Kajian Organologis Sordam Buatan Bapak J. Badu Purba Siboro Di Desa Lestari Indah Kecamatan Siantar, Kabupaten Simalungun

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah
Peralatan musik tradisional pada umumnya mencakup seluruh instrumen
yang diperlukan dalam mengiringi tari, teater, dan musik. Alat musik atau bunyibunyian merupakan salah satu unsur penting untuk menambah suasana keramat
dalam upacara religi hampir setiap suku bangsa di dunia. Demikian halnya juga
dengan suku Simalungun, peralatan musik tradisional berperan penting dalam
upacara religi dan adat yakni untuk mengiringi tortor (tari tradisional),
menghidupkan suasana upacara (membangkitkan semangat) maupun untuk
mengiringi doding (lagu tradisional).
Musik tentu tidak lepas dari alat pendukungnya, yaitu alat musik. Dalam
tulisan ini, penulis lebih terfokus kepada alat musik Sordam, Dimana alat musik
Sordam saat ini sudah sangat jarang untuk digunakan. Dikatakan alat musik yang
sudah sangat jarang untuk digunakan, karena alat musik Sordam tersebut sudah
sulit untuk ditemukan dan pemasarannya pun tidak seperti pemasaran alat musik
modern. Dikarenakan pembuatan alat musik Sordam menggunakan bambu khusus
yang tidak mudah untuk ditemukan pada saat ini.
Pada Zaman Dahulu, Sordam dimainkan secara individu (solo instrumen)
yang berfungsi untuk memuaskan perasaan pribadi, menghibur diri sendiri,
mengungkapkan


rasa

rindu

kepada

orang

yang

dikasihi,

dan

untuk

mengungkapkan perasaan kepada seorang gadis yang dicintai, dimana si pria tidak

Universitas Sumatera Utara


berani mengungkapkan secara langsung perasaan cintanya kepada si wanita, dan
dalam acara memanggil roh (Tonduy). 1
Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan narasumber Bapak J. Badu
Purba Siboro, beliau mengatakan bahwa bunyi yang dihasilkan oleh Sordam
tersebut menggambarkan kesedihan dan ratapan pribadi. Dan pada zaman dahulu,
Sordam tidak boleh dimainkan di sembarangan tempat dan biasanya dimainkan
jauh dari tempat keramaian. Sordam hanya dapat dimainkan di pegunungan, di
ladang, Karena masyarakat Simalungun masih mempercayai alat musik Sordam
itu sebagai pembawa penderitaan. Hal ini dikarenakan Alat musik Sordam masih
mempunyai suatu kekuatan magic dan ritual- ritual khusus seperti mencari roh
yang hilang dan pengobatan dan pada umumnya Sordam hanya boleh ditiup oleh
orang dewasa dan orangtua.
Pada saat ini sudah mulai sedikit ditemukan masyarakat Simalungun yang
bisa memainkan serta membuat alat musik Sordam Simalungun. Menurut penulis,
hal itu terjadi dikarenakan pengaruh globalisasi dan kurangnya minat atau
kemauan masyarakat Simalungun untuk memainkan alat musik Sordam
Simalungun dan juga sudah jarang ditemukan seniman yang bisa membuat alat
musik Sordam Simalungun ini, jadi keberadaan Sordam Simalungun ini
dikalangan masyarakat Simalungun pun sedikit.

Menurut Bapak J. Badu Purba Siboro bahwa bambu yang digunakan untuk
membuat Sordam adalah bambu parapat dan bambu ultot. Dikarenakan bambu
tersebut ruasnya lebih panjang dan berdiameter kecil.
1

Tonduy adalah jiwa atau roh seseorang yang merupakan kekuatan, oleh karena itu tondi
memberi nyawa kepada manusia. Tondi di dapat sejak seseorang di dalam kandungan. Bila tondi
meninggalkan badan seseorang, maka orang tersebut akan sakit atau meninggal, maka diadakan
upacara mangalap (menjemput) tondi dari sombaon yang menawannya. ( Di ambil dari Internet)

Universitas Sumatera Utara

Alat musik Sordam digolongkan dalam klasifikasi aerophone, 2 yang
memiliki lima lubang nada, satu lubang hembusan, satu lubang yang disebut tuhak
lingga 3, lubang keluaran udara. Alat musik Sordam ini hanya bisa memainkan
lagu yang dikenal dengan Doding Ranto Alim yang mana biasanya lagu-lagu yang
dimainkan sebagai gambaran kesedihan (ratapan) dan ungkapan perasaan pribadi.
Cara memainkan Sordam yaitu ditiup dari ujung ruas bambu yang terbuka
(end blown flute). Cara meniupnya yaitu posisi mulut dengan posisi ujung sisi
Sordam berada pada samping bibir dan udara yang masuk harus sedikit dan

sisanya keluar melalui sisi lingkaran tiupan Sordam. 4
Berdasarkan hasil wawancara penulis kepada Bapak J. Badu Purba Siboro,
beliau mengatakan ada teknik yang terdapat pada saat memainkan Sordam
Simalungun yaitu teknik mangulus. Teknik mangulus ini disebut dalam istilah
Etnomusikologi ialah circular breathing yang artinya sirkulasi udara tidak
berhenti atau udara yang dikeluarkan terus-menerus tanpa putus-putus. Inilah
salah satu teknik yang penting untuk dipelajari dan dikuasai, teknik ini juga yang
dipelajari oleh Bapak J. Badu Purba Siboro ketika baru memulai belajar Sordam
Simalungun.
Pada tulisan ini penulis akan menggunakan tentang teknik permainan
Sordam dengan menggunakan Tablature. Tablature menggambarkan tentang nada
pada alat musik, sehingga diketahui nada apa yang dihasilkan alat musik tersebut.

2

Aerophone adalah alat musik yang menggunakan udara sebagai penggetar utama bunyi.
Tuhak lingga adalah sebuah lubang yang mengeluarkan bunyi parau sehingga suara
yang dihasilkan terdengar lebih sedih seperti sedang terisak-isak dan disayat. (wawancara penulis
dengan Informan Bapak J. Badu Purba Siboro).
4

Hasil wawancara penulis dengan dua informan yaitu Bapak J. Badu Purba Siboro di
Desa Lestari Indah pada tanggal 6 Maret 2015 dan Bapak Rosul Damanik di Desa Sarimatondang
pada tanggal 13 Maret 2015.
3

Universitas Sumatera Utara

Alasan ini jugalah yang mendorong penulis untuk membahas tentang kajian
organologis alat musik Sordam etnis Simalungun. Selain itu secara etnis penulis
juga adalah suku Batak, dan sudah menjadi tanggungjawab saya sebagai salah
satu masyarakat didalamnya untuk tetap menjaga nilai- nilai budayanya.
Tulisan ini dimaksudkan untuk melihat apa yang menjadi kajian
organalogis alat musik sordam yaitu bagaimana cara pembuatan serta
fungsinya dalam masyarakat Simalungun untuk memenuhi kebutuhan dalam
masyarakat.
Dari beberapa latar belakang diatas maka penulis tertarik untuk meneliti dan
menuliskannya dalam sebuah tulisan ilmiah dengan judul:
“ KAJIAN ORGANOLOGIS

SORDAM


BUATAN BAPAK J. BADU

PURBA SIBORO DI DESA LESTARI INDAH KECAMATAN SIANTAR,
KABUPATEN SIMALUNGUN.”

1.2 Pokok Permasalahan
Berdasarkan latar belakang yang telah penulis kemukakan sebelumnya,
pokok permasalahan yang menjadi topik bahasan dalam tulisan ini yaitu :
1. Bagaimana proses dan teknik pembuatan Sordam Simalungun yang
dilakukan Bapak J. Badu Purba Siboro?
2. Bagaimana teknik memainkan Sordam Simalungun?
3. Bagaimana Penggunaan dan Fungsi Sordam Simalungun pada masyarakat
Simalungun?

Universitas Sumatera Utara

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.3.1 Tujuan Penelitian
Tujuan penulis meneliti terhadap Sordam Simalungun yaitu:

1. Untuk mengetahui proses dan teknik pembuatan Sordam Simalungun oleh
Bapak J. Badu Purba Siboro.
2. Untuk mengetahui teknik permainan Sordam Simalungun.
3. Untuk mengetahui Penggunaan dan Fungsi Sordam Simalungun pada
masyarakat Simalungun.

1.3.2 Manfaat penelitian
Penelitian ini dapat dimanfaatkan untuk menambah informasi dan
pengetahuan tentang kebudayaan Simalungun. Selain hal tersebut, manfaat lain
yang ingin diperoleh dalam penelitian ini adalah:
1.

Sebagai dokumentasi untuk menambah referensi mengenai musik
Simalungun di Departemen Etnomusikologi, Fakultas Ilmu Budaya,
Universitas Sumatera Utara.

2.

Untuk menambah wawasan dan pengetahuan bagi masyarakat maupun
para musisi/ seniman Batak yang nantinya dapat digunakan sebagai bahan

pembelajaran kesenian musik sesuai dengan kebutuhannya.

3.

Sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Seni dalam bidang
Etnomusikologi.

Universitas Sumatera Utara

1.4 Konsep dan Teori
1.4.1 Konsep
Konsep atau pengertian merupakan unsur pokok dari suatu penelitian. Kalau
masalahnya dan kerangka teoritisnya sudah jelas biasanya sudah diketahui pula
fakta mengenai gejala-gejala yang menjadi pokok perhatian dan suatu konsep
sebenarnya adalah defenisi secara singkat dari sekelompok fakta atau gejala.
Seperti yang didefenisikan oleh Robert K. Merton yang mengatakan Konsep
merupakan defenisi dari apa yang perlu diamati, Konsep menentukan antara
variabel-variabel mana kita ingin menentukan adanya hubungan empiris. (Merton,
1963:89).
Dalam perhatian Etnomusikologi, bahwa kajian Etnomusikologi tidak hanya

berhubungan dengan musikal, aspek sosial, konteks budaya, psikologis dan
estetika, melainkan juga paling sedikit ada enam aspek yang menjadi
perhatiannya. Salah satu diantaranya adalah materi kebudayaan musikal (musical
materials culture), (Merriam, 1964:45).
Sementara Organologi merupakan bagian dari Etnomusikologi yang
meliputi semua aspek, diantaranya adalah ukuran dan bentuk fisiknya termasuk
pola hias/ ornamentasi, bahan dan prinsip pembuatannya, metode dan teknik
memainkan, bunyi dan wilayah nada yang dihasilkan, serta aspek sosial budaya
yang berkaitan dengan alat musik tersebut.
Seperti yang dikemukakan oleh Mantle Hood (1982:124) bahwa organologi
yang digunakan adalah berhubungan dengan alat musik itu sendiri. Menurut
beliau organologi adalah ilmu pengetahuan alat musik, yang tidak hanya meliputi
sejarah dan deskipsi alat musik, akan tetapi sama pentingnya dengan ilmu

Universitas Sumatera Utara

pengetahuan dari alat musik itu sendiri antara lain : teknik pertunjukan, fungsi
musikal, dekoratif, dan variasi sosial budaya. Dari uraian tersebut, dapat diambil
suatu kesimpulan bahwa pengertian Kajian Organologis adalah suatu penyelidikan
yang mendalam untuk mempelajari tentang instrumen musik baik mencakup

aspek

sejarahnya

maupun

deskripsi

alat

musik

itu

sendiri

tanpa

mengenyampingkan aspek- aspek budaya dari alat musik itu sendiri.
Sordam Simalungun merupakan alat musik tiup yang termasuk dalam

klasifikasi aerophone yang sejenis dengan Flute, alat musik yang berfungsi
sebagai pembawa melodi dalam penggunaanya. Masyarakat Simalungun
mengelompokkan alat musik Sordam ke dalam kelompok alat musik yang
dimainkan secara tunggal (solo instrument).

1.4.2 Teori
Teori adalah sarana pokok untuk menyatakan hubungan sistematik dalam
gejala sosial maupun natura yang ingin diteliti. Teori merupakan abstraksi dari
pengertian atau hubungan dari proporsi atau dalil, Menurut Kerlinger (1973) teori
adalah sebuah set konsep atau construct yang berhubungan satu dengan yang
lainnya, dimana suatu set dari proporsi yang mengandung suatu pandangan
sistematis dari fenomena.
Sebagai landasan berfikir dalam melihat suatu permasalahan dalam
penelitian ini, maka penulis mempergunakan teori-teori yang relevan, yang sesuai
untuk permasalahan tersebut.
Sordam Simalungun adalah instrumen musik aerophone dimana udara
adalah penggetar utama untuk menghasilkan bunyi pada Sordam. Oleh karena itu

Universitas Sumatera Utara

dalam pengklasifikasian alat musik tersebut, penulis menggunakan teori yang
dikemukakan oleh Curt Sach dan Hornbostel 1961.
Dalam tulisan ini untuk membahas pendeskripsian alat musik, penulis
mengacu pada teori yang dikemukakan oleh Kashima Susumu, (1978:174)
terjemahan Rizaldi Siagian dalam laporan APTA (Asia Performing Traditional
Art), bahwa studi musik dapat dibagi kedalam dua kelompok sudut pandang yang
mendasar, yaitu studi struktural dan studi fungsional. Studi strukrural berkaitan
dengan observasi (pengamatan), pengukuran, perekaman, atau bentuk pencatatan,
ukuran besar kecil, konstruksi serta bahan-bahan yang dipakai untuk pembuatan
alat musik tersebut. Kemudian studi fungsional memperhatikan fungsi dari alatalat atau komponen yang memproduksi (menghasilkan) suara, antara lain
membuat pengukuran dan pencatatan terhadap metode memainkan alat musik
tersebut, metode pelarasan dan keras lembutnya suara (loudness) bunyi, nada,
warna nada dan kualitas suara yang dihasilkan oleh alat musik tersebut.
Berdasarkan penjelasan tersebut, penulis menggolongkan proses dan teknik
pembuatan Sordam Simalungun yang dilakukan oleh Bapak J. Badu Purba Siboro
kedalam Studi Struktural dan Studi Fungsional.
Teori lain yang digunakan penulis untuk mendukung Penggunaan dan
Fungsi Sordam Simalungun adalah teori yang dikemukakan oleh Alan P. Meriam
(1964 : 223- 226) dalam bukunya The Antropology Of Music. Penggunaan (Use)
musik meliputi bagaimana musik itu digunakan. Sedangkan, Fungsi (Function)
musik berkaitan dengan penggunaan musik tersebut.
Fungsi musik tersebut ada sepuluh yaitu:
1. The Function of aesthetic enjoyment (Fungsi penghayatan estetis)

Universitas Sumatera Utara

2. The Function of entertainment (Fungsi sebagai sarana hiburan)
3. The Function of communication (Fungsi sebagai sarana komunikasi)
4. The Function of symbolic representation ( Fungsi perlambangan)
5. The Function of physical response (Fungsi sebagai reaksi jasmani)
6. The Function of enforcing conformity to social norms (Fungsi yang
berkaitan dengan norma-norma sosial)
7. Function of validation of social institutions and religious rituals (Fungsi
pengesahan lembaga sosial dan upacara agama)
8. The Function of contribution to the continuity and stability of culture
(Fungsi sebagai kesinambungan budaya)
9. The Function of emotional (Fungsi sebagai pengungkapan emosional)
10. The Function of contribution the integration of society (Fungsi sebagai
pengintegrasian masyarakat)
Berkaitan dengan Sordam, penulis mengemukakan beberapa fungsi dari
teori di atas yang berhubungan dengan penggunaan dan fungsi, diantaranya yaitu:
Fungsi sebagai pengungkapan emosional, Fungsi sebagai sarana hiburan, Fungsi
sebagai sarana komunikasi, Fungsi sebagai rekasi jasmani, Fungsi pengesahan
lembaga sosial dan upacara keagamaan (ritual).
Membicarakan musik tentunya tidak lengkap apabila tidak membicarakanya
dalam konteks kebudayaan. Musik bukanlah sebuah unsur kebudayaan yang
berdiri sendiri, tetapi selalu berkaitan erat dengan aspek fungsi sosial dan
historisnya. Musik adalah bagian dari kebudayaan yang dapat mencerminkan
aspek sosial kemasyarakatan. Dikatakan seperti itu, karena musik mampu
mengekspresikan berbagai hal yang terjadi dalam sistem sosial dan mempunyai

Universitas Sumatera Utara

fungsi yang sangat luas. Misalnya musik diadakan untuk menghibur penguasa di
istana, untuk upacara pernikahan, untuk upacara yang bersifat ritual, hiburan dan
lain-lain tergantung kepada konteks penyajian dan jenis musik yang dibutuhkan.
Menurut Herkovits (1964: 217-218), penggunaan musik dapat dibagi
menjadi lima kategori unsur-unsur budaya yaitu : Kebudayaan Material,
Kelembagaan Sosial, Hubungan Manusia dengan Alam, Estetika, dan bahasa.
Berdasarkan kelima kategori tersebut, penggunaan Sordam Simalungun dalam
konteks unsur-unsur budaya dapat diuraikan kedalam tiga kategori di atas yaitu:
Kebudayaan Material, Hubungan Manusia dengan Alam, dan Estetika.

1.5 Metode Penelitian
Metode yang digunakan penulis adalah metode penelitian kualitatif dan
metode kuantitatif menurut A Muri Yusuf. Penelitian Kuantitatif ialah penelitian
yang memandang tingkah laku manusia dan realitas sosial : objektif dan dapat
diukur. Oleh karena itu, penggunaan penelitian kuantitatif dengan instrumen yang
valid dan variable serta analisis yang sesuai dan tepat meyebabkan hasil penelitian
yang dicapai tidak menyimpang dari kondisi yang sesungguhnya. Hal itu ditopang
oleh pemilihan masalah, identifikasi dan perumusan masalah yang akurat.
Penelitian Kualitatif ialah para peneliti mencari makna, pemahaman,
pengertian, tentang suatu fenomena, kejadian maupun kehidupan manusia dengan
terlibat langsung atau tidak langsung dalam penelitian yang diteliti. Dalam hal ini,
peneliti bukan mengumpulkan data sekali jadi atau sekaligus dan kemudian
mengelolahnya, melainkan tahap demi tahap dan makna disimpulkan selama
proses berlangsung dari awal sampai akhir penelitian.

Universitas Sumatera Utara

Untuk mendukung metode penelitian tersebut, penulis menggunakan
metode ilmu Etnomusikologi yang terdiri dari dua disiplin, yaitu: disiplin
lapangan (field dicipline) dan disiplin laboratorium (laboratory dicipline). Hasil
dari kedua metode ini kemudian digabungkan menjadi satu hasil akhir (a final
study), (Merriam, 1964: 37). Untuk memperoleh data dan keterangan yang
dibutuhkan dalam tulisan ini, penulis menggunakan Metode Pengumpulan Data,
yaitu : studi kepustakaan, studi lapangan, observasi, wawancara, perekaman dan
kerja laboratorium.
Dan data yang diperoleh berdasarkan dari sumber data yang tepat melalui
kata-kata dan selebihnya adalah kata tambahan seperti dokumen ataupun bahan
lainnya berupa sumber data tertulis, foto, dan rekaman.

1.5.1 Studi Kepustakaan
Sebelum melakukan penelitian ke lokasi penelitian, penulis terlebih dahulu
mengadakan studi pustaka. Penulis membaca buku-buku dengan penelitian dan
juga tulisan ilmiah dan catatan yang berhubungan dengan objek penelitian. Karena
teknologi semakin maju, dan banyak tulisan ilmiah dimasukkan ke dalam website,
penulis juga mencari informasi dari internet. Studi pustaka ini diperlukan untuk
melihat teori-teori dan konsep-konsep yang sesuai untuk mendukung penelitian
ini.
Adapun buku yang menjadi sumber referensi penulis adalah sebagai berikut:
1. Department of Education and Culture Directorate General of
Culture

North

Sumatera

Government

Museum,

“The

Simalungunese Traditional Musical Instruments”. Tulisan ini

Universitas Sumatera Utara

membahas tentang alat-alat musik yang ada pada masyarakat
Simalungun

dengan

spesifikasi

yang

membahas

tentang

organologi alat musiknya dan juga peranannya bagi masyarakat
Simalungun.
2. Bruno Nettl, “Theory and Method in Ethnomusicology”. Tulisan
ini membahas tentang apa itu etnomusikologi baik itu kajian
etnomusikologi, metode dalam etnomusikologi, teori dalam
etnomusikologi, pemahaman tentang etnomusikologi, maupu n
pembahasan tentang etnomusikologi. Di dalam buku ini juga
memberikan contoh-contoh pengalaman para etnomusikolog
selama pengalamannya di lapangan penelitian.
3. “Sejarah Etnis Simalungun”, Tulisan ini membantu penulis dalam
menjelaskan tentang sumber sejarah Simalungun serta hal-hal
yang berhubungan tentang objek penelitian penulis.

1.5.2 Studi Lapangan
Studi Lapangan (field work) menyangkut setiap upaya yang dilakukan
dilapangan, meliputi: perekaman musik, pemotretan, observasi, wawancara,
pendokumentasian audio visual, dll. Dalam hal ini, Studi Lapangan menuntut
keahlian khusus untuk

menguasai teknik-teknik dan keahlian menyeleksi

narasumber dan mendekati para informan, sebab di zaman sekarang sudah jarang
di jumpai para informan yang mampu memberikan informasi yang sebenarnya.
Penulis melakukan penelitian mulai bulan Februari 2015, di Desa Lestari
Indah Kecamatan Siantar, Kabupaten Simalungun.

Universitas Sumatera Utara

1.5.2.1 Observasi
Observasi atau pengamatan adalah salah satu metode dalam pengumpulan
data saat membuat sebuah karya tulis ilmiah. bahwa observasi adalah pengamatan
dan juga pencatatan sistematik atas unsur-unsur yang muncul dalam suatu gejala
atau gejala-gejala yang muncul dalam suatu objek penelitian. Hasil dari observasi
tersebut akan dilaporkan dalam suatu laporan yang tersusun secara sistematis
mengikuti aturan yang berlaku.
Penulis melakukan observasi langsung ke lokasi penelitian yang berada di
Desa Lestari Indah Kecamatan Siantar, Kabupaten Simalungun untuk memperoleh
informasi yang akurat untuk keperluan dalam penulisan. Penulis melakukan
wawancara kepada beberapa informan yang mengetahui jelas tentang Sordam dan
mengajukan beberapa pertanyaan yang diyakini mendukung proses penulisan.

1.5.2.2 Wawancara
Wawancara adalah salah satu teknik yang digunakan untuk memperoleh
informasi tentang kejadian yang tidak dapat diamati secara langsung. Penulis
berpedoman pada metode wawancara yang dikemukakan oleh Koentjaraningrat
(1985:139) ada tiga wawancara, yaitu wawancara berfokus (focused interview),
wawancara bebas (free interview), dan wawancara sambil lalu (casual interview).
Teknik wawancara yang dilakukan penulis adalah wawancara berfokus (focused
interview) dan wawancara bebas (free interview). Sebelum melakukan
wawancara, penulis terlebih dahulu menetapkan kepada siapa wawancara itu
dilakukan, lalu menyiapkan pokok-pokok masalah yang menjadi bahan

Universitas Sumatera Utara

pembicaraan, kemudian melangsungkan wawancara, hasilnya ditulis dalam
catatan lapangan.
Pada wawancara berfokus, pertanyaan berpusat pada aspek pokok
permasalahan. Dan untuk menghindari informan jenuh dalam wawancara tersebut
maka penulis juga melakukan wawancara bebas yaitu tidak berpusat pada suatu
pokok permasalahan saja tetapi pertanyaan beralih sesuatu hal lain. Walaupun
demikian, pertanyaan yang di ajukan lebih bersifat bebas, tidak hanya berpusat
pada pokok permasalahan tetapi pertanyaan dapat beralih pada permasalahan lain
dengan tujuan untuk memperoleh data yang beraneka ragam, namun tidak
menyimpang dari objek permasalahan.

1.5.2.3 Perekaman
Untuk merekam permaianan alat musik Sordam Simalugun, penulis
menggunakan rekaman suara (voice recorder) dan disamping itu penulis juga
mengumpulkan keterangan-keterangan menggunakan catatan untuk mencatat halhal yang bersangkutan dengan masalah-masalah yang relevan dengan objek
permasalahan. Dan data-data yang dibutuhkan dicatat penulis sewaktu penulis
berada di lapangan.

1.5.3 Kerja Laboratorium
Semua data yang diperoleh dilapangan diolah dalam kerja laboratorium,
dengan pendekatan Etnomusikologi. Data tersebut diklasifikasikan dan disusun
melalui proses teknik-teknik penulisan ilmiah. Data-data berupa gambar diteliti
sesuai dengan ukuran dan disusun sesuai ukuran yang telah ditentukan. (Merriam

Universitas Sumatera Utara

1964:89). Dan jika data yang dirasa masih kurang lengkap maka penulis
melengkapinya dengan menjumpai informan kunci atau mencari bahan dari buku
yang mendukung penulisan ini. Semua data yang sudah diklasifikasikan kemudian
diolah berdasarkan teori-teori yang digunakan, setelah itu penulis memodifikasi
serta mengembangkannya ke dalam lima bab. Kemudian semua data diperiksa
ulang untuk memperhatikan jika masih ada data yang perlu ditambah atau
dikurangi.

1.6 Lokasi Penelitian
Sebagai lokasi penelitian, penulis memilih di Desa Lestari Indah Kecamatan
Siantar, Kabupaten Simalungun. Karena berdasarkan dari segi wilayah, Lokasi
penelitian merupakan wilayah yang mayoritas penduduknya adalah suku
Simalungun.
Alasan lain juga adalah dari segi tempat, Desa Lestari Indah Kecamatan
Siantar, Kabupaten Simalungun tidak terlalu jauh dan tidak terlalu sulit untuk
dijangkau. Untuk sampai ke lokasi penelitian, dibutuhkan waktu 25-30 menit
perjalanan melalui kendaraan umum.
Adapun lokasi penelitian dalam mengumpulkan data untuk tulisan ini adalah
di rumah Bapak J. Badu Purba Siboro yang berlokasi di desa Lestari Indah,
Kecamatan Siantar, Kabupaten Simalungun. Namun untuk mendukung informasi
mengenai Sordam Simalungun tersebut, penulis juga mengumpulkan data-data
maupun informasi dari orang-orang yang mengetahui tentang alat musik tersebut
dan tokoh-tokoh masyarakat.

Universitas Sumatera Utara