JURNAL PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK II PEMB
JURNAL PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK II
PEMBUATAN TAWAS
DARI ALUMINIUM FOIL
Di Susun Oleh:
Dita Khoerunnisa
1112016200030
Kelompok 4
Dini Wulndari
1112016200004
Aisah
1112016200010
Fitri Ramadhiani
1112016200022
Achmad Yandi R.F
1112016200026
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2014
ABSTRAK
Terdapat solusi yang saling berkaitan antara memanfaatkan sampah-sampah logam
aluminium untuk dijadikan sesuatu yang dapat melakukan penjernihan air. Yaitu
memanfaatkan sampah logam aluminium untuk membuat tawas sebagai penjernih air.
Percobaan ini bertujuan untuk membuat tawas dari campuran antara Aluminium foil, KOH
dan Asam Sulfat. Hasil uji tawas alum yang telah dibuat yaitu tawas dapat menggumpalkan
kotoran dalam air solokan dengan mengendapkan partikel-partikel kotoran tersebut
bersamanya di dasar tabung reaksi.
PENDAHULUAN
Komponen ekosistem melibatkan dua hal penting yang saling berinteraksi satu sama
lain, yaitu komponen biotik dan abiotik. Artinya, komponen biotik sangat mempengaruhi
keberadaan komponen abiotik begitupun sebaliknya. Jika ada komponen abiotik yang
terganggu maka komponen biotik akan merasakan dampaknya.
Seiring meningkatnya pertumbuhan ekonomi kini begitu banyak perusahaan yang
memproduksi berbagai macam jenis kebutuhan manusia dengan kemasan yang praktis, tahan
lama namun tidak ramah lingkungan serta tidak dapat di daur ulang. Hampir di setiap tempat
kita temui sampah-sampah bekas kemasan makanan dan minuman yang berbahan kaleng dan
pelastik yang berbahan dasar logam aluminium foil. Penggunaan akuminium foil sebagi
media pembungkus sudah menjadi standar internasional. Hal ini yang menjadikan banyak
produk konsumsi seperti minuman makanan dan pasta gigi menggunakan aluminium foil
sebagai pembungkus produk perusahaan (Gunawan, 2007:53).
Alumuium bersifat keras, kuat, memiliki massa jenis kecil, dan tahan terhadap korosi,
karena hal tersebut aluminium sangat sering digunakan dalam pembuatan pesawat, mobil, dll.
Selain itu, aluminium juga merupakan penghantar listrik dan panas yang baik, sehingga
aluminium sering digunakan untuk peralatan listrik dan peralatan dapur. Penggunaan kaleng
sebagai tempat minuman atau makanan dan aluminium foil sebagai pembungkus berbagai
macam hasil produksi juga sudah sering ditemui, misalnya saja penggunaan aluminium foil
untuk pengemasan produk makanan, minuman, obat-obatan, rokok, dll. (Apriyanti, 2013)
Aluminium memiliki keistimewaan tersendiri dibandingkan dengan logam lain, Bila
terkena udara, objek-objek aluminium teroksidasi pada permukaannya, tetapi lapisan oksida
itu melindungi objek dari oksida lebih lanjut (Vogel, 1990: 266). Artinya aluminium sangat
tahan terhadap korosi, sehingga banyak kemasan produksi yang menggunakan bahan
aluminium agar aman dan tahan lama.
Sampah logam merupakan sampah anorganik yang sangat tahan lama dan apabila
keberadaannya bebas dilingkungan maka sulit untuk dapat terurai di tanah. Sehingga
menimbulkan dampak pencemaran lingkungan yang akan menyebabkan kesetimbangan
ekosistem terganggu. Kaleng dan pelastik yang rata rata berbahan logam aluminium itu hanya
bisa terurai di tanah dalam waktu 400 tahun (Apriyanti, 2013)
Disamping itu, sampah-sampah makanan dan minuman juga dapat mengakibatkan
pencemaran air, sehingga kebutuhan air bersih juga meningkat seiring meningkatnya sampahsampah logam tersebut. Air kotor dapat membahayakan pemakainya. Penyakit kolera, kurap,
kudis, diare/ disentri, atau tipus adalah sebagian dari penyakit penyakit yang timbul jika air
kotor tetap di konsumsi. Seandainya air kotor itu juga tercemar bahan bahan kimia dan tetap
dipakai terus menerus selama bertahun-tahun, maka kerusakan ginjal dan gigi serta terkena
penyakit kekurangan sel darah merah adalah resiko yang mungkin akan terjadi (Untung,
2008:1)
Ada solusi yang saling berkaitan anatara memanfaatkan sampah sampah logam
aluminium tersebut untuk dijadikan sesuatu yang dapat melakukan penjernihan air. Yaitu
memanfaatkan sampah logam aluminium untuk membuat tawas sebagai penjernih air.
ALAT DAN METODE
a. Alat
2 buah labu erlenmeyer
1 buah gelas kimia
1 neraca ohauss
Larutan KOH 20%
Larutan H2SO4 6 M
2 buah corong
1 sendok spatula
1 kaca arloji
Aluminium foil
Tabung reaksi
Rak tabung reaksi
b. Metode
Larutan KOH di tuangkan ke dalam labu erlenmeyer sebanyak 40 ml
yang telah berisi KOH 20%
Ditimbang 2 gram aluminium foil kemudian dimasukan ke dalam labu erlenmeyer
Dilihat reaksi yang terjadi sampai berhenti bereaksi (dengan adanya gelembung gas)
menggunkan magnetic stirer sampai tidak terlihat gelembung
Filtrat yang sudang dingin di tambahkan larutan H2SO4 6 M sebanyak 30 ml
Labu erlenmeyer yang berisi campuran KOH dan aluminium foil dipanaskan
Campuran tersebut di saring kemudian filtratnya dibiarkan dingin
Lalu hasilnya didiamkan di dalam es batu selama 1 hari
keruh yang tersedia didalam tabung reaksi
Setelah satu hari, tawas yang sudah mengkristal dimasukan ke dalam air solokan
Diperhatikan perubahan yang terjadi pada air solokan
HASIL DAN PEMBAHASAN
Tabel 1
No
Reaksi
Gejala/ Peristiwa
1.
Al + KOH
Terbentuk gelembung gas, setelah habis membentuk
endapan hitam
2.
Aluminat
+
Asam Endapan putih susu
sulfat
3.
Pendinginan
Gambar 1. Reaksi Aluminium
dengan KOH
Endapan membesar mengeras membentuk kristal
Gambar 2. Uji tawas pada air solokan
Pada saat 2 gram Aluminium bereaksi dengan KOH 20% terbentuk gelembunggelembung gas yang naik ke atas permukaan dan mengeluarkan asap melalui mulut labu
erlenmeyer. Pada saat itu reaksi berjalan cepat dan bersifat eksoterm karena menghasilkan
kalor (Manurung dan Ayuningtyas, 2010). Gelembung-gelembung yang dihasilkan
merupakan gas hidrogen. Reaksinya adalah sebagai berikut.
2Al + 2KOH + 6H2O -> 2K[Al(OH)4] + 3H2
Setelah aluminium foil bereaksi sempurna dengan KOH, gelembung-gelembung mulai
habis, kemudian campuran tersebut membentuk cairan dengan endapan hitam keruh. Setelah
itu dilakukan pemanasan agar reaksi lebih cepat. lalu di saring guna menghilangkan zat zat
pengotor atau ion ion pengganggu. Kemudian pada filtrat ditambahkan larutan H2SO4 6 M
dengan reaksi sebagai berikut.
2Al(OH)3 + 3H2SO4 -> Al2(SO4)3 + 6H2O
2K[Al(OH)4]+H2SO4 -> 2Al(OH)3+K2SO4+2H2O
Setelah itu didiamkan selama 1 hari didalam es batu. Setelah pendiaman selama 1 hari
campuran tersebut membentuk kristal putih keras sebagai alum atau tawas. Kristal alum
(tawas) yang diperoleh seharusnya dicuci dengan larutan etanol 50% yang bertujuan untuk
menyerap kelebihan air dan mempercepat pengeringan (Manurung dan Ayuningtyas, 2010).
Namun kami lupa melakukannya sehingga kristal tawas masih basah dan tidak begitu keras.
Kristal tawas yang mengeras diuji keefektifan kerjanya terhadap air solokan. Hasil uji
yang telah kami lakuakan tampak berhasil karena tawas sempurna menggumpalkan kotorankotorang yang terdapat dalam air selokan sampai mengendap seluruhnya di dasar tabung
reaksi dan menghasilkan air yang jernih. tersebut merupakan prinsip kerja koagulasi dengan
tawas sebagai koagulan. Kapur/tawas/kaporit biasa disebut koagulan karena biasa
menimbulkn koagulasi. Koagulasi ialah proses penggumpalan melalui reaksi kimia. Tawas
akan mengendap didalam air bersama dengan bahan kimia pencemar air. Pengendapan terjadi
bila zat zat itu tercampur dengan baik di dalam air (Untung,2008:13). Penggumpalan Alum
yang terbentuk dari garam aluminium dan asam sulfat merupakan koagulan yang bervalensi
tinggi. Valensi akan berpengaruh terhadap proses koagulasi, ion yang memiliki muatan
berlawanan dengan koloid akan diendapkan. Koagulasi dicapai dengan menetralkan muatan
elektrik dari permukaan koloid. Semakin besar valensi koagulan efektivitas gaya koagulasi
semakin besar. (Siregar, 2009:48). Sehingga alum sangat efektif dalam menjernikan air.
DAFTAR PUSTAKA
Gunawan, Gugun. 2007. Mengolah Sampah Jadi Uang. Jakarta: Trans Media
Siregar, Sakti A. 2009. Instalasi Pengolahan Air Limbah. Yogyakarta: Kanisius
Svehla, G. 1990. Vogel: Buku Teks AnalisisAnorganik Kualitatif Makro dan Semimikro.
Jakarta: PT Kalman Media Pustaka
Untung, Onny. 2008. Menjernihkan Air Kotor . Jakarta: Puspa Swara
Manuntun, Manurung dan Irma F Ayuningtyas. 2010. Kandungan Aluminium dalam Kaleng
Bekas dan Pemanfaatannya dalam Pembutan Tawas.
(http://ojs.unud.ac.id/index.php/jchem/article/viewFile/2806/1995) diakses tanggal 28
Maret 2014 pukul 11.02 WIB
Pratiwi, Apriyanti D. 2013. Kaleng Bekas sebagai Solusi Air Bersih.
(http://pkm.mfkasim.com/files_upload/isi-.pdf-120115141955.pdf) diakses tanggal 29
Maret 2014 pukul 05.07 WIB
PEMBUATAN TAWAS
DARI ALUMINIUM FOIL
Di Susun Oleh:
Dita Khoerunnisa
1112016200030
Kelompok 4
Dini Wulndari
1112016200004
Aisah
1112016200010
Fitri Ramadhiani
1112016200022
Achmad Yandi R.F
1112016200026
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2014
ABSTRAK
Terdapat solusi yang saling berkaitan antara memanfaatkan sampah-sampah logam
aluminium untuk dijadikan sesuatu yang dapat melakukan penjernihan air. Yaitu
memanfaatkan sampah logam aluminium untuk membuat tawas sebagai penjernih air.
Percobaan ini bertujuan untuk membuat tawas dari campuran antara Aluminium foil, KOH
dan Asam Sulfat. Hasil uji tawas alum yang telah dibuat yaitu tawas dapat menggumpalkan
kotoran dalam air solokan dengan mengendapkan partikel-partikel kotoran tersebut
bersamanya di dasar tabung reaksi.
PENDAHULUAN
Komponen ekosistem melibatkan dua hal penting yang saling berinteraksi satu sama
lain, yaitu komponen biotik dan abiotik. Artinya, komponen biotik sangat mempengaruhi
keberadaan komponen abiotik begitupun sebaliknya. Jika ada komponen abiotik yang
terganggu maka komponen biotik akan merasakan dampaknya.
Seiring meningkatnya pertumbuhan ekonomi kini begitu banyak perusahaan yang
memproduksi berbagai macam jenis kebutuhan manusia dengan kemasan yang praktis, tahan
lama namun tidak ramah lingkungan serta tidak dapat di daur ulang. Hampir di setiap tempat
kita temui sampah-sampah bekas kemasan makanan dan minuman yang berbahan kaleng dan
pelastik yang berbahan dasar logam aluminium foil. Penggunaan akuminium foil sebagi
media pembungkus sudah menjadi standar internasional. Hal ini yang menjadikan banyak
produk konsumsi seperti minuman makanan dan pasta gigi menggunakan aluminium foil
sebagai pembungkus produk perusahaan (Gunawan, 2007:53).
Alumuium bersifat keras, kuat, memiliki massa jenis kecil, dan tahan terhadap korosi,
karena hal tersebut aluminium sangat sering digunakan dalam pembuatan pesawat, mobil, dll.
Selain itu, aluminium juga merupakan penghantar listrik dan panas yang baik, sehingga
aluminium sering digunakan untuk peralatan listrik dan peralatan dapur. Penggunaan kaleng
sebagai tempat minuman atau makanan dan aluminium foil sebagai pembungkus berbagai
macam hasil produksi juga sudah sering ditemui, misalnya saja penggunaan aluminium foil
untuk pengemasan produk makanan, minuman, obat-obatan, rokok, dll. (Apriyanti, 2013)
Aluminium memiliki keistimewaan tersendiri dibandingkan dengan logam lain, Bila
terkena udara, objek-objek aluminium teroksidasi pada permukaannya, tetapi lapisan oksida
itu melindungi objek dari oksida lebih lanjut (Vogel, 1990: 266). Artinya aluminium sangat
tahan terhadap korosi, sehingga banyak kemasan produksi yang menggunakan bahan
aluminium agar aman dan tahan lama.
Sampah logam merupakan sampah anorganik yang sangat tahan lama dan apabila
keberadaannya bebas dilingkungan maka sulit untuk dapat terurai di tanah. Sehingga
menimbulkan dampak pencemaran lingkungan yang akan menyebabkan kesetimbangan
ekosistem terganggu. Kaleng dan pelastik yang rata rata berbahan logam aluminium itu hanya
bisa terurai di tanah dalam waktu 400 tahun (Apriyanti, 2013)
Disamping itu, sampah-sampah makanan dan minuman juga dapat mengakibatkan
pencemaran air, sehingga kebutuhan air bersih juga meningkat seiring meningkatnya sampahsampah logam tersebut. Air kotor dapat membahayakan pemakainya. Penyakit kolera, kurap,
kudis, diare/ disentri, atau tipus adalah sebagian dari penyakit penyakit yang timbul jika air
kotor tetap di konsumsi. Seandainya air kotor itu juga tercemar bahan bahan kimia dan tetap
dipakai terus menerus selama bertahun-tahun, maka kerusakan ginjal dan gigi serta terkena
penyakit kekurangan sel darah merah adalah resiko yang mungkin akan terjadi (Untung,
2008:1)
Ada solusi yang saling berkaitan anatara memanfaatkan sampah sampah logam
aluminium tersebut untuk dijadikan sesuatu yang dapat melakukan penjernihan air. Yaitu
memanfaatkan sampah logam aluminium untuk membuat tawas sebagai penjernih air.
ALAT DAN METODE
a. Alat
2 buah labu erlenmeyer
1 buah gelas kimia
1 neraca ohauss
Larutan KOH 20%
Larutan H2SO4 6 M
2 buah corong
1 sendok spatula
1 kaca arloji
Aluminium foil
Tabung reaksi
Rak tabung reaksi
b. Metode
Larutan KOH di tuangkan ke dalam labu erlenmeyer sebanyak 40 ml
yang telah berisi KOH 20%
Ditimbang 2 gram aluminium foil kemudian dimasukan ke dalam labu erlenmeyer
Dilihat reaksi yang terjadi sampai berhenti bereaksi (dengan adanya gelembung gas)
menggunkan magnetic stirer sampai tidak terlihat gelembung
Filtrat yang sudang dingin di tambahkan larutan H2SO4 6 M sebanyak 30 ml
Labu erlenmeyer yang berisi campuran KOH dan aluminium foil dipanaskan
Campuran tersebut di saring kemudian filtratnya dibiarkan dingin
Lalu hasilnya didiamkan di dalam es batu selama 1 hari
keruh yang tersedia didalam tabung reaksi
Setelah satu hari, tawas yang sudah mengkristal dimasukan ke dalam air solokan
Diperhatikan perubahan yang terjadi pada air solokan
HASIL DAN PEMBAHASAN
Tabel 1
No
Reaksi
Gejala/ Peristiwa
1.
Al + KOH
Terbentuk gelembung gas, setelah habis membentuk
endapan hitam
2.
Aluminat
+
Asam Endapan putih susu
sulfat
3.
Pendinginan
Gambar 1. Reaksi Aluminium
dengan KOH
Endapan membesar mengeras membentuk kristal
Gambar 2. Uji tawas pada air solokan
Pada saat 2 gram Aluminium bereaksi dengan KOH 20% terbentuk gelembunggelembung gas yang naik ke atas permukaan dan mengeluarkan asap melalui mulut labu
erlenmeyer. Pada saat itu reaksi berjalan cepat dan bersifat eksoterm karena menghasilkan
kalor (Manurung dan Ayuningtyas, 2010). Gelembung-gelembung yang dihasilkan
merupakan gas hidrogen. Reaksinya adalah sebagai berikut.
2Al + 2KOH + 6H2O -> 2K[Al(OH)4] + 3H2
Setelah aluminium foil bereaksi sempurna dengan KOH, gelembung-gelembung mulai
habis, kemudian campuran tersebut membentuk cairan dengan endapan hitam keruh. Setelah
itu dilakukan pemanasan agar reaksi lebih cepat. lalu di saring guna menghilangkan zat zat
pengotor atau ion ion pengganggu. Kemudian pada filtrat ditambahkan larutan H2SO4 6 M
dengan reaksi sebagai berikut.
2Al(OH)3 + 3H2SO4 -> Al2(SO4)3 + 6H2O
2K[Al(OH)4]+H2SO4 -> 2Al(OH)3+K2SO4+2H2O
Setelah itu didiamkan selama 1 hari didalam es batu. Setelah pendiaman selama 1 hari
campuran tersebut membentuk kristal putih keras sebagai alum atau tawas. Kristal alum
(tawas) yang diperoleh seharusnya dicuci dengan larutan etanol 50% yang bertujuan untuk
menyerap kelebihan air dan mempercepat pengeringan (Manurung dan Ayuningtyas, 2010).
Namun kami lupa melakukannya sehingga kristal tawas masih basah dan tidak begitu keras.
Kristal tawas yang mengeras diuji keefektifan kerjanya terhadap air solokan. Hasil uji
yang telah kami lakuakan tampak berhasil karena tawas sempurna menggumpalkan kotorankotorang yang terdapat dalam air selokan sampai mengendap seluruhnya di dasar tabung
reaksi dan menghasilkan air yang jernih. tersebut merupakan prinsip kerja koagulasi dengan
tawas sebagai koagulan. Kapur/tawas/kaporit biasa disebut koagulan karena biasa
menimbulkn koagulasi. Koagulasi ialah proses penggumpalan melalui reaksi kimia. Tawas
akan mengendap didalam air bersama dengan bahan kimia pencemar air. Pengendapan terjadi
bila zat zat itu tercampur dengan baik di dalam air (Untung,2008:13). Penggumpalan Alum
yang terbentuk dari garam aluminium dan asam sulfat merupakan koagulan yang bervalensi
tinggi. Valensi akan berpengaruh terhadap proses koagulasi, ion yang memiliki muatan
berlawanan dengan koloid akan diendapkan. Koagulasi dicapai dengan menetralkan muatan
elektrik dari permukaan koloid. Semakin besar valensi koagulan efektivitas gaya koagulasi
semakin besar. (Siregar, 2009:48). Sehingga alum sangat efektif dalam menjernikan air.
DAFTAR PUSTAKA
Gunawan, Gugun. 2007. Mengolah Sampah Jadi Uang. Jakarta: Trans Media
Siregar, Sakti A. 2009. Instalasi Pengolahan Air Limbah. Yogyakarta: Kanisius
Svehla, G. 1990. Vogel: Buku Teks AnalisisAnorganik Kualitatif Makro dan Semimikro.
Jakarta: PT Kalman Media Pustaka
Untung, Onny. 2008. Menjernihkan Air Kotor . Jakarta: Puspa Swara
Manuntun, Manurung dan Irma F Ayuningtyas. 2010. Kandungan Aluminium dalam Kaleng
Bekas dan Pemanfaatannya dalam Pembutan Tawas.
(http://ojs.unud.ac.id/index.php/jchem/article/viewFile/2806/1995) diakses tanggal 28
Maret 2014 pukul 11.02 WIB
Pratiwi, Apriyanti D. 2013. Kaleng Bekas sebagai Solusi Air Bersih.
(http://pkm.mfkasim.com/files_upload/isi-.pdf-120115141955.pdf) diakses tanggal 29
Maret 2014 pukul 05.07 WIB