Pengaruh Tingkat Suku Bunga, Peringkat Obligasi, Ukuran Perusahaan, dan Debt To Equity Ratio, Terhadap Yield To Maturity Obligasi Koorporasi di Bursa Efek Indoneisa Periode 2011-2014

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah
Perkembangan pasar modal memberi kemudahan bagi para pelaku binis dalam
menjalankan usahanya terutama terkait dengan pendanaan melalui penjualan
sekuritas di Bursa Efek Indonesia. Tandelilin (2010 : 26) menyatakan bahwa
pasar modal adalah pertemuan antara pihak yang memiliki kelebihan dana dengan
pihak yang membutuhkan dana dengan cara memperjualbelikan sekuritas. Dengan
demikian, pasar modal juga bisa diartikan sebagai pasar untuk memperjualbelikan
sekuritas yang umumnya memiliki umur lebih dari satu tahun, seperti saham dan
obligasi. Sedangkan tempat di mana terjadinya jual-beli sekuritas disebut dengan
bursa efek.
Salah satu sekuritas yang diperdagangkan dipasar modal adalah obligasi. Obligasi
merupakan sertifikat atau surat berharga yang berisi kontrak antara investor
sebagai pemberi dana dengan penerbitnya sebagai peminjam dana (Tandelilin,
2010:40).

Menurut Tandelilin (2010:245), obligasi jika dilihat dari sisi

perusahaan merupakan hutang perusahaan kepada investor (pemegang obligasi),

sedangkan jika dilihat dari sisi investor, obligasi perusahaan merupakan klaim
dari kreditur kepada emitem dan bukan klaim kepemilikan seperti saham biasa.
Obligasi sebagai suatu instrumen investasi menawarkan yield (tingkat
keuntungan) bagi investor. Yield obligasi adalah faktor terpenting sebagai
pertimbangan investor dalam melakukan pembelian obligasi sebagai instrumen

1
Universitas Sumatera Utara

investasinya. Jogiyanto, (2010:164) menyatakan bahwa Yield To Maturity dapat
didefinisikan sebagai tingkat return majemuk yang akan diterima investor jika
membeli obligasi pada harga pasar saat ini dan menahan obligasi tersebut hingga
jatuh tempo. Yield To Maturity dapat dipengaruhi oleh bebagai faktor. Beberapa
faktor yang kemungkinan dapat mempengaruhi Yield To Maturity

diantaranya

adalah tingkat suku bunga, peringkat obligasi, ukuran perusahaan, Debt to Equity
Ratio.
Menurut Kasmir (2008: 131), bunga bank dapat diartikan sebagai balas jasa yang

diberikan oleh pihak bank yang berdasarkan prinsip konvensional terhadap
nasabah yang membeli atau menjual produknya.

Tingkat suku bunga yang

ditetapkan Bank Indonesia sebagai acuan dapat mempengaruhi yield obligasi.
Jika suku bunga bank tinggi, maka perusahaan penerbit obligasi cenderung akan
menaikkan yield obligasi untuk menarik minat investor karena jika suku bunga
bank lebih tinggi dibanding yield obligasi, maka investor akan lebih memilih
menanamkan modalnya di bank dibanding membeli obligasi.
Peringkat obligasi juga merupakan ukuran default yang berpengaruh langsung dan
terukur terhadap biaya modal perusahaan serta tingkat bunga obligasi (Brigham
dan Houston, 2010:375). Perusahaan yang memiliki peringkat obligasi yang
rendah tentunya akan menawarkan obligasi dengan imbal hasil yang tinggi untuk
lebih menarik minat dari investor demikian sebaliknya, obligasi dengan peringkat
tinggi akan menawarkan yield obligasi yang lebih rendah.
Selanjutnya ukuran perusahaan dapat mempengaruhi minat investor untuk
membeli obligasi yang diterbitkan perusahaan. Perusahaan besar umumnya akan

2

Universitas Sumatera Utara

lebih dipercaya dibanding perusahaan berskala kecil karena pihak saham dominan
dinilai lebih memiliki kendali atas perusahaan dibanding perusahaan kecil seperti
dikemukakan oleh Riyanto (2008: 299), yang menyatakan suatu perusahaan yang
besar di mana sahamnya tersebar sangat luas, setiap perluasan modal saham hanya
akan mempunyai pengaruh kecil terhadap kemungkinan hilangnya atau
tergesernya kontrol dari pihak dominan terhadap perusahaan yang bersangkutan.
Sebaliknya perusahaan yang kecil di mana sahamnya hanya tersebar di
lingkungan kecil, penambahan jumlah saham akan mempunyai pengaruh yang
besar terhadap kemungkinan hilangnya kontrol pihak dominan terhadap
perusahaan yang bersangkutan. Dengan demikian, perusahaan besar dinilai lebih
stabil dalam hal pemegang kendali perusahaan dibanding perusahaan kecil yang
rentan atas bergesernya pemegang kendali perusahaan.
Demikian halnya dengan Debt to Equity Ratio (DER). Perusahaan dengan nilai
DER yang tinggi dianggap beresiko dalam melunasi kewajibannya sebaliknya
perusahaan dengan nilai DER yang rendah akan lebih dipercaya oleh investor
seperti dikemukakan oleh Halim (2006:75) yang menyatakan bahwa penggunaan
leverage yang tinggi akan meningkatkan modal perusahaan dengan cepat.
Sebaliknya, apabila leverage menurun maka modal perusahaan akan menurun

dengan cepat pula, sehingga hal ini akan memberikan beban tersendiri karena
investor merasa terbebani dengan besarnya hutang yang dimiliki perusahaan.
Pada pra penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa pendanaan melalui
penjualan obligasi masih lebih kecil dibanding pendanaan melalui penjualan
saham dan kredit perbankan.

Bursa Efek Indonesia mencatat bahwa dana yang

3
Universitas Sumatera Utara

diraup pasar modal Indonesia dari IPO sekitar 30 perusahaan dan penerbitan
obligasi sepanjang tahun 2013 adalah sekitar 97 trilliun. Angka ini didominasi
oleh penerbitan obligasi sebesar 52 trilliun. Dibandingkan dengan total kredit
perbankan yang sebesar 3.293 trilliun sepanjang tahun 2013, angka ini sangat
kecil. Ini mencerminkan peran pendanaan lewat pasar modal di Indonesia masih
jauh dari signifikan (www.idx.co.id perkembangan pasar modal 2014)
Untuk penerbitan obligasi korporasi sampai dengan akhir tahun 2014, tercatat
sebesar Rp45,07 triliun atau mengalami penurunan sebesar ‐22,87% yoy dari
tahun sebelumnya dengan jumlah seri baru sebanyak 88 seri.


Otoritas Jasa

Keuangan (OJK) mencatat total penerbitan obligasi pada 2013 dan 2014 masingmasing hanya sebesar Rp 57,76 triliun dan Rp 48,64 triliun.

Kondisi ini

mencerminkan masih rendahnya minat investor untuk berinvestasi pada obligasi
khususnya obligasi korporasi.

Pada Gambar 1.1 berikut dapat dilihat

pertumbuhan nilai obligasi korporasi pada periode 2011-2014.

Sumber: OJK Statistik Pasar Modal Indonesia Minggu Ke III Desember 2014
(data diolah)
Gambar 1.1
Pertumbuhan Nilai Obligasi Tahun 2011-2014

Pada Gambar 1.1 terlihat bahwa obligasi korporasi ditahun 2011 sebesar Rp.

45,64 Trilyun, kemudian meningkat menjadi 65,66 Trilyun ditahun 2012, namun

4
Universitas Sumatera Utara

ditahun mengalami penurunan di tahun 2012-2014 masing-masing menjadi 55,29
Trilyun dan 45,62 Trilyun.
Selanjutnya pada Tabel 1.1 dapat dilihat tingkat kesesuaian antara suku bunga,
peringkat obligasi, size, dan DER terhadap Yield to Maturity pada beberapa
perusahaan penerbit obligasi korporasi di Bursa Efek Indonesia periode 20112014.
Tabel 1.1
Tingkat Suku Bunga, Rating, Size, DER, dan YTM Pada
Beberapa Perusahaan Penerbit Obligasi di Bursa
Efek Indonesia Tahun 2011-2014
Emiten

APLN

BNLI


ADMF

Kode Obligasi

APLN01B

BNLI02SB

ADMF01CCN1

Jatuh Tempo

25-Agust-16

16-Des-16

28-Jun-18

Tahun


BI
Rate

Peringkat
Oblogasi

Log
(SIZE)

DER
(%)

YTM
(%)

2011

6,60%

idA


7,03

115,49

11,67

2012

5,77%

idA

7,18

139,34

11,67

2013


6,44%

idA

7,29

172,85

11,67

2014

7,54%

idA

7,37

179,88


11,67

2011

6,60%

idAA

8,01

1009,04

8,74

2012

5,77%

idAA

8,12

954,77

8,74

2013

6,44%

idAA

8,22

1073,91

8,74

2014

7,54%

idAA

8,27

984,26

8,74

2011

6,60%

idAA

7,23

282,00

7,51

2012

5,77%

idAA

7,41

405,59

7,51

2013

6,44%

idAA

7,49

414,69

7,51

2014

7,54%

idAA

7,48

635,84

7,51

Pada Tabel 1.1 terlihat bahwa obligasi korporasi PT. Agung Podomoro Land, Tbk
(APLN) jatuh tempo pada tahun 2016 dengan peringkat idA (Kuat) artinya
memiliki kemampuan finansial obligasi yang kuat. Pada PT. Bank Permata, Tbk
(BNLI) obligasi jatuh tempo pada tahun 2016 dengan peringkat obligasi idAA
(Sangat Kuat) sedangkan obligasi pada PT. Adhira, Tbk (ADMF) obligasi jatuh
tempo pada tahun 2018 dengan peringkat obligasi idAA (Sangat Kuat).

5
Universitas Sumatera Utara

Adapun tingkat suku bunga bank rata-rata pada tahun 2011 sebesar 6,60%
kemudian menurun menjadi 5,77% ditahun 2012, dan kembali meningkat menjadi
6,44% ditahun 2013 dan 7,54% ditahun 2014. Ukuran perusahaan (Size) pada
masing-masing perusahaan cenderung mengalami peningkatan disetiap tahunnya
sedangkan Debt to Equity Ratio (DER) pada PT. Agung Podomoro Land, Tbk
(APLN) dan PT. Adhira, Tbk (ADMF) cenderung mengalami peningkatan dari
tahun 2011-2014 namun pada PT. Bank Permata, Tbk (BNLI) justru berfluktuasi.
Selanjutnya, Yield to Maturity (YTM) tertinggi pada obligasi PT. Agung
Podomoro Land, Tbk (APLN) sebesar 11,67% pertahun, kemudian pada PT. Bank
Permata, Tbk (BNLI) sebesar 8,74% dan terendah pada PT. Adhira, Tbk (ADMF)
sebesar 7,51% pertahun.
Dari uraian tersebut, terlihat bahwa tingkat suku bunga bank yang berlaku sama
untuk setiap perusahaan, ternyata masing-masing perusahaan memiliki tingkat
YTM yang berbeda-beda, sedangkan pada peringkat obligasi terdapat kesesuaian
antara tingkat yield dengan peringkat obligasi seperti terlihat bahwa obligasi
korporasi yang diterbitkan oleh PT. Agung Podomoro Land, Tbk (APLN)
memiliki peringkat yang paling rendah dibanding peringkat obligasi yang
diterbitkan oleh PT. Bank Permata, Tbk (BNLI) dan PT. Adhira, Tbk (ADMF)
sehingga tingkat yield yang disyaratkan (YTM) pada obligasi PT. Agung
Podomoro Land, Tbk (APLN) memiliki nilai yang lebih tinggi dibanding YTM
pada obligasi PT. Bank Permata, Tbk (BNLI) dan PT. Adhira, Tbk (ADMF). Hal
ini mencerminkan bahwa obligasi dengan peringkat yang lebih rendah umumnya
menawarkan tingkat YTM yang lebih tinggi agar menarik investor membeli

6
Universitas Sumatera Utara

obligasi.

Namun meskipun peringkat obligasi pada PT. Bank Permata, Tbk

(BNLI) dan PT. Adhira, Tbk (ADMF) sama sama berada pada peringkat idAA
(Sangat Kuat) ternyata YTM pada PT. Bank Permata, Tbk (BNLI) tetap lebih
tinggi dibanding YTM pada PT. Adhira, Tbk (ADMF).
Selanjutnya size terendah pada

PT. Agung Podomoro Land, Tbk (APLN)

sehingga memiliki tingkat YTM yang paling tinggi untuk menarik investor,
namun PT. Bank Permata, Tbk (BNLI) dan PT. Adhira, Tbk (ADMF) terdapat
ketidaksesuaian meskipun size pada PT. Bank Permata, Tbk (BNLI) lebih besar
dibanding size pada PT. Adhira, Tbk (ADMF) YTM pada PT. Bank Permata, Tbk
(BNLI) lebih tinggi dibanding YTM pada PT. Adhira, Tbk (ADMF). Hal ini
menunjukkan adanya kesenjangan karena perusahaan yang lebih besar umumnya
menarik bagi investor karena memiliki sejumlah aset yang besar yang dapat
digunakan untuk menghasilkan keuntungan yang besar pula serta memiliki
kemampuan yang lebih besar dalam melunasi kewajibannya sehingga YTM
obligasnya umum lebih rendah dibanding YTM pada perusahaan yang lebih kecil
karena pada perusahaan yang lebih kecil dinilai lebih berisiko dalam melunasi
kewajibannya dibanding perusahaan yang lebih besar.
Selanjutnya meskipun PT. Agung Podomoro Land, Tbk (APLN) memiliki tingkat
Debt to Equity yang lebih rendah, namun tingkat yield yang disyaratkan
merupakan yang paling tinggi dibanding dua perusahaan lainnya.

Hal ini

menunjukkan adanya ketidaksesuaian karena umumnya, antara DER dengan
YTM memiliki korelasi yang positif semakin tinggi DER mencerminkan
tingginya penggunaan hutang dibanding modal sendiri yang dikhawatirkan

7
Universitas Sumatera Utara

berdampak pada ketidakmampuan perusahaan melunasi kewajibannya sehingga
hal ini akan mendorong meningkatnya YTM untuk menarik minat pembeli
obligasi.
Berdasarkan uraian tersebut, Penulis tertarik untuk menganalisis lebih jauh
dengan memilih judul penelitian “Pengaruh Tingkat Suku Bunga, Peringkat
Obligasi, Size, dan Debt to Equity Ratio Terhadap Yield to Maturity Obligasi
Korporasi Di Bursa Efek Indonesia Periode 2011-2014”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka rumusan masalah
pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.

Apakah Tingkat Suku Bunga berpengaruh secara signifikan terhadap Yield to
Maturity Obligasi Korporasi di Bursa Efek Indonesia Periode 2011-2014?

2.

Apakah Peringkat Obligasi berpengaruh secara signifikan terhadap Yield to
Maturity Obligasi Korporasi di Bursa Efek Indonesia Periode 2011-2014?

3.

Apakah Ukuran Perusahaan berpengaruh secara signifikan terhadap Yield to
Maturity Obligasi Korporasi di Bursa Efek Indonesia Periode 2011-2014?

4.

Apakah Debt to Equity Ratio berpengaruh secara signifikan terhadap Yield to
Maturity Obligasi Korporasi di Bursa Efek Indonesia Periode 2011-2014?

8
Universitas Sumatera Utara

1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk:
1.

Mengetahui dan menganalisis pengaruh Tingkat Suku Bunga terhadap Yield
to Maturity Obligasi Korporasi di Bursa Efek Indonesia Periode 2011-2014

2.

Mengetahui dan menganalisis pengaruh Peringkat Obligasi terhadap Yield to
Maturity Obligasi Korporasi di Bursa Efek Indonesia Periode 2011-2014

3.

Mengetahui dan menganalisis pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Yield to
Maturity Obligasi Korporasi di Bursa Efek Indonesia Periode 2011-2014

4.

Mengetahui dan menganalisis pengaruh Debt to Equity Ratio terhadap Yield
to Maturity Obligasi Korporasi di Bursa Efek Indonesia Periode 2011-2014

1.4 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.

Bagi Perusahaan

Diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan masukan terkait dengan pengaruh
tingkat bunga, peringkat obligasi, ukuran perusahaan dan Debt to Equity Ratio
terhadap Yield to Maturity Obligasi Korporasi.
2.

Bagi Peneliti Selanjutnya

Diharapkan dapat dijadikan referensi untuk penelitian sejenis lainnya.
3.

Bagi Penulis

Diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan Penulis terkait tingkat
bunga, peringkat obligasi, ukuran perusahaan dan Debt to Equity Ratio terhadap
Yield to Maturity Obligasi Korporasi

9
Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Pengaruh Tingkat Suku Bunga, Peringkat Obligasi, Ukuran Perusahaan, dan Debt To Equity Ratio, Terhadap Yield To Maturity Obligasi Koorporasi di Bursa Efek Indoneisa Periode 2011-2014

5 27 97

PENGARUH PERINGKAT OBLIGASI , MATURITY, LIKUIDITAS DAN SUKU BUNGA SBI TERHADAP YIELD TO MATURITY OBLIGASI PADA PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA.

0 4 105

Pengaruh Tingkat Suku Bunga, Peringkat Obligasi, Ukuran Perusahaan, dan Debt To Equity Ratio, Terhadap Yield To Maturity Obligasi Koorporasi di Bursa Efek Indoneisa Periode 2011-2014

0 0 10

Pengaruh Tingkat Suku Bunga, Peringkat Obligasi, Ukuran Perusahaan, dan Debt To Equity Ratio, Terhadap Yield To Maturity Obligasi Koorporasi di Bursa Efek Indoneisa Periode 2011-2014

0 0 2

Pengaruh Tingkat Suku Bunga, Peringkat Obligasi, Ukuran Perusahaan, dan Debt To Equity Ratio, Terhadap Yield To Maturity Obligasi Koorporasi di Bursa Efek Indoneisa Periode 2011-2014

0 0 31

Pengaruh Tingkat Suku Bunga, Peringkat Obligasi, Ukuran Perusahaan, dan Debt To Equity Ratio, Terhadap Yield To Maturity Obligasi Koorporasi di Bursa Efek Indoneisa Periode 2011-2014

0 0 3

Pengaruh Tingkat Suku Bunga, Peringkat Obligasi, Ukuran Perusahaan, dan Debt To Equity Ratio, Terhadap Yield To Maturity Obligasi Koorporasi di Bursa Efek Indoneisa Periode 2011-2014

0 0 8

PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE, DEBT TO EQUITY RATIO, PERINGKAT OBLIGASI, DAN TINGKAT SUKU BUNGA SBI TERHADAP YIELD TO MATURITY OBLIGASI (Obligasi Korporasi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia) Hermawan Ariffudin, Nur Anissa dan Metta Kusumaningtyas her

0 0 13

PENGARUH TINGKAT SUKU BUNGA, DEBT TO EQUITY RATIO DAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP YIELD TO MATURITY OBLIGASI KORPORASI YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA - Repository Fakultas Ekonomi UNJ

0 1 13

PENGARUH TINGKAT SUKU BUNGA, DEBT TO EQUITY RATIO DAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP YIELD TO MATURITY OBLIGASI KORPORASI YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA - Repository Fakultas Ekonomi UNJ

0 2 13