Pengendalian Risiko Kecelakaan Kerja Dengan Metode HIRARC (Hazard Identification, Risk Assesment and Risk Control) dan Metode 5S di PTPN IV Dolok Ilir Chapter III VII
BAB III
LANDASAN TEORI
3.1.
Bahaya
Bahaya atau hazard adalah suatu sumber yang berpotensi menimbulkan
kerugian baik berupa luka-luka terhadap manusia, penyakit, kerusakan properti,
lingkungan atau kombinasinya. Sedangkan menurut OHSAS 18001 hazard adalah
sumber, situsasi atau tindakan yang berpotensi menimbulkan kerugian dalam hal
luka-luka atau penyakit terhadap manusia. Bahaya adalah segala sesuatu termasuk
situasi atau tindakan yang berpotensi menimbulkan kecelakaan atau cidera pada
manusia, kerusakan atau gangguan lainnya.Oleh kareana itu, diperlukan
pengendalian yang tepat agar bahaya tersebut tidak menimbulkan akibat yang
merugikan.Bahaya merupakan sifat yang melekat dan menjadi bagian dari suatu
zat, sistem, kondisi atau peralatan.
3.1.1.
Jenis-Jenis Bahaya
Dalam kehidupan banyak sekali bahaya yang ada di sekitar kita.Bahaya-
bahaya itu dapat menyebabakan kecelakaan. Jenis-jenis bahaya tersebut dapat
diklasifikasikan sebagai berikut:
1.
Bahaya Keselamatan Kerja (Safety Hazard)
Bahaya keselamatan kerja merupakan bahaya yang berdampak pada
timbulnya kecelakaan kerja yang dapat menyebabkan luka (injury), cacat
hingga kematian serta kerusakan properti. Dampak yang ditimbulkan
bersifat akut. Jenis bahaya keselamatan kerja diklasifikasikan menjadi:
Universitas Sumatera Utara
a. Bahaya Mekanis, yaitu bersumber dari peralatan mekanis atau benda
bergerak baik secara manual maupun dengan penggerak. Gerakan
mekanis ini dapat menimbulkan cedera atau kerusakan seperti tersayat,
terpotong, terjatuh, terjepit, dan terpeleset.
b. Bahaya Elektrik, yaitu sumber bahaya yang berasal dari energi listrik
yang dapat mengakibatkan berbagai bahaya seperti kebakaran, sengatan
listrik dan hubungan singkat atau arus pendek.
c. Bahaya kebakaran dan peledakan, yaitu bahaya yang berasal dari bahan
kimia yang bersifat flammable dan explosive.
2.
Bahaya Kesehatan Kerja (Health Hazard)
Bahaya kesehatan kerja merupakan bahaya yang mempunyai dampak
terhadap kesehatan manusia dan penyakit akibat kerja.Dampak yang
ditimbulkan
bersifat
kronis.
Jenis
bahaya
kesehatan
kerja
dapat
diklasifikasikan menjadi:
a.
Bahaya Fisik, antara lain yaitu kebisingan, getaran, radiasi, suhu
ekstrim dan pencahayaan.
b.
Bahaya Kimia, mengandung berbagai potensi bahaya sesuai dengan
sifat dan kandungannya. Bahaya yang dapat ditimbulkan seperti
keracunan dan iritasi.
c.
Bahaya Biologi, yaitu bahaya yang berkaitan dengan makhluk hidup
seperti bakteri, virus, dan jamur.
d.
Bahaya Ergonomik, antara lain yaitu manual handling, postur janggal,
dan repetitive movement.
Universitas Sumatera Utara
e.
Bahaya psikologi, antara lain yaitu beban kerja berat, hubungan dan
kondisi kerja yang tidak nyaman ( 1).
3.2.
Risiko
Menurut AS/NZS 4360:2004, risiko adalah peluang terjadinya sesuatu
yang akan mempunyai dampak terhadap sasaran, diukur dengan hukum sebab
akibat. Risiko diukur berdasarkan nilai probability dan consequences.
Konsekuensi atau dampak hanya akan terjadi bila ada bahaya dan kontak atau
exposure antara manusia dengan peralatan ataupun material yang terlibat dalam
suatu interaksi. Formula yang digunakan dalam melakukan perhitungan risiko
adalah: Risk = Probability x Exposure x Consequences
Risiko merupakan kemungkinan atau kesempatan seseorang akan
dirugikan atau mengalami gangguan kesehatan jika terkena bahaya. Dalam hal ini
juga termasuk properti atau kehilangan peralatan ( 2).
3.3.
Jenis-Jenis Risiko
Menurut Soehatman Ramli (2010), risiko yang dihadapi oleh suatu
organisasi atau perusahaan dipengaruhi oleh berbagai faktor baik dari dalam
maupun dari luar. Oleh karena itu, risiko dalam organisasi sangat beragam sesuai
dengan sifat, lingkup, skala, dan jenis kegiatannya antara lain :
1.
Risiko keuangan (financial risk)
Setiap organisasi atau perusahaan mempunyai resiko financial yang berkaitan
dengan aspek keuangan.Ada berbagai resiko financial seperti piutang macet,
1
Ramli, Soehatman. Pedoman Praktis Manajemen Risiko dalam Perspektif K3 OHS Risk
Management. Jakarta: Dian Rakyat, 2010.
2
Australian Standard/New Zealand Standard (AS/NZS) 4360:2004, Risk Managemnt Guideline
Universitas Sumatera Utara
perubahan suku bunga, nilai tukar mata uang dan lain-lain.Risiko keuangan ini
harus dikelola dengan baik agar organisasi tidak mengalami kerugian atau
bahkan sampai gulung tikar.
2.
Risiko pasar (market risk)
Risiko pasar dapat terjadi terhadap perusahaan yang produknya dikonsumsi
atau digunakan secara luas oleh masyarakat.Setiap perusahaan mempunyai
tanggung jawab terhadap produk dan jasa yang dihasilkannya.Perusahaan
wajib menjamin bahwa produk barang atau jasa yang diberikan aman bagi
konsumen.Dalam Undang-undang No.8 tahun 1986 tentang Perlindungan
Konsumen memuat tentang tanggung jawab produsen terhadap produk dan
jasa yang dihasilkannya termasuk keselamatan konsumen atau produk
(product safety atau product liability).
3. Risiko alam (natural risk)
Bencana alam merupakan risiko yang dihadapi oleh siapa saja dan dapat terjadi
setiap saat tanpa bisa diduga waktu, bentuk dan kekuatannya.Bencana alam
dapat berupa angin topan atau badai, gempa bumi, tsunami, tanah longsor,
banjir, dan letusan gunung berapi. Disamping korban jiwa, bencana alam juga
mengakibatkan kerugaian material yang sangat besar yang memerlukan waktu
pemulihan yang lama.
4. Risiko operasional
mengalami kerugian.Risiko operasional suatu perusahaan tergantung dari jenis,
bentuk dan skala bisnisnya masing-masing. Yang termasuk kedalam risiko
operasional antara lain :
Universitas Sumatera Utara
a.
Ketenagakerjaan
Tenaga kerja merupakan asset paling berharga dan menentukan dalam
operasi perusahaan.Pada dasarnya perusahaan telah mengambil risiko yang
berkaitan dengan ketenagakerjaan ketika perusahaan memutuskan untuk
menerima seseorang bekerja.Perusahaan harus membayar gaji yang
memadai bagi pekerjanya serta memberikan jaminan sosial yang
diwajibkan menurut perundangan.Di samping itu perusahaan juga harus
memberikan perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja serta
membayar tunjangan jika tenaga kerja mendapat kecelakaan. Tenaga kerja
merupakan salah satu unsur yang dapat memicu atau menyebabkan
terjadinya
kecelakaan
atau
kegagalan
dalam
proses
produksi.
Mempekerjakan pekerja yang tidak terampil, kurang pengetahuan,
sembrono atau lalai dapat menimbulkan resiko yang serius terhadap
keselamatan.
b.
Teknologi
Aspek teknologi disamping bermanfaat untuk meningkatkan produk-tivitas
juga mengandung berbagai risiko.Penggunaan mesin modern misalnya
dapat
menimbulkan
risiko
kecelakaan
dan
pengurangan
tenaga
kerja.Teknologi juga bersifat dinamis dan terus berkembang dengan
inovasi baru. Perusahaan yang buta terhadap perkembangan teknologi
akan mengalami kemunduran dan tidak mampu bersaing dengan
perusahaan lain yang menggunakan teknologi yang lebih baik.
Universitas Sumatera Utara
c.
Risiko K3
Risiko K3 adalah risiko yang berkaitan dengan sumber bahaya yang timbul
dalam aktivitas bisnis yang menyangkut aspek manusia, peralatan, material
dan lingkungan kerja. Umumnya resiko K3 dikonotasikan sebagai hal yang
negatif (negative impact) seperti :
1. Kecelakaan terhadap tenaga kerja dan asset perusahaan
2. Kebakaran dan peledakan
3. Penyakit akibat kerja
4. Kerusakan sarana produksi
5. Gangguan operasi
d.
Risiko keamanan (security risk)
Masalah keamanan dapat berpengaruh terhadap kelangsungan usaha atau
kegiatan suatu perusahaan seperti pencurian asset perusahaan, data
informasi, data keuangan, formula produk, dll. Di daerah yang mengalami
konflik,
gangguan
keamanan
dapat
menghambat
atau
bahkan
menghentikan kegiatan perusahaan. Risiko keamanan dapat dikurangi
dengan menerapkan sistem manajemen keamanan dengan pendekatan
manajemen risiko.Manajemen keamanan dimulai dengan melakukan
semua potensi risiko keamanan yang ada dalam kegiatan bisnis,
melakukan
penilaian
risiko
dan
selanjutnya
melakukan
langkah
pencegahan dan pengamanannya.
e.
Risiko sosial
Risiko sosial adalah risiko yang timbul atau berkaitan dengan lingkungan
sosial dimana perusahaan beroperasi.Aspek sosial budaya seperti tingkat
Universitas Sumatera Utara
kesejahteraan, latar belakang budaya dan pendidikan dapat menimbulkan
resiko baik yang positif maupun negatif. Budaya masyarakat yang tidak
peduli terhadap aspek keselamatan akan mempengaruhi keselamatan
operasi perusahaan ( 3).
3.4.
Pengertian Keselamatan Kerja
Keselamatan kerja adalah keselamatan yang berhubungan dengan mesin,
peralatan kerja, bahan dan proses pengolahannya, lingkungan kerja serta prosedur
atau tata cara kerja. Keselamatan kerja menyangkut segenap proses produksi dan
distribusi, baik barang maupun jasa. Salah satu aspek penting sasaran keselamatan
kerja mengingat resiko bahayanya adalah penerapan teknologi terutama teknologi
yang lebih maju.Keselamatan kerja adalah tugas semua pekerja yang bekerja pada
perusahaan.Keselamatan kerja adalah dari, oleh, dan untuk setiap tenaga kerja
serta orang lainnya dan juga masayarakat pada umumnya.
Kecelakaan kerja selain dapat menjadi sebab hambatan-hambatan
langsung juga merupakan kerugian-kerugian secara tidak langsung yakni
kerusakan mesin dan peralatan kerja, terhentinya proses produksi untuk beberapa
saat, kerusakan pada lingkungan kerja, dan lain-lain. Kecelakaan kerja juga
mempengaruhi biaya yang dikeluarkan perusahaan dalam usaha melakukan
perbaikan mesin atau peralatan yang rusak dan pengobatan kepada operator yang
mengalami kecelakaan. Semakin banyak kecelakaan yang terjadi pada sebuah
perusahaan maka semakin besar pula biaya yang dikeluarkan perusahaan. Tujuan
dari keselamatan kerja adalah sebagai berikut:
3
Ramli, Soehatman. Pedoman Praktis Manajemen Risiko dalam Perspektif K3 OHS Risk
Management. Jakarta: Dian Rakyat, 2010.
Universitas Sumatera Utara
1.
Melindungi keselamatan tenaga kerja dalam melaksanakan tugasnya untuk
kesejahteraan hidup dan meningkatkan produksi serta produktivitas nasional.
2.
Melindungi dan menjamin keselamatan setiap orang yang berada di tempat
kerja.
3.
Melindungi kondisi peralatan dan mesin produksi agar selalu dapat digunakan
secara efisien.
4.
3.5.
Sumber produksi dipelihara dan dipergunakan secara aman dan efisien.
Pengertian Kesehatan Kerja
Kesehatan kerja adalah spesialisasi kesehatan atau spesialisasi di bidang
kedokteran beserta prakteknya yang bertujuan agar tenaga kerja atau
pekerjamemperoleh derajat kesehatan setinggi-tingginya, baik fisik atau mental
dengan usaha-usaha preventif terhadap penyakit-penyakit atau gangguangangguan kesehatan yang diakibatkan faktor-faktor pekerjaan dan lingkungan
kerja. Ada dua kategori penyakit yang umum diderita oleh tenaga kerja yaitu:
a.
Penyakit umum
Penyakit yang mungkin diderita oleh setiap orang baik yang bekerja, yang
masih sekolah atau menganggur.Pencegahan penyakit ini merupakan
tanggung jawab seluruh anggota masyarakat.
b.
Penyakit akibat kerja
Penyakit ini dapat timbul ketika seseorang melakukan pekerjaannya.
Pencegahannya dapat dimulai dengan pengendalian secermat mungkin
terhadap potensi bahaya kecelakaan kerja yang mungkin terjadi pada saat
melakukan pekerjaan misalnya memperhatikan prosedur kerja, kondisi
Universitas Sumatera Utara
lingkungan kerja, dan mentaati peraturan-peraturan yang berlaku misalnya
menggunakan alat pelindung diri pada saat melakukan pekerjaan.
3.6.
Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Berdasarkan Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor. PER.05/MEN/1996
tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja Bab I, pengertian
dari Sistem Manajemen Keselamatan dan KesehatanKerja adalah bagian dari
sistem manajemen secara keseluruhan
yangmeliputi struktur organisasi,
perencanaan, tanggung jawab, pelaksanaan,prosedur, proses, dan sumber daya
yang dibutuhkan bagi pengembangan,penerapan, pencapaian, pengkajian, dan
pemeliharaan
kebijakankeselamatan
dan
kesehatan
kerja
dalam
rangka
pengendalian risiko yangberkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempat
kerja yang aman,efisien, dan produktif. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 1
tahun 1970 TentangKeselamatan dan Kesehatan Kerja yaitu:
1.
Secara filosofi didefenisikan sebagai suatu bentuk upaya dan pemikiran
dalam menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmani maupun rohani
manusia pada umumnya dan tenaga kerja pada khususnya serta hasil karya
dan budayanya dalam rangka menuju masyarakat adil dan makmur
berdasarkan pancasila.
2.
Secara keilmuan keselamatan dan kesehatan kerja didefenisikan sebagai ilmu
pengetahuan dan penerapan teknologi dalam usahanya sebagai pencegah
kecelakaan kerja, dan penyakit akibat kerja.
Universitas Sumatera Utara
3.
Dalam OHSAS 18001, keselamatan dan kesehatan kerja didefenisikan
sebagai kondisi dan faktor-faktor yang berdampak pada kesehatan karyawan,
pekerja kontrak, personel kontraktor, tamu, dan orang lain di tempat kerja.
K3 adalah singkatan dari Keselamatan dan Kesehatan Kerja, yangmempunyai
pengertian memberikan perlindungan kepada setiap tenagakerja atas keselamatan,
kesehatan, kesusilaan, pemeliharaan moril kerjaserta mendapat perlakuan yang
sesuai dengan martabat manusia dan moralagama (pasal 9 dalam Undang-undang
No. 14 Tahun 1969 tentangKetentuan-ketentuan Pokok Mengenai Tenaga Kerja).
3.7.
Tujuan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Tujuan pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerjadiuraikan sebagai
berikut :
1.
Memberikan perlindungan dan rasa aman kepada tenaga kerja ketika
melakukan pekerjaannya sehingga tercapai tingkat produktifitas yang tinggi.
2.
Memeberikan perlindungan dan rasa aman kepada setiap orang lain yang
berada di tempat kerja dan lingkungannya dari proses pekerjaan atau kegiatan
proyek.
3.
Memberikan perlindungan terhadap sumber produksi, peralatan, serta bahan
kerja sehingga dapat digunakan secara efisien dan terhindar dari kerusakan.
Keselamatan dan kesehatan kerja bertujuan agar para pekerja dilingkungan
kerjanya masing-masing selalu dalam keadaan sehat, nyaman,selamat, dan
terutama bekerja secara produktif dalam meningkatkan kinerjaperusahaan serta
meningkatkan kesejahteraan karyawan perusahaan.Demikian pula untuk mencapai
tujuan tersebut diperlukan kemauan sertakerja sama para karyawan agar
Universitas Sumatera Utara
menjunjung
tinggi
peraturan-peraturankeselamatan
dan
kesehatan
kerja
demikesejahteraan perusahaan yang berarti kesejahteraan keluarga karyawan.
3.8.
HIRARC (Hazard Identification, Risk Assessment and Risk Control)
Organisasi harus menetapkan prosedur mengenai Identifikasi Bahaya
(Hazard Identification), Penilaian Risiko (Risk Assessment) danmenentukan
Pengendaliannya (Risk Control) atau disingkat HIRARC. Keseluruhan proses ini
disebut juga manajemen risiko (risk management). HIRARC merupakan elemen
pokok dalam sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja yang berkaitan
langsung dengan upaya pencegahan dan pengendalian bahaya. Di samping itu,
HIRARC juga merupakan bagian dari sistem manajemen risiko (risk
management). Menurut OHSAS 18001, HIRARC harus dilakukan di seluruh
aktifitas organisasi untuk menentukan kegiatan organisasi yang mengandung
potensi bahaya dan menimbulkan dampak serius terhadap keselamatan
dankesehatan kerja. Selanjutnya hasil HIRARC menjadi masukan untuk
penyusunanobjektif dan target K3 yang akan dicapai, yang dituangkan dalam
program kerja. Dari alur di bawah terlihat bahwa HIRARC merupakan titik
pangkal dari pengelolaan K3. Jika HIRARC tidak dilakukan dengan baik
makapenerapan K3 akan salah arah (misguided), acak atau virtual karena
tidakmampu menangani isu pokok yang ada dalam organisasi.
Universitas Sumatera Utara
Sumber: Suma’mur, P.K. Keselamatan Kerja dan Pencegahan Kecelakaan
Gambar 3.1 Proses Sistem Manajemen K3
Elemen-elemen lainnya seperti pelatihan, dokumentasi, komunikasi,
pengukuran, pengendalian rekaman, dan lainnya adalah untuk menopang atau
mengacu kepada program pengendalian risiko. Jangan terjadi sebaliknya, dimana
organisasi hanya berfokus kepada elemen-elemen pendukung, lengkap dengan
prosedur dan dokumentasinya, namun mengabaikan proses HIRARC, sehingga
kecelakaan masih dapat terjadi ( 4).
3.9.
Proses Manajemen Risiko
Proses manajemen risiko harus dilakukan secara komprehensif dan
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari manajemen proses. Proses
manajemen risko sebagaimana yang terdapat dalam Risk Management
StandardAS/NZS 4360, yang meliputi :
a.
Komunikasi dan konsultasi
b.
Menentukan konteks (tujuan)
4
Suma’mur, P.K. Keselamatan Kerja dan Pencegahan Kecelakaan, Cetakan Kedelapan.Jakarta:
Toko Gunung Agung, 1984. Hal.1
Universitas Sumatera Utara
c.
Identifikasi resiko
d.
Analisis resiko
e.
Evaluasi resiko
f.
Pengendalian resiko
g.
Monitor dan review
Sumber: Suma’mur, P.K. Keselamatan Kerja dan Pencegahan Kecelakaan
Gambar 3.2 Proses Manajemen Risiko
3.9.1. Identifikasi Bahaya
Identifikasi bahaya adalah upaya sistematis untuk mengetahui potensi
bahaya yang ada di lingkungan kerja. Dengan mengetahui sifat dankarakteristik
bahaya, kita dapat lebih berhati-hati, waspada, dan melakukanlangkah-langkah
pengamanan agar tidak terjadi kecelakaan.Namun demikian, tidak semua bahaya
dapat dikenali dengan mudah. Prosedur identifikasi bahaya dan penilaian resiko
harus mempertimbangkan.
Universitas Sumatera Utara
1.
Aktivitas rutin dan non rutin
2.
Aktivitas dari semua individu yang memiliki akses ke tampat kerja termasuk
kontraktor.
3.
Perilaku manusia, kemampuan, dan faktor manusia lainnya.
4.
Identifikasi semua bahaya yang berasal dari luar tempat kerja yang dapat
menimbulkan efek terhadap kesehatan dan keselamatan manusia yang berada
di bawah perlindungan organisasi di dalam tempat kerja.
5.
Bahaya yang ditimbulkan di sekitar tempat kerja dan aktivitas yang berkaitan
dengan pekerjaan yang berada di bawah kendali organisasi.
6.
Infrastruktur, peralatan, dan material di tempat kerja, apakah yang disediakan
organisasi atau pihak lain.
7.
Perubahan atau rencana perubahan dalam organisasi, kegiatannnya, atau
material.
8.
Modifikasi pada sistem manajemen K3, termasuk perubahan sementara dan
dampaknya terhadap operasi, proses, dan aktivitas.
9.
Setiap persyaratan legal yang berlaku berkaitan dengan pengendalian risiko
dan implementasi pengendalian yang diperlukan.
10. Rancangan lingkungan kerja, proses, instalasi, mesin, peralatan, prosedur
operasi dan organisasi kerja, termasuk adaptasinya terhadap kemampuan
manusia.
Tujuan persyaratan ini adalah untuk memastikan bahwa identifikasibahaya
dilakukan secara komprehensif dan rinci sehingga semua peluang bahaya dapat
diidentifikasi.Hal ini banyak dilupakan dalam pengembangansistem manajemen
K3. Identifikasi bahaya hanya dilakukan seadanya atauhanya bersifat visual
Universitas Sumatera Utara
belaka sehingga tidak mampu menjangkau bahayayang yang lebih rinci misalnya
berkaitan dengan proses, peralatan, prosedur,dan lainnya. Untuk membantu upaya
identifikasi bahaya, dikembangkanberbagai metoda mulai dari yang sederhana
sampai yang kompleks.
Organisasi
harus
menetapkan
metoda
identifikasi
bahaya
yang
akandilakukan dengan mempertimbangkan beberapa aspek antara lain:
1.
Lingkup identifikasi bahaya yang dilakukan, misalnya meliputi seluruh
bagian, proses atau peralatan kerja atau aspek K3 seperti bahaya kebakaran,
penyakit akibat kerja, kesehatan, dan lainnya.
2.
Bentuk identifikasi bahaya, misalnya bersifat kualitatif atau kuantitatif.
3.
Waktu pelaksanaan identifikasi bahaya, misalnya di awal proyek, pada saat
operasi, pemeliharaan atau modifikasi sesuai dengan siklus atau daur hidup
organisasi.
Metoda identifikasi bahaya harus bersifat proaktif atau prediktif sehingga
diharapkan dapat menjangkau seluruh bahaya baik yang nyatamaupun yang
bersifat potensial. Teknik identifikasi bahaya ada berbagai macam yang dapat
diklasifikasikan atas:
1.
Teknik/metoda pasif
Bahaya dapat dikenal dengan mudah jika kita mengalaminya sendiri secara
langsung. Seseorang akan mengetahui adanya bahaya lobang di jalan setelah
tersandung atau terperosok ke dalamnya. Kita tahu adanya bahaya listrik
setelah tersengat aliran listrik. Cara ini bersifat primitif dan terlambat karena
kecelakaan telah terjadi, baru kita mengenal dan mengambil langkah
pencegahan.
Universitas Sumatera Utara
2.
Teknik/metoda semi proaktif
Teknik ini disebut juga belajar dari pengalaman orang lain karenakita tidak
perlu mngalaminya sendiri. Teknik ini lebih baik karena tidakperlu
mengalami sendiri setelah itu baru mengetahui adanya bahaya.
3.
Teknik/metoda proaktif
Metoda terbaik untuk mengidentifikasi bahaya adalah cara proaktif,atau
mencari bahaya sebelum bahaya tersebut menimbulkan akibat ataudampak
yang merugikan.
3.9.3. Penilaian Risiko
Setelah melakukan identifikasi bahaya dilanjutkan dengan penilaian risiko
yang bertujuan untuk mengevaluasi besarnya risiko serta skenario dampak yang
akan ditimbulkannya. Penilaian risiko digunakan sebagai langkah saringan untuk
menentukan tingkat risiko ditinjau dari kemungkinan kejadian (likelihood) dan
keparahan yang dapat ditimbulkan (severity). Resiko dianalisis dengan
menggabungkan perkiraan konsekuensi dan kemungkinan dalam konteks
pengendalian yang ada. Untuk menghindari penyimpangan dari sumber informasi
yang tersedia dan teknik yang digunakan ketika menganalisis konsekuensi dan
kemungkinan. Konsekuensi adalah Akibat dari suatu kejadian yang dinyatakan
secara kualitatif atau kuantitatif, berupa kerugian, sakit, cedera, keadaan
merugikan atau menguntungkan. Bisa juga berupa rentangan akibat-akibat yang
mungkin terjadi dan berhubungan dengan suatu kejadian. Probabilitas digunakan
sebagai gambaran kualitatif dari peluang atau frekuensi.
Universitas Sumatera Utara
Eksposure (paparan) adalah frekuensi pemaparan terhadap bahaya atau
sumber resiko. Analisis resiko bergantung pada informasi resiko dan data yang
tersedia. Metode analisis yang digunakan dapat bersifat kualitatif, semikuantitatif,
dan kuantitatif bahkan kombinasi ketiganya. Pada analisa resiko ada basic risk
dan existing risk, Pada tabel basic risk terdapat hasil perkalian dari nilai
konsekuensi, paparan dan peluang, reviewing control, dan tingkat risiko. Tabel
existing risk berisi hasil perkalian dari nilai konsekuensi, paparan dan peluang
setelah ada intervensi dari reviewing control, risk reduction dan tingkat risiko
setelah mendapatkan intervensi reviewing control
1. Penilaian Resiko dengan Analisis Kualitatif
Analisis kualitatif menggunakan bentuk kata atau skala deskriptif untuk
menjelaskan seberapa besar potensi resiko yang akan diukur. Hasilnya dapat
termasuk dalam kategori resiko rendah, resiko sedang dan resiko tinggi.
Berikut merupakan tabel konsekuensi dan kemungkinan menurut standar
(AS/NZS 4360:2004).
Tabel 3.1. Ukuran Kualitatif untuk Likelihood
Tingkat
Penjelasan
Defenisi
A
Almost Certain
Dapat terjadi setiap saat
B
Likely
Kemungkinan terjadi sering
C
Possible
Dapat terjadi sekali-sekali
D
Unlikely
Kemungkinan terjadi jarang
E
Rare
Dapat terjadi hanya dalam keadaan
luar biasa
Sumbe: AS/NZS 4360:2004 Risk Management Guideline
Universitas Sumatera Utara
Tabel 3.2. Ukuran Kualitatif untuk Concequences
Tingkat
Deskripsi
Uraian
1
Insignificant
Tidak terjadi cedera, kerugian financial kecil
2
Minor
Cedera ringan, kerugian financial sedang
3
Moderate
Cedera sedang, perlu penanganan medis, kerugian
financial besar
4
Major
Cedera berat lebih dari satu orang, kerugian besar,
gangguan produksi
5
Catstrophic
Fatal lebih satu orang, kerugian sangat besar dan
dampak luas yang berdampak panjang,
terhentinya seluruh kegiatan.
Sumber: AS/NZS 4360:2004 Risk Management Guideline
Tabel 3.3.Matriks Analisis Risiko Kualitatif (Level Risiko)
Likelihood
(Insignificant)
(Minor)
Consequence
(Moderate) (Major)
(Catastropic)
A(Almost Certain)
B(Likely)
C(Moderate)
D (Unlikely)
E (Rare)
H
M
L
L
L
H
H
M
L
L
E
H
H
M
M
E
E
E
E
H
E
E
E
H
H
Sumbe: AS/NZS 4360:2004 Risk Management Guideline
Keterangan:
E : Ekstrim, sangat berisiko, dibutuhkan tindakan secepatnya
H : High, beresiko besar, dibutuhkan perhatian dari manajemen puncak
M : Medium, risiko sedang, tenggung jawab manajemen harus spesifik
L : Low, risiko rendah, ditangani dengan prosedur rutin
2. Penilaian Resiko dengan Analisis Semi-Kuantitatif
Pada analisis semi-kuantitatif, skala kualitatif yang telah disebutkan
sebelumnya diberi nilai. Setiap nilai yang diberikan haruslah menggambarkan
derajat konsekuensi maupun probabilitas dari risiko yang ada. Diperlukan
kehati-hatian dalam menggunakan analisis semi kuantitatif, karena nilai yang
Universitas Sumatera Utara
dibuat belum tentu mencerminkan kondisi obyektif yang ada dari sebuah
risiko. Ketepatan perhitungan tergantung dari tingkat pengetahuan tim ahli
dalam dalam analisis tersebut terhadap proses terjadinya sebuah risiko.
(AS/NZS 4360:2004)
Tabel 3.4. Kriteria dan Nilai dari Faktor Consequences Semi Kuantitatif
Tingkatan
Catastrophe
Deskripsi
Rating
Bencana Besar: kerusakan fatal/dari beragam
100
fasilitas, aktifitas dihentikan, terjadi kerusakan
lingkungan yang parah
Disaster
Bencana: kejadian yang berhubungan dengan
50
kematian, kerusakan permanen yang bersifat
kecil terhadap lingkungan
Very Serious
Sangat serius: cacat permanen/penyakit parah,
25
kerusakan lingkungan tidak permanen
Serious
Serius: terjadi dampak yang serius tapi bukan
15
cidera dan penyakit parah dan permanen, sedikit
berakibat buruk bagi lingkungan.
Important
Penting:
membutuhkan
penanganan
medis,
5
terjadi emisi buangan tetapi tidak menimbulkan
kerusakan lingkungan
Noticeable
Dampak: terjadi cedera/penyakit ringan memar
1
bagian tubuh, kerusakan ringan dan terhentinya
proses kerja sementara waktu tetapi tidak
menyebabkan dampak pencemaran diluar lokasi
Sumber AS/NZS 4360:2004 Risk Management Guideline
Universitas Sumatera Utara
Tabel 3.5. Kriteria dan Nilai dari Faktor Exposure Semi Kuantitatif
Tingkatan
Deskripsi
Rating
Continously
Sering sekali: sering terjadi pemaparan
dalam sehari
10
Frequently
Sering: Terjadi dalam sehari
6
Occasionally
Kadang-kadang:
kadang-kadang,
seminggu, 1x sebulan
1x
3
Infrequent
Satu kali dalam sebulan sampai sekali
dalam setahun
2
Rare
Jarang diketahui kapan terjadinya
1
Very rare
sangat jarang: Tidak diketahui kapan
terjadinya
0,5
Sumber AS/NZS 4360:2004 Risk Management Guideline
Tabel 3.6. Kriteria dan Nilai dari Faktor Probability Semi Kuantitatif
Tingkatan
Deskripsi
Rating
Almost Certain
Sering terjadi: Kejadian kecelakaan yang
paling sering terjadi
10
Likely
kemungkinan terjadinya kecelakaan 50% 50%
6
Unusual but possible
Tidak biasa: tidak biasa terjadi namun
mempunyai kemungkinan terjadi
3
Remotely Possible
Kemungkinan kecil: kejadian yang kecil
kemungkinannya terjadi
1
Conceivable
Jarang terjadi: tidak pernah terjadi
kecelakaan
selama
bertahun-tahun
pemaparan namun mungkin saja terjadi
0,5
Practically Impossible
Hampir tidak mungkin terjadi: sangat tidak
mungkin terjadi
0,1
Sumber AS/NZS 4360:2004 Risk Management Guideline
Universitas Sumatera Utara
3. Penentuan tingkat resiko dilakukan setelah ketiga komponen resiko
(Konsekuensi, paparan, dan kemungkinan) telah ditentukan besarannya. Untuk
menentukan tingkat resiko maka dilakukan pengalian terhadap ketiga
komponen risiko tersebut berdasarkan rumus berikut:
Risk = Consequences x Exposure x Probability
Dari hasil perhitungan level of risk di atas kemudian dikelompokkan sesuai
kriteria tingkat resiko.
Tabel 3.7. Tingkat Risiko pada Analisis Semi-Kuantitatif
Tingkatan
Deskripsi
Tindakan
> 350
Very high
Aktivitas dihentikan sampai resiko bisa
dikurangi hingga mencapai batasan yang
dibolehkan atau diterima
180-350
Priority 1
Perlu pengendalian secara mungkin
70-180
Substantial
Mengharuskan adanya perbaikan secara
teknis
20-70
Priority 3
Perlu diawasi dan diperhatikan secara
berkesinambungan
< 20
Acceptable
Intensitas yang menimbulkan resiko
dikurangi seminimal mungkin
Sumber AS/NZS 4360:2004 Risk Management Guideline
4. Penentuan Risk Reduction
Risk reduction yaitu pengurangan risiko yang terdapat pada setiap area kerja
dengan mempertimbangkan pengendalian yang telah ada yang dilakukan oleh
perusahaan. Penentuan risk reduction didapat dengan mengurangkan basic risk
dengan existing risk dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
Risk reduction=
X 100 %
Universitas Sumatera Utara
3.9.4. Evaluasi Resiko
Suatu resiko tidak akan memberikan makna yang jelas bagi manajemen
atau pengambil keputusan lainnya jika tidak diketahui apakah resiko tersebut
signifikan bagi kelangsungan bisnis. Oleh karena itu, sebagai tindak lanjut dari
penilaian resiko dilakukan evaluasi resiko untuk menentukan apakah resiko
tersebut dapat diterima atau tidak dan menentukan prioritas resiko. Untuk
mendapat gambaran yang baik dan tepat mengenai resiko dilakukan penentuan
peringkat resiko atau prioritas resiko.
Peringkat resiko sangat penting untuk sebagai alat manajemen dalam
mengambil keputusan. Melalui peringkat resiko manajemen dapat menentukan
skala prioritas dalam penanganannya.Manajemen juga dapat mengalokasikan
sumber daya yang sesuai untuk masing-masing resiko sesuai dengan tingkat
prioritasnya.
4.9.5.
Pengendalian Risiko
Pengendalian risiko dapat dilakukan terhadap seluruh bahaya yang
ditemukan dalam proses identifikasi bahayadan mempertimbangkan peringkat
risiko untuk menentukan prioritas dancara pengendaliannya. Selanjutnya dalam
menentukan pengendalian harus mempertimbangkan hirarki pengendalian mulai
dari eliminasi, substitusi, pengendalian teknis, administratif, dan terakhir
penyediaan alat keselamatanyang disesuaikan dengan kondisi organisasi,
ketersediaan
biaya,
biayaoperasional,
faktor
manusia,
dan
lingkungan.
Pengendalian risiko merupakan langkah menentukan dalam keseluruhan
manajemen risiko. Berdasarkan hasil analisis dan evaluasi risiko dapat ditentukan
Universitas Sumatera Utara
apakah suatu risiko dapat diterima atau tidak. Jika risiko dapat diterima, tentunya
tidak diperlukan langkah pengendalian lebih lanjut. Berkaitan dengan risiko K3,
pengendalian risiko dilakukan dengan mengurangi kemungkinan atau keparahan
dengan mengikuti hirarki sebagai berikut.
1.
Eliminasi
Eliminasi adalah teknik pengendalian dengan menghilangkan sumber bahaya,
misalnya lobang di jalan ditutup, ceceran minyak di lantai dibersihkan, mesin
yang bising dimatikan. Cara ini sangat efektif karena sumber bahaya
dieliminasi sehingga potensi risiko dapat dihilangkan. Karena itu, teknik ini
menjadi pilihan utama dalam hirarki pengendalian risiko.
2.
Substitusi
Substitusi adalah teknik pengendalian bahaya dengan mengganti alat, bahan,
sistem atau prosedur yang berbahaya dengan lebih aman atau lebih rendah
bahayanya. Teknik ini banyak digunakan, misalnya bahan kimia berbahaya
dalam proses produksi diganti dengan bahan kimia lain yang lebih aman.
3.
Pengendalian Teknis
Sumber bahaya biasanya berasal dari peralatan atau sarana teknis yang ada di
lingkungan kerja.Karena itu, pengendalian bahaya dapat dilakukan melalui
perbaikan pada desain, penambahan peralatan dan pemasangan peralatan
pengaman.Sebagai contoh, mesin yang bising dapat diperbaiki secara teknis
misalnya dengan memasang peredam suara sehingga tingkat kebisingan dapat
ditekan. Pencemaran di ruang kerja dapat diatasi dengan memasangsistem
ventilasi yang baik.Bahaya pada mesin dapat dikurangi denganmemasang
pagar pengaman.
Universitas Sumatera Utara
4.
Pengendalian Administratif
Pengendalian bahaya juga dapat dilakukan secara administratif misalnya
dengan mengatur jadwal kerja, istirahat, cara kerja atau prosedur kerja
yanglebih aman, rotasi, atau pemeriksaan kesehatan, monitoring yaitu untuk
memonitor efektivitas pengendalian yang sudah dilakukan.
5.
Training
Training dilakukan untuk meningkatkan kemampuan dan pengetahuan
pekerja sehingga pekerja dapat bekerja dengan lebih aman.
6.
Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD)
Pilihan terakhir untuk mengendalikan bahaya adalah dengan memakai alat
pelindung diri misalnya pelindung kepala, sarung tangan, pelindung
pernafasan (respirator atau masker), pelindung jatuh, dan pelindung kaki ( 5).
3.10.
Manajemen 5S
Lima langkah pemeliharaan tempat kerja dalam bahasa jepang disebut
sebagai 5S. Dalam bahasa Indonesia, lima langkah pemeliharaan tempat kerja ini
disebut sebagai 5R (Ringkas, Rapi, Resik, Rawat dan Rajin).
1.
Ringkas (Seiri)
Langkah pertama pemeliharaan tempat kerja adalah Ringkas yang berkaitan
dengan kegiatan melakukan klasifikasi barang yang terdapat di gemba yaitu
diperlukan atau tidak diperlukan dan menyingkirkan yang tidak diperlukan
dari gemba. Batasan tentang barang yang diperlukan harus ditetapkan. Segala
macam objek dapat ditemukan di gemba. Pengamatan yang diteliti dapat
5
Australian Standard/New Zealand Standard (AS/NZS) 4360:2004, Risk Managemnt Guideline
Universitas Sumatera Utara
menyimpulkan bahwa sesungguhnya hanya sedikit saja barang yang
dibutuhkan sehari-hari perlu berada di gemba. Sebuah aturan sederhananya
adalah menyingkirkan semua barang yang tidak akan diperlukan untuk kurun
waktu 30 hari.
2.
Rapi (Seiton)
Setelah ringkas diterapkan, semua barang yang tak diperlukan telah
disingkirkan dari gemba. Yang tersisa tinggallah sejumlah minimum barang
yang diperlukan. Namun, barang-barang yang diperlukan ini seperti alat kerja
dan sebagainya tak dapat digunakan sebagaimana mestinya bilaterletak jauh
dari tempat kerjaatau bahkan di ditempat yang sulit dicari. Hal ini membawa
kita kepada langkah berikutnya dari 5R yaitu rapi. Rapi yang berarti
mengelompokkan barang berdasarkan penggunaanya dan menatanya secara
memadai agar upaya dan waktu untuk mencari/ menemukan menjadi
minimum. Untuk menerapkan hal ini, semua barang harus memiliki alamat
tertentu, nama tertentu, dan volume yang tertentu pula.
3.
Resik (Seiso)
Resik berarti membersihkan lingkungan kerja, termasuk kedalamnya mesin
dan alat kerja, lantai tempat kerja dan berbagai daerah di dalamnya tempat
kerja. ada sebuah aksioma yang patut dianut: membersihkan berarti
memeriksa. Operator yang membersihkan mesin dapat menemukan berbagai
fungsi yang gagal. Untuk itu, ressik merupakan pengalaman belajar yang baik
bagi operator, karena melalui kegiatan ini mereka dapat menemukan berbagai
temuan yang berguna.
Universitas Sumatera Utara
4.
Rawat (Seiketsu)
Rawat dalam bahasa jepang adalah seiketsu yang berarti tertib pribadi, seperti
mengenakan pakaian yang pantas dan bersih, kacamata pengaman, sarung
tangan dan sepatu dan selalu menjaga keadaan lingkungan kerja yang bersih.
Pengertian rawat adalah mempertahankan keadaan yang sudah ringkas, rapid
an resik setiap hari secara terus;menerus.
5.
Rajin (Shitsuke)
Rajin berarti disiplin pribadi. Orang yang mempraktekkan ringkas, rapi, resik
dan rawat secara terus-menerus dan menjadikan kegiatan ini sebagai
kebiasaan dalam kehidupan sehari-harinya dapat menyebut dirinya memiliki
disiplin pribadi.
Kaizen menghargai proses maupun hasil dengan nilai yang sama. Guna
menggalang semua orang dalam kegiatan kaizen secara berkesinambungan,
manajemen harus secara serius merencanakan, mengorganisasikan dan
melaksanakan proyek-proyek kaizen. Banyak manager ingin memperoleh
hasil segera mungkin baik mukjijat dan mengabaikan aspek proses yang juga
sangat penting. 5R bukanlah kegiatan musiman atau sekadar tren bulan ini,
namun merupakan proses berkesinambungan yang merupakan bagian dari
kehidupan kita.
3.11.
Manfaat 5S
Adapun manfaat yang diperoleh perusahaan jika memanfaatkan sikap kerja
5S, yaitu:
Universitas Sumatera Utara
1.
Keamanan. Dengan adanya pemilihan dan penataan maka barang-barang dan
kelengkapan kerja yang digunakan tersedia dan mengurangi angka
kecelakaan kerja yang digunakan tersedia dan mengurangi angka kecelakaan
kerja yang disebabkan oleh kesalahan manusia (Human Factor). Misalnya
mencegah terpeleset dan kebakaran dari kebocoran minyaak.
2.
Kondisi kerja yang rapi. Dengan kondisi kerja yang rapi, produktivitas
meningkat.
3.
Efisiensi. Dianalogikan sebagai koki masak terkenal, pelukis yang terkenal
mereka memelihara peralatan mereka. Tidak ada pisau yang berkarat. Tidak
ada kuas yang menyusut. Sehingga saat digunakan peralatan tersebut selalu
tersedia dan siap digunakan. Jika di industry maka efisiensi mesin menjadi
tinggi dan mengurangi waktu macet mesin.
4.
Mutu. Industri elektronik dan mesin memerlukan tingkat presisi dan
kebersihan yang tinggi. Setitik kotoran dapat menyebabkan kecacatan sebuah
produk. Dengan adanya 5S maka kualitas akan terjaga.
Universitas Sumatera Utara
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
4.1.
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di PTPN IV Dolok Ilir yang megolah bahan baku
TBS (Tandan Buah Segar) menjadi Crude Palm Oil (CPO) dan Inti sawit (palm
kernel) yang berlokasi di lokasi Kabupaten Simalungun, Kecamatan Dolok Batu
Nanggar. Waktu penelitian dilakukan pada Mei 2017 sampai dengan Juli 2017.
4.2.
Jenis Penelitian
Penelitian yang digunakan adalah penelitian terapan (applied research),
yaitu karena penelitian yang dilakukan untuk pemecahan masalah yang
menimbulkan kecelakaan kerja. Penelitian dilakukan dengan mengidentifikasi dan
memberikan penilaian terhadap sumber bahaya, menjelaskan nilai dari risiko yang
terdapat di setiap area kerja dengan menggambarkan proses analisa keselamatan
kerja dengan menggunakan metode Semi kuantitatif untuk menentukan tingkat
consequences, probability dan exposure dari setiap risiko yang ada dan
memberikan rekomendasi pengendalian bahaya dengan metode 5S.
4.3.
Objek Penelitian
Objek penelitian yang diamati adalah sumber bahaya dan potensi bahaya
yang dapat terjadi dalam proses kerja pada area stasiun pengolahan kelapa sawit
Universitas Sumatera Utara
PTPN IV Dolok Ilir. Penelitian ini dilakukan agar bahaya yang ada dalam setiap
kegiatan dapat terdeteksi dan segera dibuat pengendaliannya.
4.4.
Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual penelitian adalah suatu hubungan atau kaitan antara
konsep satu terhadap konsep yang lainya dari masalah yang ingin diteliti untuk
memberikan petunjuk kepada peneliti dalam merumuskan masalah penelitian.
Permasalahan dalam penelitian ini adalah kecelakaan kerja yang terjadi pada saat
melakukan proses produksi. Oleh karena itu dilakukan identifikasi dari bahaya
dan melakukan pengendalian risiko dari bahaya yang ditimbulkan untuk
menemukan solusi dalam bentuk usaha program keselamatan dan kesehatan kerja.
HIRARC
PTPN IV Dolok
Ilir
Potensi Bahaya
Identifikasi
Bahaya
Rekomendasi
Perbaikan
Implementasi
5S
Gambar 4.1. Kerangka Konseptual Penelitian
4.5.
Variabel Penelitian
4.5.1
Variabel Independen
Variabel independen (bebas) adalah variabel yang mempengaruhi atau
yang menjadi sebab perubahannya atau timbul variabel dependen (terikat).
Adapun variabel independen yang berpengaruh terhadap penelitian ini antara lain:
Universitas Sumatera Utara
1.
Penentuan Sumber dan potensi bahaya, untuk mengetahui resiko bahaya yang
ada distasiun kerja.
2.
Mengidentifikasi situasi yang berpotensi mencederai/menyakiti pekerja,
merusak barang, lingkungan kerja atau kombinasi dari hal-hal tersebut
dengan menggunakan metode HIRARC
3.
Memberikan rekomendasi pengendalian terhadap situasi yang berpotensi
mencederai/menyakiti pekerja dengan metode 5S.
4.5.2. Variabel Dependen
Variabel dependen (terikat) adalah variabel yang dipengaruhi atau yang
menjadi akibat karena adanya variabel bebas. Disebut variabel terikat karena
variabel ini menjadi perhatian utama dalam penelitian. Adapun variabel dependen
yang berpengaruh terhadap penelitian ini yaitu:
1. Pengendalian resiko bahaya menggunakan HIRARC
2. Pengendalian resiko bahaya menggunakan 5S
4.6.
Metodologi Penelitian
Penelitian dilakukan dalam beberapa tahap, yang diawali dengan
melakukan identifikasi masalah hingga menghasilkan kesimpulan. Tahapan–
tahapan tersebut meliputi :
1.
Identifikasi masalah
merupakan langkah pertama yang dilakukan saat penelitian berlangsung
sehigga dapat mengangkat permasalahan secara jelas dan terarah.
Universitas Sumatera Utara
2.
Studi literatur
Kajian literatur merupakan bagian dai studi yang bertujuan untuk
mengumpulkan dan menganalisa data sekunder dari instansi terkait, hasil
penelitian, jurnal, dan literatur lain.
3.
Perumusan Masalah
Perumusan masalah menjabarkan kembali inti dari permasalahan yang
teridentifikasi
kemudian
menuangkannya
ke
dalam
satu
lingkup
permasalahan yang spesifik.
4.
Perumusan tujuan penelitian
Penentuan tujuan peneltian sebagai acuan unuk mengarahkan dan
menentukan hasil akhir penelitian.
5.
Pengumpulan data
Data yang dikumpukan dalam penelitian ini terdiri data primer dan sekunder
1.
Data primer
Data primer diperoleh dari pengamatan di lapangan/survey kuesioner 5S,
dan wawancara langsung dengan operator, data primer yang dibutuhkan
adalah:
2.
a.
Uraian pekerjaaan yang menyebabkan kecelakaan
b.
Pengendalian bahaya yang sudah dilakukan perusahaan
c.
Kondisi 5S distasiun pengolahan kelapa sawit
Data Sekunder
Data Sekunder diperoleh dari perusahaan yaitu data urutan proses
produksi, sejarah perusahaan, struktur organisasi, jenis kecelakaan kerja.
Langkah-langkah proses penelitian dapat dilihat pada Gambar 4.2.
Universitas Sumatera Utara
Mulai
Studi Literatur
Studi Pendahuluan
1. Kondisi pabrik
2. Kondisi bagian proses produksi
3. Informasi pendukung
1. Kondisi pabrik
2. Kondisi bagian proses produksi
f
i
d k
Identifikasi Masalah
Tingginya angka kecelakaan kerja sehingga diperlukan program pencegahan kecelakaan kerja
dengan metode HIRARC (Hazard Identification, Risk Assesment, Risk Control) dan 5S
1.
2.
Pengumpulan Data
Data primer
a. Interview dengan para pekerja
b. Observasi di lantai produksi
Data sekunder
a. Uraian tugas pokok pekerja
b. Gambaran umum perusahaan
c. Struktur organisasi perusahaan
d. Jumlah kecelakaan kerja karyawan
e. Jenis kecelakaan yang sedang dilakukan pada saat mengalami kecelakaan
1.
2.
3.
4.
5.
Pengolahan Data
Identifikasi bahaya dan risiko
Analisis potensi bahaya dan risiko bahaya
Penialian Resiko
Menentukan Risk Reduction
Pengendalian risiko dengan metode HIRARC dan 5S
Analisis Pemecahan Masalah
Kesimpulan dan saran
Selesai
Gambar 4.2. Block Diagram Proses Penelitian
Universitas Sumatera Utara
4.7.
Pengolahan Data
Metode atau langkah-langkah dalam melakukan pengolahan data dapat
dilihat sebagai berikut:
1.
Identifikasi Risiko
Mengidentifikasi bahaya yang ada pada tahapan demi tahapan pengerjaan
proses produksi dalam setiap stasiun kerja sehingga potensi-potensi bahaya
yang menyebabkan terjadinya kecelakaan kerja dapat diketahui dan untuk
mengembangkan pengendalian yang tepat untuk mengurangi risiko.
2.
Analisis Risiko
Data dianalisa berdasarkan penilaian semikuantitatif untuk menentukan nilai
risiko dengan terlebih dahulu memperkirakan nilai konsekuensi, paparan dan
kemungkinan. Setelah nilai risiko diperoleh, maka nilai tersebut dibandingkan
dengan standar level risiko untuk mengetahui tingkatan risiko yang terdapat
tahapan kerja di setiap stasiun.
Level of risk = Consequences x Exposure x Probability
3.
Menentukan Risk Reduction
Nilai risiko hasil dari pengurangan antara basic risk dengan existing risk.
4.
Rekomendasi Pengendalian Risiko bahaya dengan metode HIRARC dan 5S
Setelah di lakukan perangkingan level resiko maka tahap selanjutnya adalah
mengembangkan solusi alternatif memberikan rekomendasi pengendalian
yang
belum
kemungkinan
dilaksanakan
perusahaan
pengaplikasiannya.
dengan
Melakukan
mempertimbangkan
pelatihan
5S
untuk
memperbaiki dan memelihara lingkungan kerja.
Universitas Sumatera Utara
4.8.
Populasi dan Sampel
Populasi yaitu keseluruhan sampel yang menjadi objek penelitian di PTPN
IV Dolok Ilir. Sampel yang digunakan adalah pekerja pabrik pengelohan kelapa
sawit di stasiun Loading Ramp, Stasiun Rebusan dan Stasiun Klarifikasi. Metode
sampling yang yang digunakan adalah total sampling artinya keseluruhan pekerja
yang berada ditempat kerja adalah objek penelitian.
4.9.
Analisis Pemecahan Masalah
Analisis dan pemecahan masalah dilakukan dengan mengidentifikasi
adanya masalah-masalah dalam lingkungan kerja seperti penyebab terjadinya
kecelakaan kerja, dan area kerja yang kurang ergonomis akibat kurangnya
penerapan 5S. Ketidaksesuaian tersebut dimaksudkan untuk memberi masukan
dan perbaikan bagi pihak perusahaan beberapa tindakan pengendalian yang lebih
intensif. Dengan demikian perusahaan dapat menerapkan perbaikan tersebut
dalam lingkungan perusahaannya sehingga dapat meningkatkan kenyamanan
karyawan dalam bekerja.
4.10. Kesimpulan dan Saran
Kesimpulan berisikan hal-hal penting dari penelitian yang merupakan
tujuan dari penelitian. Selain dari kesimpulan, diberikan juga saran yang
membangun bagi perusahaan usulan perbaikan kepada pihak perusahaan untuk
mengiplementasikan hasil penelitian ini.
Universitas Sumatera Utara
BAB V
PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
5.1.
Pengumpulan Data
Data yang diperlukan diperoleh dengan menggunakan beberapa metode
pengumpulan data sesuai dengan kondisi sumber data yang bersangkutan. Data
yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah uraian pekerjaan yang
menyebabkan kecelakaan kerja pada proses pengolahan kelapa sawit PTPN IV
Dolok Ilir. Pengumpulan data dilakukan meliputi tahapan proses pengolahan
kelapa sawit, dan menguraikan pekerjaan berdasarkan urutan langkah-langkah
dari setiap tahapan proses pengolahan kelapa sawit.
5.1.1. Data Uraian Pekerjaan
Data uraian pekerjaan dari tahapan pekerjaan dapat dilihat pada Tabel 5.1.
Tabel 5.1. Uraian Pekerjaan Stasiun Pengolahan Pabrik Kelapa Sawit
NO
Area
Kerja
1. Loading
Ramp
2.
Stasiun
Rebusan
Tahapan Pekerjaan
Uraian Pekerjaan
Memindahkan TBS dari Buah TBS dari truk dipindahkan dengan
truck kedalam Loading cara operator membuka bak truk,
Ramp
kemudian berdiri disisi bak truk dan
memindahkan TBS dengan tojok
(gancu) ke dalam loading ramp.
Memasukkan TBS ke Mengatur posisi lori agar sesuai dengan
dalam lori menggunakan pintu ramp kemudian membuka pintu
hydraulic pump (Ramp)
hidrolik agar TBS masuk ke dalam
Scraper Conveyor. Mengatur TBS agar
lori terisi dengan baik dan merata
TBS yang didalam lori Menarik rangkaian lori yang berisi TBS
dimasukkan
dalam ke bejana rebusan dengan menggunakan
bejana rebusan
kabel sling yang ujungnya dikaitkan
dengan hook dan ditarik dengan
capstand
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.1. Uraian Pekerjaan Stasiun Pengolahan Pabrik Kelapa Sawit
(Lanjutan)
NO
Area Kerja
Tahapan Pekerjaan
Merebus buah TBS
Membuka dan
pintu rebusan
menutup
Menarik lori keluar dari
bejana rebusan
3. Stasiun
Klarifikasi
Penampungan
minyak
kasar hasil press (sand trap
tank)
Penampungan/pengendapan
dan pemisahan minyak
dengan sludge (clarifier
tank)
Pemisahan minyak dengan
gaya
sentrifugal
(oil
purifier)
Penimbunan/ pengiriman
minyak ke storage tank
Uraian Pekerjaan
Melakukan
perebusan
dengan
memberikan
tekanan
yang
dihasilkan dari steam boiler.
Melakukan pengawasan proses
perebusan, memeriksa tekanan
bejana rebusan
Dilakukan saat sebelum dan
sesudah proses perebusan.
Membuka
pintu
rebusan,
menurunkan jembatan kemudian
proses sebaliknya.
Menarik rangkaian lori yang berisi
TBS ke luar bejana rebusan dengan
menggunakan kabel sling yang
ujungnya dikaitkan dengan hook
dan ditarik dengan capstand
Minyak yang keluar dari hasil pres
ditampung di sand trap tank untuk
memisahkan dari kotoran-kotoran.
Operator
mengawasi
dan
membersihkan permukaan dari
kotoran
Minyak kotor yang dihasilkan
masih bercampur dengan kotoran
dan
pasir,
maka
dilakukan
pengendapan agar kotoran dan pasir
terpisah
berdasarkan
massa
jenisnya.
Setelah minyak dipisahkan dengan
kotoran
dilanjutkan
dengan
pemisahan dengan gaya sentrifugal
untuk menghilangkan kandungan
airnya dan mendapatkan minyak
murni. Minyak akan terpisah
meurut massa jenis dimana massa
jenis minyak lebih ringan dari air.
Minyak yang telah terpisah dengan
air di transfer ke tangki penimbunan
dengan saluran pipa.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.1. Uraian Pekerjaan Stasiun Pengolahan Pabrik Kelapa Sawit
(Lanjutan)
NO
Area Kerja
Tahapan Pekerjaan
Uraian Pekerjaan
Pemisahan
sebagian Kotoran
yang
terpisah
masih
terdapat
minyak dari sludge kemungkinan
(sludge separator)
kandungan minyaknya. Dalam
mesin sludge separator, kotoran
disaring
untuk
mendapatkan
minyak yang tersisa dan ditransfer
kembali ke clarifier tank
Pengoperasian Fat-fit
Campuran kotoran dari hasil
pemurnian minyak ditampung di
bak fat-fit untuk menyaring
kembali kandungan minyak yang
tersisa.
Sumber : PTPN IV Dolok Ilir
5.2.
Pengolahan Data
5.2.1. Identifikasi Risiko
Langkah berikutnya dalam melakukan pengolahan data adalah identifikasi
semua bahaya yang terlibat dalam setiap tahapan pekerjaan. Identifikasi dilakukan
terhadap bahaya-bahaya yang berasal dari lingkungan tempat kerja, peralatan
kerja, mesin-mesin, dan bahan yang berhubungan dengan prosedur pekerjaan.
Data diperoleh dari hasil pengamatan langsung dan wawancara dengan pekerja.
Data yang diperoleh berdasarkan identifikasi risiko pada proses produksi dapat
dilihat pada Tabel 5.2.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.2. Identifikasi Bahaya pada Stasiun Pengolahan Pabrik Kelapa Sawit
NO
1.
Area Kerja
Loading
Ramp
2.
Stasiun
Rebusan
Tahapan Pekerjaan
Potensi Bahaya
Memindahkan TBS dari truck Tangan terjepit pengunci bak Truk
kedalam Loading Ramp
Terjatuh dari ketinggian
Tertimpa TBS
Terkena gancu
Memasukkan TBS ke dalam Tertimpa TBS
Lori
Tergelincir/terjatuh karena lantai yang licin
Terjepit saat menyambung Lori
Memasukkan lori berisi TBS ke Terjepit saat menyambung Lori
dalam bejana rebusan
Terkena serabut kabel sling
Tergelincir/terjatuh karena lantai yang licin
Merebus buah TBS
Meledak
Terkena semburan uap panas dari lubang
buangan
Tergelincir/terjatuh karena lantai yang licin
Kebisingan
Membuka dan menutup pintu Terkena semburan uap panas saat membuka
pintu rebusan
rebusan
Tergelincir/terjatuh karena lantai yang licin
Terjepit jembatan saat menaikkan/menurunkan
jembatan penghubung lintasan
LANDASAN TEORI
3.1.
Bahaya
Bahaya atau hazard adalah suatu sumber yang berpotensi menimbulkan
kerugian baik berupa luka-luka terhadap manusia, penyakit, kerusakan properti,
lingkungan atau kombinasinya. Sedangkan menurut OHSAS 18001 hazard adalah
sumber, situsasi atau tindakan yang berpotensi menimbulkan kerugian dalam hal
luka-luka atau penyakit terhadap manusia. Bahaya adalah segala sesuatu termasuk
situasi atau tindakan yang berpotensi menimbulkan kecelakaan atau cidera pada
manusia, kerusakan atau gangguan lainnya.Oleh kareana itu, diperlukan
pengendalian yang tepat agar bahaya tersebut tidak menimbulkan akibat yang
merugikan.Bahaya merupakan sifat yang melekat dan menjadi bagian dari suatu
zat, sistem, kondisi atau peralatan.
3.1.1.
Jenis-Jenis Bahaya
Dalam kehidupan banyak sekali bahaya yang ada di sekitar kita.Bahaya-
bahaya itu dapat menyebabakan kecelakaan. Jenis-jenis bahaya tersebut dapat
diklasifikasikan sebagai berikut:
1.
Bahaya Keselamatan Kerja (Safety Hazard)
Bahaya keselamatan kerja merupakan bahaya yang berdampak pada
timbulnya kecelakaan kerja yang dapat menyebabkan luka (injury), cacat
hingga kematian serta kerusakan properti. Dampak yang ditimbulkan
bersifat akut. Jenis bahaya keselamatan kerja diklasifikasikan menjadi:
Universitas Sumatera Utara
a. Bahaya Mekanis, yaitu bersumber dari peralatan mekanis atau benda
bergerak baik secara manual maupun dengan penggerak. Gerakan
mekanis ini dapat menimbulkan cedera atau kerusakan seperti tersayat,
terpotong, terjatuh, terjepit, dan terpeleset.
b. Bahaya Elektrik, yaitu sumber bahaya yang berasal dari energi listrik
yang dapat mengakibatkan berbagai bahaya seperti kebakaran, sengatan
listrik dan hubungan singkat atau arus pendek.
c. Bahaya kebakaran dan peledakan, yaitu bahaya yang berasal dari bahan
kimia yang bersifat flammable dan explosive.
2.
Bahaya Kesehatan Kerja (Health Hazard)
Bahaya kesehatan kerja merupakan bahaya yang mempunyai dampak
terhadap kesehatan manusia dan penyakit akibat kerja.Dampak yang
ditimbulkan
bersifat
kronis.
Jenis
bahaya
kesehatan
kerja
dapat
diklasifikasikan menjadi:
a.
Bahaya Fisik, antara lain yaitu kebisingan, getaran, radiasi, suhu
ekstrim dan pencahayaan.
b.
Bahaya Kimia, mengandung berbagai potensi bahaya sesuai dengan
sifat dan kandungannya. Bahaya yang dapat ditimbulkan seperti
keracunan dan iritasi.
c.
Bahaya Biologi, yaitu bahaya yang berkaitan dengan makhluk hidup
seperti bakteri, virus, dan jamur.
d.
Bahaya Ergonomik, antara lain yaitu manual handling, postur janggal,
dan repetitive movement.
Universitas Sumatera Utara
e.
Bahaya psikologi, antara lain yaitu beban kerja berat, hubungan dan
kondisi kerja yang tidak nyaman ( 1).
3.2.
Risiko
Menurut AS/NZS 4360:2004, risiko adalah peluang terjadinya sesuatu
yang akan mempunyai dampak terhadap sasaran, diukur dengan hukum sebab
akibat. Risiko diukur berdasarkan nilai probability dan consequences.
Konsekuensi atau dampak hanya akan terjadi bila ada bahaya dan kontak atau
exposure antara manusia dengan peralatan ataupun material yang terlibat dalam
suatu interaksi. Formula yang digunakan dalam melakukan perhitungan risiko
adalah: Risk = Probability x Exposure x Consequences
Risiko merupakan kemungkinan atau kesempatan seseorang akan
dirugikan atau mengalami gangguan kesehatan jika terkena bahaya. Dalam hal ini
juga termasuk properti atau kehilangan peralatan ( 2).
3.3.
Jenis-Jenis Risiko
Menurut Soehatman Ramli (2010), risiko yang dihadapi oleh suatu
organisasi atau perusahaan dipengaruhi oleh berbagai faktor baik dari dalam
maupun dari luar. Oleh karena itu, risiko dalam organisasi sangat beragam sesuai
dengan sifat, lingkup, skala, dan jenis kegiatannya antara lain :
1.
Risiko keuangan (financial risk)
Setiap organisasi atau perusahaan mempunyai resiko financial yang berkaitan
dengan aspek keuangan.Ada berbagai resiko financial seperti piutang macet,
1
Ramli, Soehatman. Pedoman Praktis Manajemen Risiko dalam Perspektif K3 OHS Risk
Management. Jakarta: Dian Rakyat, 2010.
2
Australian Standard/New Zealand Standard (AS/NZS) 4360:2004, Risk Managemnt Guideline
Universitas Sumatera Utara
perubahan suku bunga, nilai tukar mata uang dan lain-lain.Risiko keuangan ini
harus dikelola dengan baik agar organisasi tidak mengalami kerugian atau
bahkan sampai gulung tikar.
2.
Risiko pasar (market risk)
Risiko pasar dapat terjadi terhadap perusahaan yang produknya dikonsumsi
atau digunakan secara luas oleh masyarakat.Setiap perusahaan mempunyai
tanggung jawab terhadap produk dan jasa yang dihasilkannya.Perusahaan
wajib menjamin bahwa produk barang atau jasa yang diberikan aman bagi
konsumen.Dalam Undang-undang No.8 tahun 1986 tentang Perlindungan
Konsumen memuat tentang tanggung jawab produsen terhadap produk dan
jasa yang dihasilkannya termasuk keselamatan konsumen atau produk
(product safety atau product liability).
3. Risiko alam (natural risk)
Bencana alam merupakan risiko yang dihadapi oleh siapa saja dan dapat terjadi
setiap saat tanpa bisa diduga waktu, bentuk dan kekuatannya.Bencana alam
dapat berupa angin topan atau badai, gempa bumi, tsunami, tanah longsor,
banjir, dan letusan gunung berapi. Disamping korban jiwa, bencana alam juga
mengakibatkan kerugaian material yang sangat besar yang memerlukan waktu
pemulihan yang lama.
4. Risiko operasional
mengalami kerugian.Risiko operasional suatu perusahaan tergantung dari jenis,
bentuk dan skala bisnisnya masing-masing. Yang termasuk kedalam risiko
operasional antara lain :
Universitas Sumatera Utara
a.
Ketenagakerjaan
Tenaga kerja merupakan asset paling berharga dan menentukan dalam
operasi perusahaan.Pada dasarnya perusahaan telah mengambil risiko yang
berkaitan dengan ketenagakerjaan ketika perusahaan memutuskan untuk
menerima seseorang bekerja.Perusahaan harus membayar gaji yang
memadai bagi pekerjanya serta memberikan jaminan sosial yang
diwajibkan menurut perundangan.Di samping itu perusahaan juga harus
memberikan perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja serta
membayar tunjangan jika tenaga kerja mendapat kecelakaan. Tenaga kerja
merupakan salah satu unsur yang dapat memicu atau menyebabkan
terjadinya
kecelakaan
atau
kegagalan
dalam
proses
produksi.
Mempekerjakan pekerja yang tidak terampil, kurang pengetahuan,
sembrono atau lalai dapat menimbulkan resiko yang serius terhadap
keselamatan.
b.
Teknologi
Aspek teknologi disamping bermanfaat untuk meningkatkan produk-tivitas
juga mengandung berbagai risiko.Penggunaan mesin modern misalnya
dapat
menimbulkan
risiko
kecelakaan
dan
pengurangan
tenaga
kerja.Teknologi juga bersifat dinamis dan terus berkembang dengan
inovasi baru. Perusahaan yang buta terhadap perkembangan teknologi
akan mengalami kemunduran dan tidak mampu bersaing dengan
perusahaan lain yang menggunakan teknologi yang lebih baik.
Universitas Sumatera Utara
c.
Risiko K3
Risiko K3 adalah risiko yang berkaitan dengan sumber bahaya yang timbul
dalam aktivitas bisnis yang menyangkut aspek manusia, peralatan, material
dan lingkungan kerja. Umumnya resiko K3 dikonotasikan sebagai hal yang
negatif (negative impact) seperti :
1. Kecelakaan terhadap tenaga kerja dan asset perusahaan
2. Kebakaran dan peledakan
3. Penyakit akibat kerja
4. Kerusakan sarana produksi
5. Gangguan operasi
d.
Risiko keamanan (security risk)
Masalah keamanan dapat berpengaruh terhadap kelangsungan usaha atau
kegiatan suatu perusahaan seperti pencurian asset perusahaan, data
informasi, data keuangan, formula produk, dll. Di daerah yang mengalami
konflik,
gangguan
keamanan
dapat
menghambat
atau
bahkan
menghentikan kegiatan perusahaan. Risiko keamanan dapat dikurangi
dengan menerapkan sistem manajemen keamanan dengan pendekatan
manajemen risiko.Manajemen keamanan dimulai dengan melakukan
semua potensi risiko keamanan yang ada dalam kegiatan bisnis,
melakukan
penilaian
risiko
dan
selanjutnya
melakukan
langkah
pencegahan dan pengamanannya.
e.
Risiko sosial
Risiko sosial adalah risiko yang timbul atau berkaitan dengan lingkungan
sosial dimana perusahaan beroperasi.Aspek sosial budaya seperti tingkat
Universitas Sumatera Utara
kesejahteraan, latar belakang budaya dan pendidikan dapat menimbulkan
resiko baik yang positif maupun negatif. Budaya masyarakat yang tidak
peduli terhadap aspek keselamatan akan mempengaruhi keselamatan
operasi perusahaan ( 3).
3.4.
Pengertian Keselamatan Kerja
Keselamatan kerja adalah keselamatan yang berhubungan dengan mesin,
peralatan kerja, bahan dan proses pengolahannya, lingkungan kerja serta prosedur
atau tata cara kerja. Keselamatan kerja menyangkut segenap proses produksi dan
distribusi, baik barang maupun jasa. Salah satu aspek penting sasaran keselamatan
kerja mengingat resiko bahayanya adalah penerapan teknologi terutama teknologi
yang lebih maju.Keselamatan kerja adalah tugas semua pekerja yang bekerja pada
perusahaan.Keselamatan kerja adalah dari, oleh, dan untuk setiap tenaga kerja
serta orang lainnya dan juga masayarakat pada umumnya.
Kecelakaan kerja selain dapat menjadi sebab hambatan-hambatan
langsung juga merupakan kerugian-kerugian secara tidak langsung yakni
kerusakan mesin dan peralatan kerja, terhentinya proses produksi untuk beberapa
saat, kerusakan pada lingkungan kerja, dan lain-lain. Kecelakaan kerja juga
mempengaruhi biaya yang dikeluarkan perusahaan dalam usaha melakukan
perbaikan mesin atau peralatan yang rusak dan pengobatan kepada operator yang
mengalami kecelakaan. Semakin banyak kecelakaan yang terjadi pada sebuah
perusahaan maka semakin besar pula biaya yang dikeluarkan perusahaan. Tujuan
dari keselamatan kerja adalah sebagai berikut:
3
Ramli, Soehatman. Pedoman Praktis Manajemen Risiko dalam Perspektif K3 OHS Risk
Management. Jakarta: Dian Rakyat, 2010.
Universitas Sumatera Utara
1.
Melindungi keselamatan tenaga kerja dalam melaksanakan tugasnya untuk
kesejahteraan hidup dan meningkatkan produksi serta produktivitas nasional.
2.
Melindungi dan menjamin keselamatan setiap orang yang berada di tempat
kerja.
3.
Melindungi kondisi peralatan dan mesin produksi agar selalu dapat digunakan
secara efisien.
4.
3.5.
Sumber produksi dipelihara dan dipergunakan secara aman dan efisien.
Pengertian Kesehatan Kerja
Kesehatan kerja adalah spesialisasi kesehatan atau spesialisasi di bidang
kedokteran beserta prakteknya yang bertujuan agar tenaga kerja atau
pekerjamemperoleh derajat kesehatan setinggi-tingginya, baik fisik atau mental
dengan usaha-usaha preventif terhadap penyakit-penyakit atau gangguangangguan kesehatan yang diakibatkan faktor-faktor pekerjaan dan lingkungan
kerja. Ada dua kategori penyakit yang umum diderita oleh tenaga kerja yaitu:
a.
Penyakit umum
Penyakit yang mungkin diderita oleh setiap orang baik yang bekerja, yang
masih sekolah atau menganggur.Pencegahan penyakit ini merupakan
tanggung jawab seluruh anggota masyarakat.
b.
Penyakit akibat kerja
Penyakit ini dapat timbul ketika seseorang melakukan pekerjaannya.
Pencegahannya dapat dimulai dengan pengendalian secermat mungkin
terhadap potensi bahaya kecelakaan kerja yang mungkin terjadi pada saat
melakukan pekerjaan misalnya memperhatikan prosedur kerja, kondisi
Universitas Sumatera Utara
lingkungan kerja, dan mentaati peraturan-peraturan yang berlaku misalnya
menggunakan alat pelindung diri pada saat melakukan pekerjaan.
3.6.
Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Berdasarkan Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor. PER.05/MEN/1996
tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja Bab I, pengertian
dari Sistem Manajemen Keselamatan dan KesehatanKerja adalah bagian dari
sistem manajemen secara keseluruhan
yangmeliputi struktur organisasi,
perencanaan, tanggung jawab, pelaksanaan,prosedur, proses, dan sumber daya
yang dibutuhkan bagi pengembangan,penerapan, pencapaian, pengkajian, dan
pemeliharaan
kebijakankeselamatan
dan
kesehatan
kerja
dalam
rangka
pengendalian risiko yangberkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempat
kerja yang aman,efisien, dan produktif. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 1
tahun 1970 TentangKeselamatan dan Kesehatan Kerja yaitu:
1.
Secara filosofi didefenisikan sebagai suatu bentuk upaya dan pemikiran
dalam menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmani maupun rohani
manusia pada umumnya dan tenaga kerja pada khususnya serta hasil karya
dan budayanya dalam rangka menuju masyarakat adil dan makmur
berdasarkan pancasila.
2.
Secara keilmuan keselamatan dan kesehatan kerja didefenisikan sebagai ilmu
pengetahuan dan penerapan teknologi dalam usahanya sebagai pencegah
kecelakaan kerja, dan penyakit akibat kerja.
Universitas Sumatera Utara
3.
Dalam OHSAS 18001, keselamatan dan kesehatan kerja didefenisikan
sebagai kondisi dan faktor-faktor yang berdampak pada kesehatan karyawan,
pekerja kontrak, personel kontraktor, tamu, dan orang lain di tempat kerja.
K3 adalah singkatan dari Keselamatan dan Kesehatan Kerja, yangmempunyai
pengertian memberikan perlindungan kepada setiap tenagakerja atas keselamatan,
kesehatan, kesusilaan, pemeliharaan moril kerjaserta mendapat perlakuan yang
sesuai dengan martabat manusia dan moralagama (pasal 9 dalam Undang-undang
No. 14 Tahun 1969 tentangKetentuan-ketentuan Pokok Mengenai Tenaga Kerja).
3.7.
Tujuan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Tujuan pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerjadiuraikan sebagai
berikut :
1.
Memberikan perlindungan dan rasa aman kepada tenaga kerja ketika
melakukan pekerjaannya sehingga tercapai tingkat produktifitas yang tinggi.
2.
Memeberikan perlindungan dan rasa aman kepada setiap orang lain yang
berada di tempat kerja dan lingkungannya dari proses pekerjaan atau kegiatan
proyek.
3.
Memberikan perlindungan terhadap sumber produksi, peralatan, serta bahan
kerja sehingga dapat digunakan secara efisien dan terhindar dari kerusakan.
Keselamatan dan kesehatan kerja bertujuan agar para pekerja dilingkungan
kerjanya masing-masing selalu dalam keadaan sehat, nyaman,selamat, dan
terutama bekerja secara produktif dalam meningkatkan kinerjaperusahaan serta
meningkatkan kesejahteraan karyawan perusahaan.Demikian pula untuk mencapai
tujuan tersebut diperlukan kemauan sertakerja sama para karyawan agar
Universitas Sumatera Utara
menjunjung
tinggi
peraturan-peraturankeselamatan
dan
kesehatan
kerja
demikesejahteraan perusahaan yang berarti kesejahteraan keluarga karyawan.
3.8.
HIRARC (Hazard Identification, Risk Assessment and Risk Control)
Organisasi harus menetapkan prosedur mengenai Identifikasi Bahaya
(Hazard Identification), Penilaian Risiko (Risk Assessment) danmenentukan
Pengendaliannya (Risk Control) atau disingkat HIRARC. Keseluruhan proses ini
disebut juga manajemen risiko (risk management). HIRARC merupakan elemen
pokok dalam sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja yang berkaitan
langsung dengan upaya pencegahan dan pengendalian bahaya. Di samping itu,
HIRARC juga merupakan bagian dari sistem manajemen risiko (risk
management). Menurut OHSAS 18001, HIRARC harus dilakukan di seluruh
aktifitas organisasi untuk menentukan kegiatan organisasi yang mengandung
potensi bahaya dan menimbulkan dampak serius terhadap keselamatan
dankesehatan kerja. Selanjutnya hasil HIRARC menjadi masukan untuk
penyusunanobjektif dan target K3 yang akan dicapai, yang dituangkan dalam
program kerja. Dari alur di bawah terlihat bahwa HIRARC merupakan titik
pangkal dari pengelolaan K3. Jika HIRARC tidak dilakukan dengan baik
makapenerapan K3 akan salah arah (misguided), acak atau virtual karena
tidakmampu menangani isu pokok yang ada dalam organisasi.
Universitas Sumatera Utara
Sumber: Suma’mur, P.K. Keselamatan Kerja dan Pencegahan Kecelakaan
Gambar 3.1 Proses Sistem Manajemen K3
Elemen-elemen lainnya seperti pelatihan, dokumentasi, komunikasi,
pengukuran, pengendalian rekaman, dan lainnya adalah untuk menopang atau
mengacu kepada program pengendalian risiko. Jangan terjadi sebaliknya, dimana
organisasi hanya berfokus kepada elemen-elemen pendukung, lengkap dengan
prosedur dan dokumentasinya, namun mengabaikan proses HIRARC, sehingga
kecelakaan masih dapat terjadi ( 4).
3.9.
Proses Manajemen Risiko
Proses manajemen risiko harus dilakukan secara komprehensif dan
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari manajemen proses. Proses
manajemen risko sebagaimana yang terdapat dalam Risk Management
StandardAS/NZS 4360, yang meliputi :
a.
Komunikasi dan konsultasi
b.
Menentukan konteks (tujuan)
4
Suma’mur, P.K. Keselamatan Kerja dan Pencegahan Kecelakaan, Cetakan Kedelapan.Jakarta:
Toko Gunung Agung, 1984. Hal.1
Universitas Sumatera Utara
c.
Identifikasi resiko
d.
Analisis resiko
e.
Evaluasi resiko
f.
Pengendalian resiko
g.
Monitor dan review
Sumber: Suma’mur, P.K. Keselamatan Kerja dan Pencegahan Kecelakaan
Gambar 3.2 Proses Manajemen Risiko
3.9.1. Identifikasi Bahaya
Identifikasi bahaya adalah upaya sistematis untuk mengetahui potensi
bahaya yang ada di lingkungan kerja. Dengan mengetahui sifat dankarakteristik
bahaya, kita dapat lebih berhati-hati, waspada, dan melakukanlangkah-langkah
pengamanan agar tidak terjadi kecelakaan.Namun demikian, tidak semua bahaya
dapat dikenali dengan mudah. Prosedur identifikasi bahaya dan penilaian resiko
harus mempertimbangkan.
Universitas Sumatera Utara
1.
Aktivitas rutin dan non rutin
2.
Aktivitas dari semua individu yang memiliki akses ke tampat kerja termasuk
kontraktor.
3.
Perilaku manusia, kemampuan, dan faktor manusia lainnya.
4.
Identifikasi semua bahaya yang berasal dari luar tempat kerja yang dapat
menimbulkan efek terhadap kesehatan dan keselamatan manusia yang berada
di bawah perlindungan organisasi di dalam tempat kerja.
5.
Bahaya yang ditimbulkan di sekitar tempat kerja dan aktivitas yang berkaitan
dengan pekerjaan yang berada di bawah kendali organisasi.
6.
Infrastruktur, peralatan, dan material di tempat kerja, apakah yang disediakan
organisasi atau pihak lain.
7.
Perubahan atau rencana perubahan dalam organisasi, kegiatannnya, atau
material.
8.
Modifikasi pada sistem manajemen K3, termasuk perubahan sementara dan
dampaknya terhadap operasi, proses, dan aktivitas.
9.
Setiap persyaratan legal yang berlaku berkaitan dengan pengendalian risiko
dan implementasi pengendalian yang diperlukan.
10. Rancangan lingkungan kerja, proses, instalasi, mesin, peralatan, prosedur
operasi dan organisasi kerja, termasuk adaptasinya terhadap kemampuan
manusia.
Tujuan persyaratan ini adalah untuk memastikan bahwa identifikasibahaya
dilakukan secara komprehensif dan rinci sehingga semua peluang bahaya dapat
diidentifikasi.Hal ini banyak dilupakan dalam pengembangansistem manajemen
K3. Identifikasi bahaya hanya dilakukan seadanya atauhanya bersifat visual
Universitas Sumatera Utara
belaka sehingga tidak mampu menjangkau bahayayang yang lebih rinci misalnya
berkaitan dengan proses, peralatan, prosedur,dan lainnya. Untuk membantu upaya
identifikasi bahaya, dikembangkanberbagai metoda mulai dari yang sederhana
sampai yang kompleks.
Organisasi
harus
menetapkan
metoda
identifikasi
bahaya
yang
akandilakukan dengan mempertimbangkan beberapa aspek antara lain:
1.
Lingkup identifikasi bahaya yang dilakukan, misalnya meliputi seluruh
bagian, proses atau peralatan kerja atau aspek K3 seperti bahaya kebakaran,
penyakit akibat kerja, kesehatan, dan lainnya.
2.
Bentuk identifikasi bahaya, misalnya bersifat kualitatif atau kuantitatif.
3.
Waktu pelaksanaan identifikasi bahaya, misalnya di awal proyek, pada saat
operasi, pemeliharaan atau modifikasi sesuai dengan siklus atau daur hidup
organisasi.
Metoda identifikasi bahaya harus bersifat proaktif atau prediktif sehingga
diharapkan dapat menjangkau seluruh bahaya baik yang nyatamaupun yang
bersifat potensial. Teknik identifikasi bahaya ada berbagai macam yang dapat
diklasifikasikan atas:
1.
Teknik/metoda pasif
Bahaya dapat dikenal dengan mudah jika kita mengalaminya sendiri secara
langsung. Seseorang akan mengetahui adanya bahaya lobang di jalan setelah
tersandung atau terperosok ke dalamnya. Kita tahu adanya bahaya listrik
setelah tersengat aliran listrik. Cara ini bersifat primitif dan terlambat karena
kecelakaan telah terjadi, baru kita mengenal dan mengambil langkah
pencegahan.
Universitas Sumatera Utara
2.
Teknik/metoda semi proaktif
Teknik ini disebut juga belajar dari pengalaman orang lain karenakita tidak
perlu mngalaminya sendiri. Teknik ini lebih baik karena tidakperlu
mengalami sendiri setelah itu baru mengetahui adanya bahaya.
3.
Teknik/metoda proaktif
Metoda terbaik untuk mengidentifikasi bahaya adalah cara proaktif,atau
mencari bahaya sebelum bahaya tersebut menimbulkan akibat ataudampak
yang merugikan.
3.9.3. Penilaian Risiko
Setelah melakukan identifikasi bahaya dilanjutkan dengan penilaian risiko
yang bertujuan untuk mengevaluasi besarnya risiko serta skenario dampak yang
akan ditimbulkannya. Penilaian risiko digunakan sebagai langkah saringan untuk
menentukan tingkat risiko ditinjau dari kemungkinan kejadian (likelihood) dan
keparahan yang dapat ditimbulkan (severity). Resiko dianalisis dengan
menggabungkan perkiraan konsekuensi dan kemungkinan dalam konteks
pengendalian yang ada. Untuk menghindari penyimpangan dari sumber informasi
yang tersedia dan teknik yang digunakan ketika menganalisis konsekuensi dan
kemungkinan. Konsekuensi adalah Akibat dari suatu kejadian yang dinyatakan
secara kualitatif atau kuantitatif, berupa kerugian, sakit, cedera, keadaan
merugikan atau menguntungkan. Bisa juga berupa rentangan akibat-akibat yang
mungkin terjadi dan berhubungan dengan suatu kejadian. Probabilitas digunakan
sebagai gambaran kualitatif dari peluang atau frekuensi.
Universitas Sumatera Utara
Eksposure (paparan) adalah frekuensi pemaparan terhadap bahaya atau
sumber resiko. Analisis resiko bergantung pada informasi resiko dan data yang
tersedia. Metode analisis yang digunakan dapat bersifat kualitatif, semikuantitatif,
dan kuantitatif bahkan kombinasi ketiganya. Pada analisa resiko ada basic risk
dan existing risk, Pada tabel basic risk terdapat hasil perkalian dari nilai
konsekuensi, paparan dan peluang, reviewing control, dan tingkat risiko. Tabel
existing risk berisi hasil perkalian dari nilai konsekuensi, paparan dan peluang
setelah ada intervensi dari reviewing control, risk reduction dan tingkat risiko
setelah mendapatkan intervensi reviewing control
1. Penilaian Resiko dengan Analisis Kualitatif
Analisis kualitatif menggunakan bentuk kata atau skala deskriptif untuk
menjelaskan seberapa besar potensi resiko yang akan diukur. Hasilnya dapat
termasuk dalam kategori resiko rendah, resiko sedang dan resiko tinggi.
Berikut merupakan tabel konsekuensi dan kemungkinan menurut standar
(AS/NZS 4360:2004).
Tabel 3.1. Ukuran Kualitatif untuk Likelihood
Tingkat
Penjelasan
Defenisi
A
Almost Certain
Dapat terjadi setiap saat
B
Likely
Kemungkinan terjadi sering
C
Possible
Dapat terjadi sekali-sekali
D
Unlikely
Kemungkinan terjadi jarang
E
Rare
Dapat terjadi hanya dalam keadaan
luar biasa
Sumbe: AS/NZS 4360:2004 Risk Management Guideline
Universitas Sumatera Utara
Tabel 3.2. Ukuran Kualitatif untuk Concequences
Tingkat
Deskripsi
Uraian
1
Insignificant
Tidak terjadi cedera, kerugian financial kecil
2
Minor
Cedera ringan, kerugian financial sedang
3
Moderate
Cedera sedang, perlu penanganan medis, kerugian
financial besar
4
Major
Cedera berat lebih dari satu orang, kerugian besar,
gangguan produksi
5
Catstrophic
Fatal lebih satu orang, kerugian sangat besar dan
dampak luas yang berdampak panjang,
terhentinya seluruh kegiatan.
Sumber: AS/NZS 4360:2004 Risk Management Guideline
Tabel 3.3.Matriks Analisis Risiko Kualitatif (Level Risiko)
Likelihood
(Insignificant)
(Minor)
Consequence
(Moderate) (Major)
(Catastropic)
A(Almost Certain)
B(Likely)
C(Moderate)
D (Unlikely)
E (Rare)
H
M
L
L
L
H
H
M
L
L
E
H
H
M
M
E
E
E
E
H
E
E
E
H
H
Sumbe: AS/NZS 4360:2004 Risk Management Guideline
Keterangan:
E : Ekstrim, sangat berisiko, dibutuhkan tindakan secepatnya
H : High, beresiko besar, dibutuhkan perhatian dari manajemen puncak
M : Medium, risiko sedang, tenggung jawab manajemen harus spesifik
L : Low, risiko rendah, ditangani dengan prosedur rutin
2. Penilaian Resiko dengan Analisis Semi-Kuantitatif
Pada analisis semi-kuantitatif, skala kualitatif yang telah disebutkan
sebelumnya diberi nilai. Setiap nilai yang diberikan haruslah menggambarkan
derajat konsekuensi maupun probabilitas dari risiko yang ada. Diperlukan
kehati-hatian dalam menggunakan analisis semi kuantitatif, karena nilai yang
Universitas Sumatera Utara
dibuat belum tentu mencerminkan kondisi obyektif yang ada dari sebuah
risiko. Ketepatan perhitungan tergantung dari tingkat pengetahuan tim ahli
dalam dalam analisis tersebut terhadap proses terjadinya sebuah risiko.
(AS/NZS 4360:2004)
Tabel 3.4. Kriteria dan Nilai dari Faktor Consequences Semi Kuantitatif
Tingkatan
Catastrophe
Deskripsi
Rating
Bencana Besar: kerusakan fatal/dari beragam
100
fasilitas, aktifitas dihentikan, terjadi kerusakan
lingkungan yang parah
Disaster
Bencana: kejadian yang berhubungan dengan
50
kematian, kerusakan permanen yang bersifat
kecil terhadap lingkungan
Very Serious
Sangat serius: cacat permanen/penyakit parah,
25
kerusakan lingkungan tidak permanen
Serious
Serius: terjadi dampak yang serius tapi bukan
15
cidera dan penyakit parah dan permanen, sedikit
berakibat buruk bagi lingkungan.
Important
Penting:
membutuhkan
penanganan
medis,
5
terjadi emisi buangan tetapi tidak menimbulkan
kerusakan lingkungan
Noticeable
Dampak: terjadi cedera/penyakit ringan memar
1
bagian tubuh, kerusakan ringan dan terhentinya
proses kerja sementara waktu tetapi tidak
menyebabkan dampak pencemaran diluar lokasi
Sumber AS/NZS 4360:2004 Risk Management Guideline
Universitas Sumatera Utara
Tabel 3.5. Kriteria dan Nilai dari Faktor Exposure Semi Kuantitatif
Tingkatan
Deskripsi
Rating
Continously
Sering sekali: sering terjadi pemaparan
dalam sehari
10
Frequently
Sering: Terjadi dalam sehari
6
Occasionally
Kadang-kadang:
kadang-kadang,
seminggu, 1x sebulan
1x
3
Infrequent
Satu kali dalam sebulan sampai sekali
dalam setahun
2
Rare
Jarang diketahui kapan terjadinya
1
Very rare
sangat jarang: Tidak diketahui kapan
terjadinya
0,5
Sumber AS/NZS 4360:2004 Risk Management Guideline
Tabel 3.6. Kriteria dan Nilai dari Faktor Probability Semi Kuantitatif
Tingkatan
Deskripsi
Rating
Almost Certain
Sering terjadi: Kejadian kecelakaan yang
paling sering terjadi
10
Likely
kemungkinan terjadinya kecelakaan 50% 50%
6
Unusual but possible
Tidak biasa: tidak biasa terjadi namun
mempunyai kemungkinan terjadi
3
Remotely Possible
Kemungkinan kecil: kejadian yang kecil
kemungkinannya terjadi
1
Conceivable
Jarang terjadi: tidak pernah terjadi
kecelakaan
selama
bertahun-tahun
pemaparan namun mungkin saja terjadi
0,5
Practically Impossible
Hampir tidak mungkin terjadi: sangat tidak
mungkin terjadi
0,1
Sumber AS/NZS 4360:2004 Risk Management Guideline
Universitas Sumatera Utara
3. Penentuan tingkat resiko dilakukan setelah ketiga komponen resiko
(Konsekuensi, paparan, dan kemungkinan) telah ditentukan besarannya. Untuk
menentukan tingkat resiko maka dilakukan pengalian terhadap ketiga
komponen risiko tersebut berdasarkan rumus berikut:
Risk = Consequences x Exposure x Probability
Dari hasil perhitungan level of risk di atas kemudian dikelompokkan sesuai
kriteria tingkat resiko.
Tabel 3.7. Tingkat Risiko pada Analisis Semi-Kuantitatif
Tingkatan
Deskripsi
Tindakan
> 350
Very high
Aktivitas dihentikan sampai resiko bisa
dikurangi hingga mencapai batasan yang
dibolehkan atau diterima
180-350
Priority 1
Perlu pengendalian secara mungkin
70-180
Substantial
Mengharuskan adanya perbaikan secara
teknis
20-70
Priority 3
Perlu diawasi dan diperhatikan secara
berkesinambungan
< 20
Acceptable
Intensitas yang menimbulkan resiko
dikurangi seminimal mungkin
Sumber AS/NZS 4360:2004 Risk Management Guideline
4. Penentuan Risk Reduction
Risk reduction yaitu pengurangan risiko yang terdapat pada setiap area kerja
dengan mempertimbangkan pengendalian yang telah ada yang dilakukan oleh
perusahaan. Penentuan risk reduction didapat dengan mengurangkan basic risk
dengan existing risk dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
Risk reduction=
X 100 %
Universitas Sumatera Utara
3.9.4. Evaluasi Resiko
Suatu resiko tidak akan memberikan makna yang jelas bagi manajemen
atau pengambil keputusan lainnya jika tidak diketahui apakah resiko tersebut
signifikan bagi kelangsungan bisnis. Oleh karena itu, sebagai tindak lanjut dari
penilaian resiko dilakukan evaluasi resiko untuk menentukan apakah resiko
tersebut dapat diterima atau tidak dan menentukan prioritas resiko. Untuk
mendapat gambaran yang baik dan tepat mengenai resiko dilakukan penentuan
peringkat resiko atau prioritas resiko.
Peringkat resiko sangat penting untuk sebagai alat manajemen dalam
mengambil keputusan. Melalui peringkat resiko manajemen dapat menentukan
skala prioritas dalam penanganannya.Manajemen juga dapat mengalokasikan
sumber daya yang sesuai untuk masing-masing resiko sesuai dengan tingkat
prioritasnya.
4.9.5.
Pengendalian Risiko
Pengendalian risiko dapat dilakukan terhadap seluruh bahaya yang
ditemukan dalam proses identifikasi bahayadan mempertimbangkan peringkat
risiko untuk menentukan prioritas dancara pengendaliannya. Selanjutnya dalam
menentukan pengendalian harus mempertimbangkan hirarki pengendalian mulai
dari eliminasi, substitusi, pengendalian teknis, administratif, dan terakhir
penyediaan alat keselamatanyang disesuaikan dengan kondisi organisasi,
ketersediaan
biaya,
biayaoperasional,
faktor
manusia,
dan
lingkungan.
Pengendalian risiko merupakan langkah menentukan dalam keseluruhan
manajemen risiko. Berdasarkan hasil analisis dan evaluasi risiko dapat ditentukan
Universitas Sumatera Utara
apakah suatu risiko dapat diterima atau tidak. Jika risiko dapat diterima, tentunya
tidak diperlukan langkah pengendalian lebih lanjut. Berkaitan dengan risiko K3,
pengendalian risiko dilakukan dengan mengurangi kemungkinan atau keparahan
dengan mengikuti hirarki sebagai berikut.
1.
Eliminasi
Eliminasi adalah teknik pengendalian dengan menghilangkan sumber bahaya,
misalnya lobang di jalan ditutup, ceceran minyak di lantai dibersihkan, mesin
yang bising dimatikan. Cara ini sangat efektif karena sumber bahaya
dieliminasi sehingga potensi risiko dapat dihilangkan. Karena itu, teknik ini
menjadi pilihan utama dalam hirarki pengendalian risiko.
2.
Substitusi
Substitusi adalah teknik pengendalian bahaya dengan mengganti alat, bahan,
sistem atau prosedur yang berbahaya dengan lebih aman atau lebih rendah
bahayanya. Teknik ini banyak digunakan, misalnya bahan kimia berbahaya
dalam proses produksi diganti dengan bahan kimia lain yang lebih aman.
3.
Pengendalian Teknis
Sumber bahaya biasanya berasal dari peralatan atau sarana teknis yang ada di
lingkungan kerja.Karena itu, pengendalian bahaya dapat dilakukan melalui
perbaikan pada desain, penambahan peralatan dan pemasangan peralatan
pengaman.Sebagai contoh, mesin yang bising dapat diperbaiki secara teknis
misalnya dengan memasang peredam suara sehingga tingkat kebisingan dapat
ditekan. Pencemaran di ruang kerja dapat diatasi dengan memasangsistem
ventilasi yang baik.Bahaya pada mesin dapat dikurangi denganmemasang
pagar pengaman.
Universitas Sumatera Utara
4.
Pengendalian Administratif
Pengendalian bahaya juga dapat dilakukan secara administratif misalnya
dengan mengatur jadwal kerja, istirahat, cara kerja atau prosedur kerja
yanglebih aman, rotasi, atau pemeriksaan kesehatan, monitoring yaitu untuk
memonitor efektivitas pengendalian yang sudah dilakukan.
5.
Training
Training dilakukan untuk meningkatkan kemampuan dan pengetahuan
pekerja sehingga pekerja dapat bekerja dengan lebih aman.
6.
Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD)
Pilihan terakhir untuk mengendalikan bahaya adalah dengan memakai alat
pelindung diri misalnya pelindung kepala, sarung tangan, pelindung
pernafasan (respirator atau masker), pelindung jatuh, dan pelindung kaki ( 5).
3.10.
Manajemen 5S
Lima langkah pemeliharaan tempat kerja dalam bahasa jepang disebut
sebagai 5S. Dalam bahasa Indonesia, lima langkah pemeliharaan tempat kerja ini
disebut sebagai 5R (Ringkas, Rapi, Resik, Rawat dan Rajin).
1.
Ringkas (Seiri)
Langkah pertama pemeliharaan tempat kerja adalah Ringkas yang berkaitan
dengan kegiatan melakukan klasifikasi barang yang terdapat di gemba yaitu
diperlukan atau tidak diperlukan dan menyingkirkan yang tidak diperlukan
dari gemba. Batasan tentang barang yang diperlukan harus ditetapkan. Segala
macam objek dapat ditemukan di gemba. Pengamatan yang diteliti dapat
5
Australian Standard/New Zealand Standard (AS/NZS) 4360:2004, Risk Managemnt Guideline
Universitas Sumatera Utara
menyimpulkan bahwa sesungguhnya hanya sedikit saja barang yang
dibutuhkan sehari-hari perlu berada di gemba. Sebuah aturan sederhananya
adalah menyingkirkan semua barang yang tidak akan diperlukan untuk kurun
waktu 30 hari.
2.
Rapi (Seiton)
Setelah ringkas diterapkan, semua barang yang tak diperlukan telah
disingkirkan dari gemba. Yang tersisa tinggallah sejumlah minimum barang
yang diperlukan. Namun, barang-barang yang diperlukan ini seperti alat kerja
dan sebagainya tak dapat digunakan sebagaimana mestinya bilaterletak jauh
dari tempat kerjaatau bahkan di ditempat yang sulit dicari. Hal ini membawa
kita kepada langkah berikutnya dari 5R yaitu rapi. Rapi yang berarti
mengelompokkan barang berdasarkan penggunaanya dan menatanya secara
memadai agar upaya dan waktu untuk mencari/ menemukan menjadi
minimum. Untuk menerapkan hal ini, semua barang harus memiliki alamat
tertentu, nama tertentu, dan volume yang tertentu pula.
3.
Resik (Seiso)
Resik berarti membersihkan lingkungan kerja, termasuk kedalamnya mesin
dan alat kerja, lantai tempat kerja dan berbagai daerah di dalamnya tempat
kerja. ada sebuah aksioma yang patut dianut: membersihkan berarti
memeriksa. Operator yang membersihkan mesin dapat menemukan berbagai
fungsi yang gagal. Untuk itu, ressik merupakan pengalaman belajar yang baik
bagi operator, karena melalui kegiatan ini mereka dapat menemukan berbagai
temuan yang berguna.
Universitas Sumatera Utara
4.
Rawat (Seiketsu)
Rawat dalam bahasa jepang adalah seiketsu yang berarti tertib pribadi, seperti
mengenakan pakaian yang pantas dan bersih, kacamata pengaman, sarung
tangan dan sepatu dan selalu menjaga keadaan lingkungan kerja yang bersih.
Pengertian rawat adalah mempertahankan keadaan yang sudah ringkas, rapid
an resik setiap hari secara terus;menerus.
5.
Rajin (Shitsuke)
Rajin berarti disiplin pribadi. Orang yang mempraktekkan ringkas, rapi, resik
dan rawat secara terus-menerus dan menjadikan kegiatan ini sebagai
kebiasaan dalam kehidupan sehari-harinya dapat menyebut dirinya memiliki
disiplin pribadi.
Kaizen menghargai proses maupun hasil dengan nilai yang sama. Guna
menggalang semua orang dalam kegiatan kaizen secara berkesinambungan,
manajemen harus secara serius merencanakan, mengorganisasikan dan
melaksanakan proyek-proyek kaizen. Banyak manager ingin memperoleh
hasil segera mungkin baik mukjijat dan mengabaikan aspek proses yang juga
sangat penting. 5R bukanlah kegiatan musiman atau sekadar tren bulan ini,
namun merupakan proses berkesinambungan yang merupakan bagian dari
kehidupan kita.
3.11.
Manfaat 5S
Adapun manfaat yang diperoleh perusahaan jika memanfaatkan sikap kerja
5S, yaitu:
Universitas Sumatera Utara
1.
Keamanan. Dengan adanya pemilihan dan penataan maka barang-barang dan
kelengkapan kerja yang digunakan tersedia dan mengurangi angka
kecelakaan kerja yang digunakan tersedia dan mengurangi angka kecelakaan
kerja yang disebabkan oleh kesalahan manusia (Human Factor). Misalnya
mencegah terpeleset dan kebakaran dari kebocoran minyaak.
2.
Kondisi kerja yang rapi. Dengan kondisi kerja yang rapi, produktivitas
meningkat.
3.
Efisiensi. Dianalogikan sebagai koki masak terkenal, pelukis yang terkenal
mereka memelihara peralatan mereka. Tidak ada pisau yang berkarat. Tidak
ada kuas yang menyusut. Sehingga saat digunakan peralatan tersebut selalu
tersedia dan siap digunakan. Jika di industry maka efisiensi mesin menjadi
tinggi dan mengurangi waktu macet mesin.
4.
Mutu. Industri elektronik dan mesin memerlukan tingkat presisi dan
kebersihan yang tinggi. Setitik kotoran dapat menyebabkan kecacatan sebuah
produk. Dengan adanya 5S maka kualitas akan terjaga.
Universitas Sumatera Utara
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
4.1.
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di PTPN IV Dolok Ilir yang megolah bahan baku
TBS (Tandan Buah Segar) menjadi Crude Palm Oil (CPO) dan Inti sawit (palm
kernel) yang berlokasi di lokasi Kabupaten Simalungun, Kecamatan Dolok Batu
Nanggar. Waktu penelitian dilakukan pada Mei 2017 sampai dengan Juli 2017.
4.2.
Jenis Penelitian
Penelitian yang digunakan adalah penelitian terapan (applied research),
yaitu karena penelitian yang dilakukan untuk pemecahan masalah yang
menimbulkan kecelakaan kerja. Penelitian dilakukan dengan mengidentifikasi dan
memberikan penilaian terhadap sumber bahaya, menjelaskan nilai dari risiko yang
terdapat di setiap area kerja dengan menggambarkan proses analisa keselamatan
kerja dengan menggunakan metode Semi kuantitatif untuk menentukan tingkat
consequences, probability dan exposure dari setiap risiko yang ada dan
memberikan rekomendasi pengendalian bahaya dengan metode 5S.
4.3.
Objek Penelitian
Objek penelitian yang diamati adalah sumber bahaya dan potensi bahaya
yang dapat terjadi dalam proses kerja pada area stasiun pengolahan kelapa sawit
Universitas Sumatera Utara
PTPN IV Dolok Ilir. Penelitian ini dilakukan agar bahaya yang ada dalam setiap
kegiatan dapat terdeteksi dan segera dibuat pengendaliannya.
4.4.
Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual penelitian adalah suatu hubungan atau kaitan antara
konsep satu terhadap konsep yang lainya dari masalah yang ingin diteliti untuk
memberikan petunjuk kepada peneliti dalam merumuskan masalah penelitian.
Permasalahan dalam penelitian ini adalah kecelakaan kerja yang terjadi pada saat
melakukan proses produksi. Oleh karena itu dilakukan identifikasi dari bahaya
dan melakukan pengendalian risiko dari bahaya yang ditimbulkan untuk
menemukan solusi dalam bentuk usaha program keselamatan dan kesehatan kerja.
HIRARC
PTPN IV Dolok
Ilir
Potensi Bahaya
Identifikasi
Bahaya
Rekomendasi
Perbaikan
Implementasi
5S
Gambar 4.1. Kerangka Konseptual Penelitian
4.5.
Variabel Penelitian
4.5.1
Variabel Independen
Variabel independen (bebas) adalah variabel yang mempengaruhi atau
yang menjadi sebab perubahannya atau timbul variabel dependen (terikat).
Adapun variabel independen yang berpengaruh terhadap penelitian ini antara lain:
Universitas Sumatera Utara
1.
Penentuan Sumber dan potensi bahaya, untuk mengetahui resiko bahaya yang
ada distasiun kerja.
2.
Mengidentifikasi situasi yang berpotensi mencederai/menyakiti pekerja,
merusak barang, lingkungan kerja atau kombinasi dari hal-hal tersebut
dengan menggunakan metode HIRARC
3.
Memberikan rekomendasi pengendalian terhadap situasi yang berpotensi
mencederai/menyakiti pekerja dengan metode 5S.
4.5.2. Variabel Dependen
Variabel dependen (terikat) adalah variabel yang dipengaruhi atau yang
menjadi akibat karena adanya variabel bebas. Disebut variabel terikat karena
variabel ini menjadi perhatian utama dalam penelitian. Adapun variabel dependen
yang berpengaruh terhadap penelitian ini yaitu:
1. Pengendalian resiko bahaya menggunakan HIRARC
2. Pengendalian resiko bahaya menggunakan 5S
4.6.
Metodologi Penelitian
Penelitian dilakukan dalam beberapa tahap, yang diawali dengan
melakukan identifikasi masalah hingga menghasilkan kesimpulan. Tahapan–
tahapan tersebut meliputi :
1.
Identifikasi masalah
merupakan langkah pertama yang dilakukan saat penelitian berlangsung
sehigga dapat mengangkat permasalahan secara jelas dan terarah.
Universitas Sumatera Utara
2.
Studi literatur
Kajian literatur merupakan bagian dai studi yang bertujuan untuk
mengumpulkan dan menganalisa data sekunder dari instansi terkait, hasil
penelitian, jurnal, dan literatur lain.
3.
Perumusan Masalah
Perumusan masalah menjabarkan kembali inti dari permasalahan yang
teridentifikasi
kemudian
menuangkannya
ke
dalam
satu
lingkup
permasalahan yang spesifik.
4.
Perumusan tujuan penelitian
Penentuan tujuan peneltian sebagai acuan unuk mengarahkan dan
menentukan hasil akhir penelitian.
5.
Pengumpulan data
Data yang dikumpukan dalam penelitian ini terdiri data primer dan sekunder
1.
Data primer
Data primer diperoleh dari pengamatan di lapangan/survey kuesioner 5S,
dan wawancara langsung dengan operator, data primer yang dibutuhkan
adalah:
2.
a.
Uraian pekerjaaan yang menyebabkan kecelakaan
b.
Pengendalian bahaya yang sudah dilakukan perusahaan
c.
Kondisi 5S distasiun pengolahan kelapa sawit
Data Sekunder
Data Sekunder diperoleh dari perusahaan yaitu data urutan proses
produksi, sejarah perusahaan, struktur organisasi, jenis kecelakaan kerja.
Langkah-langkah proses penelitian dapat dilihat pada Gambar 4.2.
Universitas Sumatera Utara
Mulai
Studi Literatur
Studi Pendahuluan
1. Kondisi pabrik
2. Kondisi bagian proses produksi
3. Informasi pendukung
1. Kondisi pabrik
2. Kondisi bagian proses produksi
f
i
d k
Identifikasi Masalah
Tingginya angka kecelakaan kerja sehingga diperlukan program pencegahan kecelakaan kerja
dengan metode HIRARC (Hazard Identification, Risk Assesment, Risk Control) dan 5S
1.
2.
Pengumpulan Data
Data primer
a. Interview dengan para pekerja
b. Observasi di lantai produksi
Data sekunder
a. Uraian tugas pokok pekerja
b. Gambaran umum perusahaan
c. Struktur organisasi perusahaan
d. Jumlah kecelakaan kerja karyawan
e. Jenis kecelakaan yang sedang dilakukan pada saat mengalami kecelakaan
1.
2.
3.
4.
5.
Pengolahan Data
Identifikasi bahaya dan risiko
Analisis potensi bahaya dan risiko bahaya
Penialian Resiko
Menentukan Risk Reduction
Pengendalian risiko dengan metode HIRARC dan 5S
Analisis Pemecahan Masalah
Kesimpulan dan saran
Selesai
Gambar 4.2. Block Diagram Proses Penelitian
Universitas Sumatera Utara
4.7.
Pengolahan Data
Metode atau langkah-langkah dalam melakukan pengolahan data dapat
dilihat sebagai berikut:
1.
Identifikasi Risiko
Mengidentifikasi bahaya yang ada pada tahapan demi tahapan pengerjaan
proses produksi dalam setiap stasiun kerja sehingga potensi-potensi bahaya
yang menyebabkan terjadinya kecelakaan kerja dapat diketahui dan untuk
mengembangkan pengendalian yang tepat untuk mengurangi risiko.
2.
Analisis Risiko
Data dianalisa berdasarkan penilaian semikuantitatif untuk menentukan nilai
risiko dengan terlebih dahulu memperkirakan nilai konsekuensi, paparan dan
kemungkinan. Setelah nilai risiko diperoleh, maka nilai tersebut dibandingkan
dengan standar level risiko untuk mengetahui tingkatan risiko yang terdapat
tahapan kerja di setiap stasiun.
Level of risk = Consequences x Exposure x Probability
3.
Menentukan Risk Reduction
Nilai risiko hasil dari pengurangan antara basic risk dengan existing risk.
4.
Rekomendasi Pengendalian Risiko bahaya dengan metode HIRARC dan 5S
Setelah di lakukan perangkingan level resiko maka tahap selanjutnya adalah
mengembangkan solusi alternatif memberikan rekomendasi pengendalian
yang
belum
kemungkinan
dilaksanakan
perusahaan
pengaplikasiannya.
dengan
Melakukan
mempertimbangkan
pelatihan
5S
untuk
memperbaiki dan memelihara lingkungan kerja.
Universitas Sumatera Utara
4.8.
Populasi dan Sampel
Populasi yaitu keseluruhan sampel yang menjadi objek penelitian di PTPN
IV Dolok Ilir. Sampel yang digunakan adalah pekerja pabrik pengelohan kelapa
sawit di stasiun Loading Ramp, Stasiun Rebusan dan Stasiun Klarifikasi. Metode
sampling yang yang digunakan adalah total sampling artinya keseluruhan pekerja
yang berada ditempat kerja adalah objek penelitian.
4.9.
Analisis Pemecahan Masalah
Analisis dan pemecahan masalah dilakukan dengan mengidentifikasi
adanya masalah-masalah dalam lingkungan kerja seperti penyebab terjadinya
kecelakaan kerja, dan area kerja yang kurang ergonomis akibat kurangnya
penerapan 5S. Ketidaksesuaian tersebut dimaksudkan untuk memberi masukan
dan perbaikan bagi pihak perusahaan beberapa tindakan pengendalian yang lebih
intensif. Dengan demikian perusahaan dapat menerapkan perbaikan tersebut
dalam lingkungan perusahaannya sehingga dapat meningkatkan kenyamanan
karyawan dalam bekerja.
4.10. Kesimpulan dan Saran
Kesimpulan berisikan hal-hal penting dari penelitian yang merupakan
tujuan dari penelitian. Selain dari kesimpulan, diberikan juga saran yang
membangun bagi perusahaan usulan perbaikan kepada pihak perusahaan untuk
mengiplementasikan hasil penelitian ini.
Universitas Sumatera Utara
BAB V
PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
5.1.
Pengumpulan Data
Data yang diperlukan diperoleh dengan menggunakan beberapa metode
pengumpulan data sesuai dengan kondisi sumber data yang bersangkutan. Data
yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah uraian pekerjaan yang
menyebabkan kecelakaan kerja pada proses pengolahan kelapa sawit PTPN IV
Dolok Ilir. Pengumpulan data dilakukan meliputi tahapan proses pengolahan
kelapa sawit, dan menguraikan pekerjaan berdasarkan urutan langkah-langkah
dari setiap tahapan proses pengolahan kelapa sawit.
5.1.1. Data Uraian Pekerjaan
Data uraian pekerjaan dari tahapan pekerjaan dapat dilihat pada Tabel 5.1.
Tabel 5.1. Uraian Pekerjaan Stasiun Pengolahan Pabrik Kelapa Sawit
NO
Area
Kerja
1. Loading
Ramp
2.
Stasiun
Rebusan
Tahapan Pekerjaan
Uraian Pekerjaan
Memindahkan TBS dari Buah TBS dari truk dipindahkan dengan
truck kedalam Loading cara operator membuka bak truk,
Ramp
kemudian berdiri disisi bak truk dan
memindahkan TBS dengan tojok
(gancu) ke dalam loading ramp.
Memasukkan TBS ke Mengatur posisi lori agar sesuai dengan
dalam lori menggunakan pintu ramp kemudian membuka pintu
hydraulic pump (Ramp)
hidrolik agar TBS masuk ke dalam
Scraper Conveyor. Mengatur TBS agar
lori terisi dengan baik dan merata
TBS yang didalam lori Menarik rangkaian lori yang berisi TBS
dimasukkan
dalam ke bejana rebusan dengan menggunakan
bejana rebusan
kabel sling yang ujungnya dikaitkan
dengan hook dan ditarik dengan
capstand
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.1. Uraian Pekerjaan Stasiun Pengolahan Pabrik Kelapa Sawit
(Lanjutan)
NO
Area Kerja
Tahapan Pekerjaan
Merebus buah TBS
Membuka dan
pintu rebusan
menutup
Menarik lori keluar dari
bejana rebusan
3. Stasiun
Klarifikasi
Penampungan
minyak
kasar hasil press (sand trap
tank)
Penampungan/pengendapan
dan pemisahan minyak
dengan sludge (clarifier
tank)
Pemisahan minyak dengan
gaya
sentrifugal
(oil
purifier)
Penimbunan/ pengiriman
minyak ke storage tank
Uraian Pekerjaan
Melakukan
perebusan
dengan
memberikan
tekanan
yang
dihasilkan dari steam boiler.
Melakukan pengawasan proses
perebusan, memeriksa tekanan
bejana rebusan
Dilakukan saat sebelum dan
sesudah proses perebusan.
Membuka
pintu
rebusan,
menurunkan jembatan kemudian
proses sebaliknya.
Menarik rangkaian lori yang berisi
TBS ke luar bejana rebusan dengan
menggunakan kabel sling yang
ujungnya dikaitkan dengan hook
dan ditarik dengan capstand
Minyak yang keluar dari hasil pres
ditampung di sand trap tank untuk
memisahkan dari kotoran-kotoran.
Operator
mengawasi
dan
membersihkan permukaan dari
kotoran
Minyak kotor yang dihasilkan
masih bercampur dengan kotoran
dan
pasir,
maka
dilakukan
pengendapan agar kotoran dan pasir
terpisah
berdasarkan
massa
jenisnya.
Setelah minyak dipisahkan dengan
kotoran
dilanjutkan
dengan
pemisahan dengan gaya sentrifugal
untuk menghilangkan kandungan
airnya dan mendapatkan minyak
murni. Minyak akan terpisah
meurut massa jenis dimana massa
jenis minyak lebih ringan dari air.
Minyak yang telah terpisah dengan
air di transfer ke tangki penimbunan
dengan saluran pipa.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.1. Uraian Pekerjaan Stasiun Pengolahan Pabrik Kelapa Sawit
(Lanjutan)
NO
Area Kerja
Tahapan Pekerjaan
Uraian Pekerjaan
Pemisahan
sebagian Kotoran
yang
terpisah
masih
terdapat
minyak dari sludge kemungkinan
(sludge separator)
kandungan minyaknya. Dalam
mesin sludge separator, kotoran
disaring
untuk
mendapatkan
minyak yang tersisa dan ditransfer
kembali ke clarifier tank
Pengoperasian Fat-fit
Campuran kotoran dari hasil
pemurnian minyak ditampung di
bak fat-fit untuk menyaring
kembali kandungan minyak yang
tersisa.
Sumber : PTPN IV Dolok Ilir
5.2.
Pengolahan Data
5.2.1. Identifikasi Risiko
Langkah berikutnya dalam melakukan pengolahan data adalah identifikasi
semua bahaya yang terlibat dalam setiap tahapan pekerjaan. Identifikasi dilakukan
terhadap bahaya-bahaya yang berasal dari lingkungan tempat kerja, peralatan
kerja, mesin-mesin, dan bahan yang berhubungan dengan prosedur pekerjaan.
Data diperoleh dari hasil pengamatan langsung dan wawancara dengan pekerja.
Data yang diperoleh berdasarkan identifikasi risiko pada proses produksi dapat
dilihat pada Tabel 5.2.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.2. Identifikasi Bahaya pada Stasiun Pengolahan Pabrik Kelapa Sawit
NO
1.
Area Kerja
Loading
Ramp
2.
Stasiun
Rebusan
Tahapan Pekerjaan
Potensi Bahaya
Memindahkan TBS dari truck Tangan terjepit pengunci bak Truk
kedalam Loading Ramp
Terjatuh dari ketinggian
Tertimpa TBS
Terkena gancu
Memasukkan TBS ke dalam Tertimpa TBS
Lori
Tergelincir/terjatuh karena lantai yang licin
Terjepit saat menyambung Lori
Memasukkan lori berisi TBS ke Terjepit saat menyambung Lori
dalam bejana rebusan
Terkena serabut kabel sling
Tergelincir/terjatuh karena lantai yang licin
Merebus buah TBS
Meledak
Terkena semburan uap panas dari lubang
buangan
Tergelincir/terjatuh karena lantai yang licin
Kebisingan
Membuka dan menutup pintu Terkena semburan uap panas saat membuka
pintu rebusan
rebusan
Tergelincir/terjatuh karena lantai yang licin
Terjepit jembatan saat menaikkan/menurunkan
jembatan penghubung lintasan