasya di Asia Kecil dan negeri bekas kekuasaan Bani Saluki.
Bayazid sangat besar pengaruhnya, sehingga mencemaskan Paus.
Kemudian Paus Bonifacius mengadakan penyerangan terhadap
pasukan Bayazid, dan perangan ini yang merupakan penyebab
terjadinya Perang Salib.
Tentara Salib ketika itu terdiri dari berbagai bangsa, namun
dapat dilumpuhkan oleh pasukan Bayazid. Namun pada peperangan
berikutnya ketika melawan Timur Lenk di Ankara, Bayazid dapat
ditaklukkan, sehingga mengalami kekalahan dan ketika itu Bayazid
bersama putranya Musa tertawan dan wafat dalam tahanan Timur
Lenk pada tahun 1403 M.
5.
M)

Sultan Muhammad I bin Bayazid (816-824 H/ 1403-1421

39

Kekalahan

Bayazid

membawa

akibat

buruk

terhadap

penguasa-penguasa Islam yang semula berada di bawah kekuasaan
Turki Usmani, sebab satu sama lain berebutan, seperti wilayah
Serbia, dan Bulgeria melepaskan diri dari Turki Usmani. Suasana
buruk ini baru berakhir setelah Sultan Muhammad I putra Bayazid
dapat

mengatasinya.

Sultan

Muhammad

I

berusaha

keras

menyatukan kembali negaranya yang telah bercerai berai itu
kepada keadaan semula.
6.

Sultan Murad II bin Muhammad ( 824-855 H/ 1421-1451

M)
Sepeninggalannya Sultan Muhammad I, pemerintahan diambil
alih oleh Sulatan Murad II. Cita-citanya adalah melanjutkan usaha
Muhammad I. yaitu untuk menguasai kembali daerah-daerah yang
terlepas dari kerajaan Turki Usmani sebelumnya. Daerah pertama
yang dikuasainya adalah Asia Kecil, Salonika Albania, Falokh, dan
Hongaria.
Setelah bertambahnya beberapa daerah yang dapat dikuasai
tentara Islam, Paus Egenius VI kembali menyerukan Perang Salib.
Tentara Sultan Murad II menderita kekalahan dalam perang salib itu.
Akan tetapi dengan bantuan putranya yang bernama Muhammad,

40

perjuangan Murad II dapat dilanjutkan kenbali yang pada akhirnya
Murad II kembali berjaya dan keadaan menjadi normal kembali
sampai akhir kekuasaan diserahkan kepada putranya bernama
Sultan Muhammad Al-Fatih.
7.

Sultan Muhammad Al-Fatih (855-886 H/ 1451-1481 M)

Setelah Sultan Murad II meninggal dunia, pemerintahan
kerajaan Turki Usmani dipimpin oleh putranya Muhammad II atau
Muhammad

Al-Fatih.

menaklukkan

diberi

Konstantinopel.

membangkitkan
menaklukkan

Ia

kembali

gelar

Muhammad

sejarah

Konstantinopel

Al-fatih

umat

sebagai

karena

Al-Fatih

Islam

berusaha

sampai

ibukota

dapat

dapat

Bizantium.

Konstantinopel adalah kota yang sangat penting dan belum pernah
dikuasai raja-raja Islam sebelumnya.
Muhammad Al-Fatih dianggap sebagi pembuka pintu bagi
perubahan dan perkembangan Islam yang dipimpin Muhammad.
Tiga alasan Muhammad menaklukkan Konstantinopel, yaitu:
1)
perjuangan

Dorongan iman kepada Allah SWT, dan semangat
berdasarkan

menyebarkan ajaran Islam.

hadits

Nabi

Muhammad

saw

untuk

41

2)

Kota Konstantinopel sebagai pusat kemegahan bangsa

Romawi.
3)

Negerinya sangat indah dan letaknya strategis untuk

dijadikan pusat kerajaan.
Usaha

mula-mula

umat

Islam

untuk

menguasai

kota

Konstantinopel dengan cara mendirikan benteng besar dipinggir
Bosporus yang berhadapan dengan benteng yang didirikan Bayazid.
Benteng Bosporus ini dikenal dengan nama Rumli Haisar (Benteng
Rum). Benteng yang didirikan umat Islam pada zaman Muhammad
Al-Fatih itu dijadikan sebagai pusat persediaan perang untuk
menyerang

kota

Konstantinopel.

Setelah

segala

sesuatunya

dianggap cukup, dilakukan pengepungan selama 9 bulan. Akhirnya
kota Konstantinopel jatuh ke tangan umat Islam ( 29 Mei 1453 M)
dan Kaisar Bizantium tewas bersama tentara Romawi Timur. Setelah
memasuki Konstantinopel terdapat sebuah gereja Aya Sofia yang
kemudian dijadikan Masjid bagi umat Islam.
Setelah kota Konstantinopel dapat ditaklukkan, kota itu
dijadikan sebagai ibukota dan namanya diganti menjadi Istanbul.
Jatuhnya kota Konstantinopel ke tangan umat Islam, berturut-turut
pula diikuti oleh penguasaan Negara-negara sekitarnya seperti

42

Servia, Athena, Mora, Bosnia, dan Italia. Setelah pemerintahan
Sultan Muhammad, berturut-turut kerajaan Islam dipimpin oleh
beberapa Sultan, yaitu:
1.

Sultan Bayazid II (1481-1512 M)

2.

Sultan Salim I (918-926 H/ 1512-1520 M)

3.

Sultan Sulaiman (926-974 H/ 1520-1566 M)

4.

Sultan Salim II (974-1171 H/ 1566-1573 M)

5.

Sultan Murad III ( 1573-1596 M)

Setelah pemerintahan Sultan Murad III, dilanjutkan oleh 20
orang Sultan Turki Usmani sampai berdirinya Republik Islam Turki.
Akan

tetapi

kekuasaan

sultan-sultan

tersebut

tidak

sebesar

kerajaan-kerajaan sultan-sultan sebelumnya. Para sultan itu lebih
suka

bersenang-senang.,

sehingga

melupakan

kepentingan

perjuangan umat Islam. Akibatnya, dinasti turki Usmani dapat
diserang oleh tentara Eropa, seperti Inggris, Perancis, dan Rusia.
Sehingga kekuasaan Turki Usmani semakin lemah dan berkurang
karena beberapa negri kekuasaannya memisahkan diri,diantaranya
adalah:

43

1.

Rumania melepaskan diri dari Turki Usmani pada bulan

Maret 1877 M.
2.

Inggris diizinkan menduduki Siprus bulan April 1878 M.

3.

Bezarabia, Karus, Ardhan, dan Bathum dikuasai Rusia.

4.

Katur kemudian menjadi daerah kekeusaan Persia.

Lebih jelasnya kekhalifahan dinasti kerajaan Turki Utsmani sebagaimana tabel
dibawah ini :
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19

Nama Khilafah
Utsman I
Orhan
Murad I
Bayazid I
Peralihan Kekuasaan
Muhammad I
Murad II
Muhammad II
Murad II (menjabat yang kedua kalinya)
Muhammad II (menjabat ketiga kalinya)
Bayazid II
Saim I
Sulaiman I
Salim II
Murad III
Muhammad III
Ahmad I
Musthofa I
Utsman II
Musthofa I (menjabat kedua kalinya)

Tahun Pengangkatan
(Masehi)
1281
1324
1306
1389
1402
1413
1421
1444
1446
1451
1481
1512
1520
1566
1574
1594
1603
1617
1618
1622

44

20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40

Murad IV
Ibrahim
Muhammad IV
Sulaiman II
Ahmad II
Musthofa II
Ahmad III
Mahmud I
Utsman III
Musthofa III
Abdul Hamid I
Salim III
Musthofa IV
Mahmud II
Abdul Majid I
Abdul Aziz
Murad V
Abdul Hamid II
Muhammad Rasyid V
Muhammad Wahid al-Din
Abdul Majid II (hanya bergelar sebagai
khalifah)

1623
1640
1648
1678
1691
1695
1703
1730
1754
1757
1774
1789
1807
1808
1839
1861
1876
1876
1909
1918
1914

45

D. Islam pada Masa Post Modern (1800 – Sekarang)
A. RUNTUHNYA KERAJAAN TURKI USMANI
a)

Faktor-Faktor Keruntuhan Khilafah Utsmaniyah (974-1171

H/1566-1757 M)
Kenaikan Sultan Salim II (1566-1574) telah dianggap sebagai
permulaan keruntuhan Turki Utsmani dan berakhrnya zaman
keemasannya. Hal ini ditandai dengan melemahnnya semangat
perjuangan

prajurit

utsmani

yang

menyebabkan

sejumlah

kekalahan dalam pertempuran menghadapi mmusuh-musuhnya.
Pada tahun 1774, penguasa Utsmani, Abdul Hamid menandatangani
perjanjian dengan Rusia yang berisi pengakuan kemerdekaan
Crimenia dan penyerahan benteng-benteng pertahanan di laut
hitam serta memberikan izin kepada rusia untuk melintasi selat
antara laut hitam dengan laut putih
b)

Faktor-faktor keruntuhan kerajaan turki usmani dikategorikan

menjadi :
1.

Faktor internal

46

a)

Karena luas wilayah kekuasaan serta buruknya system

pemerintahan, sehingga hilangnya keadilan, banyaknya korupsi dan
meningkatnya kriminalitas.
b)

Heterogenitas penduduk dan agama.

c)

Kehidupan istimewa yang bermegahan.

d)

Merosotnya perekonomian negara akibat peperangan yang

pada sebagian besar peperangan turki mengalami kekalahan.
2.
a)

Faktor Eksternal
Munculnya gerakan nasionalisme. Bangsa-bangsa yang

tunduk pada kerajaan turki selama berkuasa, mulai menyadari
kelemahan dinasti tersebut. Kemudian ketika turki mulai lemah
mereka bangkit untuk melawannya.
b)

Terjadinya kemajuan teknologi di barat khususnya bidang

persenjataan. Turki selalu mengalami kekalahan karena mereka
masih menggunakan senjata tradisional, sedangkan wilayah barat
seperti eropa telah menguunakan senjata yang lebih maju lagi.
Periode modern ini dikenal sebagai era kebangkitan kembali umat
Islam. Kekalahan demi kakalahan terutama ketika runtuhnya
Kerajaan Utsmani tampaknya mulai menyadarkan dunia Islam

47

bahwa dunia Barat telah mengalami kemajuan sedemikian tinggi
yang takkan mungkin terlawan dengan mengandalkan kekuatan di
berbagai aspeknya yang berada dalam keadaan lemah ketika itu.
Dari

sinilah

muncul

ide-ide

pembaharuan

yang

bermaksud

merekonstruksi keadaan dan kualitas umat Islam sehingga memiliki
kepercayaan

diri

dalam

menghadapi

ekspansi

militer,

politik

imperialis, dan juga peradaban kolonial Barat yang semakin passif.

48

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Perkembangan

peradaban

sejarah

Islam

pada

abad

pertengahan ini dilakukan melalui tiga jalan yang dilalui untuk
memperkenalkan Islam pada masyarakat Eropa. Ketiga jalan
tersebut

adalah

Jalan

Barat

,

Jalan

Tengah

,

Jalan

Timur.

Perkembangan Islam, mengalami dua fase yaitu fase kemajuan dan
fase

kemunduran.

Keadaan

perkembangan

Islam

secara

keseluruhan baru mengalami kemajuan kembali walaupun tidak
sebanding dengan masa sebelumnya setelah berkembangnya
kerajaan besar yaitu kerajaan Usmani di Turki. Ada beberapa sektor
penting yang muncul sebagai pengaruh perkembangan Islam di
abad pertengahan. diantaranya bidang Politik, bidang Ekonomi
Sosial, bidang Kebudayaan, bidang Pendidikan.
B. Saran
6.

Kita

dapat

meneladani

sikap

intelektual

dan

semangat

7.

keislaman para Khalifah
Kita dapat mengambil berbagai tauladan dari para Khalifah

49

8.

Kita dapat memahami dan menghayati sejarah kebudayaan
Islam atau dijadikan pandangan hidup dalam kegiatan sehari –

9.

hari
Membentuk nilai melalui pengambilan hikmah dikehidupan
sehari-hari meningkatkan keimanan dan ketaqwaan.