KAK Fasilitasi Prakarsa Masyarakatrev1904sore.docx

  

Kerangka Acuan Kerja

(KAK)

FASILITASI PRAKARSA MASYARAKAT

DAN PENINGKATAN RUANG TERBUKA HIJAU (RTH) PERKOTAAN

  

Tahun 2011

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM

D I R E K T O R A T J E N D E R A L P E N A T A A N R U A N G

S A T U A N K E R J A P E R A N G K A T D A E R A H D E K O N S E N T R A S I

P E K E R J A A N U M U M BIDANG PENATAAN RUANG

I. LATAR BELAKANG

  Tingginya tingkat pertambahan penduduk terutama akibat urbanisasi merupakan salah satu permasalahan kota-kota di Indonesia. Jumlah penduduk perkotaan yang tinggi yang terus meningkat dari waktu ke waktu memberikan dampak tingginya tekanan terhadap pemanfaatan ruang kota, terutama berkurangnya ruang-ruang terbuka (open spaces), yang berupa Ruang Terbuka Hijau (RTH) maupun Ruang Terbuka Non Hijau sebagai ruang terbuka publik yang berpotensi menjadi ruang permukiman atau ruang budidaya.

  Kecenderungan terjadinya penurunan kualitas dan kuantitas ruang terbuka publik, terutama ruang terbuka hijau (RTH) pada 30 tahun terakhir sangat signifikan. Menteri Pekerjaan Umum, Djoko Kirmanto dalam sambutannya pada acara Seminar Nasional Arsitektur dalam Rangka Dies Natalis ke-48, Universitas Diponegoro menyatakan bahwa : di kota-kota besar seperti Jakarta, Surabaya, Medan dan Bandung, luasan RTH telah berkurang dari 35% pada awal tahun 1970-an menjadi kurang dari 10% pada tahun 2000- an. RTH yang ada sebagian besar telah dikonversi menjadi infrastruktur perkotaan lainnya, seperti pusat perbelanjaan dan sarana komersial, kawasan permukiman termasuk apartemen, maupun infrastruktur jalan.

  Isu yang berkaitan dengan ruang terbuka publik atau ruang terbuka hijau secara umum terkait dengan beberapa tantangan tipikal perkotaan, seperti menurunnya kualitas lingkungan hidup di kawasan perkotaan dan di lingkungan permukiman warga, bencana banjir/ longsor dan perubahan perilaku sosial masyarakat yang cenderung kontra- produktif dan individual sehingga menurunnya tingkat kepedulian terhadap lingkungan.

  Penyediaan RTH di perkotaan merupakan amanat dari UU No. 26/2007 tentang Penataan Ruang yang mengatur pengembangan kawasan perkotaan dilihat dari aspek penataan ruang. Dalam UU tersebut, disebutkan Ruang Terbuka Hijau (RTH) merupakan sub sistem tata ruang dan infrastruktur wilayah, khususnya dalam pengembangan permukiman dan perkotaan yang berbasis pada potensi keanekaragaman hayati sebagai sumber daya alam setempat. UU tersebut mengamanatkan bahwa perencaan tata ruang wilayah kota harus memuat ketentuan rencana penyediaan dan pemanfaatan ruang terbuka hijau (RTH), dan mensyaratkan luas RTH minimal sebesar 30% dari luas wilayah kawasan perkotaan yang dibagi menjadi RTH Publik minimal 20% dan RTH Privat minimal 10%. Hal ini menjadi tuntutan bagi kota di Indonesia untuk berusaha menambah dan meningkatkan kuantitas dan kualitas RTHnya. Kemudian sesuai dengan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.5/PRT/M/2008 tentang Pedoman Penyediaan dan

  Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan dan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.12/PRT/M/2009 tentang Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Non Hijau di Wilayah Kota/Kawasan Perkotaan, dimana dalam mewujudkan ruang kota yang aman, nyaman, produktif dan berkelanjutan, maka diberikan perhatian yang cukup terhadap keberadaan ruang terbuka publik, khususnya RTH di perkotaan. Untuk itu peran daerah dalam pengelolaan RTH sebagai aset yang harus dipertahankan dan dipertimbangkan dalam pembangunan menjadi sangat penting.

  Untuk mengimplementasikan amanat UU Penataan Ruang 26 Tahun 2007 dan strategi nasional pengembangan perkotaan, Ditjen Penataan Ruang pada Tahun Anggaran 2011 melalui SKPD Dekonsentrasi PU bidang Penataan Ruang akan melakukan fasilitasi kepada kota-kota di Indonesia untuk mewujudkan penyediaan dan meningkatkan RTH kota dengan melibatkan peran masyarakat. Penentuan kota yang akan difasilitasi adalah kota-kota yang telah melakukan revisi RTRW kota dan minimal telah mendapat persetujuan subtansi teknis dari Ditjen Penataan Ruang Kementerian PU. Sedangkan untuk konsep/desain dan pengelolaan RTH sesuai tipikal kota masing-masing, juga akan dilakukan penyusunan desain dengan menghimpun masukan-masukan dari masyarakat luas. Dengan upaya fasilitasi ini diharapkan akan menjadi pemicu bagi daerah dan kota lain untuk mewujudkan RTH di wilayahnya.

  II. MAKSUD

  Maksud dari kegiatan ini adalah menjalankan salah satu tupoksi dari Ditjen Penataan Ruang , Direktorat Pe rkotaan dalam menyusun rencana tata ruang yang dapat memberikan arahan dalam Fasilitasi Prakarsa Masyarakat Dan Peningkatan Ruang Terbuka Hijau (RTH) Perkotaan. Untuk menjamin terlaksananya penyelenggaraan penataan ruang tersebut, maka kegiatan tersebut sebagai acuan bagi pemerintah pusat dan pemerintah daerah dan output pelaksanaan kegiatan dapat dicapai secara optimal sesuai dengan maksud, tujuan dan sasaran kegiatan.

  III. TUJUAN

  Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk mendorong prakarsa masyarakat dalam perwujudan RTH kota melalui pelaksanaan penyusunan desain dan pengelolaan RTH serta peningkatan RTH perkotaan.

  Adapun sasaran yang hendak dicapai dari pelaksanaan pekerjaan ini adalah :

  1) Terlaksananya pemilihan kota berikut lokasi RTH yang akan didukung perwujudan

  RTH-nya ( prioritas kota yang dipilih sebagai calon lokasi didasarkan pada progress penyusunan revisi rencana tata ruang masing-masing kota ) berdasarkan penilaian proposal rencana perwujudan RTH masing-masing Pemerintah Kota.

  2) Tersusunnya pedoman/ketentuan-ketentuan desain RTH. 3) Terlaksananya penyusunan desain RTH kota di kota-kota terpilih dengan

  menghimpun masukan dari masyarakat dalam rangka membangun kesadaran, peran serta aktif, serta prakarsa masyarakat dalam perwujudan dan pengelolaan RTH perkotaan.

  4) Terselenggaranya fasilitasi prakarsa masyarakat dalam perwujudan dan pengelolaan RTH perkotaan. 5) Terlaksananya perwujudan RTH perkotaan pada pilot project serta pengelolaannya oleh Pemerintah Kota.

  V. MANFAAT Beberapa manfaat dari pelaksanaan pekerjaan antara lain :

  1) Meningkatnya kualitas tata ruang kota dengan terwujudnya penyediaan dan peningkatan RTH di wilayah perkotaan. 2) Meningkatnya kesadaran, peran serta aktif, rasa memiliki, serta prakarsa masyarakat dalam perwujudan dan pengelolaan RTH perkotaan. 3) Meningkatnya kerjasama dan partisipasi antara pemerintah, swasta dan masyarakat dalam perwujudan dan pengelolaan RTH perkotaan. 4) Meningkatnya rangsangan dan terbangunnya kesadaran pemerintah kota dalam perwujudan dan pengelolaan RTH perkotaan.

  VI. RUANG LINGKUP KEGIATAN

  Untuk menyelesaikan pekerjaan ini, diperlukan serangkaian kegiatan dengan lingkup sebagai berikut :

  1. Memilih kota dalam provinsi dan lokasi terpilih akan didesain RTH-nya bersama- sama antara SKPD, konsultan dan Pemerintah Kota terpilih.

  2. Membuat pedoman atau ketentuan desain RTH sehingga dapat mengakomodasi masukan masyarakat luas.

VII. TENAGA AHLI YANG DIBUTUHKAN

  Disyaratkan dengan pendidikan sekurang-kurangnya jenjang S1 Teknik

  c. Merumuskan output penyediaan dan pengelolaan RTH.

  b. Mempersiapkan inventarisasi masukan pemerintah kota dan masyarakat.

  

a. Membuat pedoman/ketentuan desain dan pengelolaan RTH.

  Disyaratkan dengan pendidikan sekurang-kurangnya jenjang S1 bidang teknik planologi atau arsitektur yang dibuktikan dengan ijasah S1 atau S2 atau S3 di bidang tersebut sekurangnya 5 tahun setelah lulus. Dengan pengalaman profesional di bidang perancangan kota sekurang-kurangnya 3 tahun (untuk S1) dan 2 tahun (untuk S2 dan S3). Lingkup penugasan dan tanggung jawab ahli perancangan kota bersama– sama dengan tenaga ahli lain adalah :

  32 MM

  6 Orang

  5 Total

  1 Orang

  6 Ahli Geografi/ GIS

  5

  1 Orang

  5 Ahli Ekonomi/Pembiayaan Pembangunan

  5

  1 Orang

  1 Orang

  3. Konsultasi pelaksanaan Fasilitasi Prakarsa Masyarakat dan Peningkatan Ruang Terbuka Hijau (RTH) Perkotaan menghimpun masukan-masukan desain RTH

  4. Mewujudkan desain terbaik pada lokasi yang telah ditentukan (sebagai Pilot Project).

  Untuk melaksanakan pekerjaan ini diperlukan 6 Tenaga Ahli sebanyak 32 MM sesuai bidang keahliannya, dengan pengalaman profesi sebagai berikut:

  TABEL 1. KEBUTUHAN TENAGA AHLI

No. Tenaga Ahli Jumlah Bulan

  1 Ahli Perancangan Kota (Ketua Tim)

  6

  4 Ahli Pemberdayaan Masyarakat

  2 Ahli Urban Desain/Arsitek Lansekap

  1 Orang

  6

  3 Ahli Lingkungan

  1 Orang

  5

1) Ahli Perancangan Kota

2) Ahli Urban Desain/Arsitek Lansekap

  atau S3 di bidang tersebut sekurangnya 5 tahun setelah lulus. Dengan pengalaman profesional di bidang perancangan kota/kawasan sekurang- kurangnya 3 tahun (untuk S1) dan 2 tahun (untuk S2 dan S3). Lingkup penugasan dan tanggung jawab ahli Urban Desain/Arsitek Lansekap bersama–sama dengan tenaga ahli lain adalah :

  a. Membuat pedoman/ketentuan desain dan pengelolaan RTH.

  b. Mempersiapkan inventarisasi masukan pemerintah kota dan masyarakat.

  c. Merumuskan output penyediaan dan pengelolaan RTH.

3) Ahli Lingkungan

  Disyaratkan dengan pendidikan sekurang-kurangnya jenjang S1 ilmu lingkungan atau Teknik Lingkungan yang dibuktikan dengan ijasah S1 atau S2 atau S3 di bidang tersebut sekurangnya 5 tahun setelah lulus. Dengan pengalaman profesional di sekurang-kurangnya 3 tahun (untuk S1) dan 2 tahun (untuk S2 dan S3). Lingkup penugasan dan tanggung jawab ahli lingkungan bersama–sama dengan tenaga ahli lain adalah :

  a. Membuat pedoman/ketentuan desain dan pengelolaan RTH.

  b. Mempersiapkan inventarisasi masukan pemerintah kota dan masyarakat.

  c. Merumuskan output penyediaan dan pengelolaan RTH.

4) Ahli Pemberdayaan Masyarakat

  Disyaratkan dengan pendidikan sekurang-kurangnya jenjang S1 bidang Sosiologi atau kesejahteraan sosial, yang dibuktikan dengan ijasah S1 atau S2 atau S3 di bidang tersebut sekurangnya 5 tahun setelah lulus. Dengan pengalaman profesional di bidang bidang sosial budaya terutama pengembangan komunitas (community development) sekurang-kurangnya 3 tahun (untuk S1) dan 2 tahun (untuk S2 dan S3).

  Lingkup penugasan dan tanggung jawab ahli Pemberdayaan Masyarakat adalah : a. Mempersiapkan inventarisasi masukan pemerintah kota dan masyarakat.

  b. Merumuskan output penyediaan dan pengelolaan RTH dengan konsep peran serta masyarakat di dalamnya.

  5) Ahli Ekonomi/Pembiayaan Pembangunan

  Disyaratkan dengan pendidikan sekurang-kurangnya jenjang S1 bidang ekonomi pembangunan yang dibuktikan dengan ijasah S1 atau S2 atau S3 di bidang tersebut sekurangnya 5 tahun setelah lulus. Dengan pengalaman profesional di bidang pembiayaan pembangunan sekurang-kurangnya 3 tahun (untuk S1) dan 2 tahun (untuk S2 dan S3). Tugas dan tanggung jawab ahli ekonomi pembiayaan pembangunan adalah merumuskan strategi pembiayaan pada upaya penyediaan dan pengelolaan RTH.

  6) Ahli Geografi/ GIS

  Disyaratkan dengan pendidikan sekurang-kurangnya jenjang S1 Geografi/GIS yang dibuktikan dengan ijasah S1 atau S2 atau S3 di bidang tersebut sekurangnya 5 tahun setelah lulus. Dengan pengalaman profesional di bidang Sistem Informasi Geografis sekurang-kurangnya 3 tahun (untuk S1) dan 2 tahun (untuk S2 dan S3).

  Tugas dan tanggung jawab ahli geografi/GIS adalah mempersiapkan peta dasar dan peta landuse lokasi RTH. Selain Tenaga Ahli tersebut, dibutuhkan pula Tenaga Pendukung sebagai berikut:

  TABEL 2. KEBUTUHAN TENAGA PENDUKUNG No.

  Jumlah Bulan Tenaga Pendukung

  1 Sekretaris

  1 Orang

  6

  2 Operator Komputer

  1 Orang

  6 Total

  2 Orang

  12 MM

  VIII. KURUN WAKTU PENCAPAIAN KELUARAN

Kurun waktu pelaksanaan pekerjaan Fasilitasi Prakarsa Masyarakat dan Peningkatan

RTH Perkotaan ini adalah selama 6 (enam) bulan kalender terhitung sejak dikeluarkannya

SPMK.

  IX. BIAYA YANG DIBUTUHKAN

  Untuk Pelaksanaan kegiatan ini diperlukan biaya sebagaimana RAB terlampir.

X. KELUARAN DAN PELAPORAN

  

Pelaksanaan kegiatan Fasilitasi Prakarsa Masyarakat dan Peningkatan RTH Perkotaan

ini akan dilaporkan melalui laporan-laporan berikut: 1) Laporan Pendahuluan

  Laporan ini berisikan metoda atau cara pelaksanaan kegiatan, jadwal rinci pelaksanaan kegiatan, dan personil yang akan terlibat dalam pelaksanaan kegiatan ini, serta panduan penyusunan proposal rencana perwujudan dan pengelolaan RTH kota yang akan disusun pemerintah kota. Laporan pendahuluan ini dibuat sebanyak 10 eksemplar dan diserahkan 1 bulan setelah SPMK ditandatangani. Presentasi untuk Laporan Pendahuluan akan dilakukan di pusat dan di daerah.

  2) Laporan Antara

  Laporan ini akan berisikan hasil survei lapangan bersama dengan pemerintah kota berupa penentuan lokasi, luasan dan batasan RTH kota dari masing- masing kota terpilih, pedoman/ketentuan-ketentuan desain RTH, serta laporan pelaksanaan penyusunan desain RTH termasuk hasil pelaksanaannya, desain RTH terbaik, dan laporan fasilitasi yang telah diberikan kepada pemerintah kota dalam bentuk pendampingan pembentukan Tim Desain Daerah. Laporan ini akan dibuat sebanyak 20 eksemplar dan diserahkan 4 bulan setelah SPMK ditandatangani.

  3) Laporan Akhir

  Laporan akhir ini akan berisikan penyempurnaan laporan sebelumnya dilengkapi laporan monitoring kemajuan perwujudan dan pengelolaan RTH kota tersebut. Laporan ini dibuat sebanyak 20 eksemplar diserahkan 6 bulan setelah pelaksanaan pekerjaan. Laporan akhir dilengkapi dengan : a. Executive Summary

  Executive Summary merupakan ringkasan dari seluruh laporan pelaksanaan pekerjaan, dibuat sebanyak 10 eksemplar.

b. Compact Disc (CD)

  Berisi softcopy dari seluruh laporan yang dibuat oleh Konsultan harus

  c. Indikasi Program, baik itu jangka pendek, jangka menengah, dan jangka

  panjang dalam rangka upaya penyediaan dan peningkatan RTH berbasis peran serta masyarakat.

  d. Rencana Pembiayaan.

  e. Dokumen teknis lainnya, meliputi album gambar desain RTH kota

  (siteplan+ilustrasi 3D) sebagai pedoman pelaksanaan pembangunan RTH kota serta dokumentasi perwujudannya dilapangan, diserahkan sebanyak 10 eksemplar. Presentasi untuk Laporan Akhir akan dilakukan di pusat dan di daerah.

XIII. KEPEMILIKAN DATA DAN HASIL KEGIATAN

  Seluruh kepemilikan data dan hasil kegiatan sebagaimana dicantumkan dalam KAK ini adalah organisasi pengguna jasa yakni Satuan Kerja Perangkat Daerah Dekonsentrasi Pekerjaan Umum bidang Penataan Ruang Provinsi ……….

   Kepala SKPD Dekonsentrasi PU Bidang Penataan Ruang Provinsi ........................... ............. ............ NIP...............................................