PERAN PEMERINTAH DAERAH DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT INDUSTRI BERBASIS EKONOMI KREATIF DI KABUPATEN BANTAENG

PERAN PEMERINTAH DAERAH DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT INDUSTRI BERBASIS EKONOMI KREATIF DI KABUPATEN BANTAENG

  

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Meraih Gelar Sarjana Ilmu Politik

Jurusan Ilmu Politik Pada Fakultas Ushuluddin, Filsafat dan Politik

  

Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar

Oleh:

RAHMI

  

30600114059

FAKULTAS USHULUDDIN, FILSAFAT & POLITIK

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) ALAUDDIN

MAKASSAR

  

2018

KATA PENGANTAR

  Alhamdulillahi rabbil’alamin, segala puji syukur ke hadirat Allah Swt

  atas limpahan rahmat, taufiq dan hidayah-Nya, sehingga penulis mampu menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul “PERAN PEMERINTAH

DAERAH DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

  INDUSTRI BERBASIS EKONOMI KREATIF DI KABUPATEN BANTAENG

  . Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan Nabi besar Muhammad Saw, sebagai uswatun hasanah dalam meraih kesuksesan di dunia dan akhirat.

  Melalui tulisan ini penulis ucapkan untuk yang Teristimewa dan yang utama sekali penulis sampaikan terima kasih yang paling tulus kepada Ayahanda Sultan Djubir dan Ibunda Wahida serta saudariku Suci Puji Ati & Suri Ayu Muliyani, yang merupakan sumber inspirasi dan motivasi melalui perhatian dan kasih sayang, nasehat, dukungan moril serta materil terutama doa restu demi keberhasilan penulis dalam menuntut ilmu. Semoga apa yang telah mereka korbankan selama ini menjadi mahkota keselamatan di dunia dan di akhirat.

  Keberhasilan penulisan skripsi ini tidak lepas dari bimbingan, pengarahan dan bantuan dari berbagai pihak baik berupa pikiran, motivasi, tenaga, maupun do’a. Karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:

  1. Bapak Prof. Dr. Musafir Pababbari, M.Si selaku Rektor UIN Alauddin Makassar beserta seluruh jajarannya.

  2. Bapak Prof. Dr. H. Muh. Natsir Siola, MA selaku Dekan Fakultas Ushuluddin, Filsafat Dan Politik Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar.

  3. Bapak Dr. Tasmin Tangareng, M.Ag selaku wakil Dekan I Fakultas Ushuluddin, Filsafat Dan Politik Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar.

  4. Bapak Dr. Mahmuddin, M.Ag selaku wakil Dekan II Fakultas Ushuluddin, Filsafat Dan Politik Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar.

  5. Bapak Dr. Abdullah, M.Ag selaku wakil Dekan III Fakultas Ushuluddin, Filsafat Dan Politik Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar.

  6. Bapak Syahrir Karim, M.Si. Ph.D selaku Ketua Jurusan Ilmu Politik dan Ismah Tita Ruslin, S.IP, M.Si selaku Sekretaris Jurusan Ilmu Politik.

  7. Bapak Prof. Dr. Muhammad Ramli, M.Si selaku Pembimbing I dan Bapak Fajar S.Sos. M.Si selaku Pembimbing II yang telah sabar dan banyak memberikan bimbingan, nasehat, saran, dan mengarahkan penulis dalam perampungan penulisan skripsi ini.

  8. Ibu Ismah Tita Ruslin, S.IP, M.Si selaku penasehat akademik yang telah sabar dan selalu berusaha memberikan teman-teman motivasi khususnya kelas IPO 3.4 angkatan 2014.

  9. Seluruh dosen jurusan Ilmu Politik Fakultas Ushuluddin, Filsafat dan Politik Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar yang telah menyalurkan ilmunya kepada penulis selama berada di bangku kuliah.

  10. Segenap karyawan dan karyawati Fakultas Ushuluddin, Filsafat dan Politik yang telah bersedia melayani penulis dari segi administrasi dengan baik selama penulis terdaftar sebagai mahasiswa Fakultas Ushuluddin, Filsafat dan Politik Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar.

  11. Kepala Dinas PMD, PP, dan PA beserta Kepala Bidang UEMD, SDA, TTG, dan Demisioner Kepala Bidang UEMD, SDA dan TTG. Kasubag Perencanaan, Keuangan, dan Pelaporan Dinas Koperasi, UMKM dan Perdagangan Kab. Bantaeng. Segenap Pengurus PLUT UMKM dan RKB Kab. Bantaeng. Dan segenap Masyarakat yang telah membantu penulis dalam memberikan informasi serta data terkait dengan penelitian yang penulis lakukan.

  12. Segenap Keluarga tercinta terutama Toa'/Nenek Jumadaeng yang telah berkorban demi tercapainya cita-cita penulis. Penulis menaruh harap agar beliau tetap sehat sehingga penulis bisa membalas jasa-jasa mereka.

  13. Kepada teman-teman terdekat yang telah banyak membantu dari awal sampai akhir penulisan skripsi ini dan tidak henti-hentinya memberi motivasi dan semangat kepada penulis dalam menyelesaikan studi, tak terlupakan pula teman seperjuangan tercinta Eva Yunita Bahar, dan Dian yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan studi ini, selalu memberi semangat dan selalu ada dalam suka dan duka, selalu setia dan sabar dalam menghadapi penulis dari awal menjadi mahasiswa hingga ke tahap penyelesaian studi.

  

DAFTAR ISI

JUDUL ................................................................................................................. i PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ........................................................... ii PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................................... iii PENGESAHAN SKRIPSI .................................................................................. iv KATA PENGANTAR ......................................................................................... v DAFTAR ISI ........................................................................................................ ix ABSTRAK ........................................................................................................... xi

  BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 1-16 A. Latar Belakang .......................................................................................... 1 B. Rumusan Masalah ..................................................................................... 9 C. Tujuandan Kegunaan Penelitian ............................................................... 10 D. Penelitian Terdahulu ................................................................................. 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................... 17-30 A. Peran .......................................................................................................... 17 B. Kebijakan Publik ....................................................................................... 19 C. Pemberdayaan Masyarakat........................................................................ 22 D. Ekonomi Kreatif ........................................................................................ 25 E. Kerangka Konseptual ................................................................................ 30 BAB III METODOLOGI PENELITIAN.............................................................. 31-33 A. Jenis Penelitian .......................................................................................... 31

  B.

  Obyek Penelitian ....................................................................................... 31 C. Lokasi Penilitian ........................................................................................ 32 D. Sumber Data .............................................................................................. 32 E. Metode Pengumpulan Data ....................................................................... 32 F. Teknik Analisis Data ................................................................................. 33

  BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................... 34-71 A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ......................................................... 34 B. Hasil Penelitian ......................................................................................... 41 BAB V PENUTUP ................................................................................................ 72-73 A. Kesimpulan ............................................................................................... 72 B. Implikasi Penelitian ................................................................................... 73 DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 74 LAMPIRAN ......................................................................................................... 78 RIWAYAT HIDUP ............................................................................................. 94

  

ABSTRAK

Nama Penulis : Rahmi Nim : 30600114059 Judul Skripsi : Peran Pemerintah Daerah Dalam Pemberdayaan Masyarakat Industri Berbasis Ekonomi Kreatif di Kabupaten Bantaeng

  Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis peran pemerintah dalam pemberdayaan masyarakat industri yang berbasis ekonomi kreatif di Kabupaten Bantaeng.

  Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif analisis untuk menggambarkan mengenai pemberdayaan masyarakat berbasis ekonomi kreatif sektor kuliner di Kab Bantaeng. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan libray research yang meliputi kutipan langsung dan tidak langsung dan filed research meliputi observasi, wawancara dan dokumenter. Data dianalisis melalui analisis deskriptif.

  Penelitian ini menggunakan teori pemberdayaan masyarakat, kebijakan publik, dan teori ekonomi kreatif. Hasil penelitian menjelaskan bahwa Peranan Pemerintah Daerah

  

Kabupaten Bantaeng dalam Pemberdayaan masyarakat industri berbasis ekonomi

kreatif ada 3 yaitu Tatanan regulasi, Pengarahan strategi, dan Pelatihan. Faktor

pendorong pemerintah dalam pemberdayaan masyarakat industri adalah

Dukungan Multipihak baik dari Pemerintah (PMD PP & PA, Koperasi, RKB),

Semangat dan respon positif dari masyarakat, Keterlibatan Beberapa Lembaga

seperti NGO Lokal (LSM), Pendamping Desa, Pemerintah Desa dan Pemasaran.

Sedangkan faktor penghambatnya adalah Kualitas SDM yang masih rendah,

  belum profesional, dan Paradigma masyarakat yang konservatif masih takut untuk mencoba dan malas untuk mencari wawasan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) menurut Undang-Undang Dasar 1945 memberikan keleluasaan kepada daerah untuk

  menyelenggarakan otonomi daerah. Dalam penyelenggaraan otonomi daerah, dipandang perlu untuk menekankan kepada prinsip-prinsip demokrasi, peran serta masyarakat, pemerataan dan keadilan, serta memperhatikan potensi dan

  1 keanekaragaman daerah .

  Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 disebut undang-undang tentang Pemerintahan Daerah, karena undang-undang ini pada prinsipnya mengatur penyelenggaraan pemerintahan daerah yang lebih mengutamakan pelaksanaan asas desentralisasi.

  Hakikat mendasar otonomi daerah sesuai dengan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah adalah untuk memberdayakan masyarakat, menumbuhkan prakarsa dan kreativitas, meningkatkan peran serta masyarakat dan mengembangkan peran dan fungsi DPRD melalui prinsip demokrasi, peran serta masyarakat, pemerataan keadilan dengan memerhatikan potensi dan

  2

  keanekaragaman . Untuk mewujudkan pemberdayaan, kesejahteraan, dan kemandirian masyarakat perlu didukung oleh pengelolaan pembangunan yang partisipatif. Pada tatanan pemerintahan diperlukan perilaku pemerintahan yang jujur, 1 HAW. Widjaja, Pemerintahan Desa/Marga "Berdasarkan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 Tentang Pemerintahan Daerah"(Jakarta : PT RajaGrafindo Persada, 2003), h. 1. 2 HAW.Widjaja, Otonomi Desa (Jakarta : Rajawali pers, 2014), h.83.

  terbuka, bertanggung jawab, dan demokrasi, sedangkan pada tatanan masyarakat perlu dikembangkan mekanisme yang memberikan peluang peran serta masyarakat dalam proses pengambilan keputusan bagi kepentingan bersama.

  Pemberdayaan masyarakat merupakan suatu proses dimana masyarakat, khususnya mereka yang kurang memiliki akses ke sumber daya pembangunan, didorong untuk meningkatkan kemandiriannya didalam menngembangkan perikehidupan mereka. Pemberdayaan masyarakat juga merupakan proses siklus terus menerus, proses partisipasi di mana anggota masyarakat bekerja sama dalam kelompok formal maupun informal untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman serta

  3 berusaha mencapai tujuan bersama.

  Pemberdayaan masyarakat juga merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, melalui beberapa kegiatan antara lain peningkatan prakarsa dan swadaya masyarakat, perbaikan lingkungan dan perumahan, pengembangan usaha ekonomi, pengembangan lembaga keuangan, serta kegiatan-kegiatan yang dapat meningkatkan kemampuan masyarakat dalam

  4 menaikkan hasil produksinya.

  Agenda pemberdayaan masyarakat juga sesuai dengan yang dimaksud oleh Allah swt sebagaimana tercantum dalam QS Ali-Imran/ 3: 110 yang berbunyi sebagai berikut:

  3 Muh. Nur Akbar, Skripsi, "Analisis Peran Badan Pemberdayaan Masyarakat Desa di

Kabupaten Bulukumba", Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Hasanuddin Makassar, 2015,

h.19. 4 Chyntia P. Marentek, Pdf, "Peranan Pemerintah Desa Dalam Memberdayakan Masyarakat

Di Era Otonomi Daerah" (Suatu Studi di Desa Kali Oky Kec.Tombatu Kab.Minahasa Tenggara),h.1.

  ۡ=ُ?@ُA ِ[َ\ َن ۡ]َ^ۡ@َJَو ِفوُG ۡXَYۡOﭑ ِGَ_@ُYۡOٱ ِC َنوُGُHۡIَJ ِسLﱠ@NِO ۡPَQِG ۡRُأ ٍUﱠHُأ َGۡVَR ُ=ُھُGَm ۡAَأَو َن]ُ@ِH ۡaُYۡOٱ ُ=ُ^ۡ@ﱢH ۚ=ُ^ﱠO ا ٗGۡVَR َنLَ_َO ِhَٰ?ِ_ۡOٱ ِۗﱠcﭑ

  ُdۡھَأ َ[َHاَء ۡ]َOَو ِC َن]ُ@ِH ۡaُJَو ١١٠ َن]ُnِoَٰpۡOٱ

  Terjemahnya : Kamu (umat islam) adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia,(karena kamu) menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dariyang mungka, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli kitab beriman,tentulah itu lebih baik bagi mereka. Di antara mereka ada yang

  5 beriman, namun kebanyakan mereka adalah orang-orang fasik.

  Upaya-upaya pemberdayaan masyarakat berperan meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM) terutama dalam membentuk dan merubah perilaku masyarakat untuk mencapai taraf hidup yang lebih berkualitas. Pembentukan dan perubahan perilaku tersebut, baik dalam dimensi sektoral yakni dalam seluruh aspek atau sektor-sektor kehidupan manusia; dimensi kemasyarakatan yang meliputi jangkauan kesejahteraan dari materil hingga non materil; dimensi waktu dan kualitas yakni jangka pendek hingga jangka panjang dan peningkatan kemampuan dan kualitas untuk pelayanannya, serta dimensi sasaran yakni dapat menjangkau dari

  6 seluruh strata masyarakat .

  Ketidak berdayaan masyarakat termasuk masyarakat miskin, disebabkan masalah ekonomi dan juga disebabkan kurangnya akses masyarakat untuk:

  5 6 Departemen Agama RI. Al-Qur'an dan Terjemahannya Juz 1-30 (Surabaya: Mahkota), h. 80.

  Khaerana hijra, Skripsi, "Peranan Kepala Desa dalam Pemberdayaan Masyarakat di Desa

Tinggimae, Kecamatan Barombong, Kabupaten Gowa", Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas

Hasanuddin Makassar, 2012, h.3.

  1) Memperoleh berbagai pelayanan dalam peningkatan kemampuan dan keterampilan untuk mengembangkan usaha ekonomi produktif dalam meningkatkan pendapatannya. 2) Penyediaan sarana dan prasarana dan pendidikan baik formal maupun informal. 3) Berbagai informasi dan teknologi tepat guna yang dibutuhkan masyarakat serta pelayanan kesehatan masyarakat yang berkualitas.

  Kebijakan pemberdayaan masyarakat merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kebijakan Otonomi Daerah Kabupaten dan Kota. Pengembangan ekonomi masyarakat merupakan bagian dari pengembangan masyarakat, karena itu konsep pengembangan ekonomi masyarakat dengan konsep pengembangan masayarakat secara umum tidak jauh berbeda serta tidak terlepas dari konsep besar dari pengembangan masyarakat itu sendiri, yang meliputi ciri dan karakter pengembangan yang berdasarkan tiga hal utama yaitu berbasis masyarakat

  

(community based), berbasis sumber daya setempat (local resources based) dan

  7 berbasis kelanjutan (sustainable).

  Islam diakui adanya suatu tanggung jawab sosial , Al-Qur’an telah memberi petunjuk sebagaimana yang tertera dalam QS Al-Qasas/ 28: 77 yang berbunyi sebagai berikut:

  ۖLَVۡ…ﱡ•Oٱ

َ[ِH َyَƒVِ„َ… َ†@ َJ َ‚َو َۖةَGِRٓ ۡ•ٱَراﱠ•Oﭑُ^ﱠNOٱ

ٓLَYَA [ِo ۡˆَأَو

  َyٰzَJاَء ٓLَYVِ| ِxَ?ۡCٱَو ٧٧

  َدLَoَpۡOٱ ُﱠcٱ َ[َo ۡˆَأ َ[Žِ•ِoۡpُYۡOٱ ﱡhِ•ُŽ َ‚ َﱠcٱ ‹ِ| ﱠنِإ 7 ِۖض ۡرَ ۡ•ٱ ِxۡƒَJ َ‚َو َۖyۡVَOِإ

  Ismail Firdaus Dkk. Pengamalan Al-Quran tentang pemberdayaan dhuafa (Jakarta:Dakwah Press UIN syarif Hidayatullah, 2008), h. 45. Terjemahnya : Dan carilah (pahala) negeri akhirat dengan apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu, tetapi janganlah kamu lupakan bagianmu di dunia dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan jangnlah kamu berbuat kerusakan di bumi. Sungguh, Allah

  8 tidak menyukai orang yang berbuat kerusakan.

  Adapun Hadis yang menjelaskan tentang kepedulian sosial yang merujuk kepada pemberdayaan masyarakat :

  †p… : م.ص لL”:لL” .ع.ر ‘Cأ UَC ْGُA ْ[َ\ ُل ْ]•ر ةَGْŽَGُھ ْ[َ\ ٍ=NِoُH ِﷲ ْ[َH

  ْ[Hو ْGُA ُš@\ ‘َNَ\ َGﱠoŽ م ْ]Ž UَC ُﷲ َ†ﱠp… LَV…ﱡ•Oا ِU ِبَGُA ْ[ِH ِبَGA ْ[ِH َHَLVnOا

  ‘| ﱡ•Oا ‘| ن ْ]َ\ ُﷲ َG?َ• خ‚اوLَV…

  ُهG?• LًYِNْoُH ْ[Hَو ِةَر ِšْVَNَ\ ُﷲَGﱠoŽGoُH < > . ُ•ƒXOا ىر ھاور ن ْ]\

  ِšْVِRأ ‘ِ| ِ•ƒXOا َنLALَH

  Artinya : "Abu Hurairah berkata, Rasulullah saw. bersabda, Seorang muslim saudara terhadap muslim lainnya, tidak menganiaya dan tidak akan membiarkan saudaranya dianiaya. Barang siapa yang (memenuhi) kebutuhannya, dan barang siapa yang melapangkan kesusahan orang lain maka Allah akan melapangkan kesusahannya di hari kiamat, barang siapa yang menutupi aib orang muslim, maka Allah akan menutupi aibnya di hari kiamat." (HR Al-

  9 Bukhari)

  8 Departemen Agama RI. Al-Qur'an dan Terjemahannya Juz 1-30 (Surabaya: Mahkota), h.

  556. 9 Muhammad Ibnu Ismail Abu Abdillah Al-Bukhari Al-Ja'fi, Shahih Bukhari, Juz 3, (Cet 1 ; t.tp:Tug Al-Najah, 1422 H), h. 128.

  Pemerintah mulai melirik industri kreatif sebagai alternatif roda penggerak ekonomi yang akan terus berputar. Departemen Perdagangan menyebutkan industri kreatif adalah bagian tak terpisahkan dari ekonomi kreatif. Ekonomi kreatif dapat dikatakan sebagai sistem transaksi penawaran dan permintaan yang bersumber pada kegiatan ekonomi yang digerakkan oleh sektor industri yang disebut industri kreatif. Industri kreatif meliputi 16 subsektor, yaitu kuliner; arsitektur; disain produk; disain interior; disain grafis; film, animasi dan video; musik; fesyen; seni pertunjukan; games dan aplikasi; kriya; radio dan televisi; seni rupa; periklanan; fotografi; serta

  10 penerbitan.

  Pemerintah menyadari bahwa ekonomi kreatif yang berfokus pada penciptaan barang dan jasa dengan mengandalkan keahlian, bakat, dan kreativitas sebagai kekayaan intelektual adalah harapan bagi ekonomi Indonesia untuk bangkit, bersaing, dan meraih keunggulan dalam ekonomi global. Pengembangan ekonomi kreatif Indonesia merupakan wujud optimisme serta luapan aspirasi untuk mendukung mewujudkan visi Indonesia yaitu menjadi negara yang maju. Terbukti dengan dikeluarkannya Peraturan Presiden Republik Indonesia No.72 Tahun 2015 tentang

11 Badan Ekonomi Kreatif (BEK).

  Pemerintah Indonesia melihat bahwa berbagai subsektor dalam industri kreatif berpotensi untuk dikembangkan karena bangsa Indonesia mempunyai sumber daya insani kreatif dan warisan budaya yang kaya. Selain itu, industri kreatif juga dapat memberikan kontribusi di beberapa aspek kehidupan. Industri kreatif perlu dikembangkan di Indonesia karena memiliki peranan penting dalam pengembangan 10 Dani Danuar Tri U, Skripsi, "Pengembangan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM)

  

Berbasis Ekonomi Kreatif Di Kota Semarang", Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Diponegoro

Semerang, 2013, h. 3-4. 11 Peraturan Presiden Nomor 6 tahun 2015 Tentang Badan Ekonomi Kreatif.

  ekonomi negara dan daerah. Pertama, sektor industri kreatif memberikan kontribusi ekonomi yang signifikan seperti peningkatan lapangan pekerjaan, peningkatan ekspor, dan sumbangannya terhadap PDB. Kedua, menciptakan Iklim bisnis positif yang berdampak pada sektor lain. Ketiga, membangun citra dan identitas bangsa seperti turisme, ikon Nasional, membangun budaya, warisan budaya, dan nilai lokal. Keempat, berbasis kepada Sumber Daya yang terbarukan seperti ilmu pengetahuan dan peningkatan kreatifitas. Kelima, menciptakan inovasi dan kreativitas yang merupakan keunggulan kompetitif suatu bangsa. Terakhir, dapat memberikan dampak

  12 sosial yang positif seperti peningkatan kualitas hidup dan toleransi sosial.

  Salah satu daerah yang mengembangkan perekonomiannya dengan ekonomi kreatif adalah Kab. Bantaeng, dengan memanfaatkan sumber daya alam (SDA) di setiap desa. Misalnya, sabun cuci muka dari rumput laut yang dinamakan Dua Cantik di kemas seperti bungkus sabun pada umumnya yang di produksi di Pajjukukang Kab. Bantaeng, minuman sarabba bubuk yang dinamakan Sarabba’ Jagoan Jahe di kemas dalam kemasan aluminium foil standing pouch dan memiliki 3 macam rasa yang di produksi di Desa Tombolo Kec. Gantarangkeke Kab. Bantaeng. Kripik pisang yang dinamakan PH Banana Chips memiliki 4 macam rasa yang di produksi di Desa Kaloling Kec. Tompobulu Kab. Bantaeng. Jagung marning yang dinamakan Layoaku Marning memiliki 3 macam rasa dan di produksi di Desa Layoa Kec. GantarangKeke Kab. Bantaeng. Kripik bawang yang dinamakan Sipakalabbiri Kripik memiliki 6 macam rasa dan di produksi di Desa Tombolo Kec. Gantarang Keke Kab. Bantaeng. Krupuk Hidayah 99 memiliki 4 macam rasa yang di produksi di Desa 12 Dani Danuar Tri U, Skripsi, "Pengembangan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM)

  

Berbasis Ekonomi Kreatif Di Kota Semarang", Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Diponegoro

Semerang, 2013. h. 4-5.

  Bateballa Kec. Pa’jukukang Kab. Bantaeng. Abon Ikan dan Abon Ayam Aisyiah di produksi di jl. Monginsidi Kec. Bissappu Kab. Bantaeng. Bawang Goreng yang dinamakan Kires di produksi di Desa Bonto Lojong Kec. Ulu Ere Kab. Bantaeng. Kopi Karaeng yang di produksi di Desa Bonto Bajeng Kec. Tompobulu Kab. Bantaeng.

  Peran pemerintah dalam memberdayakan masyarakat industri berbasis ekonomi kreatif menjadi perhatian untuk dikaji berkenaan juga dengan prestasi- prestasi yang sudah diraih oleh Kabupaten Bantaeng. Pemerintah juga dituntut untuk membentuk dan mengubah pola pikir masyarakat agar mencapai taraf hidup yang lebih berkualitasyang bukan hanya terbarukan, tetapi juga tak terbatas yaitu ide, talenta, dan kreativitas.

  Berdasarkan uraian latar belakang diatas penulis tertarik melakukan penelitian terkait Peran Pemerintah dalam Pemberdayaan Masyarakat Industri Berbasis

  Ekonomi Kreatif di Kabupaten Bantaeng.

B. Rumusan Masalah

  Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat dirumuskan permasalahan yang menarik untuk dikaji dan dianalisis :

  1. Bagaimana Bentuk Upaya Pemerintah dalam Pemberdayaan Masyarakat Industri berbasis Ekonomi Kreatif di Kabupaten Bantaeng ?

  2. Faktor Pendorong dan Penghambat Pemerintah dalam Pemberdayaan Masyarakat Industri berbasis Ekonomi Kreatif di Kabupaten Bantaeng ?

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

  Pada dasarnya penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan dan memperoleh informasi yang akurat sesuai dengan permasalahan yang dirumuskan, adapun tujuan penelitian sebagai berikut :

  1. Tujuan Penelitian

  1) untuk mengetahui upaya pemerintah dalam pemberdayaan masyarakat industri berbasis ekonomi kreatif di kabupaten bantaeng. 2) untuk mengetahui faktor pendorong dan penghambat pemerintah dalam pemberdayaan masyarakat industri berbasis ekonomi kreatif di kabupaten bantaeng.

  2. Kegunaan/Manfaat Penelitian

  1) Manfaat teoritis

  a. Memberikan sumbangan pemikiran bagi pengembangan Ilmu Politik pada umumnya, khususnya mengenai peran pemerintah daerah dalam memberdayakan masyarakat industri berbasis ekonomi kreatif. Dapat bermanfaat juga selain sebagai informasi juga sebagai literatur b. atau bahan informasi ilmiah yang digunakan untuk mengembangkan teori yang sudah ada dalam bidang Ilmu Politik.

  2) Manfaat Praktis

  Sebagai suatu sarana untuk menambah wawasan bagi parapembaca a. mengenai penyelenggaraan pemerintahan daerah. Untuk memberikan tambahan pengetahuan bagi para pihak yang b. terkait dan sebagai bahan informasi dalam kaitannya dengan perimbangan yang menyangkut masalah ini.

D. Penelitian Terdahulu

  Tinjauan pustaka merupakan salah satu metode untuk melakukan penelitian dalam bentuk kepustaaan. Indikasinya melacak dan menelusuri literature yang memiliki subtansi kajian sebagaimana inti pembahasan dalam penelitian ini secara komprehensip.

  NO NAMA JUDUL METODE HASIL PENELITIAN

  1 Dani Danuar Pengembangan Kualitatif UMKM berbasis Tri U Usaha Mikro dengan Ekonomi Kreatif di Kota

  Kecil dan menggunakan Semarang belum dapat Menengah sumber data dijadikan sebagai

  (UMKM) primer dan penopang utama Berbasis sekunder perekonomian. Ekonomi Kreatif Permasalahan yang di Kota dihadapi antara lain

  Semarang permodalan, bahan baku dan faktor produksi, tenaga kerja, biaya transaksi, pemasaran, dan HAKI (Hak Atas

  13 13 Kekayaan Intelektual).

  Dani Danuar Tri U, Skripsi, "Pengembangan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM)

Berbasis Ekonomi Kreatif Di Kota Semarang", Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Diponegoro

Semerang, 2013, h. 84.

  2 Rosmawaty Peningkatan Survey Pemerintah Provinsi Sidauruk Peran Formatif Jawa Barat sudah

  Pemerintah membuat peraturan Daerah dalam daerah dan cetak biru

  Rangka ekonomi kreatif, namun Pengembangan masih ada permasalahan

  Ekonomi Kreatif yang dihadapi antara lain di Provinsi Jawa : Investasi dan Barat perlindungan HAKI, permodalan, dan daya dukung riset terhadap ekonomi kreatif masih

  14 kurang.

  3 Suryana Strategi Survei, Industri kerajinan di Peningkatan Pengamatan Kabupaten Bandung, Kompetensi menggunakan dilihat dari beberapa

  Sumberdaya cakupan waktu aspek memiliki Manusia Pada “one shoot” / kompetensi yang cukup

  Industri Kreatif cross sectional. tinggi, seperti terlihat Berbasis Bahan Analisis data pada aspek motivasi,

  Baku Lokal dilakukan ketersediaan tenaga Sebagai Upaya secara kerja, dan kemampuan 14 Peningkatan deskriptif. pengelolaan bahan baik.

  Rosmawaty Sidauruk, Jurnal, "Peningkatan Peran Pemerintah Daerah dalam Rangka Pengembangan Ekonomi Kreatif di Provinsi Jawa Barat", Edisi September, 2013, h. 156.

  Daya Saing Penarikan Namun ada beberapa Industri (kajian sampel kendala, diantaranya pada industri dilakukan kreatifitas dan inovatif, kerajinan di dengan metode pengembangan yang

  Kab. Bandung) purposive berkelanjutan sampling. (countinuous improvement), minimnya informasi pemasaran, mekanisme peminjaman/kredit yang masih sulit, bantuan dalam pemasaran dan informasi teknologi serta manajemen pelatihan.

  Strategi peningkatan kompetensi akan melibatkan tiga pihak yaitu : pemerintah, perguruan tinggi, dan

  15 bisnis.

  4 Bagus Strategi Peneliti Pemberdayaan 15 Udiansyah Pemberdayaan menggunakan masyarakat pada

  Suryana, Rofi Rofaida, Pdf, "Strategi Peningkatan Kompetensi Sumberdaya Manusia Pada

Industri Kreatif Berbasis Bahan Baku Lokal Sebagai Upaya Peningkatan Daya Saing Industri (kajian pada industri kerajinan di Kab. Bandung)", h. 23. Permana, dkk Masyarakat desain pengembangan kerajinan Melalui Inovasi pengamatan ATBM di Kecamatan

  Ekonomi Kreatif deskriptif Purwosari dilakukan Dalam Kualitatif. dengan mengoptimalkan

  Penanggulangan Pendekatan sumber daya manusia Kemiskinan penelitian yang khususnya masyarakat

  (Studi Kasus digunakan miskin yang tidak Industri adalah studi mempunyai pekerjaan

  Kerajinan Alat kasus. Metode melalui pembinaan Tenun Bukan penelitian yang keterampilan dan

  Mesin di digunakan pelatihan secara turun Kecamatan yaitu temurun baik pembinaan

  Purwosari wawancara, dari masyarakat itu Kabupaten pengamatan sendiri maupun dari

  Pasuruan) (observasi), pihak pemerintah dan dan dunia usaha/bisnis. dokumentasi. Pendekatan dan strategi pemberdayaan yang tepat pada pengembangan inovasi kerajinan ATBM yaitu dengan 5P

  (pemungkinan, penguatan, perlindungan, penyokongan, dan pemeliharaan). Karena strategi tersebut dapat mencakup semua lini ekonomi kreatif pada

  16 kerajinan ATBM.

  5 Nurul Jannah Peran deskriptif peran Pemerintah Pemerintah kualitatif yang Kabupaten Bantul

  Kabupaten dilakukan sebagai pendamping Bantul Dalam secara dalam peningkatan

  Pemberdayaan langsung ekonomi anggota Masyarakat terhadap obyek kelompok Ternak

  Melalui yang diteliti Kambing Gilang Mulyo Program untuk adalah terdapat tiga

  Community mendapatkan peran dalam peningkatan Development data-data yang ekonomi pertama, peran

  Mengentaskan dibutuhkan pendamping sebagai Kemiskinan dan berkaitan motivator yang

  Pada Kelompok dengan memberikan semangat Ternak rumusan kepada anggota

  Kambing di masalah. kelompok Ternak 16 Kampung Pengumpulan Kambing Gilang Mulyo

  Bagus Udiansyah Permana, dkk, Jurnal, "Strategi Pemberdayaan Masyarakat Melalui

Inovasi Ekonomi Kreatif Dalam Penanggulangan Kemiskinan (Studi Kasus Industri Kerajinan Alat

Tenun Bukan Mesin di Kecamatan Purwosari Kabupaten Pasuruan)", Vol. 17, No. 4 (2014), h. 253

  Bumen Wetan, data dilakukan agar terus bersemangat.

  Dusun Gilang, dengan Kedua, peran Bantul, menggunakan pendamping sebagai

  Yogyakarta. metode komunikator yang wawancara, memberikan arahan yang observasi, dan jelas, pengantar inspirasi dokumentasi. dari dinas terkait. Ketiga,

  Analisis data peran pendamping menggunakan sebagai fasilitator yang deskriptif memberikan fasilitas kualitatif. untuk kebutuhan yang dibutuhkan kelompok

  Ternak Kambing Gilang Mulyo. Sedangkan dampak dari peningkatan perekonomian adalah meningkatkan kuantitas dan kualitas kambing yang lebih produktif, partisipasi anggota kelompok, dan peningkatan ekonomi yang dimiliki anggota kelompok Ternak

  Kambing Gilang

  17 Mulyo.

  6 Rahmi Peran Kualitatif Pemerintah sangat Pemerintah deskriptif mendukung usaha-usaha Dalam kreatif masyarakat.

  Pemberdayaan Pemerintah terus Masyarakat melakukan berbagai

  Industri upaya untuk Berbasis mengembangkan usaha

  Ekonomi Kreatif kreatif masyarakat Sektor Kuliner di Kabupaten

  Bantaeng

17 Nurul Jannah, Skripsi, "Peran Pemerintah Kabupaten Bantul Dalam Pemberdayaan

  

Masyarakat Melalui Program Community Development Mengentaskan Kemiskinan Pada Kelompok

Ternak Kambing di Kampung Bumen Wetan, Dusun Gilang, Bantul, Yogyakarta", Fakultas Dakwah

Dan Komunikasi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2015, h. 87.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Teori A. Wiliam Wiersma menyatakan bahwa : A theory is a generalisation or series of

  

generalization by which we attempt to explain some phenomena in a systematic

manner. Teori adalah generalisasi atau kumpulan generalisasi yang dapat digunakan

18 untuk menjelaskan berbagai fenomena secara sistematik.

1. Teori Peran

  Menurut Soerjono Soekanto dalam buku Sosiologi Suatu Pengantar mengatakan bahwa Peranan merupakan aspek dinamis kedudukan. Apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya maka dia menjalankan suatu peranan. Peranan mencakup 3 hal, yaitu :

  1) Peranan meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau tempat seseorang dalam masyarakat. 2) Peranan adalah suatu konsep tentang apa yang dapat dilakukan oleh individu dalam masyarakat sebagai organisasi. 3) Peranan juga dapat dikatakan sebagai perilaku individu yang penting bagi

  19 struktur sosial masyarakat.

  Peranan merupakan aspek yang dinamis dari kedudukan (status). Apabila seseorang melaksanakan hak-hak dan kewajiban- kewajibannya sesuai dengan 18 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D (Bandung: Alfabeta,cv, 2016), h. 52. 19 Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar (Jakarta : PT. Raja Grapindo Pwersada, 2003), h. 217.

  kedudukannya maka dia menjalankan suatu peranan. Pembedaan antara kedudukan dari peranan adalah suatu kepentingan ilmu pengetahuan keduanya tak dapat dipisah-pisahkan, oleh karena yang satu tergantung pada yang lain dan sebaliknya juga demikian tak ada peranan tanpa kedudukan atau kedudukan tanpa peranan. Sebagaimana halnya dengan kedudukan atau kedudukan tanpa peranan. Sebagaimana

  20 halnya dengan kedudukan, peranan juga mempunyai dua arti.

  Peranan yang melekat pada diri seseorang, harus dibedakan dengan posisi atau tempatnya dalam pergaulan kemasyarakatan. Posisi atau tempat seseorang dalam masyarakat (yaitu sosial position) merupakan unsur yang statis yang menunjukkan tempat individu dalam organisasi masyarakat. Peranan lebih banyak menunjuk pada fungsi, penyesuaian diri dan sebagai suatu proses. Dapat disimpulkan bahwa setiap orang menduduki suatu posisi atau tempat dalam masyarakat serta

  21 menjalankan suatu peranan.

  Menurut Horton dan Hunt peran adalah perilaku yang diharapkan dari seseorang yang memiliki suatu status. Berbagai peran yang tergabung dan terkait pada satu status ini oleh Merton dinamakan perangkat peran. Dalam kerangka besar, organisasi masyarakat, atau yang disebut sebagai struktur sosial, ditentukan oleh hakekat dari peran-peran ini, hubungan antara peran-peran tersebut, serta distribusi sumberdaya yang langka di antara orang-orang yang memainkannya. Masyarakat yang berbeda merumuskan, mengorganisasikan, dan memberi imbalan (reward) terhadap aktivitas- aktivitas mereka dengan cara yang berbeda, sehingga setiap masyarakat memiliki struktur sosial yang berbeda pula. Bila yang diartikan dengan peran adalah perilaku yang diharapkan dari seseorang dalam suatu status 20 21 Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar , cet.7 (Jakarta: Rajawali, 1986), h. 220.

  Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar , h. 221. tertentu, maka perilaku peran adalah perilaku yang sesungguhnya dari orang yang melakukan peran tersebut. Perilaku peran mungkin berbeda dari perilaku yang diharapkan karena beberapa alasan. Teori Peran memberikan dua harapan Pertama Harapan-harapan dari masyarakat terhadap pemegang peran. Kedua Harapan-harapan yang dimiliki oleh pemegang peran terhadap orang lain yang mempunyai relasi

  

22

  dengannya dalam menjalankan perannya. Teori peran memberikan dua harapan dan saling berhungan untuk mendapatkan reward atau imbalan.

  Pengertian dari Paul B. Horton, Chester L. Hunt dalam buku yang berjudul

  

Sosiologi mengatakan bahwa Peran adalah perilaku yang diharapkan dari seseorang

  23 yang menduduki suatu status tertentu.

  Menurut Paulus Wirutomo dalam buku Pokok-Pokok Pikiran Dalam Sosiologi

  

David Berry mangatakan bahwa, Peranan sebagai seperangkat harapan-harapan yang

  dikenakan pada individu yang menempati kedudukan sosial tertentu. Dalam pandangan ini, peranan-peranan dalam pekerjaan, keluarga, kekuasaan dan peranan-

  24 peranan lain, yang diciptakan oleh masyarakat bagi manusia.

2. Kebijakan Publik

  Thomas R. Dye memberikan pengertian dasar mengenai kebijakan publik sebagai apa yang tidak dilakukan maupun yang dilakukan oleh pemerintah. Sedangkan Easton memberikan pengertian kebijakan Publik sebagai pengalokasian nilai-nilai kekuasaan untuk seluruh masyarakat yang keberadaannnya mengikat, 22 23 David Berry, Pokok-Pokok Pikiran dalam Sosiologi (Jakarta:Rajawali, 1981), h. 41. 24 Paul B. Horton, Chester L. Hunt, Sosiologi (Jakarta: Penerbit Erlangga,1984), h. 143.

  Paulus Wirutomo, Pokok-Pokok Pikiran dalam Sosiologi David Berry (Jakarta: PT. Raja Geravindo Persada, 2003), h. 105-108. sehingga cukup pemerintah yang dapat melakukan sesuatu tindakan kepada masyarakat dan tindakan tersebut merupakan bentuk dari sesuatu yang dipilih oleh pemerintah yang merupakan bentuk dari pengalokasian nilai-nilai kepada

  25 masyarakat.

  Menurut Woll, Kebijakan Publik adalah sejumlah aktivitas pemerintah untuk memecahkan masalah di masyarakat baik secara langsung maupun melalui berbagai lembaga yang mempengaruhi kehidupan masyarakat. Sedangkan James E. Anderson memberikan definisi kebijakan Publik sebagai kebijakan-kebijakan yang dibangun oleh badan-badan dan pejabat-pejabat pemerintah, dimana implikasi dari kebijakan itu adalah : 1) kebijakan Publik selalu memPunyai tujuan tertentu atau memPunyai tindakan-tindakan yang berorientasi pada tujuan; 2) kebijakan Publik berisi tindakan pemerintah; 3) kebijakan Publik merupakan apa yang benar-benar dilakukan oleh pemerintah, jadi bukan merupakan apa yang masih dimaksudkan untuk dilakukan; 4) kebijakan Publik yang diambil bisa bersifat positif dalam arti merupakan tindakan pemerintah mengenai segala sesuatu masalah tertentu atau bersifat negatif dalam arti merupakan keputusan pemerintah untuk tidak melakukan sesuatu; 5) kebijakan pemerintah setidak-tidaknya dalam arti yang positif didasarkan pada peraturan

  26 perundangan yang bersifat mengikat dan memaksa.

  Adapun proses kebijakan Publik menurut James E. Anderson adalah sebagai berikut :

  1. Identifikasi Masalah dan Agenda Setting 25 Hessel Nogi Tangkilisan, Kebijakan Publik Yang Membumi (Lukman Offset, Yogyakarta: 2003) ,h. 2. 26 Hessel Nogi Tangkilisan,Kebijakan Publik Yang Membumi, h. 2.

  Fokus pada tahap ini adalah bagaimana masalah-masalah bisa di jadikan sebagai kebijakan Publik yang di spesifikasikan dan di identifikasikan. Mengapa hanya beberapa masalah dari semua yang ada, yang dapat menerima pertimbangan oleh pembuat kebijakan yang membutuhkan sebuah pemeriksaan dari agenda setting. Hal ini mengenai bagaimana badan-badan pemerintah memutuskan masalah apa yang layak. Apakah sebuah kebijakan Publik, mengapa hanya beberapa ? Keadaan atau persoalan apa yang bisa menjadi masalah Publik ? Bagaimana masalah bisa menjadi agenda pemerintahan ? Mengaapa beberapa masalah tidak berhasil menjadi agenda kebijakan ?

  2. Formulasi Hal ini meliputi berbagai macam tindakan berupa pembuatan dan pengidentifikasian, seringkali disebut pilihan untuk memecahkan atau memperbaiki masalah Publik. Siapa yang ikut serta dalam perumusan kebijakan ? Bagiamana pilihan untuk menghadapi sebuah masalah pembangunan? Adakah kesulitan dan penyimpangan dalam usulan perumusan kebijakan ?

  3. Adopsi Tahap ini tentang memutuskan pilihan yang dimaksud, termasuk tidak mengambil tindakan yang digunakan untuk mengatasi masalah. Di Badan

  Legislatif Amerika fungsi ini dilakukan oleh sebagian besar/ kaum mayoritas. Bagaimana sebuah kebijakan diadopsi atau ditetapkan ? Apa saja persyaratan yang harus dipenuhi ? Apa isi dari kebijakan yang ditetapkan ?

  4. Implementasi/ Pelaksanaan Pada tahap ini, perhatiannya pada apa yang terselesaikan untuk melaksanakan atau menerapkan kebijakan yang telah ditetapkan. Seringkali pembangunan lebih lanjut atau pengembangan kebijakan akan menjadi bagian dari pelaksanaan mereka. Siapa yang dilibatkan ? Apakah sesuatu hal sudah terlaksana sesuai kebijakan yang diselenggarakan atau ditetapkan ? Bagiamana bentuk bantuan pelaksanaan atau menentukan isi dari kebijakan ?

5. Evaluasi

  Kegiatan ini memerlukan maksud untuk menentukan apakah sebuah kebijakan terpenuhi, apakah kebijakan tersebut memiliki akibat yang lain ? Siapakah yang dilibatkan ? Siapakah yang diuntungkan dan dirugikan oleh kebijakan ? Apakah akibat dari evaluasi kebijakan ? Apakah ada permintaan untuk perubahan atau pencabutan kebijakan ? Apakah terdapat permasalahan baru yang teridentifikasikan ? Apakah proses kebijakan diulangi kembali karena

  27

  evaluasi ?

3. Pemberdayaan Masyarakat

  Secara konseptual, pemberdayaan atau pemberkuasaan (empowerment), berasal dari kata 'power' (kekuasaan atau keberdayaan). Karenanya, ide utama

  28 pemberdayaan bersentuhan dengan konsep mengenai kekuasaan.

  Pemberdayaan adalah sebuah proses dan tujuan. Sebagai proses, pemberdayaan adalah serangkaian kegiatan untuk memperkuat kekuasaan atau keberdayaan kelompok lemah dalam masyarakat, termasuk individu-individu yang mengalami masalah kemiskinan. Sebagai tujuan, maka pemberdayaan menunjuk pada 27 James E. Anderson, Public Policymaking-Sixth Edition, (Houghton Mifflin Company, Boston. 2006), H. 3-4. 28 Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat, (Bandung: PT. Refika Aditama, 2005), h. 57.

  keadaan atau hasil yang ingin dicapai oleh sebuah perubahan sosial; yaitu masyarakat yang berdaya, memiliki kekuasaan atau mempunyai pengetahuan dan kemampuan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya baik yang bersifat fisik, ekonomi, maupun sosial seperti memiliki kepercayaan diri, mampu menyampaikan aspirasi, mempunyai mata pencaharian, berpartisipasi dalam kegiatan sosial, dan mandiri dalam

  29 melaksanakan tugas-tugas kehidupanya.

  Parsons et.al. menyatakan bahwa proses pemberdayaan umumnya dilakukan secara kolektif. Menurutnya, tidak ada literatur yang menyatakan bahwa proses pemberdayaan terjadi dalam relasi satu-lawan-satu antara pekerja sosial dan klien dalam setting pertolongan perseorangan. Meskipun pemberdayaan seperti ini dapat meningkatkan rasa percaya diri dan kemampuan diri klien, hal ini bukanlah strategi utama pemberdayaan. Dalam konteks pekerjaan sosial, pemberdayaan dapat dilakukan melalui tiga aras atau matra pemberdayaan (empowerment setting):

  30 mikro,mezzo,dan makro.

  1. Aras Mikro. Pemberdayaan dilakukan terhadap klien secara individu melalui bimbingan, konseling, stress management, crisis intervention. Tujuan utamanya adalah membimbing atau melatih klien dalam menjalankan tugas-tugas kehidupannya. Model ini sering disebut sebagai pendekatan yang berpusat pada tugas (task centered approach).