Pengaruh Waktu Pada Ekstraksi Oleoresin Daun Kemangi (Ocimum canum) Dengan Metode Sokletasi Menggunakan Pelarut Etil Asetat Chapter III V

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1

Bahan Dan Peralatan

3.1.1 Bahan Penelitian
1. Daun kemangi
2. Etil Asetat (C4H8O2)
3. Etanol (Pembanding)

3.1.2 Peralatan
3.1.2.1 Peralatan Penelitian
1. Beaker glass
2. Gelas ukur
3. Erlenmeyer
4. Pipet tetes
5. Oven
6. Blender
7. Ayakan mesh

8. Corong gelas
9. Timbangan elektrik
10. Statif dan klem
11. Hot plate
12. Piknometer
13. Stopwatch
14. Termometer
15. Refraktometer
16. GC-MS

14
Universitas Sumatera Utara

3.1.2.3 Peralatan Utama

Water
Out

Condenser


Water
In

Siphon

Sample in the
thimble
Round bottom
flask
Heater

Gambar 3.1 Peralatan Utama Sokhlet

1.

Kondensor: berfungsi sebagai pendingin, dan juga untuk mempercepat proses
pengembunan.

2.


Timbal: berfungsi sebagai wadah untuk sampel yang ingin diambil zatnya.

3.

Pipa F: berfungsi sebagai jalannya uap, bagi pelarut yang menguap dari proses
penguapan.

4.

Bypass sidearm merupakan bagian dari seperangkat alat ekstraktor Soxhlet yang
berfungsi sebagai penghubung labu pemanas dengan thimble yang tembus
langsung ke atas dengan kondensor, sehingga uap air dapat naik dari labu
pemanas menuju kondensor.

5.

Sifon: berfungsi sebagai perhitungan siklus, bila pada sifon larutannya penuh
kemudian jatuh ke labu alas bulat maka hal ini dinamakan 1 siklus

6.


Labu alas bulat: berfungsi sebagai wadah bagi sampel dan pelarutnya

7.

Heating mantle: berfungsi sebagai pemanas larut

15
Universitas Sumatera Utara

3.2

Variasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan variabel bebas yaitu suhu ekstraksi dan

variabel tetapnya adalah massa kemangi 50 gram dengan ukuran partikel 40 mesh dan
konsentrasi pelarut (etil asetat) 98,8 %.
Tabel 3.1 Variasi Penelitian pada Proses Esktraksi Minyak Atsiri Kemangi
Bahan :
Run


Pelarut

I

3.3

Waktu

Ukuran

Konsentrasi

Suhu

Pelarut

Ekstraksi

Ekstraksi Partikel


(b/v)

(jam)

(mesh)

(%)

(0 C)

1:6

3
4
5
6

40


98,8

77

Prosedur Penelitian

3.3.1 Prosedur Pembuatan Serbuk Daun kemangi
1. Sampel daun kemangi dicuci bersih.
2. Sampel daun kemangi dikeringkan menggunakan panas matahari.
3. Setelah dikeringkan, sampel dihaluskan mengunakan blender.
4. Sampel diayak dengan menggunakan ayakan 40 mesh hingga diperoleh
serbuk daun kemangi.
3.3.2. Prosedur Ekstraksi Oleoresin Daun Kemangi
Ekstraksi oleoresin daun kemangi dikonduksikan dengan peralatan sokhlet
menggunakan Etil Asetat pada suhu titik didih, yakni 77 oC selama (3 jam, 4 jam,
5 jam, dan 6 jam) dengan rasio bahan dan pelarut (b/v) 1:6.
Prosedur ekstraksi oleoresin dilakukan dengan langkah-langkah sebagai
berikut:
1.


Sampel yang telah halus dimasukkan sebanyak 50 gram ke dalam thimble yang
terdapat di tengah bagian dari peralatan sokhlet.

2.

Pelarut etil asetat digunakan untuk proses ekstraksi dimasukkan ke dalam labu
alas bulat dengan perbandingan antara bahan dan pelarut (b/v) adalah 1:6.

3.

Oleoresin diekstraksi dengan peralatan sokhlet selama (3 jam, 4 jam, 5 jam,
dan 6 jam) pada suhu 77 0C.

4.

Oleoresin disimpan di dalam botol untuk selanjutnya dianalisa.

16
Universitas Sumatera Utara


3.3.2 Prosedur Analisa
3.3.3.1 Rendemen Oleoresin
Prosedur analisa rendemen oleoresin dilakukan dengan langkah-langkah
sebagai berikut:
1. Dihitung massa oleoresin yang didapat
2. Rendemen oleorsin diperoleh dengan persamaan:
mo
Rendemen (%) =

…………………………………… (3.1)

× 100 %
ms

Dimana:
mo = massa oleoresin
ms = massa sampel

3.3.3.2 Analisa Densitas Oleoresin
Prosedur penentuan densitas oleoresin dilakukan dengan langkah-langkah

sebagai berikut:
1. Dihitung volume hasik ektraksi oleoresin.
2. Dipisahkan oleoresin dengan pelarutnya.
3. Dicatat volume pelarut yang sudah terpisah.
4. Didapatlah volume oleoresin dari selisih antara volume hasil ekstraksi dengan
volume pelarut yang sudah terpisah.
5. Dicatat massa oleoresin.
6. Densitas oleorsin diperoleh dengan persamaan:
ρ=

m
V

Dimana:

…………………………………………………………… (3.2)
ρ = densitas oleoresin
m = massa oleoresin
V = volume oleoresin


17
Universitas Sumatera Utara

3.3.3.3 Analisa Indeks Bias Oleoresin
Untuk pengukuran indeks bias, menggunakan instrumen Refraktometer pada
Laboratorium Organik, Departemen Kimia, Fakultas MIPA, Universitas Sumatera
Utara.

3.3.3.4 Analisa Kadar Minyak Atsiri
Minyak Atsiri dianalisa mnggunakan instrument GC/MS pada Pusat
Penelitian Kelapa Sawit.

18
Universitas Sumatera Utara

3.4

Flowchart Penelitian

3.4.1 Flowchart Pembuatan Serbuk Daun kemangi

Mulai
Sampel daun kemangi dikeringkan dalam oven 400C
hingga berat konstan

Sampel di haluskan menggunakan blender

Sampel diayak dengan ayakan 50 Mesh hingga
diperoleh serbuk daun kemangi

Selesai
Gambar 3.2 Flowchart Pembuatan Serbuk Daun
kemangi

19
Universitas Sumatera Utara

3.4.2 Flowchart Prosedur Ekstraksi Minyak Atsiri Daun Kemangi
Mulai

Sampel yang telah halus dimasukkan sebanyak 50 gram ke dalam
suatu thimble yang terdapat di tengah bagian dari peralatan sokhlet

Pelarut etil asetat dimasukkan ke dalam labu alas bulat
dengan berat bahan baku : pelarut (1:5 dan 1:6)
Peralatan ekstraksi sokhlet dirangkai

Etil asetat didistilasi dari labu alas
bulat dengan menggunakan hot plate

Minyak atsiri daun kemangi
diekstraksi dengan peralatan
sokhlet dengan variasi waktu (3, 4,
5, dan 6 jam) pada suhu (77 oC)

Hasil ekstraksi disaring dengan kertas saring
whatman no. 1 untuk
menghilangkan partikulat

Labu alas bulat yang mengandung ekstrak
dikeringkan pada 30-40 oC
selama 30 menit
B
A

20
Universitas Sumatera Utara

A

B

Pelarut dipisahkankan dari campuran
oleoresin dengan cara evaporasi di bawah
temperature titik didih pada 70 oC

Oleoresin disimpan ke dalam freezer untuk
selanjutnya dianalisa

Apakah masih ada
variasi lain?

Ya

Tidak
Selesai
Gambar 3.3 Flowchart Prosedur Ekstraksi Oleoresin Daun Kemangi

21
Universitas Sumatera Utara

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1

Analisa Rendemen Oleoresin

Gambar 4.1 Pengaruh Waktu terhadap Rendemen Oleoresin Kemangi

Gambar 4.1 merupakan gambaran fenomena ekstraksi yang menunjukkan
pengaruh waktu terhadap rendemen. Dari Gambar 4.1 dapat dilihat bahwa secara
keseluruhan, waktu memberikan pengaruh terhadap rendemen oleoresin, di mana
konsentrasi oleoresin meningkat seiring dengan bertambahnya waktu. Hal ini dapat
dijelaskan bahwa untuk mendapatkan rendemen oleoresin yang lebih banyak, diperlukan
waktu ekstraksi yang lebih lama agar terjadi waktu kontak yang lebih maksimal antara
daun kemangi dengan pelarut sehingga oleoresin dapat diekstrak secara maksimum.
Dalam penelitian ini variabel yang digunakan adalah waktu, yaitu 3 jam, 4 jam, 5
jam, dan 6 jam dengan variabel tetap yang telah ditentukan yakni rasio bahan dan pelarut
1:6, massa sampel 50 gram untuk keseluruhan variasi dan ukuran partikel yang disaring
dengan menggunakan ayakan 40 mesh. Pengecilan ukuran partikel ditujukan untuk
memperluas ruang pengontakan antara daun kemangi dan pelarut sehingga pelarut dapat
berpenetrasi ke dalam daun dan komponen yang ingin diekst rak terdifusi keluar dari

daun dan waktu yang dibutuhkan pelarut untuk berdifusi pada partikel kecil lebih
sedikit daripada partikel besar [31].

22
Universitas Sumatera Utara

Pada perbandingan bahan terhadap pelarut 1:6 dengan waktu 3 jam, 4 jam, 5
jam, 6 jam, dan 7 jam diperoleh rendemen 14.8118 %; 15.9206 %; 16.6248 %;
20.1520 %; dan 20.2440 %. Dari gambar 4.1 dapat dilihat juga bahwa rendemen
yang dihasilkan dari perbandingan bahan dengan pelarut 1:5 dengan waktu 3 jam, 4
jam, 5 jam, dan 6 jam adalah 9,8676 %; 14,4350 %; 16,0990 %; dan 18.5660 %.
Pada penelitian ini, juga dilakukan percobaan pada waktu 3 jam dengan variasi rasio
bahan dan pelarut 1:7 dan 1:8. Rendemen yang didapat untuk rasio bahan dan pelarut
1:7 sebesar 16,806 % dan untuk rasio bahan dan pelarut 1:8 sebesar 17,0766 %.
Secara keseluruhan untuk waktu 3 jam terjadi peningkatan rendemen, namun
peningkatan rendemem mulai melambat pada rasio 1:7 dan 1:8. Tujuan penambahan
variasi rasio bahan dan pelarut adalah untuk melihat pengaruh rasio bahan dan
pelarut terhadap rendemen oleoresin yang dihasilkan. Gambar 4.1 menunjukkan pada
saat perbandingan pelarut terhadap daun kemangi yang tetap dengan peningkatan
waktu ekstraksi menyebabkan rendemen oleoresin meningkat. Hal ini dapat
dijelaskan bahwa untuk mendapatkan rendemen oleoresin yang lebih banyak,
diperlukan waktu ekstraksi yang meningkat pula agar terjadi waktu kontak yang lama
antara daun kemangi dengan pelarut yang memberikan kesempatan daun kemangi
untuk kontak dengan pelarut semakin besar sehingga rendemen oleoresin dapat
diekstrak secara maksimum. Akan tetapi pada rasio bahan dan pelarut 1:6 untuk
waktu 7 jam tidak terjadi peningkatan rendemen yang signifikan. Hal tersebut terjadi
karena larutan sudah mencapai titik jenuh.
Pada saat waktu ekstraksi yang tetap dengan peningkatan perbandingan
pelarut terhadap daun kemangi menyebabkan rendemen meningkat. Hal ini
menunjukkan bahwa perbandingan antara daun kemangi dengan pelarut mempunyai
pengaruh yang sangat besar dalam menghasilkan rendemen oleoresin. Untuk
mendapatkan rendemen oleoresin yang meningkat, pelarut harus banyak tersedia
agar dapat memaksimalkan pendifusian rendemen oleoresin yang diekstrak.
Peningkatan perbandingan antara pelarut terhadap daun kemangi mempengaruhi
pendifusian oleoresin dari daun kemangi ke pelarut, semakin banyak pelarut
membuat pendifusian oleoresin akan semakin besar, sehingga distribusi pelarut ke
daun kemangi akan semakin besar. Distribusi pelarut yang merata ke daun kemangi
akan memperbesar rendemen oleoresin yang dihasilkan. Semakin banyak pelarut

23
Universitas Sumatera Utara

yang digunakan akan mengurangi tingkat kejenuhan pelarut sehingga pendifusian
komponen yang diekstrak dapat maksimal. Dari hasil yang didapat dapat dilihat
secara keseluruhan, bahwa seiring bertambahnya waktu, rendemen yang dihasilkan
juga bertambah [11]. Rendemen yang terbaik didapat pada rasio bahan dan pelarut
1:6 pada waktu 6 jam dengan rendemen sebesar 20,1520 %. Padah rasio bahan dan
pelarut 1:6 dengan waktu 6 jam dilakukan juga percobaan untuk pelarut etanol. Hal
ini dilakukan sebagai pembanding antara pelarut etil asetat dengan etanol untuk
melihat keefektifan pelarut dalam mengekstraksi. Rendemen yang didapat dengan
pelarut etanol sebesar 17,1870 %. Hal ini menunjukkan bahwa pelarut etil asetat
memiliki keefektifan yang lebih baik dibandingkan dengan etanol. Hal ini dapat
dilihat bahwa pelarut etil asetat mampu mengekstrak oleoresin daun kemangi lebih
baik dengan rendemen oleoresin sebesar 20,1520 %.

4.2

Analisa Densitas Oleoresin

Gambar 4.2 Pengaruh Waktu terhadap Densitas Oleoresin

Densitas merupakan salah satu kriteria penting dalam menentukan mutu dan
kemurnian oleoresin. Pada gambar 4.2 dapat dilihat bahwa densitas oleoresin akan
meningkat seiring bertambahnya waktu ekstraksi. Pada perbandingan bahan dengan
pelarut 1:6 dengan waktu 3 jam diperoleh densitas oleoresin sebesar 0.9375 g/cm3.
Pada waktu 4 jam diperoleh densitas oleoresin sebesar 0.9477 g/cm3. Pada waktu 5

24
Universitas Sumatera Utara

jam diperoleh densitas oleoresin sebesar 0.9554 g/cm3. Pada waktu 6 jam diperoleh
densitas oleoresin sebesar 0.9688 g/cm3. Pada waktu 7 jam diperoleh densitas
oleoresin sebesar 0.9733 g/cm3. Dari gambar 4.2 juga dapat dilihat untuk
perbandingan bahan dengan pelarut 1:5 dengan waktu 3 jam diperoleh densitas
oleoresin sebesar 0.9137 g/cm3. Pada waktu 4 jam diperoleh densitas oleoresin
sebesar 0.9373 g/cm3. Pada waktu 5 jam diperoleh densitas oleoresin sebesar 0.9470
g/cm3. Pada waktu 6 jam diperoleh densitas oleoresin sebesar 0.9570 g/cm3. Pada
penelitian ini, juga dilakukan percobaan pada waktu 3 jam dengan variasi rasio bahan
dan pelarut 1:7 dan 1:8. Densitas yang didapat untuk rasio bahan dan pelarut 1:7
adalah 0,9442 g/cm3 dan untuk rasio bahan dan pelarut 1:8 adalah 0,9487 g/cm3.
Secara keseluruhan untuk waktu 3 jam terjadi peningkatan densitas, namun
peningkatan densitas mulai melambat pada rasio 1:7 dan 1:8. Tujuan penambahan
variasi rasio bahan dan pelarut adalah untuk melihat pengaruh rasio bahan dan
pelarut terhadap densitas oleoresin yang dihasilkan. Dapat dilihat bahwa densitas
oleoresin akan meningkat seiring bertambahnya rasio bahan dan pelarut.
Perlakuan ekstraksi dengan waktu yang lebih lama akan menghasilkan
oleoresin dengan densitas yang lebih tinggi. Hal ini dikarenakan semakin lamanya
proses ekstraksi maka semakin lama juga waktu kontak antara bahan sumber
oleoresin dengan etil asetat, sehingga menyebabkan semakin banyaknya padatan
yang terlarut dalam oleoresin yang dihasilkan. Oleh sebab itu, oleoresin yang
dihasilkan mempunyai viskositas yang besar dan densitasnya juga tinggi. Semakin
lama waktu ekstraski, maka densitas oleoresin yang dihasilkan semakin tinggi.
Pada penelitian ini, densitas oleoresin yang dihasilkan berkisar antara
0,9137 g/cm3 – 0,9688 g/cm3. Densitas oleoresin yang diperoleh pada penelitian ini
cenderung lebih rendah jika dibandingkan dengan densitas menurut Lluch Essence,
yaitu 1,000 [30]. Perbedaan densitas ini diduga karena oleoresin yang dihasilkan
pada penelitian ini memiliki kandungan minyak atsiri yang relatif kecil. Semakin
rendah kadar minyak atsiri maka kandungan resin, asam lemak, dan senyawasenyawa yang tidak tersabunkan akan semakin tinggi [5].
Padah rasio bahan dan pelarut 1:6 dengan waktu 6 jam dilakukan juga
ekstraksi oleoresin daun kemangi menggunakan pelarut etanol. Hal ini dilakukan
sebagai pembanding antara pelarut etil asetat dengan etanol untuk melihat

25
Universitas Sumatera Utara

keefektifan pelarut dalam mengekstraksi. Densitas yang didapat dengan pelarut
etanol adalah 0,9522 g/cm3. Dapat dilihat bahwa hasil densitas oleoresin daun
kemangi dengan pelarut etil asetat lebih besar dibandingkan dengan pelarut etanol.
Hal ini mengidentifikasikan bahwa oleoresin dengan menggunakan pelarut etil asetat
lebih banyak mengekstrak komponen kimia kemangi dibandingkan dengan etanol.

4.3

Analisa Indeks Bias Oleoresin

Gambar 4.3 Pengaruh Waktu terhadap Indeks Bias Oleoresin

Indeks bias oleoresin berhubungan erat dengan komponen-komponen yang
tersusun dalam oleoresin yang dihasilkan. Semakin banyak komponen berantai
panjang seperti sequiterpen atau komponen bergugus oksigen ikut terekstraksi, maka
kerapatan medium oleoresin akan bertambah sehingga cahaya yang dating akan lebih
sukar dibiaskan. Hal ini menyebabkan indeks bias oleoresin menjadi lebih besar.
Semakin banyak kandungan airnya, maka semakin kecil nilai indeks biasnya. Ini
karena sifat dari air yang mudah untuk membiaskan cahaya yang datang.
Dari gambar 4.3 dapat dilihat bahwa dengan adanya perbedaan waktu
ekstraksi ternyata memberikan hasil nilai indeks bias yang berbeda pula. Dari
gambar 4.3 dapat dilihat bahwa semakin lama waktu ekstraksi menunjukkan
peningkatan nilai indeks bias. Pada perbandingan bahan dan pelarut 1:6 pada waktu 3
jam diperoleh nilai indeks bias 1,4992. Pada waktu 4 jam diperoleh nilai indeks bias
1,5001. Pada waktu 5 jam diperoleh nilai indeks bias 1,5009. Pada waktu 6 jam

26
Universitas Sumatera Utara

diperoleh nilai indeks bias 1,5020. Pada waktu 7 jam diperoleh nilai indeks bias
1,5024. Pada gambar 4.3 dapat dilihat juga untuk perbandingan bahan dan pelarut 1:5
pada waktu 3 jam diperoleh nilai indeks bias 1,4938. Pada waktu 4 jam diperoleh
nilai indeks bias 1,4950. Pada waktu 5 jam diperoleh nilai indeks bias 1,4963. Pada
waktu 6 jam diperoleh nilai indeks bias 1,4977. Pada penelitian ini, juga dilakukan
percobaan pada waktu 3 jam dengan variasi rasio bahan dan pelarut 1:7 dan 1:8.
Indeks bias yang didapat untuk rasio bahan dan pelarut 1:7 sebesar 1,5006 dan untuk
rasio bahan dan pelarut 1:8 sebesar 1,5010. Secara keseluruhan untuk waktu 3 jam
terjadi peningkatan indeks bias, namun peningkatan rendemem mulai melambat pada
rasio 1:7 dan 1:8.Tujuan penambahan variasi rasio bahan dan pelarut adalah untuk
melihat pengaruh rasio bahan dan pelarut terhadap indeks bias oleoresin yang
dihasilkan. Dari gambar 4.3 dapat dilihat bahwa dengan adanya perbedaan rasio
bahan dan pelarut ternyata memberikan hasil nilai indeks bias yang berbeda pula.
Dari gambar 4.3 dapat dilihat bahwa bertambahnya rasio bahan dan pelarut dalam
ekstraksi menunjukkan peningkatan nilai indeks bias.
Pada penelitian ini, indeks bias yang dihasilkan berkisar antara 1,49381,5024. Menurut Lluch Essence nilai yang dipersyaratkan antara 1,5010- 1,5210
[30]. Terdapat 2 perlakuan yang menghasilkan indeks bias yang sesuai menurut
Lluch Essence, yakni perbandingan bahan dan pelarut 1:6 untuk waktu 6 jam
diperoleh nilai indkes bias 1,5020 dan waktu 7 jam diperoleh nilai indeks bias
1,5024.
Pada rasio bahan dan pelarut 1:6 dengan waktu 6 jam dilakukan juga
ekstraksi oleoresin daun kemangi menggunakan pelarut etanol. Hal ini dilakukan
sebagai pembanding antara pelarut etil asetat dengan etanol untuk melihat
keefektifan pelarut dalam mengekstraksi. Indeks bias yang didapat dengan pelarut
etanol adalah 1,4522. Dapat dilihat bahwa hasil indeks bias oleoresin daun kemangi
dengan pelarut etil asetat lebih besar dibandingkan dengan pelarut etanol. Hal ini
mengidentifikasikan bahwa oleoresin dengan menggunakan pelarut etil asetat lebih
banyak mengekstrak komponen kimia kemangi dibandingkan dengan etanol. Jadi
oleoresin dengan nilai indeks bias yang lebih besar lebih mendekati kemurnian
oleoresin daun kemangi dibandingkan dengan oleoresin dengan nilai indeks bias
yang lebih kecil.

27
Universitas Sumatera Utara

4.4

Komposisi Minyak Atsiri pada Oleoresin Daun Kemangi (Ocimum
canum)
Proses ekstraksi oleoresin kemangi dilakukan dengan menggunakan pelarut

etil asetat dengan metode sokletasi dengan\ perbandingan bahan dan pelarut 1:6
dengan variasi waktu 3 jam, 4 jam, 5 jam, dan 6 jam. Oleoresin yang didapat
berwarna gelap sebagaimana ditunjukkan dalam gambar 4.4 di bawah ini:

Gambar 4.4 Oleoresin Kemangi Hasil Ekstraksi
Identifikasi komposisi minyak atsiri pada oleoresin daun kemangi yang
diproses melalui proses ekstraksi dengan metode Soxhlet dilakukan dengan
menggunakan Gas Chromatography Mass Spectrometry (GC/MS). Kromatogram
hasil GC/MS ditunjukkan pada Gambar 4.5 dan komponen yang terkandung dalam
oleoresin daun kemangi ditunjukkan pada Tabel 4.1.

Gambar 4.5 Kromatogram GC/ MS Oleoresin Daun Kemangi
(Rasio Bahan dan Pelarut 1:6, Waktu Ekstraksi 6 jam)

28
Universitas Sumatera Utara

Tabel 4.1 Komponen yang Terkandung dalam Oleoresin Daun Kemangi (Rasio
Bahan dan Pelarut 1:6. Waktu Ekstraksi 6 jam)
Peak
1

R. Time
14,485

Area (%)
1,75

2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
Jumlah

15,111
17,908
17,981
18,173
18,374
19,161
20,725
20,794
20,958
21,710
22,099
23,133
23,512
25,750
25,926
26,736
27,181
27,525
27,957
28,825
29,379
29,508
29,557
29,821
30,607
30,986
31,742
32,367
33,057

0,77
6,69
1,17
0,97
1,35
1,83
4,83
1,05
2,23
0,82
0,79
2,15
1,18
1,80
0,78
4,12
1,90
0,81
1,40
9,88
1,20
0,97
1,09
2,63
3,53
27,72
12,23
1,14
1,23
100

Komponen
Trans-alphabisabolene
Undetected
Neophytadiene
Phytol
Phytol
Phytol
Octadeceonic acid
Phytol
Undetected
Methyl linolenate
Phytol
Flavone
Beta-pinene
Beta-pinene
Methyl linolenate
Undetected
Farnesol
Pentatriacontane
Farnesol
Tetracosane
Heptacosane
Vitamin E
Undetected
Octadecane
Tetratetracontane
Choles-5-ene
Dotriacontane
Choles-5-en-3-ol
Octadecane
Undetected

Pada tabel 4.2 menunjukkan data hasil analisis GCMS diperoleh dari ekstrak
oleoresin dun kemangi pada variasi percobaan rasio pelarut 1:6 dengan waktu
ekstraksi 6 jam, suhu ekstraksi 77 0C, dan ukuran partikel 40 mesh. Dari variasi ini
diperoleh minyak atsiri daun kemangi sebanyak 15,77 % dari total bahan baku daun

29
Universitas Sumatera Utara

kemangi. Dari tabel 4.2 dapat dilihat bahwa oleoresin daun kemangi mengandung
senyawa yang tergolong dari monoterpenes yaitu beta-pinene sebanyak 3,33%,
sesquiterpenes yaitu trans-alpha-bisabolene sebanyak 1,75%, sesquiterpenoids yaitu
flavone & farnesol sebanyak 5,72%, diterpenes yaitu neophytadiene sebanyak
6,69%, diterpenoids yaitu phytol sebayak 9,14%, ester yaitu Octadeconoic acid &
methyl linolenate sebanyak 5,86%, alkana yaitu pentatriacontane, tetracosane,
heptacosane, oktadecane, tetracontane, & dotriacontane sebanyak 45,76%.

4.5

Karakteristik Oleoresin Daun Kemangi
Setelah dilakukan analisis kualitatif dan kuantitatif yang dapat dirangkum

karakteristik oleoresin daun kemangi (Ocimum canum) yang dapat dilihat pada tabel
4.2.
Tabel 4.2 Karakteristik Oleoresin
Parameter

Hasil Penelitian

Oleoresin Standar

Warna

Gelap

Gelap [30]

Bentuk

Cairan Kental

Cairan Kental [30]

Aroma

Khas Kemangi

Khas Kemangi [30]

Kadar Minyak Atsiri
Densitas
Indeks Bias Minyak

15,77 %

4 - 12 % [30]

0,9137-0,9688 g/cm3

1 g/ cm3 [30]

1,4938-1,5024

1,5010 – 1,5210 [30]

Dari tabel 4.2 dapat dilihat bahwa dalam uji karakteristik oleoresin daun kemangi
pada penelitian ini belum memenuhi standar oleoresin kemangi.

30
Universitas Sumatera Utara

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1

Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian yang telah di lakukan adalah:
1. Pelarut etil asetat sangat efektif digunakan sebagai pelarut dalam proses
ekstraksi dengan metode sokletasi karena mampu mengekstrak oleoresin
dengan baik.
2. Rendemen oleoresin yang paling optimum yang dihasilkan dari ekstraksi
oleoresin daun kemangi pada penelitian ini adalah pada waktu ekstraksi 6
jam dengan perbandingan daun kemangi:pelarut 1:6 sebesar 20,1520%.
3. Densitas oleoresin yang diperoleh berkisar antara 09137-0,9688 g/cm3.
4. Indeks bias yang diperoleh berkisar antara 1,4938-1,5024.
5. Dari hasil analisis dengan menggunakan Gas Chromatography Mass
Spectrometry (GC/MS) pada salah satu perlakuan didapatkan minyak atsiri
sebesar 15,77 %.
6. Dari hasil analisis yang dilakukan pada penelitian ini menunjukkan bahwa
oleoresin daun kemangi belum memenuhi standar untuk oleoresin kemangi.

5.2

Saran
Saran yang dapat diberikan untuk penelitian lebih lanjut adalah :
1. Melakukan metode atau peralatan lain, seperti menggunakan ultrasonic atau
microwave.
2. Penambahan variasi lainnya, seperti ukuran partikel, rasio bahan dan pelarut,
jenis pelarut lainnya untuk melihat pengaruhnya terhadap hasil oleoresin yang
diperoleh.

31
Universitas Sumatera Utara