MANDIRI PE RKO TAAN DI KABUPATEN SUMEDANG

JURNALADM INISTRASI

PEM ERINTAHAN

Volume I, Edisi ke-IO 2010

DAERAH

TS

ISSN.1829-5193

P A R T IS IP A S I M A S Y A R A K A T
N A S IO N A L
M A N D IR I

PEM BERDAYAAN
PERKOTAAN

O le h


A b str a c t:

DALAM

M ASYARAK AT

DI KABUPATEN

: M u 'm in

PROGRAM
(P N P M )

SUM EDANG

M a 'r u f'

As a developing country, Indonesia still faces the acute problem of poverty. The result

of survey made by Institute for Development


of Economics and Finance (INDEF) forecasted the

number of poor population, in 2009 was about 40 million (16,8% ). This number of population
increases 5 million compared to the result of survey made by Badan Pusat Statistik (BPS), in 2008,
which registered the number of poor population about 35 million or about 15,4% (Edi Suharso,
2009; 20). By considering data mentioned above, we can see that the poverty in Indonesia is
very urgent to be handled comprehensively

and sustainably. It means that the problem of poverty

cannot be handled partially and by sector, because by doing that, in fact, it makes us face unlucky
situation, i.e. wrong target, emergence of seeds of social fragmentation, weakening capital social
values, (mutual cooperation, consensus, self supporting, and so on). By weakening capital social
values, in turn, it will push the changing of social behavior to be more distant from the spirit of
independence, togetherness, and care to handle the problem collectively. Therefore, government,
in this case, Coordinator M inister of Prosperity, as Chairman of Team for Coping with Poverty has
to make policy which could be the National Program for Autonomous Community Empowerment
(PNPM ), i.e. a national program in form of policy as base/frame to implement activities of handling
Poverty based on society empowerment. This program is implemented through the harmonization

and development of system, mechanism and program procedure, assistance and stimulant fund to
push initiative and innovation of society in effort to handle the poverty, sustainably. The approach
made by Autonomous PNPM is an empowerment approach to push the creation of Self-Supporting
Group (KSM ) as a component of the whole process of handling the poverty in order to increase
the capability of existing group, or to create a new group. So, KSM is an association or persons
which, voluntarily, assembles them self in kind of group, because of having the same interest and
need, so that inside that group there is the same objective to be achieved collectively.
K ey W ord s:

P o v e r ty , S o c ia l C a p ita l, P N P M

P rogram

PENDAHULUAN

satupun Negara di dunia ini yang tidak lepas

Kemiskinan merupakan masalah sosial
yang bersifat global. Artinya kemiskinan


dari kemiskinan. Dengan demikian, kemiskinan

merupakan masalah yang dihadapi dan menjadi
perhatian banyak orang di dunia ini. M eskipun
dalam tingkatan yang berbeda, tidak ada

tidak hanya dijumpai di Indonesia, Srilangka,
Banglades,
Ruanda
(Afrika),
Argentina,
melainkan pula ditemukan di Amerika Serikat,
Perancis, Australia,

Saudi Arabia dan negara-

• Email: ma· ruf@ yahoo.co.id.IPDNKampusPekanbaru.1I.HR.Subrantas/SukakaryaKM .11

10


,5 Pekanbaru - Riau.

M u 'm in M a 'r u f

Dari kriteria

negara lainnya.
Kemiskinan

memiliki

banyak

definisi.

Sebagian orang memahami istilah kemiskinan
dari perspektif
subjektif
dan komparatif,
sementara yang lainnya melihatnya dari segi

moral

dan

evaluatif.

besar konsepsi

M eskipun

mengenai

sebagian

kemiskinan

sering

dikaitkan dengan aspek ekonomi, sejatinya
dalam kemiskinan menyangkut pula dimensi

material, sosial dan .kultural.
Selanjutnya

Edi

mengemukakan

Sembilan

menandai kemiskinan
1. Ketidakmampuan
konsumsi

Suharso

(2006:132)

kriteria

memenuhi

(pang an,

maju.

Di negara

miskin

kemiskinan
sangat
struktural. M isalnya,

atau

berkembang,

terkait
dengan
aspek
akibat sistem ekonomi


yang tidak adil, merajalelanya KKN (korupsi,
kolusi dan nepotisme), adanya diskriminasi'
sosial,

atau

tidak

adanya

jaminan

sosial.

Sedangkan di negara-negara

maju, kemiskinan

lebih


M isalnya,

bersifat

individual.

akibat

yang

mengalami
kecacatan
(fisik atau mental),
ketuaan, sakit yang parah dan berkepanjangan,

kebutuhan

atal! kecanduan alkohol. Kondisi ini biasanya
melahirkan kaum tuna wisma yang berkelana


:

dasar

di atas, maka kemiskinan

tidak hanya terdapat pada negara miskin atau
berkembang, tetapi pula terdapat pula negara

sandang

dan

kesana kesini dan keluarga-keluarga

tunggal

2.

papan);
Ketidakmampuan

3.

cacat fisik maupun mental;
Ketidakmampuan dan ketidakberuntungan

Pada
(2006: 18)

sosial (anak terlantar, wanita korban tindak

konseptual , kemiskinan bisa diakibatkan oleh

kekerasan

empat faktor yaitu :
1. Faktor individual.

4.

untuk berusaha

dalam

rumah

tangga,

karena

janda

miskin, kelompok marjinal dan terpencil);
Rendahnya kualitas sumber daya manusia
(buta
dan

huruf,

rendahnya

keterampilan,

sakit-sakitan)

6.

8.

2.

kondisi

aspek

fisik

dan

si miskin.
Orang
miskin
oleh perilaku, pilihan atau

kemampuan
dari si miskin itu sendiri
dalam menghadapi kehidupannya.
Faktor sosial. Kondisi-kondisi lingkungan
sosial yang menjebak seseorang menjadi
miskin. M isalnya, diskriminasi berdasarkan

dan

usia, jender, etnis
seseorang
menjadi

aset),

maupun

massal

(rendahnya

modal sosial, ketiadaan fasilitas umum);
Ketiadaan akses terhadap lapangan kerja

yang menyebabkan
miskin.
Termasuk

dalam faktor ini adalah kondisi sosial dan

yang memadai dan

ekonomi keluarga si miskin yang biasanya

berkesinambungan;
Ketiadaan akses terhadap kebutuhan hidup

menyebabkan kemiskinan antar generasi.
Faktor kultural. Kondisi atau kualitas

3.

dasar lainnya
(kesehatan,
pendidikan,
sanitasi, air bersih dan transportasi);

budaya yang menyebabkan kemiskinan.
Faktor ini secara khusus sering menunjuk

Keiiadaan

pada konsep

tiadanya
keluarga
9.

psikologis
disebabkan

dan

Terkait dengan

termasuk

Kerentaan
terhadap
goncangan
yang
bersifat individual (rendahnya pendapatan

dan mata pencaharian
7.

a ta u s in g le fa m ilie s ) .

bagian yang lain Edi Suharso
mengemukakan
bahwa
secara

patologis,

pendidikan

keterbatasan
sumber alam (tanah tidak
subur,
lokasi
terpencil,
ketiadaan
infrastruktur jalan, listrik, air);
5.

( s in g le p a r e n ts

jaminan

masa

depan

(karena

sosial dari Negara dan masyarakat); dan
Ketidakterlibatan
dalam kegiatan sosial
masyarakat. NMLKJIHGFEDCBA

"kemiskinan

kultural"

atau

"budayakemiskinan"yangmenghubungkan

investasi untuk pendidikan dan
atau tidak adanya perlindungan

kemiskinan
4.

dengan kebiasaan

mentalitas.
Faktor
struktural.

hidup atau

M enunjuk

pada

struktur atau sistem yang tidak adil, tidak

11

M u 'm in

Ma'rufkjihgfedcbaZYXWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBA

sensitif

dan

tidak

menyebabkan

sehingga

juta jiwa

seseorang atau sekelompok

2009:20).

a c c e s s ib le

atau sekitar

15,4%

(Edi Suharso,

orang menjadi miskin. Sebagai contoh,
system
ekonomi
neoliberalisme
yang

Dari masalah tersebut, maka kemiskinan
di Indonesia sudah sangat mendesak untuk

diterapkan di Indonesia telah menyebabkan
para petani, nelayan dan pekerja sektor

ditangani secara menyeluruh dan berkelanjutan.
Dalam artianjangan lagi dalam menyelesaikan

informal

kemiskinan

dari

terjerat

kemiskinan.

oleh

dan

sul it keluar

Sebaliknya,

stimulus

bersifat

parsial

dan

sektoral.

Karena hal tersebut dalam kenyataanya

sering

ekonomi, pajak dan iklim investasi lebih

menghadapikondisiyangtidakmenguntungkan,

menguntungkan orang kaya dan pemodal
asing untuk terus menumpuk kekayaan.

misalnya salah sasaran, terciptanya benih-benih
fragmentasi sosial, dan melemahkan nilai-nilai
kapital sosial yang ada di masyarakat (gotong-

Indonesia

sebagai

negara

yang

sedang

berkembang
masih
menghadapi
problem
kemiskinan akut. Belum lama ini, tepatnya 15

royong, musyawarah,

keswadayaan

dan lain-

lain). Lemahnya
nilai-nilai
kapital
sosial
pada gilirannya juga mendorong pergeseran

Januari 2009 M edia Indonesia menyajikan hasil

perubahan perilaku masyarakat

yang semakin

survei terhadap

jauh dari semangat kemandirian,

kebersamaan

480 responden

yang diambil

secara acak dari daftar pemilik telepon di enam

dan kepeduliaan untuk mengatasi persoalannya

kota besar di Indonesia (Jakarta, Bandung,
Yogyakarta, Surabaya, M edan dan M akassar).

secara bersama.
Kondisi kapital

Responden ditanya bagaimana pendapatnya
dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari saat

masyarakat

ini, apakah dirasakan semakin berat atau ringan.
M ayoritas responden (73% ) merasakan bahwa
pemenuhan

kebutuhan

sehari-hari

berat, sebanyak 21 % responden
sama saja, dan hanya 6% yang
semakin
sekarang

ringan.
ini

Ketika

semakin
merasakan
merasakan

ditanyakan

mendapatkan

apakah

pekerjaan

melemah

serta
serta

perilaku
memudar

tersebut
salah
satunya
disebabkan
keputusan,
kebijakan
dan tindakan

oleh
dari

pengelola program kemiskinan dan pemimpinpemimpin
masyarakat
yang
selama
ini
cenderung tidak adil, tidak transparan dan tidak
terbuka. Sehingga menimbulkan kecurigaan,
s te r e o ty p e

dan s k e p tis m e di masyarakat.

Keputusan, kebijakan dan tindakan yang

baru

dirasakan semakin sulit atau semakin mudah.
Sebagian besar responden (89% ) merasakan

yang

sosial

tidak

adil ini biasanya

terjadi

pada

situiasi

sekarang makin sulit mencari pekerjaan baru,

tatanan masyarakat yang belum madani, dengan
salah satu indikasinya dapat dilihat dari kondisi

sebanyak 5% responden merasakan sama saja,

kelembagaan masyarakat yang belum berdaya,

4% merasakan
tahu.

yang tidak berorientasi kepada keadilan, tidak
dikelola denganjujur dan tidak ikhlas berjuang

apa

makin mudah,

dan 2% tidak

Potret atauhasil survey di atas menguatkan
yang diungkapkan
oleh Institute
for

Development
of economics
and
(INDEF)
yang
memproyeksikan
penduduk

finance
jumlah

miskin pada tahun 2009 mencapai

40 juta orang (16,8% ). Jumlah ini meningkat
sekitar 5 juta dibandingkan hasil survei Badan
Pusat Statistik (BPS) pada maret 2008 yang
mencatat

12

penduduk

miskin

sebanyak

35

bagi kepentingan masyarakat.
Kelembagaan
masyarakat yang belum
berdaya
pada
dasamya
disebabkan
oleh
karakteristik lembaga tersebut yang cenderung
tidak mengakar, dan tidak representatif. Di
samping itu, ditengarai pula bahwa berbagai
lembaga masyarakat

yang ada pada saat ini,

dalam beberapa hal., lebih berorientasi pada
kepentingan pihak luar masyarakat atau bahkan

M u 'm in M a 'r u f

Pendekatan

untuk kepentingan
pribadi dan kelompok
tertentu, sehingga mereka kurang memiliki

M andiri

komitmen

masyarakat

dan kepedulian

diwilayahnya,

terutama

pada

masyarakat

masyarakat

miskin.

adalah

yang

digunakan

pendekatan

yaitu

berbagai

keberdayaan

lembaga

masyarakat

yang

ada

Kondisi

kelembagaan

masyarakat

yang

tidak mengakar, tidak representatif dan tidak
dapat dipercaya tersebut pada umumnya turn buh
subur dalam situasi prilakulsikap
yang

belum

berdaya.

masyarakat

Ketidakberdayaan

masyarakat dalam menyikapi dan menghadapi
situasi yang ada dilinkungan, pada akhimya

terbangunya

kelompok
swadaya
masyarakat
sebagai komponen dari keseluruhan
penanggulangankemiskinan

diwilayahnya.

pemberdayaan

mendorong

Dalam kondisi ini akan semakin mendalam
krisis ketidakpercayaan
masyarakat terhadap

kelompok

PNPM

(KSM )
proses

baikmeningkatkan

yang sudah ada atau

membangun
kelompok baru (Dirjen Cipta
Karya, TT:4). Jadi KSM merupakan kumpulan
orang yang menghimpun

diri secara sukarela

dalam kelompok dikarenakan adanya ikatan
pemersatu yaitu kepentingan dan kebutuhan
yang sama, sehingga dalam kelompok tersebut
memiliki kesamaan tujuan yang ingin dicapai
bersama.
Sejak

mendorong mereka bersikap masa bodoh, tidak

tahun

2008

PNPM

M andiri

peduli, tidak percaya diri, selalu mengandalkan
bantuan pihakluaruntukmengatasi
masalahnya,

menjadi
PNPM
M andiri
Perkotaan.
Dan
secara umum
PNPM
M andiri
Perkotaan

tidak

menganut pendekatan yang telah ditetapkan
dalam pedoman umum PNPM M andiri dengan

mandiri,

serta

memudamya

orientasi

moral dan nilai-nilai luhur dalam kehidupan
bermasyarakat seperti keikhlasan,
keadilan
dan kejujuran. Dengan demikian, dari paparan
diatas, cukup jelas menunjukan bahwa situasi

pendalaman pemahaman yaitu :
1.

Penanggulangan
kemiskinan
membutuhkan penanganan yang menyeluruh

kemiskinan akan turnbuh subur dalam situasi

( c o m p r e h e n s iv e )

perilaku sikap dan cara pandang (paradigma)

yang

masyarakat yang belum berdaya.

terjadinya keterpaduan antara pendekatan
sektoral, perwilayahan
dan partisipatif

Oleh karena

itu, Pemerintah

dalam hal

yang

ini M enteri Koordinator Bidang Kesejahteraan
selaku Ketua tim koordinasi penanggulangan
kemiskinan

membuat

pedoman

umum

keputusan
Program

tentang

kerangka kebijakan sebagai dasar dan acuan
pelaksanaan program-program penanggulangan

dalam

hal

sebagai lokus
mempertemukan

ini

dipilih

kecamatan

program
yang mampu
perencanaan
dari atas

dan dari bawah ( to p d o w n a n d b o tto m u p

N asional

Pemberdayaan M asyarakat (PNPM ) M andiri,
yaitu suatu program nasional dalam wujud

dalam skala perwilayahan
memadai
yang
memungkinkan

p la n n in g ) .

2.

Di tataran
kecamatan
inilah rencana
pembangunan
yang direncanakan
oleh
SKPD

(Satuan

Kerja

Pembangunan

kemiskinan berbasis pemberdayaan masyaraka.
Dilaksanakan
melalui
harmonisasi
dan

Daerah)
bertemu
dari
masyarakat

pengembangan sistem serta mekanisme dan
prosedur program, penyediaan pendampingan

(M usyawarah

Perencanaan Pembangunan)

Kecamatan

sehingga

dan pendanaan
prakarsa
dan

perencanaan
pembangunan
yang
menyeluruh ( c o m p r e h e n s iv e ) , terpadu, dan
selaras waktu ( s y n c h r o n e ) . (Dirjen Cipta

upaya

stimulan untuk mendorong
inovasi
masyarakat
dalam

penanggulangan

kemiskinan

yang

berkelanjutan (Tim Penyusun Pedoman PNPM

dengan
dalam

perencanaan
M usrenbang

dapat

digalang

Karya : 2008,2)

M andiri : 2007,11). NMLKJIHGFEDCBA

13

Mu'min Ma'rufkjihgfedcbaZYXWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBA

Sedangkan yang menjadi strategi khusus
dari PNPM M andiri Perkotaan adalah sebagai
berikut:
1.

M engembangkan lembaga kepemimpinan
masyarakat yang mengakar, representatif
dan dipercaya dimana

anggotanya dipilih

secara langsung, umum, bebas dan rahasia,
tanpa kampanye, dan tanpa kampanye, dan
tanpa pencalonan

dewasa.

proses membuat keputusan,
diberikan

kesempatan

yaitu masyarakat

untuk mengemukakan

pendapat dan menilai, serta memilih program
pemberdayaan apa saja yang akan ditetapkan
untuk dilaksanakan;
partisipasi masyarakat

kolektif

ini

penanggulangan

dalam melaksanakan

program pemberdayaan;

kemiskinan.
M engembangkan
program pembangunan
jangka menengah dan rencana tahunan

partisipasi masyarakat dalam memanfaatkan
hasil
program'
pemberdayaan;
maupun

dalam rangka penanggulangan

program pemberdayaan.

kemiskinan

sebagai media
dialog dan kerjasama
dengan berbagai pihak (pemerintah dan
non pemerintah)
yang peduli dengan
penanggulangan kemiskinan.
Aktif berpartisipasi
dalam M usrenbang
KelurahanlDesa
dan kecamatan
untuk
mengintegrasikan
dalam
Jangka
4.

diperlukan adanya keterlibatan atau partisipasi
dari masyarakat.
Baik
partisipasi
dalam

berfungsi

kepemimpinan

tindakan

3.

...... " memberikan pemahaman bahwa dalam
pelaksanaan Program Nasional Pemberdayaan
M asyarakat (PNPM ) M andiri Perkotaan mutlak

sebagai
majelis
amanah
yang
akan
memimpin masyarakat dalam melakukan

Lembaga

2.

oleh penduduk

Cipta Karya : 2008 : 18).
Kata "
dari, oleh dan untuk masyarakat

PJM

Pronangkis

ke

RPJM
(Rencana
Pembangunan
M enengah) KelurahanlDesa
dan

RPJM Kecamatan.
Peningkatan kapasitas
mampu

bersinergi

pemerintah

dengan

untuk

masyarakat

dan para pemangku kepentingan

setempat

dalam penanggulangan kemiskinan.
(Dirjen Cipta Karya : 2008,2).
Inti kegiatan PNPM M andiri Perkotaan
di masyarakat KelurahanIDesa adalah proses
menumbuhkembangkan
kemandirian
dan
keberlanjutan
upaya-upaya
penanggulangan
kemiskinan

dari, oleh dan untuk masyarakat,

partisipasi masyarakat dalam mengawasi hasil
Dari hasil studi pendahuluan

(informasi

awal) melalui
wawancara
dengan
warga
masyarakatmiskinyangadadisekitar
Jatinangor,
diantara mereka ada yang mengataakan: tidak
tahu apa itu Program Nasional Pemberdayaan
M asyarakat

(PNPM )

M andiri;

pemah

ikut

rapat kegiatan PNPM tapi hanya ikut-ikutan;
tahu tentang

(PNPM )

hanya

sekitar

bentuk

bantuan pemerintah terhadap orang miskin;
menyamakan (PNPM ) M andiri dengan BLT
(Bantuan
kegiatan

Langsung
tersebut

Tunai);

terlibat

dalam

tapi tidak

sampai

tuntas;

terlibat dalam kegiatan (PNPM ) M andiri dari
awal perencanaan sampai pelaksanaan; terlibat
dan mengetahui kegiatan (PNPM ) M andiri dari
awal kegiatan sampai akhir kegiatan.
Selanjutnya
hasil
informasi

dari

masyarakat

dan

tersebut,

peneliti

jelaskan

tanyakan kepada Bapak Iwan Hermawan selaku
penanggung jawab operasi kegiatan (PJOK)
Kecamatan Jatinangor tentang hal tersebut di

melalui proses pembelajaran dan pelembagaan
atas.. Beliau menjelaskan secara umum, yaitu
nilai-nilai universal kmanusiaan NMLKJIHGFEDCBA
( v a lu e b a s e d
memang tingkat partisipasi masyarakat dalam
prinsip-prinsip

d e v e lo p m e n t) ,

kemasyarakatan
prinsip-prinsip
( s u s ta in a b le

14

(g o o d

serta
berkelanjutan

governance)

pembangunan

d e v e lo p m e n t)

universal

(Direktur

Jenderal

kegiatan

program

nasional

pemberdayaan

masyarakat (PNPM ) M andiri Perkotaan belum
maksimal.

M u 'm in M a 'r u f

DAN PEM BAHASAN
dipertim-bangkan dalam penetapan rencana;
1. Partisipasi M asyarakat dalam Program
memberikan ide atau masukan tentang
Nasional
Pemberdayaan
M asyarakat
penetapan
sumber-sumber
pembiayaan
(PNPM ) M andiri Perkotaan di Kabupaten
program yang direncanakan; memberikan
Sumedang
ide atau masukan tentang siapa saja yang
Partisipasi masyarakat dalam Program
akan terlibat dalam pelaksanaan program
Nasional Pemberdayaan M asyarakat (PNPM )
sesuai dengan keterampilan dan keahlian
M andiri Perkotaan di Kabupaten Sumedang
yang dimiliki; dan menyebarluaskan rencana
meliputi: 1) partisipasi masyarakat dalam
program kepada masyarakat. Sedangkan untuk
perencanaan
program
PNPM
M andiri
mengetahui bagaimana partisipasi masyarakat
Perkotaan; 2) partisipasi masyarakat dalam
dalam perencanaan program PNPM M andiri
pelaksanaan PNPM M andiri Perkotaan; 3) Perkotaan dapat dilihat pada tabel 1 tersebut di
partisipasi masyarakat : dalam pemanfaatan
bawah.
hasil-hasil PNPM M andiri Perkotaan; 4)
• Berdasarkan Tabel di bawah dinyatakan
bahwa
partisipasi
masyarakat
dalam
partisipasi masyarakat dalam evaluasi hasil
PNPM M andiri Perkotaan.
perencanaan Program Nasional Pemberdayaan
Untuk lebih jelasnya akan dikemukakan
M asyarakat (PNPM ) M andiri Perkotaan
masing-masing partisipasi masyarakat dalam
di Kabupaten Sumedang: · 2,30 persen
Program Nasional Pemebrdayaan M asyarakat
menyatakan selalu; 15,77 persen menyatakan
(PNPM ) M andiri Perkotaan sebagai berikut:
sangat sering; 43,36 menyatakan sering; 36,80
a. Partisipasi M asyarakat dalam Perencanaan
persen menyatakan kadang-kadang; dan 1,77
Program PNPM M andiri Perkotaan
persen menyatakan tidak pemah. Dan secara
Untuk mengetahui partisipasi masyakeseluruhan partisipasi masyarakat dalam
rakat dalam perencanaan Program PNPM
perencanaan Program Nasional Pemebrdayaan
M andiri Perkotaan
dapat
dilihat
dari M asyarakat (pNPM ) M andiri Perkotaan di
indikator-indikator: mengikuti rapat dalam
Kabupaten Sumedang masuk dalam kategori
penyusunan dan pengesahan rencana program;
kurang baik, yaitu nilai skor rata-rata 2,56
memberikan ide atau masukan tentang potensiberada pada skor rata-rata antara 1,77 sampai
potensi yang dimiliki oleh masyarakat untuk NMLKJIHGFEDCBA
dengan 2,57.

HASIL PENELITIAN

Tabell
Partisipasi M asyarakat Dalam Perencanaan
Program PNPM M andiri Perkotaan
No

Klasifikasi

1

Selalu
Sangat sering
Sering
Kadang-kadang
Tidakpemah
Jumlah

2
3
4
5

Bobot(B)

Frekuensi (F)

5

4
3
2
1

594
Skor =

1522

0;