Optimalisasi Kinerja Dokter Gigi melalui Pendekatan Postur Kerja dan Biomekanika untuk Mengurangi Kelelahan Otot Deltoid Chapter III VII

III-1

BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

3.1

Kinerja
Kinerja merupakan tingkat keberhasilan yang diraih oleh pekerja dalam

melakukan suatu aktivitas kerja dengan merujuk kepada tugas yang harus
dilakukannya (Dedi Rianto, 2010). Kinerja (Performance) pada dasarnya adalah
apa yang dilakukan atau tidak dilakukan oleh pekerja. Kinerja pekerja yang umum
untuk kebanyakan pekerjaan meliputi elemen sebagia berikut:
1.

Kuantitas dari hasil

2.

Kualitas dari hasil


3.

Ketepatan waktu dari hasil

4.

Kehadiran

5.

Kemampuan bekerja sama
Pengukuran kinerja membutuhkan penggunaan kriteria yang relevan yang

berfokus pada aspek paling penting dari pekerjaan karyawan. Sebagai contoh,
mengukur staf pelayanan pelanggan dalam pusat klaim asuransi pada sikap
mereka mungkin kurang relevan dibandingkan dengan mengukur jumlah
panggilan telepon yang ditangani dengan baik. Contoh ini menekankan bahwa
kriteria pekerjaan yang palign penting harus diidentifikasi dan dihubungkan pada
deskripsi pekerjaan karyawan. Ukuran kinerja juga dapat dikatakan objektif atau

subjektif, ukuran-ukuran objektif dapat secara langsung diukur atau dihitung.
Sebagai contoh, jumlah mobil yang terjual atau jumlah faktur yang diproses.

Universitas Sumatera Utara

Sedangkan ukuran-ukuran subjektif membutuhkan penilaian pada bagian
pengevaluasian dan lebih sulit untuk diukur. Salah satu contoh dari ukuran
subjektif adalah penilaian supervisor terhadap sikap seorang karyawan yang mana
tidak terlihat secara langsung. Tidak seperti ukuran subjektif, ukuran objektif
cenderung lebih sempit, yang kadang-kadang membuatnya tidak cukup terdefinisi.
Standar kinerja (performance standards) mendefinisikan tingkat yang diharapkan
dari kinerja, dan merupakan “pembanding kinerja” (bechmarks), atau “tujuan”,
atau “target”-tergantung pada pendekatan yang diambil. Standar kinerja yang
realistis, dapat diukur, dipahami dengan jelas, akan bermanfaat baik bagi
organisasi maupun karyawannya. Hal-hal tersebut harus ditetapkan sebelum
pekerjaan dilakukan. Standar-standar yang didefinisikan dengan baik memastikan
setiap orang yang terlibat mengetahui tingkat pencapaian yang diharapkan.

3.2


Biomekanika
Biomekanika merupakan ilmu yang digunakan dalam pendekatan

ergonomi dalam merancang dan menentukan sikap tubuh manusia dalam
menjalani aktivitas dengan nyaman. Biomekanika membahas aspek-aspek dari
gerakan tubuh manusia dan kombinasi antara keilmuan mekanika, antropometri,
dan dasar ilmu kedokteran (biologi dan fisiologi). Biomekanika didefinisikan
sebagai bidang ilmu aplikasi mekanika pada sistem biologi. Biomekanika
menyangkut tubuh manusia dan hampir semua tubuh mahluk hidup. Biomekanika
menggunakan prinsip-prinsip mekanika dalam memecahkan masalah yang
berhubungan dengan struktur dan fungsi tubuh makhluk hidup. Dalam upaya

III-2
Universitas Sumatera Utara

meminimumkan kelelahan dan risiko tulang dan otot dalam kondisi saat bekerja
yang bersifat berulang (repetitive) diperlukan penempatan dan pengoperasian
posisi yang harus diciptakan seergonomis mungkin, salah satu diantaranya dengan
cara analisis dengan menggunakan biomekanika. Dengan menggunakan dan
mengaplikasikan biomekanika, maka bisa ditentukan inklinasi (kemiringan) sudut

posisi kaki atau tangan yang relatif terhadap horizontal agar gaya maksimum
dapat diterapkan. Berdasarkan hal tersebut mampu ditentukan sikap tubuh saat
bekerja yang nyaman dan pada level aman.

3.3

Klasifikasi Biomekanika
Biomekanika adalah jabaran ilmu yang berhubungan dengan gaya dan

pembebanan tubuh. Bimekanika dibagi atas beberapa bagian diantaranya adalah:
1.

General Biomechanic
General Biomechanic adalah bagian dari biomekanika yang berbicara
mengenai hukum dan konsep dasar yang mempengaruhi tubuh organic
manusia baik dalam posisi diam maupun bergerak. Dibagi menjadi 2 bagian,
yaitu:
a. Biostatics mechanics adalah merupakan ilmu pengetahuan mengenai
struktur organ-organ dalam hubungannya dengan gaya yang dihasilkan
oleh interaksinya. Biostatics mechanics menunjukkan kebutuhan dasar

untuk mengetahui gaya-gaya pada setiap segmen tubuh manusia. Elemen
dasar dalam melakukan perhitungan gaya yang diperlukan adalah tinggi
badan (H) dan berat badan (W) dan free body dikembangkan menjadi

III-3
Universitas Sumatera Utara

analisis dalam perhitungan. Berikut Tabel 3.1 panjang dan berat setiap
segmen tubuh manusia.
Tabel 3.1 Model Data Antropometri Manusia
Segmen Tubuh
Kepala dan Leher
Lengan dan Tangan
Lengan Atas
Lengan
Kepala, Leher dan kedua
lengan
Dada dan perut
Panggul
Kaki dan kaki bagian depan

Kaki bagian atas
Kaki
Kepala, Leher, kedua lengan,
perut dan tiga per delapan
panggul
Satu kaki dan lime per delapan
panggul

Panjang Segmen
Tubuh (m)
0.17
0.2
0.3
0.4
-

Berat Segmen Tubuh
(kg)
0.08
0.02

0.03
0.05
0.18

0.3
0.29
0.24
0.53
-

0.36
0.16
0.05
0.1
0.15
0.6

-

25


Biostatisc mechanics mempertimbangkan tubuh yang kaku dalam gerakan
dua dimensi. Analisis akan mempertimbangkan ukuran tubuh sebagaimana gaya
yang berbeda dengan gaya eksternal dan diaplikasikan dalam poin yang berbeda.
Tubuh dalam hal ini diasumsikan kaku, tubuh yang kaku merupakan salah satu
yang tidak mengalami perubahan bentuk. Meskipun sejumlah deformasi selalu
ada dalam sistem fisik yang nyata, pendekatan tubuh yang kaku tidak
mempengaruhi sistem pusat keseimbangan tubuh. Prosedur umum untuk
menganalisis gaya dan momen yang dihasilkan dalam tubuh yang kaku dalam dua
dimensi untuk kondisi keseimbangan statis dapat dilakukan dengan:

III-4
Universitas Sumatera Utara

1.

Gambarkan diagram free-body setiap elemen tubuh yang terkait.

2.


Tentukan titik koordinat x dan y dan tunjukkan arah positif untuk seiap
perpindahan translasi maupun rotasi.

3.

Untuk free-body, aplikasikan kondisi yang dibutuhkan untuk keseimbangan
perpindahan translasi maupun rotasi.

4.

Selesaikan persamaan diatas secara simultan untuk parameter yang tidak
diketahui.
Biostatisc mechanics dalam perhitungannya juga membutuhkan struktur

pendukung sederhana, hubungan yang spesifik dan alalt-alat pendukung
digunakan dalam sistem mekanik teristimewa ketika menunjukkan hubungan
analisis keseimbangan statis dari analisis sistem muskuloskeletal. Hubungan
antara yang dimaksud menggambarkan sebuah balok yang merupakan bagian
setiap tubuh yang dihubungkan dengan balok lain atau segmen tubuh yang lain.
Hal ini digunakan untuk mempermundah dalam setiap perhitungan dalam

Biostatisc mechanics.
Biostatisc mechanics mengkaji tentang otot sebagai pusat dalam
menghasilkan gaya dan sistem anatomi secara khusus pada otot. Otot yang cedera
adalah otot yang melewati persambungan. Salah satu ujungnya biasanya
dihubungkan pada segmen proximal dan salah satu ujungnya akan dihubungkan
segmen distal. Keadaan seperti biasanya disebut dengan otot antagonis dimana
persambungannya melewati titik asal proximal dan perpotongannya pada distal.
Otot antagonis membangun sebuah gaya yang berlawanan. Pada sistem biologi
kontraksi secara simultan dari otot harus stabil pada persambunganya. Sesudah

III-5
Universitas Sumatera Utara

menentukan anatomi dan merancang model analitis pada setiap segmen tubuh
manusia, ahli human factor harus mmengidentifikasi aplikasi yang cocok agar
mendapatkan informasi yang berguna untuk merancang perhitungannya. Untuk
penilaian gaya yang diperlukan pada setiap segmen tubuh dapat dilihat sebagai
berikut.
Bahu dan lengan
Sistem anatomi untuk bahu dan lengan adalah sebagai berikut: Segmen proksimal

: scapula (tulang bahu)
Segmen distal : humerus (tulang depan)
Persambungan : sambungan bahu
Otot (aksi) : deltoid
Otot deltoid adalah yaitu otot yang terdapat pada penarikan lengan ketika
seseorang mengangkat lengan dan saat akan menutup lengan tubuh. Model untuk
bahu dan lengan dapat dilihat pada Gambar 3.1. sebagai berikut.

.
Gambar 3.1 Model dan Free-body Diagram untuk Bahu dan Lengan

III-6
Universitas Sumatera Utara

Maka analisis perhitungan biomekanika pada operator saat melakukan
aktivitas dapat dirumuskan sebagai berikut.
∑Fy = 0
Fm. sin (α) + Ry – C – Wl = 0 .................................................... (1)
∑Fx = 0
-Fm. cos (α) + Rx = 0 ...................................................................... (2)
∑Ma = 0
[Fm. sin (α)] x AB – (C)(AC) – (Wl) (AD)= 0 ............................... (3)
Dimana:
Fm = Gaya pada otot deltoid (Newton)
Ry = Gaya reaksi vertikal dari tubuh (Newton)
Rx = Gaya reaksi horizontal dari tubuh (Newton)
Wl = Berat Beban (Newton)
W = Berat Tubuh Operator (Newton)
A = Persendian antara bahu dengan lengan tangan
B = Otot deltoid
C = Siku pada tangan
D = Pergelangan tangan
H = Tinggi badan tegak
AB = 0,08 x (H)
AC = 0,20 x (H)
AD = 0,40 x (H)

III-7
Universitas Sumatera Utara

b. Biodinamic adalah bagian dari biomekanik umum yang berkaitan dengan
gambaran gerakan – gerakan tubuh tanpa mempertimbangkan gaya yang
terjadi (kinematik) dan gerakan yang disebabkan gaya yang bekerja dalam
tubuh (kinetik).
2.

Occupational Biomechanic
Didefinisikan sebagai bagian dari biomekanik terapan yang mempelajari
interaksi fisik antara manusia dengan pekerjaannya. Dalam biomekanika ini
banyak melibatkan bagian bagian tubuh yang berkolaborasi untuk
menghasilkan gerak yang akan dilakukan oleh organ tubuh yakni kolaborasi
antara Tulang, Jaringan penghubung (Connective Tissue) dan otot.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan fungsi dari biomekanika adalah
sebagai berikut.
a. Dengan mengaplikasikan ilmu biomekanika, dapat dinyatakan besarnya
gaya otot yang diperlukan oleh seorang operator dalam menyelesaikan
pekerjaan dengan menggunakan prinsip-prinsip fisika dan mekanika.
b. Dengan mengaplikasikan ilmu biomekanika, dapat diketahui dan
memahami serta dapat menentukan sikap kerja yang berbeda yang
menghasilkan kekuatan atau tingkat produktivitas yang terbaik.
c. Dengan mengaplikasikan ilmu biomekanika, dapat dievaluasi pekerjaan
operator sehingga dapat menghasilkan cara kerja yang lebih baik yang
meminimumkan gaya dan momen yang dibebankan pada operator supaya
tidak terjadi kecelakaan kerja.

III-8
Universitas Sumatera Utara

d. Dengan mengaplikasikan ilmu biomekanika, dapat ditentukan perancangan
sistem

kerja

dengan

pertimbangan

dari

gerakan-gerakan

tubuh

manusia/pekerja.

3.4

Metode RULA (The Rapid Upper Limb Assessment)
RULA (Rapid Upper Limb Assessment) merupakan suatu metode

penelitian untuk menginvestigasi gangguan pada anggota bagan bagian atas.
Metode ini tidak membutuhkan peralatan spesial dalam penetapan penilaian
postur leher, punggung, dan lengan atas. Setiap pergerakan diberi dengan skor
yang telah ditetapkan.
RULA dikembangkan sebagai suatu metode untuk mendeteksi postur kerja
yang merupakan faktor resiko (risk factor). Metode ini didesain untuk menilai
para operator dan mengetahui beban musculoskeletal yang kemungkinan dapat
menimbulkan gangguan pada anggota badan atas. (McAtamney dan Corlett,
1993). Metode ini digunakan diagram dari postur tubuh dari 3 tabel skor dalam
menetapkan evaluasi faktor resiko yang telah diinvestigasi dijelaskan oleh
McPhee sebagai faktor beban eksternal yaitu :
1.

Jumlah pergerakan

2.

Kerja otot statik

3.

Tenaga/kekuatan

4.

Penentuan postur kerja oleh peralatan

5.

Waktu kerja tanpa istirahat

III-9
Universitas Sumatera Utara

Perbedaan-perbedaan yang terdapat pada setiap individu operator antara
lain sebagai berikut.
1.

Postur tubuh

2.

Kecepatan gerakan

3.

Akurasi gerakan

4.

Frekuensi dan lamanya delay

5.

Umur dan pengalaman

6.

Faktor sosial
Dalam mempermudah penilaiannya, maka tubuh dibagi atas 2 segmen

grup yaitu, grup A terdiri atas lengan atas (upper arm), lengan bawah (lower arm),
dan pergelangan tangan (wrist). Sedangkan grup B terdiri dari leher (neck),
punggung (trunk) dan kaki (legs). Berikut ini adalah bagian postur tubuh yang
dinilai pada metode RULA.
1. Lengan atas (Upper Arm)

Gambar 3.2 Postur Tubuh Bagian Tangan Atas (Upper Arm)

III-10
Universitas Sumatera Utara

Skor yang diberikan terhadap bagian lengan atas dapat dilihat dalam Tabel 3.2.
Tabel 3.2 Skor Bagian Lengan Atas (Upper Arm)
Pergerakan
200 (ke depan maupun ke belakang
dari tubuh)
0
> 20 (ke belakang) atau 20-450
45-900
> 900

Skor
1

Skor Perubahan
+ 1 jika bahu naik
+ 1 jika lengan berputar/bengkok

2
3
4

2. Lengan bawah

Gambar 3.3 Postur Tubuh Bagian Lengan Bawah

Skor yang diberikan terhadap bagian lengan bawah dapat dilihat dalam Tabel 3.3.
Tabel 3.3 Skor Bagian Lengan Bawah (Lower Arm)
Pergerakan
60-100
100

3.

Skor
1
2

Skor Perubahan
+1 jika lengan bawah bekerja melewat
garis tengah atau keluar dari sisi tubuh

Pergelangan tangan

Gambar 3.4 Postur Pergelangan Tangan

Skor yang diberikan terhadap bagian pergelangan tangan dapat dilihat
dalam Tabel 3.4.

III-11
Universitas Sumatera Utara

Tabel 3.4 Skor Bagian Pergelangan Tangan
Pergerakan
Posisi netral
0-15
>15

Skor
1
2
3

Skor Penambahan
+ 1 jika pergelangan tangan menjauhi sisi
tengah

Untuk putaran pergelangan tangan (wrist twist) pada posisi postur yang
netral diberi skor sebagai berikut.
1 = posisi tengah dari putaran
2 = posisi pada atau dekat dari putaran
4. Leher (neck)

Gambar 3.5 Postur Leher
Tabel 3.5 Skor Bagian Leher
Pergerakan
0-10
10-20
>20
Ekstensi

5.

Skor
1
2
3
4

Skor Penambahan
+1 jika leher berputar/bengkok
+1 jika batang tubuh bungkuk

Kaki (Legs)

Gambar 3.6 Postur Tubuh Bagian Kaki

III-12
Universitas Sumatera Utara

Tabel 3.6 Skor Tubuh Bagian Kaki
Pergerakan
Posisi normal/seimbang
Tidak seimbang

Skor
1
2

Skor dari hasil kombinasi postur kerja tersebut diklasifikasikan ke dalam
beberapa kategori level resiko, yaitu:
Tabel 3.7 Kategori Level Resiko Metode RULA
Action Level
Tindakan
Action Level 1 Postur dapat diterima jika tidak dalam
kondisi tetap atau berulang dalam jangka
waktu yang lama
Action Level 2 Perlu investigasi lebih lanjut, mungkin
3–4
perlu adanya perubahan
Action Level 3 Perlu investigasi dan perubahan secepatnya
5–6
Action Level 4 Investigasi dan perubahan sesegera
7 atau lebih
mungkin/ saat ini juga
Skor
1–2

Contoh kuesioner metode RULA dapat dilihat pada Gambar 3.10.

Gambar 3.7 Kuesioner Metode RULA

III-13
Universitas Sumatera Utara

3.5

Dimensi Tubuh Manusia (Antropometri)
Istilah antropometri berasal dari “anthro” yang berarti manusia dan “metri”

yang berarti ukuran. Secara definitif, antropometri dapat dinyatakan sebagai suatu
studi yang berkaitan dengan pengukuran dimensi tubuh manusia. Manusia pada
dasarnya akan memiliki bentuk, ukuran (tinggi, lebar, dan sebagainya) berat dan
lain-lain yang berbeda satu dengan yang lainnya. Antropometri secara luas akan
digunakan sebagai pertimbangan-pertimbangan ergonomis dalam memerlukan
interaksi manusia. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa data antropometri
akan menentukan bentuk, ukuran dan dimensi yang tepat yang berkaitan dengan
produk yang dirancang dan manusia yang akan mengoperasikan menggunakan
produk tersebut.
Manusia pada umumnya akan berbeda-beda dalam hal bentuk dan dimensi
ukuran tubuhnya. Ada beberapa faktor yang akan mempengaruhi ukuran tubuh
manusia, sehingga sudah semestinya seorang perancang produk

harus

memperhatikan faktor-faktor tersebut yang antara lain adalah:
1.

Umur
Secara umum dimensi tubuh manusia akan tumbuh dan bertambah besar
seiring dengan bertambahnya umur yaitu sejak awal kelahirannya sampai
dengan umur sekitar 20 tahunan. Dari suatu penelitian yang dilakukan oleh
A.F.Roche dan G.H.Davila (1972) di USA diperoleh kesimpulan bahwa lakilaki akan tumbuh dan berkembang naik sampai dengan usia 21 tahun,
sedangkan wanita 17 tahun. Meskipun ada sekitar 10% yang masih terus
bertambah tinggi sampai usia 23 tahun (laki-laki) dan 21 tahun (wanita).

III-14
Universitas Sumatera Utara

Setelah itu, tidak akan terjadi lagi pertumbuhan bahkan justru akan cenderung
berubah menjadi penurunan ataupun penyusutan yang dimulai sekitar umur
40 tahunan.
2.

Jenis Kelamin (Sex)
Dimensi ukuran tubuh laki-laki umumnya akan lebih besar dibandingkan
dengan wanita, terkecuali untuk beberapa bagian tubuh tertentu seperti
pinggul dan sebagainya.

3.

Suku Bangsa (Ethnic)
Setiap suku bangsa ataupun kelompok etnik akan memiliki karakteristik fisik
yang akan berbeda satu dengan yang lainnya.

4.

Posisi Tubuh
Sikap (postur) ataupun posisi tubuh akan berpengaruh terhadap ukuran tubuh.
Oleh sebab itu, posisi tubuh standar harus ditetapkan untuk survei
pengukuran. Dalam kaitan dengan posisi tubuh dikenal 2 cara pengukuran
yaitu pengukuran dimensi struktur tubuh dan pengukuran dimensi fungsional
tubuh.

5.

Cacat Tubuh
Data antropometri yang diperlukan adalah untuk perancangan produk bagi
orang-orang cacat, misalnya kursi roda, kaki/tangan palsu, dan lain-lain.

6.

Tebal/Tipisnya Pakaian yang Dikenakan
Faktor iklim yang berbeda akan memberikan variasi yang berbeda-beda
dalam bentuk rancangan dan spesifikasi pakaian.

III-15
Universitas Sumatera Utara

7.

Kehamilan (Pregnancy)
Kondisi semacam ini jelas mempengaruhi bentuk dan ukuran tubuh (khusus
perempuan). Hal tersebut jelas memerlukan perhatian khusus terhadap
produk-produk yang dirancang bagi segmentasi seperti ini.

3.5.1 Antropometri Statis (Struktural)
Istilah lain dari pengukuran tubuh dalam berbagai posisi standar dan tidak
bergerak (tetap tegak sempurna) dikenal dengan antropometri statis. Dimensi
tubuh yang diukur dengan posisi tetap antara lain meliputi berat badan, tinggi
tubuh dalam posisi berdiri, maupun duduk, ukuran kepala, tinggi/panjang lutut
pada saat berdiri/duduk, panjang lengan dan sebagainya. Ukuran dalam hal ini
diambil dengan persentil tertentu seperti 5-th dan 95-th persentil. Contoh
antropometri statis adalah posisi tubuh saat duduk orang duduk di kursi.

3.5.2 Antropometri Dinamis (Fungsional)
Antropometri dinamis adalah pengukuran yang dilakukan terhadap posisi
tubuh pada saat berfungsi melakukan gerakan-gerakan tertentu yang berkaitan
dengan kegiatan yang harus diselesaikan. Hal pokok yang ditekankan dalam
pengukuran dimensi fungsional tubuh ini adalah mendapatkan ukuran tubuh yang
nantinya akan berkaitan erat dengan gerakan-gerakan nyata yang diperlukan tubuh
untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan tertentu. Berbeda dengan antropometri
statis yang mengukur tubuh dalam posisi tetap/statis, maka cara pengukuran kali
ini dilakukan pada saat tubuh melakukan gerakan-gerakan kerja atau dalm posisi

III-16
Universitas Sumatera Utara

yang dinamis. Antropometri dinamis akan banyak diaplikasikan dalam proses
perancangan fasilitas ataupun ruang kerja. Contoh antropometri dinamis adalah
perancangan kursi mobil dimana di sini posisi tubuh pada saat melakukan gerakan
mengoperasikan kemudi, tangkai pemindahan gigi, pedal dan juga jarak antara
dengan atap maupun dashboard harus menggunakan data antropometri dinamis.

3.5.3 Prinsip-prinsip Penggunaan Data Antropometri
Data antropometri yang menyajikan data ukuran dari berbagai macam
anggota tubuh manusia dalam persentil tertentu akan sangat besar manfaatnya
pada saat suatu rancangan produk ataupun fasilitas kerja akan dibuat. Agar
rancangan suatu produk nantinya bisa sesuai dengan ukuran tubuh manusia yang
akan mengoperasikannya, maka prinsip-prinsip apa yang harus diambil di dalam
aplikasi data antropometri tersebut harus ditetapkan terlebih dahulu seperti
diuraikan berikut ini:
1.

Prinsip perancangan produk bagi individu dengan ukuran yang ekstrim
Di sini rancangan produk dibuat agar memenuhi 2 sasaran produk, yaitu:
a. Bisa sesuai untuk ukuran tubuh manusia yang mengikuti klasifikasi
ekstrim dalam arti terlalu besar atau kecil bila dibandingkan dengan rataratanya.
b. Tetap bisa digunakan untuk memenuhi ukuran tubuh yang lain (mayoritas
dari populasi yang ada).
Agar bisa memenuhi sasaran pokok tersebut maka ukuran yang siaplikasikan
ditetapkan dengan cara:

III-17
Universitas Sumatera Utara

a. Untuk dimensi minimum yang harus ditetapkan dari suatu rancangan
produk umumnya didasarkan pada nilai persentil yang terbesar seperti 90th, 95-th atau 99-th persentil. Contoh konkrit pada kasus ini bisa dilihat
pada penetapan ukuran minimal dari lebar dan tinggi dari pintu darurat.
b. Untuk dimensi maksimum yang harus ditetapkan diambil berdasarkan nilai
persentil yang paling rendah yaitu 1-th, 5-th, 10-th persentil) dari distribusi
data antropometri yang ada. Hal ini diterapkan dalam penetapan jarak
jangkau dari suatu mekanisme kontrol yang harus dioperasikanoleh
seorang pekerja.
2. Prinsip perancangan produk yang bisa dioperasikan di antar rentang ukuran
tertentu.
Di sini rancangan bisa diubah-ubah ukurannya sehingga cukup fleksibel
dioperasikan oleh setiap orang yang memiliki berbagai macam ukuran tubuh.
Contoh yang paling umum dijumpai adalah perancangan kursi mobil yang
mana dalam hal ini letaknya dapat digeser maju/mundur dari sudut
sandarannya pun dapat berubah-ubah sesuai dengan yang diinginkan. Dalam
kaitannya untuk mendapatkan rancangan yang fleksibel, semacam ini maka
data antropometri yang umum diaplikasikan adalah dalam rentang nilai 5-th
sampai 95-th persentil.
3.

Prinsip perancangan produk dengan ukuran rata-rata.
Dalam hal ini rancangan produk didasarkan terhadap rata-rata ukuran
manusia. Problem pokok yang dihadapi dalam hal ini juga sedikit sekali
mereka yang berbeda dalam ukuran rata-rata. Di sini produk dirancang dan

III-18
Universitas Sumatera Utara

dibuat untuk mereka yang berukuran sekitar rata-rata, sedangkan bagi mereka
yang memiliki ukuran ekstrim akan dibuatkan rancangan tersendiri.

3.5.4 Dimensi Tubuh Pengukuran Data Antropometri
Jenis pengukuran antropometri statis biasanya dilakukan dalam dua posisi
yaitu posisi berdiri dan duduk di kursi. Alat ukur yang harus digunakan untuk
mengukur antropometri adalah antropometer. Dimensi tubuh tersebut meliputi
antara lain:
1. Posisi Duduk Samping
a. Tinggi Duduk Tegak (TDT) Diukur jarak vertikal dari permukaan alas
duduk sampai ujung atas kepala. Subjek duduk tegak dengan mata
memandang lurus ke depan dan membentuk sudut siku-siku.
b. Tinggi Bahu Duduk (TBD)
Diukur jarak vertikal dari permukaan alas duduk sampai ujung tulang bahu
yang menonjol pada saat subjek duduk tegak.
c. Tinggi Mata Duduk (TMD)
Diukur jarak vertikal dari permukaan alas duduk sampai ujung mata
bagian dalam. Subjek duduk tegak dan memandang lurus ke depan.
d. Tinggi Siku Duduk (TSD)
Diukur jarak vertikal dari permukaan alas duduk sampai ujung bawah siku
kanan. Subjek duduk tegak dengan lengan atas vertikal di sisi badan dan
lengan bawah membentuk sudut siku-siku dengan lengan bawah.

III-19
Universitas Sumatera Utara

e. Tebal Paha (TP)
Subjek duduk tegak, diukur jarak dari permukaan alas duduk sampai ke
permukaan atas paha.
f. Tinggi Polipteal (TPo)
Diukur jarak vertikal dari lantai sampai bagian bawah paha.
g. Pantat Polipteal (PP)
Subjek duduk tegak, diukur jarak horisontal dari bagian terluar pantat
sampai lekukan lutut sebelah dalam (popliteal). Paha dan kaki bagian
bawah membentuk sudut siku-siku.
h. Pantat ke Lutut (PkL)
Subjek duduk tegak, diukur jarak horisontal dari bagian terluar pantat
sampai ke lutut. Paha dan kaki bagian bawah membentuk sudut siku-siku.

Gambar 3.8 Pengukuran Dimensi Tubuh Posisi Duduk Samping

III-20
Universitas Sumatera Utara

2.

Posisi Duduk Menghadap ke Depan
a. Lebar Pinggul (LP)
Subjek duduk tegak, diukur jarak horisontal dari bagian terluar pinggul sisi
kirisampai bagian terluar pinggul sisi kanan.
b. Lebar Bahu (LB)
Diukur jarak horisontal antara kedua lengan atas merapat ke badan dan
lengan bawah direntangkan ke depan.

Gambar 3.9 Pengukuran Dimensi Tubuh Posisi Duduk Menghadap ke Depan

3.

Posisi Berdiri
a. Tinggi Badan Tegak (TBT)
Diukur dari jarak vertikal telapak kaki sampai ujung kepala yang paling
atas.
b. Tinggi Mata Berdiri (TMB)
Diukur dari jarak vertikal lantai sampai ujung mata bagian dalam.

III-21
Universitas Sumatera Utara

c. Tinggi Bahu Berdiri (TBB)
Diukur dari jarak vertikal lantai sampai bahu yang menonjol.
d. Tinggi Siku Berdiri (TSB)
Diukur dari jarak vertikal pertemuan antara lengan atas dan lengan bawah.
e. Jangkauan Tangan (JT)
Diukur dari jarak horizontal dari punggung sampai ujung jari tengah.
f. Panjang Lengan Bawah (PLB)
Diukur dari jarak siku sampai pergelangan tangan.
g. Tebal Badan (TB)
Diukur dari jarak dada sampai punggung secara horizontal.
h. Rentangan Tangan (RT)
Diukur dari jarak horizontal dari ujung jari terpanjang tangan kiri sampai
ujung jari terpanjang tangan kanan.

Gambar 3.10 Pengukuran Dimensi Tubuh Posisi Berdiri

III-22
Universitas Sumatera Utara

4. Dimensi Jari Tangan
a. Panjang jari 1, 2, 3, 4, 5 (PJ1,2,3,4,5)
Diukur dari masing-masing pangkal ruas jari sampai ujung jari
b. Pangkal ke Tangan (PPt)
Diukur dari pangkal pergelangan tangan sampai pangkal ruas jari.
c. Lebar Jari 2,3,4,5 (LJ2,3,4,5)
Diukur dari sisi luar jari telunjuk sampai sisi luar jari kelingking.
d. Lebar Tangan (LT)
Diukur dari sisi luar ibu jari sampai sisi luar jari kelingking.

Gambar 3.11 Pengukuran Dimensi Tubuh Bagian Jari

5. Dimensi Tangan
a. Panjang Tangan (PT)
Diukur jarak vertical dari ujung jari telunjuk tangan ke pergelangan
tangan.
b. Diameter Genggam

III-23
Universitas Sumatera Utara

Diukur diameter tangan ketika sedang memegang sesuatu (maksimum)
c. Tebal Telapak Tangan (TTT)
Diukur jarak vertikal dari bagian dalam telapak sampai telapak

Gambar 3.12 Pengukuran Dimensi Tubuh Bagian Tangan

6. Dimensi Kaki
a. Panjang Telapak Kaki (PTK)
Diukur jarak dari ibu jari kaki ke bagian belakang telapak kaki.
b. Panjang Telapak Lengan Kaki (PTLK)
Diukur jarak dari lengan kaki ke bagian belakang telapak kaki.
c. Panjang Kaki sampai Jari Kelingking (PKJK)
Diukur jarak dari bagian belakang telapak kaki ke jari kelingking kaki.
d. Lebar Kaki (LK)
Diukur jarak horisontal dari bagian depan telapak kaki.
e. Lebar Tangkai Kaki (LTK)

III-24
Universitas Sumatera Utara

Diukur jarak horisontal dari bagian belakang telapak kaki.
f. Tinggi Mata Kaki (TMK)
Diukur jarak vertikal dari mata kaki ke telapak kaki.
g. Tinggi Bagian Tengah Kaki (TBTK)
Diukur jarak vertikal dari bagian tengah kaki ke telapak kaki.
h. Jarak Horisontal Tangkai Mata Kaki (JHTMK)
Diukur jarak horisontal dari bagian belakang kaki ke mata kaki.

Gambar 3.13 Pengukuran Dimensi Tubuh Bagian Kaki

7. Dimensi Kepala
a. Panjang Kepala (PK)
Diukur jarak dari bagian belakang kepala sampai ke dahi.
b. Lebar Kepala (LK)
Diukur jarak dari bagian kepala sisi kiri ke bagian kepala sisi kanan.
c. Diameter Maksimum dari Dagu (DMD)
Diukur jarak dari dagu ke bagian belakang kepala membentuk garis
miring.
d. Dagu ke Puncak Kepala (DPK)

III-25
Universitas Sumatera Utara

Diukur jarak vertikal dari bagian bawah dagu ke bagian atas kepala.

e. Telinga ke Puncak Kepala (TPK)
Diukur jarak vertikal dari bagian tengah telinga ke bagian atas kepala.
f. Telinga ke Belakang Kepala (TBK)
Diukur jarak horisontal dari bagian tengah telinga ke bagian belakang
kepala.
g. Antara Dua Telinga (ADT)
Diukur jarak dari telinga bagian kiri ke telinga bagian kanan.
h. Mata ke Puncak Kepala (MPK)
Diukur jarak vertikal dari mata ke bagian tengah dahi.

Gambar 3.14 Pengukuran Dimensi Tubuh Bagian Kepala

3.5.5

Persentil
Persentil merupakan suatu nilai yang menyatakan bahwa persentase

tertentu dari sekelompok orang yang dimensinya sama dengan atau lebih rendah

III-26
Universitas Sumatera Utara

dari nilai tersebut. Adapun untuk menghitung persentil yang digunakna sebagai
dasar perhitungan dapat dilihat pada Tabel 3.8.
Tabel 3.8 Macam Persentil dan Perhitungannya
Persentil
1-st
2,5-th
5-th
10-th
50-th
90-th
95-th
97,5-th
99-th

3.6

Perhitungan
X - 2,325*SD
X – 1,96*SD
X – 1,645*SD
X – 1,28*SD
X
X + 1,28*SD
X + 1,645*SD
X + 1,96*SD
X + 2,325*SD

Pengujian Statistik
Salah satu pengujian statistic adalah uji keseragaman data yang digunakan

untuk mengetahui data yang diuji seragam atau tidak. Cara melakukan uji
keseragaman data adalah sebagai berikut.
1.

Menghitung rata-rata
n

∑ Xi
X =

i =1

………………………….(Persamaan 4)

n

Di mana:
X = Rata-rata

n = Jumlah data
Xi = data ke i
2.

Menghitung standar deviasi

SD =

∑(X

i

− X )2

N

………………………(Persamaan 5)

III-27
Universitas Sumatera Utara

Keterangan :
SD = Standar deviasi
X = Nilai rata-rata

Xi = Nilai data
n = Jumlah data
N = Jumlah populasi
3.

Menghitung Batas kontrol atas (BKA) dan Batas kontrol bawah (BKB)
BKA = X + (2 * SD)
BKA = X - (2 * SD)
Keterangan:
BKA = Batas kontrol atas
BKB = Batas Kontrol bawah
SD = Standar deviasi
X = Nilai rata-rata

3.7

Standard Nordic Questionnaire (SNQ)
Standard Nordic Questionnaire (SNQ) merupakan salah satu alat ukur

yang biasa digunakan untuk mengenali sumber penyebab keluhan kelelahan otot
(Santoso G, 2004). Melalui Standard Nordic Questionnaire dapat diketahui
bagian-bagian otot yang mengalami keluhan dengan tingkat keluhan mulai dari
rasa tidak sakit sampai sangat sakit. Dengan melihat dan menganalisis peta tubuh
seperti Gambar 3.15. maka diestimasi jenis dan tingkat keluhan otot skeletal yang

III-28
Universitas Sumatera Utara

dirasakan oleh pekerja. Dimensi-dimensi tubuh tersebut dapat dibuat dalam
format Standard Nordic Questionnaire.

Gambar 3.15. Peta Tubuh

Standard Nordic Questionanire dibuat atau disebarkan untuk mengetahui
keluhan-keluhan yang dirasakan pekerja akibat pekerjaanya. Standard Nordic
Questionnaire bersifat subjektif, karena rasa sakit yang dirasakan tergantung pada
kondisi fisik masing-masing individu. Keluhan rasa sakit pada bagian tubuh
akibat aktivitas kerja tidaklah sama antara satu orang dengan orang lain. Melalui
kuesioner ini dapat diketahui bagian otot yang mengalami keluhan dengan tingkat

III-29
Universitas Sumatera Utara

keluhan mulai dari Tidak Sakit (TS), Agak Sakit (AS), Sakit (S) dan Sangat Sakit
(SS).

III-30
Universitas Sumatera Utara

IV-1

BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN

4.1

Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di CV. Intan Dental Jl. Pancing komplek MMTC,

Medan, Provinsi Sumatera Utara dan Fakultas Kedokteran Gigi USU. Waktu
pelaksanaan penelitian pada bulan Juni – Juli 2017.

4.2

Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian survei (Survey

Research), yaitu penelitian yang berusaha untuk memaparkan pemecahan masalah
terhadap suatu masalah yang ada sekarang secara sistematis dan faktual
berdasarkan observasi secara langsung dan mengumpulkan data aktual lapangan.
Jadi penelitian ini meliputi proses pengumpulan, penyajian, dan pengolahan data,
serta analisis pemecahan.

4.3

Subjek Penelitian
Subjek penelitian yang diamati adalah 2 orang dokter gigi yang melakukan

praktik di CV. Intan Dental dan 10 orang mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi
USU yang koas.

Universitas Sumatera Utara

4.4

Kerangka Konseptual Penelitian
Kerangka

konseptual

menggambarkan

alur

berpikir/konsep

dalam

menyelesaikan permasalahan, yang dapat dilihat pada Gambar 4.1.
Postur
Postur Kerja
Kerja
Kelelahan
Kelelahan Otot
Otot
Deltoid
Deltoid

Efisiensi
Efisiensi Waktu
Waktu
Istirahat
Istirahat

Analisis
Analisis dan
dan Usulan
Usulan Perancangan
Perancangan
Fasilitas
Fasilitas Kerja
Kerja

Energi
Energi Otot
Otot

Gambar 4.1 Kerangka Konseptual Penelitian

Definisi operasional:
1.

Postur kerja adalah posisi kerja dokter gigi yang statis dengan sudut postur
tubuh yang berbeda akan mempengaruhi pengoptimalan kinerja dokter gigi.

2.

Energi otot adalah energi otot pada bahu yang dibutuhkan dokter gigi dalam
menangani pasien. energi otot dipengaruhi oleh:
a. Gaya pada otot disekitar bahu.
b. Sudut lengan terhadap punggung
c. Sudut lengan atas terhadap lengan bawah
d. Massa dan tinggi tubuh operator

3.

Kelelahan otot deltoid adalah kelelahan yang terjadi pada otot di sekitar bahu
yang mengakibatkan waktu istirahat dokter gigi bertambah.

4.

Waktu istirahat adalah waktu yang dibutuhkan untuk memulihkan kondisi
tubuh setelah melakukan aktivitas.

IV-2
Universitas Sumatera Utara

4.5

Variabel Penelitian
Variabel yang terdapat dalam penelitian ini adalah

1.

Variabel Independen
Variabel bebas yang dapat mempengaruhi variabel dependen.
Variabel yang termasuk dalam jenis ini yaitu:
a. Sudut tubuh
b. Dimensi tubuh

2.

Variabel Dependen
Variabel terkait yang nilainya dipengaruhi variabel lain.
Variabel yang termasuk dalam jenis ini yaitu:
a. Skor RULA
b. Energi Otot

4.6

Sumber Data
Adapun beberapa jenis data yang dikumpulkan dalam melakukan

penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.

Data primer
Data primer adalah data yang diperoleh dari hasil pengamatan dan
pengukuran secara langsung selama melakukan penelitian, yaitu:
a. Data keluhan otot dengan kuesioner Standart Nordic Questionnaire
(SNQ).
b. Data antropometri dokter gigi
c. Data sudut tubuh dokter gigi

IV-3
Universitas Sumatera Utara

2.

Data sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari hasil dokumentasi perusahaan.
Data sekunder ini meliputi data sejarah perusahaan, struktur organisasi,
jumlah pekerja dan jam kerja.

4.7

Instrumen Penelitian
Penelitian ini menggunakan beberapa instrumen dalam melakukan

pengumpulan data. Instrumen penelitian yang digunakan untuk membantu dalam
pengumpulan data adalah sebagai berikut:
1.

Standart Nordic Questionnaire (SNQ)
Kuesioner yang digunakan sebagai instrument untuk mengumpulkan
informasi awal mengenai keluhan otot yang dialami oleh dokter gigi. Adapun
gambar kuesioner dapat dilihat pada gambar 4.2.

IV-4
Universitas Sumatera Utara

Gambar 4.2 Standard Nordic Questionnaire

2.

Goniometer
Instrumen yang digunakan untuk mengukur sudut yang dibemtuk oleh tubuh
dokter gigi. Adapun gambar goniometer dapat dilihat pada gambar 4.3.

Gambar 4.3 Goniometer

IV-5
Universitas Sumatera Utara

3.

Meteran
Instrumen ini digunakan untuk mengukur dimensi tubuh dokter gigi. Adapun
gambar meteran dapat dilihat pada gambar 4.4.

Gambar 4.4 Meteran

4.

Human Body Martin
Instrumen ini digunakan untuk mengukur dimensi tubuh dokter gigi. Dimensi
tubuh yang diukur dengan menggunakan instrument ini adalah bagian kepala,
badan dan kaki. Adapun gambar human body martin dapat dilihat pada
gambar 4.5.

Gambar 4.5 Human Body Martin

IV-6
Universitas Sumatera Utara

4.8

Prosedur Penelitian
Pada bagian ini akan dijelaskan mengenai prosedur pengumpulan data,

pengolahan data, dan analisis pemecahan masalah serta kesimpulan.

4.8.1 Prosedur Pengumpulan Data
Data primer yang dibutuhkan dalam penelitian ini dapat dikumpulkan
dengan cara sebagai berikut:
1.

Observasi
Pengumpulan data ini dilakukan dengan pengamatan dan pengukuran secara
langsung terhadap subjek penelitian di Klinik CV. Intan Dental dan Fakultas
Kedokteran Gigi USU. Alat yang digunakan dalam observasi ini adalah
pengukuran sudut tubuh dengan menggunakan goniometer, pengukuran
dimensi tubuh dokter gigi dengan menggunakan human body martin dan
meteran. Prosedur pengumpulan data ini dimulai dari pukul 09.00 – 15.00
WIB.

2.

Kuesioner dan Wawancara
Kuesioner yang digunakan adalah standard Nordic questionnaire (SNQ).
Kuesioner ini digunakan untuk mengidentifikasi awal kelelahan otot yang
dialami dokter gigi. Cara pengisian kuesioner tersebut dilakukan dengan
memberikan tanda (√) pada lembar jawaban yang tersedia sesuai dengan
keluhan yang dirasakan.

IV-7
Universitas Sumatera Utara

4.8.2 Metode Pengolahan Data
Data yang diperoleh selama pengamatan diolah dengan cara sebagai
berikut.
1.

Identifikasi dan menentukan bagian tubuh yang mengalami risiko kelelahan
otot dengan Standard Nordic Questionnaire (SNQ).

2.

Penilaian postur kerja dokter gigi dengan menggunakan metode Rapid Upper
Limb Assessment (RULA) melalui software CATIA.

3.

Penialain biomekanika secara manual yaitu menentukan energi yang
dibutuhkan oleh otot deltoid.

4.

Penerapan prinsip antropometri dan menghitung persentil yang digunakan.

4.8.3 Analisis Pemecahan Masalah
Analisis pemecahan masalah yang dilakukan adalah sebagai berikut.
1.

Analisis kelelahan otot berdasarkan postur kerja

2.

Analisis penilaian biomekanika terhadap pengoptimalan kinerja dokter gigi

4.8.4 Kesimpulan dan Saran
Tahap terakhir yang dilakukan adalah penarikan kesimpulan yang berisi
butir penting dalam penelitian ini. Kesimpulan merupakan rangkuman hasil
penelitian. Sedangakan saran yang diberikan akan diarahkan pada beberapa
rancangan atau usulan perbaikan yang bermanfaat bagi bidang kedokteran gigi
dan penelitian-penelitian berikutnya.

IV-8
Universitas Sumatera Utara

MULAI
MULAI

Studi
Studi Literatur
Literatur
1.
Teori
1. Teori Buku
Buku
2.
2. Referensi
Referensi Jurnal
Jurnal Penelitian
Penelitian

Studi
Studi Pendahuluan
Pendahuluan
1.
Observasi
1. Observasi Lapangan
Lapangan

Latar
Latar Belakang
Belakang Masalah
Masalah

adalah
adalah Kelelahan
Kelelahan otot
otot yang
yang mengakibatkan
mengakibatkan waktu
waktu istirahat
istirahat yang
yang
dibutuhkan
dokter
gigi
menjadi
lama
dibutuhkan dokter gigi menjadi lama

Pengumpulan
Pengumpulan Data
Data
1.
Data
primer
1. Data primer
-- Data
Data keluhan
keluhan otot
otot dengan
dengan kuesioner
kuesioner SNQ
SNQ
-- Data
Data postur
postur dan
dan sudut
sudut tubuh
tubuh dokter
dokter gigi
gigi
-- Data
Data antropometri
antropometri dokter
dokter gigi
gigi
2.
2. Data
Data sekunder
sekunder
-- File
File record
record perusahaan
perusahaan

Pengolahan
Pengolahan Data
Data
1.
1. Standard
Standard Nordic
Nordic Qustionaere
Qustionaere (SNQ)
(SNQ) untuk
untuk menentukan
menentukan bagian
bagian tubuh
tubuh yang
yang
mengalami
mengalami risiko
risiko kelelahan
kelelahan otot
otot
2.
2. Penilaian
Penilaian postur
postur kerja
kerja dengan
dengan metode
metode RULA
RULA menggunakan
menggunakan software
software CATIA
CATIA
3.
3. Penilaian
Penilaian energi
energi pada
pada otot
otot deltoid
deltoid
4.
4. Penerapan
Penerapan prinsip
prinsip antropometri
antropometri dan
dan perhitungan
perhitungan persentil
persentil

Analisis
Analisis Pemecahan
Pemecahan Masalah
Masalah
-- Analisis
Analisis kelelahan
kelelahan otot
otot berdasarkan
berdasarkan postur
postur kerja
kerja
-- Analisis
Analisis penilaian
penilaian biomekanika
biomekanika terhadap
terhadap pengoptimalan
pengoptimalan kinerja
kinerja dokter
dokter gigi
gigi

Kesimpulan
Kesimpulan dan
dan Saran
Saran

SELESAI
SELESAI

Gambar 4.6 Blok Diagram Metodologi Penelitian

IV-9
Universitas Sumatera Utara

V-1

BAB V
PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

5.1

Standard Nordic Questionnaire (SNQ)
Standard Nordic Questionnaire adalah kuesioner yang dirancang untuk

mengetahui keluhan yang dialami oleh dokter gigi selama melakukan pekerjaan.
Pengumpulan data SNQ diberikan kepada 12 orang dokter gigi.
Rekapitulasi data Standard Nordic Questionnaire dapat dilihat pada Tabel
5.1 berikut ini.

No.
Dimensi
Tubuh
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19

Tabel 5.1 Data Standard Nordic Questionnaire
Operator
1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

2
3
4
4
3
3
2
3
2
2
3
1
4
2
2
2
3
3
3
3

2
3
4
4
4
3
3
3
2
1
4
2
3
2
2
2
3
2
3
3

3
3
4
4
4
4
3
3
1
1
4
2
3
3
2
2
1
1
2
2

2
3
3
3
3
3
3
3
1
1
4
2
3
2
2
2
2
2
3
3

3
3
4
4
4
4
3
3
2
1
3
3
3
3
2
2
3
2
3
2

2
2
4
4
4
4
4
3
2
2
3
2
4
3
2
2
2
2
2
2

2
2
4
4
3
4
3
3
2
1
2
2
3
2
2
2
2
2
3
3

2
2
4
3
3
3
3
3
1
1
2
2
2
2
2
2
2
2
3
3

3
3
4
4
4
3
3
3
3
1
4
3
3
3
2
2
2
3
3
3

2
2
3
3
3
3
4
2
2
2
4
2
3
3
2
2
2
2
2
2

2
2
3
3
3
3
3
3
2
1
2
2
3
2
2
3
1
2
2
2

2
2
4
3
3
3
3
3
2
2
3
2
2
2
3
3
3
3
2
2

Universitas Sumatera Utara

No.
Dimensi
Tubuh
20
21
22
23
24
25
26
27

Tabel 5.1 Data Standard Nordic Questionnaire (Lanjutan)
Operator
1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

2
2
3
3
2
2
1
1

2
2
3
3
2
2
1
1

1
1
2
2
2
2
1
1

2
2
2
2
2
2
1
1

2
2
2
2
2
1
1
1

2
2
2
2
2
2
2
2

2
2
2
2
2
2
1
1

2
2
2
2
2
2
2
2

2
2
3
3
2
2
1
1

2
2
2
2
2
2
1
1

2
2
1
1
2
2
1
1

2
2
1
1
2
2
1
1

Berdasarkan rekapitulasi pada Tabel 5.1 dapat diketahui bahwa keluhan
sangat sakit adalah pada bagian bahu kiri. Persentasi jumlah operator yang
mengalami kategori tidak sakit, agak sakit, sakit dan sangat sakit dari data SNQ
dapat dilihat pada Tabel 5.2 dan Gambar 5.1 dan Gambar 5.2.
Tabel 5.2 Persentase Data SNQ Tubuh
Kriteria
Tidak Sakit (1) Agak Sakit (2) Sakit (3)
Leher bagian Atas
0%
75%
25%
Leher bagian bawah
0%
50%
50%
Bahu kiri
0%
0%
25%
Bahu kanan
0%
0%
42%
Lengan Atas Kiri
0%
0%
58%
Punggung
0%
0%
67%
Lengan atas kanan
0%
8%
75%
Pinggang
0%
8%
92%
Bokong
25%
67%
8%
Pantat
67%
33%
0%
Siku kiri
0%
25%
33%
Siku kanan
8%
75%
17%
Lengan bawah kiri
0%
17%
67%
Lengan bawah kanan
0%
58%
42%
Pergelangan tangan kiri
0%
92%
8%
Pergelangan tangan
0%
83%
17%
kanan
Tangan kiri
17%
50%
33%
Tangan kanan
8%
67%
25%

Sangat Sakit (4)
0%
0%
75%
58%
42%
33%
17%
0%
0%
0%
42%
0%
17%
0%
0%
0%
0%
0%

V-2
Universitas Sumatera Utara

Tabel 5.2 Persentase Data SNQ Tubuh (Lanjutan)
Kriteria
Tidak Sakit (1) Agak Sakit (2) Sakit (3) Sangat Sakit (4)
0%
42%
58%
0%
Paha kiri
0%
50%
50%
0%
Paha kanan
8%
92%
0%
0%
Lutut kiri
8%
92%
0%
0%
Lutut kanan
17%
58%
25%
0%
Betis kiri
17%
58%
25%
0%
Betis kanan
0%
100%
0%
0%
Pergelangan kaki kiri
8%
92%
0%
0%
Pergelangan kaki kanan
83%
17%
0%
0%
Kaki kiri
83%
17%
0%
0%
Kaki kanan

Tabel 5.2 menunjukkan bahwa 75% operator dokter gigi memiliki keluhan
sangat sakit pada bagian bahu kiri dan 58% operator dokter gigi mengeluh sangat
sakit pada bahu kanan.

Gambar 5.1 Persentase SNQ Tubuh Bagian Atas

V-3
Universitas Sumatera Utara

Gambar 5.2 Persentase SNQ Tubuh Bagian Bawah

Keterangan nomor dimensi tubuh:
0

= Sakit kaku di leher bagian atas

1

= Sakit kaku di bagian leher bagian bawah

2

= Sakit di bahu kiri

3

= Sakit di bahu kanan

4

= Sakit lengan atas kiri

5

= Sakit di punggung

6

= Sakit lengan atas kanan

7

= Sakit pada pinggang

8

= Sakit pada bokong

9

= Sakit pada pantat

10 = Sakit pada siku kiri
11 = Sakit pada siku kanan
12 = Sakit pada lengan bawah kiri
13 = Sakit pada lengan bawah kanan

V-4
Universitas Sumatera Utara

14 = Sakit pada pergelangan tangan kiri
15 = Sakit pada pergelangan tangan kanan
16 = Sakit pada tangan kiri
17 = Sakit pada tangan kanan
18 = Sakit pada paha kiri
19 = Sakit pada paha kanan
20 = Sakit pada lutut kiri
21 = Sakit pada lutut kanan
22 = Sakit pada betis kiri
23 = Sakit pada betis kanan
24 = Sakit pada pergelangan kaki kiri
25 = Sakit pada pergelangan kaki kanan
26 = Sakit pada kaki kiri
27 = Sakit pada kaki kanan.
Penilaian berdasarkan kuisioner SNQ untuk pembobotan masing-masing
kategori berikut :
Tidak sakit

: bobot 1

Agak sakit

: bobot 2

Sakit

: bobot 3

Sangat sakit

: bobot 4

Kategori yang dirasakan saat bekerja adalah sebagai berikut:
1. Tidak sakit, artinya bahwa dokter gigi tidak terasa nyeri sedikitpun pada bagian
tubuh karena kontraksi otot yang terjadi berjalan normal.
2. Agak sakit, artinya bahwa dokter gigi mulai terasa nyeri, namun rasa nyeri
yang timbul tidak membuat dokter gigi jenuh atau cepat lelah.
3. Sakit artinya bahwa dokter gigi merasakan nyeri yang cukup hebat dan
keadaan ini membuat dokter gigi mulai jenuh dan cepat lelah.

V-5
Universitas Sumatera Utara

4. Sangat sakit artinya bahwa dokter gigi merasakan nyeri yang sangat luar biasa
disertai dengan ketegangan (kontraksi otot yang sangat hebat) sehingga
membuat dokter gigi merasakan jenuh dan kelelahan yang cukup besar.

5.2

Postur Kerja
Postur kerja dokter gigi saat melakukan aktivitas pemeriksaan dan

perawatan gigi dan mulut pada pasien data dilihat pada Tabel 5.3.
Tabel 5.3 Data Postur Kerja Operator Dokter Gigi
Operator

1

2

Jenis
Pekerjaan

Pencabutan
saluran akar
gigi

Operasi gigi

Waktu (Menit)
Praktik
Istirahat

180

240

Elemen
Kegiatan

45

a. Mengambil
kaca mulut
b. Mengarahkan
kaca mulut ke
gigi yang akan
ditangani
c. Meletakkan
kaca mulut

45

a. Mengambil
kaca mulut
b. Mengarahkan
kaca mulut ke
gigi yang akan
ditangani
c. Meletakkan
kaca mulut

Postur Kerja

V-6
Universitas Sumatera Utara

Operator

3

4

5

6

Tabel 5.3 Data Postur Kerja Operator Dokter Gigi (Lanjutan)
Waktu (Menit)
Jenis
Elemen Kegiatan Postur Kerja
Pekerjaan
Praktik
Istirahat

Pemasangan
gigi palsu

Pemasangan
gigi palsu

Pemasangan
gigi palsu

Penambalan
gigi

120

240

180

120

60

a. Mengambil
kaca mulut
b. Mengarahkan
kaca mulut ke
gigi yang akan
ditangani
c. Meletakkan
kaca mulut

60

a. Mengambil
kaca mulut
b. Mengarahkan
kaca mulut ke
gigi yang akan
ditangani
c. Meletakkan
kaca mulut

60

a. Mengambil
kaca mulut
b. Mengarahkan
kaca mulut ke
gigi yang akan
ditangani
c. Meletakkan
kaca mulut

30

a. Mengambil
kaca mulut
b. Mengarahkan
kaca mulut ke
gigi yang akan
ditangani
c. Meletakkan
kaca mulut

V-7
Universitas Sumatera Utara

Tabel 5.3 Data Postur Kerja Operator Dokter Gigi (Lanjutan)
Waktu (Menit)
Jenis
Operator
Elemen Kegiatan
Postur Kerja
Pekerjaan
Praktik
Istirahat

7

8

9

10

Penambalan
gigi

Penambalan
gigi

Penambalan
gigi

Penambalan
gigi

120

180

120

120

30

a. Mengambil kaca
mulut
b. Mengarahkan
kaca mulut ke gigi
yang akan
ditangani
c. Meletakkan kaca
mulut

40

a. Mengambil kaca
mulut
b. Mengarahkan
kaca mulut ke gigi
yang akan
ditangani
c. Meletakkan kaca
mulut

30

a. Mengambil kaca
mulut
b. Mengarahkan
kaca mulut ke gigi
yang akan
ditangani
c. Meletakkan kaca
mulut

25

a. Mengambil kaca
mulut
b. Mengarahkan
kaca mulut ke gigi
yang akan
ditangani
c. Meletakkan kaca
mulut

V-8
Universitas Sumatera Utara

Tabel 5.3 Data Postur Kerja Operator Dokter Gigi (Lanjutan)
Waktu (Menit)
Jenis
Operator
Elemen Kerja
Postur Kerja
Pekerjaan
Praktik
Istirahat
a. Mengambil
kaca mulut
b. Mengarahkan
Penambalan
kaca mulut ke
180
35
11
gigi
gigi yang akan
ditangani
c. Meletakkan
kaca mulut

12

Penambalan
gigi

120

30

a. Mengambil
kaca mulut
b. Mengarahkan
kaca mulut ke
gigi yang akan
ditangani
c. Meletakkan
kaca mulut

Rekapitulasi Sudut leher, lengan atas, lengan bawah dan kaki sebelah kiri
pada Tabel 5.4.
Tabel 5.4 Sudut Postur Tubuh
Sudut
Operator
Leher Lengan Atas Lengan Bawah Kaki
1
33
20
70
88
2
43
40
80
80
3
48
18
68
89
4
56
25
35
66
5
50
15
40
106
6
43
18
48
55
7
37
40
54
60
8
50
36
68
80
9
60
15
15
141
10
51
50
50
68
11
46
21
48
115
12
45
38
46
70
47
28
52
85
Rata-rata

V-9
Universitas Sumatera Utara

5.2.1 Penilaian Postur Kerja dengan Rapid Upper Limb Assessment (RULA)
Data SNQ yang telah direkapitulasi diperoleh bahwa keluhan kategori
sangat sakit berada pada bahu kiri (Otot Deltoid). Oleh karena itu, maka penilaian
postur kerja menggunakan metode Rapid Upper Limb Assessment (RULA). Postur
kerja operator 1 sebelah kiri dapat dilihat pada gambar 5.3. Penilaian postur
operator 1 sebelah kiri dengan menggunakan metode RULA dapat dilihat pada
Gambar 5.4.

Gambar 5.3 Postur Kerja Operator 1 Kiri

V-10
Universitas Sumatera Utara

Gambar 5.4 Penilaian RULA dengan Software CATIA Operator 1 Kiri

Berdasarkan penilaian RULA dengan menggunakan software CATIA,
maka diperoleh hasil selidiki lebih lanjut dengan skor 4. Penilaian Postur Kerja
dengan menggunakan metode RULA dapat dilihat pada Lampiran 4.
Rekapitulasi hasil penilaian postur kerja dengan menggunakan RULA
dapat dilihat pada gambar 5.5.
Tabel 5.5 Rekapitulasi Penilaian Postur Kerja dengan Menggunakan RULA
Operator
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12

Skor
4
4
7
7
7
3
4
4
6
6
4
4

Keterangan
Selidiki lebih lanjut
Selidiki lebih lanjut
Selidiki dan perbaiki segera
Selidiki dan perbaiki segera
Selidiki dan perbaiki segera
Selidiki lebih lanjut
Selidiki lebih lanjut
Selidiki lebih lanjut
Selidiki dan perbaiki dalam waktu dekat
Selidiki dan perbaiki dalam waktu dekat
Selidiki lebih lanjut
Selidiki lebih lanjut

V-11
Universitas Sumatera Utara

5.3

Penilaian Biomekanika
Data sudut yang membentuk tubuh saat dokter gigi bekerja dapat dilihat

pada Tabel 5.6.
Tabel 5.6 Data Sudut Tubuh Operator
Berat Tinggi
Kiri
Operator Badan Badan
θ
ɸ
(kg)
(m)
1
76
1,80
20
40
2
48
1,56
40
50
3
55
1,71
18
40
4
64
1,57
25
80
5
60
1,64
15
65
6
58
1,64
18
60
7
47
1,57
40
76
8
50
1,55
36
58
9
57
1,56
15
60
10
63
1,64
50
90
11
49
1,60
21
63
12
66
1,61
38
82

Berikut ini merupakan gambar keterangan mengenai sudut tubuh operator.
Keterangan:
θ = Sudut antara lengan atas dengan tubuh
ɸ = Sudut antara lengan atas dan lengan bawah

Gambar 5.5 Sudut Tubuh Operator

V-12
Universitas Sumatera Utara

Hasil rekapitulasi kuesioner SNQ menunjukkan keluhan sangat sakit
terjadi pada bahu kiri. Data tersebut digunakan sebagai dasar untuk penilaian
biomekanika yakni gaya pada otot deltoid, gaya reaksi vertikal dari tubuh dan
gaya reaksi horizontal dari tubuh.

5.3.1 Penilaian Biomekanika Operator I
Gaya pada otot deltoid yang dibutuhkan oleh dokter gigi saat melakukan
praktik dapat dinilai dari aspek biomekanika pada segmen tubuh bahu dan lengan.
Sikap kerja dan free body diagram operator dokter gigi I sebelah kiri dapat
dilihat pada Gambar 5.6.

Gambar 5.6 Postur Operator I dan Free Body Diagram Bahu-Lengan
Kiri

Maka analisis perhitungan biomekanika pada operator I pada bagian bahulengan kiri adalah.
θ = 20°
ɸ = 40°
α = 30°

V-13
Universitas Sumatera Utara

z = α – θ = 10°
β = 180°- 90°- θ = 90- 20°= 70°
d = 180 – β - ɸ = 70°
AB = 0,14 m
AC = 0,36 m
AD = 0,72 m
∑Fy

=0

(Persamaan 1)

Fmy + Ry – 38 – 1,5 = 0
∑Fx

=0

Fmx - Rx
∑Ma

(Persamaan 2)
=0

=0

(Persamaan 3)

(Fmy)[AB.Cos β] + (Fmx)[AB.Sin β] - (C)(AC)(cos β) – (Wl)(AD)(cos d) = 0
(Fm.Cosz)[0,14.Cos70]

+

(Fm.Sinz)[0,14.Sin70]

-

(38)(0,36)(cos70)–

(1,5)(0,72)(cos 70) = 0
Fm 0,068 – 5,03 = 0
Fm = 5,03 / 0,068 = 73,97 N
Gaya reaksi secara vertikal dari tubuh diperoleh dengan mensubstitusikan
Fm pada persamaan 1.
∑Fy

=0

Fmy + Ry – 38 – 1,5 = 0
Fm.Cos z + Ry -39,5 = 0
Ry = 39,5- 72,84 = - 33,34 = 33,34 Newton (arah gaya ke bawah)

V-14
Universitas Sumatera Utara

Sedangkan gaya reaksi secara horizontal dari tubuh diperoleh dengan
mensubstitusikan Fm pada persamaan 2.
∑Fx

=0

Fmx - Rx

=0

Fm.Sin z - Rx = 0
Rx = 12,84 Newton
Berdasarkan perhitungan di atas, maka didapatkan gaya yang dibutuhkan
otot deltoid adalah sebesar 73,97 Newton atau 19,71 kal. Gaya reaksi secara
vertikal tubuh sebelah kiri adalah 33,34 N dengan arah gaya ke bawah. Sedangkan
gaya reaksi horizontal dari tubuh sebelah kiri adalah 12,84 N.

5.3.2 Penilaian Biomekanika Operator II
Gaya pada otot deltoid yang dibutuhkan oleh dokter gigi saat melakukan
praktik dapat dinilai da