Laporan 10 thn PEKKA

SEPULUH TAHUN
PEMBERDAYAAN PEREMPUAN KEPALA KELUARGA (PEKKA)
Desember 2001-Desember 2011

Duren Sa wi t Asri Kav .I No. 2A, Jl. Lapang an 1 , Jak-T im 13440, Jakart a - I nd one si a
T el . (+ 6221) 8660 3 787 86 0 932 5, F ax . (+ 6221) 8660 378 7
e-m ail : pekka@ cbn. net . i d web. www. pekk a. or. i d

Daftar isi
SEPULUH TAHUN
PEMBERDAYAAN PEREMPUAN KEPALA KELUARGA (PEKKA)
Desember 2001-Desember 2011
I.

PENGANTAR....................................................................................................... 11

II.

PERJALANAN MENGGAPAI KEADILAN DAN MARTABAT ...................................... 14
1.


APA ITU PEKKA? .................................................................................................... 14

2.

MENGAPA PEKKA? ................................................................................................ 15

3.

SIAPA PEREMPUAN KEPALA KELUARGA (PEKKA)? ................................................ 15

4.

BAGAIMANA PROFIL PEREMPUAN KEPALA KELUARGA YANG DIDAMPINGI
SEKNAS PEKKA? ..................................................................................................... 15

5.

APA TUJUAN PEMBERDAYAAN YANG DILAKUKAN OLEH SEKNAS PEKKA?........... 19

6.


APA TEORI PERUBAHAN YANG DIPERGUNAKAN PEKKA? ..................................... 20

7.

BAGAIMANA CARA SEKNAS PEKKA MENCAPAI TUJUANNYA? ............................. 21

8.

APA SAJA KEGIATAN PEMBERDAYAAN YANG DILAKUKAN SEKNAS PEKKA? ........ 23

9.

DIMANA WILAYAH KERJA PEKKA .......................................................................... 24

10. TONGGAK PERISTIWA PENTING DALAM PERJALANAN 10 TAHUN PEKKA .......... 25
11. APA HASIL PEKKA SELAMA 10 TAHUN? ................................................................ 30
12. PERUBAHAN YANG DIRASAKAN PEKKA ................................................................ 36
13. EKSISTENSI DAN KONTRIBUSI ............................................................................... 38
A.


Keberadaan Organisasi Pekka ................................................................................ 38

B.

Pemberitaan media massa ..................................................................................... 41

C.

Jaringan kerja ......................................................................................................... 41

D.

Penghargaan........................................................................................................... 43

E.

Peran Penting Pusat Belajar Pekka (Center Pekka) ................................................ 43

III. APA YANG BISA DIPELAJARI DARI PEMBERDAYAAN PEKKA ................................. 44

1.

Da i p og a pe a gu a
e jadi ge aka ke asya akata adalah
mungkin! ............................................................................................................... 44

2.

Aksi afirmasi (affirmative action) untuk mengangkat yang tak tersembunyi
menjadi terlihat ..................................................................................................... 51

1

3.

Menerjemahkan konsep besar dan jargon ke dalam kegiatan praktis yang
menjawab kebutuhan mendesak komunitas Pekka ............................................. 51

4.


Menyadari peran penting Seknas PEKKA sebagai lembaga pengembangan dan
pendukung gerakan yang otonom dari organisasi Pekka ..................................... 52
A.

Pendamping lapang (PL); ........................................................................................ 53

B.

Sekretariat dan tim koordinasi dan tenaga ahli ..................................................... 53

5.

Mengubah kebijakan dengan keterlibatan, komunikasi dan dialog ..................... 53

6.

Mendapatkan pembiayaan multi aspek yang berkelanjutan adalah Hak. ........... 53
A.

Dana langsung masyarakat (DLM) untuk sumberdaya ekonomi kolektif .............. 54


B.

Dana Pelatihan dan pendampingan teknis ............................................................ 54

C.

Dana untuk penunjang kesekretariatan ................................................................. 55

7.

Apa Pengalaman yang menyebabkan kemunduran (backlash) di pekka? ........... 56

8.

“e agai pilot p oyek , apakah pe dekata pekka telah diadaptasi oleh p og a
lain? ....................................................................................................................... 58

9.


Jadi.., apa fokus strategi pekka 10 tahun kedepan? ............................................. 60
A.

Kemandirian gerakan Pekka (independency) ......................................................... 60

B.

Keberlanjutan (sustainability) ................................................................................ 60

C.

Perluasan manfaat (inclusiveness) ......................................................................... 60

D.

Partisipasi, keterlibatan dan posisi politik (engagement) ...................................... 61

E.

Melembagakan proses yang sudah berjalan .......................................................... 61


F.

Memublikasikan pembelajaran yang dikumpulkan selama proses Pemberdayaan
Pekka ...................................................................................................................... 61

IV. TENTANG DANA DAN PENDANAAN PEKKA ......................................................... 62
V. MENGENAL PEKKA LEBIH DEKAT MELALUI CERITA MEREKA ................................ 68
VI. ORGANISASI PEKKA ............................................................................................ 91
VII. LAMPIRAN ......................................................................................................... 99

2

SEPULUH TAHUN
PEMBERDAYAAN PEREMPUAN KEPALA KELUARGA (PEKKA)
Desember 2001-Desember 2011
Ka i ersa a de ga ti pergi ke Desa Mutiara di Ka upate Pidie, NAD e erapa
tahun yang lalu. Dan kami duduk di mesjid di sana untuk berbicara dengan masyarakat.
Dan muncul beberapa perempuan yang marah kepada saya. Mereka bilang kamu suka
bicara tentang kemiskinan, tapi kami di sini ini cukup miskin tidak ada program untuk

membantu kami. Dan saya membuat refleksi dan memang mereka benar. Ketika
kembali ke Jakarta dan saya membuat penelitian, ada banyak desa seperti itu, semua
bisa lihat yang miskin itu perempuan janda. Program lain tidak sampai ke mereka, oleh
karena itu kami duduk bersama dengan orang dari Depdagri, Komnas Perempuan dan
ibu Nani Zulminarni untuk pikir bersama kalau bisa bangun salah satu proyek baru
khusus u tuk i u ja da . (Scott Guggenheim, Bank Dunia, Jakarta 2004)

“Akhirnya saya bisa memiliki kapal motor sendiri untuk mengembangkan
usaha rumput laut saya. Kegiatan simpan pinjam di Pekka
memungkinkan saya meminjam untuk membeli kapal motor ini. Baru
pertama kali janda seperti saya mampu memiliki kapal motor sendiri di
ilayah i i Wa Ode “aha a, “ultra
Wa Ode Sahana masih dalam keadaan berduka karena suaminya terbunuh dalam
konflik bersenjata di Maluku tahun 1999 yang lalu. Dia dan anaknya kemudian
mengungsi ke Buton, di Sulawesi Tenggara, yang sebetulnya tanah kelahirannya.
Disinilah Sahana kemudian bergabung dengan kelompok Pekka yang dikembangkan
di wilayahnya pada tahun 2002.

Sahana bekerja bertanam rumput laut untuk menghidupi keluarganya. Dia harus ke
tengah laut agar rumput lautnya dapat tumbuh lebih baik. Sebelum membeli kapal


3

motor, Sahana biasanya menggunakan perahu kecil yang didayung untuk mencapai
tempatnya menanam rumput laut dan membawa hasil panennya ke pantai. Tahun
2004, Sahana memutuskan untuk meminjam modal usaha dari kelompok Pekka-nya
sebesar Rp.6,000,000. Pinjaman ini dipergunakannya untuk membeli kapal motor
sehingga dia bisa lebih cepat menjangkau tengah laut dan membawa hasil panen
rumput lautnya dengan lebih leluasa. Dalam waktu satu tahun, Sahana telah mampu
membayar cicilan pinjaman di kelompok simpan pinjam Pekka- ya. “aya tak pe ah
membayangkan bisa memiliki kapal motor, rasanya seperti mimpi saja egitu
ucapnya. Memang biasanya hanya laki-lakilah yang memiliki kapal motor besar di
kampungnya itu. Pendapatannya meningkat tiga kali lipat dibanding sebelumnya, dan
dia telah menjadi inspirasi bagi banyak perempuan miskin di wilayahnya untuk
menggapai mimpinya setinggi apapun.

4

Ta pa PEKKA, saya tidak aka per ah e jadi ja da perta a ya g
mampu dan diterima masyarakat untuk menjadi kepala desa di pulau ini.

Saya bisa membawa banyak perubahan pada desa saya karena saya
e erapka a yak hal ya g saya pelajari di Pekka Petro ela Peni
(NTT)

Petronela Peni adalah seorang janda dari Desa Nulan di pulau Adonara, Flores Timur,
NTT. Dia mulai bergabung dengan Pekka tahun 2006 dan kemudian mendapatkan
beberapa akses pelatihan hingga ke tingkat Nasional yang diselenggarakan oleh
Seknas PEKKA. Hal ini membuat Petronela Peni memiliki pengetahuan dan wawasan
yang luas serta menumbuhkan potensi kepemimpinan. Didukung oleh kelompok
Pekka di wilayahnya, Petronela memberanikan diri untuk mengikuti pemilihan kepala
desa di wilayahnya. Sebetulnya mereka tidak terlalu yakin akan menang karena
belum pernah ada janda yang menjadi kepala desa, dan hal ini juga tabu. Namun
mereka sangat surprise karena Petronela mendapatkan 72% suara mengalahkan
lawannya yang laki-laki. Petronela menjadi janda pertama yang menjadi kepala desa
di wilayahnya itu. Dia menerapkan semua pengetahuan yang diperolehnya dari
pelatihan di Pekka seperti menerapkan pendekatan yang partisipatif dan transparan
dalam memimpin desanya. Sebagai hasilnya, setelah dua tahun memimpin,
Petronela mampu membangun jalan desa, dua puskesmas dan membawa listrik
masuk desanya untuk pertama kali setelah lebih dari 60 tahun merdeka, hanya
dengan dana pembangunan desa sebesar Rp.450 juta..

5

Pekka telah e gu ah hidup saya dari kor a kekerasa ru ah tangga
yang terpuruk, menjadi paralegal yang membantu masyarakat
e gakses keadila I as, Cia jur, Ja a Barat

Imas sangat depresi dan marah, untuk ketiga kalinya suaminya memiliki perempuan
lain bahkan menikahinya. Suaminya juga memukul Imas yang membuat nya
memutuskan untuk berpisah dari suaminya itu. Tahun 2005, Imas bergabung dalam
kelompok Pekka di Cianjur, dan di sinilah Imas banyak belajar pengetahuan dan
keterampilan baru termasuk tentang hukum. Imas baru menyadari bahwa apa yang
dilakukan suaminya adalah kekerasan dalam rumah tangga dan sudah ada
perlindungan hukum baginya. Dengan kesadaran baru ini, Imas menggugat cerai
suaminya dan melaporkan kasus kekerasan suaminya ke polisi. Imas termotivasi
untuk terus mendalami soal hukum khususnya bagaimana mendapatkan akses
keadilan dan perlindungan bagi perempuan dan anak. Meskipun hanya lulus SMP,
Imas memiliki pengetahuan dan pengalaman yang mengantarkannya menjadi
paralegal yang handal. Imas telah memfasilitasi dan mendampingi puluhan anggota
Pekka dan masyarakat lainnya mengakses keadilan melalui sidang keliling serta
membantu ratusan anak-anak miskin mendapatkan akte kelahiran secara gratis. Imas
sekarang sangat mandiri dan penuh percaya diri, terus mendampingi masyarakat
mendapatkan keadilan khususnya dalam persoalan keluarga.

6

Sekarang saya dah bisa membaca, menulis, menghitung dan
menggunakan kalkulator. Pekka memotivasi saya untuk belajar
meskipun awalnya saya buta huruf. Dan pinjaman modal dari koperasi
Pekka mengubah hidup saya dari uruh e jadi juraga Daryati, Ja a
Tengah)

Daryati adalah seorang janda bercerai dari suaminya dan harus menghidupi 5 orang
anaknya sendiri sebagai buruh bawang di kampungnya. Tahun 2004, Daryati
bergabung dalam kelompok Pekka di wilayahnya, di Jawa Tengah. Daryati tidak
pernah bersekolah sehingga dia tidak bisa baca tulis. Meskipun demikian, dia dipilih
menjadi ketua kelompok oleh kawan-kawannya yang semuanya juga buta huruf.
Untuk membantunya mencatat simpan pinjam,Daryati meminta bantuan
tetangganya yang akhirnya membawa kabur uangnya. Sejak itu Daryati termotivasi
untuk belajar baca tulis. Dia meminta dikembangkan kegiatan baca tulis di
kelompoknya. Semangat belajarnya tinggi, dia berlatih membaca dari bungkus Koran
dan bahan bacaan yang didapatkannya di lapangan. Dia belajar menulis dengan cara
menuliskan kembali tulisan dari Koran bekas bungkus dan sampah. Saat ini Daryati
sudah mahir membaca, menulis dan menghitung. Dengan pinjaman modal dari
koperasi Pekka-nya, Daryati sekarang tak lagi memburuh namun menjadi juragan
bawang. Dia juga menjadi motivator yang sangat aktif di kelompoknya.

7

KAMI BEKERJA KERAS UNTUK MEREALISASIKAN HARAPAN DAN DOA PARA TOKOH
YANG DISAMPAIKAN 7 TAHUN LALU (2004)
Kalau kita ru ut ke ali dari a al, progra Pekka ini, kan diadakan karena belajar
dari belum optimalnya partisipasi kaum perempuan di dalam program PPK, kemudian
dirancang program Pekka ini untuk mencari pendekatan baru. Sekarang kita lihat
ternyata hasilnya jauh berbeda, kelompok-kelompok perempuan memang terorganisir,
ibu-ibu kepala keluarga ini lebih percaya diri, lebih termotivasi, lebih berani untuk
berbicara di muka forum-forum. (Bito Wikantosa, Pimpro PPK)
Pe erdayaa Pere pua Kepala Keluarga
atau disingkat PEKKA ini langka terjadi,
karena bukan merupakan data perempuan
yang diolah secara ilmiah statistik empiris
valid dan bukan hanya uraian tentang
kemiskinan. Melalui Pekka kita mengenali,
posisi perempuan kepala keluarga dan
tantangan hidup mereka. Realitas hidup
mereka belum banyak dikenal karena letak
geografis, kondisi sosial budaya desa asalnya dan kondisi daerah konflik. Tetapi juga
karena paradigma pembangunan yang ditetapkan telah menyebabkan bahwa ada
penduduk miskin yang telah atau jara g dise tuh oleh pe eri tah pusat atau daerah .
(Prof. Dr. Saparinah Sadli, Guru Besar UI, Tokoh Nasional Perempuan)
Diharapka
elalui ad okasi dapat eru ah ara
berpikir, merubah kebijakan pihak-pihak pemerintah
dan organisasi masyarakat yang sangat besar
pengaruhnya, perubahan itu sesuai dengan aspirasi
kita. Saya kira apa yang dilakukan oleh Pekka dalam
forum ini secara jelas menyuarakan apa yang
diinginkan apa yang dibutuhkan. Bicaralah sejelas
mungkin tentang apa yang dianggap kebutuhan bagi
para perempuan kepala keluarga yang selama ini
belum dipenuhi.
Memang ada kebutuhan yang
sebenarnya bisa dipenuhi oleh diri kita sendiri. Karena kita sedang membangun
kekuatan dalam diri kita dengan berorganisasi .
Ka ala Cha drakira a, ketua
Komnas Perempuan)
I i orga isasi dari a ah da
e a g er eda de ga orga isasi ya g dari atas. I i
memang pada hakikatnya ‘kan keluar dari bawah yang tidak terkontaminasi ideologi
politik manapun. Kalau PKK itu ‘kan sangat punya kepentingan politik. Semua
kegiata ya itu sa gat se u tidak riil seperti i i, kare a i i ‘ka le ih ke asalah ya g

8

sesungguhnya, bagaimana seseorang janda harus mandiri yang harus tegak berdiri dan
harus mampu membiayai anak-anaknya sendiri dan itu telah dilakukan secara konkrit
oleh Pekka (Ahmad Tohari, Tokoh dan Budayawan Nasional)
Fe o e a si gle pare t itu fe o e a
sosial yang lebih sering dianggap sebagai
masalah sosial yang perlu dicari solusinya .
Yang mendapat vonis sosial adalah
perempuannya, sering kali tanggungan
anak juga pada perempuan. Persepsi sosial
masih sering menempatkan bahwa laki-laki
itu yang benar lalu kemudian menimpakan
kesalahan pada perempuan itu begitu saja.
Saya rasa sudah saatnya melakukan proses
pencerahan bahwa ada persoalan-persoalan
sosial yang harus kita cari solusinya. Mereka ini ternyata perempuan-perempuan hebat
ya g pu ya pote si keuleta da pere pua ya g au ekerja keras (Khofifah Indar
Parawansa, mantan Menteri Pemberdayaan Perempuan, Anggota DPR)
Terus tera g Pekka ini sangat berbeda dengan apa yang dilakukan oleh para NGO,
karena kita mendekonstruksi banyak hal. Misalnya kita mendekonstruksi tentang
perempuan kepala keluarga. Bahwa dalam dokumen negara, statistik itu selalu
mengacu kepada laki-laki sebagai kepala keluarga. Yang kedua itu ini mendobrak unit
analisa. Selama ini dalam ilmu sosial dan ilmu antropologi unit analisanya itu selalu
keluarga, itu sebenarnya unit analisa itu tidak akurat sama sekali karena unit analisanya
itu adalah individu yang bisa berarti bisa laki-laki dan bisa perempuan. Jadi sangat
impress dan saya sangat senang dengan kegiatan ini dan sangat penting saya kira
(Natsir, anggota masyarakat, Jakarta)
Dari a al ya ko as pere pua sa gat yaki ah a i u-ibu telah berjuang untuk
menghidupkan keluarga. Oleh karena itulah Komnas perempuan mendukung adanya
program pemberdayaan perempuan kepala keluarga. Perjuangan ibu-ibu ini adalah
sebuah realita. Perjuangan ibu-ibu adalah perjuangan untuk menciptakan kehidupan
tanpa kekerasan. Optimisme untuk menjadi kepala keluarga bukan hanya untuk diakui
tapi harus diteri a oleh asyarakat I do esia . (Samsidar, Pjs Sekjen Komnas
Perempuan)
“aya opti is de ga progra i i da terus dida pi gi, aka
e a tu proses
pengentasan kemiskinan di Klubagolit. Karena 70% warga sini tergolong keluarga
prasejahtera. Dan kebanyakan memang perempuan kepala keluarga. Di lapangan
mungkin belum maksimal, tapi dalam hal berkoperasi, desa yang menjadi sasaran Pekka
ini cukup berhasil. Ini dilihat dari kesadaran meminjam dan mengembalikan. Jadi saya

9

kira jika program ini berjalan dengan baik, maka akan menjawab tantangan bahwa
masyarakat Klubagolit miskin, sekaligus perempuan ditampilkan ke masyarakat dan
menunjukkan bahwa mereka juga berperan dalam pembangunan, terutama
pe a gu a eko o i . (Dr. Yosef K, Camat Klubagolit, NTT)
Kalau e urut saya progra itu agus sekali e a tu progra i i e a tu para
janda yang telah ditinggal mati oleh suaminya dia berusaha bangkit untuk membantu
ekonomi keluarganya, saya sendiri adanya program Pekka ini sangat mendukung sekali
khusus ya di ke a ata Ta ju g sia g i i . (Nita Bambang, Ketua Tim Penggerak PKK
Kecamatan Tanjungsiang, Jawa Barat)
U tuk elakuka peru aha sosial udaya terhadap ilai da perilaku yang merugikan
perempuan dan anak-anak ini memerlukan upaya serius dengan melibatkan berbagai
pihak termasuk tokoh adat, tokoh agama, pemerintah, dan terutama masyarakat
sendiri. Melalui forum yang ada, kelompok Pekka dapat memfasilitasi proses dialog
untuk membicarakan hal ini . Kas iati, akti is pere pua , tokoh pere pua adat
NTB)
Kalau e urut saya progra itu agus sekali e a tu progra i i e a tu para
janda yang telah ditinggal mati oleh suaminya dia berusaha bangkit untuk membantu
ekonomi keluarganya, saya sendiri adanya program Pekka ini sangat mendukung sekali
khusus ya di ke a ata Ta ju g sia g i i . (Nita Bambang, Ketua Tim Penggerak PKK
Kecamatan Tanjungsiang, Jawa Barat)
U tuk elakuka peru aha sosial udaya terhadap ilai da perilaku yang merugikan
perempuan dan anak-anak ini memerlukan upaya serius dengan melibatkan berbagai
fihak termasuk tokoh adat, tokoh agama, pemerintah, dan terutama masyarakat
sendiri. Melalui forum yang ada, kelompok Pekka dapat memfasilitasi proses dialog
untuk membicarakan hal ini . Kas iati, akti is pere pua , tokoh pere pua adat
NTB)

10

I. PENGANTAR

Pemberdayaan tidak boleh dibatasi oleh kerangka proyek karena
pemberdayaan khususnya bagi perempuan bukanlah sebuah
tujuan, melainkan proses dan perjalanan kehidupan perempuan
DARI MEJA KOORDINATOR NASIONAL PEKKA
10 Tahun yang penuh inspirasi

Wa Ode Sahana, Petronela Peni, Imas dan
Daryati, hanyalah sebagian kecil dari
ribuan perempuan kepala keluarga
(Pekka) yang saya temui dalam perjalanan
10 tahun Pemberdayaan Perempuan
Kepala Keluarga (PEKKA), yang kisah
hidupnya sangat menginspirasi. Ketika
memulai PEKKA 10 tahun lalu, tidaklah
serta-merta dapat dibayangkan
bagaimana kehidupan Pekka yang sangat
menyedihkan pada saat itu dapat
berubah. Tak terbayangkan bagaimana akan mengubah wajah suram, pesimis, sedih,
minder dan tertekan menjadi raut optimis, penuh senyum dan semangat, serta gairah
akan kehidupannya? Justru yang masih lekat teringat dan terasakan hingga saat ini
adalah sesaknya dada dengan kemarahan, kesedihan, dan kekecewaan menyaksikan
kehidupan Pekka yang sangat memprihatinkan, di tengah kemewahan hidup yang dapat
diraih oleh warga masyarakat lainnya. Kehidupan Pekka seolah berhenti dari detak
waktu, dan mereka larut dalam pusaran kerasnya kehidupan tanpa suami yang harus
dijalaninya. Tidak hanya harus berjuang menafkahi anak dan anggota keluarganya saja,
Pekka juga ha us e taha di te gah keja ya pela ela egatif ya g ha us
disandang oleh perempuan tanpa suami di dalam tatanan nilai yang berlaku dalam
masyarakat.
Mi pi , i ilah hal pe ta a ya g e u ut he at ka i ha us di a gu dala di i
Pekka. Kehidupan yang begitu keras, telah membuat mereka kehilangan kepercayaan
diri bahkan hanya untuk sekedar bermimpi pun mereka tidak berani. Dua tahun
pertama, tim Seknas PEKKA menginvestasikan waktu untuk berproses bersama Pekka,
e a gu
i pi da i pia ya seti ggi u gki . I gi pu ya ua g a yak, i gi
pu ya u ah, i gi pu ya e te ….. egitulah se agia
i pi yang terucap penuh

11

keraguan dan ketidakyakinan mereka ketika kami mengajak mereka untuk membangun
mimpi bersama. Membicarakan mimpi ini saja ternyata telah menjadi langkah awal
untuk Pekka mengukir senyum di bibirnya. Mereka tertawa bersama membayangkan
bahwa mimpi yang mereka katakan itu sepertinya mustahil untuk dicapai. Dan benar
saja, jalan untuk mewujudkan mimpi itu tidaklah mudah.
Namun, tidak ada yang tidak mungkin dalam kehidupan ini asal kita mau berusaha keras
untuk meraihnya. Bermodal kepercayaan penuh dari lembaga dana, dukungan dari
pihak terkait, tim kerja yang berdedikasi dan ahli, Seknas PEKKA bahu membahu dengan
para kader, pemimpin dan anggota Pekka berusaha keras meraih mimpi ini. Jatuh
bangun, pasang surut, sukses gagal, mewarnai hari-hari pemberdayaan Pekka di
lapa ga . Tidak ada agi ullet , tidak ada esep jitu ya g dapat dipe gu aka ti
Seknas PEKKA dalam proses ini. Kami belajar dari proses bersama, bergerak menelusuri
rentang spiral yang sangat dinamis, kadang sudah hampir sampai di puncak harus turun
bahkan sangat drastis ke titik yang rendah. Upaya ini tidak hanya memberdayakan
kelompok Pekka sebagai subyek utama program, namun juga sebagian besar tim Seknas
PEKKA. Keberadaan Seknas PEKKA dan berbagai kegiatannya menjadi sekolah, lapangan
kerja, dan rumah bagi sebagian besar penggiat PEKKA.
Dan tanpa terasa, sepuluh tahun telah berlalu. Penting rasanya untuk berhenti sejenak,
menelusuri kembali perjalanan itu, menandai semua pencapaian sebagai fondasi dan
pilar-pilar mimpi yang pernah dibangun bersama dan masih akan terus diperjuangkan
untuk dicapai. Ternyata juga tidak begitu mudah untuk menuliskan perjalanan sepuluh
tahun tersebut dalam lembar kertas yang terbatas ini. Begitu banyak angka, cerita dan
pelajaran penting yang tak boleh tersia-siakan. Sebagiannya, dituliskan dalam laporan
ini, sebagai persembahan pada semua pihak yang dengan tak kenal lelah dan putus asa
tetap ko siste
e pe ayai ah a Da i P og a Pe a gu a Me jadi Ge aka
Sosial adalah Mungki !!! .

Selamat menjelajahi perjalanan 10 tahun Pekka
Jakarta, 24 Februari 2012
Nani Zulminarni
Koordinator Sekretariat Nasional PEKKA

12

13

SEPULUH TAHUN
PEMBERDAYAAN PEREMPUAN KEPALA KELUARGA (PEKKA)
Desember 2001-Desember 2011

II. PERJALANAN MENGGAPAI KEADILAN DAN
MARTABAT
Pemberdayaan tidak boleh dibatasi oleh kerangka proyek karena pemberdayaan
khususnya bagi perempuan bukanlah sebuah tujuan, melainkan proses dan
perjalanan kehidupan perempuan untuk mencapai keadilan dan martabat (Nani
Zulminarni, 2012)

1. APA ITU PEKKA?
PEKKA adalah sebuah inisiatif pemberdayaan perempuan kepala keluarga, yang mulai
digagas pada akhir tahun 2000 dari rencana awal KOMNAS PEREMPUAN yang ingin
mendokumentasikan kehidupan janda di wilayah konflik dan keinginan Bank Dunia
melalui Program Pengembangan Kecamatan (PPK) merespons permintaan janda korban
konflik di Aceh untuk memperoleh akses sumberdaya agar dapat mengatasi persoalan
ekonomi dan trauma e eka. “e ula upaya i i di e i a a Wido s P oje t ya g
sepenuhnya didukung dana hibah dari Japan Social Development Fund (JSDF) melalui
Trust Fund Bank Dunia. KOMNAS PEREMPUAN kemudian bekerjasama dengan Pusat
Pengembangan Sumberdaya Wanita (PPSW), membentuk Sekretaris Nasional (Seknas)
PEKKA untuk mengembangkan gagasan awal ini. Wido s P oje t di t a sfo asi
menjadi Pemberdayaan Perempuan Kepala Keluarga (PEKKA) oleh Nani Zulminarni yang
kemudian menjadi Koordinator Nasional (Kornas) nya. Transformasi ini diharapkan
membuat PEKKA menjadi lebih provokatif dan ideologis, yaitu dengan menempatkan
janda lebih pada kedudukan, peran, dan tanggung jawabnya sebagai kepala keluarga.
Selain itu, upaya ini diharapkan mampu pula membuat perubahan sosial dengan
mengangkat martabat janda dalam masyarakat yang selama ini terlanjur mempunyai
Stereotype negatif. Judul Program Pemberdayaan Perempuan Kepala Keluarga atau
disingkat Program PEKKA kemudian ditetapkan dan disepakati untuk menamai inisiatif
baru ini. Selanjutnya kata Pekka juga dipergunakan untuk menyebut secara singkat
istilah Perempuan Kepala Keluarga (Pekka).

14

2. MENGAPA PEKKA?
Data Susenas Indonesia tahun 2001 menunjukkan bahwa jumlah rumah tangga yang
dikepalai perempuan mencapai 13%, dan pada tahun 2007 naik menjadi 13.6%,
kemudian pada tahun 2010 diperkirakan telah mencapai 14%, yang menunjukkan
kecenderungan peningkatan rumah tangga yang dikepalai perempuan rata-rata 0.1%
per tahun. Padahal Undang-Undang Perkawinan Nomor 1 tahun 1974 mengatakan
bahwa, kepala keluarga adalah suami atau laki-laki. Oleh karena itu keberadaan
perempuan sebagai kepala keluarga tidak sepenuhnya diakui baik dalam sistem hukum
yang berlaku maupun dalam kehidupan sosial masyarakat. Sebagai akibatnya
perempuan kepala keluarga menghadapi diskriminasi hak dalam kehidupan sosial
politiknya.

3. SIAPA PEREMPUAN KEPALA KELUARGA (PEKKA)?
Kepala Keluarga adalah Pe ari afkah dala keluarga atau seseora g ya g dia ggap
se agai kepala keluarga Bada Pusat “tatistik-BPS).
Definisi Perempuan Kepala Keluarga (Pekka) menurut Seknas PEKKA adalah perempuan
yang melaksanakan peran dan tanggungjawab sebagai pencari nafkah, pengelola
rumah tangga, dan pengambil keputusan dalam keluarganya.
Hal ini mengantarkan Seknas PEKKA pada komunitas dampingan yang mencakup:
 Perempuan yang ditinggal/dicerai hidup oleh suaminya
 Perempuan yang suaminya meninggal dunia
 Perempuan yang membujang atau tidak menikah
 Perempuan bersuami, tetapi oleh karena suatu hal, suaminya tidak dapat
menjalankan fungsinya sebagai kepala keluarga
 Perempuan bersuami, tetapi tidak mendapatkan nafkah lahir dan batin karena
suaminya bepergian lebih dari satu tahun.

4. BAGAIMANA PROFIL PEREMPUAN KEPALA KELUARGA YANG
DIDAMPINGI SEKNAS PEKKA?
Rumah tangga yang dikepalai perempuan umumnya miskin dan merupakan kelompok
termiskin dalam strata sosial ekonomi di Indonesia. Hal ini sangat terkait dengan kualitas
sumberdaya perempuan kepala keluarga (Pekka) yang rendah. Data dasar Sekretariat
Nasional PEKKA di 19 Provinsi menunjukkan bahwa Pekka merupakan salah satu
kelompok masyarakat yang miskin di Indonesia. Hal ini ditunjukkan oleh indikator sosial
ekonomi dan kemiskinan seperti pendapatan, pekerjaan dan pendidikan.

15

PENDIDIKAN

UMUR

16

2002
2011
Janda
Meninggal

53%

39

%

2002
2011

23%

13

%

Janda Cerai

2002
2011
Janda
Ditinggal

2002
2011
Suami
Cacat/Sakit

2011

10%

7

%

7%

5

%

9%

Suami
Merantau

SEBAB PEKKA

2011

Dimadu
Pencari
Nafkah

2002
2011

Kawin

2002
2011

3

%

8%

2

%

7%

11

%

Lajang
Lain - lain

2011

2%

17

PEKERJAAN

2002

BURUH
KARYAWAN

2011
10%
5%

7%

BURUH TANI
JASA
KERAJINAN
PENGOLAHAN MAKANAN

6%

5%
7%
9%
3%

6%

PERDAGANGAN

33%

20%

PERTANIAN

43%

38%

TIDAK BEKERJA

4%

4%

18

Pendapatan
per Hari

2002
30000

9%

5. APA TUJUAN PEMBERDAYAAN YANG DILAKUKAN OLEH SEKNAS
PEKKA?
Seknas PEKKA mempunyai visi untuk pemberdayaan perempuan kepala keluarga dalam
rangka ikut berkontribusi membangun tatanan masyarakat yang sejahtera, adil gender,
dan bermartabat.
Untuk mewujudkan visi tersebut, Seknas PEKKA mengemban misi untuk:
 Meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan Perempuan Kepala Keluarga (Pekka)
 Membuka akses Pekka terhadap berbagai sumberdaya

19







Membangun kesadaran kritis Pekka baik terhadap kesetaraan peran, posisi, dan
status mereka, maupun terhadap kehidupan sosial politiknya.
Meningkatkan partisipasi Pekka dalam berbagai proses kehidupan sosial, ekonomi,
politik dan budaya
Meningkatkan kontrol Pekka terhadap proses pengambilan keputusan mulai di
tingkat rumah tangga hingga negara.

6. APA TEORI PERUBAHAN YANG DIPERGUNAKAN PEKKA?
Identifikasi masalah yang dilakukan oleh komunitas Pekka di awal pelaksanaan program
memperlihatkan bahwa berbagai persoalan yang dihadapi Pekka pada dasarnya
disebabkan oleh tiga dimensi kekuasaan yang mengontrol kehidupan perempuan kepala
keluarga, yaitu kekuasaan formal, non formal dan tatanan nilai. Oleh karena itu proses
Pemberdayaan Pekka harus mampu meningkatkan kemampuan komunitas Pekka
membangun kekuatan individu mau pun kolektifnya untuk mempengaruhi berbagai
dimensi kekuasaan demi kesejahteraan, kesetaraan dan keadilan.

PEKKA
Dinamika Perubahan Sosial

20

7. BAGAIMANA CARA SEKNAS PEKKA MENCAPAI TUJUANNYA?
Seknas PEKKA mengembangkan strategi Empat Pilar Pemberdayaan Pekka.
1. Membangun Visi; pada dasarnya membangun kesadaran kritis Pekka terhadap hak
sebagai manusia, perempuan dan warga negara, menumbuhkan motivasi untuk
memperbaiki kehidupan, dan pada akhirnya memfasilitasi mereka untuk
membangun visi dan misi kehidupan. Visi dan Misi menjadi landasan utama Pekka
untuk bergerak selanjutnya.
2. Peningkatan kemampuan; meningkatkan kapasitas Pekka untuk mengatasi berbagai
persoalan kehidupan melalui pendampingan intensif, berbagai pelatihan dan
lokakarya terkait dengan membangun kepercayaan diri, meningkatkan keterampilan
teknis dan manajerial. Melatih dan mengembangkan pemimpin dan fasilitator
masyarakat dari kalangan Pekka.
3. Pengembangan Organisasi dan Jaringan; melalui penumbuhan, pengembangan dan
penguatan kelompok berbasis di masyarakat yang diberi nama Kelompok
Perempuan Kepala Keluarga (Kelompok Pekka) di seluruh wilayah program.
Kelompok-kelompok ini kemudian difasilitasi untuk mengembangkan organisasinya
menjadi Serikat Pekka yang mandiri dan berjaringan mulai dari tingkat kecamatan
hingga nasional, serta berjaringan dengan lembaga lain yang dapat mendukung
kerja-kerja mereka.
4. Advokasi untuk Perubahan; Fokus pada akses terhadap informasi, sumberdaya
kehidupan dan pengambilan keputusan serta akses terhadap keadilan hukum.
Perubahan tata nilai negatif terhadap perempuan dan perempuan kepala keluarga
melalui kampanye dan pendidikan pada masyarakat luas.

21

22

8. APA SAJA KEGIATAN PEMBERDAYAAN YANG DILAKUKAN SEKNAS
PEKKA?
a. Pemberdayaan Ekonomi; Pengembangan
sumberdaya keuangan bersama Pekka
melalui kegiatan simpan pinjam dengan
sistem koperasi serta peningkatan
sumber pendapatan keluarga Pekka
melalui pengembangan usaha individu
dan usaha bersama
b. Pendidikan
Sepanjang
Hayat;
Pemberantasan buta huruf dan angka
bagi keluarga Pekka melalui kelas
keaksaraan fungsional dan akses program
Penyetaraan Pendidikan serta akses
pendidikan yang murah dan berkualitas
termasuk akses beasiswa bagi anak-anak Pekka yang putus sekolah 9 tahun,
Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), dan mengorganisir Kelas Belajar anak-anak Pekka.
c. Pemberdayaan Hukum; Kegiatan penyadaran tentang hak dan perlindungan hukum
bagi Pekka, melatih kader Pekka menjadi Kader Hukum agar mampu mendampingi
akses proses hukum yang adil bagi Pekka dan keluarganya dalam penyelesaian kasus
kekerasan dalam rumah tangga serta advokasi reformasi hukum dan proses hukum
yang adil gender
d. Pemberdayaan Politik; Penyadaran kritis akan hak politik Pekka, mengorganisir
Pekka untuk terlibat dan mengawasi proses pengambilan keputusan di berbagai
tingkatan dan terlibat dalam proses politik di berbagai tingkatan
e. Hak Kesehatan Sepanjang Masa; Gerakan hidup sehat dan berkualitas melalui
kegiatan penyadaran kritis akan hak dan kesehatan khususnya kesehatan
reproduksi; mengembangkan kader-kader kesehatan dari kalangan Pekka agar dapat
mengorganisir akses pelayanan kesehatan yang murah dan berkualitas, advokasi
kebijakan terkait hak pelayanan kesehatan yang mudah, murah dan berkualitas bagi
masyarakat miskin
f. Media Komunitas; Sistem pendukung kegiatan pengorganisasian Pekka dan
memperjuangkan hak akses teknologi informasi bagi masyarakat miskin, melatih dan
mengembangkan kader-kader pengelola dan pengembang media rakyat termasuk
radio komunitas, video komunitas, fotografi, dan penulisan, mengembangkan
penggunaan media komunitas untuk kegiatan pendidikan bagi rakyat, kampanye
perubahan sosial, dan advokasi kebijakan

23

9. DIMANA WILAYAH KERJA PEKKA
Hingga akhir tahun 2011, Seknas PEKKA telah menumbuhkan, mengembangkan dan
mendampingi Pekka di 19 Provinsi di Indonesia.
Kerja Seknas Pekka di awali di empat wilayah pada tahun 2002 yaitu:
 Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) : Aceh Bireun, Aceh Barat Daya, Aceh Besar,
Pidie, Aceh Timur, Aceh Jaya, Singkil, Aceh Selatan, Nagan Raya
 Jawa Barat (JABAR) : Cianjur, Subang, Sukabumi, Karawang
 Nusa Tenggara Timur (NTT) : Flores Timur
 Sulawesi Tenggara (SULTRA) : Buton
Berkembang ke 4 provinsi berikutnya pada tahun 2003 yaitu:
 Kalimantan Barat (KALBAR) : Kodya Pontianak, Kubu Raya
 Jawa Tengah (JATENG) : Batang, Pemalang, Brebes
 Tenggara Barat (NTB) : Lombok Barat, Lombok Tengah
 Maluku Utara - (MALUT) : Halmahera Utara
Pada akhir tahun 2010, Seknas PEKKA memperluas wilayah kerja ke 6 provinsi lagi
yaitu:
 Sumatra Utara (SUMUT) : Asahan
 Sumatra Selatan (SUMSEL) : Ogan Komering Ilir
 Jawa Timur (JATIM) : Bangkalan
 Sulawesi Selatan (SULSEL) : Bone
 Sulawesi Utara (SULUT) : Bolaang Mongondow
 Bali
Pada awal tahun 2011, Seknas PEKKA menjangkau 5 Provinsi lagi termasuk:
 Sumatera Barat (Sumbar ): Sijunjung
 Banten : Lebak
 Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) : Bantul
 Kalimantan Selatan (Kalsel) : Hulu Sungai Utara
 Daerah Khusus Ibukota Jakarta (DKI) : Kepulauan Seribu

24

10.TONGGAK PERISTIWA PENTING DALAM PERJALANAN 10 TAHUN
PEKKA
Kejadian Penting dalam 10 Tahun
 Pembentukan Sekretariat Nasional menumpang di kantor PPSW, Kornas PEKKA mulai
bekerja dibantu oleh seorang staf pendukung
 Survey wilayah kerja di 4 provinsi pertama (NAD, Jabar, NTT, Sultra) dengan melibatkan
staf PPSW, sekalian rekrutmen staf lokal untuk menjadi pendamping lapang di
wilayahnya.
 Pelatihan 15 orang staf pendamping lapang (PL) di Wisma Hijau selama satu bulan
(Desember 2001)
 Me dapatka duku ga pe da aa se agai Ma age e t Co sulta t of Wido s a d
Po erty Proje t elalui Departe e Dala Negeri.
 Pembentukan kelompok-kelompok Perempuan Kepala Keluarga (Kelompok Pekka) oleh
PL di 4 Provinsi; NAD, Jawa Barat, Nusa Tenggara Timur, dan Sulawesi Tenggara.
Kelompok pertama terbentuk di Kelubagolit, Flores Timur, NTT pada tanggal 4 Februari
2002
 Terbentuk 123 Kelompok Pekka dengan total anggota 3,305 orang di 92 desa dan
kelurahan, 14 Kecamatan, 10 Kabupaten, di NAD, Jabar, Sultra dan NTT
 Kegiatan simpan pinjam di kelompok meskipun awalnya mendapatkan tantangan dari
Pekka yang mengharapkan bantuan sebagaimana proyek pembangunan lainnya.
Terkumpul simpanan sejumlah Rp.46,263,950 dan telah diputarkan dalam bentuk
pinjaman dengan total perputaran Rp.97,826,550 dan jasa yang dibayarkan sebesar
Rp.13,024.150
 Seknas PEKKA mengontrak kantor di wilayah Pondok Kelapa, Jakarta Timur.

 Mendapatkan dukungan dana dari DVV Germany untuk melakukan perluasan wilayah
pengembangan Pekka di dua provinsi yaitu Jawa Tengah dan Kalimantan Barat.
 Pelatihan Nasional kader lokal pertama di Bali; untuk pertama kalinya membawa Pekka
keluar dari wilayahnya dan ternyata memberikan dampak positif bagi pemberdayaan
selanjutnya.
 Pekka belajar menulis buku yang kemudian kumpulan tulisan ini diterbitkan menjadi
se uah uku erjudul “e uah Du ia ta pa “ua i .
 Pekka belajar menjadi fotografer lokal dan foto-foto hasil karya Pekka dipamerkan di
forum wilayah, forum nasional hingga ke Amerika Serikat.
 Pendokumentasian Pekka dalam bentuk video yang pertama berupa kisah Pekka di NTT.

25






Setelah itu, Seknas PEKKA secara berkesinambungan membuat video-video Pekka.
Pe er ita uleti perta a Pekka erjudul Cer i
Perluasan wilayah kerja Seknas PEKKA ke 2 Provinsi lagi yaitu Nusa Tenggara Barat
(NTB) dan Maluku Utara (Malut).
Kelompok Pekka mengakses dana bantuan langsung yang disediakan lembaga donor
melalui sistem di pemerintah Indonesia yaitu proyek PPK, total dana yang diakses
Rp.5,365,911,194.
Lokakarya Nasional Multistake Holder PEKKA; pemerintah, donor, dan LSM

 Diselenggarakannya 11 forum wilayah Pekka di tingkat Kecamatan dan Kabupaten
 Mengintegrasikan wilayah Kalbar dan Jateng ke dalam program PEKKA untuk provinsi
lainnya
 Mendirikan Yayasan PEKKA sebagai badan hukum Seknas PEKKA sehingga dapat mandiri
dari PPSW yang selama ini telah menaunginya.
 Kader foto Pekka dan pendamping kunjungan dan pameran foto ke Bank Dunia di
Washington DC
 Forum Nasional Pekka pertama di Hotel Millenium Jakarta dengan te a “aat ya Bi ara
Pere pua Kepala Keluarga , pa era foto da produk, diskusi uku “e uah Du ia
tanpa Suami, dan kunjungan ke lembaga pemerintah
 Perintisan Lembaga Keuangan Mikro (LKM) Pekka, yang mengelola dana simpan pinjam
dan BLM
 Bencana gempa bumi dan Tsunami di Aceh; 11 orang anggota Pekka meninggal dan
hilang.
 Berakhirnya dukungan pendanaan untuk Pekka yang diterima melalui Depdagri.
 Seknas PEKKA pindah ke Duren Sawit bersebelahan dengan kantor PPSW.

 Mengakses pendanaan proyek dari Japan Social Development Funds (JSDF) langsung
melalui trust fund Bank Dunia sehingga upaya yang telah dirintis dapat terus
dilanjutkan. Pendanaan ini kemudian disebut Pekka-2 oleh Seknas PEKKA.
 Program tanggap darurat dan pemberdayaan Pekka Aceh paska Tsunami di mulai.
Memperoleh dana khusus untuk wilayah Aceh dari Japan Social Develoment Funds
(JSDF) yang oleh Seknas PEKKA disebut Pekka-3
 Launching program pemberdayaan hukum Pekka bekerja sama dengan Justice for the
Poor Bank Dunia, untuk pilot di wilayah Cianjur, Lombok dan Brebes
 Pekka Aceh berhasil membangun 9 rumah korban Tsunami di wilayah Biereun. Proses
pembangunan di rencanakan dan dipimpin oleh kader-kader Pekka sendiri. Ini
merupakan rumah pertama yang berdiri di wilayah Aceh pasca Tsunami.

26

 Pekka wilayah NTT berhasil menguatkan posisi politiknya dengan melakukan kontrak
politik dengan calon bupati Flores Timur pada Pilkada tahun ini. Hal ini menjadi
inspirasi pemberdayaan politik Pekka selanjutnya.
 Pengembangan SOP Seknas PEKKA yang menjadi acuan kelembagaan Seknas, serta
penguatan pengelolaan manajemen keuangan Seknas PEKKA.
 Membentuk sekretariat Pekka Aceh di Biereun
 Mulai pengembangan program pendidikan sepanjang hayat Pekka bekerjasama dengan
PPSW dengan dukungan JSDF; kegiatan keaksaraan dan pendidikan anak usia dini
 Pengembangan Multi Stake Holder (MSF) penegak hukum di wilayah pilot program
 Lima tahun pengembangan kelompok Pekka mencapai 244 desa, 330 kelompok Pekka,
dengan 7,912 anggota
 Kegiatan simpan pinjam Pekka mampu memobilisasi simpanan anggota sejumlah
Rp.746,479,227 dan akses BLM mencapai Rp.6,774,753,820 dengan perputaran
pinjaman mencapai Rp.10,776,961,300 serta perolehan jasa pinjaman mencapai
Rp.370,256,665

 Pengembangan komite pendidikan desa serta penyaluran beasiswa bagi anak-anak
Pekka dan anak miskin lainnya yang di koordinir oleh ibu-ibu Pekka.
 Memindahkan sekretariat Pekka Aceh dari Biereun ke Aceh Besar dan menempatkan
seorang Koordinator Program untuk memimpin Sekwil Aceh
 Pengembangan Website di Seknas PEKKA.
 Forum Nasional (Fornas) Pekka yang ke-2 di Hotel Grand Cempaka, Jakarta diikuti oleh
354 perwakilan Pekka dari 8 Provinsi
 Memberikan penghargaan UKM inovatif bagi Pekka pada acara Fornas
 Penelitian tentang akses keadilan Pekka bekerjasama dengan IALDF (Indonesia Australia
Legal Development Facility) yang hasilnya dipergunakan untuk advokasi akses keadilan
berupa prodeo dan sidang keliling komunitas Pekka terkait hukum keluarga
 “ek as PEKKA
e jadi host pe ge a ga Jari ga Regio al JA““-SEA (Just
Associate South East Asia)
 Peres ia Ce ter pekka perta a di Klu akgolit, NTT ya g di a gu de ga da a
swadaya dan keuntungan LKM. Inisiatif ini menjadi inspirasi bagi wilayah lain untuk
mengembangkan Center mereka pula.
 Sidang keliling sebagai strategi akses keadilan Pekka yang pertama di gelar di Cianjur
yang di organisir Pekka dan berhasil menyelesaikan 35 kasus hukum keluarga
 Pengembangan program Perempuan Indonesia Memimpin (PRIME) yang fokus pada

27









pengembangan kepemimpinan perempuan di akar rumput dengan dukungan dana dari
JSDF melalui proyek PRIME.
Seknas PEKKA mulai mengembangkan program tematik Pemberdayaan Politik
Ada 44 orang Kader Pekka mulai terlibat di 11 Musrenbang di wilayahnya, dan 9 orang
kader Pekka terdaftar menjadi calon anggota legislative di wilayahnya
Pengembangan tim video komunitas di mana kader Pekka di latih untuk membuat video
komunitas di wilayah Aceh, NTB, NTT dan Jawa Barat
Pengembangan 8 stasiun radio komunitas di mulai di wilayah Aceh, Jawa Barat, Jawa
Tengah, Sultra dan Kalimantan Barat.
Kornas mendapatkan kesempatan untuk retret di Bellagio Center, Rockefeler
Foundation, menulis draft Buku PEKKA
Presentasi PEKKA di panel forum Internasional AWID di Cape Town, Afrika Selatan, oleh
Kornas
Perintisan pembentukan serikat Pekka dengan sosialisasi pertama di Aceh dan
Musyawarah pertama Serikat Pekka yang di mulai di Jawa barat dengan diakhiri
launching Serikat Pekka Jawa Barat di Karawang.

 Me dapatka Best Practi e A ard dari Pe eri tah Jepa g di ilai se agai salah satu
proyek yang efektif enjangkau kelompok termiskin yang didanai melalui Japan Social
Development Funds (JSDF). Kornas dan Ketua Serikat Pekka menerima penghargaan
tersebut di Tokyo.
 Proses pembentukan Serikat Pekka di 7 provinsi lainnya; Aceh, Jawa Tengah,
Kalimantan Barat, NTB, NTT, Sulawesi Tenggara dan Maluku.
 Musyawarah Nasional Pertama pengurus Serikat Pekka dari 8 Provinsi di Bogor, dan
membentuk Federasi Serikat Pekka dan berhasil memilih 3 orang pengurusnya.
Federasi beranggotakan 9,699 anggota di 314 desa wilayah Pekka.
 Pembangunan Center Pekka di berbagai wilayah
 Pembentukan kelompok perempuan non-pekka di wilayah
 Penerbitan buku seri sebuah dunia tanpa suami yang ke -2 dan 3 dari Aceh
 Ikut mendirikan Alimat; Jaringan Nasional untuk pembelajaran dan advokasi keluarga
dalam Islam.
 Evaluasi PEKKA oleh lembaga mandiri yaitu Women Research Institut (WRI)
 Launching laporan pe elitia akses keadila de ga pe ya paia key ote oleh
ketua Mahkamah Agung, menjadi titik awal membangun kerjasama dengan penegak
hukum untuk akses keadilan
 Mendapat dukungan pendanaan program untuk pemberdayaan hukum Pekka melalui

28







Justice for the Poor Bank Dunia
Pelibatan tokoh laki-laki yang berperan penting dalam penegakan keadilan bagi Pekka
seperti kepala desa, tokoh agama dan adat melalui lokakarya pengembangan
kepemimpinan yang berwawasan keadilan.
Pengembangan sistem data kebutuhan akses keadilan secara online bekerjasama
dengan Badilag (Badan Peradilan Agama)
Kornas PEKKA mendapatkan Saparinah Sadli Award
Memperluas wilayah kerja Pekka ke 6 Provinsi baru (Sumatera Utara, Sumatera Selatan,
Jawa Timur, Bali, Sulawesi Selatan dan Sulawesi Utara) menjangkau 83 dengan
dukungan JSDF melalui proyek Sustaining Leaderships.
Penutupan proyek pemberdayaan Pekka Aceh pasca Tsunami. Seknas Terpaksa
memutuskan hubungan kerja dengan 5 orang pendamping lapang di Aceh.

 Seminar Nasional akses keadilan di Jakarta bekerjasama dengan Alimat
 Perluasan ke 4 provinsi baru yaitu di Sumatera Barat, Kalimantan Selatan, Banten, dan
Yogyakarta.
 Perluasan ke DKI Jakarta yaitu di kepulauan seribu
 Pelatihan kader tingkat Nasional untuk wilayah baru
 Penutupan proyek pendidikan dan hukum yang didanai melalui trust fund Bank Dunia
 Seknas PEKKA gagal mengakses PNPM Peduli
 Mendapatkan penghargaan Internasional sebagai best practice dan program favorit dari
proyek-proyek JSDF di seluruh dunia. Kornas dan Petronela Peni mewakili Pekka
menerima award-nya di Washington DC.
 Merintis pengembangan sekretariat wilayah, merekrut staf administrasi dan keuangan
untuk membantu koordinator wilayah
 Penambahan staf di Seknas sehingga membutuhkan ruang yang lebih besar dengan
menyewa ruangan di kantor PPSW.
 Asesmen 10 tahun Pekka oleh konsultan independen dari Bank Dunia, dan diskusi
terfokus yang difasilitasi tim Seknas PEKKA.
 Mendapatkan dukungan pendanaan proyek dari AUSAID untuk meneruskan
pemberdayaan hukum selama 4 bulan kuartal terakhir
 Mengembangkan program baru Sistem Pemantauan Kesejahteraan Berbasis Komunitas
(SPKBK) Pekka, dengan dukungan AUSAID bekerja sama dengan SMERU dan TNP2K,
hingga tahun 2014.
 Pengembangan sistem pengelolaan data di Seknas (Data Center PEKKA) dengan dibantu
oleh volunteer dari Australia Volunteer International (AVI)

29

11.APA HASIL PEKKA SELAMA 10 TAHUN?
Hasil yang dicapai dari proses pemberdayaan yang telah dilakukan selama 10 tahun
terakhir dapat dilihat dari dua aspek yaitu analisa pencapaian tujuan dan perubahan
yang dirasakan oleh Pekka. Guna mengetahui pencapaian tujuan program, dilibatkan
evaluator independen serta analisa data-data kuantitatif yang telah dikumpulkan oleh
Seknas PEKKA selama 10 tahun terakhir. Sedangkan informasi tentang perubahan yang
dirasakan Pekka didapatkan melalui Survey pada anggota dan kader Pekka tentang
beberapa indikator perubahan pengembangan diri, pengetahuan dan wawasan serta
status mereka dalam masyarakat.
A. Pencapaian Tujuan
Tujuan pemberdayaan Pekka dikembangkan dari 5 kerangka Pemberdayaan Sarah
Longwe yaitu:
 Peningkatan kesejahteraan; ketersediaan sumber ekonomi, perlindungan dari risiko
kemiskinan
 Peningkatan akses terhadap sumber daya; pelayanan publik dan akses sumberdaya
ekonomi, perlindungan sosial, ekonomi dan politik.
 Peningkatan kesadaran kritis; kemampuan membangun kesadaran terkait relasi
kuasa adil gender
 Peningkatan partisipasi; kemampuan untuk hadir dan aktif serta mempengaruhi
kebijakan di berbagai arena dan berbagai tingkatan
 Peningkatan kontrol terhadap pengambilan keputusan; melakukan kontrol guna
menjamin kepentingan kaum perempuan dapat diimplementasikan sebagai
kebijakan publik.
Untuk mengetahui pencapaian setiap tujuan, maka dikembangkan beberapa indikator
ya g sejala de ga
i put ya g dilakuka oleh “ek as PEKKA dala
p oses
pemberdayaannya, yang dijadikan rujukan dalam melihat pencapaian tujuan selama 10
tahun.
Tabel 1. Indikator Pencapaian Tujuan

No
1

Tujuan
Kesejahteraan








Indikator
Peningkatan pendapatan
Peningkatan simpanan di kelompok
Peningkatan pinjaman di kelompok
Tingkat pengembalian pinjaman di atas 70%
Mampu mengakumulasi modal usaha
Peningkatan aset

30

No
2

Tujuan
Akses Sumberdaya

3

Partisipasi

4

Kesadaran kritis

5

Kontrol

Indikator
Terbukanya akses sumberdaya bagi anggota dalam hal:
 Dana Pemerintah (Dana Desa, APBD dll) untuk kegiatan hukum,
politik, sosial dan ekonomi.
 Dana untuk layanan kesehatan gratis bagi perempuan miskin.
 Pendidikan dan Pelatihan keterampilan yang diadakan oleh
pihak lain
 Bantuan sarana dan prasarana bagi pengembangan program
Pekka
 Tingkat kehadiran anggota dalam kegiatan kelompok mencapai
70%.
 Tingkat keaktifan para anggota dalam kegiatan untuk
menyuarakan kebutuhannya dalam kelompok mencapai 70%.
 Tingkat kehadiran dalam kegiatan yang diadakan pihak lain
seperti rapat desa, musrenbang dan lainnya terkait akses
sumberdaya
 Tumbuh kebutuhan belajar dan mendapat pengetahuan untuk
mengembangkan kapasitas diri.
 Peningkatan jumlah masalah yang berhasil diidentifikasi, dan
yang berhasil diselesaikan.
 Kemampuan mengadvokasi persoalan atau perlakuan tidak adil
yang mereka hadapi ke pihak berwenang untuk
menyelesaikannya.
 Mampu membuat keputusan diri sendiri dilingkup rumahtangga
 Partisipasi aktif dalam mengawasi, mempertanyakan dan
menentukan kegiatan kelompok yang akan dilakukan.
 Mampu mengusulkan dan mengawasi pembuatan kebijakan
lokal yang berhubungan dengan persoalan ketidakadilan yang
mereka hadapi.

Indikator ini telah dipergunakan dalam evaluasi pemberdayaan Pekka baik yang
dilakukan oleh pihak mandiri di luar Pekka maupun oleh tim Seknas PEKKA dalam
mekanisme monitoring dan evaluasi internalnya.

31

a) Hasil Survey WRI 2009
Pada tahun 2009, Women Research Institute (WRI) telah melakukan evaluasi terhadap
pencapaian tujuan Pemberdayaan Pekka dengan mempergunakan indikator di atas.
Survey di lakukan di beberapa wilayah kerja Seknas PEKKA. Hasil survey WRI
menunjukkan bahwa sebagai besar indikator tujuan yang ditetapkan telah dapat dicapai
melalui proses pemberdayaan ini. Namun demikian, Survey WRI juga memperlihatkan
ada variasi di setiap wilayah terhadap pencapaian tujuan ini. Berikut ini tabel yang
menunjukkan hal tersebut.

Tabel 2. Pencapaian Tujuan Program berdasarkan Survey WRI tahun 2009

Wilayah Survey
Aceh Timur (Aceh)

Kesejahteraan
**

Akses
Sumberdaya
*

Kesadaran
Kritis
**

Partisipasi
*

Kontrol
?

Cianjur (Jawa Barat)

*

***

**

**

**

Brebes (Jawa
Tengah)
Pontianak
(Kalimantan Barat)
Lombok Barat (NTB)

**

*

**

**

**

**

*

**

*

?

***

**

**

**

**

Buton (sulawesi
Tenggara
Halmaherah Utara
(Maluku Utara)
Adonara (NTT)

**

*

**

**

*

**

*

**

*

*

***

**

***

***

***

Keterangan:
*** = semua indikator terpenuhi
** =2 atau 3 indikator terpenuhi
* =1 indikator terpenuhi
? = tidak mengarah pada pencapaian tujuan

b) Hasil Survey 10 tahun Pekka oleh Megan Scalon
Dengan metode yang sedikit berbeda, pada tahun 2011, dalam rangka 10 tahun
pemberday