Rencana Pembangunan dan Rencana Kerja Pemerintah BAB III

BAB III
RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH
DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

3.1 Arah Kebijakan Ekonomi Daerah
Pada   Tahun   2015,  Provinsi   Sulawesi   Tengah   telah   memasuki
tahun keempat pembangunan sesuai dengan RPJMD Provinsi Sulawesi
Tengah Tahun 2011­2016 yang merupakan tahap perwujudan Sulawesi
Tengah   Sejajar   dengan   Provinsi   Maju   di   Kawasan   Timur   Indonesia
dalam Pengembangan Agribisnis Kelautan melalui Peningkatan Kualitas
Sumberdaya   Manusia   yang   Berdaya   Saing   pada   Tahun   2020.   Fokus
pembangunan   Sulawesi   Tengah   diarahkan   pada   8   (delapan)   prioritas
daerah yaitu:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.


Pendidikan dan Kesehatan;
Pengentasan Kemiskinan;
Revitalisasi pertanian, kehutanan perikanan  dan kelautan;
Iklim investasi dan iklim usaha;
Peningkatan infrastruktur dan energi;
Reformasi birokrasi, tata kelola; 
Pembangunan hukum dan ketertiban;
Lingkungan hidup dan pengelolaan bencana.
Dalam   rangka   perwujudan   implementasi   8   (delapan)   prioritas

tersebut,   maka   arah   kebijakan   ekonomi   daerah  Tahun  2015   akan
melanjutkan   arah   kebijakan   ekonomi   tahun   sebelumnya   yang
diarahkan pada:
a. Peningkatan   pertumbuhan   ekonomi   daerah   yang   lebih   berkualitas
dan   berkesinambungan   dengan   memperkuat   daya   tahan   ekonomi
yang   didukung   oleh   penguatan  sektor   agribisnis   dan   kelautan
sebagai sumberdaya alam yang terbarukan melalui pemilihan potensi
komoditas   unggulan   sebagai   basis   pengembangan   wilayah   untuk
meningkatkan daya saing daerah;

b. Peningkatan  kemampuan  perekonomian  daerah dengan penciptaan
lapangan   kerja   melalui   peningkatkan   keterampilan   tenaga   kerja,
52

peningkatan   akses   masyarakat   miskin   terhadap   pelayanan   dasar,
dan   optimalisasi  penggunaan   belanja   daerah   yang   diprioritaskan
untuk belanja langsung ke masyarakat  serta belanja lainnya dalam
program penanggulangan kemiskinan;
c. Peningkatan investasi daerah untuk memperluas kesempatan kerja
dan   berusaha   sehingga   pada   gilirannya   mampu   meningkatkan
pendapatan   perkapita.   Upaya   meningkatkan   investasi   daerah
dilakukan   dengan   penciptaan   iklim   investasi   yang   kondusif   bagi
dunia   usaha,   baik   skala   usaha   kecil,   menengah   maupun   besar
melalui   penyediaan   informasi   potensi   daerah,   penyederhanaan
perijinan   dan   pelaksanaan   pelayanan   terpadu   satu   pintu,
membangun   prasarana   penunjang,   melindungi   kepastian   hukum
dan penyediaan tenaga kerja di daerah;
d. Peningkatan   pemerataan   distribusi   pendapatan   melalui   percepatan
pertumbuhan ekonomi di perdesaan dan penciptaan keseimbangan
pembangunan di setiap wilayah;

e. Percepatan   pembangunan   infrastruktur   untuk   mendukung
percepatan   pembangunan   ekonomi   maupun   peningkatan   kualitas
kehidupan masyarakat sekaligus untuk meningkatkan aksesibilitas
guna   memperlancar   aliran   investasi   dan   produksi   dalam   rangka
menciptakan   keterkaitan   ekonomi   antar   wilayah   dengan   tetap
memperhatikan   aspek   berkelanjutan   dan   berwawasan   lingkungan.
Pembangunan   infrastruktur   khususnya   jalan   diharapkan   dapat
memperlancar jalur distribusi barang dan jasa ke berbagai wilayah
yang pada akhirnya akan dapat menekan laju inflasi.
Telaah/analisis   terhadap   aspek   makro   ekonomi 

dapat

menunjukkan   seberapa   jauh   keberhasilan   pembangunan   ekonomi   di
suatu  daerah.   Beberapa   indikator   yang   digunakan   dalam   analisis
antara lain pertumbuhan ekonomi yang tercermin dalam pertumbuhan
Produk   Domestik   Regional   Bruto  (PDRB)   baik   dari   sisi   produksi
maupun   pengeluaran,   struktur   ekonomi   daerah   dan  perkembangan
nilai investasinya.  Disamping   itu  untuk  mengetahui kondisi   stabilitas
perekonomian daerah digunakan perkembangan laju inflasi.

53

Mulai tahun 2015, Badan Pusat Statistik (BPS) akan melakukan
perubahan   tahun   dasar   Produk   Domestik   Bruto   (PDB)   tahun   2010.
Perubahan ini akan diberlakukan pada tahun depan karena selama ini
BPS menggunakan acuan tahun dasar 2000.  Perubahan tahun dasar
yang   menggunakan   tahun   2010   sebagai   acuan   dikarenakan   kondisi
perekonomian Indonesia pada tahun tersebut relatif stabil. Selain itu,
terjadi   perubahan   struktur   ekonomi   selama   sepuluh   tahun   terakhir,
terutama di bidang teknologi dan informasi. Selain itu perubahan tahun
dasar juga berdasarkan rekomendasi PBB untuk mengadopsi System of
National Accounts  (SNA) 2008 lewat penyusunan kerangka  Supply and
Use   Tablets  (SUT).   Perubahan   tahun   dasar   tersebut   bertujuan   untuk
menjaga   konsistensi   antara   pendekatan   PDB   dan   implikasi
memperkecil perbedaan antara PDB nasional dan PDRB.
Pada tahun 2010,  terdapat penambahan klasifikasi pada PDRB
menurut   lapangan   usaha.   Bila   pada   tahun   dasar   2000,   terdapat
sembilan   sektor   lapangan   usaha,   maka   total   lapangan   usaha
bertambah menjadi 17 sektor dengan menggunakan tahun dasar 2010.
Ketujuhbelas   sektor   tersebut   yaitu   Pertanian,   Kehutanan   dan

Perikanan;   Pertambangan   dan   Penggalian;   Industri   Pengolahan;
Pengadaan   Listrik   dan   Gas;   Pengadaan   Air,   Pengolahan   Sampah,
Limbah  dan   Daur   Ulang;   Konstruksi;   Perdagangan  Besar   dan  Eceran
serta Reparasi Mobil dan Sepeda Motor; Transportasi dan Pergudangan;
Penyedia   Akomodasi   Makan   dan   Minum;   Informasi   dan   Komunikasi;
Jasa   Keuangan   dan   Asuransi,   Real   Estate;   Jasa   Perusahaan;
Administrasi   Pemerintahan,   Pertahanan   dan   Jaminan   Sosial   Wajib;
Jasa Pendidikan; serta Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial. Sementara
itu   dari   sisi   pengeluaran,   terdapat   penambahan   satu   klasifikasi
pengeluaran yaitu konsumsi lembaga non profit rumah tangga (LNPRT).
a. Kondisi Ekonomi Hingga Tahun 2014
Perekonomian Sulawesi Tengah tahun 2014 tumbuh sebesar 5,11
persen.   Pertumbuhan   terjadi   pada   seluruh   sektor   kecuali   sektor
54

Pertambangan dan Penggalian. Secara sektoral struktur perekonomian
Sulawesi   Tengah   tahun   2014   masih   didominasi   oleh   tiga   lapangan
usaha   utama   yaitu:   Pertanian,   Kehutanan,   dan   Perikanan   (34,37
persen); Konstruksi (13,59 persen) dan   Pertambangan  dan Penggalian
(9,69   persen).   Bila   dilihat   dari   penciptaan   sumber   pertumbuhan

ekonomi   Sulawesi   Tengah   tahun   2014,   Konstruksi   memiliki   sumber
pertumbuhan   tertinggi   sebesar   2,62   persen,   diikuti   Pertanian,
Kehutanan,   Perikanan   sebesar   2,30   persen;   dan   Perdagangan   Besar
dan   Eceran,   Reparasi   Mobil   dan   Sepeda   Motor   sebesar   0,95   persen.
Sektor   Pertambangan   dan   Penggalian   yang   pada   tahun   2013   lalu
memberikan   kontribusi   yang   cukup   besar   terhadap   pembentukan
PDRB, pada tahun 2014 mengalami penurunan yang cukup signifikan
menyusul   diberlakukannya   regulasi   pelarangan   ekspor   tambang
mentah pada awal 2014. 
Seperti halnya pada PDRB  menurut lapangan usaha,  PDRB  dari
sisi pengeluaran juga mengalami  perubahan struktural.  Apabila dalam
beberapa   tahun   terakhir,   sumber   pertumbuhan   ekonomi   didominasi
oleh   konsumsi,   investasi   dan   ekspor,   maka   pada   tahun   2014
pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tengah terutama hanya ditopang oleh
investasi   dan  konsumsi.   Komponen  investasi   (Pembentukan   Modal
Tetap Bruto) memberikan kontribusi terbesar yaitu sebesar 8,03 persen,
diikuti  oleh komponen  Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga  sebesar
3,63 persen.  
Selama   Januari­Desember   2014,   total   nilai   ekspor   Sulawesi
Tengah   tercatat   US$   80,59   juta   atau   turun   US$   216,55   juta   (72,88

persen) dibandingkan periode yang sama tahun 2013 yang sebesar US$
297,14   juta.   Kinerja   ekspor   tahun   2014   menunjukkan   bergesernya
dominasi   bijih   kerak   dan   abu   logam   serta   kakao   sebagai   komoditas
utama ekspor Sulawesi Tengah. Kelompok minyak mentah merupakan
kelompok   komoditas   ekspor   paling   dominan   senilai   US$   35,02   juta
(43,45 persen), disusul bijih, kerak, dan abu logam senilai US$ 19,34
55

juta (24,00 persen), lemak dan minyak hewani/nabati senilai US$ 16,20
juta (20,10 persen), kayu dan barang dari kayu senilai US$ 3,42 juta
(4,24 persen), ikan dan udang senilai US$ 2,48 juta (3,08 persen), serta
kakao/coklat senilai US$ 1,64 juta (2,03 persen). 
Penurunan yang paling tajam terjadi pada ekspor bijih kerak dan
abu   logam   serta   kakao.   Konsekuensi   diterbitkannya   Peraturan
Pemerintah   Nomor   1   Tahun   2014   tentang   Larangan   Ekspor   Mineral
Mentah yang merupakan revisi Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun
2010 dan menjadi dasar pelaksanaan Undang­Undang Nomor 4 Tahun
2009  tentang  Mineral dan Batu  Bara  menyebabkan  nilai ekspor   bijih
kerak dan abu logam Sulawesi Tengah Tahun 2014 hanya sebesar US$
19,34 juta atau mengalami penurunan sebesar US$ 201,58 juta (91,24

persen)   dibandingkan   tahun   2013   yang   sebesar   US$   220,92   juta.
Sementara   ekspor   kakao  juga   mengalami   penurunan   tajam  dimana
pada   tahun   2014   ekspor   kakao   Sulawesi   Tengah   hanya   sebesar   US$
1,64 juta,  turun sebesar US$ 44,56 juta (96,45 persen) dibandingkan
ekspor   tahun   2013   yang   sebesar   US$   46,20   juta.  Penurunan   ekspor
kakao Sulawesi Tengah disebabkan produksi kakao yang ada tidak lagi
difokuskan   untuk   ekspor   melainkan   untuk   memenuhi   pasar   dalam
negeri   seiring   dengan   pembangunan   pabrik   pengolahan   biji   kakao   di
dalam negeri.
Dalam   sisi   investasi,   Sulawesi   Tengah   mencatat   prestasi   yang
menggembirakan   dengan   total   capaian   realisasi   investasi   sebesar   Rp.
16,105 triliun yang terdiri dari Penanaman Modal Asing (PMA) sebesar
Rp.95,8 miliar dan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) sebesar Rp.
16,201  triliun  dengan rincian investasi pada sektor pertanian sebesar
Rp…….,   sektor   pertambangan   Rp…….,   sektor   jasa   Rp……  Capaian
tersebut   menjadikan  Sulawesi   Tengah   sebagai   provinsi   dengan
realisasi investasi tertinggi di Sulawesi, urutan kedua di Kawasan
Timur Indonesia dan urutan keenam nasional setelah Provinsi Jawa
Barat,   DKI   Jakarta,   Jawa   Timur,   Kalimantan   Timur   dan   Banten.
56


Prestasi   ini   lebih   baik   dibandingkan   tahun   2013   dimana   secara
nasional Sulawesi Tengah berada di urutan keduabelas.
Grafik 3.1
Realisasi PMA dan PMDN
di Kawasan Timur Indonesia
Tahun 2014 (Rp. Milyar) 

Grafik 3.2
Realisasi PMA dan PMDN
Secara nasional Tahun 2014
(Rp. Triliun)

Sumber: Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu Daerah
  Provinsi Sulawesi Tengah (2014).

Dengan menggunakan tahun dasar 2010, PDRB per kapita yang
yang mencerminkan tingkat produktivitas tiap penduduk menunjukkan
adanya peningkatan yaitu dari Rp. 28,66 juta rupaih pada tahun 2013
menjadi Rp. 31,88 juta. 

Konsekuensi   pertumbuhan   ekonomi   adalah   inflasi.   Inflasi   Kota
Palu sebesar 2,86 persen selama Desember 2014, merupakan capaian
inflasi tertinggi selama  tahun 2014.  Sementara  itu, laju inflasi tahun
kalender dan laju inflasi year on year tahun 2014 sebesar 8,85 persen.
Laju inflasi tahun 2014 menjadi yang tertinggi dibandingkan dua tahun
sebelumnya   dimana   laju  inflasi  tahun   2013   sebesar   7,57   persen   dan
tahun   2012   sebesar   5,87   persen.   Tingginya   angka   inflasi   pada
penghujung   tahun   tersebut   disebabkan   oleh   kenaikan   harga   Bahan
bakar Minyak (BBM), perayaan hari keagamaan serta kenaikan harga
komoditas hortikultura. Sejumlah upaya telah dilakukan dalam rangka
pengendalian   inflasi,   salah   satu   diantaranya   adalah   melalui
57

pembentukan Tim Penanggulangan Inflasi Daerah (TPID). Selain TPID di
tingkat   Provinsi   Sulawesi   Tengah,   sampai   dengan   tahun   2014   telah
terbentuk   6   TPID   yaitu   TPID   Kota   Palu   serta   5   TPID   lainnya   di   lima
kabupaten   yaitu   Kabupaten     Banggai,   Kabupaten   Tolitoli,   Kabupaten
Morowali, Kabupaten Morowali Utara dan Kabupaten Poso.
Upaya   penanggulangan   kemiskinan   di   Sulawesi   Tengah   terus
menunjukkan hasil yang positif. Pada tahun 2014 tingkat kemiskinan

dapat   ditekan   menjadi   13,61   persen   yang   berasal   dari   penurunan
kemiskinan dari 14,32 persen (400.410 jiwa) pada tahun 2013 menjadi
13,61   persen   (387.060   jiwa)  pada   tahun  2014   atau   dengan   kata   lain
tingkat   kemiskinan   mengalami   penurunan   sebesar   0,71   persen.
Meskipun   demikian   tingkat   kemiskinan   Sulawesi   Tengah   masih   lebih
tinggi   dari   tingkat   kemiskinan   nasional   dan   untuk   regional   Sulawesi
menempati   urutan   kedua   tertinggi   setelah   Provinsi   Gorontalo.
Sementara itu hingga triwulan I tahun 2014 indeks gini menunjukkan
penurunan yaitu dari 0,407 pada tahun 2013 menjadi 0,37 pada tahun
2014. Walaupun masih lebih rendah dibandingkan indeks gini nasional
yang   sebesar   0,413,   namun   hal   tersebut   terus   menjadi   perhatian
mengingat   pertumbuhan   ekonomi   menjadi   kurang   berarti   ketika
pemerataan belum terwujud. 
Nilai Tukar Petani (NTP) sebagai indikator untuk melihat tingkat
kemampuan   atau   daya   beli   petani   di   pedesaan   selama   tahun   2014
berfluktuasi   tiap   bulannya   namun   secara   keseluruhan   rata­rata   NTP
Provinsi   Sulawesi   Tengah   berada   diatas   angka   100   yaitu   102,18.
Capaian NTP tersebut  lebih baik dibandingkan rata­rata capaian NTP
tahun 2013 seiring dengan perubahan acuan tahun dasar dari tahun
2007   menjadi   tahun   2012.   Seperti   tahun­tahun   sebelumnya,   NTP
Tanaman   Pangan   masih   merupakan   yang   terendah   dengan   capaian
selalu   berada   dibawah   angka   100.   Berbagai   upaya   perlu   terus
dilakukan   untuk   meningkatkan   indeks   yang   diterima   petani   dan
mengefisienkan   indeks   yang   dibayar   petani.   Khusus   untuk   tanaman
58

pangan,   upaya   mengefisienkan   indeks   yang   dibayar   petani   dapat
dilakukan   dengan   penyaluran   pupuk   dan   benih   tepat   waktu   yang
disesuaikan   dengan   jadwal   tanam   petani,   selain   itu   perlu   pula
penambahan jalan usaha tani guna mengurangi biaya transportasi hasil
panen.
Pembangunan   Sumber   Daya   Manusia   yang   ditunjukkan   oleh
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) menunjukkan adanya peningkatan
dibandingkan   tahun   sebelumnya.   Pada   tahun   2013   peringkat   IPM
Sulawesi   Tengah   berada   pada   posisi   22   dengan   nilai   sebesar   72,14.
Nilai   IPM   tersebut   kemudian   naik   menjadi   72,54   pada   tahun   2014
namun   posisi   Sulawesi   Tengah   turun   pada   posisi   23   seiring   dengan
munculnya Provinsi Kalimantan Utara. Kendati mengalami peningkatan
IPM   Provinsi   Sulawesi   Tengah   masih   dibawah   angka   nasional   yang
sebesar 73,81.
Dalam bidang ketenagakerjaan, dalam satu tahun terakhir kondisi
ketenagakerjaan   di   Sulawesi   Tengah   menunjukkan   hasil   positif   yang
ditandai   dengan   penurunan   Tingkat   Pengangguran   Terbuka   (TPT)
menjadi  3,68   persen   pada  tahun  2014   setelah  pada  tahun  2013   TPT
Sulawesi Tengah tercatat sebesar 4,19 persen. Hal yang perlu menjadi
catatan adalah bahwa dari 1.342.615 orang angkatan kerja pada tahun
2014, TPT terendah justru terjadi pada tingkat pendidikan SD ke bawah
dan   SMP   dengan   TPT   masing­masing   sebesar   1,88   persen   dan   2,94
persen, sementara TPT tertinggi berada pada kelompok angkatan kerja
dengan tingkat pendidikan SMA Kejuruan sebesar 8,90 persen diikuti
SMA   sebesar   6,40   persen   dan   Universitas   sebesar   6,08   persen.   Oleh
karena   itu   diperlukan   upaya­upaya   pemerintah   untuk   mendorong
masyarakat agar kreatif dalam menciptakan lapangan kerja serta fokus
dalam   meningkatkan   kompetensi   tenaga   kerja   agar   sesuai   dengan
kebutuhan pasar kerja yang ada.
b. Perkiraan tahun 2015
59

Dari uraian perkembangan ekonomi makro sampai Tahun 2014 diatas,
dalam   masa   perlambatan   pertumbuhan   ekonomi   nasional,
pertumbuhan   ekonomi   Provinsi   Sulawesi   Tengah   pada   Tahun   2015
diprediksi  akan  membaik pada  kisaran  9­10  persen,   dengan asumsi­
asumsi :
a. Kinerja sektor perdagangan, hotel dan restoran  terus menunjukkan
trend positif  seiring  dengan penyelesaian konstruksi beberapa hotel
baru di Kota Palu. Pemberlakuan Larangan PNS berkegiatan di hotel
yang   diatur   dalam   surat   edaran   Menteri   Pendayagunaan   Aparatur
Negara   dan   Reformasi   Birokrasi   Nomor   11   Tahun   2014  yang
melarang  seluruh jajaran aparatur sipil negara dilarang melakukan
kegiatan   penyelenggaraan   pemerintahan   di   luar   instansi
pemerintahan  memang sempat mempengaruhi tingkat hunian hotel
yang juga berdampak pada pengurangan sebagian karyawan hotel.
Namun   seiring   dengan   dicabutnya   surat   edaran   tersebut,   tingkat
hunian hotel berangsur­angsur meningkat;  
b. Subsektor   perikanan   akan   mengalami   pertumbuhan   positif
mengingat   besarnya   dukungan   pemerintah   terhadap   sektor
kemaritiman   serta   besarnya   potensi   sektor   kelautan   Sulawesi
Tengah.   Selain   itu   pada   tahun   2015,   Kementerian   Kelautan   dan
Perikanan   menetapkan   Provinsi   Sulawesi   Tengah   sebagai   daerah
percontohan   Sistem   Logistik   Ikan   Nasional   (SLIN).   Pengembangan
SLIN yang berbasis di pelabuhan perikanan diharapkan menciptakan
stabilitas harga di tingkat nelayan maupun konsumen dan sekaligus
dapat menekan laju inflasi serta membuka peluang pengembangan
industri   olahan.   Potensi   pengembangan   sektor   kelautan   dan
perikanan   di   Sulawesi   Tengah   sangat   besar   mengingat   Sulawesi
Tengah sebagai satu­satunya provinsi yang memiliki empat Wilayah
Pengelolaan   Perikanan  (WPP)   yaitu   WPP­RI   713   di   Selat   Makassar,
WPP­RI 714 di Teluk Tolo, WPP­RI 715 di teluk Tomini serta WPP 716
di Laut Sulawesi.     
60

c. Sektor   pertanian   akan   terus   digenjot   produktivitasnya   khususnya
produksi   padi,   jagung   dan   kedelai   dalam   mendukung   program
Swasembada   Pangan   Indonesia   pada   tahun   2017   guna   menjamin
kedaulatan   pangan   nasional.   Upaya   tersebut   dituangkan   dalam
penandatanganan MoU (nota kesepahaman) antara Dinas Pertanian
kabupaten/kota   dengan   Kodim   se­Sulawesi   Tengah   dalam
Pemantapan Upaya Khusus Peningkatan Produksi Padi, Jagung dan
Kedelai   (Pajala)   di   Sulawesi   Tengah   pada  tanggal   23  Januari   lalu.
Untuk mewujudkan hal tersebut masalah ketimpangan infrastruktur
seperti jalan dan irigasi yang menjadi wewenang pemerintah pusat
dan  daerah  harus   diperhatikan.   Selain  itu   perlu   juga   diperhatikan
jadwal   tanam,   serta   penggunaan   benih,   pupuk   dan   pestisida.
Sulawesi   Tengah   sendiri   ditargetkan   oleh   Kementerian   Pertanian
sebagai daerah pertama yang mengekspor komoditas Pajala tersebut
d.

dalam program kedaulatan pangan tahun 2017.
Sektor   konstruksi   akan   terus   tumbuh   yang   dipengaruhi   oleh
lanjutan   pembangunan   Bandara   Mutiara   Sis   Aljufri,   Bandara
Tanjung Api di Tojo Una Una, Bandara Syukuran Aminuddin Amir
Luwuk,   Pelabuhan   Pantoloan,   serta   pembangunan   rukan  di   Kota
Palu.   Terhitung   mulai   April   2015,   Bandara   Tanjung   Api   telah
melayani penerbangan perintis oleh maskapai Aviastar dengan rute
penerbangan Ampana­Luwuk, Ampana­Palu dan Ampana­Gorontalo.
Pada   Juni   2015   direncanakan   maskapai   Garuda   Indonesia   akan
melayani rute penerbangan Palu­Ampana­Gorontalo­Manado dengan

e.

menggunakan pesawat ATR 72­500.
Investasi   akan   semakin   meningkat   terutama   dalam   sektor
pertambangan,   minyak   dan   gas   bumi   serta   industri   pengolahan.
Meningkatnya investasi juga akan dipengaruhi oleh masuknya listrik
yang   berasal   dari   PLTA   Sulewana   apada   awal   tahun   2015   ini.
Momentum peningkatan investasi tersebut harus terus dijaga dengan
menciptakan   iklim   investasi   yang   kondusif   melalui   peningkatan

61

efisiensi   perizinan   dan   pelayanan   investasi   serta   penyelesaian
f.

bottleneck infrastruktur. 
Kinerja   sektor   pertambangan   dan   penggalian   diharapkan   akan
membaik seiring diresmikannya fasilitas kilang gas alam cair (LNG)
Donggi   Senoro   pada   Oktober   tahun   lalu.   Kilang   gas   alam   cair
keempat   di   Indonesia   tersebut   diperkirakan   berproduksi   penuh
tahun 2015. Sementara itu pembangunan tahap I pabrik pengolahan
dan pemurnian nikel (smelter) di Kawasan Industri Morowali dengan
kapasitas   300.000   ton   dan   pembangkit   listrik   tenaga   batu   bara
berkapasitas   2   kali   65  megawatt  diperkirakan  beroperasi  secara
komersial pada April 2015. Selanjutnya pembangunan smelter tahap
II  dengan   kapasitas   600.000   ton   dan   PLTU   kapasitas   2   kali   150
megawatt  diperkirakan  akan selesai  pada  Desember 2015.  Kawasan
industri   Morowali   merupakan   perusahaan   patungan   Bintang

g.

Delapan Group dan Tsingshan Group asal Tiongkok.
Tingkat  kemiskinan  diharapkan dapat terus ditekan salah satunya
melalui implementasi Program Terpadu Penanggulangan Kemiskinan
Berbasis   Bedah   Kampung   (PTPK­BBK)   yang  launching  nya   telah
dilaksanakan oleh Gubernur Sulawesi Tengah pada akhir tahun lalu.
Program ini tidak hanya ditujukan pada pembangunan fisik, tetapi
juga untuk pemberdayaan dalam bentuk peningkatan sumber daya
manusia   dan   pemberian   modal.   Pada   tahap   awal   terdapat   lima
kabupaten   yang   menjadi   sasaran   yaitu   Parigi   Moutong,   Donggala,
Banggai,   Poso   dan   Tojo   Una­Una.   Total   dana   yang   dikucurkan
sebanyak   Rp.   38,9   milyar  untuk  203  desa  pada  lima   kabupaten
tersebut.   Untuk  tahap  selanjutnya   pada   tahun   2015   dana   sebesar
Rp.   40   milyar   akan   dikucurkan   untuk   implementasi   PTPK­BBK
Tahap II di 8 kabupaten/kota lainnya. Secara keseluruhan melalui
sinergitas program/kegiatan antar sektor dan antar daerah, tingkat
kemiskinan di Sulawesi Tengah ditargetkan akan dapat ditekan pada
angka 12 ­14 persen.
h. Fluktuasi   harga   minyak   mentah   dunia   menyebabkan   pemerintah
mengeluarkan   kebijakan   untuk   menyesuaikan   harga   bahan   bakar
62

minyak (BBM) sesuai harga keekonomiannya sehingga hal tersebut
akan   memicu   meningkatnya   inflasi.  Mengingat   peranan   BBM
sebagai   komoditi   pokok,   sehingga   kenaikan   sedikit   saja   akan
membawa ”efek domino” ke sektor­sektor lain terutama industri dan
transportasi yang selanjutnya akan mempengaruhi harga barang dan
jasa.   Selain   dari   komponen  administered   prices  tersebut,   resiko
meningkatnya   inflasi   pada   tahun   2015   juga   masih   berasal   dari
volatile   food  yang   terjadi   sebagai   akibat   faktor   cuaca   maupun
penurunan produksi. Dengan demikian peran TPID Provinsi maupun
TPID   Kabupaten  dalam  menjaga   keterjangkauan   barang   dan   jasa
sangat diperlukan.
i. Event  Sail   Tomini   2015  yang   akan   dilaksanakan   pada   September
2015 diharapkan tidak hanya menjadi kegiatan seremonial semata,
tetapi   lebih   jauh   diharapkan   mampu   menciptakan  multiplier   effect
bagi   pengembangan   ekonomi   masyarakat   khususnya   di   bidang
pariwisata.   Event   ini   sekaligus   dapat   dijadikan   ajang   untuk
mempromosikan   ikon­ikon   pariwisata   di   Sulawesi   Tengah   seperti
Kepulauan   Togean   dalam   lingkup   nasional   maupun   internasional
yang selama ini minim diekspos oleh media.  
3.1.2

Tantangan   dan   Prospek  Perekonomian   Daerah  Tahun   2016

dan Tahun 2017
a. Tantangan Perekonomian Daerah Tahun 2016­2017
1. Pertumbuhan   ekonomi   yang   tinggi   akan   berkualitas   jika
diiringi   dengan   pemerataan   dan   meningkatnya
kesejahteraan   masyarakat.   Meningkatnya   ketimpangan
individu   yang   ditandai   dengan   meningkatnya   indeks   gini
dapat   memicu   timbulnya   konflik   sosial   dalam   masyarakat.
PDRB   per  kapita  yang   meningkat   bukan  merupakan   satu­
satunya   indikator   peningkatan   kesejahteraan   masyarakat,
tetapi   juga   adanya   pemerataan   pertumbuhan   ekonomi     di
semua   sektor.   Pemerataan   pertumbuhan   di   semua   sektor
menunjukkan   adanya   perkembangan   mata   rantai
63

perekonomian   di   masyarakat.   Sehingga   bila   kondisi   ini
terwujud maka   output perkapita masyarakat dapat benar­
benar   meningkat   secara   riil   yang   turut   mempengaruhi
naiknya daya beli masyarakat. 
2. Kondisi   sosial   politik   pada   pelaksnaan   Pemilihan   Kepala
Daerah   (Pilkada)   serentak   di   Indonesia   termasuk   pula   9
kabupaten   di   Sulawesi   Tengah   yang   diskenariokan   akan
dilaksanakan   pada   tahun   2016   diharapkan   dalam   situasi
kondusif   guna   menjamin   stabilitas   iklim   ekonomi   di
Sulawesi Tengah; 
3. Penerapan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) mulai akhir
tahun   2015   akan   menimbulkan   konsekuensi     terjadinya
arus barang, jasa, investasi dan tenaga terampil yang bebas
serta   aliran   modal   yang   lebih   bebas.   Masuknya   investasi
asing   dapat   menjadi   stimulan   bagi   pertumbuhan   ekonomi
melalui perkembangan teknologi, penciptaan lapangan kerja,
pengembangan   sumber   daya   manusia   (human   capital)   dan
akses   yang   lebih   mudah   kepada   pasar   dunia.  Tantangan
yang   kemudian   muncul   adalah  kondisi   tersebut   akan
beresiko   menimbulkan   eksploitasi   besar­besaran   terhadap
sumber   daya   alam   di   Sulawesi   Tengah   yang   melimpah
sehingga kemudian juga mengancam kelestarian ekosistem.
Kondisi tersebut  akan diperburuk apabila regulasi investasi
yang ada belum mampu menjamin kelestarian sumber daya
alam   dan   lingkungan   sebagain   akibat   aktivitas   investasi
tersebut. Dari sisi ketenagakerjaan, implementasi MEA akan
menambah jumlah lapangan kerja  di dalam negeri  dimana
sehingga kesempatan kerja yang ada terbuka lebar dengan
berbagai   kebutuhan   keahlian   yang   beragam.   Selain   itu
pencari   kerja   dapat   dengan   mudah   mencari   pekerjaan   di
luar negeri, sebaliknya pencari kerja dari luar negeri dapat
dengan   mudah   masuk   ke   Indonesia.   Kondisi   tersebut
64

menuntut pencari kerja di Indonesia khususnya di Sulawesi
Tengah untuk dapat meningkatkan kualitas pendidikan dan
produktivitasnya.   Hal   ini   dikarenakan  daya   saing   tenaga
kerja yang kita miliki dari sisi pendidikan dan produktivitas
Indonesia   masih   kalah  dibandingkan  tenaga   kerja   yang
berasal   dari   Malaysia,   Singapura,   dan   Thailand.
Pengoptimalan sekolah­sekolah kejuruan serta Balai Latihan
Kerja   (BLK)   mutlak   diperlukan.   Selain   itu   penguasaan
bahasa   asing   oleh   para   pencari   kerja   menjadi   syarat   yang
juga harus dipenuhi.
4. Kondisi   wilayah   geografis   Sulawesi   Tengah   yang   luas   dan
tidak   meratanya  penyebaran  penduduk   terutama   pada
daerah–daerah  wilayah  perdesaan,  daerah perdalaman  dan
terpencil   sekaligus   sebagian   dari   penyebab   terjadinya
kesenjangan   pembangunan   dan   belum   memadainya
aksesibilitas dan jangkauan pelayanan terhadap sarana dan
prasarana   infrastruktur   antar   daerah   seperti   transportasi,
irigasi,   perumahan   dan   permukiman,   telekomunikasi   serta
kelistrikan.
b. Prospek Perekonomian Daerah Tahun 2016­2017
1. Pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Palu  akan
merangsang tumbuhnya sektor industri dari investasi asing.
Implikasinya   adalah   meningkatnya   pertumbuhan   industri
dan   jasa   pendukung   seperti  packaging  (pengemasan),
printing  (percetakan)  dan  forwarding  (ekspedisi),   serta   jasa
boga, transportasi, pemondokan, hiburan, perumahan, dan
jasa­jasa   perkotaan   lainnya.   Berkembangnya   industri   dan
jasa pendukung tersebut akan menciptakan lapangan kerja
signifikan   bagi   masyarakat   di   sekitar   KEK.   Dengan
demikian,   penyerapan   tenaga   kerja   akan   menekan   jumlah
pengangguran dan kemiskinan.

65

2. Pembangunan  smelter   tahap   tiga  di   Kawasan   Industri
Morowali dengan kapasitas 300.000 ton dan PLTU kapasitas
300   Mega   Watt   dan   pembangunan   industri   stainless   steel
dengan kapasitas 2 juta ton diperkirakan akan selesai pada
tahun 2017.
3. Pertumbuhan   ekonomi   diperkirakan   akan   menunjukkan
tren   peningkatan.   Hal   tersebut   terutama   dipengaruhi   oleh
membaiknya   kinerja   sektor   pertambangan   dan   penggalian
sehingga   volume   ekspor   Sulawesi   Tengah   juga   akan
meningkat.   Selain   itu   investasi   baik   dalam   sektor
pertambangan   maupun   industri   pengolahan   juga   akan
mengalami   peningkatan   yang   cukup   signifikan.   Dengan
demikian   pertumbuhan   ekonomi   Sulawesi   Tengah   akan
ditopang oleh ekspor, investasi dan konsumsi rumah tangga.
4. Aksesibilitas   dari   dan   menuju   Sulawesi   Tengah   yang
semakin mudah diharapkan dapat meningkatkan kunjungan
wisatawan   sehingga   berpengaruh   positif   terhadap
meningkatnya   tingkat   hunian   hotel.   Dengan   demikian
dampak dari pelarangan PNS untuk mengadakan kegiatan di
hotel dapat diminimalisir.      
5. MoU   (nota   kesepahaman)   antara   Dinas   Pertanian
kabupaten/kota   dengan   Kodim   se­Sulawesi   Tengah   dalam
Pemantapan   Upaya   Khusus   Peningkatan   Produksi   Padi,
Jagung   dan   Kedelai   (Pajala)  diharapkan   terimplmentasi
dengan   baik   sehingga   target  Kementerian   Pertanian  yang
menjadikan  Sulawesi Tengah sebagai daerah pertama yang
mengekspor   komoditas   Pajala   dalam  rangka  program
kedaulatan pangan tahun 2017 dapat tercapai.

3.2.

Arah Kebijakan Keuangan Daerah
Pada   dasarnya   kebijakan   anggaran  didasarkan   pada   pendekatan

kinerja   dan   komitmen   untuk   menerapkan   prinsip   transparansi   dan
66

akuntabilitas.   Anggaran   kinerja   adalah   suatu   anggaran   yang
mengutamakan upaya pencapaian hasil kegiatan atau output dari rencana
alokasi biaya atau input yang ditetapkan dengan memperhatikan kondisi
semua   komponen   keuangan.   Efisiensi,   efektifitas,   transparansi   dan
akuntabilitas   merupakan   prinsip   pengelolaan   keuangan   yang   dilakukan
diantaranya dengan mengefektifkan fungsi pengawasan serta upaya­upaya
penghematan   sehingga   dana   yang   terbatas   dapat   dimanfaatkan   secara
maksimal   untuk   kegiatan   pembangunan   dan   pemerintahan   serta
berdampak   pada   peningkatan   kesejahteraan   masyarakat   dan
keberlanjutan   pembangunan.     Keuangan   daerah   merupakan   faktor
strategis yang turut menentukan kualitas penyelenggaraan pemerintahan
daerah,   mengingat   kemampuannya   akan   mencerminkan   daya   dukung
manajemen   pemerintahan   daerah   terhadap   penyelenggaraan   urusan
pemerintahan yang menjadi tanggungjawabnya.
Kebijakan   keuangan   Provinsi   Sulawesi   Tengah   Tahun   2016   secara
umum disusun dalam rangka mewujudkan arah kebijakan pembangunan
yang   tertuang   dalam   RPJMD   tahun   2011­2016,   tidak   terlepas   dari
kapasitas   fiskal   daerah   sebagai   salah   satu   penopang   strategis   dalam
implementasi pembangunan Provinsi Sulawesi Tengah.
Tingkat kemampuan keuangan daerah, dapat diukur dari kapasitas
pendapatan   asli   daerah,   rasio   pendapatan   asli   daerah   terhadap   jumlah
penduduk dan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Untuk memahami
tingkat   kemampuan   keuangan   daerah,   maka   perlu   dicermati   kondisi
kinerja   keuangan   daerah,   baik   kinerja   keuangan   masa   lalu   maupun
kebijakan yang melandasi pengelolaannya
.  
3.2.1. Proyeksi Keuangan Daerah dan Kerangka Pendanaan
Dalam   menyusun   proyeksi   keuangan   daerah   dan   kerangka
pendanaan  sesuai dengan ketentuan perundang­undangan  yang berlaku,
pendanaan penyelenggaraan pemerintahan telah diatur sesuai kewenangan
yang   diserahkan.   Hal   tersebut   dimaksudkan   untuk   mencegah   tumpang
tindih   ataupun   tidak   tersedianya   pendanaan   pada   suatu   bidang
67

pemerintahan. Penyelenggaraan pemerintahan yang menjadi kewenangan
daerah   dibiayai  melalui  APBD,   sedangkan   penyelenggaraan   kewenangan
yang   menjadi   tanggungjawab   Pemerintah   Pusat   dibiayai  melalui  APBN,
baik kewenangan Pusat yang didekonsentrasikan kepada  Gubernur  atau
dalam rangka tugas pembantuan dan urusan bersama. 
Berdasarkan   data  yang   ada,   realisasi  pendapatan   Tahun  2014
mengalami   peningkatan   di   bandingkan   dengan   Tahun   2013,   sedangkan
proyeksi   pendapatan   Tahun  2016­2017  didasarkan   pada   proyeksi   yang
termuat   dalam   RPJMD   Provinsi   Sulawesi   Tengah   Tahun   2011­2016   dan
proyeksi   lainnya.   secara   persentase   dan   nominal,  kelompok   komponen
Pendapatan   Asli   Daerah   (PAD)   secara   konsisten   mengalami   kenaikan,
begitu   juga   dengan   kelompok   dana   perimbangan   yang   menunjukkan
kecenderungan   peningkatan   baik   secara   nominal  maupun  persentase,
seperti terlihat pada tabel 3.2.1 berikut ini:

68

Tabel 3.2.1 
Realisasi dan Proyeksi / Target Pendapatan Provinsi Sulawesi Tengah
Tahun 2013 s.d Tahun 2016
NO

URAIAN

1.1

Pendapatan Asli Daerah

1.1.1

Pajak Daerah

REALISASI 
TAHUN 2013
611.928.145.945.00

542.365.015.962.00

1.1.2

Retribusi Daerah

1.1.3

Hasil Pengelolaan 
Kekayaan Daerah Yang 
Dipisahkan

19.932.066.778.00

1.1.4

Lain­lain Pendapatan Asli 
Daerah Yang Sah

46.874.786.107.00

1.2

Dana Perimbangan

1.2.1

Transfer Pemerintah Pusat 
­ Dana Perimbangan 

1.2.1.1

Dana Bagi Hasil Pajak/ 
Bagi Hasil Bukan Pajak

1.2.1.2

Dana Alokasi Umum

1.2.1.3

Dana Alokasi Khusus

REALISASI
 TAHUN 2014

TAHUN ANGGARAN
2015

769.714.314.600,00

       883.321.882.900,
00 

684.649.805.600,00

786.211.295.600,00

3.596.871.000,00

3.399.989.000,00

10.762.638.000,00

12.259.077.000,00

70.705.000.000,00

81.451.521.300,00

1.237.627.671.000,00

1.439.007.124.966,00

85.800.177.000,00

143.417.969.966,00

1.087.885.014.000,00

1.221.602.865.0
00,00

63.942.480.000,00

73.986.290.000,00

2.756..277.098.00

1.158.370.879.685.00

97.762.844.685.00

994.658.685.000.00

65.949.350.000.00

61

PROYEKSI TAHUN
ANGGARAN 2016
983.774.087.700,00

875.619.992.000,00

                         3.786.639
.000,00 

                       13.653.191
.700,00 

90.714.265.000,00

1.602.652.384.000,00

381.049.519.000,00

1.221.602.865.000,00,00

PROYEKSI TAHUN
ANGGARAN 2017

NO

URAIAN

1.3

Lain­lain Pendapatan 
Yang Sah

1.3.1

Pendapatan Hibah

1.3.2

Pendapatan Dana Darurat

1.3.3

Pendapatan Lainnya

1.3.3

Bagi Hasil Pajak dari 
Provinsi dan dari 
Pemerintah Daerah 
Lainnya 

1.3.4

Dana Penyesuaian dan 
Otonomi Khusus

1.3.5

Bantuan Keuangan dari 
Provinsi Pemerintah 
Daerah Lainnya**)
JUMLAH PENDAPATAN
DAERAH
(1.1 + 1.2 + 1.3)

REALISASI 
TAHUN 2013

REALISASI
 TAHUN 2014

369.236.641.201.00

7.427.000.0000.00

TAHUN ANGGARAN
2015

372.305.489.000,00

445.926.456.000
,00

9.757.045.000,00

10.925.056.000,00

362.548.444.000,00

435.001.400.000,00

PROYEKSI TAHUN
ANGGARAN 2016
496.637.636.700,00,00
12.167.463.700,00

­

361.809.641.201.00

­
2.139.535.666.831.00

­
2.379.647.474.600,00

                   Sumber: BPKAD, 2015 (diolah)

62

484.470.173.000,00

­

2.768.255.463.8
66,00

3.083.064.108.400,00,00

PROYEKSI TAHUN
ANGGARAN 2017

Berdasarkan   tabel     diatas,  realisasi   pendapatan   daerah   pada   Tahun
2014   pada   masing­masing   kelompok   pendapatan   memperlihatkan   trend
kenaikan.   Realisasi   Pendapatan   Daerah   Provinsi   Sulawesi   Tengah   pada
Tahun   2014   sebesar   Rp.  2.379.647.474.600,00,­  sementara   padaTahun
2015s Pendapatan Daerah ditargetkan mengalami peningkatan sebesar Rp.
388.607.989.266,00.­  atau   naik     sebesar   16,33   persen  dari   Tahun   2014
sehingga   pendapatan   daerah   Tahun   2015   menjadi   Rp.
2.768.255.643.866,00, yang terdiri dari Pendapatan Asli Daerah sebesar Rp.
883.321.882.900,00,­,

 

dana

 

perimbangan

 

sebesar

 

Rp.

1.439.007.124.966,00.­ dan Lain­lain Pendapatan Daerah Yang Sah sebesar
Rp.  445.926.456.000,00,­.  Pada  Tahun   2016,  pendapatan   daerah
diproyeksikan  sebesar   Rp.   3.083.064.108.400,00   atau   naik   11,37   persen
dari Tahun 2015.
Untuk   Pendapatan  Asli   Daerah,  mengalami   kenaikan    sebesar   Rp.
113.607.568.300,00   pada   Tahun   2015,   dari   tahun   sebelumnya   sebesar
769.714.314.600,00   menjadi   Rp.   883.321.882.900,00   dengan   persentase
sebesar   14,76%,   dengan   kontribusi   terhadap   pendapatan   daerah   sebesar
31,90 persen pada Tahun 2015 dan Tahun 2016 di proyeksikan mengalami
kenaikan   menjadi   Rp.   983.774.087.700,00,­   dengan   kontribusi   sebesar
32,00 persen dari total pendapatan.
Dana   Perimbangan   yang     merupakan   sumber   pendapatan   Provinsi
Sulawesi Tengah yang dialokasikan oleh Pemerintah Pusat. Selama kurun
waktu 2014­2016 memperlihatkan peningkatan setiap  tahunnya. Realisasi
pendapatan yang bersumber  dari Dana Perimbangan Tahun 2014 sebesar
Rp.  1.237.627.671.000,00 atau sebesar  52,00 persen terhadap pendapatan
daerah  meningkat    sebesar   Rp.   1.439.007.124.966,00   pada     Tahun   2015
atau   sebesar   51,98%   terhadap   total   pendapatan,   dan  untuk   Tahun   2016
proyeksi dana perimbangan menjadi sebesar Rp. 1.602.652.384.000,00 atau
sebesar 51,98 persen dari total pendapatan daerah.
Lain­Lain   Pendapatan   Daerah   Yang   Sah   merupakan   sumber
pendapatan   daerah   yang   bersumber   dari   pendapatan   hibah   dan   dana
63

penyesuaian juga mengalami peningkatan, dengan rincian pada Tahun 2014
sebesar   Rp.  372.305.489.000,00  atau   dengan   kontribusi   sebesar   15,64
persen   dan   Tahun   2015   mengalami   kenaikan   menjadi   sebesar   Rp.
445.926.456.000,00 atau memberikan kontribusi sebesar 16,10 persen, dan
untuk   Tahun   2016   menjadi   sebesar   Rp.  496.637.636.700,00  atau
memberikan   kontribusi   sebesar   16,10   persen   terhadap  total  pendapatan
daerah.
3.2.2  Arah Kebijakan Pendapatan Daerah
Kebijakan   pendapatan   keuangan   daerah   Provinsi   Sulawesi   Tengah
diarahkan   kepada   ketersediaan   dana   yang   berkelanjutan   dengan   jumlah
anggaran   yang   memadai.   Semua   potensi   pendapatan  dioptimalkan  agar
mampu memenuhi seluruh kebutuhan belanja. Sumber­sumber pendapatan
yang   mendukung   APBD   diidentifikasi   dengan   baik,   ditingkatkan
penerimaannya (intensifikasi), dan diupayakan sumber­sumber pendapatan
baru   (ekstensifikasi).      Sumber­sumber   pendapatan   tahun   2016   masih
mengacu   pada  :   1)   Pendapatan   Asli   Daerah   yang   dihitung   dengan
memperhatikan   realisasi   perkembangan   pendapatan  Tahun   2013   ­   2014
serta   prakiraan   masing­masing   potensi   jenis   pendapatan   asli   daerah;   2)
Dana perimbangan berupa bagi hasil pajak/bukan pajak dihitung dengan
memperhatikan potensi  masing­masing   jenis  pajak   dimana  Dana  Alokasi
Umum (DAU)  diasumsikan sama dengan alokasi Tahun 2015; 3) Lain­lain
pendapatan   yang   sah   diperhitungkan   pada   sumber­sumber   pendapatan
yang dapat dipastikan.
Upaya­upaya   yang   dilakukan       untuk  meningkatkan   Pendapatan
Daerah di Provinsi Sulawesi Tengah,  sebagai berikut: 
1. Peningkatan program dan kegiatan unggulan yang dapat menarik minat
pemerintah pusat terhadap pemberian Dana Alokasi Umum (DAU)
2. Optimalisasi  aset  daerah, dan peningkatan dana  perimbangan dan bagi
hasil.

64

3. Meningkatkan   manajemen   tata­kelola   pemungutan   dan   penerimaan
pendapatan daerah sesuai dengan mekanisme dan standar baku; 
4. Intensifikasi   dan  ekstensifikasi  pendapatan  daerah   melalui  melalui
perluasan  obyek   dan  intensifikasi  Pajak  Daerah  dan  Retribusi   Daerah
secara optimal; 
5. Meningkatkan   kinerja   Badan   Usaha   Milik   Daerah   (BUMD)   agar
memberikan   kontribusi   yang   optimal   kepada   Pendapatan   Asli   Daerah
(PAD) pada khususnya dan penerimaan daerah pada umumnya; 
6. Meningkatkan   peran   dan   fungsi   SKPD,   UPT,   cabang   pelayanan,   dan
Balai   Penghasil   dalam   peningkatan   pelayanan     dan  perbaikan
manajemen pengelolaan pendapatan;
7. Peningkatan Sarana dan Prasarana pelayanan  yang mudah diakses oleh
masyarakat;
8. Meningkatkan peran SKPD penghasil PAD dalam peningkatan pelayanan
dan   Mengadakan   peninjauan   kembali   (annual­review)   atas   berbagai
Peraturan Daerah yang sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan
zaman.
9. Mensosialisasikan Peraturan Daerah tentang Pajak.
10. Peningkatan   kinerja   pengelolaan   sumber­sumber   Pendapatan   Asli
Daerah yang lebih efektif dan efisiensi.
3.2.2.1 Arah Kebijakan Belanja Daerah
Belanja   daerah   Provinsi   Sulawesi   Tengah   dipergunakan   untuk
pelaksanaan   urusan   pemerintah   yang   menjadi   kewenangan   Provinsi   dan
Kabupaten/Kota, yang terdiri dari urusan wajib dan pilihan yang ditetapkan
dengan   perundang­undangan.     Dengan   berpedoman   pada   prinsip­prinsip
penganggaran,   pada   belanja   daerah   2016   disusun   dengan   pendekatan
anggaran kinerja yang berorientasi pada pencapaian hasil  bertujuan untuk
meningkatkan   akuntabilitas   perencanaan   anggaran   serta   menjamin
efektivitas   dan   efisiensi  

  peggunaan   anggaran   dalam   belanja

program/kegiatan.   
Kecenderungan   semakin   meningkatnya   kebutuhan   Belanja   daerah
diarahkan untuk dapat mendukung pencapaian visi dan misi pembangunan
65

daerah  selama   lima   Tahun.   Sesuai   dengan   visi   pembangunan   yang   telah
ditetapkan,   maka   belanja   daerah   dapat   digunakan   sebagai   instrumen
pencapaian   visi   tersebut.   Berdasarkan   target   pendapatan   Tahun   2016
sebesar   Rp.  3.083.064.108.400,00,­  maka   belanja   daerah   yang   dibagi   ke
dalam   belanja   tidak   langsung   dan  belanja   langsung   dapat   dirinci   sebagai
berikut : belanja tidak langsung sebesar       Rp. 1.770.060.838.000,00. dan
belanja langsung sebesar Rp. 1.291.504.113.104,00
Sebagai   upaya   pemerintah   Provinsi   Sulawesi   Tengah   dalam   hal
penciptaan pemerintahan yang bersih, berwibawa, bebas dari KKN   dalam
pelayanan   kepada   masyarakat   serta   dalam   rangka   mewujudkan   sistem
penganggaran   berbasis   kinerja     maka   pengelolaan   belanja   daerah   sejak
proses   perencanaan,   pelaksanaan   hingga   pertanggungjawaban   harus
memperhatikan  aspek   efektifitas,   efisiensi,   transparansi   dan   akuntabilitas
sebagai   persyaratan   yang   harus   dipenuhi   dalam  mencapai  opini  Wajar
Tanpa   Pengecualian   (WTP)   sesuai   dengan   Visi   dan   Misi   Pembangunan
Pemerintah Provinsi  Sulawesi Tengah.  Selain itu, dalam rangka efektivitas
pencapaian   indikator   kinerja   sebagaimana   yang   tertuang   pada   RPJMD
Provinsi   Sulawesi   Tengah   2011­2016   maka   pada   Tahun   2016  alokasi
belanja langsung  pada masing­masing SKPD diarahkan untuk mendukung
kebijakan   yang   telah   ditetapkan   dengan   memperhatikan   perbandingan
antara masukan dan keluaran (efisiensi). Keluaran dari belanja dimaksud
seharusnya   dapat   dinikmati   hasilnya   oleh   masyarakat   (efektifitas).
Selanjutnya     alokasi     anggaran     perlu     dilaksanakan     secara     terbuka
berdasarkan   skala prioritas   dan   kebutuhan   (transparansi) . Selain itu,
pengelolaan  belanja  harus di administrasikan dan dipertanggungjawabkan
sesuai dengan perundang­undangan yang berlaku (akuntabilitas).
Kebijakan  belanja daerah Tahun 2016  diarahkan untuk memperkuat
bidang   pendidikan,   kesehatan,   ekonomi   dan   infrastruktur   dan     dapat
meningkatkan   kualitas   pelayanan   terhadap   masyarakat   dengan
mengupayakan agar pelayanan menjadi lebih dekat kepada masyarakat.  

66

Arah   kebijakan   Belanja   Daerah   pada  Tahun  2016  dapat   dijabarkan
sebagai berikut :
1. Dana yang tersedia harus dimanfaatkan seefisien mungkin untuk dapat
meningkatkan   pelayanan   pada   masyarakat   yang   pada   gilirannya
diharapkan   dapat   meningkatkan   kesejahteraan   masyarakat.
Peningkatan kualitas pelayanan masyarakat dapat diwujudkan dengan
peningkatkan   kompetensi   sumber   daya   manusia   aparatur   daerah
melalui peningkatan motivasi, disiplin, etos kerja dan mobilitas aparatur
daerah,   terutama   yang   berhubungan   langsung   dengan   kepentingan
masyarakat.
2. Penggunaan anggaran  masih  diprioritaskan untuk mendanai kegiatan­
kegiatan   penyediaan   infrastruktur   dan   peningkatan   pendapatan
masyarakat   serta   penyediaan   pelayanan   kesehatan   dan   pendidikan,
guna   mewujudkan  kesejahteraan  masyarakat.  Disamping   itu,  prioritas
penggunaan   anggaran   juga   diarahkan   untuk   mendukung   kebijakan
program prioritas pemerintah pusat dan program pro rakyat, justice for
all   dan   pencapaian   tujuan   pembangunan   millennium   (millennium
development

 

goals­MDGs),

 Menguatkan

 

program–program

penanggulangan   kemiskinan   (Program   Terpadu   Penanggulangan
Kemiskinan Berbasis Bedah Kampung (PTPK­BBK) serta pemberdayaan
masyarakat yang berkelanjutan serta untuk mendanai program strategis
pada   sektor­sektor   unggulan   Provinsi   Sulawesi   Tengah,   seperti   sektor
Pertanian, Perikanan dan Kelautan;
3. Mengacu pada kinerja, program­program prioritas SKPD dan mengikuti
pemenuhan Standar Pelayanan  Minimal