Gambaran Pengetahuan dan Perilaku Personal Hygiene pada Penderita Skabies di Pesantren Modern Ta’dib Al-Syakirin Medan Tahun 2016

5

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA
2.1

Skabies

2.1.1 Definisi dan etiologi
Skabies merupakan penyakit kulit menular akibat tungau penyebab gatal
yaitu: Sarcoptes scabiei. Tungau betina menggali lubang ke dalam stratum
korneum, membuat terowongan, disertai timbulnya gatal hebat dan ekzema akibat
garukan.11 Skabies disebabkan oleh Sarcoptei scabiei termasuk filum Arthropoda,
kelas Arachnida, ordo Ackarima, super famili Sarcoptes. Pada manusia disebut
Sarcoptes scabiei var.hominis. Secara morfologik merupakan tungau kecil,
berbentuk oval, punggungnya cembung dan bagian perutnya rata. Tungau tersebut
translusen, berwarna putih kotor, dan tidak mempunyai mata.5

Gambar 2.1. Sarcoptes scabiei dewasa 12


Universitas Sumatera Utara

6

2.1.2 Epidemiologi
Skabies dapat ditemukan di semua negara dengan prevalensi yang berbeda.
Skabies merupakan penyakit endemik yang dapat mengenai semua ras dan
golongan di seluruh dunia. Insidennya sama pada pria dan wanita. Insiden di
negara berkembang lebih tinggi dari pada di negara-negara industri. Skabies lebih
sering mengenai anak-anak berusia 10-12 tahun, lebih sering terlihat pada lakilaki dari pada perempuan.13
Menurut Depkes RI prevalensi skabies di puskesmas seluruh indonesia pada
tahun 1986 sekitar 4,6%-12,9%, dan skabies menduduki urutan ketiga dari 12
penyakit kulit tersering. Di bagian kulit dan kelamin FKUI/RSCM pada tahun
1988, dijumpai 734 kasus skabies yang merupakan 5,77% dari seluruh kasus
baru. Pada tahun 1989 dan 1990 prevalensi skabies adalah 6% dan 3,9%.
Prevalensi skabies sangat tinggi pada lingkungan dengan tingkat kepadatan
penghuni yang tinggi dan kebersihan yang kurang memadai.14
Ada juga dugaan bahwa setiap siklus 30 tahun terjadi epidemi skabies. Banyak
faktor yang menunjang perkembangan penyakit ini, antara lain: sosial ekonomi
yang rendah, hygiene yang buruk, hubungan seksual yang sifatnya promiskuitas,

kesalahan diagnosis, dan perkembangan demografik serta ekologik, penyakit ini
dapat dimasukkan dalam P.H.S ( Penyakit Akibat Hubungan Seksual).5
2.1.3 Siklus hidup
Betina berukuran 300x350 mikron, sedangkan yang jantan berukuran 150x200
mikron. Stadium dewasa mempunyai 4 pasang kaki dengan 2 pasang kaki depan
dan 2 pasang lainnya merupakan kaki belakang. Setelah melakukan kopulasi
S.scabiei jantan akan mengalami kematian, tetapi kadang-kadang dapat bertahan
hidup beberapa hari. Tungau betina membuat terowongan di stratum korneum
kulit. setelah kopulasi, 2 hari kemudian tungau betina tersebut bertelur 2-3 butir
telur per hari di dalam terowongan yang dibuat oleh tungau betina itu. Kira-kira 35 hari kemudian telur tersebut akan menetas menjadi larva, dalam waktu 3-4 hari
larva akan berubah menjadi nimfa. Nimfa berubah menjadi dewasa dalam waktu

Universitas Sumatera Utara

7

3-5 hari. Seluruh siklus hidupnya mulai dari telur sampai bentuk dewasa
memerlukan waktu kira-kira 8-12 hari.2

Gambar 2.2. Siklus hidup sarcoptei scabiei 15

2.1.4 Patogenesis
Lesi primer pada penderita skabies berupa terowongan yang berisi tungau,
telur, dan hasil metabolisme. Pada saat menggali terowongan tungau
mengeluarkan sekret yang dapat melisiskan kulit pada lapisan stratum korneum.
Sekret dan ekskret menyebabkan sensitisasi sehingga dapat menimbulkan pruritus
dan lesi sekunder. Lesi sekunder berupa papul, vesikel, pustul dan kadang bisa
juga berupa bula, dapat pula terjadi lesi tersier berupa ekskoriasi, eksematisasi,
dan pioderma. Tungau hanya terdapat pada lesi primer.2

Universitas Sumatera Utara

8

Tungau hidup di dalam terowongan di tempat predileksi, seperti jari tangan,
pergelangan tangan, ketiak, areola, umbilikus, perut bagian bawah, dan bisa juga
di daerah bokong atau alat genital. pada orang dewasa kulit kepala dan wajah
biasanya terhindar, tetapi pada bayi bisa terjadi di seluruh permukaan kulit tubuh
bayi. Pada tempat predileksi dapat ditemukan terowongan berwarna putih abu-abu
dengan panjang yg bervariasi, rata-rata 1 mm, berbentuk lurus atau berkelokkelok.16
Kelainan kulit tersebut tidak hanya dapat disebabkan oleh tungau skabies,

tetapi bisa juga terjadi oleh penderita sendiri akibat dari garukan pada daerah yang
gatal. Gatal yang disebabkan oleh sensitisasi terhadap sekret dan ekskret dari
tungau yang memerlukan waktu kira-kira sebulan setelah infestasi. Pada saat itu
kelainan kulit menyerupai dermatitis dengan ditemukannya papul, vesikel,
urtikaria, dan manifestasi lain. Dengan garukan dari penderita dapat menimbulkan
manifestasi yang lebih parah, seperti dapat timbul erosi, ekskoriasi, dan infeksi
sekunder.5
2.1.5

Transmisi

Ada 2 cara penularan dari penyakit skabies ini, yaitu:
1. Kontak langsung, atau kontak kulit penderita dengan kulit orang lain.
Misalnya saat berjabat tangan, tidur bersama dan hubungan seksual dapat
menyebabkan orang tersebut tertular.
2. Kontak tidak langsung, orang lain tertular melalui benda milik penderita,
seperti pakaian, handuk, sprei, bantal,dan sebagainya.
Penularan yang terjadi biasanya oleh Sarcoptes scabiei betina yang sudah
dibuahi atau kadang-kadang oleh bentuk larva. Di kenal pula Sarcoptes scabiei
var. Animalis yang kadang-kadang dapat menulari kepada manusia, terutama pada

orang yang banyak memelihara binatang peliharaan seperti anjing.5

Universitas Sumatera Utara

9

2.1.6 Manifestasi klinis
Setelah infeksi awal gejala dapat terjadi dalam beberapa hari sampe beberapa
minggu untuk berkembang. Gejala yang terjadi pruritus mungkin timbul dalam
waktu 24 jam. Penderita skabies biasanya mengeluh pruritus yang paling parah di
malam hari, tapi kadang-kadang ada juga pasien yang tidak menunjukkan gejala.
Lesi yang paling khas dari skabies adalah berupa terowongan yang dibuat oleh
Sarcoptes scabiei tempat tinggal tungau tersebut. Terowongan ini biasanya tipis,
melengkung, berukuran 1 mm.2
Skabies ini biasanya menyerang manusia secara kelompok, misalnya dalam
sebuah keluarga biasanya seluruh anggota keluarga akan terkena infeksi. Begitu
pula pada sebuah perkampungan yang padat penduduknya, sebagian besar
tetangga yang dekat juga bisa tertular. Dikenal keadaan hiposensitisasi, yang
seluruh anggota keluarganya terkena. Walaupun mengalami infestasi tungau,
tetapi tidak memberikan gejala, penderita tersebut bersifat sebagai pembawa

(carrier).2
Pada ujung terowongan yang dibuat oleh parasit ini ditemukan papul atau
vesikel. Jika timbul infeksi sekunder ruam kulitnya menjadi polimorf (pustul,
ekskoriasi, dan lain sebagainya).5
Ada 4 tanda kardinal skabies yaitu:
1. Pruritus nokturna (gatal pada malam hari) oleh aktivitas tungau lebih
tinggi pada suhu yang lebih lembab dan panas.
2. Penyakit skabies menyerang manusia secara kelompok, misalnya dalam
sebuah keluarga biasanya seluruh anggota keluarga terkena infeksi, begitu
pula dalam sebuah perkampungan yang padat penduduknya, sebagian
besar tetangga yang berdekatan akan diserang oleh tungau tersebut.
3. Kunikulus (terowongan) pada tempat-tempat predileksi yang berwarna
putih atau keabu-abuan, berbentuk garis lurus atau berkelok, dengan
panjang sekitar 1 cm, pada ujung terowongan ditemukan papul atau
vesikel.

Universitas Sumatera Utara

10


4. Menemukan tungau, merupakan hal yang paling diagnostik, dapat
ditemukan 1 atau lebih stadium hidup tungau.5

Gambar 2.3. Gejala klinis penyakit skabies 15
2.1.7 Diagnosis
Diagnosis bisa ditegakkan dengan cara klinis maupun laboratorium. Secara
klinis diagnosis ditegakkan dengan melihat kelainan pada kulit, khususnya di
daerah predileksi serta memperhatikan pasien saat menggaruk. Diagnosis bisa
ditegakkan dengan menemukan 2 dari 4 tanda kardinal skabies. Secara
laboratorium dengan uji KOH dan uji tinta. Uji KOH yaitu kerokan kulit yang
diambil dari daerah predileksi diletakkan diatas object glass dan ditetesi larutan
kalium hidroksida (KOH 10%) kemudian dipanaskan sebentar, ditutup dengan
kaca penutup lalu di lihat di mikroskop. Pada uji tinta terowongan dapat dilihat
jelas jika kulit ditetesi dengan tinta hitam, setelah tinta pada kulit dicuci akan
terlihat terowongan yang berwarna kehitaman.17
Diagnosis dapat dipastikan bila ditemukan S.scabiei yang didapatkan dengan
cara mengeluarkan tungau dari kulit, dengan kerokan kulit atau biopsi. Tungau
sulit ditemukan pada pemeriksaan laboratorium karena tungau yang menginfestasi
penderita sedikit, penyebabnya adalah jumlah telur yang menetas hanya 10 %.
Selain itu garukan dapat mengeluarkan tungau secara mekanik dan jika terjadi

infeksi sekunder maka pus yang terbentuk dapat membunuh tungau karena
bersifat akarisida.2

Universitas Sumatera Utara

11

Untuk melakukan pemeriksaan laboratorium agar memberikan hasil yang
baik maka faktor-faktor yang harus diperhatikan adalah :
a. Papul yang baik untuk dikerok adalah papul yang baru dibentuk
b. Pemeriksaan jaringan dilakukan pada lesi ekskoriasi dan lesi dengan
infeksi sekunder
c. Kerokan kulit harus superfisial dan tidak boleh berdarah
d. Jangan mengerok dari satu lesi tetapi dari beberapa lesi. Tungau paling
sering ditemukan pada sela jari tangan sehingga perhatian terutama pada
daerah itu
e. Sebelum melakukan kerokan kulit teteskan minyak mineral pada skalpel
dan pada lesi yang akan dikerok.2
Dalam melakukan kerokan kulit, minyak mineral lebih unggul daripada
larutan potasium hidroksida karena :

a. Tungau mudah menempel pada minyak dan mudah diambil, tungau akan
tetap hidup.
b. Skuama dari kulit bercampur dengan minyak mineral dan lebih banyak
bahan yang tersedia untuk pemeriksaan mikroskopis.
Melakukan kerokan kulit dengan cara meneteskan satu tetes minyak mineral
pada skalpel steril. Biarkan minyak mengalir pada papul atau daerah yang akan
dikerok. Lalu lakukan pengerokan sekitar 6 atau 7 kali untuk mengangkat atap
papul, kemudian pindahkan ke gelas objek. Kemudian tambahkan 1 atau 2 tetes
minyak lalu aduk untuk mencampurkan bahan kerokan merata pada minyak.
Letakkan kaca penutup pada gelas objek, jangan sampai ada gelembung udara.
Kemudian melihat sediaan dibawah mikroskop.18
2.1.8 Tatalaksana
Syarat obat yang ideal adalah:
a. Harus efektif terhadap semua stadium tungau
b. Tidak menimbulkan iritasi dan tidak bersifat toksik

Universitas Sumatera Utara

12


c. Tidak berbau atau kotor serta tidak merusak atau mewarnai pakaian
d. Mudah diperoleh dengan harga yang terjangkau.
Cara pengobatannya adalah dengan mengobati seluruh anggota keluarga,
termasuk penderita yang hiposensitisasi.5
Jenis obat topikal:
a. Belerang endap (sulfur prepitatum) dengan kadar 4-20% dalam bentuk
salep atau krim. Penggunaan obat ini tidak boleh kurang dari 3 hari karena
tidak efektif terhadap stadium telur. Kekurangan obat ini berbau dan
mengotori pakaian dan kadang-kadang menimbulkan iritasi. Dapat dipakai
pada bayi berumur kurang dari 2 tahun.
b. Emulsi benzil-benzoas (20-25%), efektif terhadap semua stadium,
diberikan setiap malam selama 3 hari. Kekurangan obat ini yaitu: sulit
diperoleh, sering menyebabkan iritasi, kadang-kadang makin gatal setelah
dipakai.
c. Gama Benzena Heksa Klorida (gameksan) kadarnya 1% dalam krim atau
losio, termasuk obat pilihan karena efektif terhadap semua stadium, mudah
digunakan dan jarang menyebabkan iritasi. Obat ini tidak dianjurkan pada
anak kurang dari 6 tahun dan wanita hamil, karena toksis terhadap susunan
saraf pusat. Pemberiannya mudah, cukup dengan sekali pakai kecuali bila
gejala masih ada dapat diberikan seminggu kemudian.

d. Krotamiton 10% dalam krim atau losio merupakan obat pilihan juga,
karena mempunyai dua efek sebagai anti skabies dan anti gatal,
penggunaanya harus dijauhkan dari mata, mulut, dan uretra.
e. Permetrin dengan kadar 5% dalam krim, kurang toksik dibandingkan
dengan gameksan, efektifitasnya sama, digunakan hanya sekali dan
kemudian dihapus setelah 10 jam. Bila masih ada gejala diulangi setelah
seminggu. Obat ini tidak dianjurkan pada bayi dibawah umur 2 bulan.2,10
Selain pemberian obat dianjurkan juga langkah-langkah pengendalian
lingkungan termasuk mencuci sprei dan pakaian pada 140°F (60°C) di

Universitas Sumatera Utara

13

pengeringan panas, jika tidak bisa dimesin cuci, isolasi dalam kantong plastik
setidaknya 72 jam.2
2.1.9 Pencegahan
Untuk melakukan pencegahan skabies dapat dilakukan dengan cara yaitu:
1. Menghindari kontak langsung dengan penderita skabies dan mencegah
penggunaan barang-barang penderita secara bersama.
2. Pakaian, handuk, dan barang-barang lain yang digunakan penderita harus
diisolasi dan dicuci dengan air panas.
3. Benda-benda yang tidak dapat dicuci dengan air dimasukkan kedalam
kantong plastik selama 7 hari, lalu dijemur di bawah sinar matahari.
4. Sprei penderita harus diganti dengan yang baru maksimal tiga hari sekali.
5. Kebersihan tubuh dan lingkungan termasuk sanitasi serta pola hidup yang
sehat akan mempercepat kesembuhan dan bisa memutus siklus hidup
skabies.19
2.1.10 Prognosis
Skabies dengan diagnosis tepat, pemilihan dan cara pemakaian obat yang
tepat, menghilangkan faktor predisposisi, penyakit ini dapat dicegah dan akan
memberikan prognosis yang baik.5
2.2

Pengetahuan

2.2.2 Definisi pengetahuan
Pengetahuan berasal dari kata “tahu”. Kata tahu memiliki banyak pengertian
seperti mengerti sesudah melihat, sadar, dan mengenal. Kata pengetahuan juga
berarti segala sesuatu yang diketahui, seseorang dikatakan tahu tentang sesuatu
hal apabila orang tersebut sudah mengetahui dan mengerti tentang sesuatu
tersebut.20 Banyak hal yang mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang seperti
usia, jenis kelamin, kegiatan sehari-hari, sumber informasi, dan riwayat menderita
suatu penyakit. Biasanya semakin bertambah usia seseorang maka kegiatan,
informasi dan pengalaman yang diperoleh banyak, akan semakin luas
pengetahuan yang dimiliki. Kurang mendalamnya pengetahuan mengenai

Universitas Sumatera Utara

14

kesehatan yang diajarkan dipesantren menyebabkan sebagian besar santri
memiliki tingkat pengetahuan yang kurang.21
2.2.3 Tingkat pengetahuan
Tingkat pengetahuan terdiri atas :
1. Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya.
2. Memahami (comprehension)
Diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan kembali apa yang
sudah diketahui.
3. Aplikasi (application)
Yaitu sebagai suatu kemampuan untuk menggunakan materi yang telah
dipelajari pada situasi, kondisi sebenarnya.
4. Analisa (analysis)
Analisa yaitu untuk menjabarkan materi atau objek kedalam suatu
komponen. Tapi masih berkaitan satu sama lain.
5. Sintesis (synthesis)
Merupakan suatu kemampuan untuk meletakkan atau menggabungkan
bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.
6. Evaluasi (evaluation)
Adalah kemampuan melakukan penelitian atau justifikasi terhadap suatu
materi atau objek.22
Menurut Nursalam, 2008. Tingkat pengetahuan dibagi 3 kategori:
1. Baik apabila responden dapat menjawab dengan benar 76%-100% dari
keseluruhan pertanyaan yang diberikan.
2. Cukup apabila responden dapat menjawab pertanyaan dengan benar 56%75% dari keseluruhan pertanyaan yang diberikan.
3. Tingkat pengetahuan kurang baik apabila responden dapat menjawab
dengan benar, kurang dari 56% dari keseluruhan pertanyaan tersebut.22

Universitas Sumatera Utara

15

Pada dasarnya pengetahuan tentang faktor penyebab skabies masih kurang,
sehingga dianggap sebagai penyakit yang biasa saja karena tidak membahayakan
jiwa. Masyarakat tidak mengetahui bahwa luka akibat garukan skabies dapat
menyebabkan infeksi sekunder yang berakibat kerusakan jaringan kulit akut.
Tingkat pendidikan ternyata berhubungan dengan tingkat prevalensi skabies,
tingkat pendidikan rendah cenderung lebih tinggi prevalensi skabiesnya daripada
dengan orang yang berpendidikan tinggi.22
2.3

Perilaku

2.3.1 Definisi perilaku
Perilaku adalah merupakan tanggapan atau reaksi individu terhadap
rangsangan atau lingkungan. Perilaku adalah suatu respon terhadap stimulus dan
akan sangat ditentukan oleh keadaan stimulusnya. Individu seakan-akan tidak
mempunyai kemampuan untuk menentukan perilakunya sehingga stimulus dan
respon seakan-akan bersifat mekanitik.20
Respon perilaku terdiri atas :
1. Respon refleksif
Merupakan respon yang dihasilkan oleh rangsangan-rangsangan tertentu.
Biasanya respon yang dihasilkan bersifat tetap. Orang akan tertawa apabila
mendengar kabar gembira atau lucu, sedih jika mendengar musibah.
2. Operan respon
Respon yang dihasilkan apabila diberikan stimulus berupa penguatan. Dari
penguatan ini agar respon yang dihasilkan semakin bagus dan
berkembang.23
2.3.2 Bentuk perubahan perilaku
1. Perubahan alamiah
Perilaku yang dihasilkan dari proses belajar sangat tergantung, dari
stimulus dan lingkungan saat proses belajar berlangsung.

Universitas Sumatera Utara

16

2. Perubahan terencana
Perubahan perilaku yang benar-benar direncanakan, seperti berecana akan
merubah perilaku sehari-hari yang buruk, tidak peduli kebersihan,
kesehatan, untuk jadi lebih baik dan lebih peduli.
3. Kesediaan untuk berubah
Kesediaan untuk berubah bagi setiap orang berbeda-beda. Perbedaan
individual berupa bio, psiko, sosial kultural dan spritual sangat
mempengaruhi pengambilan keputusan bagi individu untuk perubahan
perilakunya.23
Perilaku kesehatan diklasifikasikan menjadi 3 kelompok:
1. Perilaku pemeliharaan kesehatan
Merupakan perilaku atau usaha-usaha seseorang untuk memelihara atau
menjaga kesehatan agar tidak sakit dan usaha untuk penyembuhan bila
sakit.
2. Perilaku pencarian atau penggunaan sistem pelayanan kesehatan atau
perilaku pencarian pengobatan (health seeking behavior)
Perilaku ini menyangkut upaya pada saat menderita atau kecelakaan,
tindakannya dimulai dari mengobati diri sendiri sampai mencari
pengobatan keluar negeri.
3. Perilaku kesehatan lingkungan
Bagaimana seseorang merespon lingkungan, baik lingkungan fisik maupun
sosial budaya, sehingga lingkungan tersebut tidak mempengaruhi
kesehatannya.24
Perilaku hidup bersih dan sehat adalah upaya sebagai pengalaman belajar atau
menciptakan suatu kondisi perorangan, keluarga, kelompok, dan masyarakat
dengan membuka jalur komunikasi, memberikan informasi dan melakukan
edukasi untuk meningkatkan pengetahuan , sikap dan perilaku guna membantu
masyarakat sadar, mau dan mampu mempraktekkan PHBS.25

Universitas Sumatera Utara

17

2.3.3 Indikator perilaku
Indikator PHBS tatanan institusi pendidikan ( pesantren):
1. Tersedia jamban yang bersih dan sesuai dengan jumlah siswa
2. Tersedia air kran yang mengalir di setiap kelas
3. Tidak ada sampah yang berserakan di lingkungan sekolah
4. Ketersediaan UKS yang berfungsi dengan baik
5. Siswa menjadi anggota dana sehat (JPKM)
6. Siswa pada umumnya (60%) kukunya pendek dan bersih
7. Siswa tidak merokok
8. Siswa ada yang menjadi dokter atau promosi kesehatan.25
Perilaku sehat diukur melalui tiga parameter yaitu pengetahuan, sikap, dan
tindakan terhadap skabies. Ketiga parameter tersebut menunjukkan peran yang
nyata terhadap prevalensi penyakit skabies. Pengukuran perilaku dilihat dari
kebiasaan para santri yang dinilai dari jawaban pertanyaan yaitu :
a. Perilaku yang buruk seperti sering memakai baju atau handuk bergantian
dengan teman, tidur bersama dan berhimpitan dalam suatu tempat.
b. Perilaku yang baik dengan memakai pakaian sendiri atau tidak memakai
baju atau handuk bergantian dengan teman.9
2.3.4 Personal Hygiene
Personal hygiene berasal dari bahasa yunani yaitu: personal yang artinya
perorangan dan hygiene berarti sehat. Kebersihan per orang adalah suatu tindakan
untuk memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik
dan psikis. Seseorang dikatakan memiliki kebersihan diri baik apabila orang
tersebut dapat menjaga kebersihan tubuhnya.26
Kulit yang pertama kali menerima rangsangan seperti sentuhan, rasa sakit,
maupun pengaruh buruk dari luar. Kulit berfungsi untuk melindungi permukaan
tubuh, memelihara suhu tubuh dan mengeluarkan kotoran-kotoran tertentu. Kulit
juga penting produksi vitamin D oleh tubuh yang berasal dari sinar ultraviolet,
maka kulit perlu dijaga kesehatannya. Penyakit kulit dapat disebabkan oleh jamur,

Universitas Sumatera Utara

18

virus, kuman, parasit, dll. Salah satu penyakit kulit yang disebabkan oleh parasit
yaitu skabies.5
Dalam sehari-hari kebersihan merupakan hal yang sangat penting dan harus
diperhatikan karena kebersihan akan mempengaruhi kesehatan dan psikis
seseorang. Kebersihan itu sendiri sangat dipengaruhi oleh individu dan kebiasaan.
Jika seseorang sakit, mungkin masalah kebersihannya kurang dijaga.26
Tampak sekali peran hygiene perorangan dalam penularan penyakit skabies.
Tungau sarcoptes scabiei akan lebih mudah menginfestasi individu dengan
hygiene perorangan yang buruk, yaitu: malas mandi, malas keramas, jarang
mencuci handuk, jarang mengganti pakaian. dan sebaliknya lebih sukar
menginfestasi individu dengan hygiene perorangan yang baik yaitu: mandi, dan
keramas teratur, pakaian dan handuk sering dicuci. karena tungau dapat hilang
dengan mandi dan keramas teratur, pakaian dan handuk sering dicuci dan
kebersihan alas tidur.9
2.4

Faktor yang mempermudah penularan skabies
1. Sanitasi
Berdasarkan sebuah penelitian, penyakit skabies adalah penyakit kulit
yang berhubungan dengan sanitasi dan hygiene yang buruk, kekurangan
air, kekurangan makan dan hidup dalam lingkungan ramai terutama di
daerah kumuh dengan sanitasi yang sangat jelek.
2. Pengetahuan
Skabies penyakit yang termasuk sulit diberantas pada lingkungan
masyarakat yang tingkat pendidikan dan pengetahuannya masih rendah.
3. Kepadatan penduduk
Kepadatan penduduk merupakan faktor yang sangat berpengaruh terhadap
penularan skabies.
4. Perilaku
Sering terjadi penularan skabies melalui kontak tidak langsung dari
perilaku yang sering memakai handuk penderita, pakaian, pemakaian
sabun mandi, kebiasaan tidur bersama.

Universitas Sumatera Utara

19

5. Ekonomi yang rendah
Skabies sering dijumpai pada penduduk yang status ekonomi rendah. Rasa
gatal terjadi terutama pada malam hari, secara tidak langsung mengganggu
kelangsungan hidup masyarakat terutama karena tersita waktu istirahat,
menyebabkan kegiatan yang akan dilakukan pada siang hari akan
terganggu.
6. Personal Hygiene
Hygiene yang buruk meningkatkan infeksi skabies.
7. Hubungan seksual
Orang yang sering melakukan hubungan seksual dengan berganti-ganti
pasangan, adalah populasi yang berisiko terkena skabies, dengan
penularan melalui kontak tubuh.8

Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Gambaran Persepsi Pemenuhan Dasar Personal Hygiene Pada Anak-Anak Jalanan Usia 6-12 Tahun Di Kecamatan Medan Helvetia Daerah Kampung Lalang Medan

11 161 51

Gambaran Pengetahuan dan Perilaku Personal Hygiene pada Penderita Skabies di Pesantren Modern Ta’dib Al-Syakirin Medan Tahun 2016

10 52 76

HUBUNGAN PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN SKABIES DI PONDOK PESANTREN AS-SALAM Hubungan Personal Hygiene Dengan Kejadian Skabies Di Pondok Pesantren As-Salam Surakarta 2013.

0 1 14

HUBUNGAN PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN SKABIES DI PONDOK PESANTREN AS-SALAM Hubungan Personal Hygiene Dengan Kejadian Skabies Di Pondok Pesantren As-Salam Surakarta 2013.

0 2 15

Gambaran Pengetahuan dan Perilaku Personal Hygiene pada Penderita Skabies di Pesantren Modern Ta’dib Al-Syakirin Medan Tahun 2016

0 0 14

Gambaran Pengetahuan dan Perilaku Personal Hygiene pada Penderita Skabies di Pesantren Modern Ta’dib Al-Syakirin Medan Tahun 2016

0 0 2

Gambaran Pengetahuan dan Perilaku Personal Hygiene pada Penderita Skabies di Pesantren Modern Ta’dib Al-Syakirin Medan Tahun 2016

0 0 4

Gambaran Pengetahuan dan Perilaku Personal Hygiene pada Penderita Skabies di Pesantren Modern Ta’dib Al-Syakirin Medan Tahun 2016

1 2 3

Gambaran Pengetahuan dan Perilaku Personal Hygiene pada Penderita Skabies di Pesantren Modern Ta’dib Al-Syakirin Medan Tahun 2016

0 0 24

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN SKABIES PADA SANTRI PUTRA PONDOK PESANTREN AL-LUQMANIYYAH YOGYAKARTA SKRIPSI

0 0 14