Arahan kebijakan pengembangan permukiman mengacu pada amanat peraturan perundangan, antara lain:

Bab 7 RENCANA PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR CIPTA KARYA

7.1. SEKTOR PENGEMBANGAN KAWASAN PERMUKIMAN

  Berdasarkan UU No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman, permukiman didefinisikan sebagai bagian dari lingkungan hunian yang terdiri atas lebih dari satu satuan perumahan yang mempunyai prasarana, sarana, utilitas umum, serta mempunyai penunjang kegiatan fungsi lain di kawasan perkotaan atau perdesaan. Kegiatan pengembangan permukiman terdiri dari pengembangan permukiman kawasan perkotaan dan kawasan perdesaan. Pengembangan permukiman kawasan perkotaan terdiri dari pengembangan kawasan permukiman baru dan peningkatan kualitas permukiman kumuh, sedangkan untuk pengembangan kawasan perdesaan terdiri dari pengembangan kawasan permukiman perdesaan, kawasan pusat pertumbuhan, serta desa tertinggal.

  Arahan kebijakan pengembangan permukiman mengacu pada amanat peraturan perundangan, antara lain:

  1. Undang-Undang No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN).

  Arahan RPJMN Tahap 3 (2015-2019) menyatakan bahwa pemenuhan kebutuhan hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana pendukung bagi seluruh masyarakat terus meningkat, sehingga kondisi tersebut mendorong terwujudnya kota tanpa permukiman kumuh pada awal tahapan RPJMN berikutnya.

  2. Undang-Undang No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman.

  Pasal 4 mengamanatkan bahwa ruang lingkup penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman juga mencakup penyelenggaraan perumahan (butir c), penyelenggaraan kawasan permukiman (butir d), pemeliharaan dan perbaikan (butir e), serta pencegahan dan peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan permukiman kumuh (butir f).

  3. Undang-Undang No. 20 Tahun 2011 tentang Rumah Susun.

  Pasal 15 mengamanatkan bahwa pembangunan rumah susun umum, rumah susun khusus, dan rumah susun negara merupakan tanggung jawab pemerintah.

  4. Peraturan Presiden No. 15 Tahun 2010 tentang Percepatan Penanggulangan Kemiskinan.

  Peraturan ini menetapkan salah satunya terkait dengan penanggulangan kemiskinan yang diimplementasikan dengan penanggulangan kawasan kumuh.

5. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 14/PRT/M/2010 tentang

  

Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Tata

Ruang.

  Peraturan ini menetapkan target berkurangnya luas permukiman kumuh di kawasan perkotaan sebesar 10% pada tahun 2014.

  Mengacu pada Permen PU No. 08/PRT/M/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pekerjaan Umum maka Direktorat Pengembangan Permukiman mempunyai tugas di bidang perumusan dan pelaksanaan kebijakan, pembinaan teknik dan pengawasan teknik, serta standardisasi teknis dibidang pengembangan permukiman. Adapun fungsi Direktorat Pengembangan Permukiman adalah:

  a. Penyusunan kebijakan teknis dan strategi pengembangan permukiman di perkotaan dan perdesaan; b. Pembinaan teknik, pengawasan teknik dan fasilitasi pengembangan kawasan permukiman baru di perkotaan dan pengembangan kawasan perdesaan potensial;

  c. Pembinaan teknik, pengawasan teknik dan fasilitasi peningkatan kualitas permukiman kumuh termasuk peremajaan kawasan dan pembangunan rumah susun sederhana;

  d. Pembinaan teknik, pengawasan teknik dan fasilitasi peningkatan kualitas permukiman di kawasan tertinggal, terpencil, daerah perbatasan dan pulau- pulau kecil termasuk penanggulangan bencana alam dan kerusuhan sosial; e. Penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria, serta pembinaan kelembagaan dan peran serta masyarakat di bidang pengembangan permukiman; f. Pelaksanaan tata usaha Direktorat.

7.1.1 Isu Strategis, Kondisi Eksisting, Permasalahan, dan Tantangan

A. Isu Strategis Pengembangan Permukiman

  Berbagai isu strategis nasional yang berpengaruh terhadap pengembangan permukiman saat ini adalah: Mengimplementasikan konsepsi pembangunan berkelanjutan serta mitigasi dan adaptasi terhadap perubahan iklim; Percepatan pencapaian target MDGs 2020 yaitu penurunan proporsi rumah tangga kumuh perkotaan; Perlunya dukungan terhadap pelaksanaan Program-Program Direktif Presiden yang tertuang dalam MP3EI dan MP3KI.

  Meminimalisir penyebab dan dampak bencana sekecil mungkin. Meningkatnya urbanisasi yang berimplikasi terhadap proporsi penduduk perkotaan yang bertambah, tingginya kemiskinan penduduk perkotaan, dan bertambahnya kawasan kumuh. Belum optimalnya pemanfaatan Infrastruktur Permukiman yang sudah dibangun.

  Perlunya kerjasama lintas sektor untuk mendukung sinergitas dalam pengembangan kawasan permukiman.

  Belum optimalnya peran pemerintah daerah dalam mendukung pembangunan permukiman. Ditopang oleh belum optimalnya kapasitas kelembagaan dan kualitas sumber daya manusia serta perangkat organisasi penyelenggara dalam memenuhi standar pelayanan minimal di bidang pembangunan perumahan dan permukiman.

  Tabel 7.1 Isu-Isu Strategis Sektor Pengembangan Kawasan

  Permukiman Kabupaten Deiyai

  No Isus Strategis Keterangan

  Kecenderungan pembangunan yang tidak 1 terkontrol di sepanjang Danau yang berpotensi Urgensi Tinggi merusak kestabilan Danau.

  2 Minimnya cakupan dan kualitas infrastruktur Urgensi Tinggi permukiman Lemahnya keterpaduan pembangunan 3 infrastruktur permukiman, baik dalam skala kota Urgensi Tinggi maupun kawasan Menurunnya kualitas permukiman pada kawasan

  4 Urgensi Tinggi tidak layak huni/kumuh

B. Kondisi Eksisting Pengembangan Permukiman

  Kawasan permukiman adalah kawasan yang memenuhi kriteria budidaya cocok untuk areal permukiman serta secara mikro mempunyai kelerengan antara 0 – 25% dan berada di kawasan APL (areal penggunaan lainnya). Kondisi eksisting pengembangan permukiman terkait dengan capaian suatu kota/kabupaten dalam menyediakan kawasan permukiman yang layak huni. Terlebih dahulu perlu diketahui peraturan perundangan di tingkat kabupaten/kota (meliputi peraturan daerah, peraturan gubernur, peraturan walikota/bupati, maupun peraturan lainya) yang mendukung seluruh tahapan proses perencanaan, pembangunan, dan pemanfaatan pembangunan permukiman.

  Selain itu data yang dibutuhkan untuk kondisi eksisting adalah mengenai kawasan kumuh, jumlah RSH terbangun, dan Rusunawa terbangun di perkotaan, maupun dukungan infrastruktur dalam program- program perdesaan seperti PISEW (RISE), PPIP, serta kawasan potensial, rawan bencana, perbatasan, dan pulau terpencil. Data yang dibutuhkan adalah data untuk kondisi eksisting lima tahun terakhir.

C. Permasalahan dan Tantangan Pengembangan Permukiman

  Permasalahan dan tantangan pengembangan permukiman pada tingkat nasional antara lain:

  Permasalahan pengembangan permukiman diantaranya:

  1. Masih luasnya kawasan kumuh sebagai permukiman tidak layak huni sehingga dapat menyebabkan terjadinya degradasi lingkungan, dan pelayanan infrastruktur yang masih terbatas.

  2. Masih terbatasnya prasarana sarana dasar pada daerah tertinggal, pulau kecil, daerah terpencil, dan kawasan perbatasan.

  3. Belum berkembangnya Kawasan Perdesaan Potensial.

  Tantangan pengembangan permukiman diantaranya:

  1. Percepatan peningkatan pelayanan kepada masyarakat

  2. Pencapaian target/sasaran pembangunan dalam Rencana Strategis Ditjen Cipta Karya sektor Pengembangan Permukiman.

  3. Pencapaian target MDG’s 2015, termasuk didalamnya pencapaian

  Program- Program Pro Rakyat (Direktif Presiden)

  4. Perhatian pemerintah daerah terhadap pembangunan bidang Cipta Karya khususnya kegiatan Pengembangan Permukiman yang masih rendah

  5. Memberikan pemahaman kepada pemerintah daerah bahwa pembangunan infrastruktur permukiman yang saat ini sudah menjadi tugas pemerintah daerah provinsi dan kabupaten/kota.

  6. Penguatan Sinergi RP2KP/RTBL KSK dalam Penyusunan RPI2JM bidang Cipta Karya pada Kabupaten/Kota.

  Sebagaimana isu strategis, di masing-masing kabupaten/kota terdapat permasalahan dan tantangan pengembangan yang bersifat lokal dan spesifik serta belum tentu djumpai di kabupaten/kota lain. Penjabaran permasalahan dan tantangan pengembangan permukiman yang bersifat lokal perlu dijabarkan sebagai informasi awal dalam perencanaan. Tujuannya adalah untuk mengidentifikasi permasalahan dan tantangan pengembangan permukiman di Kabupaten/Kota yang bersangkutan serta merumuskan alternatif pemecahan dan rekomendasi dari permasalahan dan tantangan pengembangan permukiman yang ada di wilayah Kabupaten/Kota bersangkutan.

7.1.2 Sasaran Program

  Kegiatan pengembangan permukiman terdiri dari pengembangan permukiman kawasan perkotaan dan kawasan perdesaan. Pengembangan permukiman kawasan perkotaan terdiri dari:

  1) Pengembangan kawasan permukiman baru dalam bentuk pembangunan Rusunawa serta 2) Peningkatan kualitas permukiman kumuh dan RSH. Sedangkan untuk pengembangan kawasan perdesaan terdiri dari: 1) pengembangan kawasan permukiman perdesaan untuk kawasan potensial (Agropolitan dan Minapolitan), rawan bencana, serta perbatasan dan pulau kecil

  2) pengembangan kawasan pusat pertumbuhan dengan program PISEW (RISE), 3) desa tertinggal dengan program RIS PNPM.

  Selain kegiatan fisik di atas program/kegiatan pengembangan permukiman dapat berupa kegiatan non-fisik seperti penyusunan RP2KP dan RTBL KSK ataupun review bilamana diperlukan. Pengembangan Kawasan Permukiman Perkotaan

  Infrastruktur kawasan permukiman kumuh Infrastruktur permukiman RSH Rusunawa beserta infrastruktur pendukungnya

  Pengembangan Kawasan Permukiman Perdesaan Infrastruktur kawasan permukiman perdesaan potensial

  (Agropolitan/Minapolitan) Infrastruktur kawasan permukiman rawan bencana Infrastruktur kawasan permukiman perbatasan dan pulau kecil Infrastruktur pendukung kegiatan ekonomi dan sosial (PISEW) Infrastruktur perdesaan RIS PNPM

  Adapun alur fungsi dan program pengembangan permukiman tergambar dalam Gambar 7.1.

  Gambar 7.1 Alur Program Pengembangan Permukiman

  Kriteria Kesiapan (Readiness Criteria) Dalam pengembangan permukiman terdapat kriteria yang menentukan, yang terdiri dari kriteria umum dan khusus, sebagai berikut.

  1. Umum Ada rencana kegiatan rinci yang diuraikan secara jelas.

  Indikator kinerja sesuai dengan yang ditetapkan dalam Renstra. Kesiapan lahan (sudah tersedia).

  Sudah tersedia DED. Tersedia Dokumen Perencanaan Berbasis Kawasan (RP2KP, RTBL KSK, Masterplan. Agropolitan & Minapolitan, dan KSK) Tersedia Dana Daerah untuk Urusan Bersama (DDUB) dan dana daerah untuk pembiayaan komponen kegiatan sehingga sistem bisa berfungsi Ada unit pelaksana kegiatan.

  Ada lembaga pengelola pasca konstruksi.

  2. Khusus Rusunawa

  Kesediaan Pemda utk penandatanganan MoA Dalam Rangka penanganan Kws. Kumuh Kesanggupan Pemda menyediakan Sambungan Listrik, Air Minum, dan PSD lainnya Ada calon penghuni

  RIS PNPM Sudah ada kesepakatan dengan Menkokesra.

  Desa di kecamatan yang tidak ditangani PNPM Inti lainnya. Tingkat kemiskinan desa >25%. Bupati menyanggupi mengikuti pedoman dan menyediakan BOP minimal 5% dari BLM.

  PISEW Berbasis pengembangan wilayah Pembangunan infrastruktur dasar perdesaan yang mendukung (i) transportasi, (ii) produksi pertanian, (iii) pemasaran pertanian, (iv) air bersih dan sanitasi, (v) pendidikan, serta (vi) kesehatan Mendukung komoditas unggulan kawasan Selain kriteria kesiapan seperti di atas terdapat beberapa kriteria yang harus diperhatikan dalam pengusulan kegiatan pengembangan permukiman seperti untuk penanganan kawasan kumuh di perkotaan. Mengacu pada UU No. 1/2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman, permukiman kumuh memiliki ciri (1) ketidakteraturan dan kepadatan bangunan yang tinggi, (2) ketidaklengkapan prasarana, sarana, dan utilitas umum, (3) penurunan kualitas rumah, perumahan, dan permukiman, serta prasarana, sarana dan utilitas umum, serta (4) pembangunan rumah, perumahan, dan permukiman yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang wilayah. Lebih lanjut kriteria tersebut diturunkan ke dalam kriteria yang selama ini diacu oleh Ditjen. Cipta Karya meliputi sebagai berikut:

  1. Vitalitas Non Ekonomi

  a. Kesesuaian pemanfaatan ruang kawasan dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Kota atau RDTK, dipandang perlu sebagai legalitas kawasan dalam ruang kota.

  b. Fisik bangunan perumahan permukiman dalam kawasan kumuh memiliki indikasi terhadap penanganan kawasan permukiman kumuh dalam hal kelayakan suatu hunian berdasarkan intensitas bangunan yang terdapat didalamnya.

  c. Kondisi Kependudukan dalam kawasan permukiman kumuh yang dinilai, mempunyai indikasi terhadap penanganan kawasan permukiman kumuh berdasarkan kerapatan dan kepadatan penduduk.

  2. Vitalitas Ekonomi Kawasan

  a. Tingkat kepentingan kawasan dalam letak kedudukannya pada wilayah kota, apakah apakah kawasan itu strategis atau kurang strategis.

  b. Fungsi kawasan dalam peruntukan ruang kota, dimana keterkaitan dengan faktor ekonomi memberikan ketertarikan pada investor untuk dapat menangani kawasan kumuh yang ada. Kawasan yang termasuk dalam kelompok ini adalah pusat-pusat aktivitas bisnis dan perdagangan seperti pasar, terminal/stasiun, pertokoan, atau fungsi lainnya.

  c. Jarak jangkau kawasan terhadap tempat mata pencaharian penduduk kawasan permukiman kumuh

  3. Status Kepemilikan Tanah a. Status pemilikan lahan kawasan perumahan permukiman.

  b. Status sertifikat tanah yang ada.

  4. Keadaan Prasarana dan Sarana: Kondisi Jalan, Drainase, Air bersih, dan Air limbah

  5. Komitmen Pemerintah Kabupaten/Kota

  a. Keinginan pemerintah untuk penyelenggaraan penanganan kawasan kumuh dengan indikasi penyediaan dana dan mekanisme kelembagaan penanganannya. b. Ketersediaan perangkat dalam penanganan, seperti halnya rencana penanganan (grand scenario) kawasan, rencana induk (master plan) kawasan dan lainnya.

Tabel 7.2 Sasaran Program

  Sektor Pengembangan Kawasan Permukiman

  TOTAL SASARAN PROGRAM (Ha) URAIAN NO SASARAN

KET LUAS PROGRAM 2017 2018 2019 2020 2021 KAWASAN

  Kawasan Belum

  I Kumuh -

  • memiki SK - - - - Perkotaan

  Kumuh Kawasan

  Kawasan

  II Permukiman 403,795 Ha 59,999 59,999 59,999 59,999 59,999 Perdesaan

  Perdesaan Kawasan Permukiman Khusus (Permukiman

  Rawan

  III Nelayan, 103,800 Ha 20,760 20,760 20,760 20,760 20,760 Bencana

  Perbatasan, Pulau Kecil, Rawan Bencana dsb)

7.1.3 Usulan Kebutuhan Program

  Setelah melalui tahapan analisis kebutuhan untuk mengisi kesenjangan antara kondisi eksisting dengan kebutuhan maka perlu disusun usulan program dan kegiatan. Namun usulan program dan kegiatan terbatasi oleh waktu dan kemampuan pendanaan pemerintah kabupaten/kota. Sehingga untuk jangka waktu perencanaan lima tahun dalam RPIJM dibutuhkan suatu kriteria untuk menentukan prioritas dari tahun pertama hingga kelima.

Tabel 7.3 Usulan Kebutuhan Program

  Sektor Pengembangan Kawasan Permukiman Dalam pengembangan permukiman, Pemerintah Daerah didorong untuk terus meningkatkan alokasinya pada sektor tersebut serta mencari alternatif sumber pembiayaan dari masyarakat dan swasta serta DAK. Usulan prioritas kegiatan dan pembiayaan secara lebih rinci dapat dituangkan ke dalam Tabel

  7.4

  Tabel 7.4

  Matriks Usulan Kebutuhan Pembiayaan Sektor Pengembangan Kawasan Permukiman Tahun 2017 – 2021

  SUMBER PEMBIAYAAN (Rp.1000,-) NO SEKTOR/ URAIAN KEGIATAN LOKASI

VOL SAT TAHUN APBD APBD APBN DAK BUMD KPS CSR PROV KAB/KOTA

  1

  3

  5

  6

  7

  8

  10

  11

  12

  13

  14

  15 PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN KAWASAN PERMUKIMAN Peraturan Pengembangan Permukiman

  Penyusunan Norma, Standar, Pedoman, dan Kriteria (NSPK)

  Pembinaan Dan Pengawasan Pengembangan Permukiman

  Pendampingan Penyusunan Produk Pengaturan tentang Kawasan Permukiman Kumuh Fasilitasi Peningkatan Kapasitas Kelembagaan Pengembangan Permukiman Pendampingan Penyusunan Rencana Kawasan Permukiman Pendampingan Penyusunan Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kab. Deiyai

  1 Lap 2018 1.000.000

  Kumuh Perkotaan (RP2KPKP) Kabupaten Deiyai Pengawasan dan Evaluasi Bidang Pengembangan Kawasan Permukiman

  Pembangunan dan Pengembangan Kawasan Permukiman Perkotaan

  Peningkatan Kualitas Kawasan Permukiman Kumuh

  229 RPIJM Bidang Cipta Karya | Tahun 2017 - 2021 Pencegahan Kawasan Permukiman

  1 Waghete

  1 Kws 2018 Kumuh Distrik Tigi Kawasan Wagete

  10.000.000 1.000.000 Pencegahan Kawasan Permukiman

  2 Waghete

  1 Kws 2019 Kumuh Distrik Tigi Kawasan Wagete

  10.000.000 1.000.000 Pencegahan Kawasan Permukiman

  3 Waghete

  1 Kws 2020 Kumuh Distrik Tigi Kawasan Wagete

  10.000.000 1.000.000 Pencegahan Kawasan Permukiman

  4 Waghete

  1 Kws 2021 Kumuh Distrik Tigi Kawasan Wagete

  10.000.000 1.000.000 Peningkatan Kembali Kawasan Permukiman Kumuh

  Rusunawa Beserta Infrastruktur Pendukungnya

  Rusunawa Beserta Infrastruktur Pendukungnya (Sub-Output)

  Pembangunan dan Pengembangan Kawasan Permukiman Perdesaan

  Pembangunan dan Pengembangan Kws Permukiman Perdesaan Potensial Pembangunan Infrastruktur Kws Permukiman Perdesaan Potensial

  1 Waghete

  1 Kws 2018 Kawasan Waghete Distrik Tigi

  5.000.000 250.000 Kabupaten Deiyai Pembangunan / Peningkatan Infrastruktur Kws Permukiman

  2 Perdesaan Potensial Kawasan Ayate

  1 Kws 2018 5.000.000 250.000

  Ayate Distrik Tigi Barat Kabupaten Deiyai Pembangunan Infrastruktur Kws Permukiman Perdesaan Potensial

  3 Tigi Timur

  7 Kws 2018 Kawasan Distrik Tigi Timur

  1.750.000 Kabupaten Deiyai Pembangunan Infrastruktur Kws Permukiman Perdesaan Potensial

  4 Kapiraya

  1 Kws 2018 Kawasan Distrik Kapiraya

  250.000 Kabupaten Deiyai

  230 RPIJM Bidang Cipta Karya | Tahun 2017 - 2021 Pembangunan Infrastruktur Kws Permukiman Perdesaan Potensial

  5 Bowobado

  3 Kws 2018 Kawasan Distrik Bowobado

  750.000 Kabupaten Deiyai Pembangunan Infrastruktur Kws Permukiman Perdesaan Potensial

  6 Waghete

  1 Kws 2019 Kawasan Waghete Distrik Tigi

  1.000.000 500.000 Kabupaten Deiyai Pembangunan / Peningkatan Infrastruktur Kws Permukiman

  7 Perdesaan Potensial Kawasan Ayate

  1 Kws 2019 1.000.000 500.000

  Ayate Distrik Tigi Barat Kabupaten Deiyai Pembangunan Infrastruktur Kws Permukiman Perdesaan Potensial

  8 Tigi Timur

  7 Kws 2019 Kawasan Distrik Tigi Timur

  7.000.000 3.500.000 Kabupaten Deiyai Pembangunan Infrastruktur Kws Permukiman Perdesaan Potensial

  9 Kapiraya

  1 Kws 2019 Kawasan Distrik Kapiraya

  1.000.000 500.000 Kabupaten Deiyai Pembangunan Infrastruktur Kws Permukiman Perdesaan Potensial

  10 Bowobado

  3 Kws 2019 Kawasan Distrik Bowobado

  3.000.000 1.500.000 Kabupaten Deiyai Pembangunan Infrastruktur Kws Permukiman Perdesaan Potensial

  11 Waghete

  1 Kws 2020 Kawasan Waghete Distrik Tigi

  1.000.000 500.000 Kabupaten Deiyai Pembangunan / Peningkatan Infrastruktur Kws Permukiman

  12 Perdesaan Potensial Kawasan Ayate

  1 Kws 2020 1.000.000 500.000

  Ayate Distrik Tigi Barat Kabupaten Deiyai Pembangunan Infrastruktur Kws Permukiman Perdesaan Potensial

  13 Tigi Timur

  7 Kws 2020 Kawasan Distrik Tigi Timur

  7.000.000 3.500.000 Kabupaten Deiyai

  231 RPIJM Bidang Cipta Karya | Tahun 2017 - 2021 Pembangunan Infrastruktur Kws Permukiman Perdesaan Potensial

  14 Kapiraya

  1 Kws 2020 Kawasan Distrik Kapiraya

  1.000.000 500.000 Kabupaten Deiyai Pembangunan Infrastruktur Kws Permukiman Perdesaan Potensial

  15 Bowobado

  3 Kws 2020 Kawasan Distrik Bowobado

  3.000.000 1.500.000 Kabupaten Deiyai Pembangunan Infrastruktur Kws Permukiman Perdesaan Potensial

  16 Waghete

  1 Kws 2021 Kawasan Waghete Distrik Tigi

  1.000.000 500.000 Kabupaten Deiyai Pembangunan / Peningkatan Infrastruktur Kws Permukiman

  17 Perdesaan Potensial Kawasan Ayate

  1 Kws 2021 1.000.000 500.000

  Ayate Distrik Tigi Barat Kabupaten Deiyai Pembangunan Infrastruktur Kws Permukiman Perdesaan Potensial

  18 Tigi Timur

  7 Kws 2021 Kawasan Distrik Tigi Timur

  7.000.000 3.500.000 Kabupaten Deiyai Pembangunan Infrastruktur Kws Permukiman Perdesaan Potensial

  19 Kapiraya

  1 Kws 2021 Kawasan Distrik Kapiraya

  1.000.000 500.000 Kabupaten Deiyai Pembangunan Infrastruktur Kws Permukiman Perdesaan Potensial

  20 Bowobado

  3 Kws 2021 Kawasan Distrik Bowobado

  3.000.000 1.500.000 Kabupaten Deiyai Pembangunan dan Pengembangan Kws Permukiman Perdesaan Berbasis Komunitas/Masyarakat

  Pembangunan dan Pengembangan Kawasan Permukiman Khusus

  Pembangunan dan Pengembangan Kws Permukiman Pasca Bencana Pembangunan dan Pengembangan Kws Permukiman Perbatasan/Pulau

  232 RPIJM Bidang Cipta Karya | Tahun 2017 - 2021 Terluar/Terpencil Pembangunan dan Pengembangan

  1 Distrik Kapiraya

  1 Kws 2019 Kws Permukiman Daerah Terpencil

  1.000.000 500.000 Pembangunan dan Pengembangan Distrik

  2

  1 Kws 2019 Kws Permukiman Daerah Terpencil Bowobado 1.000.000 500.000 Pembangunan dan Pengembangan Distrik Tigi

  4

  1 Kws 2020 Kws Permukiman Daerah Terpencil Barat 1.000.000 500.000 Pembangunan dan Pengembangan

  5 Distrik Tigi Timur

  1 Kws 2020 Kws Permukiman Daerah Terpencil

  1.000.000 500.000 Pembangunan dan Pengembangan

  6 Distrik Tigi

  1 Kws 2021 Kws Permukiman Daerah Terpencil

  1.000.000 500.000 Pembangunan dan Pengembangan Distrik

  7

  1 Kws 2021 Kws Permukiman Daerah Terpencil Bowobado 1.000.000 500.000

  Infrastruktur Pendukung Kegiatan Ekonomi dan Sosial (RISE)

  Ekonomi dan Sosial (RISE) (SubOutput)

  Keswadayaan Masyarakat

  Keswadayaan Masyarakat (Sub Output)

  TOTAL

  • - 96.000.000 29.750.000 233 RPIJM Bidang Cipta Karya | Tahun 2017 - 2021

7.2 PENATAAN BANGUNAN DAN LINGKUNGAN

  Penataan bangunan dan lingkungan adalah serangkaian kegiatan yang diperlukan sebagai bagian dari upaya pengendalian pemanfaatan ruang, terutama untuk mewujudkan lingkungan binaan, baik di perkotaan maupun di perdesaan, khususnya wujud fisik bangunan gedung dan lingkungannya. Kebijakan penataan bangunan dan lingkungan mengacu pada Undangundang dan peraturan antara lain:

  1. UU No.1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman

  UU No. 1 tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman memberikan amanat bahwa penyelenggaraan penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman adalah kegiatan perencanaan, pembangunan, pemanfaatan, dan pengendalian, termasuk didalamnya pengembangan kelembagaan, pendanaan dan sistem pembiayaan, serta peran masyarakat yang terkoordinasi dan terpadu.

  Pada UU No. 1 tahun 2011 juga diamanatkan pembangunan kaveling tanah yang telah dipersiapkan harus sesuai dengan persyaratan dalam penggunaan, penguasaan, pemilikan yang tercantum pada rencana rinci tata ruang dan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL).

  2. UU No. 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung

  UU No. 28 tahun 2002 memberikan amanat bangunan gedung harus diselenggarakan secara tertib hukum dan diwujudkan sesuai dengan fungsinya, serta dipenuhinya persyaratan administratif dan teknis bangunan gedung.

  Persyaratan administratif yang harus dipenuhi adalah: a. Status hak atas tanah, dan/atau izin pemanfaatan dari pemegang hak atas tanah; b. Status kepemilikan bangunan gedung; dan c. Izin mendirikan bangunan gedung.

  Persyaratan teknis bangunan gedung melingkupi persyaratan tata bangunan dan persyaratan keandalan bangunan. Persyaratan tata bangunan ditentukan pada RTBL yang ditetapkan oleh Pemda, mencakup peruntukan dan intensitas bangunan gedung, arsitektur bangunan gedung, dan pengendalian dampak lingkungan. Sedangkan, persyaratan keandalan bangunan gedung mencakup keselamatan, kesehatan, keamanan, dan kemudahan. UU No. 28 tahun 2002 juga mengamatkan bahwa dalam penyelenggaraan bangunan gedung yang meliputi kegiatan pembangunan, pemanfaatan, pelestarian dan pembongkaran, juga diperlukan peran masyarakat dan pembinaan oleh pemerintah.

3. PP 36/2005 tentang Peraturan Pelaksanaan UU No. 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung

  Secara lebih rinci UU No. 28 tahun 2002 dijelaskan dalam PP No. 36 Tahun 2005 tentang peraturan pelaksana dari UU No. 28/2002. PP ini membahas ketentuan fungsi bangunan gedung, persyaratan bangunan gedung, penyelenggaraan bangunan gedung, peran masyarakat, dan pembinaan dalam penyelenggaraan bangunan gedung. Dalam peraturan ini ditekankan pentingnya bagi pemerintah daerah untuk menyusun Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) sebagai acuan rancang bangun serta alat pengendalian pengembangan bangunan gedung dan lingkungan.

  4. Permen PU No. 06/PRT/M/2007 tentang Pedoman Umum Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan

  Sebagai panduan bagi semua pihak dalam penyusunan dan pelaksanaan dokumen RTBL, maka telah ditetapkan Permen PU No.

  06/PRT/M/2007 tentang Pedoman Umum Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan. Dalam peraturan tersebut, dijelaskan bahwa RTBL disusun pada skala kawasan baik di perkotaan maupun perdesaan yang meliputi kawasan baru berkembang cepat, kawasan terbangun, kawasan dilestarikan, kawasan rawan bencana, serta kawasan gabungan dari jenis-jenis kawasan tersebut. Dokumen RTBL yang disusun kemudian ditetapkan melalui peraturan walikota/bupati.

  5. Permen PU No. 01/PRT/M/2014 tentang Standar Pelayanan Minimal bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang

  Permen PU No: 01/PRT/M/2014 tentang Standar Pelayanan Minimal bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang mengamanatkan jenis dan mutu pelayanan dasar Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang yang merupakan urusan wajib daerah yang berhak diperoleh setiap warga secara minimal. Pada Permen tersebut dilampirkan indikator pencapaian SPM pada setiap Direktorat Jenderal di lingkungan Kementerian PU beserta sektor- sektornya.

7.2.1 Isu Strategis, Kondisi Eksisting, Permasalahan, dan Tantangan

A. Isu Strategis

  Untuk dapat merumuskan isu strategis Bidang PBL, maka dapat dilihat dari Agenda Nasional dan Agenda Internasional yang mempengaruhi sektor PBL. Untuk Agenda Nasional, salah satunya adalah Program PNPM Mandiri, yaitu Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri, sebagai wujud kerangka kebijakan yang menjadi dasar acuan pelaksanaan program- program penanggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan masyarakat. Agenda nasional lainnya adalah pemenuhan Standar Pelayanan Minimal (SPM) bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang, khususnya untuk sektor PBL yang mengamanatkan terlayaninya masyarakat dalam pengurusan IMB di kabupaten/kota dan tersedianya pedoman Harga Standar Bangunan Gedung Negara (HSBGN) di kabupaten/kota.

  Agenda internasional yang terkait diantaranya adalah pencapaian MDG’s 2015, khususnya tujuan 7 yaitu memastikan kelestarian lingkungan hidup. Target MDGs yang terkait bidang Cipta Karya adalah target 7C, yaitu menurunkan hingga separuhnya proporsi penduduk tanpa akses terhadap air minum layak dan sanitasi layak pada 2015, serta target 7D, yaitu mencapai peningkatan yang signifikan dalam kehidupan penduduk miskin di permukiman kumuh pada tahun 2020.

  Agenda internasional lainnya adalah isu Pemanasan Global (Global Warming). Pemanasan global yang disebabkan bertambahnya karbondioksida (CO2) sebagai akibat konsumsi energi yang berlebihan mengakibatkan naiknya suhu permukaan global hingga 6.4°C antara tahun 1990 dan 2100, serta meningkatnnya tinggi muka laut di seluruh dunia hingga mencapai 10-25 cm selama abad ke-20. Kondisi ini memberikan dampak bagi kawasan-kawasan yang berada di pesisir pantai, yaitu munculnya bencana alam seperti banjir, kebakaran serta dampak sosial lainnya.

  Agenda Habitat juga merupakan salah satu Agenda Internasional yang juga mempengaruhi isu strategis sektor PBL. Konferensi Habitat I yang telah diselenggarakan di Vancouver, Canada, pada 31 Mei-11 Juni 1976, sebagai dasar terbentuknya UN Habitat pada tahun 1978, yaitu sebagai lembaga PBB yang mengurusi permasalahan perumahan dan permukiman serta pembangunan perkotaan. Konferensi Habitat II yang dilaksanakan di lstanbul, Turki, pada 3 - 14 Juni 1996 dengan dua tema pokok, yaitu "Adequate Shelter for All" dan "Sustainable Human Settlements Development in an Urbanizing World", sebagai kerangka dalam penyediaan perumahan dan permukiman yang layak bagi masyarakat.

  Dari agenda-agenda tersebut maka isu strategis tingkat nasional untuk bidang PBL dapat dirumuskan adalah sebagai berikut: 1) Penataan Lingkungan Permukiman

  a. Pengendalian pemanfaatan ruang melalui RTBL;

  b. PBL mengatasi tingginya frekuensi kejadian kebakaran di perkotaan; c. Pemenuhan kebutuhan ruang terbuka publik dan ruang terbuka hijau (RTH) di perkotaan; d. Revitalisasi dan pelestarian lingkungan permukiman tradisional dan bangunan bersejarah berpotensi wisata untuk menunjang tumbuh kembangnya ekonomi lokal; e. Peningkatan kualitas lingkungan dalam rangka pemenuhan Standar Pelayanan Minimal;

  g. Pelibatan pemerintah daerah dan swasta serta masyarakat dalam penataan bangunan dan lingkungan.

  2) Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara

  a. Tertib pembangunan dan keandalan bangunan gedung (keselamatan, kesehatan, kenyamanan dan kemudahan);

  b. Pengendalian penyelenggaraan bangunan gedung dengan perda bangunan gedung di kab/kota; c. Tantangan untuk mewujudkan bangunan gedung yang fungsional, tertib, andal dan mengacu pada isu lingkungan/ berkelanjutan; d. Tertib dalam penyelenggaraan dan pengelolaan aset gedung dan rumah negara; e. Peningkatan kualitas pelayanan publik dalam pengelolaan gedung dan rumah Negara.

  3) Pemberdayaan Komunitas dalam Penanggulangan Kemiskinan

  a. Jumlah masyarakat miskin pada tahun 2012 sebesar 29,13 juta orang atau sekitar 11,96% dari total penduduk Indonesia; b. Realisasi DDUB tidak sesuai dengan komitmen awal termasuk sharing in- cash sesuai MoU PAKET; c. Keberlanjutan dan sinergi program bersama pemerintah daerah dalam penanggulangan kemiskinan.

  Isu strategis PBL ini terkait dengan dokumen-dokumen seperti RTR, skenario pembangunan daerah, RTBL yang disusun berdasar skala prioritas dan manfaat dari rencana tindak yang meliputi a) Revitalisasi; b) RTH; c) Bangunan Tradisional/bersejarah dan; d) penanggulangan kebakaran, bagi pencapaian terwujudnya pembangunan lingkungan permukiman yang layak huni, berjati diri, produktif dan berkelanjutan.

B. Kondisi Eksisting

  Untuk tahun 2012 capaian nasional dalam pelaksanaan program direktorat PBL adalah dengan jumlah kelurahan/desa yang telah mendapatkan fasilitasi berupa peningkatan kualitas infrastruktur permukiman perdesaan/kumuh/nelayan melalui program P2KP/PNPM adalah sejumlah 10.925 kelurahan/desa. Untuk jumlah Kabupaten/Kota yang telah menyusun Perda Bangunan Gedung (BG) hingga tahun 2012 adalah sebanyak 106 Kabupaten/Kota. Untuk RTBL yang sudah tersusun berupa Peraturan Bupati/Walikota adalah sebanyak 2 Kabupaten/Kota, 9 Kabupaten/Kota dengan perjanjian bersama, dan 32 Kabupaten/Kota dengan kesepakatan bersama.

  Berdasarkan Renstra Ditjen Cipta Karya 2010-2014, di samping kegiatan non-fisik dan pemberdayaan, Direktorat PBL hingga tahun 2013 juga telah melakukan peningkatan prasarana lingkunganpermukiman di 1.240 kawasan serta penyelenggaraan bangunan gedung dan fasilitasnya di 377 kabupaten/kota. Dalam RPIJM bidang Cipta Karya pencapaian di Kabupaten/Kota perlu dijabarkan sebagai dasar dalam perencanaan.

C. Permasalahan dan Tantangan

  Dalam kegiatan penataan bangunan dan lingkungan terdapat beberapa permasalahan dan tantangan yang dihadapi, antara lain: Penataan Lingkungan Permukiman:

  Masih kurang diperhatikannya kebutuhan sarana sistem proteksi kebakaran; Belum siapnya landasan hukum dan landasan operasional berupa RTBL untuk lebih melibatkan pemerintah daerah dan swasta dalam; penyiapan infrastruktur guna pengembangan lingkungan permukiman; Menurunnya fungsi kawasan dan terjadi degradasi kawasan kegiatan ekonomi utama kota, kawasan tradisional bersejarah serta heritage; Masih rendahnya dukungan pemda dalam pembangunan lingkungan permukiman yang diindikasikan dengan masih kecilnya alokasi anggaran daerah untuk peningkatan kualitas lingkungan dalam rangka pemenuhan SPM.

  Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara: Masih adanya kelembagaan bangunan gedung yang belum berfungsi efektif dan efisien dalam pengelolaan Bangunan Gedung dan Rumah Negara; Masih kurangnya perda bangunan gedung untuk kota metropolitan, besar, sedang, kecil di seluruh Indonesia; Meningkatnya kebutuhan NSPM terutama yang berkaitan dengan pengelolaan dan penyelenggaraan bangunan gedung (keselamatan, kesehatan, kenyamanan dan kemudahan);

  Kurang ditegakkannya aturan keselamatan, keamanan dan kenyamanan Bangunan Gedung termasuk pada daerah-daerah rawan bencana; Prasarana dan sarana hidran kebakaran banyak yang tidak berfungsi dan kurang mendapat perhatian; Lemahnya pengaturan penyelenggaraan Bangunan Gedung di daerah serta rendahnya kualitas pelayanan publik dan perijinan; Banyaknya Bangunan Gedung Negara yang belum memenuhi persyaratan keselamatan, keamanan dan kenyamanan; Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara kurang tertib dan efisien; Masih banyaknya aset negara yang tidak teradministrasikan dengan baik.

  Penyelenggaraan Sistem Terpadu Ruang Terbuka Hijau: Masih kurang diperhatikannya kebutuhan sarana lingkungan hijau/terbuka, sarana olah raga.

  Kapasitas Kelembagaan Daerah: Masih terbatasnya kesadaran aparatur dan SDM pelaksana dalam pembinaan penyelenggaraan bangunan gedung termasuk pengawasan; Masih adanya tuntutan reformasi peraturan perundang-undangan dan peningkatan pelaksanaan otonomi dan desentralisasi; Masih perlunya peningkatan dan pemantapan kelembagaan bangunan gedung di daerah dalam fasilitasi penyediaan perangkat pengaturan.

7.2.2 Sasaran Program

  Analisis kebutuhan Program dan Kegiatan untuk sektor PBL di Kabupaten Deiyai, hendaknya mengacu pada Lingkup Tugas DJCK untuk sektor PBL yang dinyatakan pada Permen PU No. 8 Tahun 2010. Pada Permen PU No.8 tahun 2010, dijabarkan kegiatan dari Direktorat PBL meliputi:

  • - RTBL (Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan)

  RTBL berdasarkan Permen PU No. 6 Tahun 2007 tentang Pedoman Umum Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan didefinisikan sebagai panduan rancang bangun suatu lingkungan/kawasan yang dimaksudkan untuk mengendalikan pemanfaatan ruang, penataan bangunan dan lingkungan, serta memuat materi pokok ketentuan program bangunan dan lingkungan, rencana umum dan panduan rancangan, rencana investasi, ketentuan pengendalian rencana, dan pedoman pengendalian pelaksanaan pengembangan lingkungan/kawasan. Materi pokok dalam Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan meliputi:

  Program Bangunan dan Lingkungan; Rencana Umum dan Panduan Rancangan; Rencana Investasi; Ketentuan Pengendalian Rencana; Pedoman Pengendalian Pelaksanaan.

  RISPK atau Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran -

  RISPK atau Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran seperti yang dinyatakan dalam Permen PU No. 26 tahun 2008 tentang Persyaratan Teknis Sistem Proteksi Kebakaran pada Bangunan Gedung dan Lingkungan, bahwa Sistem Proteksi Kebakaran pada Bangunan Gedung dan Lingkungan adalah sistem yang terdiri atas peralatan, kelengkapan dan sarana, baik yang terpasang maupun terbangun pada bangunan yang digunakan baik untuk tujuan sistem proteksi aktif, sistem proteksi pasif maupun cara-cara pengelolaan dalam rangka melindungi bangunan dan lingkungannya terhadap bahaya kebakaran. Penyelenggaraan sistem proteksi kebakaran pada bangunan gedung dan lingkungan meliputi proses perencanaan teknis dan pelaksanaan konstruksi serta kegiatan pemanfaatan, pelestarian dan pembongkaran sistem proteksi kebakaran pada bangunan gedung dan lingkungannya. RISPK terdiri dari Rencana Sistem Pencegahan Kebakaran dan Rencana Sistem Penanggulangan Kebakaran di Kabupaten/Kota untuk kurun waktu 10 tahun. RISPK memuat rencana kegiatan pencegahan kebakaran yang terdiri dari kegiatan inspeksi terhadap ancaman bahaya kebakaran pada kota, lingkungan bangunan dan bangunan gedung, serta kegiatan edukasi pencegahan kebakaran kepada masyarakat dan kegiatan penegakan Norma, Standar, Pedoman dan Manual (NSPM). RISPK juga memuat rencana tentang penanggulangan kebakaran yang terdiri dari rencana kegiatan pemadaman kebakaran serta penyelamatan jiwa dan harta benda.

  Penataan Lingkungan Permukiman Tradisional/Bersejarah -

  Pendekatan yang dilakukan dalam melaksanakan Penataan Lingkungan Permukiman Tradisional adalah:

  a. Koordinasi dan sinkronisasi dengan Pemerintah Daerah;

  b. Pendekatan Tridaya sebagai upaya pemberdayaan terhadap aspek manusia, lingkungan dan kegiatan ekonomi masyarakat setempat; c. Azas "berkelanjutan" sebagai salah satu pertimbangan penting untuk menjamin kelangsungan kegiatan; d. Rembug warga dalam upaya menggali sebanyak mungkin aspirasi masyarakat, selain itu juga melakukan pelatihan keterampilan teknis dalam upaya pemberdayaan masyarakat.

  Standar Pelayanan Minimal (SPM) -

  Analisa kebutuhan Program dan Kegiatan juga mengacu pada Permen PU No.14 tahun 2010 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang. Khusus untuk sektor PBL, SPM juga terkait dengan SPM Penataan Ruang dikarenakan kegiatan penataan lingkungan permukiman yang salah satunya melakukan pengelolaan kebutuhan Ruang Terbuka Hijau (RTH) di perkotaan. Standar SPM terkait dengan sektor PBL sebagaimana terlihat pada tabel 6.19, yang dapat dijadikan acuan bagi Kabupaten/Kota untuk menyusun kebutuhan akan sektor Penataan Bangunan Dan Lingkungan.

  Tabel 7.5

  Sasaran Program Sektor Penataan Bangunan dan Lingkungan

SASARAN PROGRAM URAIAN SASARAN SASARAN NO

  Penyelenggaraan 2 I …. m Bangunan Gedung Penataan Bangunan 2 II dan Lingkungan …. m

  Strategis

  L B T

  Revitalisasi Kawasan

  i R

  III …. Kawasan 2

  em

  IV Pengembangan RTH …. m

  M um

  Fasilitasi Ruang

  el B

  terbuka Publik/

  V

  1 Kecamatan Edukasi dan Partisipasi Masy.

  …. % Bangunan

  VI Turbinwas BG ber IMB

7.2.3 Usulan Kebutuhan Program

  Setelah melalui tahapan analisis kebutuhan untuk mengisi kesenjangan antara kondisi eksisting dengan kebutuhan maka perlu disusun usulan program dan kegiatan. Namun usulan program dan kegiatan terbatasi oleh waktu dan kemampuan pendanaan pemerintah kabupaten/kota. Sehingga untuk jangka waktu perencanaan lima tahun dalam RPIJM dibutuhkan suatu kriteria untuk menentukan prioritas dari tahun pertama hingga kelima.

  Tabel 7.6

  Kebutuhan Program Sektor Penataan Bangunan dan Lingkungan

KEGIATAN PENATAAN RENCANA PROGRAM NO BANGUNAN DAN SATUAN

  I Penyelenggaraan Bangunan Gedung 2

  1. Bangunan …. m 2

  2. Bangunan …. m

  II Penataan Bangunan dan Lingkungan Strategis

  1. Kawasan …. m 2

  2. Kawasan …. m

  III Revitalisasi Kawasan Tematik Perkotaan

  1. Kawasan ….. Kawasan

  2. Kawasan ….. Kawasan

  IV Pengembangan RTH 2

  1. RTH …. m 2

  2. RTH …. m V Fasilitasi Ruang terbuka Publik/ Edukasi dan Partisipasi Masy.

  1. Kecamatan ….

  2. Kecamatan ….

  Tabel 7.7

  Matriks Usulan Kebutuhan Pembiayaan Sektor Penataan Bangunan dan Lingkungan Tahun 2017 – 2021

  SUMBER PEMBIAYAAN (Rp.1000,-) SWASTA/ APBN NO URAIAN KEGIATAN LOKASI

  VOLUME SATUAN TAHUN APBD APBD PERUSAHAAN DAK MASYARA CSR PROV KAB/KOTA DAERAH Rp. MURNI PHLN KAT

  1

  3

  5

  6

  7

  8

  9

  10

  11

  12

  13

  14

  15 PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN PENATAAN BANGUNAN Peraturan Penataan Bangunan

  Penyusunan Rancangan UU dan RPP Bidang Penataan Bangunan dan Lingkungan Penyusunan Standar/Pedoman/Kriteria (SPK)

  Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Bangunan Gedung

  Pembinaan Pegelolaan Bangunan Gedung Pembinaan Ruang Terbuka Hijau Pembinaan Kelembagaan dan Kemitraan Pembinaan Penataan Kawasan Fasilitasi Penguatan Pemda Penyusunan Rencana Induk Sistem

  Deiyai

  1 Lap 2018 Proteksi Kebakaran (RISPK)

  1.000.000 Penyusunan RTBL Kawasan Strategis Kawasan Perkotaan Wagete

  1 Lap 2018 1.000.000

  Waghete Penyusunan RTBL Kawasan

  Deiyai

  1 Lap 2018 Strategis Kawasan Danau Tigi

  1.000.000 Fasilitasi Penguatan Kapasitas Masyarakat dan Dunia Usaha

  248 RPIJM Bidang Cipta Karya | Tahun 2017 - 2021 Pembinaan Lainnya Pengawasan dan Evaluasi Kinerja Bidang Penataan Bangunan

  Penyelenggara Bangunan Gedung

  Bangunan Gedung Pusaka/Tradisional Bangunan Gedung Hijau Bangunan Gedung Mitigasi Bencana Bangunan Gedung Perbatasan

  Penyelenggara Penataan Bangunan

  Penataan Bangunan Kawasan Strategis Nasional Penataan Bangunan Kawasan

  Waghete

  1 Kws 2018 Bandara Distrik Tigi

  1.000.000 Penataan Bangunan Kawasan

  Waghete

  1 Kws 2019 Bandara Distrik Tigi

  12.000.000 500.000 Penataan Bangunan Kawasan

  Waghete

  1 Kws 2020 Bandara Distrik Tigi

  12.000.000 500.000 Penataan Bangunan Kawasan Pusaka Penataan Bangunan Kawasan Rawan Bencana Penataan Bangunan Kawasan Hijau Penataan Bangunan Kawasan Destinasi Wisata Penataan Lingkungan Kawasan Destinasi Wisata Danau Tigi Distrik Waghete

  1 Kws 2019 10.000.000 1.000.000

  Tigi Penataan Lingkungan Kawasan Destinasi Wisata Danau Tigi Distrik Waghete

  1 Kws 2020 10.000.000 1.000.000

  Tigi Penataan Lingkungan Kawasan Destinasi Wisata Danau Tigi Distrik Waghete

  1 Kws 2021 10.000.000 1.000.000

  Tigi

  249 RPIJM Bidang Cipta Karya | Tahun 2017 - 2021

  Penyelenggara Penataan Bangunan Kawasan Khusus

  Penataan RTH Penataan Bangunan Kebun Raya Penataan Kota Hijau Penataan Kota Pusaka

  TOTAL 57.000.000 5.000.000

  250 RPIJM Bidang Cipta Karya | Tahun 2017 - 2021

7.3 SISTIM PENYEDIAAN AIR MINUM