HUBUNGAN TIMBAL BALIK ANTARA DOA DAN SEMANGAT PENITEN REKOLEK MENURUT SPIRITUALITAS SUSTER FRANSISKAN SUKABUMI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  HUBUNGAN TIMBAL BALIK ANTARA DOA DAN SEMANGAT PENITEN REKOLEK MENURUT SPIRITUALITAS SUSTER FRANSISKAN SUKABUMI SKRIPSI

  Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama katolik

  Oleh: Atik Suparyanti NIM : 081124011 PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN KEKHUSUSAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK JURUSAN ILMU PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  

PERSEMBAHAN

  Skripsi ini kupersembahkan kepada kongregasi Suster Fransiskan Sukabumi, yang telah memberikan kesempatan untuk belajar, orang tua yang selalu menyertaiku dalam setiap doanya, teman-teman sepanggilan yang selalu memberiku semangat, dan semua orang yang telah mendukungku lewat sapaan, senyuman, perhatian, kasih dan terutama doa-doa yang memberi daya kekuatan dan sumber pengharapan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  

MOTTO

  “Bersukacitalah dalam pengharapan, bersabarlah dalam kesesakan, dan bertekunlah dalam doa.” (Rom 12:12)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  ABSTRAK Skripsi ini berjudul “HUBUNGAN TIMBAL BALIK ANTARA DOA DAN

  SEMANGAT PENITEN REKOLEK MENURUT SPIRITUALITAS SUSTER FRANSISKAN SUKABUMI”. Pemilihan judul skripsi ini bertitik tolak pada perlunya lebih menghidupi doa dan semangat peniten rekolek dalam hidup para suster Fransiskan Sukabumi. Pemahaman doa yang baik akan membantu dalam perwujudan sikapnya. Peranan semangat peniten rekolek untuk semakin memberi kekuatan dalam menghidupi semangat kongregasi. Maka perlulah mengetahui hubungan timbal balik antara doa dan semangat peniten rekolek dalam hidup para Suster Fransiskan Sukabumi sehingga nanti semangat ini dapat dihidupi dan mampu diwujudkan dalam hidup pribadi, komunitas maupun dalam karya. Penulis mengkaji masalah ini menggunakan metode studi pustaka.

  Semangat peniten rekolek dan doa adalah warisan dari pendiri yang perlu terus dihidupi sehingga nilai-nilai yang terkandung di dalamnya tidak hilang ataupun luntur. Dalam usaha untuk meghidupi nilai-nilai yang ada dalam semangat kongregasi maka perlulah untuk memahami dan mendalami sejarah munculnya semangat peniten rekolek. Munculnya semangat peniten rekolek ini di prakasai oleh beberapa tokoh diantaranya: Petrus Marchant dan Yohana Van Yesus. Dari kedua tokoh ini di dapatkan bagaimana perjuangan dalam usaha untuk menghidupi semangat pembaharuan yang sampai sekarang masih hidup dan relevan di zaman ini. Suster Fransiskan Sukabumi mempunyai teladan hidup yang nyata khususnya dalam menghidupi semangat peniten yaitu St. Fransiskus Assisi. Fransiskus menjadi model dalam penghayatan semangat peniten rekolek karena kerendahan hatinya dan totalitasnya kepada Allah.

  Doa dalam hidup para Suster Fransiskan Sukabumi merupakan bentuk bakti dan juga usaha untuk semakin menghidupi semangat peniten rekolek. Suster Fransiskan Sukabumi dipanggil untuk menjadi pendoa dan pentobat yang sejati karena kongregasi ini memiliki semboyan hidup sebagai peniten rekolek. Maka akan ditemukan benang merah kaitan antara doa dan semangat peniten rekolek bahwa doa mendukung semangat peniten rekolek maupun sebaliknya semangat peniten rekolek mendukung dalam perwujudan doa.

  Katekese Shared Cristian Praxis (SCP) adalah salah sarana yang dapat dipergunakan untuk semakin menyuburkan semangat peniten rekolek dalam hidup para Suster Fransiskan Sukabumi. Katekese model SCP sebagai bentuk on going

  

formation karena memiliki kekhasan, sharing pengalaman iman, bentuk pertemuan

  dialog patisipatif, peserta sebagai subyek yang mampu membuat perubahan. Program Katekese yang ditampilkan untuk membantu para suster semakin menghidupi imannya. Penulis berharap bahwa semakin lama akan semakin memahami hubungan antara doa dan semangat peniten rekolek dalam hidup pribadi, komunitas maupun dalam karya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  

ABSTRACT

  The title of this thesis is THE MUTUAL CONNECTION BETWEEN THE PRAYER AND THIS SPIRIT OF THE RECOLLECT PENITENCE ACCORDING TO THE SPIRITUALITY OF THE FRANSISCAN SISTERS OF SUKABUMI. The writer chose this title based on the needs to provide sustenance for prayer and the spirit of the recollect penitence in the life of the Fransiscan sisters of Sukabumi. Well understanding about prayer will helped the sisters in assisting their realization of their attitude. The role of the spirit of the recollect penitence is to strengthen their way of life in living out the spirit of the congregation. So it is nessary to know about the mutual connection between the prayer and the spirit of the recollect penitence in the life of the Fransiscan sisters of Sukabumi, later on, they can live out this spirit and able to realize on their own lives, in the community and apostolic activities. The writer examines this problem using the method of literature.

  The spirit of the recollect penitence and prayer was the heritage of ythe founder which is needed to live it so that the values contained in it will not lost whethet faded. In an effort to live out the values that exist in the spirit of the congregation, it is needed to understand about the history of emerged initiating by several prominent figures including Peter Machant and Joana Van Yesus. Based om there two prominent figures we can find how they were stuggling to live out the spirit of renewal that still revant till this modern world. The Fransiscan sisters of Sukabumi have a real life example especially in living out the spirit of the recollect penitence that is St. Fransicis of Assisi. He became a model of total comprehension in living out the spirit of the recollect penitence, because of this humility and the totality of self giving to God.

  Prayers in the life of the Fransiscan sisters of Sukabumi are form of devotions and the effort to be more provided sustenance for the spirit of the recollect penitence. The Fransiscan sisters of Sukabumi are called to become a genuine prayer and a repentant person, because this congregation have a motto that is to live as a recollect penitence. It will be found in common thread that links between prayer and the spirit of the recollect penitence, neither is prayer able to support the spirit of the recollect penitence nor just the opposite the recollect penitence will support the realization of prayer.

  Cathechesis Shared Christian Praxis (SCP) is one means that we can use it in enriching out spirit of recollect penitence as a Fransiscan sisters of Sukabumi, personal, community and work of mission. Cathechesis Shared Christian Praxis (SCP) as a form of on going formation because of the uniqueness in terms of faith sharing experiences, participatory dialogue, participants as a subject which able to maka a changes. Catechetical program was offer to help the sisters to understand more about the mutual connection between the prayer and the spirit of the recollect penitence in their lives as personal, community and in the mission work.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  Puji dan syukur kepada Allah yang Maha baik, karena penyertaan-Nya yang tiada hentinya, sehingga penulis bisa menyelesaikan Skripsi yang berjudul: HUBUNGAN TIMBAL BALIK ANTARA DOA DAN SEMANGAT PENITEN REKOLEK MENURUT SPIRITUALITAS SUSTER FRANSISKAN SUKABUMI.

  Penulisan skripsi ini bertujuan memberikan sumbangan, untuk hidup religius dalam hubungan dengan doa yang merupakan ciri khas kehidupan religius. Doa dan pertobatan menjadi gerak bersama yang mampu mendukung dalam hidup rohani.

  Penulis bersyukur bahwa kehadiran banyak pihak baik secara langsung maupun tidak yang telah mendampingi, membimbing, mendoakan dan memotivasi penulis, sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan banyak terimakasih kepada:

  1. Rm. Dr. J Darminta, SJ selaku dosen pembimbing utama, yang telah menyediakan waktu untuk membimbing dengan setia dan sabar, mengarahkan, memberikan masukan dan memotivasi dalam menyusun skripsi ini.

  2. Rm. Drs. FX. Heryatno W.W.,S.J., M.Ed. selaku kaprodi IPPAK yang telah mendukung dan menyemangati penulis dalam menyelesaikan skripsi.

  3. Bpk. Y.H. Bintang Nusantara, SFK, M. Hum selaku dosen penguji II dan pembimbing akademik yang telah mendampingi, memberikan motivasi, membimbing dengan penuh kesabaran selama penulis menyelesaikan skripsi.

  4. Bpk. Drs. L. Bambang Hendarto Y. M. Hum selaku dosen III yang selalu setia mengarahkan dan membantu penulis untuk menyelesaikan tugas skripsi.

  5. Segenap Staf Dosen prodi IPPAK Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidkan Universitas Sanata Dharma yang membimbing penulis selama belajar.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR ISI

  HALAMAN JUDUL ......................................................................................... i PERSETUJUAN PEMBIMBING ..................................................................... ii PENGESAHAN ............................................................................................... iii PERSEMBAHAN ............................................................................................. iv MOTTO ............................................................................................................... v PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ............................................................ vi PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI............................................. vii ABSTRAK ...................................................................................................... viii

  

ABSTRACT ........................................................................................................ ix

  KATA PENGANTAR ......................................................................................... x DAFTAR ISI .................................................................................................... xii DAFTAR SINGKATAN ................................................................................ xvii

  BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ..................................................................................... 1 B. Rumusan Masalah ................................................................................. 9 C. Tujuan Penulisan ................................................................................... 9 D. Manfaat Penulisan ............................................................................... 10 E. Metode Penulisan ................................................................................ 10 F. Sistematika Penulisan .......................................................................... 11 BAB II SPIRITUALITAS PENITEN REKOLEK SUSTER FRANSISKAN SUKABUMI A. Latar Belakang Sejarah Gerakan Spiritualitas Peniten Rekolek Suster Fransiskan Sukabumi .......................................................................... 13

  1.Sejarah Peniten Rekolek Suster Fransiskan Sukabumi .................... 14

  2.Sejarah Peniten Rekolek menurut Kontitusi Limburg ..................... 17

  a. Petrus Marchan Perancang Konstitusi Limburg ......................... 18

  b. Yohana Van Yesus Perancang Konstitusi Limburg ................... 19

  c. Kekhasan Yohana Van Yesus ..................................................... 21

  PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  2.Hubungan Keempat Kongregasi Peniten Rekolek ........................... 29 C. Peniten Rekolek menurut St. Fransiskus Assisi .................................. 30

  1.Awal Pertobatan St. Fransiskus Assisi ketika berdoa di depan Salib San Damiano ..................................................................................... 30

  a. Titik Awal Pertobatan Fransiskus ............................................... 31

  b. Praktek Pertobatan oleh Fransiskus ............................................ 32

  c. Puncak Hidup Pertobatan Fransiskus ......................................... 33

  2.Teladan Hidup Fransiskus Assisi dalam Memaknai Peniten Rekolek

  a. Semangat Tobat .......................................................................... 34

  b. Semangat Doa ............................................................................. 35

  c. Hidup dalam Kemiskinan ........................................................... 36

  d. Hidup dalam Semangat Kehinadinaan ....................................... 37 D. Spriritualitas Peniten Rekolek dalam Konstitusi Suster Fransiskan

  Sukabumi ............................................................................................. 37

  1.Pengertian Spiritualitas secara umum .............................................. 38

  2.Pengertian Spiritualitas menurut Konstitusi Suster Fransiskan Sukabumi berdasarkan Kapitel Th. 2012 .......................................... 38

  a. Menghayati Kasih ...................................................................... 39

  b. Yesus Kristus Injili ..................................................................... 39

  c. Hidup Persaudaraan .................................................................... 40

  d. Tobat ........................................................................................... 40

  e. Doa .............................................................................................. 40

  f. Pelayanan .................................................................................... 41

  g. Kesederhanaan ............................................................................ 41

  3. Usaha Kongregasi dalam Menfasilitasi Penghayatan Spiritualitas ..................................................................................... 42 E. Tantangan dalam Menghayati Semangat Peniten Rekolek ................. 43

  1.Tantangan Zaman Modern bagi Suster Fransiskan Sukabumi ......... 43

  2.Relevansi Peniten Rekolek untuk Zaman ini ................................... 46

  BAB III DOA DALAM KEHIDUPAN PARA SUSTER FRANSISKAN

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB I PENDAHULUAN Hidup religius adalah salah satu bentuk panggilan khusus. Seorang religius

  yang dipanggil memerlukan waktu untuk dapat berproses dalam menanggapi panggilanNya. Dalam proses menanggapi panggilan perlu memperhatikan hidup doanya. Bagi para religius doa merupakan hal yang pokok dan mendasar yang perlu dihayati dan dihidupi. Doa menjadi dasar bagi para religus untuk dapat melaksanakan apa yang menjadi kehendakNya. Sebagai religius tidak hanya melaksanakan doa tetapi juga perlu melakukan pertobatan dengan semangat tobat. Doa dan pertobatan Dalam kehidupan seorang religius merupakan hal penting, begitu juga dalam hidup para Suster Fransiskan Sukabumi doa dan pertobatan merupakan dua hal yang penting yang perlu diusahakan untuk semakin menjadi milik. Doa dan pertobatan merupakan dua hal penting karena para Suster Fransiskan Sukabumi memiliki spirit hidup sebagai peniten rekolek. Dalam usaha untuk semakin menghayati dan menghidupi semangat peniten rekolek ini maka perlunya on going formation (pembelajaran terus menerus). Dalam bab I penulis akan menguraikan latar belakang penulisan skripsi, rumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode penulisan dan sistematika penulisan mengenai hubungan timbal balik antara doa dan semangat peniten rekolek menurut spiritualitas Suster Fransiskan Sukabumi.

A. Latar Belakang

  Hidup religius merupakan panggilan yang dihayati oleh manusia dalam

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  Hidup Kristen merupakan hidup pertobatan terus menerus, yang berarti terus menerus mengarahkan hidup kepada Tuhan, atau dipanggil untuk mengadakan pembaharuan.

  Pembaharuan itu bukan berarti mengubah atau menggantikan karisma khas hidup religius, sehingga pembaharuan itu tetap menjaga kekhasan tarekat. Pembaharuan yang perlu dilakukan antara lain dalam hal doa.

  Doa merupakan sarana memupuk hidup batin (ET n. 45) doa adalah ungkapan kedalaman kerinduan untuk dapat berjumpa dengan Allah. Doa adalah ungkapan semangat keanakkan maupun semangat penghambaan di hadapan Allah dan merupakan pernyataan iman bahwa Allah memang kuasa atas hidupnya. Oleh karena berdoa merupakan saat dimana orang membiarkan Allah menyatakan diriNya menopang hdup manusia. Doa merupakan bentuk olah diri agar menjadi orang rohani. (Darminta,1983:28-29)

  Doa adalah sarana dimana seorang religius menyadari bahwa hidupnya ditopang oleh Allah, dan sumber kehidupannya. Pengalaman akan kepercayaan dan keyakinan akan pertolongan Allah itu terungkap dalam doa. Dalam doa orang akan bertemu dalam relasi intim penuh kerinduan akan peran serta Allah dalam kehidupannya.

  Doa merupakan bagian inti dalam kehidupan seorang religius. Dalam Konsili Vatikan II, dalam Dekrit Perfectae Caritatis (1993: art. 6) menegaskan: “ Mereka yang mengikarkan nasihat Injil harus mencari dan mencintai di atas segalanya Allah, Yang lebih dahulu mencinta kita (bdk 1 Yoh 4: 10). Dalam segala situasi hendaknya mereka mengembangkan kehidupan yang tersembunyi bersama Kristus di dalam Allah (bdk Kol 3:3)”. Relasi yang intim dengan Allah dalam ketulusan dan penyerahan diri yang utuh akan semua realitas hidup.

  Setiap pribadi religius diharapkan mampu mengembangkan hidup pribadinya dan imannya sehingga memiliki daya dampak dalam kehidupannya. Sebagai religius

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  untuk semakin menghayati imannya salah satunya adalah pembaharuan yang ditetapkan oleh Konsili Vatikan II ialah: Lembaga hidup monastik hendaknya dipertahankan dengan setia dan makin memancarkan semangatnya yang asli baik Timur maupun Barat. Lembaga ini berjasa luhur selama perjalanan abad dalam Greja dan dalam masyarakat manusia. Tugas utama para rahib ilaha memberikan pelayanan kepada Kedaulatan Ilahi, pelayanan yang serentak rendah hati dan anggun di balik tembok-tembok pertapaan, ilahi dalam kehidupan tertutup, maupun dengan menerima secara sah sejumlah karya dibidang kerasulan atau cinta kasih Kristen. Maka, sambil mempertahankan ciri khas tiap lembaga, hendaknya tradisi-tradisi tua yang baik diperbaharui dan disesuaikan dengan kebutuhan jiwa-jiwa dewasa ini sekian, sehingga pertapaan menjadi semisal pesemaian bagi pembaharuan umat Kristen. Demikian pula sebaliknya biara-biara yang berdasarkan peraturan atau lembaganya menggabungkan secara mesra kehidupan kerasulan dengan ofisi dalam koor dan dengan tata hidup pertapaan, menyerasikan cara hidupnya dengan tuntutan-tuntutan kerasulan yang sesuai baginya, sehingga mereka mengikuti tata hidupnya dengan setia sebagai sesuatu yang sangat bermanfaat bagi kepentingan Gereja. (PC. Art. 9)

  Lembaga hidup bakti perlu menyadari pentingnya kontemplasi karena dimensi ini ditemukan dalam doa dan karya. Doa menjadi salah satu makanan jiwa dan kekuatan dalam kehidupan seorang religius. Kehidupan doa tidak hanya berhenti pada keteraturan, ketaatan, kedisiplinan dalam doa tetapi juga menyangkut pada hal-hal lainnya. Doa yang dihayati dan dihidupi ini setiap hari perlu memiliki daya dampak dalam kehidupan seorang religius. Doa menjadi salah satu hal penting dalam kehidupan religius. Doa menjadi kekuatan dalam kehidupan religius, berbagai usaha dilakukan untuk dapat semakin memaknai doa. Pembaharuan dalam hidup doa perlu diusahakan terus menerus karena doa ini menjadi inti hidup religius yang perlu dikembangkan dan dihayati sehingga semakin memantapkan hidup panggilan.

  Pembaharuan yang dilakukan oleh lembaga religius tidak hanya dalam hidup doa tetapi juga semangat tobat, karena tobat menjadi ciri khas seorang religius. Hidup

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  mengembangkan hidup rohani. Dalam kongregasi SFS kehidupan doa dan semangat pertobatan perlu diperbaharui terus menerus karena SFS memiliki dua ciri khas yaitu sebagai peniten rekolek sebagai pentobat dan pendoa. Para suster Fransiskan Sukabumi memiliki semangat Peniten Rekolek. Peniten artinya: pertobatan dan Rekolek artinya: mengumpulkan kembali. Jadi Peniten Rekolek artinya: Kembali memusatkan diri pada Allah. Bentuk dari peniten : pertobatan, ulahtapa, matiraga.

  Bentuk rekolek: samadi, permenungan, kontemplasi. Usaha untuk kembali pada semangat awal ini memotivasi untuk sungguh menghargai dan memberi tekanan penting khususnya dalam hidup rohani yang menjadi salah satu aspek yang menentukan dan mendukung hidup sebagai religius.

  Kongregasi SFS disebut: “Saudara-saudari para pentobat” (AngOrReg art.2). Mengapa disebut dengan saudari-saudari para pentobat, karena Fransiskus menamakan dirinya adalah pentobat dari Asisi. Fransiskus sangat menekankan hidup dalam pertobatan, ia sangat menghidupi semangat tobat dalam keseluruhan hidupnya. “Pertobatan” biasanya dipahami sebagai praktek usaha-usaha matiraga lahiriah, seperti halnya: puasa dan matiraga. “Pertobatan” (Metanoia) Injili berarti harafiah merupakan suatu perubahan budi, pembaharuan menyeluruh dan terus menerus atas diri seseorang yang mengarahkan kepada kesatuan dengan Allah dengan seluruh keberadaannnya.

  Di setiap tempat di mana pun juga, pada setiap saat dan segala waktu, hendaklah saudara-Saudari dengan sungguh-sungguh dan rendah hati mengimani Allah yang kekal, mahatinggi, dan mahaluhur, Bapa dan Putera dan Roh kudus; hendaklah mereka memiliki-Nya di dalam hati dan mencintai-Nya, menghormati, menyembah, mengabdi, memuji, meluhurkan serta memuliakan- Nya. Hendaklah mereka menyembah Dia dengan hati yang murni, karena kita

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  Dengan jelas dikatakan Fransiskus bahwa saudara-saudari selalu menyediakan waktu khusus untuk berdoa serta tidak jemu-jemu. Menyadari bahwa Allah sungguh Mahaluhur dan pengikutnya diajak untuk memiliki kesungguhan dalam kehidupannya. Fransiskus mengajarkan kepada kita religius yang mengambil semangat dari St. Fransiskus, dapat mengikuti hidup seturut injil. “Cara hidup saudara-saudari Ordo Ketiga Regular Santo Fransiskus ialah: menepati Injil Suci Tuhan Yesus Kristus, dengan itu hidup dalam ketaatan tanpa milik dan dalam kemurnian....(AngOrReg Art.1). Berarti bahwa Injil menjadi sumber utama dari segala peraturan yang ada. Dalam AngOrReg dinyatakan bahwa setiap saudara yang mengambil spiritualitas Fransiskus diajak untuk menepati Injil sebagai pegangan dan pedoman dalam kehidupannya.

  Sebagai pengikut Fransiskus para suster SFS diingatkan untuk selalu: .....Sebagai pengikut Yesus Kristus menurut teladan Fransiskus, mereka wajib mengerjakan hal-hal yang lebih banyak dan lebih besar dengan menepati perintah dan nasihat Tuhan kita Yesus Kristus, dan mereka harus menyangkal dirinya sebagaimana mereka masing-masing telah janjikan kepada Allah (AngOrReg art.1b hal: 6)

  Dalam AngOrReg ini Fransiskus memberikan beberapa nasihat yang diarahkan bagi kaum religius . Undangan untuk mengerjakan hal-hal yang besar dan luhur sesuai dengan injil yang memadukan pertobatan. Pertobatan injili yang dituntut oleh kehadiran kerajaan Allah. Hidup pertobatan dapat diwujudkan lewat: puasa badani, matiraga terhadap kesombongan, dan melawan dosa-dosa.

  Dalam kehidupan religius kita temukan juga adanya kecenderungan untuk mapan, tidak mau berubah, merasa sudah mampu melakukan segala sesuatu dan tidak

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  tak berkembang, diantaranya adalah dalam doa bisa kita lihat bagaimana kehadiran dalam doa itu sungguh dengan sepenuh hati atau hanya sekedar kewajiban saja. Begitu pula dalam penghayatan pertobatan apakah sudah mampu untuk mewujudkannya dalam kehidupan bersama. Para suster SFS juga mengalami kesulitan terutama dalam penghayatan dan menghidupi spiritualitas kongregasi.

  Dalam rekomendasi kapitel di Sukabumi, tanggal 3 April 2012 para kapitularis menemukan sejumlah keprihatinan, bertolak dari pengalaman hidup sebagai anggota Kongregasi Suster Fransiskan Sukabumi khususnya dalam hidup komunitas, menggereja dan memasyarakat. Keprihatinan mendorong untuk mencari, menggali, menemukan dan mendalami khasanah rohani pendiri, kongregasi, sejarahnya antara lain: Upaya-upaya pendalaman spiritualitas belum cukup memotivasi, mendorong dan menggugah para Suster Fransiskan Sukabumi untuk hidup sesuai dengan spiritualitas. Dalam Kapitel ini menjadi titik tolak untuk melihat bahwa para suster SFS perlu memahami dan mendalami spiritualitas sebagai suatu bentuk on going formation.

  Pembaharuan terus menerus adalah salah satu usaha untuk semakin mengembangkan hidup religius. Sebagai seorang religius dituntut untuk selalu hidup dalam semangat pembaharuan terus menerus. Pembaharuan terus menerus ini dikenal dalam kehidupan religius sebagai on going formation. Pembaharuan yang dilakukan dalam kehidupan religius dilakukan dalam banyak aspek antara lain: doa, persaudaraan, spiritualitas, karya, pelayanan, dll. Pembaharuan ini dirasakan sebagai usaha yang tidak hanya sekali jadi, perlu proses yang panjang dan juga ketekunan dalam mengusahakannya.

  Untuk dapat mengetahui sejauh mana hubungan antara doa dan semangat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  Semua orang beriman kristiani menurut cara masing-masing wajib melakukan tobat demi hukum ilahi. Akan tetapi, agar mereka semua bersatu dalam pelaksanaan tobat bersama, ditentukan hari-hari tobat, saat orang-orang beriman kristiani secara khusus meluangkan waktu untuk berdoa, menjalankan ibadat dan karya amalkasih, menyangkal diri sendiri dengan melaksanakan kewajiban-kewajibaannya secara lebih setia dan terutama dengan puasa dan berpantang, seturut norma kanon(1249).

  Dalam kanon ini mau ditegaskan bahwa perlu melakukan pertobatan yang sejati yang disertai dengan kesungguhan, melakukan hal-hal yang nyata yang menjadi ciri khas pertobatan. Pertobatan berdasarkan AngOrReg art. 13 memberikan beberapa orientasi yang khas pertobatan: perjalanan pertobatan, tindakan-tindakan penitensi dan partisipasi dalam sengsara Kristus. Anggaran Dasar dan cara hidup Saudara-saudari Ordo ketiga regular Santo Fransiskus (2001:pasal 1 ayat 2) sebagai berikut:

  Saudara-saudari dari Ordo ini, bersama semua orang yang mau mengabdi Tuhan Allah di dalam Gereja yang kudus, katolik dan apostolic, hendaknya bertekun dalam iman dan pertobatan yang sejati. Mereka mau menghayati pertobatan injili ini dalam semangat doa dan kemiskinan serta kerendahan hati. Dan hendaknya mereka menjauhkan diri dari segala kejahatan dan bertekun dalam yang baik hingga akhir sebab Putera Allah sendiri akan datang dengan mulianya dan mengatakan kepada semua orang yang mengakui Dia dan menyembah serta mengabdi kepadaNya dalam pertobatan: Mari hai kamu yang diberkati Bapa-Ku, terimalah kerajaan yang telah disediakan bagimu sejak awal.

  Dalam usaha untuk mengahayati dan melakukan pembaharuan tentu mengalami pasang surut maka perlu usaha untuk terus meningkatkan semangat peniten rekolek dalan kehidupan para suster Fransiksan Sukabumi. Para suster SFS sudah banyak belajar untuk memahami maksud dari konstitusi dan memahami apa yang menjadi ciri khas kongregasi yaitu semangat peniten rekolek, maka dalam usaha untuk semakin paham dan menghayati perlu ada pembelajaran terus menerus: lewat belajar bersama,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  Pemahaman akan doa dan semangat peniten rekolek perlu dipahami oleh para suster karena hal ini mendukung dalam penghayatan dalam kehidupan bersama.

  Pembaharuan terus menerus berkaitan dengan doa perlu diusahakan untuk semakin meningkatkan hidup beriman kristiani. Sehingga para suster semakin tangguh dalam kehidupan serta tidak mudah putus asa dalam menghadapi masalah-masalah yang ada, sehingga mampu mewujudkan diri sebagai tempat pengungsian bagi yang membutuhkannya. Doa menjadi sumber kekuatan dan ciri khas seorang Fransiskan rekolek maka dimensi hidup doa menjadi hal yang penting yang perlu diusahakan.

  Sehingga doa bukan hanya sebatas formalitas saja atau kewajiban tetapi sebagai kebutuhan yang hakiki yang mampu mendukung dalam kehidupan sebagai seorang Fransiskan sejati. Sehingga penulis merasa tertarik untuk mengetahui hubungan antara doa dan semangat peniten rekolek dalam kehidupan para suster SFS apakah dari antara keduanya ada hubngan yang semakin menyuburkan sehingga mampu mewujudkan sebuah pembaharuan. Doa menuju pada pembaharuan terus menerus dan pertobatan yang sejati.

  Agar manusia tidak terjebak dalam rutinitas doa maka perlu melakukan pembaharuan terus menerus, dalam hal motivasi, semangat, memberi makna dalam doa. Bukan hanya sekedar rutinitas, atau kewajiban tetapi sebagai sumber kekuatan kekuatan yang menghidupkan. Untuk dapat memahami hubungan timbal balik antara semangat peniten rekolek dalam hidup doa sehingga keduanya dapat saling mendukung dan semakin memajukan kehidupan rohani. Memampukan menjadi setiap anggotanya untuk menjadi pembawa damai bagi sesama, dewasa dan mampu

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  gagasan yang sesuai dengan permasalahan yang dihadapi oleh para Suster Fransiskan Sukabumi, sehingga pada penulisan skripsi ini penulis mengambil judul:

  “HUBUNGAN TIMBAL BALIK ANTARA DOA DAN SEMANGAT

PENITEN REKOLEK MENURUT SPIRITUALITAS SUSTER FRANSISKAN

SUKABUMI.” B. Rumusan Permasalahan 1.

  Apakah latar belakang semangat peniten rekolek Suster Fransiskan Sukabumi? 2. Bagaimanakah pandangan Suster Fransiskan Sukabumi mengenai semangat peniten rekolek?

  3. Bagaimana doa dalam kehidupan para suster Fransiskan Sukabumi menurut spiritualitas kongregasi?

  4. Bagaimana hubungan timbal balik antara doa dan semangat peniten rekolek dalam kehidupan para Suster Fransiskan Sukabumi?

  5. Usaha apa yang dapat dilakukan untuk semakin menyuburkan semangat peniten rekolek bagi para Suster Fransiskan Sukabumi?

  C. Tujuan Penulisan

  Adapun tujuan yang hendak dicapai dalam penulisan ini adalah: 1. Membantu para Suster Fransiskan Sukabumi untuk mendalami latar belakang sejarah semangat peniten rekolek.

2. Membantu para Suster Fransiskan Sukabumi untuk semakin memahami dan menghidupi semangat peniten rekolek.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  3. Membantu para Suster Fransiskan Sukabumi semakin menghidupi doa seturut spiritualitas kongregasi.

  4. Membantu Para Suster Fransiskan Sukabumi untuk mengetahui hubungan timbal balik antara doa dan semangat peniten rekolek.

  5. Menyuburkan semangat peniten rekolek dalam hidup doa sehingga buah-buah pertobatan sungguh dapat diaktualisasikan dalam hidup sehari-hari.

D. Manfaat Penulisan 1.

  Bagi para Suster Fransiskan Sukabumi Membantu para Suster Fransiskan Sukabumi dalam menghayati doa dan semangat peniten rekolek.

  2. Bagi kongregasi Suster Fransiskan Sukabumi Memberikan sumbangan untuk dapat mengusahakan menyuburkan doa dan semangat peniten rekolek dalam hidup para Suster Fransiskan Sukabumi.

  3. Bagi penulis Melalui ini penulis semakin diajak untuk lebih mendalami dan menghayati doa dan semangat peniten rekolek dalam kehidupan Suster Fransiskan Sukabumi.

E. Metode Penulisan

  Dalam penulisan skripsi ini penulis menggunakan metode studi pustaka yakni dengan membaca buku-buku dari berbagai sumber dan menyerapnya sebagai bahan untuk menulis skripsi. Selain itu penulis juga menyebarkan kuisoner untuk dapat mendukung tulisan ini, serta berdasarkan pengalaman dan penghayatan pribadi yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  dialami penulis pada setiap perjumpaan dan kebersamaan dengan para Suster Fransiskan Sukabumi.

F. Sistematika Penulisan

  Karya tulis ini berjudul “Hubungan Timbal Balik antara Doa dan Semangat Peniten Rekolek menurut Spiritualitas Suster Fransiskan Sukabumi”. Dalam penulisan skripsi ini penulis membaginya dalam lima bab yakni:

  Pada bab I pendahuluan yang meliputi: Latar belakang penulisan skripsi, rumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode penulisan dan sistematika penulisan.

  Pada bab II, penulis akan menguraikan dalam 5 bagian. Bagian pertama menjelaskan mengenai sejarah peniten rekolek beserta tokoh-tokoh yang menjadi penggerak peniten rekolek. pada bagian kedua membahas mengenai makna gerakan peniten rekolek bagi keempat kongregasi. bagian ketiga berbicara mengenai peniten rekolek menurut St. Fransiskus Assisi. Bagian keempat tentang spiritualitas peniten rekolek dalam konstitusi Suster Fransiskan Sukabumi dan bagian kelima berisi mengenai tantangan dalam menghidupi peniten rekolek.

  Pada bab III, penulis akan membahas mengenai, Doa dalam kehidupan para suster Fransiskan sukabumi. Hidup doa, pengertian doa: doa menurut kitab suci, doa menutur dokumen Konsili Vatikan II, Makna doa, persoalan dalam doa. Doa dalam konstitusi Suster Fransiskan Sukabumi, Jalan kontemplatif dan asketik dalam doa.

  Makna peniten rekolek dalan doa, tantangan penghayatan doa dalam semangat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  Pada bab IV, penulis akan membahas mengenai program Katekese sebagai salah satu sarana untuk on going formation demi mendukung perkembangan hidup doa dan pertobatan. Katekese Shared Christian Praxis (SCP) untuk mengaktualisasikan doa dan pertobatan dalam kehidupan sehari-hari. Bab ini akan dibagi dalam tiga bagian, bagian pertama berisikan tentang on going formation dalam hidup religius, bagian kedua membahas mengenai katekese sebagai salah satu usaha dalam On going

  

formation . Pada bagian ketiga beriskan tentang usulan program katekese beserta

contohnya .

  Pada bab V penulis akan memberikan kesimpulan dan saran.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB II SPIRITUALITAS PENITEN REKOLEK SUSTER FRANSISKAN SUKABUMI Peniten rekolek merupakan semangat yang dihidupi oleh religius SFS. Pada Bab II ini penulis akan menjelaskan tentang peniten rekolek dalam kongregasi suster Fransiskan Sukabumi (SFS), pada bagian pertama berisi mengenai latar belakang

  gerakan peniten rekolek. pada bagian kedua berisi tentang makna gerakan peniten rekolek bagi kehidupan para Suster Fransiskan Sukabumi, pada bagian ketiga memuat Gerakan ini tidak dapat terlepas dari seorang tokoh yaitu St. Fransiskus Assisi. Tantangan dalam penghayatan dan relevansinya. Gerakan ini muncul karena peran serta Fransiskus dalam mendirikan ordo, St. Fransiskus Assisi mendirikan tiga ordo: Ordo pertama yaitu Ordo Saudara Dina, Ordo kedua yaitu Ordo Klaris, dan Ordo ketiga yaitu Ordo Peniten. Ordo Peniten adalah ordo aktif yang berada di tengah dunia, yang ingin mengabdi Allah dan sesama, menurut Injil dalam tapa dan karya amal.

  A.

  

Latar Belakang Sejarah Gerakan Spiritualitas Peniten Rekolek Suster

Fransiskan Sukabumi

  Pada bagian latar belakang gerakan peniten rekolek akan di munculkan 2 hal yaitu sejarah peniten rekolek yang bermula dari Fransiskus Assisi yang memiliki kekhasan dalam hidupnya sebagi seorang peniten rekolek. Pada bagian kedua memuat tentang sejarah peniten rekolek dalam konstitusi limburg di mana dalam konstitusi ini diatur segala hal yang berkaitan dengan cara hidup para peniten rekolek yang diprakasai oleh dua tokoh yaitu Petrus Marchant dan Yohana van Yesus.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  Gerakan peniten rekolek adalah salah satu pembaharuan dalam kehidupan religius pada abad ke-17. Gerakan ini juga dipengaruhi oleh seorang tokoh yaitu Martin Luther. Pembaharuan dalam hidup membiara ditunjukkan dengan semangat untuk semakin menghayati Injil suci Tuhan Yesus Kristus tanpa terlepas dari tradisi hidup membiara. Gerakan ini melestarikan tradisi hidup membiara menggunakan unsur baru tetapi juga tidak melupakan unsur lama. Gerakan pada abad itu disebut “peniten” yang artinya pentobat. Fransiskus Assisi memperkenalkan kelompoknya sebagai “pentobat dari Assisi”. Para religius yang tertarik pada cara hidup Fransiskus dan meneladan pola menghayati Injil ala Fransiskus disebut sebagai para peniten.

1. Sejarah Peniten Rekolek Suster Fransiskan Sukabumi

  Sejarah peniten rekolek berawal dari St. Fransiskus Assisi yang memberi perhatian besar pada pembaharuan. Pembaharuan bagi Fransiskus adalah semacam usaha untuk kembali ke awal simple, sederhana, tidak mencolok sesuai dengan bentuk hidup Fransiskus (Eddy Kristianto 2009: 21-22). Gerakan peniten rekolek ini hanya terdapat dalam gerakan religius Fransiskan “Minoriten” atau OFM saja (Eddy Kristianto, 2009: 19). Hal ini mengatakan bahwa gerakan peniten rekolek ini tidak terdapat pada dua ordo OFMConv dan OFMCap, meskipun ketiganya sama-sama meneladan cara hidup Fransiskus Assisi tetapi masing-masing ordo memiliki kekhasannya yang berbeda satu dengan yang lain. Karena cara hidup Fransiskus yang khas membuat banyak orang tertarik untuk bergabung bersama dengan Fransiskus, meskipun pada awalnya Fransikus tidak memiliki cita-cita untuk mendirikan ordo.

  Ordo pertama Santo Fransiskus yang melaksanakan Anggaran Dasar (Regula)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  yang lahir dari ranah Observan. Fransiskan Observan berusaha menepati regula dengan baik. Hal itu mau menegaskan bahwa “penyesuaian” terus menerus untuk menjadi pribadi yang berkwalitas dengan tetap menyadari keterbatasannya sebagai manusia. Kesetiaan pada regula St. Fransiskus Assisi dengan tidak ada pemaafan keterbatasan diri dan juga pembenaran diri karena situasi, sehingga regular dilaksanakan dengan penuh ketaatan dan kesetiaan tanpa terkecuali ( Eddy Kristianto, 2009:23).

  Dalam perjalanan waktu, untuk dapat sungguh menghayati regula dengan setia tidak selalu dapat berjalan sebagaimana mestinya, karena ada juga kemerosotan dalam upaya penghayatan semangat awal. (Eddy Kristianto 2009: 24). Maka muncullah gerakan pembaharuan untuk menghidupkan jiwa regula. Untuk melakukan pembaharuan itu diperlukan upaya yang pelik, unik dan rumit sehingga hal ini berujung pada pemisahan. Kelompok Observan; melaksanakan, melakukan, menghayati adalah rekolek. Gerakan ini merupakan usaha bersama (Eddy Kristianto ,2009: 25). Hal ini mau mengatakan bahwa gerakan pembaharuan ini bukan hanya diprakasai oleh seorang tokoh saja tetapi merupakan gerak bersama yang akhirnya menghasilkan suatu pembaharuan.

  Reformasi katolik disuburkan oleh Reformasi Protestanisme (Martin Luther cs) dan Kontra Reformasi (Konsili Trento). Tahta suci berkepentingan untuk mengawasi, dan terutama memelihara dengan penuh perhatian kelompok-kelompok religius supaya kelompok ini menghayati dengan benar nasehat Injil dan memenuhi harapan Gereja Katolik Roma (Eddy Kristanto, 2009:25).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  berlangsungnya pembaharuan hidup religius di lingkungan Gereja khususnya dalam keluarga Fransiskan. Sri Paus dan Raja Henry IV mendukung gerakan rekolek sehingga memperoleh otonomi dari Observan. Pada 1602 Clemens VIII menyatakan para rekolek sebagai putra-putra sejati Fransiskus Assisi (Eddy Kristanto, 2009:26).

  Rekolek merupakan salah satu cabang dari Observan yang muncul di Eropa barat pada abad ke-16 dan berkembang terutama di Prancis, Jerman, Belanda dan Belgia. Rekolek menciptakan dan mempertahankan tradisi tinggal di pedesaan, desentralisasi, menjunjung tinggi keugaharian, dan kesederhanaan melalui ulah tapa, doa serta meditasi dan refleksi. Petrus Marchant adalah minister Provinsi Belgia, ia adalah seorang Fransiskan Rekolek, yang memberikan ilham kepada Johanna Van Jesus untuk melalukan reformasi dari dalam hidup religius yang ia hayati.

  Adanya hubungan antara satu dengan yang lain menghasilkan suatu tektur, yang mampu mendukung gerakan peniten ini, karena sejak awal diungkapkan, bahwa gerakan ini bukan sebagai gerak personal melainkan gerak bersama yang melibatkan banyak tokoh dalam mewujudkannya. Fransiskus Assisi menamakan kelompoknya sebagai: Ordo Pentobat” (The Order of Penitence), tetapi pada akhirnya istilah ini dipakai oleh Ordo ketiga regula Santo Fransiskus yang sudah eksis pada abad ke-13.

  (Eddy Kristianto, 2009:28).

  Hal-hal yang mematangkan dan menjadi humus dalam peniten rekolek adalah askese (spiritual exercises, penguasaan diri, matiraga-puasa, penyangkalan diri) dan discretion (pembedaan roh). Dalam karya-karyanya, Poverello d’Assisi mewariskan kehendak dan semangat yang kuat dengan askese. Askese yang dimaksud adalah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  yang hendak di usahakan adalah hati yang wening (jernih) dan roh ilahi yang menguasai insani religius.

  Semangat doa dan devosi tidak bisa tidak dalam tradisi Fransiskan merupakan buah utama mengikuti Kristus dan oleh karena itu menduduki tempat terpenting dalam kehidupan Fransiskan. Tanpa pengalaman yang mendalam akan Allah, para fransiskan tidak akan mampu berbagi (peduli dan terlibat) dihadapan penderitaan bangsa manusia. Maka perlu menyadari perlunya menemukan kembali dimensi kontemplatif dari cara hidup ini.

  Para Fransiskan menjunjung asas Copmtemplatio aliis tradere artinya membawa, menarik hasil dan buah kontemplatisi kepada orang lain (Eddy Kristanto, 2009:30). Hal ini mau menggambarkan bahwa kontemplasi yang dilakukan oleh para pengikut Fransiskus ini bukan hanya berhenti demi untuk keperluan pribadi tetapi juga dapat dirasakan oleh sesama lewat tutur kata, perbuatan dan pelayanan.

  Para religius bukanlah orang-orang yang tinggal di menara gading, terpisah dengan masyarakat, melainkan bagian itegral masyarakat. Para religius memiliki kepedulian terhadap orang-orang yang terpinggirkan sehingga terasa kesehatian dengan masyarakat. Munculnya rekolek menegaskan adanya semangat untuk kembali ke akar ke sumber cita-cita pendiri seraya mempertimbangkan zaman. Gerakan rekolek mau mengingat kembali pada jati dirinya.

2. Sejarah Peniten Rekolek Menurut Konstitusi Limburg

  Pembaharuan yang terdapat dalam konstitusi Limburg adalah pembaharuan yang terjadi dipengaruhi oleh Gereja di mana pada abad ke-17 di dalam gereja

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  seorang pembaru hidup religius Suster-suster Ordo Fransiskan Regular (Nico Dister 2011:5). Pembaharuan ini dimulai dari kota Limburg (pegunungan Ardennes, Belgia) dan dikenal dengan sebutan “Reformasi Limburg”.

  Di antara serikat Ordo Fransiskan Regular di Indonesia ada yang berasal dari Nederland dan mengikuti reformasi Limburg dan berspiritualitas Peniten Rekolek.

  Biara Suster Peniten Rekolek di Breda (Belanda) yang bersemboyan Alles voor allen adalah ibu kandung dari keempat kongregasi yaitu FCH (Palembang), SFS (Sukabumi), KSFL (Pematangsiantar), dan FSE (Medan). Konstitusi Limburg pada abad XVI dipakai untuk pegangan dan konstitusi ini dirancang oleh Muder Yohana bersama saudara dina bernama Petrus Marchant (Nico Syukur Dister 2011:6). Kedua tokoh inilah yang telah membaharui semangat peniten rekolek dengan cara menyusun atura-aturan dalam biara yang akan mengingatkan para peniten untuk semakin menghayati panggilannya. Konstitusi Limburg ini memuat tentang aturan-aturan hidup dalam biara yang mengajak pengikutnya untuk kembali pada semangat awal. Semangat awal itu adalah kesadaran bahwa sebagai pengikut Fransiskus yang peniten dan rekolek, yang tidak melupakan doa dan pertobatan sebagai kekhasannya.

a. Petrus Marchant Perancang Konstitusi Limburg

  Petrus Machant adalah salah seorang anggota Fransiskan rekolek yang lahir tahun 1585 di Couvin, Provinsi Namur. Setelah masuk persaudaraan Fransiskan Rekolek, beliau ditugaskan oleh ordonya pertama-tama ke Jerman dan kemudian ke Belanda dan Inggris . Ia mendirikan Provinsi Santo Yosef di Flandria dan tahun 1625 terpilih sebagai Minister Provinsi. Flandria adalah bagian dari negeri Belgia sekarang.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  Petrus Marchant membidani lahirnya kongregasi Peniten Rekolek serta menyusun konstitusi Peniten Rekolek (tahun 1623). Konstitusi ini disusun berdasarkan inspirasi dari Sr. Yohana Van Jesus yang terdorong oleh Ilham Ilahi bercita-cita untuk membaharui semangat hidup religius Ordo ketiga Regular St. Fransiskus. Konstitusi disahkan oleh Paus Urbanus VIII pada tahun 1634. Lalu konstitusi ini menjadi sumber pegangan bagi para religius yang menamakan dirinya Peniten Rekolek (Eddy Kristianto, 2009: 39)

  Pada tahun 1841, atas rekomendasi Mgr. Johanes Van Hooydonk, konstitusi itu dicetak ulang untuk kepentingan para religius yang baru tumbuh diwilayah keuskupannya, seperti di Dongen, Etten, Roosendal, Bergen Op Zoom, dll. Petrus Marchant kemudian menjadi Devinitor Jendral seluruh Ordo St. Fransiskus dan Kustos di Flandria dan akhirnya diangkat menjadi Komisaris Apostolik Jenderal. Beliaulah yang menerima pembaharuan profesi religius Johana Van Jesus, ia mengantar mereka ke tempat yang telah dipersiapkan yaitu di Limburg. Petrus Machant menjadi pembimbing rohani. Sampai pada akhir hidupnya ia setia mendampingi para suster kongregasi Peniten Rekolek. Petrus Marchant wafat di Gent pada tanggal 11 November 1661 (Eddy Kristisnto, 2009: 41).

b. Yohana Van Yesus Perancang Konstitusi Limburg

  Johana Van Yesus lahir pada tanggal 3 Agustus 1576 di Gent. Nama babtisnya Johanna Baptista Neerinckx. Ayahnya bernama Neerinckx, seorang pegawai pajak terkemuka di Gent. Masyarakat menghormatinya, karena ia mencerminkan hidup sebagai seorang kristiani, yang jujur dalam menjalankan tugasnya. Ia mempunyai