DOCRPIJM 50e35531fd BAB VIIIBab VIII Indikasi

BAB VIII ASPEK PEMBIAYAAN

8.1. Arahan Kebijakan Pembiayaan Bidang Cipta Karya

  Pembiayaan pembangunan bidang Cipta Karya perlu memperhatikan arahan dalam peraturan dan perundangan terkait, antara lain:

  1. Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintah Daerah: Pemerintah daerah diberikan hak otonomi daerah, yaitu hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundangundangan. Dalam hal ini, Pemerintah Daerah menyelenggarakan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangannya, kecuali urusan pemerintahan yang menjadi urusan Pemerintah Pusat yaitu politik luar negeri, pertahanan, keamanan, yustisi, moneter dan fiskal nasional, serta agama.

  2. Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah: untuk mendukung penyelenggaraan otonomi daerah, pemerintah daerah didukung sumber-sumber pendanaan meliputi Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan, Pendapatan Lain yang Sah, serta Penerimaan Pembiayaan. Penerimaan daerah ini akan digunakan untuk mendanai pengeluaran daerah yang dituangkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) yang ditetapkan melalui Peraturan Daerah.

  3. Peraturan Pemerintah No. 55 Tahun 2005 Tentang Dana Perimbangan: Dana Perimbangan terdiri dari Dana Alokasi Umum, Dana Bagi Hasil, dan Dana Alokasi Khusus.

  Pembagian DAU dan DBH ditentukan melalui rumus yang ditentukan Kementerian Keuangan. Sedangkan DAK digunakan untuk mendanai kegiatan khusus yang ditentukan Pemerintah atas dasar prioritas nasional. Penentuan lokasi dan besaran DAK dilakukan berdasarkan kriteria umum, kriteria khusus, dan kriteria teknis.

  4. Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, Dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota: Urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan pemerintahan daerah, terdiri atas urusan wajib dan urusan pilihan. Urusan wajib yang menjadi kewenangan pemerintahan daerah untuk kabupaten/kota merupakan urusan yang berskala kabupaten/kota meliputi urusan, termasuk bidang pekerjaan umum. Penyelenggaraan urusan pemerintahan yang bersifat wajib yang berpedoman pada standar pelayanan minimal dilaksanakan secara bertahap dan ditetapkan oleh Pemerintah. Urusan wajib pemerintahan yang merupakan urusan bersama diserahkan kepada daerah disertai dengan sumber pendanaan, pengalihan sarana dan prasarana, serta kepegawaian sesuai dengan urusan yang didesentralisasikan.

  5. Peraturan Pemerintah No. 30 Tahun 2011 tentang Pinjaman Daerah: Sumber pinjaman daerah meliputi Pemerintah, Pemerintah Daerah Lainnya, Lembaga Keuangan Bank dan Non-Bank, serta Masyarakat. Pemerintah Daerah tidak dapat melakukan pinjaman langsung kepada pihak luar negeri, tetapi diteruskan melalui pemerintah pusat. Dalam melakukan pinjaman daerah Pemda wajib memenuhi persyaratan: a. total jumlah pinjaman pemerintah daerah tidak lebih dari 75% penerimaan APBD tahun sebelumnya;

  b. memenuhi ketentuan rasio kemampuan keuangan daerah untuk mengembalikan pinjaman yang ditetapkan pemerintah paling sedikit 2,5;

  c. persyaratan lain yang ditetapkan calon pemberi pinjaman;

  d. tidak mempunyai tunggakan atas pengembalian pinjaman yang bersumber dari pemerintah; e. pinjaman jangka menengah dan jangka panjang wajib mendapatkan persetujuan DPRD.

  6. Peraturan Presiden No. 67 Tahun 2005 Tentang Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur (dengan perubahan Perpres 13/2010 & Perpres 56/2010): Menteri atau Kepala Daerah dapat bekerjasama dengan badan usaha dalam penyediaan infrastruktur. Jenis infrastruktur permukiman yang dapat dikerjasamakan dengan badan usaha adalah infrastruktur air minum, infrastruktur air limbah permukiman dan prasarana persampahan.

  7. Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 13 Tahun 2006 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah (dengan perubahan Permendagri 59/2007 dan Permendagri 21/2011): Struktur APBD terdiri dari: a. Pendapatan daerah yang meliputi: Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan, dan Pendapatan Lain yang Sah.

  b. Belanja Daerah meliputi: Belanja Langsung dan Belanja Tidak Langsung.

  c. Pembiayaan Daerah meliputi: Pembiayaan Penerimaan dan Pembiayaan Pengeluaran.

  8. Peraturan Menteri PU No. 15 Tahun 2010 Tentang Petunjuk Teknis Penggunaan Dana Alokasi Khusus Bidang Infrastruktur: Kementerian PU menyalurkan DAK untuk pencapaian sasaran nasional bidang Cipta Karya, Adapun ruang lingkup dan kriteria teknis DAK bidang Cipta Karya adalah sebagai berikut: a. Bidang Infrastruktur Air Minum

  DAK Air Minum digunakan untuk memberikan akses pelayanan sistem penyediaan air minum kepada masyarakat berpenghasilan rendah di kawasan kumuh perkotaan dan di perdesaan termasuk daerah pesisir dan permukiman nelayan. Adapun kriteria teknis alokasi DAK diutamakan untuk program percepatan pengentasan kemiskinan dan memenuhi sasaran/ target Millenium Development Goals (MDGs) yang mempertimbangkan:

  • Jumlah masyarakat berpenghasilan rendah; - Tingkat kerawanan air minum.

  b. Bidang Infrastruktur Sanitasi DAK Sanitasi digunakan untuk memberikan akses pelayanan sanitasi (air limbah,persampahan, dan drainase) yang layak skala kawasan kepada masyarakat berpenghasilan rendah di perkotaan yang diselenggarakan melalui proses pemberdayaan masyarakat. DAK Sanitasi diutamakan untuk program peningkatan derajat kesehatan masyarakat dan memenuhi sasaran/target MDGs yang dengan kriteria teknis:

  • kerawanan sanitasi; - cakupan pelayanan sanitasi.

  9. Peraturan Menteri PU No. 14 Tahun 2011 tentang Pedoman Pelaksanaan Kegiatan Kementerian Pekerjaan Umum yang Merupakan Kewenanangan Pemerintah dan Dilaksanakan Sendiri: Dalam menyelenggarakan kegiatan yang dibiayai dana APBN, Kementerian PU membentuk satuan kerja berupa Satker Tetap Pusat, Satker Unit Pelaksana Teknis Pusat, dan Satuan Non Vertikal Tertentu. Rencana program dan usulan kegiatan yang diselenggarakan Satuan Kerja harus mengacu pada RPIJM bidang infrastruktur ke-PU-an yang telah disepakati. Gubernur sebagai wakil Pemerintah mengkoordinasikan penyelenggaraan urusan kementerian yang dilaksanakan di daerah dalam rangka keterpaduan pembangunan wilayah dan pengembangan lintas sektor. Berdasarkan peraturan perundangan tersebut, dapat disimpulkan bahwa lingkup sumber dana kegiatan pembangunan bidang Cipta Karya yang dibahas dalam RPIJM meliputi:

  1. Dana APBN, meliputi dana yang dilimpahkan Ditjen Cipta Karya kepada Satuan Kerja di tingkat provinsi (dana sektoral di daerah) serta Dana Alokasi Khusus bidang Air Minum dan Sanitasi.

  2. Dana APBD Provinsi, meliputi dana daerah untuk urusan bersama (DDUB) dan dana lainnya yang dibelanjakan pemerintah provinsi untuk pembangunan infrastruktur permukiman dengan skala provinsi/regional.

  3. Dana APBD Kabupaten/Kota, meliputi dana daerah untuk urusan bersama (DDUB) dan dana lainnya yang dibelanjakan pemerintah kabupaten untuk pembangunan infrastruktur permukiman dengan skala kabupaten/kota.

  4. Dana Swasta meliputi dana yang berasal dari skema kerjasama pemerintah dan swasta (KPS), maupun skema Corporate Social Responsibility (CSR).

  5. Dana Masyarakat melalui program pemberdayaan masyarakat.

  Dana Pinjaman, meliputi pinjaman dalam negeri dan pinjaman luar negeri. Dana-dana tersebut digunakan untuk belanja pembangunan, pengoperasian dan pemeliharaan prasarana yang telah terbangun, serta rehabilitasi dan peningkatan prasarana yang telah ada. Oleh karena itu, dana-dana tersebut perlu dikelola dan direncanakan secara terpadu sehingga optimal dan memberi manfaat yang sebesarbesarnya bagi peningkatan pelayanan bidang Cipta Karya.

  222,395 184,273

  d. Bantuan Keuangan dari Provinsi

  e. Belanja Bantuan Sosial 192,415 161,404

  d. Belanja Hibah

  c. Belanja Subsidi

  b. Belanja Bunga

  a. Belanja Pegawai

  1. Belanja Tidak Langsung

  4. Bantuan Daerah 12,340 14,659 - - - BELANJA

  3. Pinjaman Daerah - - - - -

  450,117 79,400 303,044 35,892 16,127 15,654

  451,492 121,325 235,206 27,717 23,726 43,518

  312,686 53,021 204,185 24,330 21,091 10,058

  214,85 53,264 200,62 40,966

  273,45 23,850 205,62 43,975

  e. Transfer Pemerintah Pusat Lainnya (Dana Penyesuaian)

  c. Dana Alokasi Khusus (DAK)

Tabel 8.1 Proyeksi Uraian 2008 (Juta Rp) 2009 (Juta Rp) 2010 (Juta Rp) 2011 (Juta Rp) 2012 (Juta Rp)

  b. Dana Alokasi Umum (DAU)

  a. Bagi Hasil Pajak dan Bukan Pajak

  2. Dana Perimbangan

  37,275 12,875 3,523 5,794 15,083

  27,977 5,842 2,930 4,875 14,330

  20,162 2,395 3,311 3,553 10,903

  17,554 2,576 0,204 2,857 11,916

  12,162 1,342 1,506 0,825 8,489

  d. Lain-lain Pendapatan Asli Daerah

  c. Laba BUMD

  b. Retribusi Daerah

  a. Pajak Daerah

  1. Pendapatan Asli Daerah (PAD)

  Pendapatan 297,948,000 327,065,000 332,848,000 479,469,000 487.392.000

  • 6,448
  • 12,955

  7,498 7,498

  a. Penggunaan Sisa Lebih Perhitungan Anggaran (SILPA)

  10,498 10.498

  b. Penyertaan Modal (Investasi) Pemerintah Daerah

  a. Pembentukan Dana Cadanga

  f. Penerimaan Piutang Daerah 99,924 99,924

  e. Penerimaan Kembali Pemberian Pinjaman

  d. Penerimaan Pinjaman

  c. Hasil Penjualan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan

  b. Pencairan Dana Cadangan

  3. Penerimaan Pembiayaan

  f. Belanja Bagi Hasil Kepada Prop/Kab/ Kota dan Pemerintah

  346,233 39,217 133,900 173,116

  c. Belanja Modal 233,845 23,803 96,904 113,137

  b. Belanja Barang dan Jasa

  a. Belanja Pegawai

  2. Belanja Langsung

  1,234 23,118 813

  h. BelanjaTak terduga 4,161 20,297 103

  g. Belanja Bantuan Keuangan Kepada Prop/Kab/ Kota dan Pemerintah

  • 142,635 142,635
  • 4. Pengeluaran Pembiayaan
c. Pembayaran Pokok Utang

  • Jatuh Tempo/

  d. Pemberian Pinjaman

  • Daerah Surplus/Defisit

  8.2. Profil APBD Kabupaten Bangka Tengah Bagian ini menggambarkan struktur APBD Kabupaten Bangka Tengah selama 5 tahun terakhir dengan sumber data berasal dari dokumen Realiasasi APBD dalam 5 tahun terakhir.

  Komponen yang dianalisis berdasarkan format Permendagri No. 13 Tahun 2006 adalah sebagai berikut: a. Belanja Daerah yang meliputi: Belanja Langsung dan Belanja Tak Langsung.

  b. Pendapatan daerah yang meliputi: Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan, dan Pendapatan Lain yang Sah.

  c. Pembiayaan Daerah meliputi: Pembiayaan Penerimaan dan Pembiayaan Pengeluaran. Profil APBD Kabupaten Bangka Tengah disajikan dalam tabel sebagai berikut ini. Tabel 8. 1 Perkembangan Pendapatan, Belanja dan Pembiayaan Kabupaten Bangka Tengah dalam Lima Tahun Terakhir Sumber : Bangka Tengah Dalam Angka 2013

  8.3. Profil Investasi Pembangunan Bidang Cipta Karya

8.3.1. Perkembangan Investasi Pembangunan Cipta Karya Bersumber Dari APBN dalam 5 Tahun

  Meskipun pembangunan infratruktur permukiman merupakan tanggung jawab Pemda, Ditjen Cipta Karya juga turut melakukan pembangunan infrastruktur sebagai stimulant kepada daerah agar dapat memenuhi SPM. Setiap sektor yang ada di lingkungan Ditjen Cipta Karya menyalurkan dana ke daerah melalui Satuan Kerja Non Vertikal (SNVT) sesuai dengan peraturan yang berlaku (PermenPU No. 14 Tahun 2011). Data dana yang dialokasikan pada suatu kabupaten/kota perlu dianalisis untuk melihat trend alokasi anggaran Ditjen Cipta Karya dan realisasinya di daerah tersebut. Alokasi APBN Cipta Karya di Kabupaten Bangka Tengah dalam lima tahun terakhir disajikan dalam tabel berikut ini.

  

Tabel 8. 2 Alokasi APBN Cipta Karya di Kabupaten Bangka Tengah dalam Lima Tahun Terakhir

No. Sub.Bidang Tahun (Rp. Juta) 2010 2011 2012 2013 2014

  1. Pengembangan Rp. - Rp. - Rp. - Rp. - Rp. - Permukiman

  2. Penataan Rp. - Rp. - Rp. - Rp. - Rp. - Bangunan &

  Lingkungan

  3. Pengembangan Rp. - Rp. 6.093.734.000,- Rp. 1.597.783.000,- Rp. 3.130.892.000,- Rp. 10.100.000.000,- Penyehatan Lingkungan Permukiman

  4. Penyediaan Air Rp. 5.337.572.000,- Rp. 19.639.685.000,- Rp. 10.423.237.400,- Rp. 18.956.970.000,- Rp. - Minum

  Total

  Di samping APBN yang disalurkan Ditjen Cipta Karya kepada SNVT di daerah, untuk mendukung pendanaan pembangunan infrastruktur permukiman juga dilakukan melalui penganggaran Dana Alokasi Khusus. DAK merupakan dana APBN yang dialokasikan ke daerah tertentu dengan tujuan mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan daerah sesuai prioritas nasional. Prioritas nasional yang terkait dengan sektor Cipta Karya adalah pembangunan air minum dan sanitasi. DAK Air Minum digunakan untuk memberikan akses pelayanan sistem penyediaan air minum kepada masyarakat berpenghasilan rendah di kawasan kumuh perkotaan dan di perdesaan termasuk daerah pesisir dan permukiman nelayan. Sedangkan DAK Sanitasi digunakan untuk memberikan akses pelayanan sanitasi (air limbah, persampahan, dan drainase) yang layak skala kawasan kepada masyarakat berpenghasilan rendah di perkotaan yang diselenggarakan melalui proses pemberdayaan masyarakat. Besar DAK ditentukan oleh Kementerian Keuangan berdasarkan Kriteria Umum, Kriteria Khusus dan Kriteria Teknis. Dana DAK ini perlu dilihat alokasi dalam 5 tahun terakhir sehingga bisa dianalisis perkembangannya.

  

Tabel 8. 3 Perkembangan DAK Infrastruktur Cipta Karya di Kabupaten Bangka Tengah dalam Lima Tahun Terakhir

No. Sub.Bidang Tahun (Rp. Juta) 2010 2011 2012 2013 1014

  1. DAK Air Minum Rp. 576.159.500,- Rp. 744.995.074 Rp. 2.509.401.000,- Rp. 1.443.814.300,- Rp. 1.275.535.000,-

  2. DAK Sanitasi Rp. 696.189.000,- Rp. 779.474.500,- Rp. 1.603.819.000,- Rp. 1.617.000.000,- Rp. 1.961.100.000,-

  Total

  Sumber:

8.3.2. Perkembangan Investasi Pembangunan Cipta Karya Bersumber Dari APBD dalam 5 Tahun

  Pemerintah Kabupaten Bangka Tengah memiliki tugas untuk membangun prasarana permukiman di daerahnya. Untuk melihat upaya pemerintah daerah dalam melaksanakan pembangunan bidang Cipta Karya perlu dianalisis proporsi belanja pembangunan Cipta Karya terhadap total belanja daerah dalam 5 tahun terakhir, seperti disajikan dalam tabel di bawah ini.

  

Tabel 9. 4 Perkembangan Alokasi APBD untuk Pembangunan Bidang Cipta Karya Kabupaten Bangka Tengah Lima Tahun Terakhir

No. Sub.Bidang Tahun (Rp. Juta) 2010 2011 2012 2013 2014

  Penyediaan Air Minum

  1 Rp. 3.909.657.250,- Rp. 4.308.937.296,- Rp. 6.000.321.500,- Rp. 3.496.821.300,- Rp. 2.818.584.000

  2 Pengembangan Penyehatan Rp. 696.189.000,- Rp. 921.874.500,- Rp. 2.485.596.000,- Rp. 1.617.000.000,- Rp. 2.200.940.000 Lingkungan Permukiman

  3 Pengembangan Permukiman Rp. 244.603.500,- Rp. 405.159.000,- Rp. 776.360.000,- Rp. 1.006.477.500,- Rp. 3.519.415.000

Tabel 8.5 Perkembangan DDUB Kabupaten Bangka Tengah Dalam Lima Tahun Terakhir Uraian

  Tahun (Rp. Juta) 2010 2011 2012 2013 2014

  Pengembangan APBN DDUB APBN DDUB APBN DDUB APBN DDUB APBN DDUB Permukiman Penataan Bangunan & Lingkungan

APBN DDUB APBN APBN APBN

  Pengembangan Rp. - Rp. - Rp. Rp. Rp. Rp. Rp.

  Penyehatan

  6.093.734.000,- 142.400.000,- 1.597.783.000,- 3.130.892.000,- 10.100.000.000,-

  Lingkungan Permukiman

DDUB APBN DDUB APBN DDUB APBN DDUB APBN DDUB

  Penyediaan Air APBN Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. 1.456.197.000 Minum Rp. 1.823.977.000 19.639.685.000 3.563.942.222 10.423.237.400 1.440.071.000 18.956.970.000

  5.337.572.000 Total Sedangkan perkembangan proporsi belanja APBD untuk pembangunan Bidang Cipta Karya di Kabupaten Bangka Tengah disajikan melalui diagram berikut ini.

  

Tabel 8. 6 Perkembangan DDUB Kabupaten Bangka Tengah dalam Lima Tahun Terakhir

Uraian Tahun (Rp. Juta) 2010 2011 2012 2013 2014

  Pengembangan APBN DDUB APBN DDUB APBN DDUB APBN DDUB APBN DDUB Permukiman Penataan Bangunan & Lingkungan

APBN DDUB APBN APBN APBN APBN

  Pengembangan Rp. - Rp. - Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp.

  Penyehatan

  6.093.734.000,- 142.400.000,- 1.597.783.000, 3.130.892.000,- 10.100.000.000,- 6.093.734.000,-

  Lingkungan

  • Permukiman

APBN DDUB APBN DDUB APBN DDUB APBN DDUB APBN DDUB

  Penyediaan Air Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Minum

  5.337.572.000 1.823.977.000 19.639.685.000 3.563.942.222 10.423.237.40 1.440.071.000 18.956.970.000 1.456.197.000 Total

8.4. Proyeksi dan Rencana Investasi Pembangunan Bidang Cipta Karya

8.4.1. Proyeksi APBD 5 tahun ke depan

  Proyeksi APBD dalam lima tahun ke depan dilakukan dengan melakukan perhitungan regresi terhadap kecenderungan APBD dalam lima tahun terakhir menggunakan asumsi atas dasar trend historis. Setelah diketahui proyeksi pendapatan dan belanja maka dapat diperkirakan kapasitas keuangan daerah dengan metode analisis Net Public Saving. Net Public Saving atau Tabungan Pemerintah adalah sisa dari total penerimaan daerah setelah dikurangkan dengan belanja/pengeluaran yang mengikat. Dengan kata lain, NPS merupakan sejumlah dana yang tersedia untuk pembangunan. Besarnya NPS menjadi dasar dana yang dapat dialokasikan untuk bidang PU/Cipta Karya. Proyeksi APBD dan analisa Net Public Saving (NPS) Kabupaten Bangka Tengah untuk lima tahun ke depan disajikan dalam tabel berikut ini.

  Pinjaman Daerah - - - - - Bantuan Daerah 12,340 14,659 - - -

  Dana Perimbangan

  450,117 79,400 303,044 35,892 16,127 15,654

  451,492 121,325 235,206 27,717 23,726 43,518

  312,686 53,021 204,185 24,330 21,091 10,058

  214,85 53,264 200,62 40,966

  273,45 23,850 205,62 43,975

  e. Transfer Pemerintah Pusat Lainnya (Dana Penyesuaian)

  d. Bantuan Keuangan dari Provinsi

  c. Dana Alokasi Khusus (DAK)

  Umum (DAU)

  a. Bagi Hasil Pajak dan Bukan Pajak b. Dana Alokasi

  37,275 12,875 3,523 5,794 15,083

Tabel 8.6 Proyeksi APBD dan Analisa NPS Kabupaten Bangka Tengah Tahun 2014-2019 Uraian Pertumbuhan(%) 2008 (Juta Rp) 2009 (Juta Rp) 2010 (Juta Rp) 2011 (Juta Rp) 2012 (Juta Rp)

  27,977 5,842 2,930 4,875 14,330

  20,162 2,395 3,311 3,553 10,903

  17,554 2,576 0,204 2,857 11,916

  12,162 1,342 1,506 0,825 8,489

  d. Lain-lain Pendapatan Asli Daerah

  c. Laba BUMD

  b. Retribusi Daerah

  a. Pajak Daerah

  Pendapatan Asli Daerah (PAD)

  Pendapatan 297,948,000 327,065,000 332,848,000 479,469,000 487.392.000

  • 6,448 4,161 20,297 103

  142,635 142,635 b. Pencairan Dana

  Belanja Langsung

  99,924 99,924

  a. Penggunaan Sisa Lebih Perhitungan Anggaran (SILPA)

  Penerimaan Pembiayaan

  346,233 39,217 133,900 173,116

  c. Belanja Modal 233,845 23,803 96,904 113,137

  b. Belanja Barang dan Jasa

  a. Belanja Pegawai

  222,395 184,273

  BELANJA Belanja Tidak Langsung

  h. BelanjaTak terduga 192,415 161,404

  g. Belanja Bantuan Keuangan Kepada Prop/Kab/ Kota dan Pemerintah

  f. Belanja Bagi Hasil Kepada Prop/Kab/ Kota dan Pemerintah

  e. Belanja Bantuan Sosial

  d. Belanja Hibah

  c. Belanja Subsidi

  b. Belanja Bunga

  a. Belanja Pegawai

  • 12,955 1,234 23,118 813

  • Cadangan

  c. Hasil Penjualan

  • Kekayaan Daerah
  • yang Dipisahkan

  d. Penerimaan

  • Pinjaman

  e. Penerimaan Kembali Pemberian Pinjaman

  f. Penerimaan Piutang

  • Daerah Pengeluaran Pembiayaan

  a. Pembentukan Dana 10,498 7,498

  Cadangan

  b. Penyertaan Modal 10.498 7,498

  (Investasi) Pemerintah Daerah

  • c. Pembayaran Pokok
  • Utang Jatuh Tempo

  d. Pemberian Pinjaman

  • Daerah Surplus/Defisit Net Public Saving (NPS)

8.4.2 Rencana Kerjasama Pemerintah dan Swasta Bidang Cipta Karya 5 tahun ke depan

  Sebagai upaya menggali sumber pendanaan dari sektor swasta, maka diperlukan daftar proyek potensial yang dapat dikerjakan dengan skema kerjasama pemerintah dan swasta di bidang Cipta Karya untuk ditawarkan ke pihak swasta, berdasarkan identifikasi usulan program dan kegiatan. Rencana kerjasama pemerintah dan swasta bidang Cipta Karya Kabupaten Bangka Tengah terangkum dalam tabel di bawah ini.

  

Tabel 8. 7 Proyek Potensial yang Dapat Dibiayai dengan KPS dalam 5 Tahun Ke Depan

Kegiatan Lokasi Biaya (Rp.

  Tahun

Ribu)

  Pelaksanaan

8.5 Strategi Peningkatan Investasi Pembangunan Bidang Cipta Karya

  Strategi untuk meningkatkan pendanaan bagi pembangunan infrastruktur permukiman diperlukan dalam rangka percepatan pembangunan bidang Cipta Karya di daerah dan untuk memenuhi kebutuhan pendanaan dalam melaksanakan usulan program yang ada dalam RPI2JM. Strategi peningkatan investasi pembangunan infrastruktur bidang Cipta Karya, Kabupaten Bangka Tengah meliputi sebagai berikut ini:

  1. Strategi peningkatan penerimaan daerah dan efisiensi pengunaan anggaran; a. Pemberdayaan BUMD sebagai salah satu alternatif sumber pembiayaan daerah melalui reformasi visi BUMD, restrukturisasi BUMD, dan profitisasi BUMD.

  b. Memberikan arahan yang jelas tentang alokasi anggaran terhadap sumber - sumber penerimaan baik PAD maupun transfer pusat.

  c. Memperluas basis penerimaan pajak melalui identifikasi pembayar pajak baru/potensial serta meningkatkan efisiensi dan penekanan biaya pemungutan

  d. Meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia dan mutu pelayanan yang optimal e. Melakukan intensifikasi sumber-sumber Pos Retribusi Daerah.

  f. Meningkatkan mekanisme kontrol masyarakat terhadap pelaksanaan pengelolaan keuangan Daerah sebagai wujud nyata pelaksanaan asas transparansi dan akuntabilitas fiskal

  2. Strategi peningkatan pembiayaan infrastruktur a. Melakukan identifikasi dan inventarisasi terhadap kegiatan-kegiatan pembangunan yang berpotensi didanai melalui skema KPS (Kerjasama Pemerintah dan Swasta).

  b. Meningkatkan peran serta swasta dan masyarakat dalam pengelolaan infrastruktur Bidang Cipta Karya.

  c. Mengoptimalkan sumber pendanaan alternatif seperti pinjaman dan hibah luar negeri (PHLN).