Perancangan Fasilitas Untuk Operator Pengangkutan Beton Pada Laboratorium PT.Kreasibeton Nusapersada Dengan Analisis Biomekanika dan Postur Kerja Chapter III VII

BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

3.1.

Klasifikasi Biomekanika
Biomekanika adalah

jabaran

ilmu

yang berhubungan dengan

gaya

danpembebanan tubuh [11]. Bimekanika dibagi atas beberapa bagian diantaranya
adalah:
1. General Biomechanic
General Biomechanic adalah bagian dari biomekanika yang berbicara mengenai
hukum dan konsep dasar yang mempengaruhi tubuh organik manusia baik dalam

posisi diam maupun bergerak. Dibagi menjadi 2 bagian, yaitu:
a). Biostatics mechanics adalah merupakan ilmu pengetahuan mengenai struktur
organ-organ dalam hubungannya dengan gaya yang dihasilkan oleh
interaksinya. Biostatics mechanics menunjukkan kebutuhan dasar untuk
mengetahui gaya-gaya pada setiap segmen tubuh manusia. Elemen dasar
dalam melakukan perhitungan gaya yang diperlukan adalah tinggi badan (H)
dan berat badan (W) dan free body dikembangkan menjadi analisis dalam
perhitungan.
Biostatisc mechanics mempertimbangkan tubuh yang kaku dalam gerakan
duadimensi. Analisis akan mempertimbangkan ukuran tubuh sebagaimana gaya yang
berbeda dengan gaya eksternal dan diaplikasikan dalam poin yang berbeda. Tubuh

Universitas Sumatera Utara

dalam hal ini diasumsikan kaku, tubuh yang kaku merupakan salah satu yang tidak
mengalami perubahan bentuk. Meskipun sejumlah deformasi selalu ada dalam sistem
fisik yang nyata, pendekatan tubuh yang kaku tidak mempengaruhi sistem pusat
keseimbangan tubuh. Prosedur umum untuk menganalisis gaya dan momen yang
dihasilkan dalam tubuh yang kaku dalam dua dimensi untuk kondisi keseimbangan
statis dapat dilakukan dengan langkah berikut:

1.

Gambarkan diagram free-body setiap elemen tubuh yang terkait.

2.

Tentukan titik koordinat x dan y dan tunjukkan arah positif untuk setiap
perpindahan translasi maupun rotasi.

3.

Untuk free-body, aplikasikan kondisi yang dibutuhkan untuk keseimbangan
perpindahan translasi maupun rotasi.

4.

Selesaikan persamaan diatas secara simultan untuk parameter yang tidak
diketahui.
Biostatisc


mechanics

dalam

perhitungannya

juga

membutuhkan

strukturpendukung sederhana, hubungan yang spesifik dan alalt-alat pendukung
digunakan dalam sistem mekanik teristimewa ketika menunjukkan hubungan analisis
keseimbangan statis dari analisis sistem muskuloskeletal. Hubungan anatara yang
dimaksud menggambarkan sebuah balok yang merupakan bagian setiap tubuh yang
dihubungkan dengan balok lain atau segmen tubuh yang lain. Hal ini digunakan
untuk mempermundah dalam setiap perhitungan dalam Biostatisc mechanics.
Biostatisc mechanics mengkaji tentang otot sebagai pusat dalammenghasilkan

Universitas Sumatera Utara


gaya dan sistem anatomi secara khusus pada otot. Otot yang cedera adalah otot yang
melewati persambungan. Salah satu ujungnya biasanya dihubungkan pada segmen
proximal dan salah satu ujungnya akan dihubungkan segmen distal. Keadaan seperti
biasanya disebut dengan otot antagonis dimana persambungannya melewati titik asal
proximal dan perpotongannya pada distal. Otot antagonis membangun sebuah gaya
yang berlawanan. Pada sistem biologi kontraksi secara simultan dari otot harus stabil
pada persambunganya.

3.2.

Free Body Diagram (FBD)
Untuk menganalisis gaya dan momen-momen yang bekerja pada tubuh dalam

dua dimensi untuk kondisi kesetimbangan statis, maka digunakan prosedursebagai
berikut:
1.

Gambarkan Free Body Diagram (FBD) dari unsur-unsur sistem dan gaya
eksternal yang diketahui.


2.

Membentuk sistem koordinat x dan y yang menunjukkan arah positif untuk
gerakan transilasi dan rotasi, kemudian menyelesaikan semua gaya eksternal
dari tiap komponen disepanjang sumbu orthogonal.

3.

Untuk setiap Free Body Diagram (FBD) berlaku kondisi kesetimbangan
translasi dan rotasi. Untuk permasalahan keseimbangan statis, maka belaku
persamaan (1), (2), dan (3).

4.

Menyelesaikan persamaan dari parameter yang tidak diketahui. Pastikan untuk

Universitas Sumatera Utara

menyertakan arah dan unit yang benar dari gaya dan momen pada saat
menyelesaikan persamaan.

Berikut merupakan gambar free body diagram dari tiap-tiap segmen tubuh:

1. Free Body Diagram untuk Lengan Bawah

Sumber : Chandler Allen Philips (Human Faktors Engineering, 2000)

Gambar 3.1. Lengan Bawah dan Free Body Diagram

2. Free Body Diagram untuk Lengan Atas

Sumber : Chandler Allen Philips (Human Faktors Engineering, 2000)

Gambar 3.2. Lengan Atas dan Free Body Diagram

Universitas Sumatera Utara

3. Free Body Diagram untuk Punggung

Sumber : Chandler Allen Philips (Human Faktors Engineering, 2000)


Gambar 3.3. Punggung dan Free Body Diagram
4. Free Body Diagram untuk Paha dan Betis

Sumber : Chandler Allen Philips (Human Faktors Engineering, 2000)

Gambar 3.4. Paha, Betis Free Body Diagram

Universitas Sumatera Utara

5. Free Body Diagram untuk Kaki

Sumber : Chandler Allen Philips (Human Faktors Engineering, 2000)

Gambar 3.5. Kaki dan Free Body Diagram

3.3.

NIOSH (National Institute of Occupational Safety and Health)
NIOSH adalah sebuah lembaga riset yang menangani aspek kesehatan dan


keselamatan kerja di Amerika Serikat.Persamaan NIOSH memberikan penjelasan
tentang pemilihan biomekanik, fisiologis, dan kriteria psikofisik, serta deskripsi dari
komponen individual dari persamaan pengangkatan yang direvisi [12]. Meskipun
persamaan pengangkatan yang direvisi belum sepenuhnya divalidasi, batasan berat
yang direkomendasikan yang berasal dari persamaan revisi telah konsisten dengan
atau lebih rendah dari yang umumnya dilaporkan dalam literatur. Selain itu,
penerapan dari persamaan yang direvisi lebih cenderung melindungi konsumen yang
sehat untuk berbagai tugas pengangkatan.Penyebab yang telah dihipotesiskan atau
ditetapkan sebagai faktor risiko meliputi getaran seluruh tubuh, postur statis, duduk
lama, dan trauma langsung.

Universitas Sumatera Utara

3.3.1. RWL (Recommended Weight Limit)
Pada tahun 1991 NIOSH mengeluarkan sebuah panduan mengenai batas
maksimum beban yang boleh diangkat oleh pekerja untuk berbagai kondisi
pengangkatan [13]. Penetapan batas beban tersebut didasari oleh hasil-hasil penelitian
yang menggabungkan pendekatan biomekanika, fisiologi, dan psikofisik. Batas
pengangkatan tersebut dikenal dengan RWL (Recommended Weight Limit).
Terdapat enam faktor yang menentukan besaran RWL, yakni empat faktor

yang mempengaruhi sikap saat pengangkatan, satu faktor berkaitan dengan frekuensi
pengangkatan, dan satu faktor lagi berkaitan dengan kondisi pegangan benda yang
diangkat. Enam faktor tersebut disebut sebagai faktor pengali yang menentukan RWL
dengan rumusan persamaan berikut:
RWL = LC x HM x VM x DM x AM x FM x CM
Keterangan:
RWL : Batas beban yang direkomendasikan
LC :Konstanta pembebanan (load constant) = 23 kg
HM :Faktorpengali horizontal (horizontal multiplier)
VM : Faktor pengali vertikal (vertikal multiplier)
DM : Faktor pengali perpindahan (distance multiplier)
AM : Faktor pengali asimetrik (asymmetric multiplier)
FM : Faktor pengali frekuensi (frequency multiplier)
CM : Faktor pengali pegangan (coupling multiplier)
Tiap-tiap faktor pengali mempunyai nilai maksimum 1. Artinya, jika semua
pengali nilainya 1 maka RWL akan sama dengan LC, yakni 23 kg. inilah yang
disebut sebagai kondisi optimal pengangkatan. Semakin kecil besaran faktor-faktor
pengali, maka batas beban yang diangkat juga semakin kecil untuk sikap tubuh,

Universitas Sumatera Utara


frekuensi pengangkatan dan kondisi beban yang diberikan. Penilaian aman atau tidak
aman suatu pengangkatan dilakukan dengan membandingkan batas beban
pengangkatan dengan bobot beban actual yang diangkat.
Rumusan RWL ini telah digunakan secara luas di industri sebagai acuan
dalam evaluasi aktivitas pengangkatan secara manual dengan beban acuan sebesar 23
kg. Untuk mendapatkan batas beban pengangkatan, cukup dihitung enam faktor
pengali yang telah ditetapkan.
1.

Faktor Pengali Hotizontal (HM)
Besaran HM ditentukan dengan rumus: HM = 25/H, dengan H adalah jarak
horizontal yang didefenisikan sebagai jarak antara titik tengah kedua mata kaki
bagian dalam sampai dengan titik yang diproyeksikan dari titik pusat beban saat
pengangkatan. Jika H < 25 cm maka diasumsikan H sama dengan 25 cm dan
HM = 1. Jika H = 50 cm, maka HM = 0,5. Artinya, batas beban yang diangkat
saat HM = 50 cm adalah setengah dari batas beban saat H = 25 cm. perlu
dicatat bahwa H ditentukan oleh sikap tubuh saat pengangkatan. Kondisi yang
ideal adalah saat beban sedekat mungkin dengan tubuh, yang akan memberikan
nilai H yang paking kecil dan HM = 1.


2.

Faktor Pengali Vertikal (VM)
Besaran VM ditentukan dengan rumus: VM = 1-(0,003|V-75|), dengan V
didefenisikan sebagai jarak dari lantai terhadap posisi kedua tangan saat
pengangkatan, yang biasanya diasumsikan sebagai titik tengah benda yang

Universitas Sumatera Utara

dibawa. Terjadi perubahan VM terhadap V yang bersifat linier, walaupun
relatif tidak setajam perubahan HM terhadap H. V juga ditentukan oleh sikap
tubuh saat pengangkatan, dengan kondisi actual adalah saat beban setinggi
pinggang (V = 75 cm sehingga VM = 1).
3.

Faktor Pengali Jarak (DM)
Besaran DM ditentukan dengan rumus: DM = 0,82 + 4,5/D, dengan D
didefenisikan sebagai jarak perbedaan/perpindahan ketinggian secara vertikal
antara posisi awal dan akhir dari pengangkatan. Nilai D diasumsikan antara 25
sampai dengan 175 cm. jika nilai D kurang dari 25 cm maka D dianggap 25 cm.
Besaran D juga ditentukan oleh sikap tubuh saat pengangkatan (kondisi awal
dan akhir), dengan kondisi ideal adalah jarak perpindahan vertikal kurang dari
25 cm.

4.

Faktor Pengali Asimetri (AM)
Besaran AM ditentukan dengan rumus AM = 1- 0,0032 A (rad) di mana A
adalah sudut asimetrik yang merupakan sudut yang dibentuk antara pertengahan
bidang sagital dan garis asimetrik. Bidang sagital adalah bidang yang membagi
tubuh menjadi dua bagian, kanan dan kiri, saat posisi tubuh netral. Garis
asimetrik adalah garis horizontal yang menghubungkan titik tengah garis yang
menghubungkan kedua mata kaki bagian dalam dan proyeksi titik tengah beban
pada lantai pada tiap saat posisi pengangkatan. Kondisi optimal, di mana AM =
1, diperoleh saat posisi tubuh berada dalam keadaan netral (tidak berputar).

Universitas Sumatera Utara

5.

Faktor Pengali Frekuensi (FM)
Berbeda dengan faktor-faktor pengali yang telah dibahas terdahulu, FM tidak
dihitung secara rumus matematis, namun dapat ditentukan berdasarkan tabel
acuan. Dalam hal ini FM ditentukan oleh frekuensi rata-rata pengangkatan
permenit dan posisi beban saat diangkat dari lantai (C = jarak vertikal). Untuk
pengangkatan dengan frekuensi per menit < 0,2 maka diambil nilai frekuensi
per menit = 0,2.Berikut adalah Tabel faktor pengali frekuensi.

Frek.
Lift/min
0,2
0,5
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
>15

Tabel 3.1.Faktor Pengali Frekuensi
Work Duration
≤ 1 jam
1 – 2 jam
2 – 8 jam
V˂75
V≥75
V MPL dikategorikan berbahaya

Dimana AL = 3500 N dan MPL = 6500 N

3.4.

Metode REBA (Rapid Entire Body Assessment)
Metode REBA diperkenalkan oleh Sue Hignett dan Lynn McAtamney dan

diterbitkan dalam jurnal Applied Ergonomics tahun 2000 [17]. Metode mi merupakan
basil kerja kolaboratif oleh tim ergonomists, fisioterapi, ahli okupasi dan para

Universitas Sumatera Utara

perawat yang mengidentifikasi sekitar 600 posisi di industri manufakturing. Metode
REBA, memungkinkan dilakukan suatu analisa secara bersama dan posisi yang
terjadi pada anggota tubuh bagian atas (lengan, lengan bawah, dan pergelangan
tangan), badan, leher dan kaki. Metode ini juga mendefinisikan faktor-faktor lainnya
yang dianggap dapat menentukan untuk penilaian akhir dan postur tubuh, seperti;
beban atau force atau gaya yang dilakukan, jenis pegangan atau jenis aktivitás otot
yang dilakukan oleh pekerja. Hal ini memungkinkan untuk mengevaluasi baik posisi
statis dan dinamis, dan keadaan yang dapat menunjukkan adanya perubahan secara
tiba-tiba pada postur atau posisi tidak stabil. Dalam hal ini, perlu disebutkan apakah
posisi anggota tubub bagian atas dilakukan dengan melawan gravitasi, karena faktor
gravitasi berkaitan erat dengan posisi tubuh sesorang. Untuk definisi segmen tubuh
yang dianalisa untuk serangkaian pekerjaan merupakan metode yang sederhana
dengan variasi beban, dan gerakan.
Metode REBA adalah merupakan suatu alat analisa postural yang sangat
sensitif terhadap pekerjaan yang melibatkan perubahan mendadak dalam posisi,
biasanya sebagai akibat dan penanganan kontainer yang tidak stabil atau tidak
terduga. Penerapan metode ini ditujukan untuk mencegah terjadinya risiko cedera
yang berkaitan dengan posisi, terutama pada otot-sistem muskuloskeletal. Di bawah
mi akan dijelaskan secara ringkas keistimewaan aplikasi metode REBA untuk
membantu mempermudah implementasi di lapangan, sebagai berikut:

Universitas Sumatera Utara

a.

Metode REBA merupakan metode yang sangat sensitif untuk mengevaluasi
risiko, khususnya pada sistem muskuloskeletal.

b.

Metode REBA, membagi menjadi segmen-segmen tubuh yang akan diberi kode
secara

individu,

dan

mengevaluasi

baik

anggota

badan

bagian atas maupun badan, leher dan kaki.
c.

Metode ini digunakan untuk menganalisa pengaruh pada beban postural selama
penanganan kontainer yang dilakukan dengan tangan atau bagian tubuh lainnya.

d.

Metode ini, dianggap relevan untuk jenis kontainer yang mempunyai pegangan.

e.

Memungkinkan
yang

untuk

disebabkan

oleh

melakukan
posisi

penhlaian

tubuh

statis,

terhadap
dinamis,

aktivitas

otot

atau

karena

cedera

dengan

terjadinya perubahan postur yang tak terduga atau tiba-tiba.
f.

Hasilnya
menetapkan

adalah

untuk

tingkat

menentukan
tindakan

tingkat

korektif

risiko
yang

diperlukan

dan

melakukan intervensi untuk perbaikan segera.

Group A: Penilalan Anggota Tubuh Bagian Badan, Leher
Metode REBA ini dimulai dengan melakukan penilaian dan pemberian
skor individu untuk group A (badan, leher dan kaki).

Universitas Sumatera Utara

1.

Skoring pada Badan (trunk)
Anggota tubuh pertama yang dievaluasi pada group A adalah badan. Hal ini akan
dapat menentukan apakah pekerja melakukan pekerjaan dengan posisi badan
tegak atau tidak, dan kemudian menentukan besar kecilnya sudut fleksi atau
ekstensi dan badan yang diamati, dan memberjkan skor berdasarkan posisi
badan, seperti dillustrasikan dengan piktogram pada Gambar 3.12. di bawah.

Skor

Posisi

1

Posisi badan tegak lurus

2
3

Posisi badan fleksi antara 0o – 20o dan ekstensi antara 0o –
20o
Posisi badan fleksi antara 20o - 60o dan ekstensi > 20o

4

Posisi badan membungkuk fleksi >60o

Sumber:Tarwaka, Ergonomi Industri (Surakarta: Harapan Press, 2015)

Gambar 3.12. llustrasi Posisi Badan dan Skoring

Skor pada badan ini akan meningkat, jika terdapat posisi badan membungkuk atau
memuntir secara lateral. Dengan demikian skor pada badan ini harus dimodifikasi
sesuai dengan posisi yang terjadi, seperti dillustrasikan dengan piktogram pada
Gambar 3.13. di bawah ini.

Universitas Sumatera Utara

Skor
+1

Posisi
Posisi badan membungkuk dan atau memuntir secara lateral

Sumber:Tarwaka, Ergonomi Industri (Surakarta: Harapan Press, 2015)

Gambar 3.13. Ilustrasi Posisi Badan yang dapat Mengubah Skor

2.

Skoring pada Leher
Setelah selesai menilai bagian badan, maka langkah kedua adalah menilai posisi
leher. Metode REBA mempertimbangkan kemungkinan dua posisi leher.
Pertama, posisi leher menekuk fleksi antara 0°-20° dan yang kedua posisi leher
menekuk fleksi atau ekstensi >20°.

Skor

Posisi
o

o

1

Posisi leher fleksi 0 – 20

2

Posisi leher fleksi atau ekstensi > 20o

Sumber:Tarwaka, Ergonomi Industri (Surakarta: Harapan Press, 2015)

Gambar 3.14. Ilustrasi Posisi Leher dan Skoring

Universitas Sumatera Utara

Skor hasil perhitungan. tersebut kemungkjan dapat ditambab jika posisi leher
pekerja membungkuk atau memuntir secara lateral, seperti yang diihzstrasikan
dengan Piktogram pada Gambar 3.15. di bawah.

Skor
+1

Posisi
Posisi leher membungkuk dan atau memuntir secara lateral

Sumber:Tarwaka, Ergonomi Industri (Surakarta: Harapan Press, 2015)

Gambar 3.15. Ilustrasi Posisi: Leher yang dapat Mengubah Skor
3.

Skoring pada Kaki
Untuk melengkapi alokasi skor pada group A, maka selanjutnya adalah
mengeva1uasi posisi kaki. Berdasarkan pada llustrasi piktogram pada Gambar
3.16. di bawah ini akan memunkinkan untuk melakukan penilaian awal pada kaki
berdasarkan distribusi berat badan.

Skor

Posisi

1

Posisi kedua kaki tertopang dengan baik di lantai dalam
keadaan berdiri maupun berjalan
2
Salah satu kaki tidak tertopang di lantai dengan baik atau
terangkat
Sumber:Tarwaka, Ergonomi Industri (Surakarta: Harapan Press, 2015)

Gambar 3.16. Ilustrasi Posisl Kaki dan Skoring

Universitas Sumatera Utara

Skor pada kaki akan meningkat jika salah satu atau kedua lutut fleksi atau ditekuk.
Kenaikan tersebut mungkin sampai dengan 2 (+2) jika lutut menekuk >60, seperti
diilustrasikan dengan piktogram pada Gambar 3.17. di bawah.

Skor
+1
+2

Posisi
Salah satu atau kedua kaki ditekuk fleksi antara 30o – 60o
Salah satu atau kedua kaki ditekuk fleksi antara > 60o

Sumber:Tarwaka, Ergonomi Industri (Surakarta: Harapan Press, 2015)

Gambar 3.17. Ilustrasi Posisi Kaki yang dapat Mengubah Skor

Group B: Penilaian Anggota tubuh bagian atas (Lengan, Lengan Bawah dan
Pergelangan Tangan.
4.

Skoring pada Lengan
Untuk menentukan skor yang dilakukan pada lengan atas, maka harus diukur
sudut antara lengan dan badan. Piktogram pada Gambar 3.18. di bawah
menunjukkan posisi lengan yang dianggap berbeda.

Universitas Sumatera Utara

Skor
1
2
3
4

Posisi
Posisi lengan fleksi atau ekstensi antara 0o - 20o
Posisi lengan fleksi antara 21o - 45o atau ekstensi > 20o
Posisi lengan fleksi antara 46o - 90o
Posisi lengan fleksi > 90o

Sumber:Tarwaka, Ergonomi Industri (Surakarta: Harapan Press, 2015)

Gambar 3.18. Ilustrasi Posisi Lengan dan Skoring
Skor untuk lengan harus dimodifikasi, yaitu ditambah atau dikurangi jika bahu
pekerja terangkat, jika lengan diputar, diangkat menjauh dan badan, atau kurangi 1
jika lengan ditopang selama kerja, seperti diilustrasikan dengan piktogram pada
Gambar 3.19.

Skor
+1
+1
-1

Posisi
Jika bahu diangkat atau lengan diputar atau dirotasi
Jika lengan diangkat menjauh dari badan
Jika berat lengan ditopang untuk menahan gravitasi

Sumber:Tarwaka, Ergonomi Industri (Surakarta: Harapan Press, 2015)

Gambar 3.19. Ilustrasi Posisi Lengan yang dapat Mengubah Skor

5.

Skoring pada Lengan Bawah
Skor postur untuk lengan bawah juga tergantung pada kisaran sudut yang
dibentuk oleh lengan bawah selama melakukan pekerjaan. Piktogram pada
Gambar 3.20. di bawah ini menunjukkan perbedaan kisaran sudut .

Universitas Sumatera Utara

Skor
1

Posisi
Posisi lengan bawah fleksi antara 60o – 100o

2
Posisi lengan bawah fleksi < 60oatau >100o
Sumber:Tarwaka, Ergonomi Industri (Surakarta: Harapan Press, 2015)

Gambar 3.20. llustrasi Posisi dan Kisaran Sudut Lengan Bawah dan
Skoring

6.

Skoringpada Pergelangan Tangan
Terakhir dan pengukuran pada group B adalah menilai posisi pergelangan
tangan. Piktogram pada Gambar 3.21. di bawah menunjukkan dua posisi yang
perlu dipertimbangkan dalam metode ini.

Skor

Kisaran Sudut

1

Posisi pergelangan tangan fleksi atau ekstensi antara 0o – 15o

2

Posisi pergelangan tangan fleksi atau ekstensi >15o

Sumber:Tarwaka, Ergonomi Industri (Surakarta: Harapan Press, 2015)

Gambar 3.21. Ilustrasi Posisi dan Kisaran Sudut Pergelangan Tangan dan
Skoring

Universitas Sumatera Utara

Skor untuk pergelangan tangan mi akan ditambah dengan 1 (+1), jika
pergelangan tangan pada saat bekerja mengalami torsi atau deviasi baik ulnar
maupun radial (menekuk ke atas maupun ke bawah)

Skor
+1

Posisi
Pergelangan tangan pada saat bekerja mengalami torsi atau
deviasi baik ulnar maupun radial

Sumber:Tarwaka, Ergonomi Industri (Surakarta: Harapan Press, 2015)

Gambar 3.22. Ilustrasi Posisi Pergelangan Tangan yang dapat
Mengubah Skor

Skor individu yang diperoleh dan posisi badan, leher dan kaki (group A), akan
memberikan skor pertama berdasarkan Gambar A.

Sumber:Tarwaka, Ergonomi Industri (Surakarta: Harapan Press, 2015)

Gambar 3.23. Skor Awal untuk Group A

Universitas Sumatera Utara

Selanjutnya, skor awal untuk grup B berasal dan skor posisi lengan, lengan
bawah dan pergelangan tangan berdasarkan Gambar B berikut.

Sumber:Tarwaka, Ergonomi Industri (Surakarta: Harapan Press, 2015)

Gambar 3.24. Skor Awal untuk Group B

Besar kecilnya skor untuk pembebaban dan force akan sangat tergantung dan
berat ringanya beban yang dikerjakan oleh pekerja, penentuan skor didasarkan pada
Gambar 3.25. di bawah mi yang selanjutnya disebut “Skor A”.

Sumber:Tarwaka, Ergonomi Industri (Surakarta: Harapan Press, 2015)

Gambar 3.25. Skor untuk Pembebanan atau Force

Jenis pegangan akan dapat meningkatkan skor pada group B (lengan, lengan
bawah dan pergelangan tangan), kecuali dipertimbangkanbahwa jenis pegangan pada

Universitas Sumatera Utara

kontainer adalah baik. Gambar 3.26. di bawah menunjukkan kenaikan untuk
peterapan pada jenis pegangan. Setelah itu, skor group B dapat dimodifikasi
berdasarkan jenis pegangan, yang selanjutnya disebut “Skor B”.

Sumber:Tarwaka, Ergonomi Industri (Surakarta: Harapan Press, 2015)

Gambar 3.26.Skoring untuk Jenis Pegangan Kontainer

Gambar C di bawah ini menunjukkan nilai untuk Skor C” yang didasarkan
pada hasil perhitungan dan Skor A dan Skor B.

Sumber:Tarwaka, Ergonomi Industri (Surakarta: Harapan Press, 2015)

Gambar 3.27. Skor C terhadap Skor A dan Skor B

Universitas Sumatera Utara

Final Skor dari metode REBA ini adalah merupakan hasil penambahan antara
“Skor GAMBAR C” dengan peningkatan jenis sktivitas otot.

Sumber:Tarwaka, Ergonomi Industri (Surakarta: Harapan Press, 2015)

Gambar 3.28. Skoring Untuk Jenis Sktivitas Otot

Selanjutnya metode REBA ini skor akhir ke dalam di lima (5) tingkatan. Nilai
1 menunjukkan risiko yang dapat diabaikan sedangkan nilaimaksimum adalah 15,
yang menyatakan bahwa posisi tersebut berisiko tinggi dan harus segera diambil
tindakan secepatnya.

Sumber:Tarwaka, Ergonomi Industri (Surakarta: Harapan Press, 2015)

Gambar 3.29. Standar Kinerja Berdasarkan Skor Akhir

Universitas Sumatera Utara

Dapat disimpulkan bahwa, aplikasi metode REBA ini dapat digunakan
sebagai pedoman penilaian dan suatu posisi atau postur tubuh pekerja, dengan
maksud untuk menentukan, apakah penlu dilakukan atau tidak suatu tindakan korektif
pada posisi kerja tertentu.

3.5.

Antropometri

3.5.1.

Definisi Antropometri
Secara definitif, antropometri dapat dinyatakan sebagai suatu studi yang

berkaitan dengan pengukuran dimensi tubuh manusia [18]. Manusia pada dasarnya
akan memiliki bentuk, ukuran (tinggi, lebar,berat) dan lain-lain yang berbeda satu
dengan yang lainnya.

3.5.2.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengukuran Antropometri
Faktor-faktor yang mempengaruhi dimensi tubuh manusia antara lain:

1.

Keacakan/ Random
Walaupun telah terdapat dalam satu kelompok populasi terdapat manusia yang
sudah jelas sama jenis kelamin, suku bangsa, kelompok usia dan pekerjaannya
namun masih terdapat beban yang cukup signifikan antara individu yang satu
dengan yang lainnya.

Universitas Sumatera Utara

2.

Jenis Kelamin
Pada umumnya laki-laki memiliki dimensi tubuh yang lebih besar, kecuali pada
bagian dada dan pinggul. Selain itu pria dianggap lebih panjang dimensi segmen
badannya dibandingkan wanita.

3.

Suku Bangsa
Variasi dimensi tubuh terjadi karena pengaruh etnis. Meningkatnya jumlah
migrasi dari suatu negara ke negara lain juga akan mempengaruhi antropometri
secara nasional.

4.

Usia
Pada umumnya bertambahnya umur manusia akan menyebabkan semakin
berkembangnya ukuran tubuh. Ukuran tubuh berkembang dari saat lahir sampai
umur lebih kurang 20 tahun untuk pria dan lebih kurang 17 tahun untuk wanita.
Dimeni tubuh manusia akan berkurang setelah umur 60 tahun.

5.

Pakaian
Karena terjadinya perbedaan iklim musim menyebabkan manusia memakai
pakaian tertentusehingga mengubah dimensi tubuh, misalnya pada musim dingin
menyebabkan orang memakai pakaian tebal dan ukuran relatif besar.

Universitas Sumatera Utara

6.

Faktor Kehamilan pada Wanita
Faktor ini jelas mempunyai pengaruh perbedaan yang berarti bila dibandingkan
dengan antara wanita yang hamil dengan wanita yang tidak hamil.

7.

Cacat Tubuh Secara Fisik
Suatuperkembangan yang menggembirakanakhir-akhir ini yaitu diberikannya
skala prioritas pada rancang bangun fasilitas untuk para penderita cacat tubuh
secara fisik sehingga mereka dapat ikut serta merasakan kesamaan dalam
penggunaan jasa dari hasil ilmu ergonomi dalam pelayanan untuk masyarakat.

3.5.3.

Antropometri Statis
Antropometri sering disebut juga dengan pengukuran dimensi strukturtubuh

[18]. Dimensi tubuh yang diukur dengan posisi tetap antara lain meliputi berat badan,
tinggi tubuh dalam posisi berdiri maupun duduk, ukuran kepala, tinggi atau panjang
lutut pada saat berdiri/duduk, panjang lengan dan sebagainya.

3.5.4.

Antropometri Dinamis
Antopometri dinamis disebut juga dengan dimensi fungsional tubuh. Disini

pengukuran dilakukan terhadap dimensi tubuh pada saat berfungsimelakukan
gerakan-gerakan tertentu yang berkaitan dengan kegiatan yang harus diselesaikan.

Universitas Sumatera Utara

3.5.5.

Prinsip-prinsip Penggunaan Data Antropometri
Prinsip-prinsip penggunaan data antropometri, yaitu [18]:

1.

Perancangan fasilitas berdasarkan individu ekstrim
Prinsip ini digunakan apabila mengharapkan agar fasilitas yang dirancang dapat
dipakai dengan enak dan nyaman oleh sebagian besar pemakai (biasanya
minimal 95 % pemakai) misalnya ketinggian suatu alat sesuai dengan jangkauan
ke atas orang pendek, lebar tempat tempat duduk sesuai dengan lebar pinggul
orang gemuk, dan lain-lain

2.

Perancangan fasilitas yang bisa disesuaikan
Prinsip ini digunakan untuk merancang suatu fasilitas agar bisa digunakan
dengan enak dan nyaman bagi orang yang memerlukannya. Jadibisa disesuaikan
dengan ukuran tubuh si pemakai. Misalnya kursi pengemudi mobil yang bisa
diatur maju atau mundur dan kemiringan sandarannya.

3.

Perancangan fasilitas berdasarkan harga rata-rata pemakai
Prinsip ini hanya bisa digunakan apabila perancangan berdasarkan harga ekstrim
tidak mungkin digunakan serta tidak layak jika menggunakan prinsip
perancangan fasilitas yang bisa disesuaikan. Prinsip ini tidak mungkin
dilaksanakan jika banyak ruginya, artinya hanya sebagian kecil pemakai yang
merasa sesuai menggunakannya.Sedangkan jika fasilitas tersebut dirancang
berdasarkan fasilitas yang bisa disesuaikan tidak juga layak karena biayanya
mahal.

Universitas Sumatera Utara

3.5.6.

Dimensi Tubuh
Dimensi tubuh yang diukur pada data antropometri dapatdilihat pada

Gambar 3.30 [18]:

Sumber: Sritomo Wignjoesobroto. 2008. Ergonomi Studi Gerak dan Waktu

Gambar 3.30. Antropometri Tubuh Manusia yang Diukur Dimensinya

Adapun penjelasan nomor yang terdapat pada Gambar 3.30 adalahsebagai berikut:
1. Dimensi tinggi tubuh dalam posisi tegak (dari lantai s/d ujung kepala)
2. Tinggi mata dalam posisi berdiri tegak
3. Tinggi bahu dalam posisi berdiri tegak
4. Tinggi siku dalam posisi berdiri tegak (siku tegak lurus)

Universitas Sumatera Utara

5. Tinggi kepalan tangan yang terjulur lepas dalam posisi berdiri tegak (dalam
gambar tidak ditunjukan)
6. Tinggi tubuh dalam posisi duduk (dukur dari atas tempat duduk/pantat sampai
dengan kepala)
7. Tinggi mata dalam posisi duduk
8. Tinggi bahu dalam posisi duduk
9. Tinggi siku dalam posisi duduk (siku tegak lurus)
10. Tebal atau lebar paha
11. panjang paha yang diukur dari pantat sampai dengan ujung lutut
12. panjang paha yang diukur dari pantat sampai dengan bagian belakang dari
lutut/betis
13. Tinggi lutut yang bisa diukur baik dalam posisi berdiri ataupun duduk
14. Tinggi tubuh dalam posisi duduk yang diukur dari lantai sampai dengan paha
15. Lebar dari bahu (bisa diukur dalam posisi berdiri ataupun duduk)
16. Lebar pinggul/pantat
17. Lebar dari dada dalam keadaan membusung (tidak tampak ditunjukan pada
gambar)
18. Lebar perut
19. Panjang siku yang diukur dari siku smpai dengan ujung jari – jari dalam posisi
siku tegak lurus
20. Lebar kepala

Universitas Sumatera Utara

21. Panjang tangan diukur dari pergelangan tangan sampai dengan ujung jari
22. Lebar telapak tangan
23. Lebar tangan dalam posisi tangan terbentang lebar-lebar kesamping kiri-kanan
(tidak ditunjukan dalam gambar)
24. Tinggi jangkauan tangan dalam posisi berdiri tegak, diukur dari lantai sampai
dengan telapak tangan yang terjangkau lurus keatas (vertikal)
25. Tinggi jangkauan tangan dalam posisi duduk tegak, diukur seperti halnya no 24
tetapi dalam posisi duduk (tidakditunjukan dalam gambar)
26. Jarak jangkauan tangan yang terjulur kedepan diukur dari bahu sampai ujung jari
tangan

Sumber: Eko Nurmianto. 2004. Ergonomi Dasar dan Aplikasinya

Gambar 3.31. Data Antropometri Tangan

Universitas Sumatera Utara

Adapun keterangan nomor yang terdapat pada Gambar 3.31 adalah sebagai berikut
[14]:
1. Panjang tangan yang diukur dari pergelangan tangan sampai ujung jari
2. Panjang telapak tangan yang diukur dari pergelangan tangan sampai batas telapak
tangan
3. Panjang ibu jari
4. Panjang jari telunjuk
5. Panjang jari tengah
6. Panjang jari manis
7. Panjang jari kelingking
8. Lebar ibu jari
9. Tebal ibu jari
10. Lebar jari telunjuk
11. Tebal jari telunjuk
12. Lebar telapak tangan dalam keadaan tertutup rapat,
13. Lebar telapak tangan yang diukur sampai ibu jari dalam keadaan tertutup rapat
14. Lebar telapak tangan (minimum)
15. Tebal telapak tangan
16. Tebal telapak tangan yang diukur sampai dengan ibu jari
17. Diameter pegangan (maksimum)

Universitas Sumatera Utara

18. Lebar tangan maksimum yang diukur dari ujung ibu jari sampai dengan ujung jari
kelingking dalam keadaan terlentang
19. Lebar fungsional maksimum yang diukur dari ibu jari kejari lain
20. Segi empat minimum yang dapat dilewati telapak tangan

Sumber: Eko Nurmianto. 2004. Ergonomi Dasar dan Aplikasinya

Gambar 3.32. Data Antropometri Kepala

Adapun keterangan nomor yang terdapat pada Gambar 3.32 adalah sebagai berikut:
1. Panjang Kepala
2. Lebar kepala
3. Diameter maksimum dari dagu
4. Dagu kepuncak kepala
5. Telinga kepuncak kepala
6. Telinga kebelakang kepala

Universitas Sumatera Utara

7. Antara dua telinga
8. Mata kepuncak kepala
9. Mata kebelakang kepala
10. Antara dua pupil kepala
11. Hidung kepuncak kepala
12. Hidung kebelakang kepala
13. Mulut kepuncak kepala
14. Lebar mulut

Sumber: Eko Nurmianto. 2004. Ergonomi Dasar dan Aplikasinya. hlm. 69

Gambar 3.33. Data Antropometri Kaki
Adapun keterangan nomor yang terdapat pada Gambar 3.33 adalah sebagai berikut:
1. Panjang telapak kaki yang diukur dari ujung kaki sampai ujung ibu jari kaki
2. Panjang telapak lengan kaki
3. Panjang kaki sampai jari kelingking
4. Lebar kaki

Universitas Sumatera Utara

5. Lebar tangkai kaki
6. Tinggi mata kaki
7. Tinggi bagian tengah telapak kaki
8. Jarak horizontal tangkai mata kaki
3.5.7.

TahapanPengujian Data Antropometri

a. Uji Keseragaman Data
Rumus-rumus yang digunakan untuk mencari keseragaman data yaitu [19]:
1. Nilai rata-rata
Χ=

Dimana:
n
ΣXn
X

∑X

X 1 + X 2 + .... + X n
=
n

n

n

= Banyaknya pengamatan
= Jumlah pengamatan ke-n
= X rata-rata

2. Nilai standar deviasi
Untuk menentukan nilai standar deviasi sampel dapat ditentukan dengan rumus:

s=
Dimana:
S
Xi
X
N

∑ (X

− X)

2

i

N −1

= Standarddeviasi
= Data ke-i
= X rata-rata
= Jumlah Sata

Universitas Sumatera Utara

3.

BKA dan BKB
=�
X ± 1.96 s

BKA/BKB
Jika X
Jika X

min>

BKB dan Xmaks< BKA maka Data Seragam
<
min BKB dan Xmaks> BKA maka Data Tidak Seragam

b. Uji Kecukupan Data
Uji kecukupan data digunakan untuk menganalisa jumlah pengukuran apakah
sudah representatif atau tidak.Untuk melakukan uji kecukupan data digunakan
persamaan berikut [20]:
k. S 2
N = � �
d


Keterangan:
N’ = Jumlah data yang seharusnya dilakukan (dari hasil perhitungan)
k
= statistic of interest,
Jika N < 100 :
untuk 40 < N < 100 , k= 2
untuk 20 < N < 40 , k= 2.05
untuk 10 < N < 20 , k= 2.16
untuk N < 10 , k= 2.78
Jika N > 100 :
Persentil 5 dan 95 , k= 4.14
Persentil 10 dan 90 , k= 3.35
Persentil 50 , k= 2.46
Dimana:
d
= Tingkat ketelitian
N
= Jumlah data yang digunakan
Jika N’ < N, maka data pengamatan cukup
Jika N’>N, maka data pengamatan kurang dan perlu tambahan data

Universitas Sumatera Utara

c.

UjiNormalitas
Uji normalitas yang dilakukan menggunakan Kolmogorov-smirnov [21]. Uji

Kolmogorov-Smirnov untuk mengetahui apakah data telah terdistribusi normal atau
tidak dan uji homogenitas varian apakah varian homogen atau tidak. Uji normalitas
dapat menggunakan softwareStatistical Process and Service Solution (SPSS).

Universitas Sumatera Utara

BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN

4.1.

Lokasi dan Waktu Penelitian
PT Kreasibeton Nusapersada adalah perusahaan yang bergerak di bidang

indu stri bahan dan bangunan. Perusahaan ini berdiri sejak tahun 2003 dan beralamat
di Jalan P.Karimun Kawasan Industñ Medan II, Desa Saentis, Kecamatan Percut Sei
Tuan, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara.Waktu penelitian dilakukan pada
bulan Mei-Juli2017.

4.2.

Jenis Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian analisis kerja dan aktivitas yang merupakan

bagian dari penelitian deskriptif yaitu penelitian yang bertujuan menyelidiki secara
terperinci aktivitas dan pekerjaan seseorang atau sekelompok orang agar mendapat
rekomendasi untuk berbagai keperluan.

4.3.

Objek Penelitian
Objek yang diamati adalah carakerja dan beban fisik yang diterima

darioperatorpengangkutanbeton

di

stasiunpengangkutanpadaLaboratoriumperusahaan.

Universitas Sumatera Utara

4.4.

Variabel Penelitian
Variabel-variabel yang akan diamati dalam penelitian ini adalah:

1. Variabel Independen
Variabel independen dalam penelitian ini adalah:
a. Keluhan Operator,yaitu persepsi operator akibat aktivitas yang dilakukan.
b. Batas Beban Pengangkatan, merupakan rekomendasi batas beban yang dapat
diangkat secara repetitive tanpa menimbulkan cidera.
c. Nilai Keamanan Beban Pengangkatan, adalah batas aman pengangkatan
suatu pekerjaan.
d. Batas Beban Maximum, merupakan batas besarnya gaya tekan pada segmen
L5/S1 dari kegiatan pengangkatan.
e. Postur Kerja,yaitusikap tubuh operator saat melakukan aktivitas.

2. Variabel Dependen
Variabel dependen adalah variabel yang nilainya dipengaruhi atau ditentukan oleh
variabel lain. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a.

Resiko Beban Kerja,yaitulevel bahaya dari beban kerja yang diterima
operator.

b.

Level Resiko,yaitu level resiko postur kerja operator saat bekerja.

Universitas Sumatera Utara

c.

Perancangan fasilitas,yaitu kegiatan merancang fasilitas untuk operator
yang melakukan aktivitas terkait sebagai bantuan agar operator dapat
memperbaiki postur kerjanya saat beraktivitas.

d.

Postur kerja yang direkomendasikan,yaitu perbaikan posisi atau postur saat
aktivitas berlangsung untuk mengurangi dampak resiko postur kerja dan
beban fisik yang diterima.

4.5.

Kerangka Konseptual Penelitian
Kerangka konseptual dapat mempermudah peneliti dalam pengambilan data

dan pengolahan data. Kerangka konseptual menunjukkan hubungan logis antara
variabel-variabel yang telah diidentifikasi yang penting dan menjadi fondasi dalam
melaksanakan penelitian. Kerangka konseptual penelitian ini dapat dilihat pada
Gambar 4.1.

Universitas Sumatera Utara

Keluhan Operator
(SNQ)
Batas Beban
Pengangkatan yang
Direkomendasikan
(Biomekanika)

Resiko Beban
Kerja

Nilai Keamanan Beban
Pengangkatan
(Biomekanika)

Postur Kerja yang
Direkomendasikan

Perancangan
Fasilitas

Batas Beban Maximum
(Biomekanika)

Postur Kerja
(REBA)

Level Resiko

Gambar 4.1. Kerangka Konseptual Penelitian
4.6.

Instrumen Penelitian
Instrument penelitian yang digunakan antara lain:

1. Kuisioner SNQ
Digunakan untuk mencatat bagian tubuh operator yang mengalami keluhan.
Kuisioner SNQ dapat dilihat pada Gambar 4.2.

Universitas Sumatera Utara

Gambar 4.2. Kuisioner SNQ

2. Tabel Kuisioner SNQ
Digunakan untuk menilai postur kerja dari operator.

Universitas Sumatera Utara

Gambar 4.3.Tabel Kuisioner REBA
3. Kamera
Kamera Handphoneyangdigunakan untuk mendokumentasikan posisi tubuh
operator ketika bekerja. Kamera Handphone dapat dilihat pada Gambar 4.4.

Gambar 4.4. Kamera Handphone

Universitas Sumatera Utara

4. Alat Pengukuran
Meteran digunakan untuk mengukur jarak-jarak operator ketika bekerja serta
timbangandigunakan untuk mengukur berat beban kerja yang diterima operator.
Meteran dan timbangan dapat dilihat pada Gambar 4.5.

Gambar 4.5.Meteran dan Timbangan

5. Goniometer.
Digunakan untukmengukur sudut tubuh operator ketika bekerja.Goniometer
dapat dilihat pada Gambar 4.6.

Gambar 4.6. Goniometer

Universitas Sumatera Utara

6. Alat Ukur Antropometri
Digunakan untukmengukur dimensi tubuh operator sebagai dasar perancangan
fasilitas. Alat ukur yang digunakan pada penelitian ini yaitu jangka sorong.

Gambar 4.7.Jangka Sorong

4.7.

Metode Pengumpulan Data
Metode yang digunakan dalam pengumpulan data adalah sebagai berikut:

1. Data keluhan operator menggunakan kuisioner SNQ.
2. Data beban kerja dan berat tubuh operator menggunakan timbangan.
3. Data foto postur kerja operator menggunakan kamera.
4. Data jarak dan sudut tubuh operator saat bekerja menggunakan meteran dan
goniometer.
5. Data dimensi tubuh operator menggunakan alat pengukur antropometri.

4.8.

Metode Pengolahan Data
Metode yang digunakan dalam pengolahan data adalah sebagai berikut:

1.

Menggambarkan Free Body Diagram (FBD) tiap elemen tubuh menggunakan
data sudut tubuh, berat tubuh, berat beban, dan ukuran dimensi tubuh.

Universitas Sumatera Utara

2.

Menghitung tiap gaya pada elemen tubuh yang telah digambarkan FBDnya.

3.

Menghitung nilai batas beban pengangkatan yang direkomendasikan, nilai
keamanan beban pengangkatan, dan batas beban maksimum menggunakan data
jarak gaya-gaya yang diperoleh.
Rumus yang digunakan untuk menghitungnilai batas beban pengangkatan yang
direkomendasikan adalah:
a. Hitung segmen-segmen yang mempengaruhi tulang belakang dalam
melakukan aktivitas pengangkatan, kecuali segmen kaki.


Telapak tangan
WH = 0,6% x Wbadan ; Wbadan= 65 N
Fyw

= (Wo / 2) + WH

Mw = (Wo/2 + WH) x SL1 x cos θ1


Lengan bawah

WLA = 1,7% x Wbadan
Fye

= Fyw + WLA

Me

= Mw + (WLA x λ2 x SL2 x cos θ2) + (Fyw x SL2 x cos θ2)

• Lengan atas
WUA = 2,8% x Wbadan
Fys = Fye + WUA
Ms

= Me + (WUA x λ3 x SL3 x cos θ3) + (Fye x SL3 x cos θ3)

Universitas Sumatera Utara



Punggung

WT

= (50% x Wbadan)

Fyt = 2Fys + WT
Mt = 2Ms + (WT x λ4 x SL4 x cos θ4) + (2Fys x SL4 x cos θ4)
Dimana:
SLn = Panjang objek
λn
= Ketetapan untuk objek
b. Menghitung Gaya Perut (FA), maka perlu dicari Tekanan Perut (PA) dengan
persamaan:
PA =

10 −4 |43−0,36(� � +� � )||��5⁄�1 |1,8
75

FA = PA x AA
Dimana:
PA
= Tekanan perut
θH
= Sudut inklinasi perut
= Sudut inklinasi kaki
θT
ML5/S1 = Mt = Momen resultan pada L5/S1
AA
= Luas diafragma (465 cm2)
FA
= Gaya perut
c. Mencari Gaya otot pada spinal erector yang dirumuskan sebagai berikut:
FM x E = ML5/S1 – FA x D
Dimana:
= Gaya otot pada spinal erector (Newton)
FM
E
= Panjang lengan momen otot spinal erector dari L5/S1 (estimasi
5cm)
ML5/S1 = Mt = Momen resultan pada L5/S1
FA
= Gaya perut (Newton)
D
= Jarak dari perut ke L5/S1 (11 cm)

Universitas Sumatera Utara

d. Dihitung berat total dihitung dengan menggunakan rumus berikut:
Wtot = Wo + 2WH + 2WLA + 2WUA + WT
Dimana:
Wtot = Gaya keseluruhan yang terjadi
Wo = Berat beban krat
WH = Berat tangan
WLA = Berat lengan bawah
WUA = Berat lengan atas
WT = Berat punggung
e. Nilai FC dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
FC = |(Wtot x cos θ4) – FA + FM|
Dimana:
FC = Gaya kompresi pada L5/S1
Wtot = Gaya keseluruhan yang terjadi
θ4 = Sudut inklinasi perut
FA = Gaya perut (Newton)
FM = Gaya otot pada spinal erector (Newton)
f. Tentukan kategori tindakannya setelah didapat hasil FC, dimana:
a.
b.
c.

FC> AL dikategorikan aman.
AL < FC< MPL dikategorikan perlu hati-hati.
FC> MPL dikategorikan berbahaya.

4.

Menentukan level resiko postur kerja.

5.

Menganalisis hasil perhitungan biomekanika dan postur kerja.

6.

Merancang usulan fasilitas berdasarkan prinsip antropometri.

Universitas Sumatera Utara

4.9.

Metode Analisis
Analisis dilakukan terhadap kondisi aktual sebelum dilakukannya perbaikan,

kondisi usulan perbaikan bila diterapkan, serta perbandingan antara kondisi aktual
dan kondisi usulan.

Diagram langkah-langkah penelitiandapat dilihat padablock diagramGambar
4.8.

Universitas Sumatera Utara

MULAI

Studi Pendahuluan
1. Kondisi Pabrik
2. Kondisi bagian laboratorium
perusahaan
3. Informasi pendukung
4. Masalah-masalah

Studi Literatur
1. Teori dari Textbook
2. Referensi Jurnal Penelitian
3. Langkah-langkah
penyelesaian

penganalisisan biomekanika dan postur kerja operator pengangkutan beton di
PT Kreasibeton Nusapersada

Pengumpulan Data
1. Data primer
- Hasil Penyebaran SNQ
- Berat Beban kerja dan tubuh operator umum perusahaan
- Foto oerator
- Jarak dan besar sudut tubuh operator

-Ukuran dimensi tubuh operator
2. Data sekunder
- Uraian tugas pokok pekerja
- Gambaran umum perusahaan
- Struktur organisasi perusahaan
- Jumlah pekerja tetap

-Jam kerja operator
-Jumlah hari kerja
-Jumlah permintaan produk

Pengolahan Data
Data keluhan operator menggunakan kuisioner SNQ.
Data beban kerja dan berat tubuh operator menggunakan timbangan.
Data foto postur kerja operator menggunakan kamera.
Data jarak dan sudut tubuh operator saat bekerja menggunakan meteran
dan goniometer.
5. Data dimensi tubuh operator menggunakan alat pengukur antropometri.
1.
2.
3.
4.

Analisis Pemecahan Masalah
Kesimpulan dan Saran

SELESAI

Gambar 4.8. Langkah-langkah Proses Penelitian

Universitas Sumatera Utara

BAB V
PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

5.1.

Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan melakukan pengamatan secara

langsung terhadap operator stasiun pengangkutan beton di PT Kreasi Beton
Nusapersada. Pengamatan dilakukan selama kurang lebih 1 bulan dimulai pada
bulan Mei-Juli 2017. Pengumpulan data juga dilakukan dengan memperoleh
informasi dari wawancara langsung dengan operator mengenai keluhan terhadap
bagian tubuhnya akibat melakukan aktifitas serta data pribadi dari operator
bersangkutan.

5.1.1.

Data Diri Operator
Data Operator pengangkutan beton pada PT Kreasi Beton Nusapersada

adalah sebagai berikut:
Nama

: Agus Salim

Umur

: 34 Tahun

Jenis Kelamin

: Pria

Status Keluarga

: Kawin

Masa Kerja

: 6 Tahun

Berat dan Tinggi Badan : 65 kg dan 171 cm

Universitas Sumatera Utara

5.1.2.

Deskripsi dan Area Kerja Operator
Deskripsi kerja dari operator pada saat pengangkatan beton adalah:

1.

Operator membuka penutup pickup, kemudian menjangkau dan memegang
beton.

2.

Operator mengangkat beton.

3.

Operator membawa dan mengarahkan beton ke lantai.

4.

Operator meletakkan beton di lantai.

5.

Setelah semua beton diturunkan dan diletakkan di lantai, maka operator
menyusun beton-beton tersebut di sekitar kolam pengeringan dan di depan
laboratorium. Penyusunan beton dilakukan oleh dua operator, yaitu operator
pengangkatan beton, dibantu operator yang bertugas melepaskan beton dari
cetakan sampel.

5.1.3. Data Beban Kerja Operator
Data beban kerja (beton) yang diangkut operator dapat dilihat pada Tabel 5.1.

No
1
2

Jenis
Silinder
Balok

Tabel 5.1. Data Beban Kerja Operator
Ukuran
Berat (kg)
Diameter x Tinggi = 15 cm x 30 cm
13
Panjang x Lebar x Tinggi = 40 cm x
34
10 cm x 15 cm

Jumlah
32
35

Sumber:PengumpulanData

Universitas Sumatera Utara

Beton

yang

terdiridariduajenisyaitusilinderdanbalokdenganberat

diangkat

operator

masing-masing13kgdan34kg.

Beban kerja (beton) dapat dilihat pada gambar 5.1.

Sumber:PengumpulanData

Gambar 5.1.BeratBebanKerjayangDiangkutOperator

Berdasarkan beberapa pengamatan dan data dari perusahaan, jumlah beton
yang diangkut oleh operator dan dapat dilihat pada Tabel 5.2 di bawah ini.

No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12

Tabel 5.2.JumlahBetonyangDiangkatOperator
Jumlah Beton yang Diangkat
Tanggal
Balok
Silinder
22 Mei 2017
51
52
23 Mei 2017
50
53
24 Mei 2017
47
51
26 Mei 2017
50
52
27 Mei 2017
50
52
28 Mei 2017
43
48
29 Mei 2017
51
49
31 Mei 2017
50
52
1 Juni 2017
49
53
2 Juni 2017
50
49
3 Juni 2017
48
50
5 Juni 2017
45
47

Total
103
103
98
102
102
91
100
102
102
99
98
92

Universitas Sumatera Utara

No
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33

Tabel 5.2.JumlahBetonyangDiangkatOperator (Lanjutan)
Jumlah Beton yang Diangkat
Tanggal
Total
Balok
Silinder
6 Juni 2017
46
49
95
7 Juni 2017
47
50
97
8 Juni 2017
52
48
100
9 Juni 2017
50
51
101
10 Juni 2017
51
51
102
12 Juni 2017
45
40
85
13 Juni 2017
46
50
96
14 Juni 2017
38
40
78
15 Juni 2017
35
32
67
16 Juni 2017
40
38
78
17 Juni 2017
30
37
67
19 Juni 2

Dokumen yang terkait

ANALISIS BIOMEKANIKA DAN POSTUR KERJA UNTUK MENURUNKAN RISIKO CEDERA PADA PENGOPERASIAN ANALISIS BIOMEKANIKA DAN POSTUR KERJA UNTUK MENURUNKAN RISIKO CEDERA PADA PENGOPERASIAN MESIN TABLE SAW.

0 2 12

ANALISIS POSTUR KERJA DAN BIOMEKANIKA PADAAKTIVITAS MEMINTAL DAUN PANDAN ANALISIS POSTUR KERJA DAN BIOMEKANIKA PADA AKTIVITAS MEMINTAL DAUN PANDAN.

0 3 12

Perancangan Ulang Tataletak Fasilitas Dengan Menggunakan Fuzzy Analytical Hierarchy Process Dengan Algoritma BLOCPLAN Dan ALDEP Pada PT. Kreasibeton Nusapersada Chapter III VII

0 0 158

Analisis Beban Kerja pada Stasiun Sortasi dengan Menggunakan Metode Work Sampling dan Biomekanika untuk Menentukan Jumlah Operator Optimum di PT. Pabrik Es Siantar Chapter III VII

1 1 84

Perancangan Fasilitas Untuk Operator Pengangkutan Beton Pada Laboratorium PT.Kreasibeton Nusapersada Dengan Analisis Biomekanika dan Postur Kerja

0 3 21

Perancangan Fasilitas Untuk Operator Pengangkutan Beton Pada Laboratorium PT.Kreasibeton Nusapersada Dengan Analisis Biomekanika dan Postur Kerja

0 0 1

Perancangan Fasilitas Untuk Operator Pengangkutan Beton Pada Laboratorium PT.Kreasibeton Nusapersada Dengan Analisis Biomekanika dan Postur Kerja

0 0 10

Perancangan Fasilitas Untuk Operator Pengangkutan Beton Pada Laboratorium PT.Kreasibeton Nusapersada Dengan Analisis Biomekanika dan Postur Kerja

0 0 12

Perancangan Fasilitas Untuk Operator Pengangkutan Beton Pada Laboratorium PT.Kreasibeton Nusapersada Dengan Analisis Biomekanika dan Postur Kerja

0 2 2

Optimalisasi Kinerja Dokter Gigi melalui Pendekatan Postur Kerja dan Biomekanika untuk Mengurangi Kelelahan Otot Deltoid Chapter III VII

0 0 95