PROGRAM INTEGRASI KAKAO-KAMBING PE DI TAMAN TEKNOLOGI PERTANIAN NGLANGGERAN, KABUPATEN GUNUNG KIDUL

  

“Tema: 6 Rekayasa Sosial dan Pengembangan Perdesaan”

PROGRAM INTEGRASI

KAKAO-KAMBING PE DI TAMAN TEKNOLOGI PERTANIAN

NGLANGGERAN, KABUPATEN GUNUNG KIDUL

  

Oleh

Utin Ismitriliana

Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada

utinismitriliana@gmail.com

ABSTRAK

  Salah satu program yang dikembangkan di Taman Teknologi Pertanian (TTP) Nglanggeran adalah Program Integrasi Kakao-Kambing PE. Pilihan komoditas ini sesuai dengan konsep TTP adalah suatu kawasan implementasi inovasi berskala pengembangan dan berwawasan agribisnis hulu-hilir yang bersifat spesifik lokasi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pelaksanaan program integrasi kakao-kambing dan prospek ke depannya. Teknik penelitian ini dilakukan dengan wawancara dan (FGD). Sampel petani sejumlah 30 orang diambil secara

  Focus Group Discussion

simple random sampling dan data yang diperoleh dianalisis deskriptif dengan tabulasi silang. Hasil

  penelitian menunjukkan bahwa program integrasi sudah terjadi di Nglanggeran, dengan kombinasi tanaman dan ternak, khususnya kakao-kambing. Informasi mengenai program integrasi kakao- kambing sebagian besar diperoleh dari kelompok tani (73%). Selain dari kelompok tani, petani juga memperoleh informasi dari penyuluh (3%) dan BPTP (23%). Cara mengikuti program ini seragam yakni seluruh anggota kelompok tani yang membudidayakan kakao, dan tergabung dalam gapoktan wajib menjadi peserta program. Kegiatan yang banyak dilakukan adalah pelatihan yakni pelatihan budidaya kambing, pembuatan pupuk organik dari kotoran kambing, budidaya kakao, serta fermentasi biji kakao. Program ini dinilai petani dapat menambah pengetahuan (70%) dan memberikan manfaat berupa bertambahnya pengalaman membudidayakan kakao sehingga mampu meningkatkan pendapatan. Untuk kelangsungan program ini perlu dilakukan koordinasi yang lebih baik antara BPTP dengan peserta program, sehingga tujuan dari program dapat lebih cepat tercapai dan memberikan manfaat bagi seluruh pihak yang terkait. Kata kunci: integrasi kakao-kambing, petani.

  ABSTRACT

  One of the programs that has been developed by Taman Teknologi Pertanian (TTP) Nglanggeran is The Integration of Cocoa-Goat PE. This commodity was choosen because it is related in accordance with the concept of TTP which is an area of innovation implementation of scale-based development and agribusiness perceptions in a specific location. The purpose of this research is to acknowledge the implementation of cocoa-goat integration program and its prospect in the future. This research method was conducted by interviewing the participants and Focus Group Discussion (FGD). The participants were 30 farmers was taken by simply random sampling and the data obtained were analyzed descriptively by cross tabulation. The results show that the integration program has been implemented in Nglanggeran, with a combination of crops and livestock, especially cacao-goats. The information of cocoa-goat integration program is mostly obtained by farmer groups (73%). Aside from the farmer groups, farmers also obtain the information from counselor (3%) and BPTP (23%). To join this program, the members of farmer groups who cultivate cocoa, and incorporated in farmer groups must be a participant of the program. The

  

activities that are mostly done are goat breeding’s training, organic fertilizer from goat’s dung, cocoa cultivation and cocoa beans fermentation. This program is considered by farmers to increase their knowledge (70%) and to enhance their experience of cocoa cultivation, so that can increase their revenue. For the continuity of this program needs to be done with better coordination between BPTP and the participants, so the goal of the program can be more quickly achieved and provide benefits for those who included in this program.

  Keywords: integration of cocoa-goat, farmer.

  PENDAHULUAN

  Indonesia pernah menjadi salah satu pengekspor kakao terbesar ketiga setelah Pantai Gading dan Ghana, yaitu pada tahun 2002 dan tahun 2004 (Anonim, 2007). Potensi kakao yang besar ini belum diimbangi dengan kualitas produk yang baik. Hal ini diakibatkan karena kurangnya pengetahuan petani mengenai cara budidaya dan pengolahan pasca panen kakao. Rendahnya pengetahuan petani menyebabkan kualitas produk kakao rendah, sehingga harga jual kakao yang juga rendah. Hal ini bertolak belakang dengan harga jual produk kakao yang beredar dipasaran yang cukup tinggi. Oleh karena itu perlu diciptakan teknologiyang mampu meningkatkan hasil produksi kakao baik dari segi kualitas maupun kuantitas. Salah satu teknologi yang dapat dilakukan adalah dengan mengintegrasikan tanaman dengan ternak.

  Sistem pertanian yang mengintegrasikan antara tanaman dengan ternak sebenarnya telah dilakukan oleh petani sejak lama. Walaupun integrasi tanaman dengan ternak dilakukan secara sederhana, namun cukup memberikan keuntungan bagi petani. Menurut Subayono (2004), pengembangan sistem integrasi antara tanaman dengan ternak akan memberikan manfaat secara langsung dan tidak langsung, terutama bagi kesejahteraan petani sekaligus peternak, baik berupa tambahan penghasilan dari penjualan hasil produksi ternak, pemanfaatan limbah serta penyediaan tambahan lapangan kerja. Petani terbiasa menanam serta mengusahakan beberapa jenis tanaman dan ternak sekaligus. Integrasi tanaman dengan ternak menjadi semakin maju dengan semakin baiknya teknologi terutama di bidang pertanian. sebagai sumber bahan organik untuk pupuk tanaman kakao (Priyanto, 2008). Salah satunya teknologi integrasi tanaman-ternak yaitu teknologi integrasi tanaman kakao dengan kambing Peranakan Etawa yang dilakukan oleh Taman Teknologi Pertanian (TTP) Nglanggeran di Desa Nglanggeran, Kecamatan Patuk, Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Program Integrasi Kakao-Kambing berjalan dengan memanfaatkan tanaman kakao dalam memberikan dukungan pakan terhadap ternak kambing, sebaliknya ternak kambing dapat menghasilkan kotoran.

METODE PENELITIAN

  Focus

  

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan metode wawancara dan

  Group Discussion FGD ( ) yang dilaksanakan pada Bulan Juli hingga Agustus 2017.

  

Pengambilan data dilakukan kepada 30 responden yang merupakan petani kakao sekaligus

peternak kambing PE di Desa Nglanggeran Kecamatan Patuk Kabupaten Gunungkidul,

  simplerandom sampling

  

Daerah Istimewa Yogyakarta yang diambil secara . Pemilihan

lokasi penelitian yaitu Desa Nglanggeran dikarenakan program integrasi kakao-kambing

PE dilakukan di wilayah tersebut. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pelaksanaan

program integrasi kakao-kambing di Taman Teknologi Nglanggeran.

HASIL DAN PEMBAHASAN A.

  

Desa Nglanggeran sebagai sentra pekebunan kakao di Provinsi Daerah Istimewa

Yogyakarta

  Desa Nglanggeran terletak di Kecamatan Patuk Kabupaten Gunungkidul Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Desa Nglanggeran merupakan salah satu sentra perkebunan kakao yang ada di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Luas wilayah Desa Nglanggeran sebesar 762,8 ha dengan luas lahan yang ditanami kakao seluas 101 hektare. Dengan kondisi wilayah yang didominasi oleh pegunungan-perbukitan serta dengan ketinggian tempat sekitar 200-700 mdpl, maka daerah ini merupakan salah satu daerah yang cocok untuk pertumbuhan tanaman kakao.

  Tanaman kakao sudah mulai dibudidayakan di wilayah ini sejak belasan tahun yang lalu. Perkebunan kakao yang sudah ada cukup lama ini berjalan secara turun-temurun menjadi warisan untuk keturunan selanjutnya, begitu juga dengan teknik budidaya yang diterapkan pada perkebunan kakao mereka. Teknik yang digunakan merupakan teknik budidaya secara turun temurun. Teknik budidaya yang tidak berubah sejak awal masuknya kakao hingga kurun waktu yanng cukup lama menyebabkan hasil produksi yang tidak meningkat. Hingga pada tahun 2015, Balai Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) mulai masuk ke Desa Nglanggeran dengan membawa teknik budidaya kakao yang baru bagi petani kakao di Desa Nglanggeran.

  Taman Teknologi Pertanian atau biasa disebut TTP merupakan salah satu program dari Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP). Taman Teknologi Pertanian (TTP) Nglanggeran merupakan salah satu TTP yang ada di Indonesia. TTP Nglanggeran secara spesifik mengembangkan teknologi berbasis kakao. Salah satu programnya yaitu integrasi tanaman-ternak antara tanaman kakao dengan kambing Peranakan Etawa (PE). Selain program integrasi kakao dengan kambing PE, TTP Nglanggeran juga memiliki program lain mulai dari pra produksi, produksi, panen, pasca panen, pengolahan hasil, dan pemasaran (Mulyandari et. al., 2015). TTP Nglanggeran terdiri dari beberapa kawasan yaitu kawasan kakao, kawasan padi, kawasan ternak kambing PE, unit pengolahan kakao dan susu kambing PE, kawasan kebun buah, kawasan hortikultura, taman krisan dan tanaman sayuran hidroponik, yang terletak di Desa Nglanggeran, Kecamatan Patuk, Kabupaten Gunungkidul (Anonim, 2015).

B. Informasi mengenai program integrasi kakao dengan kambing PE

  Awal mula keikutsertaan petani kakao dalam program ini adalah tergabungnya petani dalam gabungan kelompok tani (gapoktan) yang ada di Desa Nglanggeran. Petani kakao yang tergabung dalam gapoktan diwajibkan untuk menjadi anggota dalam program integrasi kakao dengan kambing PE di TTP Nglanggeran. Keikutsertaan petani dalam program tersebut diharapkan dapat menambah pengetahuannya tentang kakao dan kambing. Dengan ilmu yang semakin baik, harapannya hasil dari perkebunan kakao yang selama ini telah ditekuni petani mampu menghasilkan produksi yang lebih tinggi, baik dari kualitas maupun dari kuantitasnya.

  Informasi mengenai program integrasi kakao dengan kambing PE di Desa Nglanggeran yang tersebar ke seluruh petani tidak lepas dari peran BPTP, penyuluh pertanian serta kelompok tani. Persentase sumber informasi mengenai adanya program integrasi kakao dengan kambing PE di Desa Nglanggeran dapat dilihat pada tabel 3.1.

Tabel 3.1. Sumber informasi yang didapatkan petani di Desa Nglanggeran mengenai TTP

  Nglanggeran

  

No Sumber Informasi Jumlah Persentase

  1 Kelompok tani

  22

  73

  2 BPTP

  7

  23

  3 Penyuluh

  1

  2 Jumlah

  30 100

  Sumber: Analisis Data Primer, 2017 Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa sebagian besar petani mengetahui informasi mengenai adanya program integrasi kakao dengan kambing PE yang dilaksanakan oleh TTP

  Nglanggeran berasal dari kelompok tani yaitu sebesar 73%. Kelompok tani berperan besar program ini karena kelompok tani merupakan sumber informasi yang paling awal yang menyebarkan informasi tentang program ini. Kelompok tani juga merupakan organisasi yang diikuti oleh seluruh petani yang ada di Desa Nglanggeran sehingga lebih mudah dalam menyebarkan informasi baru. Selain dari kelompok tani, petani juga mengetahui program integrasi kakao dengan kambing PE melalui BPTP dan penyuluh.

C. Program-program di Taman Teknologi Pertanian Nglanggeran

  Pertanian terpadu atau pertanian terintegrasi sebenarnya sudah diterapkan oleh petani sejak lama. Pertanian terpadu tidak dapat dilepaskan dari kehidupan petani, karena setiap petani biasanya akan mengusahakan berbagai macam tanaman maupun ternak secara bersama-sama. Petani akan membudidayakan padi di sawah dan beternak sapi sekaligus. Limbah dari tanaman padi dapat dijadikan sebagai pakan sapi, begitu juga dengan kotoran sapi yang bisa digunakan sebagai pupuk kandang. Masuknya teknologi dari TTP Nglanggeran mampu memberikan pengetahuan mengenai integrasi tanaman dengan ternak yang baru, yaitu pemanfaatan limbah kakao (kulit kakao) untuk pakan ternak serta pemanfaatan kotoran kambing sebagai pupuk organik, baik pupuk padat maupun pupuk cair.

  Sebelum memberikan teknologi integrasi kakao dengan kambing PE, TTP terlebih dahulu memberikan pelatihan budidaya kakao. Mulai dari pemupukan, pengairan, waktu dan cara pemanenan yang baik, cara fermentasi kakao, pengolahan hasil buah kakao hingga. Sebelum masuknya TTP ke Desa Nglanggeran, petani kakao membudidayakan tanamannya dengan ilmu turun temurun sesuai dengan pengalaman leluhur mereka. Setelah TTP masuk ke Nglanggeran, maka teknik budidaya yang dilakukan petani mulai berubah sehingga perlahan-lahan hasil produksinya menjadi semakin baik. Jika sebelumnya cara fermentasi kakao hanya dilakukan 1-2 hari saja, maka setelah adanya pengarahan dari TTP, maka petani melakukan fermentasi kakao minimal 5 hari. Lama fermentasi akan mempengaruhi kualitas kakao yang dihasilkan. Hasil panenan kakao biasanya dijual mentah oleh para petani. Namun, setelah adanya teknologi pengolahan pasca panen kakao, maka petani diajarkan cara mengolah kakao menjadi bahan setengah jadi maupun bahan jadi, sehingga akan meningkatkan harga jual kakao.

  Perawatan kambing PE juga merupakan salah satu program TTP Nglanggeran. Perawatan kambing dimulai dari penggunaan kandang panggung, pemberian pakan yang tepat, pemerahan susu kambing, pembersihan kandang hingga pembuatan pupuk organik dari kotoran kambing, baik pupuk padat maupun pupuk cair. Hasil susu perahan juga dioleh TTP Nglanggeran menjadi dodol susu dan permen susu (Anonim, 2015). Pelaksanaan kegiatan-kegiatan ini diharapkan mampu meningkatkan pengetahuan petani mengenai ternak kambing sehingga mampu meningkatkan ketrampilan serta pendapatan petani.

  Petani di Desa Nglanggeran yang mengikuti Program Integrasi Kakao-Kambing PE merupakan petani kakao yang tergabung dalam gabungan kelompok tani (gapoktan) di desa tersebut. Gabungan kelompok tani tersebut terdiri dari lima kelompok tani yang berasal dari lima dusun yang berbeda yang ada di Desa Nglanggeran. Daftar kelompok tani yang ada di Desa Nglanggeran dapat dilihat di tabel 3.2.

Tabel 3.2. Daftar kelompok tani yang ada di Desa Nglanggeran

  

No. Dusun Jumlah (jiwa) Persentase (%)

  1. Karangsari 190 28,02

  2. Doga 158 23,30

  3. Nglanggeran Kulon 117 17,26

  4. Nglanggeran Wetan 95 14,01

  5. Gunung Butak 118 17,40

  Jumlah 678 100

  Sumber: Analisis Data Primer, 2017 Berdasarkan tabel tersebut, dapat diketahui bahwa program integrasi kakao dengan kambing

  PE diikuti oleh petani-petani yang tersebar dari lima dusun di Desa Nglanggeran, yaitu Dusun Karangsari, Dusun Doga, Dusun Nglanggeran Kulon, Dusun Nglanggeran Wetan, dan Dusun Gunung Butak. Selain petani, program dari TTP Nglanggeran ini juga diikuti oleh hampir seluruh komponen yang ada di Desa Nglanggeran. Sebagai contoh, pada program pengolahan kakao menjadi produk coklat serta susu kambing menjadi produk makanan maupun minuman. Pengolahan ini membutuhkan ketrampilan dari ibu-ibu PKK sebagai sumberdaya pengolah produk- produk tersebut. Pemuda juga merupakan komponen penting yang mendukung keberhasilan program-program di TTP Nglanggeran. Pemuda diharapkan mampu mengenalkan program- program tersebut ke dunia luar melalui media sosial.

D. Manfaat program

  Banyaknya program yang ada di TTP Nglanggeran mampu memberikan manfaat bagi masyarakat. Baik bagi warga daerah sekitar TTP Nglanggeran, maupun warga di luar daerah. Berdasarkan data yang diperoleh dari penelitian ini didapatkan hasil bahwa petani kakao di Desa Nglanggeran memperoleh ilmu pengetahuan baru mengenai teknik bertani yang baru seperti teknik budidaya kakao yang benar, teknik berternak kambing PE, pengolahan hasil panen kakao serta pengolahan susu kambing PE yaitu sebesar 70%.

  Program integrasi kakao-kambing yang diusung oleh TTP Nglanggeran mampu memberikan pengetahuan baru bagi petani kakao dalam budidaya kakao yang baik dan benar, mulai dari penanaman hingga pasca panennya. Ilmu yang baru ini tentunya mampu memberikan keuntungan bagi petani, karena dengan teknik yang benar akan menghasilkan kakao dengan kualitas yang baik. Pengolahan biji kakao yang baik juga akan menghasilkan kualitas coklat yang baik, sehingga harga jualnya akan tinggi. Petani juga semakin mudah dalam menyediakan pakan bagi ternak mereka. Seperti yang diketahui bahwa di daerah ini akan sulit mendapatkan pakan ternak pada musim kemarau. Petani harus mencari pakan ke daerah lain untuk memenuhi kebutuhan pakan ternak mereka. Namun dengan adanya teknologi ini, maka petani cukup terbantu dalam memenuhi pakan ternak.

  Petani yang sebelumnya belum mengenal ternak kambing Peranakan Etawa (PE) juga menjadi tahu bagaiamana kambing jenis PE ini mampu dikembangkan dan memiliki potensi yang baik. Petani mampu menciptakan pupuk secara mandiri sehingga mengurangi pengeluaran untuk pembelian pupuk untuk tanaman kakaonya. Selain itu, petani juga memiliki tambahan pendapatan dari hasil penjualan susu maupun pupuk.

  Selain petani, komponen masyarakat lain yang merasakan keuntungan dari adanya program integrasi kakao-kambing ini adalah ibu-ibu di Desa Nglanggeran. Ibu-ibu diajarkan cara pengolahan kakao menjadi bahan makanan baik perman coklat, coklat batangan, bubuk minuman coklat instan, dan jenis makanan lain. Kelompo ibu-ibu ini juga mendapat edukasi tentang pengolahan susu kambing hasil perahan menjadi berbagai macam olahan seperti permen susu dan susu bubuk.

  Selain bermanfaat bagi perseorangan, adanya program ini juga membawa nama baik bagi Desa Nglanggeran secara keseluruhan. Karena selain sebagai wahana edukasi, adanya program dari TTP ini juga mampu menciptakan wahana wisata yang baru. TTP Nglanggeran yang terletak di daerah ekowisata Gunung Api Nglanggeran dan Embung Nglanggeran menjadi salah satu daya tarik tersendiri. Dengan adanya program ini, maka menambah wahana wisata yang ada di Desa Nglanggeran, khususnya wisata edukasi. Karena selain sebagai wahana edukasi, adanya program dari TTP ini juga mampu menciptakan wahana wisata yang baru. TTP Nglanggeran yang terletak di daerah ekowisata Gunung Api Nglanggeran dan Embung Nglanggeran menjadi salah satu daya tarik tersendiri.

  KESIMPULAN 1.

  Informasi yang diperoleh petani tentang adanya program integrasi kakao-kambing PE di TTP Nglanggeran berasal dari kelompok tani, BPTP, dan penyuluh.

2. Petani memperoleh pengetahuan baru dari adanya program integrasi kakao-kambing sebesar

  70% dan sisanya memberikan manfaat lain yang dapat meningkatkan pendapatan 3.

  Program integrasi kakao-kambing dapat memberikan manfaat bagi seluruh masyarakat di Desa Nglanggeran baik petani, pemuda maupun ibu-ibu.

  DAFTAR PUSTAKA Anonim. 2007. Gambaran Sekilas Industri Kakao . Departemen Perindustrian. Jakarta.

  Anonim. 2015. Profil TTP Nglanggeran Diakses pada 20 Oktober 2017. Mulyandari, S. R. H., S. H. Susilowati, S. Prabawati, Asmawati, M. T. Mulyadi, C. Indrawanto, P.

  Sassmita, A. Prabowo, E. Husen, R. Rachmat, E. S. Mulyani, Syafaruddin, E. Romjali,

  Seminar Nasional Sistem Integrasi Tanaman-Ternak. Puslitbang Peternakan bekerjasama dengan BPTP Bali dan CASREN. hlm. 13

  Henriyadi. 2015. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian: Pedoman Umum Pengembangan Taman Sains dan Teknologi Pertanian (TSTP). IAARD Press, Jakarta. Priyanto, D. 2008. Model Usahatani Integrasi Kakao Kambing dalam Upaya Peningkatan Pendapatan Petani. WARTAZOA 18 (I) : 46-56. Subagyono, D. 2004. Prospek pengembangan ternak pola integrasi di kawasan perkebunan. Pros.

  • – 17.