Analisis Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap Kebijakan Dividen Pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1

Landasan Teori

2.1.1

Kebijakan Dividen
Kebijakan dividen adalah keputusan mengenai apakah laba yang diperoleh

perusahaan akan dibagikan kepada pemegang saham sebagai dividen atau akan
ditahan dalam bentuk laba ditahan guna pembiayaan investasi pada masa yang
akan datang (Sartono,2001:281). Keputusan pembagian laba akan mempengaruhi
besarnya pendanaan yang tersedia dalam perusahaan. Semakin tinggi laba yang
ditahan maka akan semakin sedikit dividen yang dibayarkan dan sebaliknya,
semakin besar dividen yang dibagikan akan mengakibatkan kekurangan
pendanaan perusahaan untuk keperluan investasi.
Jumlah pembagian dividen yang akan dibagi ditentukan oleh jumlah
lembar saham yang dimiliki oleh pemegang saham (Stice, 2004:902). Pemegang

saham mengharapakan adanya peningkatan kesejahteraan dari kenaikkan jumlah
pembayaran dividen. Peningkatan pembayaran dividen dipengaruhi oleh
peningkatan nilai perusahaan. Peningkatan nilai perusahaan dapat dicapai oleh
perusahaan dengan kinerja manajemen yang baik. Manajemen memiliki tanggung
jawab dalam meningkatkan kinerja keuangan perusahaan. Manajer untuk
kepentingan pribadinya dapat melakukan manipulasi laba untuk memberikan
kinerja keuangan yang bagus.

13

14

Faktor- faktor penting yang mempengaruhi kebijakan dividen adalah
kesempatan investasi yang tersedia, ketersediaan dan biaya modal alternatif, dan
preferensi pemegang saham untuk menerima pendapatan saat ini atau
menerimanya di masa datang (Sartono, 2001 : 282).
Beberapa teori tentang kebijakan dividen seperti yang dikemukakan oleh
Sartono (2001:282) terdapat tiga teori yang tidak relevan dengan kebijakan
dividen. Modiglani-Miller mengungkapkan penyebab dividen tidak relevan
terhadap kebijakan dividen dikarenakan kebijakan dividen tidak mempengaruhi

nilai perusahaan atau biaya modal. Nilai perusahaan hanya ditentukan oleh
kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba serta risiko. Nilai perusahaan
tidak dipengaruhi oleh besarnya laba yang ditahan yang dibagikan sebagai
dividen.
Teori yang kedua dikemukakan oleh Gordon-Liner. Teori bird in the hand
mengatakan dividen akan lebih kecil resikonya dibandingkan capital gain.
Perusahaan menentukan rasio pembagian dividen yang tinggi dan menawarkan
hasil dividen yang tinggi untuk meminimumkan biaya modal. Dividen yang sudah
ditangan lebih memberikan kepastian dibandingkan capital gain di masa
mendatang. Investor lebih menyukai keuntungan yang dibagikan dalam bentuk
dividen daripada ketidakpastian dari kenaikkan nilai modal.
Tax differential merupakan teori yang ketiga yang mengungkapkan tarif
pajak dividen lebih tinggi daripada tarif pajak capital gain. Investor lebih suka
untuk menerima capital gain dibandingkan dividen. Investor akan menahan laba

15

untuk mengharapkan peningkatan capital gain dengan pajak yang lebih rendah di
masa yang akan datang.
Menurut Brigham dan Houston (2001:292), faktor- faktor yang harus

dianalisis dalam kaitannya dengan kebijakan dividen adalah (1) kebutuhan dana
perusahaan yaitu aliran kas yang diharapkan, pengeluaran modal di masa datang
yang diharapkan, kebutuhan tambahan piutang dan persediaan, pola (skedul)
pengurangan utang dan faktor lain yang mempengaruhi posisi kas perusahaan
harus dipertimbangkan dalam analisis kebijakan dividen;

(2) likuditas yaitu

semakin besar posisi kas dan likuiditas maka semakin besar pula kemampuan
perusahaan untuk membayar dividen;

(3) kemampuan meminjam yaitu

kemampuan meminjam yang besar, fleksibilitas yang besar akan memperbesar
kemampuan membayar dividen; (4) keadaan pemegang saham yaitu pemegang
saham dengan pajak yang tinggi akan lebih suka memperoleh capital gain dengan
mempertahankan dividend payout yang rendah;

(5) Stabilitas dividen yaitu


indikator prospek perusahaan yang stabil dengan resiko yang rendah
dibandingkan dengan perusahaan yang membayar dividen yang tidak stabil.
Stabilitas dividen merupakan hal yang penting untuk diperhatikan.
2.1.2

Kepemilikan Manajerial
Manajer memiliki kesempatan memiliki kepemilikan saham dan

kepentingan yang sama dengan pemegang saham untuk memperoleh laba (Sakir
dan Al. Fadli, 2014). Masalah kepentingan antara manajer dan pemegang saham
ini merupakan masalah agensi. Menurut Jensen dan Meckling (1976) terdapat
beberapa teori lain selain agency theory seperti signaling order theory dan
packing order theory.

16

Masalah agensi timbul karena adanya pemisahan kepemilikan dan
manajemen di dalam perusahaan. Pemisahan kepemilikan mengakibatkan manajer
dapat bertindak untuk mendapatkan insentif daripada memaksimumkan kekayaan
pemegang saham. Agency theory menyarankan tiga mekanisme mengurangi

masalah agensi seperti meningkatan kepemilikan manajerial yang dilakukan untuk
memaksa manajer agar berusaha meningkatkan kekayaan pemegang saham
sejalan dengan kepentingan pribadinya dan memaksa perusahaan mengunakan
leverage dan dividen untuk mengurangi masalah agensi. Hutang yang tinggi
mengakibatkan manajemen mengambil keputusan untuk melakukan investasi agar
menghasilkan arus kas yang cukup untuk membayar bunga dan pokok.
Signalling theory berfokus pada informasi asimetri diantara insider,
manajer, investor. Kinerja keuangan perusahaan memberikan sinyal kepada
investor bahwa perusahaan dapat membayar dividen. Manajer dengan lebih
banyak informasi dibandingkan investor luar dapat menggunakan hutang untuk
memberikan sinyal bahwa perusahaan memiliki kinerja keuangan yang baik.
Tujuan manajer dari hal tersebut adalah mendapatkan pendanaan dari investor.
Packing order theory berhubungan dengan keinginan perusahaan dalam
memperoleh pendanaan. Perusahaan mengunakan hutang untuk mendanai
kegiatan operasionalnya ketika perusahaan tidak memiliki laba ditahan yang
cukup. Penggunaan laba ditahan lebih disukai dibandingkan penggunaan hutang
karena penggunaan laba ditahan tidak mengakibatkan biaya yang fluktuasi
dibandingkan penggunaan hutang yang mengakibatkan biaya yang tinggi.
Penggunaan hutang dan laba ditahan akan mengurangi masalah agency yang
terjadi pada kepemilikan manajerial dalam perusahaan.


17

2.1.3 Rasio Keuangan
Analisis rasio keuangan digunakan oleh (1) manajer untuk menganalisis,
mengendalikan dan memperbaiki operasi perusahaan, (2) analisis kredit untuk
menentukan kemampuan perusahaan membayar hutang, (3) analisis saham
berkepentingan dengan efisiensi, risiko dan prospek pertumbuhan perusahaan.
Menurut Sugiyono (2006: 65), perusahaan dikatakan mempunyai kinerja yang
baik jika memiliki kemampuan dalam memenuhi kewajiban (utang) yang akan
jatuh tempo (liquidity), menyusun struktur pendanaan yaitu perbandingan antara
utang dan modal (leverage), kemampuan perusahaan memperoleh keuntungan
(profitability), kemampuan perusahaan untuk berkembang (growth) dan
kemampuan perusahaan untuk mengelola asset secara maksimal (activity).
Rasio keuangan yang umumnya digunakan (Fahmi, 2006:56): (1) Rasio
likuiditas (current ratio dan quick ratio); (2) Rasio leverage (debt to total asset
dan debt to equity ratio); (3) Rasio aktivitas (perputaran persediaan, perputaran
aktiva tetap dan perputaran total asset); (4) Rasio profitabilitas (return on
investment, return on asset dan return on equity); (5) Rasio nilai pasar (earning
per share, price earning ratio dan price book value) serta rasio umum lainnya

seperti arus kas. Selain itu, terdapat banyak lagi rasio yang dapat dihitung dari
laporan keuangan seperti rasio pertumbuhan dan lain-lain.
2.1.3.1 Profitabilitas
Profitabilitas

merupakan

ukuran

kemampuan

perusahaan

dalam

memperoleh laba (Sartono, 2001:114). Profitabilitas diukur dengan return on
asset (ROA). Profitabilitas yang tinggi menunjukkan kinerja keuangan yang bagus.

18


Perusahaan akan meningkatkan pembayaran dividen ketika memiliki profitabilitas
yang tinggi.
Peningkatan profitabilitas diperlukan perusahaan untuk membayar hutang,
membiayai kegiatan operasional perusahaan dan sebagai pendanaan investasi
perusahaan. Kemampulabaan perusahaan sangat diperlukan untuk mencegah
kesulitan pendanaan pada perusahaan yang dapat berakibat pada kebangkrutan.
Perusahaan dengan profitabilitas yang tinggi akan mengurangi penggunaan hutang
dan menjadikan perusahaan dapat tetap bertumbuh. Pertumbuhan perusahaan
diperlukan perusahaan untuk menghasilkan profitabilitas (Gitman, 2009:145).
Investor akan lebih menyukai untuk berinvestasi pada perusahaan yang
memiliki profitabilitas yang tinggi. Perusahaan yang memiliki profitabilitas yang
tinggi menunjukkan perusahaan memiliki prospek kinerja perusahaan yang bagus
di masa mendatang. Perusahaan dengan profitabilitas yang tinggi juga memiliki
kecenderungan membayar dividen yang rendah karena perusahaan dengan
profitabilitas yang tinggi akan menahan laba dalam laba ditahan (Mehta, 2012).
2.1.3.2 Likuiditas
Likuiditas merupakan kemampuan perusahaan untuk melunasi kewajiban
jangka pendek (Sartono, 2001:116). Likuiditas dalam penelitian ini diukur dengan
current ratio (CR). Perusahaan dengan likuiditas yang lancar akan melunasi
kewajiban jangka pendek tepat waktu dan lebih mudah menetapkan kebijakan

investasi tanpa terkendala terhadap masalah pendanaan. Perusahaan dengan
kinerja manajemen yang bagus dalam mengelola keuangan akan meningkatkan
likuiditas perusahaan. Likuiditas dikukur dengan membandingkan jumlah aset
yang likuid dengan kebutuhan likuiditas yang diperkirakan (Darmawi, 2012:60).

19

Menurut Darmawi (2012:60), penilaian yang wajar atas posisi likuditas
bank dipengaruhi oleh:
1.

Ramalan kebutuhan uang tunai yang tepat;

2.

Tingkat aset likuid yang diperkirakan;

3.

Arus penerimaan uang tunai selama jangka waktu tertentu.


2.1.3.3 Leverage
Leverage menggambarkan seberapa besar kebutuhan dana perusahaan
yang dibiayai oleh hutang. Leverage diukur dengan debt to equity ratio (DER).
Perusahaan dengan hutang yang tinggi dapat mengakibatkan kebangkrutan karena
laba yang dimiliki perusahaan tidak dapat menutupi besarnya hutang (Brigham
dan Houston, 2001:90). Oleh karena itu, penggunaan hutang harus dalam jumlah
yang sesuai (tidak dalam jumlah besar) karena ini akan mempengaruhi penurunan
laba bersih (Darminto, 2008).
Manajemen perusahaan perlu menetapkan kebijakan hutang yang baik
untuk mengatasi penggunaan hutang yang berlebih. Penentuan kapasitas utang
dapat dilakukan dengan cara menganalisis kemampuan arus kas perusahaan yaitu
besarnya rasio cakupan insolvabilitas kas pada berbagai tingkat utang (Van Horne
dan John,2007:210). Penggunaan hutang merupakan salah satu strategi
pembiayaan yang dilakukan oleh perusahaan.
Penggunaan hutang pada margin laba yang rendah akan menghasilkan
return yang tinggi dalam situasi perekonomian normal. Perusahaan pada
perekonomian yang resesi akan mengalami resiko kerugian karena penggunaan
hutang yang relatif tinggi (Brigham dan Houston, 2001:86). Perusahaan yang
memiliki kemampuan pendanaan yang kuat tidak akan mengkhawatirkan


20

penggunaan hutang yang tinggi karena perusahaan akan mampu membayar
hutang tanpa mempengaruhi pembayaran dividen (Gupta dan Bangga, 2010).
Terdapat beberapa teori kebijakan hutang yang memiliki pengaruh
terhadap nilai perusahaan (Mardiyati et al., 2012) yaitu teori struktur modal
(Capital Structure Theory) yang dikemukakan oleh Miller dan Modligani, hutang
dapat menghemat pajak yang dibayar. Hutang menimbulkan pembayaran bunga
yang mengurangi jumlah penghasilan yang terkena pajak) sehingga nilai
perusahaan bertambah. Trade off theory menyatakan bahwa semakin tinggi
perusahaan melakukan pendanaan dengan hutang maka semakin besar resiko
perusahaan untuk mengalami kesulitan keuangan karena membayar bunga tetap
yang terlalu besar bagi para debtholders setiap tahunnya dengan kondisi laba
bersih yang belum pasti (bancruptcy cost of debt).
Teori keagenan (agency approach) menyatakan hutang digunakan sebagai
cara untuk mengurangi konflik keagenan yang terkait cash flow. Penggunaan
hutang dapat memaksa manajer untuk mengeluarkan kas perusahaan untuk
membayar bunga. Teori signalling menyatakan manajer mengunakan hutang yang
lebih banyak sebagai sinyal yang lebih terpercaya kepada investor. Sinyal tersebut
dilakukan oleh manajemen kepada investor untuk megindikasikan perusahaan
memiliki prospek yang bagus di masa depan.
2.1.3.4 Nilai Pasar
Nilai pasar merupakan rasio yang memberikan petunjuk kepada investor
atas kinerja perusahaan di masa lalu serta prospek perusahaan di masa yang akan
datang. Nilai pasar diukur dengan price earning ratio (PER). Nilai pasar ini
menghubungkan harga saham dengan laba dan nilai buku. PER digunakan untuk

21

mengetahui kesediaan investor untuk membayar tiap rupiah lembar saham dari
laba yang dilaporkan.
Kesediaan investor untuk membeli saham pada harga saham yang tinggi
menunjukkan investor menghargai perusahaan tersebut dengan harga yang lebih
tinggi dibandingkan dengan nilai buku saham. Investor dalam menilai untuk
membeli saham suatu perusahaan mempertimbangkan prospek perusahaan di
masa yang akan datang seperti peningkatan laba dan pertumbuhan perusahaan.
Peningkatan prospek pertumbuhan perusahaan dan peningkatan laba akan
berpengaruh terhadap keinginan investor dalam berinvestasi.
Pertumbuhan perusahaan akan meningkatkan nilai perusahaan sehingga
dengan tercapainya peningkatan nilai perusahaan, profitabilitas perusahaan
menjadi meningkat. Investor mengharapkan dengan meningkatnya nilai
perusahaan maka perusahaan akan memaksimumkan kesejahteraan pemegang
saham. Perusahaan dalam mencapai pertumbuhan perusahaan memerlukan
pendanaan yang berasal dari investor. Oleh karena itu, perusahaan dengan dana
yang diperoleh dari investor perlu untuk membagikan dividen kepada investor.
Perusahaan yang memiliki prospek pertumbuhan perusahaan yang tinggi
di masa mendatang akan menjual saham dengan harga yang lebih tinggi. Hal ini
dikarenakan perusahaan membutuhkan pendanaan yang lebih besar untuk
membiayai kegiatan investasi. Investor yang ingin memperoleh keuntungan yang
lebih besar perlu mempertimbangan untuk membeli saham dengan harga yang
lebih tinggi. Bagi investor, risiko dalam mengambil keputusan investasi adalah
dana yang tidak mendukung dan pertumbuhan perusahaan dari keputusan

22

investasi yang diambil. Menurut Mehta (2012), keputusan investasi berpengaruh
terhadap resiko yang diterima perusahaan dari pendanaan yang akan datang.
Perusahaan yang sulit untuk melakukan keputusan investasi akan mengalami
kesulitan dalam meningkatkan laba dan mendapatkan pendanaan dari investor.
Kebijakan dalam perusahaan diperlukan untuk dapat terus melakukan investasi.
2.1.3.5 Arus kas
Laporan arus kas digunakan untuk menjelaskan perubahan pada kas atau
setara kas dalam periode tertentu. Laporan arus kas memberikan prediksi atas
laporan arus kas di masa depan jika rencana operasi, investasi dan pendanaan
dilakukan (Stice, 2004). Kebijakan pembayaran dividen merupakan bagian dari
perencanaan arus kas di masa depan.
Manajer memiliki kebijakan dalam mengelola keuangan perusahaan.
Manajer untuk mencapai tujuan kepentingan pribadinya akan meningkatkan
penggunaan arus kas bebas sehingga arus kas bebas yang tersedia untuk
pembayaran dividen akan berkurang. Masalah ini menjadi masalah agensi antara
manajer dengan pemegang saham. Kebijakan pembayaran dividen atas arus kas
bebas yang tersedia akan mengurangi masalah agensi yang terjadi (Sakir dan Al.
Fadli, 2014).
Arus kas memiliki kemampuan untuk menentukan kesempatan investasi
dan keadaan perusahaan (Hashemi dan Zahra, 2012). Arus kas yang baik
mencerminkan keadaan perusahaan yang baik dan meningkatkan kesempatan
investasi perusahaan. Rasio keuangan seperti profitabilitas, likuiditas dan hutang
menentukan kemampuan arus kas perusahaan. Perusahaan dengan kemampuan
arus kas dan kesempatan investasi akan memiliki kesempatan untuk bertumbuh.

23

Arus kas akan meningkatkan kemampuan perusahaan untuk membayar dividen
dengan mencapai pertumbuhan perusahaan.
Perusahaan dengan kinerja keuangan menentukan prediksi arus kas di
masa yang akan datang. Kemampuan perusahaan dalam membayar dividen akan
mengurangi resiko arus kas di masa yang akan datang.
2.1.3.6 Ukuran Perusahaan
Ukuran perusahaan mempengaruhi perusahaan dalam memperoleh
pendanaan. Menurut Mehta (2012), perusahaan besar akan lebih mudah dalam
memperoleh pendanaan di pasar modal daripada perusahaan kecil. Ukuran
perusahaan dalam penelitian ini diukur dengan natural log to total asset.
Investor cenderung untuk melakukan investasi pada perusahaan besar
dikarenakan perusahaan besar lebih memiliki prospek pada masa yang akan
datang. Perusahaan besar lebih memiliki kemampuan untuk berkembang
dibandingkan perusahaan kecil. Perusahaan besar dengan berbagai diversifikasi
usaha akan lebih mudah untuk meningkatkan pendanaan. Pendanaan yang
didapatkan perusahaan dari satu sektor dapat menutupi kekurangan pendanaan di
sektor lain sehingga kemampuan likuiditas dan kemampuan perusahaan untuk
bertumbuh akan lebih cepat dibandingkan pada perusahaan kecil.
Kebijakan manajemen terhadap kemampuan likuiditas perusahaan sangat
penting. Perusahaan yang besar akan membutuhkan pendanaan yang lebih besar
untuk kegiatan operasionalnya. Manajemen dengan ukuran perusahaan yang besar
akan lebih berkurang kemampuan untuk mengendalikan dibandingkan pada
perusahaan kecil. Manajemen harus lebih memperhatikan likuiditas perusahaan
untuk mencegah perusahaan dari kesulitan keuangan. Perusahaan dengan

24

kesulitan keuangan dapat berakibat terhadap kebangkrutan sehingga perusahaan
besar memiliki resiko kebangkrutan lebih tinggi daripada perusahaan kecil.
2.2

Review Peneliti Terdahulu

Penelitian yang dilakukan peneliti sebelumnya berkaitan dengan kebijakan
dividen. Beberapa peneliti terdahulu diantaranya adalah:
Penelitian Mehta (2012) dengan judul “An Empirical Analysis of
Determinants of Dividend Policy-Evidence from the UAE Companies”. Penelitian
ini dilakukan selama 5 tahun dari tahun 2005-2009 pada semua perusahaan pada
sektor real estate, energi, konstruksi, telekomunikasi, produk kesehatan, dan
industri (kecuali perusahaan perbankan dan investasi). Sampel penelitian
dilakukan pada 44 perusahaan (termasuk 15 perusahaan perbankan). Hasil
penelitian menunjukkan nilai pasar dan ukuran perusahaan berpengaruh signifikan
terhadap kebijakan dividen sedangkan profitabilitas, likuiditas dan leverage tidak
berpengaruh terhadap kebijakan dividen.
Malik et al., (2013) melakukan penelitian dengan judul “Factor
Influencing Corporate Dividend Payout Decisions of Financial and Non
Financial Firm.” Penelitian dilakukan dengan 100 data dari perusahaan keuangan
dan non keuangan pada periode 2007-2009.

Hasil penelitian menunjukkan

likuiditas, size dan EPS berpengaruh positif signifikan terhadap dividend payout
decisions dan profitabilitas, debt to equity ratio, sales growth berpengaruh positif
tidak signifikan terhadap dividend payout decisions. EPS, profitabilitas dan size
meningkatkan kemampuan laba perusahaan untuk membayar dividen sementara
growth opportunities menurunkan kemampuan laba perusahaan untuk membayar
dividen.

25

Penelitian mengenai Dividend Payout Policy lainnya dilakukan oleh Gul et
al., (2012) yang berjudul “The Determinant of Corporate Dividend Policy: An
Investigation of Pakistani Banking Industry”. Penelitian ini dilakukan pada 18
perusahaan perbankan dengan periode 2006-2011. Hasil penelitian menunjukkan
size, profitabilitas, growth opportunities berpengaruh positif terhadap kebijakan
dividen sedangkan leverage, risk berpengaruh negatif terhadap kebijakan dividen.
Growth opportunities memiliki pengaruh positif yang lemah terhadap kebijakan
dividen. Terdapat 11 perusahaan dari 18 perusahaan perbankan yang membayar
dividen pada perusahaan Pakistani. Pembayaran dividen dilakukan oleh
perusahaan dengan menggunakan dividen yang lalu dan laba ditahan. Perusahaan
yang memiliki keuangan yang stabil membayar dividen lebih tinggi di Pakistani.
Cash flow berpengaruh positif tidak signifikan terhadap dividend payout
ratio, PE berpengaruh negatif signifikan terhadap dividend payout ratio dan cash
flow berpengaruh positif tidak signifikan terhadap dividend policy. Hasil
penelitian tersebut merupakan penelitian John dan Muthusamy (2010) dengan
judul “Leverage, Growth, and Profitability as Determinants of Dividend Payout
Ratio Evidence from Indian Paper Industry”. Growth Sales, EPS, Market to Book
Value, Leverage, Likuiditas dan profitabilitas memiliki hubungan yang
diharapkan terhadap pembayaran dividen.
Penelitian Hashemi dan Zahra (2012) yang berjudul “The Impact of
Financial Leverage, Operating Cash Flow, and Size of Company on the Dividend
Policy (Case Study of Iran)”. Penelitian dilakukan di Tehran Stock Exchange pada
74 perusahaan pada periode 2003-2010. Hasil penelitian menunjukkan size, cash
flow berpengaruh positif terhadap kebijakan dividen sedangkan leverage

26

berpengaruh negatif terhadap kebijakan dividen. Perusahaan yang memiliki
leverage yang tinggi akan membagikan dividen yang kecil kepada pemegang
saham. Perusahaan dalam membuat keputusan mengenai kebijakan dividen harus
mempertimbangkan dengan baik

ukuran dan cash flow yang dimiliki oleh

perusahaan tersebut.
Penelitian Rizqia (2013) dengan judul “Effect on Mangerial Ownership,
Financial Leverage, Profitability, Firm Size, and Investment Opportunity on
Dividend Policy and Firm Value”. Penelitian ini dilakukan pada semua
perusahaan manufaktur yang terdaftar pada Indonesian Stock Exchange pada
periode 2006-2011. Hasil penelitian menunjukkan managerial ownership,
leverage, profitabilitas, size, investment opportunity dan kebijakan dividen
berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan sedangkan managerial ownership,
investment opportunity berpengaruh negatif tidak siginfikan terhadap kebijakan
dividen dan size, profitabilitas, leverage tidak berpengaruh terhadap kebijakan
dividen. Perusahaan lebih suka untuk menggunakan dana yang tersedia di dalam
perusahaannya daripada melakukan hutang. Investor dalam melakukan investasi
lebih memperhatikan informasi mengenai kepemilikan manajerial, hutang,
profitabilitas, size dan investment opportunities yang dapat menentukan
kenaikkan nilai perusahaan.
Penelitian yang dilakukan oleh Sakir dan Al. Fadli (2014) dengan judul
“Influence of Managerial Ownership, Debt Policy, Profitability, Firm Size and
Free Cash Flow on Dividend Policy”. Hasil penelitian menunjukkan profitabilitas
dan cash flow berpengaruh positif terhadap kebijakan dividen sedangkan
managerial ownership, size, dan kebijakan hutang berpengaruh negatif terhadap

27

kebijakan dividen. Cash flow memiliki pengaruh yang lebih signifikan dalam
menentukan pembagian dividen kepada pemegang saham.
Penelitian selanjutnya yang dilakukan oleh Hong Vo dan Nguyem (2014)
dengan judul penelitian “Mangerial Ownership, Leverage, and Dividend Policies:
Empirical Evidence from Vietnam’s Listed Firm”. Penelitian dilakukan dengan
menggunakan 81 perusahaan yang terdaftar pada HCM City Stock Exchange
(HOSE) pada periode 2007-2012. Hasil penelitian terhadap managerial ownership
menunjukkan Cash flow, size dan growth berpengaruh positif terhadap managerial
ownership sedangkan leverage dan dividen berpengaruh negatif tidak signifikan
terhadap managerial ownership sementara hasil penelitian terhadap leverage
menunjukkan cash flow dan size berpengaruh positif terhadap leverage sedangkan
managerial ownership, dividen, likuiditas berpengaruh negatif terhadap leverage.
Perusahaan dengan kepemilikan manajerial yang besar akan memilih dividen
yang tinggi.
Penelitian Huda dan Abdullah (2014) dengan judul “Relationship between
Ownership Structure and Dividend Policy: Empirical Evidence from Chittagong
Stock Exchange”. Penelitian dilakukan pada perusahaan yang terdaftar di CSE-30
pada periode 2006-2010. Hasil penelitian menunjukkan profitabilitas dan
director’s ownership berpengaruh terhadap kebijakan dividen sedangkan leverage,
size dan institutional ownership berpengaruh negatif terhadap kebijakan dividen.
Dewan direksi dengan kekuasaan dan posisinya dapat mempengaruhi kebijakan
dividen perusahaan. Perusahaan dengan kepemilikan institusional memiliki
kecenderungan untuk membayar dividen yang rendah kepada pemegang saham

28

dan perusahaan dengan kemampuan profitabilitas yang tinggi akan membagikan
laba ditahan dalam jumlah yang besar sebagai dividen kepada pemegang saham.
Ringkasan hasil dari beberapa penelitian terdahulu dapat dilihat pada tabel
2.1 berikut ini:
Tabel 2.1 Review Peneliti Terdahulu
No.

1.

Peneliti
dan
Tahun
Anupam
Mehta
(2012)

Judul
Penelitian

Variabel

An Empirical
Analysis
of 1.
Determinants
of Dividend
PolicyEvidence from
the
UAE 1.
2.
Companies
3.
4.
5.

Dependen :
Dividend
Payout
Policy

Hasil Penelitian

1.

2.
Independen:
Profitability
Risk (PER),
Liquidity,
Leverage,
Size

3.

4.

2.

Fakhra
Factor
Malik et Influencing
al. (2013) Corporate
Dividend
Payout
Decisions of
Financial and
Non-Financial
Firm

1.

1.
2.
3.
4.
5.
6.

Dependen :
Dividend
Payout
Policy

1.

Independen:
Profitability
Liquidity,
Leverage,
Sales
Growth,
Size,
EPS

2.

Firm Size berpengaruh
positif
signifikan
terhadap
Dividend
Payout Ratio.
PER,
Profitability
(ROE)
berpengaruh
negatif
signifikan
terhadap
Dividend
Payout Ratio.
Profitability
(ROA,
EPS),
Leverage
berpengaruh
negatif
tidak signifikan terhadap
Dividend Payout Ratio.
Liquidity berpengaruh
positif tidak signifikan
terhadap
Dividend
Payout Ratio.
Liquidity, Size dan EPS
berpengaruh
positif
signifikan
terhadap
Dividend
Payout
Decision.
Leverage, Profitability,
Sales
Growth
berpengaruh
positif
tidak signifikan terhadap
Dividend
Payout
Decision.

29

3.

Sajid Gul The
et
al. Determinants
1
(2012)
of Corporate
Dividend
2
Policy:
An
Investigation
of
Pakistani
Banking
1.
Industry
2.

Dependen :
1.
Dividend
Payout Ratio,
Yield
of
Dividend

3.
4.
5.

3.

2.
Independen:
Firm Size,
Growth
Opportunities
Firm Risk,
Profitability
Leverage

4.

4.

S.
Franklin
John dan
K.
Muthusa
my (2010)

Leverage,
Growth
and
Profitability as
Determinants
of Dividend
Payout RatioEvidence from
Indian Paper
Industry

1.

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

5.

Seyed
Abbas
Hashemi
dan
Fatemeh
Zahra
Kashani
Zadeh
(2012)

The Impact of
Financial
Leverage,
Operating
Cash
Flow,
and Size of
Company on
the Dividend
Policy (Case
Study of Iran)

1.

1.
2.
3.

Dependen :
Dividend
Payout Ratio

1.

Independen:
Growth
Sales,
EPS,
2.
PER,
Market
to
3.
Book Value,
Cash Flow,
Leverage,
Liquidity,
Profitability
(ROA)
Dependen :
Dividend
Policy

1.

Independen:
Financial
Leverage,
Cash Flow,
Size

2.

Growth Opportunities,
Profitability dan Firm
Size berpengaruh positif
tidak signifikan terhadap
Dividend Payout Ratio
dan Yield of Dividend.
Firm Risk dan Leverage
berpengaruh
negatif
tidak signifikan terhadap
Yield of Dividend.
Firm Risk berpengaruh
negatif tidak signifikan
terhadap
Dividend
Payout Ratio.
Leverage berpengaruh
negatif
signifikan
terhadap
Dividend
Payout Ratio.
Growth Sales, EPS,
Market to Book Value,
Leverage,
Liquidity,
Profitability
berpengaruh
negatif
tidak signifikan terhadap
Dividend Payout Ratio.
PE berpengaruh negatif
signifikan
terhadap
Dividend Payout Ratio.
Cash Flow berpengaruh
positif tidak signifikan
terhadap
Dividend
Policy.

Cash flow dan Size
berpengaruh
positif
signifikan
terhadap
dividend policy.
Financial
leverage
berpengaruh
negatif
signifikan
terhadap
dividend policy.

30

6.

Dwita
Ayu
Rizqia
(2013)

Effect
on
Managerial
Ownership,
Financial
Leverage,
Profitability,
Firm Size, and
Investment
Opportunity
on Dividend
Policy
and
Firm Value

1.
2.

1.
2.
3.
4.
5.

7.

A. Sakir
dan
Muhamm
ad
Al.
Fadli
(2014)

Influence of
Managerial
Ownership,
Debt Policy,
Profitability,Fi
rm Size, and
Free
Cash
Flow
on
Dividend
Policy

1.

1.
2.
3.
4.
5.

8.

Nusrat
Huda dan
Mohamm
ad
Nayeem
Abdullah
(2014)

Relationship
between
Ownership
Structure and
Dividend
Policy:
Empirical
Evidence from
Chittagong
Stock
Exchange

1.

Dependen :
Dividend
Policy,
Firm Value

1.

Independen:
Managerial
Ownership,
Financial
Leverage,
Profitability
(ROA),
Firm Size,
Investment
Opportunity

2.

Dependen :
Dividend
Policy

1.

3.

2.
Independen:
Managerial
Ownership,
Debt Policy,
Profitability
3,
(ROA),
Firm Size,
Free
Cash
Flow
4.

Dependen :
Dividend
Policy

1.

Independen:
1.
2.
3.
4.

5.

Director’s
Ownership,
Institutional
Ownership,
Firm Size,
Profitability
(ROE),
Leverage

2.

3.

Managerial Ownership,
Investment Opportunity
berpengaruh
negatif
signifikan
terhadap
Dividend Policy.
Managerial Ownership,
Financial
Leverage,
Profitability, Firm Size,
Investment Opportunity,
Dividend
Policy
berpengaruh
positif
signifikan terhadap Firm
Value.
Financial
Leverage,
Profitability, Firm Size
tidak
berpengaruh
tehadap
Dividend
Policy.
Managerial Ownership
berpengaruh
negatif
signifikan
terhadap
Dividend Policy.
Debt Policy (DER),
Firm Size berpengaruh
negatif tidak signifikan
terhadap
Dividend
Policy.
Profitability
berpengaruh
positif
tidak signifikan terhadap
Dividend Policy.
Free
Cash
Flow
berpengaruh
positif
signifikan
terhadap
Dividen Policy.
Director’s Ownership,
ROE
berpengaruh
positif tidak signifikan
terhadap Dividend Per
Share.
Institutional Ownership,
Firm Size berpengaruh
negatif tidak signifikan
terhadap Dividend Per
Share.
Leverage berpengaruh
negatif
signifikan
terhadap Dividend Per
Share.

31

9.

Duc
Hong Vo
dan Van
Thanyen
Nguyem
(2014)

Managerial
Ownership,
Leverage,
and Dividend
Policies
:
Empirical
Evidence
from
Vietnam’s
Listed Firm

Dependen:
1. Managerial
Ownership,
2. Leverage,
3. Dividend
Policy

1.

Independen:
1. Cash Flow,
2. Liquidity,
3. Growth
Sales,
4. Profitability
5. Fixed
Assets,
6. Firm Size

3.

2.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

Leverage dan Dividend
berpengaruh
negatif
tidak signifikan terhadap
Managerial Ownership.
Cash Flow, Firm Size
berpengaruh
positif
signifikan
terhadap
Managerial Ownership.
Growth
berpengaruh
positif tidak signifikan
terhadap
Managerial
Ownership.
Managerial Ownership,
Dividend,
Liquidity
berpengaruh
negatif
signifikan
terhadap
Leverage.
Free Cash Flow dan Size
berpengaruh
positif
signifikan
terhadap
Leverage.
Leverage berpengaruh
negatif
signifikan
terhadap Dividend.
Fixed Asset (TANG)
berpengaruh
negatif
signifikan
terhadap
Dividend.
Profitability
(ROA),
Managerial Ownership
berpengaruh
positif
signifikan
terhadap
Dividend.
Growth
Sales
berpengaruh
negatif
tidak signifikan terhadap
Dividend.