DUA ASPEK SPIRITUALITAS DI DALAM DOA YAB (1)

DUA ASPEK SPIRITUALITAS DI DALAM DOA YABES BERDASARKAN EKSPOSISI
SURAT I TAWARIKH 4:9-10

PENDAHULUAN
Doa adalah hal yang tidak dapat dilepaskan di dalam kehidupan kristiani. Doa artinya
berkata-kata dengan Tuhan dan kata “doa” ini selalu menarik perhatian karena semua umat
Tuhan dimanapun dia berada, bila dalam keadaan terjepit, salah satu yang dibutuhkan yaitu doa. 1
Ada dua aspek penting yang perlu disoroti tentang doa kepada Tuhan, yang berhubungan dengan
kebutuhan spiritualitas kita yang hanya bisa dipenuhi oleh Tuhan. Pertama, doa lahir karena kita
membutuhkan pertolongan dari Tuhan karena sebagai manusia kita mempunyai kemampuan
yang terbatas.2 Kedua, doa lahir karena kita memerlukan hubungan yang karib dengan Tuhan. 3
Alkitab banyak mengisahkan mengenai orang-orang yang kehidupan spiritualnya berjalan
dengan baik, oleh karena memiliki kehidupan doa yang baik.
Alkitab mengisahkan tokoh-tokoh besar di dalam kitab Perjanjian Lama seperti Abraham,
Musa, Daud, Yosua, Yesaya, Yeremia, Yehezkiel dan tokoh-tokoh lain yang memiliki kehidupan
kerohanian yang baik. Demikian juga Alkitab mengisahkan kehidupan Yesus, Petrus, Paulus dan
Silas, yang juga memiliki spiritualitas yang baik. Di antara banyak tokoh di atas, ada seorang
yang pernah hidup di Perjanjian Lama yang berdoa dengan memperhatikan kedua aspek
spiritualitas di atas. Tokoh yang penulis maksudkan di sini adalah Yabes. Di dalam kitab I
Tawarikh ada satu bagian yang cukup menarik di antara silsilah-silsilah yang dituliskan oleh
penulis kitab I Tawarikh antara pasal 1 sampai 9. Di antara tulisan-tulisan mengenai silsilah itu,

ada satu cerita singkat yang mengisahkan tentang doa yang dinaikkan oleh Yabes kepada Tuhan.
1Danie Pello, Sekolah Doa dan Peperangan Rohani yang Berhasil (Surabaya: Genesis One, 2003) 9.
2Ibid.
3Ibid.

1

Doa yang dinaikkan Yabes demikian, ““Kiranya Engkau memberkati aku berlimpah-limpah dan
memperluas daerahku, dan kiranya tangan-Mu menyertai aku, dan melindungi aku dari pada
malapetaka, sehingga kesakitan tidak menimpa aku!”
Doa Yabes ini begitu menarik untuk dibahas karena mengandung dua unsur spiritualitas
di dalam berdoa yaitu doa yang menyadari kelemahan dirinya sehingga ia membutuhkan
pertolongan Tuhan, dan doa yang meminta sebuah relasi yang intim bersama dengan Tuhan. Dua
unsur spiritualitas yang akan dibahas di dalam paper ini adalah kebergantungan kepada Allah dan
kerinduan dekat dengan Allah. Maka dari itu, penulis sangat tertarik untuk membahas lebih
mendetail mengenai doa Yabes. Tujuan paper ini ditulis adalah untuk mengajak para pembaca
dapat menggunakan konsep doa seperti Yabes.

Garis besar paper ini adalah penulis akan


memulainya dengan mengeksposisi kitab I Tawarikh 4:9-10 untuk memberikan sebuah dasar
alkitabiah yang kuat mengenai doa Yabes dan bagaimana membuat doa Yabes situ menjadi
sesuatu yang relevan bagi kehidupan orang Kristen pada masa kini.

EKSPOSISI SURAT I TAWARIKH 4:9-10
Latar belakang dari kitab I Tawarikh 4 adalah keturunan Yehuda yang terpotong-potong,
maksudnya ialah pasal ini adalah sebuah pengumpulan potongan-potongan yang sedikit
hubungannya satu dengan yang lain atau yang sama sekali tidak berhubungan atau yang tidak
ada hubungannya dengan daftar-daftar keturunan ada di pasal 2. 4 Di dalam kitab I Tawarikh
pasal 4, penulis kitab Tawarikh menempatkan Yehuda, yang dicatat keturunannya pertama kali.
Keturunan Yehuda dicatat pertama kali di antara suku bangsa Israel yang lain, padahal bila
dilihat dari susunan kelahiran, Ruben yang seharusnya menempati posisi ini, alasan penulis kitab
4Donald Guthrie, Tafsiran Alkitab Masa Kini Kejadian – Ester: Berdasarkan Fakta – Fakta Sejarah
(Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1982) 603.

2

Tawarikh, melakukan hal ini, disebabkan oleh karena Ruben telah kehilangan status sebagai anak
pertama karena melakukan incest.5 Salah satu keturunan Yehuda yang tercatat di dalam kitab I
Tawarikh ini adalah Yabes.


Identitas Yabes di dalam kitab I Tawarikh ini tidak dicatat terlalu

jelas, oleh karena kitab I Tawarikh menjelaskan keturunan-keturunan yang dibagi ke dalam klanklan kecil dimulai dari Perez (ayat 1-8) dan Sela (ayat 21-23), kemudian keturunan yang lain
dijelaskan ke dalam beberapa klan yang lebih kecil yaitu Hur (1-4) dan Asyur (5-8), Yabes (910), Kelub (11-12), serta Otniel dan Kaleb (13-16).6
Alkitab mencatat bahwa yang memberi nama Yabes situ adalah ibunya, karena ia telah
melahirkan Yabes dengan kesakitan (I Taw. 4:9). Etiologi dari ayat 9-10 mengasosiasikan nama
Yabes (‫ )צעב‬dengan nama yang lebih serupa yaitu “kesakitan”. 7 Nama Yabes, pertama-tama
untuk mengenang pengalaman sakit sang ibu ketika melahirkan anak itu, oleh sebab itu sang ibu
memberikan nama anaknya Yabes yang berarti Yahweh membuat sakit, mungkin karena sang ibu
mengalami kesakitan yang lama ketika melahirkan anak itu. 8

Tetapi, selain sang ibu, Yabes

sendiri lahir dengan menderita sakit atau setidaknya di bawah kondisi normal, namun tidak
dijelaskan bagaimana persisnya kondisinya itu.9 Yongky Karman di dalam jurnalnya yang
5Richard L. Pratt, 1 and 2 Chronicles (AMC; Ross-shire: Christian Focus Publications, 1998) 67. Lih.
Kejadian 35:22; 49:3-4. Kejadian 35:22, “Ketika Israel diam di negeri ini, terjadilah bahwa Ruben sampai tidur
dengan Bilha, gundik ayahnya, dan kedengaranlah hal itu kepada Israel.” Kejadian 49:3-4, “Ruben, engkaulah anak
sulungku, kekuatanku dan permulaan kegagahanku, engkaulah yang terutama dalam keluhuran, yang terutama

dalam kesanggupan. Engkau yang membual sebagai air, tidak lagi engkau yang terutama, sebab engkau telah
menaiki tempat tidur ayahmu; waktu itu engkau telah melanggar kesuciannya. Dia telah menaiki petiduranku!”
6Martin J. Selman, 1 Chronicles (TOTC; Illinois: Inter-Varsity Press, 1994) 101.
7Roddy Braun, 1 Chronicles (WBC; Texas: Word Books, 1986) 58. Di dalam kitab I Tawarikh 2:55 Yabes
adalah nama sebuah kota yang didiami oleh keturunan Hur melalui Salma.
8Yongky Karman, “Doa Yabes: Diabaikan dan Dieksploitasi,”, Ver. 4:2/03,143.
9Ibid. Pemberian nama yang ada asal-usulnya disebut etiologi dan biasanya dihubungkan dengan peristiwa
yang memunculkan nama itu. Dalam Alktab, hubungan antar nama dan peristiwa itu terlihat dalam bentuk akar
kata yang sama. Nama tempat Beryeba misalnya, dikarenakan di tempat itu orang “telah bersumpah” (Kej. 21:31 <
[syaba’]. Betel disebut demikian karena tempat itu ternyata adalah “rumah Allah” (Kej. 28:17-19 < [beyt-‘el]).
Kitab 1 Tawarikh sendiri mengenal banyak etiologi. Nama Peleg contohnya, dijelaskan sebab pada
zamannya penduduk bumi terbagi (1:19 < [palag] “terbagi”]. Nama Ahar (sebaiknya “Akar”; bdk. BIS: “Akhan”)
dijelaskan sebab ia yang mencelakakan orang Israel (2:7 < [‘akar] “mencelakakan”). Nama Yair dijelaskan sebab ia
mempunyai 23 perkampungan (2:22 < ‘ir “perkampungan”). Nama Ge Harashim (NIV; TB: “Lembah Tukangtukang.”) dijelaskan sebab penduduknya terkenal berprofesi sebagai tukang (4:14 < harasim “tukang-tukang”).
Nama Beria dijelaskan sebab malapetaka telah menimpa keluarga Efraim (7:23 < bera’ah “malapetaka”).

3

berjudul “Doa Yabes: Diabaikan dan Dieksploitasi”, memberikan penjelasan medis, mengapa
kondisi Yabes, pada dasarnya juga mengalami sakit penyakit. Ia mengatakan bahwa “Kondisi

Yabes yang menderita sakit itu, diakibatkan proses persalinan yang terlalu lama, bayi di dalam
perut bisa kekuragan oksigen. Akibatnya, ketika lahir badan sang bayi biru, tangan dan kakinya
terkulai lemah, ia tidak menangis menjerit-jerit sebagaimana normalnya bayi, nafasnya satu-satu,
denyut jantungnya lemah di bawah 100.

Pokoknya, profil anak itu ketika lahir, tidak

menjanjikan masa depan yang cerah”.10 Etiologi nama Yabes ini juga berkaitan dengan budaya
Timur, yang mana nama itu berkaitan dengan hidup sang penyandang nama bahkan diyakini
membentuk nasib orangnya. Donald Guthrie bahkan mengatakan bahwa “nama Yabes diberikan
suatu perhatian khusus oleh penulis kitab Tawarikh karena kepercayaan mengalihkan namanya,
yang dipandang sebagai hampir memiliki kekuatan gaib.”11

Oleh sebab itu, Yabes berdoa

meminta pertolongan dari Tuhan agar Tuhan memberkatinya.
Doa Yabes tercatat secara sederhana di dalam kitab I Tawarikh 4:9-10. Bruce H.
Wilkinson di dalam bukunya “The Prayer of Jabez” menyebut Yabes sebagai “keajaiban silsilah”
atau “Orang Kecil Alkitab” yang besar.12 Kisah tentang Yabes tidak ditemukan didalam satu
perikop khusus. Kisah Yabes hanya tercacat di dalam dua ayat. Kisah hidup Yabes ini dicatat di

bagian Alkitab yang paling jarang dibaca dalam salah satu kitab yang paling jarang dibaca. 13
Sekalipun demikian, bagian ini adalah bagian yang sangat menarik.

Martin J. Selman

mengatakan bahwa, “The most fascinating note concerns the otherwise unknown Jabes and his

10Karman, Doa Yabes: Diabaikan dan Dieksploitasi 143.
11Donald Guthrie, Tafsiran Alkitab Masa Kini 603.
12Bruce H. Wilkinson, The Prayer of Jabez (Doa Yabes): Menerobos ke Hidup Penuh Berkat (Batam:
Interaksara, 2000) 10. Orang Kecil Alkitab yang besar yang dimaksudkan oleh Bruce adalah seorang kecil, yang
berbeda dengan tokoh-tokoh besar di dalam Alkitab Perjanjian Lama. Yabes bukanlah orang besar seperti Daud
atau Musa atau merupakan salah satu tokoh di dalam kitab Kisah Para Rasul seperti orang Kristen mula-mula yang
menjungkirbalikkan dunia.
13Ibid.

4

effective prayer”.14 Simon J. De Vries bahkan menyebut bagian ini dengan istilah anekdot Yabes
(Jabez Anecdote).15

Doa Yabes yang menarik ini tertulis di dalam kitab I Tawarikk 4:9-10. Di dalam kitab I
Tawarikh 4:9-10, dituliskan “Yabes lebih dimuliakan dari pada saudara-saudaranya; nama Yabes
itu diberi ibunya kepadanya sebab katanya: “Aku telah melahirkan dia dengan kesakitan.” Yabes
berseru kepada Allah Israel, katanya: “Kiranya Engkau memberkati aku berlimpah-limpah dan
memperluas daerahku, dan kiranya tangan-Mu menyertai aku, dan melindungi aku dari pada
malapetaka, sehingga kesakitan tidak menimpa aku!” Dan Allah mengabulkan permintaannya
itu.” Yang menarik di dalam doa Yabes ini adalah dua dari keempat permintaannya berkenaan
dengan kebutuhan fisikal, yaitu untuk memperbesar teritorialnya serta kebebasan dari penyakit,
dan dua permintaan lainnya adalah tentang relasi bersama dengan Allah yaitu penyertaan Tuhan
dan perlindungan tangan Tuhan.16

Penulis kitab I Tawarikh mengatakan bahwa Allah

mengabulkan permintaannya itu. Yang membuat Yabes lebih dimuliakan daripada saudarasaudaranya, karena Yabes berseru kepada Tuhan Allah Israel dan bukan kepada allah-allah lain.
Leslie Allen mengatakan bahwa ayat 10 ini adalah bentuk keteguhan dari spiritualitas Yabes yang
ada di dalam kekuatan doanya.17 Di sini Yabes tahu sumber dari iman komunal yang mana juga
berlaku untuknya: dia “berseru kepada Tuhan Allah Israel”. 18 Dua hal inilah yang berkaitan
dengan unsur spiritualitas dari doa Yabes yaitu kebergantungan kepada Allah dan kerinduan
untuk berelasi dengan Allah.


14Selman, 1 Chronicles 101. Nama Yabes di sini tidak ada hubungan dengan dengan nama Yabes yang
terdapat di dalam kitab I Taw. 2:55. I Taw. 2:55, “Dan kaum-kaum para ahli surat, yang diam di Yabes, ialah orang
Tirati, orang Simati, dan orang Sukhati. Mereka itulah orang Keni keturunan Hamat bapa keluarga Rekhab.
15Simon J. De Vries, 1 and 2 Chronicles (FOTL; Grand Rapids: William B. Eerdmans, 1989) 44.
16Selman, 1 Chronicles 101-102.
17Leslie Allen, 1,2 Chronicles (MTOT; Dallas: Word Publishing, 1987) 47.
18Ibid 48.

5

SPIRITUALITAS DOA YABES: BERGANTUNG KEPADA ALLAH
Unsur spiritualitas pertama di dalam doa Yabes, seperti yang dikatakan oleh Leslie Allen
dan Martin J. Selman adalah kebergantungan kepada Allah. Doa Yabes yang bergantung kepada
Allah adalah demikian, “Kiranya Engkau memberkati aku dengan berlimpah-limpah dan
memperluas daerahku…”. Roddy Braun menyebut bagian ini sebagai sebuah sumpah, yang
mana sumpah itu diungkapkan oleh seseorang yang tertekan, yang mana akhirnya menghasilkan
suatu doa yang mengharapkan Tuhan.19 Yabes tertekan oleh karena kondisinya yang sakitsakitan. Yabes merasa dirinya lemah dan tidak berdaya sehingga ia meminta pertolongan kepada
Tuhan.

Di masa Yabes hidup, sebagian dari sejarah nasional baru Israel saat itu adalah


penaklukan Yosua atas Kanaan dan pembagian tanah Tanah Perjanjian menjadi potonganpotongan tanah untuk setiap suku dan ketika Yabes berseru kepada Allah, ia sedang memandang
keadaan-keadaannya saat itu dan menyimpulkan bahwa ia dilahirkan untuk mendapatkan lebih
dari itu.20 Mungkin doa ini terdengar egois bahkan terkesan mementingkan diri sendiri, tidak
toleran kepada orang lain, yang juga memiliki daerahnya masing-masing. Namun di dalam
bagian ini, Allah menjawab doa Yabes dengan memberinya kehormatan, lebih dari pada saudarasaudaranya. Yang menjadi pertanyaan adalah mengapa Allah mengabulkan doa yang seperti ini?
Dengan menggunakan analisa tata bahasa, dapat diketahui bahwa doa Yabes mengandung
satu urgensi yang tinggi, sehingga doa Yabes merupakan sebuah permohonan yang lahir dari
kebutuhan yang sungguh-sungguh dan dipanjatkan dengan penuh ketulusan, bukan sekedar basabasi.

Hasil dari doa Yabes adalah dia lebih dimuliakan dari saudara-saudaranya.

Istilah

“dimuliakan” diterjemahkan dari kata “‫( ”דבכנ‬kabed), yang bilamana diterjemahkan secara
literal memiliki arti “berbobot”, sedangkan istilah “saudara-saudaranya” berasal ‫ הא‬yang dapat
19Braun, 1 Chronicels 56.
20Bruce, The Prayer of Jabez 35.

6


berarti dua hal yaitu saudara kandung (Kej. 37:23) dan saudara sebangsa (Ul. 3:20), yang mana
bila kedua kata ini digabungkan dapat berarti, Yabes sebagai seorang yang lebih berbobot
sehingga dia menjadi pemimpin di antara saudara-saudara atau kaumnya sebagai jawaban Allah
atas doanya.21
Sikap bergantung akan Allah ini juga yang seharusnya dimiliki oleh anak-anak Tuhan.
Banyak anak-anak Tuhan yang melupakan Tuhan ketika dirinya menghadapi suatu masalah yang
besar. Sering sekali ketika menghadapi masalah, seseorang lebih cenderung terlebih dahulu
mencari seorang rekan untuk membantu menyelesaikan masalahnya, ketimbang mencari
pertolongan Tuhan. Hal ini adalah langkah yang keliru. Joseph Cardinal Bernardin, yang dulu
pernah menjabat sebagai uskup besar di Chicago, pernah menulis, “Tuhan, aku sadar bahwa aku
menghabiskan sebagian waktu doaku di pagi hari dengan pikiran melantur atau berusaha
menyelesaikan masalah, dan aku tidak yakin apakah aku bisa menghentikannya. Aku akan
berusaha, tetapi yang penting adalah aku tidak akan memberikan waktu itu kepada orang lain.
Jadi, walaupun waktu teduhku tidak menyatukanku dengan-Mu sebagaimana mestinya, tidak ada
orang lain yang akan mendapatkan waktu itu.”22

Menyediakan waktu sendiri untuk berdoa

kepada Tuhan memiliki suatu nilai tersendiri, dan sebuah janji bertemu dengan Tuhan, yang

ditaati secara sungguh-sungguh mengungkapkan niat dan hasrat seorang anak Tuhan untuk
mengenal dan mengasihi Tuhan.23

21Timotius Fu, “Evaluasi Terhadap Pengajaran Bruce Wilkinson Tentang Doa Yabes Berdasarkan
Eksposisi 1 Tawarikh 4:9-10,” Veritas 07:1/06, 73.
22Jean Fleming, Waktu Bersama Tuhan (Yogyakarta: Yayasan Gloria, 2011) 100. Bdk. Joseph Cardinal
Bernardin, The Gift of Peace (Chicago: Loyola, 1997) 97.
23Ibid. Seperti Cardinal Bernardin, masing-masing dari kita membawa kemanusiaan yang tidak sempurna
ini dalam waktu kita bersama Tuhan. Tetapi bersama kita juga ada Roh Kudus, yang berdiam di dalam kita, untuk
menerjemahkan dan mengubah pengalaman kita (Rm. 8:26-27). Namun yang harus diwaspadai adalah keberadaan
keduanya yaitu kelemahan manusiawi kita dan Roh Kudus yang penuh kuasa, membuat kita kadangkala berharap
terlalu banyak atau sebaliknya justru sudah puas dengan yang terlalu sedikit.

7

Filipi 4:6 mengatakan, “Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apa pun juga, tetapi
nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan
ucapan syukur.” Melalui salah satu bagian di dalam surat Paulus kepada jemaat di Filipi, dapat
dilihat bahwa Tuhan menghendaki setiap anak-Nya bergantung sepenuhnya kepada-Nya. Allah
Bapa secara pribadi sangat menaruh perhatian kepada anak-anak-Nya karena sebagai Pencipta
Allah Bapa bertanggung jawab atas kehidupan manusia sebagai ciptaan-Nya, Dialah yang
membuat orang percaya hidup dan ada di dunia ini, sehingga berdoa meminta kepada Allah
berarti berdoa meminta kepada Bapa surgawi kita.24

Biasanya ada dua macam bentuk

permohonan, yang pertama adalah permohonan untuk kepentingan diri sendiri dan yang kedua
adalah permohonan untuk kepentingan orang lain (doa syafaat) dan Allah Bapa kita
mendengarkan kedua macam permohonan itu.25

Bergantung kepada Allah melalui doa

mengajarkan anak-anak Tuhan menyadari akan keterbatasannya dan membuat dia bersungguhsungguh untuk dapat melalui pergumulan yang berat bersama dengan Allah. Yabes berseru
kepada Allah dan Allah mendengarkan doa-doanya. Anak-anak Tuhan juga bisa berseru kepada
Allah dan Allah akan memampukan kita untuk melaluinya bersama Tuhan.

SPIRITUALITAS DOA YABES: MERINDUKAN ALLAH
Mengutip perkataan dari O’ Hallesby di dalam bukunya yang berjudul “Prayer” yang
mana ia mengatakan demikian, “Doa adalah sebagian dari kehidupan jiwa kita bersama dengan
Tuhan,… oleh sebab itu doa itu harus bebas, spontan dan merupakan persahabatan vital antara
manusia yang diciptakan dengan pencipta pribadinya di mana Sang Hidup menyentuh
24Carolyn Weatherford, Ajarlah Kami Berdoa: Cara Berdoa yang Sesuai dengan Kehendak-Nya
(Bandung: LLB, 2002) 49.
25Ibid 50. Di dalam doa Bapa Kami, kita dapat melihat bahwa ada dua permintaan yaitu permohonan
untuk hal-hal yang materi dan permintaan untuk hal-hal yang rohani. Hal-hal rohani misalnya: “Dikuduskanlah
nama-Mu”, “Datanglah kerajaan-Mu”, “Jadilah kehendak-Mu di bumi seperti di surga”. Sedangkan permintaan
yang berhubungan dengan permintaan materi adalah “Berilah kami pada hari ini makanan kami yang secukupnya.”

8

kehidupan.”26 Doa berbicara mengenai seseorang yang berdoa kepada Tuhan dan Tuhan yang
mendengarkan doanya. Hal ini berkaitan dengan relasi antar manusia dengan Allah. Manusia
merindukan Allah dan Allah menjawab kerinduan manusia itu. Hal yang demikian yang terjadi
dalam pengalaman doa Yabes. Unsur spiritualitas di dalam doa Yabes selain bergantung kepada
Allah adalah merindukan Allah. Yabes di dalam doanya mengatakan, “Kiranya tangan-Mu
menyertai aku dan melindungi aku daripada malapetaka…”. Martin J. Selman menyebut bagian
ini sebagai doa di mana Yabes merindukan sebuah relasi bersama dengan Allah. 27

Yabes

merindukan relasi dengan Allah dengan cara meminta penyertaan Tuhan dan perlindungan
Tuhan. Penyertaan dan perlindungan Tuhan membuat Yabes dapat semakin mengenel Allah dan
rencannya. Relasi bersama dengan Allah, membuat kita semakin mengenal siapa Allah di dalam
hidup kita. Yongky Karman mengatakan bahwa ketika kita berdoa, pengenalan akan Allah
adalah sesuatu hal yang penting dan itu seharusnya melandasi keyakinan kita dalam berdoa. 28
Kerinduan kepada Allah adalah kerinduan yang seharusnya dimiliki oleh setiap manusia. Ketika
Agustinus membicarakan doa, dia menunjukkan pilihan jelas dengan kata “Kerinduan”, sebab
“Kerinduan” itu adalah inti dari doa sehingga Agustinus dapat berkata: “Kerinduanmu adalah
doamu”, siapapun yang tidak mempunyai kerinduan tetap bodoh dihadapan Allah.29
Alasam kita harus merindukan Allah adalah karena Allah sendiri telah menempatkan
kerinduannya atas kita serta mengarahkan pandangan-Nya atas kerinduan kita. 30 Untuk alasan
itu, pertama-tama kita harus mendengarkan suara-Nya yang mengingatkan dan mengihibur kita

26O. Hallesby, Doa: Cara Memperdalam dan Memperkaya Kehidupan Doa Anda (Jakarta: BPK Gunung
Mulia, 2003) 157-158.
27Selman, 1 Chronicles 102
28Karman, Doa Yabes: Diabaikan dan Dieksploitasi 147.
29T.J. van Bavel, Hatiku Merindukan Allah: Ajaran Agustinus tentang Doa (Yogyakarta: Kanisius, 2011)
59. Kerinduan merupakan aspek dari harapan dan kasih. Orang yang mencintai sesame saling merindukan satu
sama lain. Kerinduan merupakan gerakan hati yang terdalam untuk menggapai ketiadaan hal-hal atau orang-orang.
Kerinduan tidak lebih dari daripada menginginkan hal-hal yang tidak ada.
30Ibid 65.

9

dari ketinggian oleh karena suara-Nya bagi kita tampak dalam diri orangtua ketika mereka telah
meninggalkan kita.31 Tujuan akhir kerinduan kita adalah Allah sendiri, yang memberikan janji
bahwa Dia akan memberikan diri-Nya sendiri.32 Pilihan untuk membina hubungan kita dengan
Tuhan pada akhirnya mengharuskan kita untuk mengambil sejumlah pilihan lainnnya. Emilie
Griffin menulis, “Pembinaan rohani melibatkan pilihan yang mendasar. Memilih untuk hidup
bagi Yesus Kristus berarti juga menjalani gaya hidup tertentu atau mungkin lebih tepatnya,
aturan hidup tertentu. Kita menerapkan serangkaian disiplin rohani yang akan membuat kita
terbuka pada karya Tuhan di dalam hidup kita.”33 Relasi dengan Allah membutuhkan suatu
perbuatan yang nyata bahwa kita sungguh-sungguh merindukan Allah.

Beth Moore juga

mengatakan hal yang serupa dengan Emilie Griffin, namun ia tidak menggunakan istilah displin
rohani melainkan menggunakan istilah “dengan cara menaklukkan benteng-benteng kita”.
Moore mengatakan bahwa bahwa ketika kita berdoa dan membangun relasi dengan Allah, yang
harus kita lakukan untuk membuktikan kerinduan kita adalah dengan cara menaklukkan bentengbenteng kita sendiri.34 Benteng yang dimaksudkan di sini adalah “semua hal yang memuliakan
diri sendiri dan melawan pengenalan akan Allah”, sebuah benteng masalah adalah apa saja yang
meninggikan diri di dalam diri kita yang “menganggap” diri lebih besar atau lebih berkuasa
daripada Allah.35

PENUTUP
31van Bavel, Hatiku Merindukan Allah 65.
32Ibid.
33Fleming, Waktu Bersama Tuhan 81.
34Beth Moore, Berdoa Sesuai Firman (Jakarta: Persekutuan Pembaca Alkitab, 2000) 2.
35Ibid 3. Benteng masalah itu dapat berupa kecanduan, ketidakmampuan memaafkan seseorang yang telah
menyakiti kita atau keputusasaan karena telah kehilangan sesuatu, hal ini adalah masalah-masalah yang begitu
banyak menghabiskan energi emosional dan pikiran kita, sehingga hidup berkelimpahan kita tercekik – panggilan
kita sebagian besar tidak terlaksana dan hidup iman kita hampir-hampir tidak efektif.

10

Mungkin banyak orang yang merasa bahwa doa Yabes tidak cocok bila diterapkan pada
masa kini. Mungkin banyak orang yang juga berpikir sinis tentang doa Yabes oleh karena telah
dieksploitasi habis-habisan oleh beberapa teolog yang menggunakan doa ini, untuk
mengkhotbahkan tentang kemakmuran – kemakmuran yang dari Tuhan, tanpa melihat apa yang
menjadi kehendak Tuhan. Namun, Doa Yabes sebenarnya telah menawarkan kepada kita suatu
unsur spiritualitas yang baik di dalam berdoa.

Yabes di tengah-tengah kelemahan yang

dialaminya mau menggantungkan hidupnya kepada Allah.

Tidak berhenti sampai di situ,

melainkan ia juga merindukan adanya relasi bersama dengan Allah. Tuhan mengabulkan doa
Yabes karena kesungguhan di dalam doanya.

Tuhan mengabulkan doa Yabes dengan

memberikan dia suatu kemuliaan yang lebih besar daripada saudara-saudaranya. Bahkan doa
Yabes tercatat di dalam kitab I Tawarikh untuk dibaca oleh setiap anak-anak Tuhan yang juga
merindukan sebuah relasi dan kebergantungan kepada Tuhan. Sebagai anak-anak Tuhan, baiklah
kita memandang doa Yabes bukan hanya sebagai kritik oleh karena telah dieksploitasi oleh
orang-orang yang tidak mendalami bagian ini, melainkan memandang doa Yabes sebagai suatu
unsur spiritualitas kita di dalam berdoa.

11