Pengaruh Relevansi Bahan Perpustakaan Terhadap Kebutuhan Informasi Pengguna Pada Kantor Perpustakaan Umum dan Arsip Kota Tanjung Balai
BAB II
TINJAUAN LITERATUR
2.1.
Bahan Perpustakaan
2.1.1. Pengertian Bahan Perpustakaan
Bahan perpustakaan merupakan faktor utama dalam mendirikan suatu
perpustakaan dan mempengaruhi perpustakaan dapat dimanfaatkan dengan baik
atau tidak oleh penggunanya. Koleksi sebagai sumber informasi yang disajikan
oleh setiap perpustakaan dalam memenuhi kebutuhan informasi pengguna,
sehingga suatu koleksi perpustakaan menjadi alasan pengguna untuk berkunjung
ke perpustakaan. Sutarno N.S (2006, 69) menyatakan bahwa :
Koleksi perpustakaaan harus mencakup bahan pustaka yang terpilih,
informasi yang terkandung cocok dengan keperluan dan mampu
dimengerti oleh pemakainya. Dan setiap koleksi yang ditempatkan di
ruang koleksi adalah bahan pustaka yang sudah siap pakai dalam arti
sudah mengalami pengolahan dan penyiapan.
Sedangkan menurut Hermawan (2006, 17) koleksi perpustakaan sangat
beraneka ragam. Dari segi isi (subjek) terdapat koleksi fiksi dan nonfiksi :
1. Koleksi non-fiksi adalah koleksi yang bersifat ilmiah atau mengandung
ilmu pengetahuan yang tertulis berdasarkan data dan fakta.
2. Koleksi fiksi adalah karya yang bersifat khayalan atau imajinasi
pengarangnya.
3. Koleksi fiksi ilmiah adalah gabungan antara kedua jenisnya.
Pendapat lain dikemukakan oleh Sistorina (2007, 80) yang menyatakan
bahwa koleksi yang disimpan dan dikelola untuk kepentingan pengguna
perpustakan dalam upaya pemenuhan informasi.
7
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa bahan perpustakaan
merupakan peranan penting dalam meningkatkan pengetahuan pengguna yang
mempunyai kebutuhan informasi yang bervariasi. Bahan perpustakaan yang
dimiliki perpustakaan tidak hanya bahan perpustakaan tercetak tetapi dalam
bentuk terekam atau elektronik. Bahan perpustakaan juga menentukan kelayakan
suatu perpustakaan untuk sering digunakan ketika bahan perpustakaan yang
dimilikinya sesuai dengan kebutuhan infomasi pengguna.
2.1.2. Fungsi Koleksi Perpustakaan
Koleksi berfungsi untuk memberikan pelayanan terhadap pengguna
perpustakaan dengan informasi-informasi yang tersedia didalam sebuah koleksi.
Sebaiknya informasi tersebut haruslah disesuaikan dengan kebutuhan informasi
pengguna, sehingga dengan adanya bahan pustaka maka informasi yang
dibutuhkan oleh pengguna dapat memberikan kepuasan kepada pengguna.
Menurut Siregar (2002, 3) fungsi koleksi perpustakaan adalah sebagai
berikut :
1. Fungsi Pendidikan yaitu menunjang program pendidikan dan
pengajaran bagi masyarakat umum, kelompok, lembaga yang
membutuhkan.
2. Fungsi Penelitian yaitu menunjang penelitian yang dilakukan oleh
masyarakat/pengguna.
3. Fungsi
Referensi
yaitu
menjadi
bahan
referensi
bagi
masyarakat/pengguna perpustakaan.
4. Fungsi Umum yaitu dimana perpustakaan menjadi pusat informasi bagi
masyarakat, fungsi ini berhubungan dengan pengabdian kepada
masyarakat dan pelestarian bahan pustaka serta hasil budaya manusia
lainya.
8
Universitas Sumatera Utara
Sedangkan dalam buku Pedoman Penyelenggaraan Perpustakaan Umum
(2006, 6) dinyatakan bahwa:
1. Pengkajian kebutuhan pemakai dalam hal informasi dan bahan bacaan.
2. Penyediaan bahan pustaka yang diperkirakan diperlukan melalui
pembelian, langganan, tukar menukar dan lain–lain.
3. Pengolahan dan peyiapan setiap bahan pustaka.
4. Penyimpanan dan pemeliharaan koleksi.
5. Pendayagunaan koleksi.
6. Pemberian layanan kepada warga masyarakat baik yang dating
langsung keperpustakaan maupun yang menggunakan telepon, faximil,
dan lain-lain.
7. Pemasyarakatan perpustakaan.
8. Pengkajian dan pengembangan semua aspek kepustakawanan.
9. Pelaksanaan koordinasi denga pihak pemerintah Daerah, tokoh-tokoh
masyarakat mitra kerja lainnya.
10. Menjalin kerjasama dengan perpustakaan lain dalam rangka
pemanfaatan koleksi bersama dan sarana / prasarana.
11. Pengolahan dan ketatausahaan perpustakaan.
Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa fungsi bahan pustaka
tersebut dapat berguna dan bermanfaat dengan keberadaan perpustakaan untuk
memenuhi kebutuhan pengguna dalam menunjang pelaksaan kegiatan rutinitas
sehari-hari masyarakat umum berdasarkan dari informasi yang sesuai dengan
kebutuhan masing-masing, dalam dunia pekerjaan, pengajaran, dan pendidikan.
Sehingga perpustakaan harus selalu berusaha untuk memenuhi kebutuhan
informasi pengguna dengan bahan pustaka yang memadai.
9
Universitas Sumatera Utara
2.1.3. Jenis Bahan Perpustakaan
Perpustakaan umum memiliki bahan perpustakaan yang beranekaragam
yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Bahan perpustakaan tidak hanya
menyajikan informasi dalam bentuk tercetak, namun juga berbentuk elektronik
karena semakin banyaknya variasi informasi yang dibutuhkan oleh setiap
pengguna, agar semakin mempermudah pengguna dalam mencari informasi.
Menurut Hermawan (2000, 17) dilihat dari segi isinya koleksi perpustakaan dibagi
dua yaitu :
1. Koleksi fiksi adalah karya yang bersifat khayalan atau imajinasi
pengarangnya.
2. Koleksi non-fiksi adalah koleksi yang bersifat ilmiah atau mengandung
ilmu pengetahuan berdasarkan data dan fakta.
Adapun rincian dari bagian koleksi perpustakaan tersebut dikemukakan
oleh Yusup (2009, 27) sebagai berikut :
1. Buku-buku Ilmu Pengetahuan
• Buku-buku yang dihubungkan dengan agama
• Buku-buku yang tentang perikanan
• Buku-buku tentang ilmu pengetahuan dan teknologi
• Buku-buku tentang kewiraswastaan
• Buku-buku tentang lingkungan hidup
2. Buku-buku Referensi
• Kamus
• Ensiklopedia
• Buku tahunan
• Bibliografi
• Atlas
• Dokumen pemerintah
• Laporan hasil penelitian
• Sumber-sumber informasi geografi, biografi dan
perjalanan
3. Koleksi media cetak bukan buku
• Terbitan berkala
• Globe
petunjuk
10
Universitas Sumatera Utara
4. Koleksi media elektronik
• Komputer
Selain itu, menurut Sutarno (2006, 82) pengelompokkan bahan
perpustakaan di perpustakaan terdiri atas :
1.
2.
3.
4.
5.
Kelompok bahan pustaka umum.
Kelompok bahan pustaka rujukan (referensi).
Kelompok bahan pustaka berkala (majalah dan surat kabar).
Kelompok bahan pustaka pandang dengar (audio visual).
Kelompok bahan pustaka terekam dan elektronik seperti film, kaset,
video, dan lain-lain.
6. Kelompok bahan pustaka yang disesuaikan dengan kelompok
pembaca, misalnya untuk anak-anak, remaja, dewasa, dan lain-lain.
7. Kelompok bahan pustaka tertentu, misalnya untuk penelitian dan
sebagainya.
Berdasarkan uraian di atas bahwa perpustakaan umum memiliki berbagai
jenis bahan perpustakaan yang berbeda-beda dari bentuk penyajian informasi,
serta isi dari informasi yang terkandung didalamnya, namun tetap dengan tujuan
yang sama yaitu perpustakaan umum menyajikan informasi yang sesuai dengan
kebutuhan masyarakat. Berdasarkan kelompok serta kebutuhan masing-masing,
guna untuk mendukung dan meningkatkan kualitas pengetahuan masyarakat.
2.1.4. Ketersediaan Bahan Perpustakaan
Ketersediaan bahan perpustakaan merupakan ketersediaan informasi
dalam
memenuhi
kebutuhan
informasi
pengguna.
Ketersediaan
bahan
perpustakaan berhubungan erat dengan kebutuhan pengguna untuk melihat jenis
bahan perpustakaan yang disajikan oleh perpustakaan yang dikaitkan dengan
pengembangan/pengadaan bahan pustakaan. Peran dari adanya kebutuhan
11
Universitas Sumatera Utara
informasi
menjadi
dasar
ketersediaan
bahan
perpustakaan
agar
bahan
perpustakaan yang dilayankan sesuai dengan kebutuhan pengguna.
Ketersediaan bahan perpustakaan menurut Yulia dan Sujana (2009, 1)
sebagai berikut:
Ketersediaan bahan pustaka adalah kesiapan bahan pustaka yang telah
dikumpulkan, diolah, dan disimpan untuk kemudian dilayankan dan
disebarluaskan informasinya kepada masyarakat guna memenuhi
kebutuhan informasi mereka.
Sedangkan menurut Sutarno (2006, 75) hal–hal yang penting diperhatikan
dalam memenuhi ketersediaan koleksi suatu perpustakaan adalah :
1. Kerelevanan, koleksi hendaknya disesuaikan dengan kebutuhan
pengguna perpustakaan.
2. Berorientasi kepada pengguna perpustakaan.
3. Kelengkapan koleksi.
4. Kemutakhiran koleksi.
Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa ketersediaan bahan
perpustakaan adalah kesiapan perpustakaan dalam mengumpulkan, mengolah dan
menyimpan bahan pustaka yang akan dilayankan kepada masyarakat pengguna
sesuai dengan kebutuhan informasinya. Kelengkapan jumlah bahan pustaka yang
dimiliki perpustakaan agar dimanfaatkan oleh pengguna perpustakaan.
2.1.5 Pengadaan Bahan Perpustakaan
Pengadaan bahan perpustakaan merupakan proses penambahan bahan
perpustakaan baru dalam mengembangkan bahan perpustakaan agar sesuai dengan
kebutuhan pengguna. Menurut Sutarno (2006, 174) pengadaan atau akuisisi
koleksi bahan pustaka adalah
12
Universitas Sumatera Utara
Proses awal dalam mengisi perpustakaan dengan sumber-sumber
informasi. Kegiatan perpustakaan tujuannya untuk menambah dan
melengkapi koleksi yang sudah ada, dan menjadi titik tolak kegiatan
pembinaan dan pengembangan koleksi selanjutnya.
Selanjutnya Sutarno menjelaskan tentang proses pengadaan ialah
pengadaan koleksi bahan perpustakaan dapat dilakukan dengan berberapa cara,
antara lain :
1.
2.
3.
4.
Pembelian, baik langsung maupun melalui pihak ketiga
Melakukan tukar menukar
Mendapatkan bantuan atau sumbangan
Menggandakan, seperti membuat fotocopy, membuat duplikasi,
membuat CD, dan lain sebagainya
5. Menerbitkan, termasuk di dalamnya membuat kliping koran
Sedangkan menurut Winarta (2014, 3) pengembangan bahan perpustakaan
adalah:
Pengembangan koleksi (pembelian) bahan perpustakaan dilakukan untuk
koleksi yang memiliki kontent Indonesiana (manuskrip, budaya etnis
nusantara), umum, anak, remaja, dan lansia, pemustaka berkebutuhan
khusus (tuna netra), bidang ilmu perpustakaan, terbitan luar negeri tentang
Indonesia, ASEAN, Asia, dan E-resources (e-book dan e-journal).
Ada
beberapa
tahapan
kegiatan
yang
dilakukan
dalam
rangka
penghimpunan data informasi dalam pengadaan bahan yaitu, yaitu:
1. Hunting adalah kegiatan mencari dan menemukan bahan perpustakaan
yang sudah ditetapkan subjek dan topiknya ke penerbit, pameran, yang
berada baik di dalam maupun di luar negeri.
2. Survei adalah kegiatan menghimpun informasi bahan perpustakaan
melalui penerbit, internet, pameran dan peluncuran bahan perpustakaan
baru untuk memperoleh gambaran tentang bahan perpustakaan yang
sesuai dengan kebutuhan.
3. Seleksi adalah kegiatan mengidentifikasi, menilai dan menentukan
bahan perpustakaan untuk keperluan pengadaan dan pengembangan
koleksi berdasarkan visi dan misi perpustakaan dan kebijakan
pengembangan koleksi.
13
Universitas Sumatera Utara
4. Tata cara pengadaan adalah rangkaian kegiatan yang dilakukan dalam
rangka pembelian bahan perpustakaan yang dilakukan melalui hunting,
survei, seleksi, pembuatan daftar pesanan, memesan, menerima dan
pengecekan bahan perpustakaan yang datang.
5. Inventarisasi adalah meregistrasi bahan perpustakaan yang menjadi
koleksi yakni mencatat identitas bahan perpustakaan yang diadakan
pada buku induk atau sistem simpan elektronis serta pembubuhan
nomor induk dan pemberian cap kepemilikan.
6. Pelaporan adalah membuat laporan tertulis yang berisi tentang
penjelasan pelaksanaan pengadaan bahan perpustakaan melalui
pembelian beserta daftar judul bahan perpustakaan yang dibeli sebagai
suatu bentuk pertanggungjawaban kerja.
Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui pengadaan bahan perpustakaan
merupakan suatu proses kerja yang ada dalam sistem layanan perpustakaan,
bertujuan untuk menambah koleksi dengan sumber informasi baru atau yang
sudah ada. Proses pengadaan bahan perpustakaan bisa berupa pembelian, hadiah,
tukar menukar, dan sebagainya.
2.2.
Relevansi
2.2.1. Pengertian Relevansi
Perpustakaan umum sebagai penyedia informasi yang memiliki bahan
pustaka yang beraneka ragam dan banyak serta relevan dengan kebutuhan
pengguna yang juga bervariasi tergantung dengan kebutuhan masing-masing,
sehingga bahan pustakaitersebut dimanfaatkan secara optimal oleh pengguna.
Relevansi merupakan kesesuaian atau kecocokan informasi yang diperoleh
dari perpustakaan atau sumber informasi lainnya, sehingga dapat memenuhi
kebutuhan informasi pengguna dalam menggunakan perpustakaan.
14
Universitas Sumatera Utara
Menurut Dictionary for Library and information Science (2004, 606)
relevansi adalah “Relevance the extent to which information retrieved in a search
of a library collection or other resource, such a\us an online catalog or
bibliographic database”.
Pernyataan diatas menjelaskan bahwa relevansi adalah kesesuaian antara
permintaan informasi pada perpustakaan atau sumber informasi lainnya
seperti catalog online atau database bibliografi.
Pengertian relevansi sebagai informasi atau dokumen yang tersedia sesuai
dengan kebutuhan pengguna. Hal ini diperkuat oleh pendapat Purnomo (2006, 9)
yang menyatakan bahwa “Dokumen yang relevan artinya dokumen-dokumen
yang didapatkan dapat memenuhi kebutuhan informasi yang sedang dibutuhkan”.
Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa relevansi bahan pustaka
adalah suatu transaksi temu balik jika suatu dokumen relevan dengan kebutuhan
pengguna karena relevansi dapat dijadikan suatu ukuran kefektifitasan antara
sumber informasi dengan penerima informasi atau relevansi bahan perpustakaan
merupakan suatu tolak ukur bagi pencari informasi untuk mengetahui kesesuaian
antara bahan perpustakaan dengan informasi yang dibutuhkan pengguna.
2.2.2. Ukuran
Relevansi
Bahan
Perpustakaam
dengan
Kebutuhan
Informasi Pengguna
Perpustakaan yang memiliki bahan perpustakaan yang lengkap dan sesuai
dengan kebutuhan penggunanya biasanya memiliki tingkat kunjungan pengguna
yang relatif tinggi dan begitupun sebaliknya. Kunjungan pengguna ke sebuah
15
Universitas Sumatera Utara
perpustakaan tergantung bagaimana perpustakaan mampu memberikan informasi
yang relevan kepada pengguna.
Semakin baik perpustakaan dalam memenuhi kebutuhan penggunanya
maka semakin sering pengguna tersebut datang ke perpustakaan karena mereka
merasa informasi yang mereka butuhkan tersedia pada perpustakaan tersebut.
Menurut Putubuku (2008, 2) ukuran relevansi dengan kebutuhan informasi
pengguna adalah sebagai berikut :
1. Secara fitrahnya, perpustakaan dan sistem informasi berkutat dengan
persoalan relevansi. Memang, kata “relevansi” itu sendiri datang dari
“orang-orang sistem”, terutama orang-orang yang mendalami
information retrieval, tapi para pustakawan sejak lama juga sudah
mengantisipasi isyu ini. Ingat saja salah satu wejangan ‘suhu’
Ranganathan tentang ‘every book its reader‘. Di frasa ini ada
keyakinan bahwa setiap orang punya buku yang cocok untuknya.
Bahkan kita dapat secara dramatis mengatakan, untuk setiap bayi yang
lahir di dunia ini ada sebuah buku terbit. Kelak di suatu masa, bayi itu
akan membaca buku yang cocok untuknya.
2. Secara konseptual, maka ukuran relevansi yang eksternal ini punya
satu kelemahan penting. Dalam konsep relevansi, sebuah dokumen
atau buku dianggap relevan jika sesuai dengan kebutuhan pengguna.
Kesesuaian ini kemudian ditetapkan sebagai sebuah ukuran kuantitatif
yang tetap. Dalam teknik information retrieval cara penetapan ukuran
kesesuaian ini seringkali linear (satu arah). Seseorang memasukkan
pertanyaan (query) ke sebuah sistem, lalu sistem memberikan jawaban.
Berdasarkan jawaban ini dilakukan penghitungan seberapa relevan
dokumen yang telah ditemukan oleh sistem.
3. Konsep linear di atas mengandaikan bahwa sebuah query sudah pasti
mencerminkan kebutuhan pengguna. Di sinilah salah satu titik
kelemahan dari ukuran relevansi eksternal. Mesin dan sistem komputer
terpaksa menerima query apa adanya dan tak punya pilihan selain
mendaulat si pengguna sebagai pihak yang paling tahu apa yang
dibutuhkannya, dan tahu pula bagaimana menyampaikan permintaan
yang akurat sekaligus jelas.
16
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa suatu informasi akan
bernilai bila manfaatnya lebih efektif dalam memenuhi kebutuhan infomasi
pengguna. Nilai informasi ditentukan dari dua hal, yaitu manfaat dan biaya
mendapatkannya.
2.3.
Kebutuhan Informasi
2.3.1. Pengertian Kebutuhan Informasi
Setiap individu memiliki kebutuhan informasi yang berbeda-beda. Hal
tersebut dilatarbelakangi
oleh keadaan lingkungan, tingkat intelektualitas,
tuntutan pekerjaan, serta banyaknya informasi yang ada sekarang ini. Informasi
dibutuhkan pengguna bertujuan untuk menambah pengetahuan, memenuhi tugas
dan kebutuhan dalam pekerjaan dan kehidupan sehari-hari dan juga meningkatkan
keterampilan yang pada akhirnya dapat merubah sikap dam prilakunya. Informasi
menjadi kebutuhan pokok pengguna tertentu, sehingga jika kebutuhan
informasinya tidak terpenuhi akan menjadi masalah bagi pengguna, informasi
yang akurat, relevan, cepat, tepat, serta mudah mendapatkannya menjadi
keinginan setiap pengguna dalam mencari informasi yang dibutuhkan.
Menurut Line yang dikutip oleh Laloo (2002, 12) “kebutuhan informasi
adalah sesuatu yang
sebaiknya dimiliki oleh seseorang dalam melakukan
pekerjaannya, penelitian, pendidikan, dan juga sebagai hiburan”.
Defenisi lain tentang kebutuhan informasi juga diungkapkan oleh Dervin
yang dikutip oleh Laloo (2002, 12) menyatakan bahwa “kebutuhan informasi
adalah
suatu
kebutuhan
yang
diperlukan
oleh
seseorang
untuk
terus
17
Universitas Sumatera Utara
mengembangkan pemikirannya dan agar dia bisa mengatasi berbagai kesenjangan
dan permasalahan yang dihadapi”.
Sedangkan Wilson yang dikutip oleh Harissanty (2007, 5) mengemukakan
bahwa kebutuhan informasi manusia terbagi kedalam tiga konteks yaitu :
1. Kebutuhan terkait dengan lingkungan seseorang (person’s
environment), Kebutuhan terkait dengan lingkungan seseorang dapat
menambah informasi, pengetahuan dan pemahaman seseorang tentang
lingkungannya misalnya informasi tentang lingkungan tempat tinggal,
lingkungan sekolah, peristiwa-peristiwa terkini dan kebijakan
pemerintah.
2. Peran sosial yang disandang (social roles), Kebutuhan terkait dengan
peran sosial yaitu mengenai peran seseorang dalam lingkungan
masyarakat misalnya sebagai pelajar membutuhkan informasi tentang
pelajaran atau tugas-tugas di sekolah dan kebutuhan pemahaman baru
tentang materi pelajaran di sekolah.
3. Karakteristik personal (personal characteristics). Kebutuhan terkait
dengan karakteristik personal yaitu kebutuhan yang berhubungan
dengan kesehatan, gaya hidup dan kebutuhan untuk mendapatkan
hiburan.
Berdasarkan uraian diatas dapat dinyatakan bahwa kebutuhan informasi
tumbuh pada setiap aspek kehidupan manusia. Tergantung dengan karakteristik
personal yaitu kebutuhan yang berhubungan dengan gaya hidup, lingkungan,
pekerjaan, dan sebagainya.
18
Universitas Sumatera Utara
2.3.2. Jenis Kebutuhan Informasi
Informasi tak pernah lepas dari kehidupan sehari-hari karena kita akan
selalu membutuhkan informasi sesuai dengan kebutuhan masing-masing.
Sementara itu Nicholas yang dikutip oleh ishak (2000) menyatakan bahwa
kebutuhan informasi memiliki sebelas karaktersitik yang dapat menunjukkan
wujud dari kebutuhan informasi tersebut. Berikut uraian singkat dari kesebelas
karakteristik kebutuhan informasi.
1. Pokok Masalah (Subject)
Subjek yang terkandung dalam suatu informasi merupakan
karakteristik kebutuhan informasi yang paling jelas dan segera terlihat.
Ada tiga aspek yang harus dipertimbangkan dalam menguraikan pokok
masalah, yaitu: 1) berapa banyak pokok masalah yang terkandung
dalam suatu informasi, 2) seberapa jauh kedalaman pokok masalah itu,
dan 3) apakah terdapat masalah dalam menentukan subjek yang lebih
rinci.
2. Fungsi (Function)
Setiap pemakai informasi memiliki fungsi yang berbeda-beda dalam
memanfaatkan informasi, tergantung pada kegiatan dan hasil kegiatan
dari pemakai informasi. Pada dasarnya pemakai membutuhkan
informasi dengan tujuan untuk memenuhi lima fungsi pokok, yaitu: 1)
fungsi temuan (fact-finding), 2) fungsi aktualisasi informasi (current
awareness), 3) fungsi penelitian (research), 4) fungsi penyegaran
(briefing), dan 5) fungsi pendorong (stimulus).
3. Sifat (Nature)
Sifat informasi merujuk pada ciri esensial yang ada pada suatu
informasi, yaitu apakah informasi itu memiliki salah satu sifat berikut,
seperti: berubah pada periode tertentu, atau kebutuhan informasi
berbeda antara satu orang dengan yang lainnya.
4. Tingkat Intelektual (Intellectual Level)
Informasi baru dapat dipahami secara efektif oleh pemakai bila
memiliki prasyarat keluasan pengetahuan minimum atau tingkat
kecerdasan tertentu. Sehingga dalam konsep kebutuhan informasi
terkandung karakteristik yang berkaitan dengan tingkat intelektual
pemakai.
5. Titik Pandang (Viewpoint)
Informasi dalam ilmu sosial sering dituangkan dengan titik pandang
atau pendekatan tertentu. Untuk memudahkan titik pandang tersebut
maka dibuat kategori berdasarkan pada pemikiran, orientasi politik,
19
Universitas Sumatera Utara
pendekatan positif – negatif, dan orientasi disiplin ilmu.
6. Kuantitas (Quantity)
Pemakai informasi membutuhkan jumlah atau kuantitas yang berbeda
dalam memenuhi keperluan tugas pekerjaan atau dalam memecahkan
suatu permasalahan. Jumlah informasi yang dibutuhkan sangat
tergantung pada sifat individu pemakai, artinya setiap pemakai
dianggap mampu menentukan batasan kebutuhan informasi masingmasing.
7. Kualitas (Quality)
Kualitas kebutuhan informasi sangat tergantung pada sifat individu
pemakai informasi. Sehingga keputusan penggunaan informasi
berdasarkan pada kualitas ini bersifat pribadi. Untuk dapat melakukan
pemilihan kebutuhan informasi berdasarkan kualitas secara tepat,
sangat diperlukan pemahaman yang mendalam terhadap pemakai
informasi.
8. Batas Waktu Informasi (Date)
Untuk memahami kebutuhan informasi pemakai berdasarkan
karakteristik batas waktu informasi, ada dua pertanyaan yang harus
diajukan. Pertanyaan tersebut adalah: 1) seberapa lama informasi masa
lampau yang diperlukan? dan 2) seberapa baru informasi yang
diperoleh? Pertimbangan utama yang menentukan ialah berapa lama
umur informasi dalam simpanan berkas yang ada. Informasi pada
setiap disiplin ilmu yang ada akan memiliki umur penyimpanan berkas
informasi berbeda-beda.
9. Kecepatan Pengiriman (Speed of Delivery)
Informasi diupayakan secepatnya sampai pada pemakai, dan
diharapkan tidak terhenti dalam masa transit atau penyebarannya,
sehingga aktualitas informasi dapat dijaga. Hal ini berarti informasi
jangan sampai tidak up-to-date kemanfaatannya.
10. Tempat Asal Publikasi (Place)
Bagi pemakai informasi, tempat asal publikasi bisa menjadi masalah.
Masalah tersebut berhubungan dengan tiga hal utama, yaitu: 1) pokok
masalah dalam informasi, 2) posisi pengguna, dan 3) kelancaran
bahasa.
11. Pemrosesan dan Pengemasan (Processing and Packaging)
Pemrosesan berkaitan dengan cara penyajian informasi dari pokok
pikiran dan riset yang sama, sedangkan pengemasan berkaitan dengan
tampilan luar atau bentuk fisik dari informasi. Selanjutnya untuk
mengetahui wujud kebutuhan informasi pemakai, dalam penelitian ini
hanya difokuskan pada tiga karaktersitik saja, yaitu subjek, fungsi atau
manfaat, dan format informasi yang ada hubungannya dengan jenis
koleksi. Ketiga karakterisik ini dianggap lebih mudah ditanyakan
kepada pemakai.
20
Universitas Sumatera Utara
Berhubungan dengan tugas pekerjaan, Javerlin dalam ishak (2003, 23)
memberi klasifikasi terhadap jenis kebutuhan informasi, yaitu:
1. Informasi yang berkaitan dengan masalah (problem information),
menggambarkan struktur, sifat dan syarat masalah yang sedang
dihadapi, misalnya dalam masalah konstruksi jembatan, konstruksi
jalan, informasi yang dibutuhkan adalah mengenal jenis, tujuan dan
masalah yang dihadapi dalam membangun konstruksi jembatan atau
jalan. Pada kasus ini kemungkinan telah ada sumber informasi yang
telah membahas hal yang sama.
2. Informasi yang berkaitan dengan wilayah (domain information), terdiri
dari pengetahuan tentang fakta, konsep, hukum dan teori dari wilayah
permasalahan. Misalnya dalam masalah konstruksi jembatan, wilayah
informasi yang diperlukan adalah kekuatan dan tingkat pemuaian besi.
Jenis informasi yang dibutuhkan berupa uji ilmiah dan teknologi
informasi. Informasi tersebut terdapat dalam terbitan jurnal ilmiah dan
buku teks.
3. Informasi sebagai pemecahan masalah (problem-solving information),
menggambarkan bagaimana melihat dan memformulasikan masalah,
apa masalah dan wilayah informasi bagaimana yang akan digunakan
dalam upaya memecahkan masalah. Misalnya dalam konstruksi
jembatan, insinyur perencana akan mengahadapi pro dan kontra
mengenai berbagai informasi tentang desain jenis jembatan. Ini hanya
dapat dipecahkan pada keahlian (experts) seseorang dan pengetahuan
yang dimiliki.
Sedangkan menurut Katz, Gurevitch dan Haas dalam Yusup (2006, 338)
kebutuhan itu terbagi pada:
1. Kebutuhan Kognitif
Kebutuhan ini berkaitan erat dengan kebutuhan untuk memperkuat
atau menambah informasi, pengetahuan dan pemahaman seseorang
akan lingkungan.
2. Kebutuhan Afektif
Kebutuhan ini dikaitkan dengan penguatan, hal yang dapat
menyenangkan dan pengalaman-pengalaman emosional.
3. Kebutuhan Integrasi Personal (Personal Intergrative Needs)
Kebutuhan ini sering dikaitkan dengan penguatan kredibilitas,
kepercayaan, stabilitas, dan status individu.
4. Kebutuhan Integrasi Sosial (Social Intergrative Needs)
Kebutuhan ini dikaitkan dengan penguatan hubungan dengan keluarga,
teman dan orang lain.
21
Universitas Sumatera Utara
5. Kebutuhan Berkhayal (Escapist Needs)
Kebutuhan ini dikaitkan dengan kebutuhan-kebutuhan untuk melarikan
diri, melepaskan ketegangan dan hasrat untuk mencari hiburan atau
pengalihan (Diversion).
Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa pada dasarnya informasi
merupakan hal yang penting dalam setiap kebutuhan semua orang, dimulai dari
kebutuhan dasar sampai pada kebutuhan penunjang lainnya. Dengan demikian
jelas bahwa kebutuhan informasi disesuaikan dengan tugas, pemecahan masalah,
kehidupan, wilayah dan tuntutan kebutuhan pengguna yang selalu berkembang
sejalan dengan berkembangnya zaman.
2.3.3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebutuhan Informasi
Kebutuhan informasi pengguna dapat dipengaruhi oleh berbagai hal.
Menurut Nicholas (2000, 33) ada lima faktor yang memperngaruhi kebutuhan
informasi pemakai, yaitu:
1. Jenis pekerjaan
2. Personalitas, yaitu aspek psikologi dari pencari informasi, meliputi:
kecepatan, ketekunan mencari informasi, pencarian secara sistematis,
motivasi dan kemauan menerima informasi dari teman, kolega dan
atasan
3. Waktu
4. Akses, yaitu menelusur informasi secara internal (di dalam organisasi)
atau eksternal (di luar organisasi)
5. Sumber daya teknologi yang digunakan untuk mencari informasi
22
Universitas Sumatera Utara
Selanjutnya menurut Wilson yang dikutip oleh Ishak (2006, ) menguraikan
faktor yang secara bertingkat mempengaruhi kebutuhan informasi, seperti
digambarkan pada
LINGKUNGAN
PERAN SOSIAL
INDIVIDU
Kebutuhan Psikologi
Kebutuhan Afektif
Kebutuhan Kognitif
Kebutuhan Informasi
Peran Kerja
Peran Kinerja
Lingkungan kerja
Lingkungan Sosial-budaya
Lingkungan politik-ekonomi
Lingkungan fisik
Gambar – 1: Faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Informasi
(Sumber: Wilson, 1994)
Pada Gambar tersebut di atas terdapat tiga faktor utama yang
mempengaruhi kebutuhan informasi, yaitu:
1. Kebutuhan individu (person)
Kebutuhan yang ada dalam diri individu meliputi kebutuhan psikologis
(psychological needs), kebutuhan afektif (affectif needs) dan
kebutuhan kognitif (cognitive needs).
2. Peran sosial (social role)
Peran soaial meliputi peran kerja (work role) dan tingkat kinerja
(performance level), akan mempengaruhi faktor kebutuhan yang ada
dalam diri individu.
3. Lingkungan (environment)
23
Universitas Sumatera Utara
Faktor lingkungan meliputi lingkungan kerja (work environment),
lingkungan sosial budaya (socio-cultural environment), lingkungan
politik-ekonomi (politic-economic environment) dan lingkungan fisik
(physical environment) mempengaruhi faktor peran sosial maupun
faktor kebutuhan individu, sehingga terjadi pengaruh bertingkat yang
akan membentuk kebutuhan informasi.
Sedangkan menurut Chen dan Hernon yang dikutip oleh Yulianah (2009,
19) faktor-faktor yang mempengaruhi informasi seseorang adalah:
1. Karakteristik pemustaka: pengalaman, usia, latar belakang pendidikan
dan cara berpikir.
2. Faktor minat seseorang
3. Faktor pekerjaan dan profesi
4. Faktor koleksi
5. Faktor kesukaan
6. Sistem pelayanan informasi: akses terhadap layanan informasi dan
variasi sumber informasi yang ada di lingkungan pemustaka informasi.
Berdasarkan uraian di atas dapat di ketahui bahwa ada berbagai faktor
yang mempengaruhi kebutuhan informasi pengguna, kebutuhan tersebut
tergantung dan dipengaruhi oleh aktivitas pekerjaan, terjadi akibat adanya
berbagai pengaruh setiap pengguna sebagai motivasi dalam rangka pencapaian
tujuan dalam hidupnya, membuat keputusan, dan sebagainya. Kebutuhan tersebut
tergantung dan dipengaruhi oleh aktivitas pekerjaan, bidang pekerjaan,
lingkungan maupun berdasarkan faktor dari minat seseorang dalam pemecahan
masalah, dan jangkauan sumber informasi juga adanya fasilitas yang disediakan.
24
Universitas Sumatera Utara
2.3.4. Jenis Pengguna Informasi
Pengguna/pemakai informasi merupakan setiap orang yang membutuhkan
informasi. Pemakai informasi ialah komponen penting dalam jaringan informasi
untuk kelancaran arus informasi diperlukan pengetahuan jenis pemakai informasi,
dengan mengetahui kebutuhan, kebiasaan dan bahan yang dipilih pemakai.
Menurut Yusup (2009, 330) pengguna informasi perpustakaan dibagi
menjadi dua bagian yaitu :
1. Pengguna potensial
pengguna yang belum sempat dilayani di perpustakaan disebut dengan
pengguna potensial (potential users)
2. Pengguna aktual
pengguna yang sudah datang ke perpustakaan dan sudah
memanfaatkan jasa layanan perpustakaan disebut dengan pengguna
aktual (actual users)
Oleh
sebab
itu
permintaan
mereka
atas
bahan
pustaka
perlu
dipertimbangkan agar kebutuhan pengguna terpenuhi. Permintaan pengguna akan
bahan pustaka dapat dijadikan alat untuk mengukur selera dan minat baca
pengguna.
Sedangkan
pendapat
Wilson
menjelaslah
bahwa
“user”
(pemakai/pengguna) sebagai objek penelitian perilaku informasi perlu selalu
diletakkan dalam konteks sosialnya. Wilson yang dikutip oleh Putu (2000)
memperjelas konsep “pemakai/pengguna” ini dalam 5 sub-konsep berikut:
1. Pemakai sebagai komunikator yang memakai sumberdaya informasi
pribadi maupun organisasinya, dan menggunakan sumberdaya ini
dalam berkomunikasi dengan sesama. Dalam hal ini, maka pemakai
dapat ditinjau dari aspek psikologi sosial dan komunikasi pada
umumnya;
25
Universitas Sumatera Utara
2. Lalu orang ini berupaya menemukan informasi (information-seeker);
di sini dia menjadi komunikator tetapi dalam proses yang lebih spesifik
berupa pencarian dan penemuan informasi, berkaitan dengan sebuah
kegiatan komunikasi yang terpisah dari kegiatan komunikasi umum,
melibatkan tidak saja komunikasi inter-personal, melainkan juga:
3. Pemakaian sistem informasi formal, yang merupakan keseluruhan dari
peralatan, produk, atau sistem yang secara khusus diciptakan untuk
menyimpan, memelihara, menemukan kembali, atau mengemas-ulang
informasi. Termasuk di sini adalah perpustakaan, berbagai institusi jasa
informasi, jurnal dan pangkalan-data terpasang, berkas rekod
organisasi, sistem arsip, dan sebagainya. Seringkali, kajian tentang
pemakai berkonsentrasi pada satu aspek ini saja, yaitu aspek interaksi
antara manusia dan sistem; padahal seseorang juga dapat bertindak
sebagai:
4. Seorang penerima jasa informasi (recipient) , sebab tidak semua
sistem informasi bersifat pasif. Sebagian besar sistem informasi secara
aktif menawarkan jasa mereka, misalnya dalam bentuk jasa kesiagaan
informasi (current awareness). Berbagai upaya promosi informasi
melalui media massa juga dianggap oleh Wilson sebagai contoh sifat
aktif dari sistem informasi;
5. Sehingga akhirnya seseorang adalah pengguna dari informasi yang
tersedia di dalam sistem informasi. Wilson mengritik kajian perilaku
informasi yang mengabaikan aspek penggunaan atau pemanfaatan
informasi yang sudah ditemukan atau disediakan oleh sebuah sistem
informasi.
Sedangkan menurut Kosasih (2009, 9) menyatakan bahwa yang termasuk
pemakai jasa informasi perpustakaan, terdiri dari:
1.
2.
3.
4.
5.
Peneliti dan pengajar
Tenaga teknis/laboran dari lembaga tertentu
Pengelola
Mahasiswa
Peminat lainnya/kelompok profesi
Berdasarkan
penjelasan
di
atas
dapat
diketahui
bahwa
setiap
pengguna/pemakai informasi memiliki cara dan kebutuhan yang berbeda dalam
mencari dan memenuhi kebutuhan informasinya.
26
Universitas Sumatera Utara
TINJAUAN LITERATUR
2.1.
Bahan Perpustakaan
2.1.1. Pengertian Bahan Perpustakaan
Bahan perpustakaan merupakan faktor utama dalam mendirikan suatu
perpustakaan dan mempengaruhi perpustakaan dapat dimanfaatkan dengan baik
atau tidak oleh penggunanya. Koleksi sebagai sumber informasi yang disajikan
oleh setiap perpustakaan dalam memenuhi kebutuhan informasi pengguna,
sehingga suatu koleksi perpustakaan menjadi alasan pengguna untuk berkunjung
ke perpustakaan. Sutarno N.S (2006, 69) menyatakan bahwa :
Koleksi perpustakaaan harus mencakup bahan pustaka yang terpilih,
informasi yang terkandung cocok dengan keperluan dan mampu
dimengerti oleh pemakainya. Dan setiap koleksi yang ditempatkan di
ruang koleksi adalah bahan pustaka yang sudah siap pakai dalam arti
sudah mengalami pengolahan dan penyiapan.
Sedangkan menurut Hermawan (2006, 17) koleksi perpustakaan sangat
beraneka ragam. Dari segi isi (subjek) terdapat koleksi fiksi dan nonfiksi :
1. Koleksi non-fiksi adalah koleksi yang bersifat ilmiah atau mengandung
ilmu pengetahuan yang tertulis berdasarkan data dan fakta.
2. Koleksi fiksi adalah karya yang bersifat khayalan atau imajinasi
pengarangnya.
3. Koleksi fiksi ilmiah adalah gabungan antara kedua jenisnya.
Pendapat lain dikemukakan oleh Sistorina (2007, 80) yang menyatakan
bahwa koleksi yang disimpan dan dikelola untuk kepentingan pengguna
perpustakan dalam upaya pemenuhan informasi.
7
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa bahan perpustakaan
merupakan peranan penting dalam meningkatkan pengetahuan pengguna yang
mempunyai kebutuhan informasi yang bervariasi. Bahan perpustakaan yang
dimiliki perpustakaan tidak hanya bahan perpustakaan tercetak tetapi dalam
bentuk terekam atau elektronik. Bahan perpustakaan juga menentukan kelayakan
suatu perpustakaan untuk sering digunakan ketika bahan perpustakaan yang
dimilikinya sesuai dengan kebutuhan infomasi pengguna.
2.1.2. Fungsi Koleksi Perpustakaan
Koleksi berfungsi untuk memberikan pelayanan terhadap pengguna
perpustakaan dengan informasi-informasi yang tersedia didalam sebuah koleksi.
Sebaiknya informasi tersebut haruslah disesuaikan dengan kebutuhan informasi
pengguna, sehingga dengan adanya bahan pustaka maka informasi yang
dibutuhkan oleh pengguna dapat memberikan kepuasan kepada pengguna.
Menurut Siregar (2002, 3) fungsi koleksi perpustakaan adalah sebagai
berikut :
1. Fungsi Pendidikan yaitu menunjang program pendidikan dan
pengajaran bagi masyarakat umum, kelompok, lembaga yang
membutuhkan.
2. Fungsi Penelitian yaitu menunjang penelitian yang dilakukan oleh
masyarakat/pengguna.
3. Fungsi
Referensi
yaitu
menjadi
bahan
referensi
bagi
masyarakat/pengguna perpustakaan.
4. Fungsi Umum yaitu dimana perpustakaan menjadi pusat informasi bagi
masyarakat, fungsi ini berhubungan dengan pengabdian kepada
masyarakat dan pelestarian bahan pustaka serta hasil budaya manusia
lainya.
8
Universitas Sumatera Utara
Sedangkan dalam buku Pedoman Penyelenggaraan Perpustakaan Umum
(2006, 6) dinyatakan bahwa:
1. Pengkajian kebutuhan pemakai dalam hal informasi dan bahan bacaan.
2. Penyediaan bahan pustaka yang diperkirakan diperlukan melalui
pembelian, langganan, tukar menukar dan lain–lain.
3. Pengolahan dan peyiapan setiap bahan pustaka.
4. Penyimpanan dan pemeliharaan koleksi.
5. Pendayagunaan koleksi.
6. Pemberian layanan kepada warga masyarakat baik yang dating
langsung keperpustakaan maupun yang menggunakan telepon, faximil,
dan lain-lain.
7. Pemasyarakatan perpustakaan.
8. Pengkajian dan pengembangan semua aspek kepustakawanan.
9. Pelaksanaan koordinasi denga pihak pemerintah Daerah, tokoh-tokoh
masyarakat mitra kerja lainnya.
10. Menjalin kerjasama dengan perpustakaan lain dalam rangka
pemanfaatan koleksi bersama dan sarana / prasarana.
11. Pengolahan dan ketatausahaan perpustakaan.
Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa fungsi bahan pustaka
tersebut dapat berguna dan bermanfaat dengan keberadaan perpustakaan untuk
memenuhi kebutuhan pengguna dalam menunjang pelaksaan kegiatan rutinitas
sehari-hari masyarakat umum berdasarkan dari informasi yang sesuai dengan
kebutuhan masing-masing, dalam dunia pekerjaan, pengajaran, dan pendidikan.
Sehingga perpustakaan harus selalu berusaha untuk memenuhi kebutuhan
informasi pengguna dengan bahan pustaka yang memadai.
9
Universitas Sumatera Utara
2.1.3. Jenis Bahan Perpustakaan
Perpustakaan umum memiliki bahan perpustakaan yang beranekaragam
yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Bahan perpustakaan tidak hanya
menyajikan informasi dalam bentuk tercetak, namun juga berbentuk elektronik
karena semakin banyaknya variasi informasi yang dibutuhkan oleh setiap
pengguna, agar semakin mempermudah pengguna dalam mencari informasi.
Menurut Hermawan (2000, 17) dilihat dari segi isinya koleksi perpustakaan dibagi
dua yaitu :
1. Koleksi fiksi adalah karya yang bersifat khayalan atau imajinasi
pengarangnya.
2. Koleksi non-fiksi adalah koleksi yang bersifat ilmiah atau mengandung
ilmu pengetahuan berdasarkan data dan fakta.
Adapun rincian dari bagian koleksi perpustakaan tersebut dikemukakan
oleh Yusup (2009, 27) sebagai berikut :
1. Buku-buku Ilmu Pengetahuan
• Buku-buku yang dihubungkan dengan agama
• Buku-buku yang tentang perikanan
• Buku-buku tentang ilmu pengetahuan dan teknologi
• Buku-buku tentang kewiraswastaan
• Buku-buku tentang lingkungan hidup
2. Buku-buku Referensi
• Kamus
• Ensiklopedia
• Buku tahunan
• Bibliografi
• Atlas
• Dokumen pemerintah
• Laporan hasil penelitian
• Sumber-sumber informasi geografi, biografi dan
perjalanan
3. Koleksi media cetak bukan buku
• Terbitan berkala
• Globe
petunjuk
10
Universitas Sumatera Utara
4. Koleksi media elektronik
• Komputer
Selain itu, menurut Sutarno (2006, 82) pengelompokkan bahan
perpustakaan di perpustakaan terdiri atas :
1.
2.
3.
4.
5.
Kelompok bahan pustaka umum.
Kelompok bahan pustaka rujukan (referensi).
Kelompok bahan pustaka berkala (majalah dan surat kabar).
Kelompok bahan pustaka pandang dengar (audio visual).
Kelompok bahan pustaka terekam dan elektronik seperti film, kaset,
video, dan lain-lain.
6. Kelompok bahan pustaka yang disesuaikan dengan kelompok
pembaca, misalnya untuk anak-anak, remaja, dewasa, dan lain-lain.
7. Kelompok bahan pustaka tertentu, misalnya untuk penelitian dan
sebagainya.
Berdasarkan uraian di atas bahwa perpustakaan umum memiliki berbagai
jenis bahan perpustakaan yang berbeda-beda dari bentuk penyajian informasi,
serta isi dari informasi yang terkandung didalamnya, namun tetap dengan tujuan
yang sama yaitu perpustakaan umum menyajikan informasi yang sesuai dengan
kebutuhan masyarakat. Berdasarkan kelompok serta kebutuhan masing-masing,
guna untuk mendukung dan meningkatkan kualitas pengetahuan masyarakat.
2.1.4. Ketersediaan Bahan Perpustakaan
Ketersediaan bahan perpustakaan merupakan ketersediaan informasi
dalam
memenuhi
kebutuhan
informasi
pengguna.
Ketersediaan
bahan
perpustakaan berhubungan erat dengan kebutuhan pengguna untuk melihat jenis
bahan perpustakaan yang disajikan oleh perpustakaan yang dikaitkan dengan
pengembangan/pengadaan bahan pustakaan. Peran dari adanya kebutuhan
11
Universitas Sumatera Utara
informasi
menjadi
dasar
ketersediaan
bahan
perpustakaan
agar
bahan
perpustakaan yang dilayankan sesuai dengan kebutuhan pengguna.
Ketersediaan bahan perpustakaan menurut Yulia dan Sujana (2009, 1)
sebagai berikut:
Ketersediaan bahan pustaka adalah kesiapan bahan pustaka yang telah
dikumpulkan, diolah, dan disimpan untuk kemudian dilayankan dan
disebarluaskan informasinya kepada masyarakat guna memenuhi
kebutuhan informasi mereka.
Sedangkan menurut Sutarno (2006, 75) hal–hal yang penting diperhatikan
dalam memenuhi ketersediaan koleksi suatu perpustakaan adalah :
1. Kerelevanan, koleksi hendaknya disesuaikan dengan kebutuhan
pengguna perpustakaan.
2. Berorientasi kepada pengguna perpustakaan.
3. Kelengkapan koleksi.
4. Kemutakhiran koleksi.
Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa ketersediaan bahan
perpustakaan adalah kesiapan perpustakaan dalam mengumpulkan, mengolah dan
menyimpan bahan pustaka yang akan dilayankan kepada masyarakat pengguna
sesuai dengan kebutuhan informasinya. Kelengkapan jumlah bahan pustaka yang
dimiliki perpustakaan agar dimanfaatkan oleh pengguna perpustakaan.
2.1.5 Pengadaan Bahan Perpustakaan
Pengadaan bahan perpustakaan merupakan proses penambahan bahan
perpustakaan baru dalam mengembangkan bahan perpustakaan agar sesuai dengan
kebutuhan pengguna. Menurut Sutarno (2006, 174) pengadaan atau akuisisi
koleksi bahan pustaka adalah
12
Universitas Sumatera Utara
Proses awal dalam mengisi perpustakaan dengan sumber-sumber
informasi. Kegiatan perpustakaan tujuannya untuk menambah dan
melengkapi koleksi yang sudah ada, dan menjadi titik tolak kegiatan
pembinaan dan pengembangan koleksi selanjutnya.
Selanjutnya Sutarno menjelaskan tentang proses pengadaan ialah
pengadaan koleksi bahan perpustakaan dapat dilakukan dengan berberapa cara,
antara lain :
1.
2.
3.
4.
Pembelian, baik langsung maupun melalui pihak ketiga
Melakukan tukar menukar
Mendapatkan bantuan atau sumbangan
Menggandakan, seperti membuat fotocopy, membuat duplikasi,
membuat CD, dan lain sebagainya
5. Menerbitkan, termasuk di dalamnya membuat kliping koran
Sedangkan menurut Winarta (2014, 3) pengembangan bahan perpustakaan
adalah:
Pengembangan koleksi (pembelian) bahan perpustakaan dilakukan untuk
koleksi yang memiliki kontent Indonesiana (manuskrip, budaya etnis
nusantara), umum, anak, remaja, dan lansia, pemustaka berkebutuhan
khusus (tuna netra), bidang ilmu perpustakaan, terbitan luar negeri tentang
Indonesia, ASEAN, Asia, dan E-resources (e-book dan e-journal).
Ada
beberapa
tahapan
kegiatan
yang
dilakukan
dalam
rangka
penghimpunan data informasi dalam pengadaan bahan yaitu, yaitu:
1. Hunting adalah kegiatan mencari dan menemukan bahan perpustakaan
yang sudah ditetapkan subjek dan topiknya ke penerbit, pameran, yang
berada baik di dalam maupun di luar negeri.
2. Survei adalah kegiatan menghimpun informasi bahan perpustakaan
melalui penerbit, internet, pameran dan peluncuran bahan perpustakaan
baru untuk memperoleh gambaran tentang bahan perpustakaan yang
sesuai dengan kebutuhan.
3. Seleksi adalah kegiatan mengidentifikasi, menilai dan menentukan
bahan perpustakaan untuk keperluan pengadaan dan pengembangan
koleksi berdasarkan visi dan misi perpustakaan dan kebijakan
pengembangan koleksi.
13
Universitas Sumatera Utara
4. Tata cara pengadaan adalah rangkaian kegiatan yang dilakukan dalam
rangka pembelian bahan perpustakaan yang dilakukan melalui hunting,
survei, seleksi, pembuatan daftar pesanan, memesan, menerima dan
pengecekan bahan perpustakaan yang datang.
5. Inventarisasi adalah meregistrasi bahan perpustakaan yang menjadi
koleksi yakni mencatat identitas bahan perpustakaan yang diadakan
pada buku induk atau sistem simpan elektronis serta pembubuhan
nomor induk dan pemberian cap kepemilikan.
6. Pelaporan adalah membuat laporan tertulis yang berisi tentang
penjelasan pelaksanaan pengadaan bahan perpustakaan melalui
pembelian beserta daftar judul bahan perpustakaan yang dibeli sebagai
suatu bentuk pertanggungjawaban kerja.
Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui pengadaan bahan perpustakaan
merupakan suatu proses kerja yang ada dalam sistem layanan perpustakaan,
bertujuan untuk menambah koleksi dengan sumber informasi baru atau yang
sudah ada. Proses pengadaan bahan perpustakaan bisa berupa pembelian, hadiah,
tukar menukar, dan sebagainya.
2.2.
Relevansi
2.2.1. Pengertian Relevansi
Perpustakaan umum sebagai penyedia informasi yang memiliki bahan
pustaka yang beraneka ragam dan banyak serta relevan dengan kebutuhan
pengguna yang juga bervariasi tergantung dengan kebutuhan masing-masing,
sehingga bahan pustakaitersebut dimanfaatkan secara optimal oleh pengguna.
Relevansi merupakan kesesuaian atau kecocokan informasi yang diperoleh
dari perpustakaan atau sumber informasi lainnya, sehingga dapat memenuhi
kebutuhan informasi pengguna dalam menggunakan perpustakaan.
14
Universitas Sumatera Utara
Menurut Dictionary for Library and information Science (2004, 606)
relevansi adalah “Relevance the extent to which information retrieved in a search
of a library collection or other resource, such a\us an online catalog or
bibliographic database”.
Pernyataan diatas menjelaskan bahwa relevansi adalah kesesuaian antara
permintaan informasi pada perpustakaan atau sumber informasi lainnya
seperti catalog online atau database bibliografi.
Pengertian relevansi sebagai informasi atau dokumen yang tersedia sesuai
dengan kebutuhan pengguna. Hal ini diperkuat oleh pendapat Purnomo (2006, 9)
yang menyatakan bahwa “Dokumen yang relevan artinya dokumen-dokumen
yang didapatkan dapat memenuhi kebutuhan informasi yang sedang dibutuhkan”.
Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa relevansi bahan pustaka
adalah suatu transaksi temu balik jika suatu dokumen relevan dengan kebutuhan
pengguna karena relevansi dapat dijadikan suatu ukuran kefektifitasan antara
sumber informasi dengan penerima informasi atau relevansi bahan perpustakaan
merupakan suatu tolak ukur bagi pencari informasi untuk mengetahui kesesuaian
antara bahan perpustakaan dengan informasi yang dibutuhkan pengguna.
2.2.2. Ukuran
Relevansi
Bahan
Perpustakaam
dengan
Kebutuhan
Informasi Pengguna
Perpustakaan yang memiliki bahan perpustakaan yang lengkap dan sesuai
dengan kebutuhan penggunanya biasanya memiliki tingkat kunjungan pengguna
yang relatif tinggi dan begitupun sebaliknya. Kunjungan pengguna ke sebuah
15
Universitas Sumatera Utara
perpustakaan tergantung bagaimana perpustakaan mampu memberikan informasi
yang relevan kepada pengguna.
Semakin baik perpustakaan dalam memenuhi kebutuhan penggunanya
maka semakin sering pengguna tersebut datang ke perpustakaan karena mereka
merasa informasi yang mereka butuhkan tersedia pada perpustakaan tersebut.
Menurut Putubuku (2008, 2) ukuran relevansi dengan kebutuhan informasi
pengguna adalah sebagai berikut :
1. Secara fitrahnya, perpustakaan dan sistem informasi berkutat dengan
persoalan relevansi. Memang, kata “relevansi” itu sendiri datang dari
“orang-orang sistem”, terutama orang-orang yang mendalami
information retrieval, tapi para pustakawan sejak lama juga sudah
mengantisipasi isyu ini. Ingat saja salah satu wejangan ‘suhu’
Ranganathan tentang ‘every book its reader‘. Di frasa ini ada
keyakinan bahwa setiap orang punya buku yang cocok untuknya.
Bahkan kita dapat secara dramatis mengatakan, untuk setiap bayi yang
lahir di dunia ini ada sebuah buku terbit. Kelak di suatu masa, bayi itu
akan membaca buku yang cocok untuknya.
2. Secara konseptual, maka ukuran relevansi yang eksternal ini punya
satu kelemahan penting. Dalam konsep relevansi, sebuah dokumen
atau buku dianggap relevan jika sesuai dengan kebutuhan pengguna.
Kesesuaian ini kemudian ditetapkan sebagai sebuah ukuran kuantitatif
yang tetap. Dalam teknik information retrieval cara penetapan ukuran
kesesuaian ini seringkali linear (satu arah). Seseorang memasukkan
pertanyaan (query) ke sebuah sistem, lalu sistem memberikan jawaban.
Berdasarkan jawaban ini dilakukan penghitungan seberapa relevan
dokumen yang telah ditemukan oleh sistem.
3. Konsep linear di atas mengandaikan bahwa sebuah query sudah pasti
mencerminkan kebutuhan pengguna. Di sinilah salah satu titik
kelemahan dari ukuran relevansi eksternal. Mesin dan sistem komputer
terpaksa menerima query apa adanya dan tak punya pilihan selain
mendaulat si pengguna sebagai pihak yang paling tahu apa yang
dibutuhkannya, dan tahu pula bagaimana menyampaikan permintaan
yang akurat sekaligus jelas.
16
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa suatu informasi akan
bernilai bila manfaatnya lebih efektif dalam memenuhi kebutuhan infomasi
pengguna. Nilai informasi ditentukan dari dua hal, yaitu manfaat dan biaya
mendapatkannya.
2.3.
Kebutuhan Informasi
2.3.1. Pengertian Kebutuhan Informasi
Setiap individu memiliki kebutuhan informasi yang berbeda-beda. Hal
tersebut dilatarbelakangi
oleh keadaan lingkungan, tingkat intelektualitas,
tuntutan pekerjaan, serta banyaknya informasi yang ada sekarang ini. Informasi
dibutuhkan pengguna bertujuan untuk menambah pengetahuan, memenuhi tugas
dan kebutuhan dalam pekerjaan dan kehidupan sehari-hari dan juga meningkatkan
keterampilan yang pada akhirnya dapat merubah sikap dam prilakunya. Informasi
menjadi kebutuhan pokok pengguna tertentu, sehingga jika kebutuhan
informasinya tidak terpenuhi akan menjadi masalah bagi pengguna, informasi
yang akurat, relevan, cepat, tepat, serta mudah mendapatkannya menjadi
keinginan setiap pengguna dalam mencari informasi yang dibutuhkan.
Menurut Line yang dikutip oleh Laloo (2002, 12) “kebutuhan informasi
adalah sesuatu yang
sebaiknya dimiliki oleh seseorang dalam melakukan
pekerjaannya, penelitian, pendidikan, dan juga sebagai hiburan”.
Defenisi lain tentang kebutuhan informasi juga diungkapkan oleh Dervin
yang dikutip oleh Laloo (2002, 12) menyatakan bahwa “kebutuhan informasi
adalah
suatu
kebutuhan
yang
diperlukan
oleh
seseorang
untuk
terus
17
Universitas Sumatera Utara
mengembangkan pemikirannya dan agar dia bisa mengatasi berbagai kesenjangan
dan permasalahan yang dihadapi”.
Sedangkan Wilson yang dikutip oleh Harissanty (2007, 5) mengemukakan
bahwa kebutuhan informasi manusia terbagi kedalam tiga konteks yaitu :
1. Kebutuhan terkait dengan lingkungan seseorang (person’s
environment), Kebutuhan terkait dengan lingkungan seseorang dapat
menambah informasi, pengetahuan dan pemahaman seseorang tentang
lingkungannya misalnya informasi tentang lingkungan tempat tinggal,
lingkungan sekolah, peristiwa-peristiwa terkini dan kebijakan
pemerintah.
2. Peran sosial yang disandang (social roles), Kebutuhan terkait dengan
peran sosial yaitu mengenai peran seseorang dalam lingkungan
masyarakat misalnya sebagai pelajar membutuhkan informasi tentang
pelajaran atau tugas-tugas di sekolah dan kebutuhan pemahaman baru
tentang materi pelajaran di sekolah.
3. Karakteristik personal (personal characteristics). Kebutuhan terkait
dengan karakteristik personal yaitu kebutuhan yang berhubungan
dengan kesehatan, gaya hidup dan kebutuhan untuk mendapatkan
hiburan.
Berdasarkan uraian diatas dapat dinyatakan bahwa kebutuhan informasi
tumbuh pada setiap aspek kehidupan manusia. Tergantung dengan karakteristik
personal yaitu kebutuhan yang berhubungan dengan gaya hidup, lingkungan,
pekerjaan, dan sebagainya.
18
Universitas Sumatera Utara
2.3.2. Jenis Kebutuhan Informasi
Informasi tak pernah lepas dari kehidupan sehari-hari karena kita akan
selalu membutuhkan informasi sesuai dengan kebutuhan masing-masing.
Sementara itu Nicholas yang dikutip oleh ishak (2000) menyatakan bahwa
kebutuhan informasi memiliki sebelas karaktersitik yang dapat menunjukkan
wujud dari kebutuhan informasi tersebut. Berikut uraian singkat dari kesebelas
karakteristik kebutuhan informasi.
1. Pokok Masalah (Subject)
Subjek yang terkandung dalam suatu informasi merupakan
karakteristik kebutuhan informasi yang paling jelas dan segera terlihat.
Ada tiga aspek yang harus dipertimbangkan dalam menguraikan pokok
masalah, yaitu: 1) berapa banyak pokok masalah yang terkandung
dalam suatu informasi, 2) seberapa jauh kedalaman pokok masalah itu,
dan 3) apakah terdapat masalah dalam menentukan subjek yang lebih
rinci.
2. Fungsi (Function)
Setiap pemakai informasi memiliki fungsi yang berbeda-beda dalam
memanfaatkan informasi, tergantung pada kegiatan dan hasil kegiatan
dari pemakai informasi. Pada dasarnya pemakai membutuhkan
informasi dengan tujuan untuk memenuhi lima fungsi pokok, yaitu: 1)
fungsi temuan (fact-finding), 2) fungsi aktualisasi informasi (current
awareness), 3) fungsi penelitian (research), 4) fungsi penyegaran
(briefing), dan 5) fungsi pendorong (stimulus).
3. Sifat (Nature)
Sifat informasi merujuk pada ciri esensial yang ada pada suatu
informasi, yaitu apakah informasi itu memiliki salah satu sifat berikut,
seperti: berubah pada periode tertentu, atau kebutuhan informasi
berbeda antara satu orang dengan yang lainnya.
4. Tingkat Intelektual (Intellectual Level)
Informasi baru dapat dipahami secara efektif oleh pemakai bila
memiliki prasyarat keluasan pengetahuan minimum atau tingkat
kecerdasan tertentu. Sehingga dalam konsep kebutuhan informasi
terkandung karakteristik yang berkaitan dengan tingkat intelektual
pemakai.
5. Titik Pandang (Viewpoint)
Informasi dalam ilmu sosial sering dituangkan dengan titik pandang
atau pendekatan tertentu. Untuk memudahkan titik pandang tersebut
maka dibuat kategori berdasarkan pada pemikiran, orientasi politik,
19
Universitas Sumatera Utara
pendekatan positif – negatif, dan orientasi disiplin ilmu.
6. Kuantitas (Quantity)
Pemakai informasi membutuhkan jumlah atau kuantitas yang berbeda
dalam memenuhi keperluan tugas pekerjaan atau dalam memecahkan
suatu permasalahan. Jumlah informasi yang dibutuhkan sangat
tergantung pada sifat individu pemakai, artinya setiap pemakai
dianggap mampu menentukan batasan kebutuhan informasi masingmasing.
7. Kualitas (Quality)
Kualitas kebutuhan informasi sangat tergantung pada sifat individu
pemakai informasi. Sehingga keputusan penggunaan informasi
berdasarkan pada kualitas ini bersifat pribadi. Untuk dapat melakukan
pemilihan kebutuhan informasi berdasarkan kualitas secara tepat,
sangat diperlukan pemahaman yang mendalam terhadap pemakai
informasi.
8. Batas Waktu Informasi (Date)
Untuk memahami kebutuhan informasi pemakai berdasarkan
karakteristik batas waktu informasi, ada dua pertanyaan yang harus
diajukan. Pertanyaan tersebut adalah: 1) seberapa lama informasi masa
lampau yang diperlukan? dan 2) seberapa baru informasi yang
diperoleh? Pertimbangan utama yang menentukan ialah berapa lama
umur informasi dalam simpanan berkas yang ada. Informasi pada
setiap disiplin ilmu yang ada akan memiliki umur penyimpanan berkas
informasi berbeda-beda.
9. Kecepatan Pengiriman (Speed of Delivery)
Informasi diupayakan secepatnya sampai pada pemakai, dan
diharapkan tidak terhenti dalam masa transit atau penyebarannya,
sehingga aktualitas informasi dapat dijaga. Hal ini berarti informasi
jangan sampai tidak up-to-date kemanfaatannya.
10. Tempat Asal Publikasi (Place)
Bagi pemakai informasi, tempat asal publikasi bisa menjadi masalah.
Masalah tersebut berhubungan dengan tiga hal utama, yaitu: 1) pokok
masalah dalam informasi, 2) posisi pengguna, dan 3) kelancaran
bahasa.
11. Pemrosesan dan Pengemasan (Processing and Packaging)
Pemrosesan berkaitan dengan cara penyajian informasi dari pokok
pikiran dan riset yang sama, sedangkan pengemasan berkaitan dengan
tampilan luar atau bentuk fisik dari informasi. Selanjutnya untuk
mengetahui wujud kebutuhan informasi pemakai, dalam penelitian ini
hanya difokuskan pada tiga karaktersitik saja, yaitu subjek, fungsi atau
manfaat, dan format informasi yang ada hubungannya dengan jenis
koleksi. Ketiga karakterisik ini dianggap lebih mudah ditanyakan
kepada pemakai.
20
Universitas Sumatera Utara
Berhubungan dengan tugas pekerjaan, Javerlin dalam ishak (2003, 23)
memberi klasifikasi terhadap jenis kebutuhan informasi, yaitu:
1. Informasi yang berkaitan dengan masalah (problem information),
menggambarkan struktur, sifat dan syarat masalah yang sedang
dihadapi, misalnya dalam masalah konstruksi jembatan, konstruksi
jalan, informasi yang dibutuhkan adalah mengenal jenis, tujuan dan
masalah yang dihadapi dalam membangun konstruksi jembatan atau
jalan. Pada kasus ini kemungkinan telah ada sumber informasi yang
telah membahas hal yang sama.
2. Informasi yang berkaitan dengan wilayah (domain information), terdiri
dari pengetahuan tentang fakta, konsep, hukum dan teori dari wilayah
permasalahan. Misalnya dalam masalah konstruksi jembatan, wilayah
informasi yang diperlukan adalah kekuatan dan tingkat pemuaian besi.
Jenis informasi yang dibutuhkan berupa uji ilmiah dan teknologi
informasi. Informasi tersebut terdapat dalam terbitan jurnal ilmiah dan
buku teks.
3. Informasi sebagai pemecahan masalah (problem-solving information),
menggambarkan bagaimana melihat dan memformulasikan masalah,
apa masalah dan wilayah informasi bagaimana yang akan digunakan
dalam upaya memecahkan masalah. Misalnya dalam konstruksi
jembatan, insinyur perencana akan mengahadapi pro dan kontra
mengenai berbagai informasi tentang desain jenis jembatan. Ini hanya
dapat dipecahkan pada keahlian (experts) seseorang dan pengetahuan
yang dimiliki.
Sedangkan menurut Katz, Gurevitch dan Haas dalam Yusup (2006, 338)
kebutuhan itu terbagi pada:
1. Kebutuhan Kognitif
Kebutuhan ini berkaitan erat dengan kebutuhan untuk memperkuat
atau menambah informasi, pengetahuan dan pemahaman seseorang
akan lingkungan.
2. Kebutuhan Afektif
Kebutuhan ini dikaitkan dengan penguatan, hal yang dapat
menyenangkan dan pengalaman-pengalaman emosional.
3. Kebutuhan Integrasi Personal (Personal Intergrative Needs)
Kebutuhan ini sering dikaitkan dengan penguatan kredibilitas,
kepercayaan, stabilitas, dan status individu.
4. Kebutuhan Integrasi Sosial (Social Intergrative Needs)
Kebutuhan ini dikaitkan dengan penguatan hubungan dengan keluarga,
teman dan orang lain.
21
Universitas Sumatera Utara
5. Kebutuhan Berkhayal (Escapist Needs)
Kebutuhan ini dikaitkan dengan kebutuhan-kebutuhan untuk melarikan
diri, melepaskan ketegangan dan hasrat untuk mencari hiburan atau
pengalihan (Diversion).
Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa pada dasarnya informasi
merupakan hal yang penting dalam setiap kebutuhan semua orang, dimulai dari
kebutuhan dasar sampai pada kebutuhan penunjang lainnya. Dengan demikian
jelas bahwa kebutuhan informasi disesuaikan dengan tugas, pemecahan masalah,
kehidupan, wilayah dan tuntutan kebutuhan pengguna yang selalu berkembang
sejalan dengan berkembangnya zaman.
2.3.3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebutuhan Informasi
Kebutuhan informasi pengguna dapat dipengaruhi oleh berbagai hal.
Menurut Nicholas (2000, 33) ada lima faktor yang memperngaruhi kebutuhan
informasi pemakai, yaitu:
1. Jenis pekerjaan
2. Personalitas, yaitu aspek psikologi dari pencari informasi, meliputi:
kecepatan, ketekunan mencari informasi, pencarian secara sistematis,
motivasi dan kemauan menerima informasi dari teman, kolega dan
atasan
3. Waktu
4. Akses, yaitu menelusur informasi secara internal (di dalam organisasi)
atau eksternal (di luar organisasi)
5. Sumber daya teknologi yang digunakan untuk mencari informasi
22
Universitas Sumatera Utara
Selanjutnya menurut Wilson yang dikutip oleh Ishak (2006, ) menguraikan
faktor yang secara bertingkat mempengaruhi kebutuhan informasi, seperti
digambarkan pada
LINGKUNGAN
PERAN SOSIAL
INDIVIDU
Kebutuhan Psikologi
Kebutuhan Afektif
Kebutuhan Kognitif
Kebutuhan Informasi
Peran Kerja
Peran Kinerja
Lingkungan kerja
Lingkungan Sosial-budaya
Lingkungan politik-ekonomi
Lingkungan fisik
Gambar – 1: Faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Informasi
(Sumber: Wilson, 1994)
Pada Gambar tersebut di atas terdapat tiga faktor utama yang
mempengaruhi kebutuhan informasi, yaitu:
1. Kebutuhan individu (person)
Kebutuhan yang ada dalam diri individu meliputi kebutuhan psikologis
(psychological needs), kebutuhan afektif (affectif needs) dan
kebutuhan kognitif (cognitive needs).
2. Peran sosial (social role)
Peran soaial meliputi peran kerja (work role) dan tingkat kinerja
(performance level), akan mempengaruhi faktor kebutuhan yang ada
dalam diri individu.
3. Lingkungan (environment)
23
Universitas Sumatera Utara
Faktor lingkungan meliputi lingkungan kerja (work environment),
lingkungan sosial budaya (socio-cultural environment), lingkungan
politik-ekonomi (politic-economic environment) dan lingkungan fisik
(physical environment) mempengaruhi faktor peran sosial maupun
faktor kebutuhan individu, sehingga terjadi pengaruh bertingkat yang
akan membentuk kebutuhan informasi.
Sedangkan menurut Chen dan Hernon yang dikutip oleh Yulianah (2009,
19) faktor-faktor yang mempengaruhi informasi seseorang adalah:
1. Karakteristik pemustaka: pengalaman, usia, latar belakang pendidikan
dan cara berpikir.
2. Faktor minat seseorang
3. Faktor pekerjaan dan profesi
4. Faktor koleksi
5. Faktor kesukaan
6. Sistem pelayanan informasi: akses terhadap layanan informasi dan
variasi sumber informasi yang ada di lingkungan pemustaka informasi.
Berdasarkan uraian di atas dapat di ketahui bahwa ada berbagai faktor
yang mempengaruhi kebutuhan informasi pengguna, kebutuhan tersebut
tergantung dan dipengaruhi oleh aktivitas pekerjaan, terjadi akibat adanya
berbagai pengaruh setiap pengguna sebagai motivasi dalam rangka pencapaian
tujuan dalam hidupnya, membuat keputusan, dan sebagainya. Kebutuhan tersebut
tergantung dan dipengaruhi oleh aktivitas pekerjaan, bidang pekerjaan,
lingkungan maupun berdasarkan faktor dari minat seseorang dalam pemecahan
masalah, dan jangkauan sumber informasi juga adanya fasilitas yang disediakan.
24
Universitas Sumatera Utara
2.3.4. Jenis Pengguna Informasi
Pengguna/pemakai informasi merupakan setiap orang yang membutuhkan
informasi. Pemakai informasi ialah komponen penting dalam jaringan informasi
untuk kelancaran arus informasi diperlukan pengetahuan jenis pemakai informasi,
dengan mengetahui kebutuhan, kebiasaan dan bahan yang dipilih pemakai.
Menurut Yusup (2009, 330) pengguna informasi perpustakaan dibagi
menjadi dua bagian yaitu :
1. Pengguna potensial
pengguna yang belum sempat dilayani di perpustakaan disebut dengan
pengguna potensial (potential users)
2. Pengguna aktual
pengguna yang sudah datang ke perpustakaan dan sudah
memanfaatkan jasa layanan perpustakaan disebut dengan pengguna
aktual (actual users)
Oleh
sebab
itu
permintaan
mereka
atas
bahan
pustaka
perlu
dipertimbangkan agar kebutuhan pengguna terpenuhi. Permintaan pengguna akan
bahan pustaka dapat dijadikan alat untuk mengukur selera dan minat baca
pengguna.
Sedangkan
pendapat
Wilson
menjelaslah
bahwa
“user”
(pemakai/pengguna) sebagai objek penelitian perilaku informasi perlu selalu
diletakkan dalam konteks sosialnya. Wilson yang dikutip oleh Putu (2000)
memperjelas konsep “pemakai/pengguna” ini dalam 5 sub-konsep berikut:
1. Pemakai sebagai komunikator yang memakai sumberdaya informasi
pribadi maupun organisasinya, dan menggunakan sumberdaya ini
dalam berkomunikasi dengan sesama. Dalam hal ini, maka pemakai
dapat ditinjau dari aspek psikologi sosial dan komunikasi pada
umumnya;
25
Universitas Sumatera Utara
2. Lalu orang ini berupaya menemukan informasi (information-seeker);
di sini dia menjadi komunikator tetapi dalam proses yang lebih spesifik
berupa pencarian dan penemuan informasi, berkaitan dengan sebuah
kegiatan komunikasi yang terpisah dari kegiatan komunikasi umum,
melibatkan tidak saja komunikasi inter-personal, melainkan juga:
3. Pemakaian sistem informasi formal, yang merupakan keseluruhan dari
peralatan, produk, atau sistem yang secara khusus diciptakan untuk
menyimpan, memelihara, menemukan kembali, atau mengemas-ulang
informasi. Termasuk di sini adalah perpustakaan, berbagai institusi jasa
informasi, jurnal dan pangkalan-data terpasang, berkas rekod
organisasi, sistem arsip, dan sebagainya. Seringkali, kajian tentang
pemakai berkonsentrasi pada satu aspek ini saja, yaitu aspek interaksi
antara manusia dan sistem; padahal seseorang juga dapat bertindak
sebagai:
4. Seorang penerima jasa informasi (recipient) , sebab tidak semua
sistem informasi bersifat pasif. Sebagian besar sistem informasi secara
aktif menawarkan jasa mereka, misalnya dalam bentuk jasa kesiagaan
informasi (current awareness). Berbagai upaya promosi informasi
melalui media massa juga dianggap oleh Wilson sebagai contoh sifat
aktif dari sistem informasi;
5. Sehingga akhirnya seseorang adalah pengguna dari informasi yang
tersedia di dalam sistem informasi. Wilson mengritik kajian perilaku
informasi yang mengabaikan aspek penggunaan atau pemanfaatan
informasi yang sudah ditemukan atau disediakan oleh sebuah sistem
informasi.
Sedangkan menurut Kosasih (2009, 9) menyatakan bahwa yang termasuk
pemakai jasa informasi perpustakaan, terdiri dari:
1.
2.
3.
4.
5.
Peneliti dan pengajar
Tenaga teknis/laboran dari lembaga tertentu
Pengelola
Mahasiswa
Peminat lainnya/kelompok profesi
Berdasarkan
penjelasan
di
atas
dapat
diketahui
bahwa
setiap
pengguna/pemakai informasi memiliki cara dan kebutuhan yang berbeda dalam
mencari dan memenuhi kebutuhan informasinya.
26
Universitas Sumatera Utara