SKRIPSI PEMANFAATAN LIMBAH PADAT SURIMI BEKU IKAN SWANGGI (Priacanthus macracanthus) SECARA BIOLOGI TERHADAP KANDUNGAN NUTRISI SEBAGAI ALTERNATIF BAHAN PAKAN IKAN
SKRIPSI PEMANFAATAN LIMBAH PADAT SURIMI BEKU IKAN SWANGGI (Priacanthus macracanthus) SECARA BIOLOGI TERHADAP KANDUNGAN NUTRISI SEBAGAI ALTERNATIF BAHAN PAKAN
IKAN Oleh : MAYA MARERA JOMBANG – JAWA TIMUR FAKULTAS PERIKANAN DAN KELAUTAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA 2014 Yang bertanda tangan di bawah ini : N a m a : Maya Marera N I M : 141011158 Tempat, tanggal lahir : Jombang, 1 Maret 1992 Alamat : Wisma Gunung Anyar Selatan XIV/32-Surabaya
Telp./HP : 085748005252 Judul Skripsi : Pemanfaatan limbah padat surimi beku ikan swanggi
(priacanthus macracanthus) secara biologi terhadap kandungan nutrisi sebagai alternatif bahan pakan ikan Pembimbing : 1. Muhammad Arief, Ir., M.Kes.
2. Dr. Mirni Lamid, drh., MP. Menyatakan dengan sebenarnya bahwa hasil tulisan laporan Skripsi yang saya buat adalah murni hasil karya saya sendiri (bukan plagiat) yang berasal dari dana pribadi. Di dalam skripsi / karya tulis ini tidak terdapat keseluruhan atau sebagian tulisan atau gagasan orang lain yang saya ambil dengan cara menyalin atau meniru dalam bentuk rangkaian kalimat atau simbol yang saya aku seolah-olah sebagai tulisan saya sendiri tanpa memberikan pengakuan pada penulis aslinya, serta kami bersedia :
1. Dipublikasikan dalam Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan Fakultas
Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga;
2. Memberikan ijin untuk mengganti susunan penulis pada hasil tulisan skripsi / karya tulis saya ini sesuai dengan peranan pembimbing skripsi;
3. Diberikan sanksi akademik yang berlaku di Universitas Airlangga, termasuk pencabutan gelar kesarjanaan yang telah saya peroleh (sebagaimana diatur di dalam Pedoman Pendidikan Unair 2010/2011 Bab.
XI pasal 38 – 42), apabila dikemudian hari terbukti bahwa saya ternyata melakukan tindakan menyalin atau meniru tulisan orang lain yang seolah- olah hasil pemikiran saya sendiri
Demikian surat pernyataan yang saya buat ini tanpa ada unsur paksaan dari siapapun dan dipergunakan sebagaimana mestinya.
Surabaya, 18 Juli 2013 Yang membuat pernyataan, Maya Marera NIM. 141011158
SKRIPSI PEMANFAATAN LIMBAH PADAT SURIMI BEKU IKAN SWANGGI (Priacanthus macracanthus) SECARA BIOLOGI TERHADAP KANDUNGAN NUTRISI SEBAGAI ALTERNATIF BAHAN PAKAN IKAN Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Perikanan pada Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga Oleh : MAYA MARERA NIM. 141011158
Mengetahui, Komisi Pembimbing
Pembimbing Utama Pembimbing Serta Muhammad Arief., Ir., M.Kes Dr. Mirni Lamid, drh., MP.
NIP. 19600823 198601 1 001 NIP. 19620116 199203 2 001
SKRIPSI PEMANFAATAN LIMBAH PADAT SURIMI BEKU IKAN SWANGGI (Priacanthus macracanthus) SECARA BIOLOGI TERHADAP KANDUNGAN NUTRISI SEBAGAI ALTERNATIF BAHAN PAKAN
IKAN Oleh : MAYA MARERA NIM. 141011158
Telah diujikan pada Tanggal : 17 Juli 2014 KOMISI PENGUJI SKRIPSI Ketua : Agustono., Ir., M.Kes Anggota : Tri Nurhajati, MS., drh Moch. Amin Alamsjah, Ir.
Muhammad Arief., Ir., M.Kes Dr. Mirni Lamid, drh., MP.
Dekan Fakultas Perikanan dan Kelautan
Universitas Airlangga Prof. Dr. Hj. Sri Subekti, drh., DEA
NIP. 19520517 197803 2 001
RINGKASAN MAYA MARERA. PEMANFAATAN LIMBAH PADAT SURIMI BEKU
IKAN SWANGGI (Priacanthus macracanthus) SECARA BIOLOGI TERHADAP KANDUNGAN NUTRISI SEBAGAI ALTERNATIF BAHAN PAKAN IKAN. Dosen Pembimbing Muhammad Arief Ir, M. Kes dan Dr. Mirni Lamid, drh,MP
Salah satu faktor yang menentukan keberhasilan budidaya ikan adalah penyediaan pakan, namun penyediaan pakan sering menjadi kendala karena biaya yang tinggi. Alternatif pemecahan masalah tersebut adalah membuat sendiri pakan ikan dengan bahan baku yang mudah diperoleh, murah, bergizi tinggi dan bukan merupakan bahan primer yang dibutuhkan manusia yaitu dengan memanfaatkan limbah surimi beku ikan swanggi. Salah satu usaha untuk pengolahan limbah tersebut yaitu melalui proses biologi dengan cara penambahan probiotik.
Penelitian menggunakan metode eksperimental dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL). Perlakuan terdiri atas penambahan probiotik sebanyak 0% (P0), 3% (P1), 6% (P2), dan 9% (P3) dengan masing-masing ulangan empat kali.
Parameter yang diamati adalah kandungan nutrisi selama tujuh hari. Data dianalisis dengan Analysis of Variance (ANAVA) dan untuk mengetahui perlakuan terbaik digunakan Uji Jarak Berganda Duncan dengan selang kepercayaan 95%.
Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa penambahan probiotik dengan dosis yang berbeda pada limbah surimi beku ikan swanggi menghasilkan kandungan nutrisi pakan yang berbeda sangat nyata (p<0,01). Kandungan nutrisi terbaik terdapat pada perlakuan P3 dengan kandungan bahan kering (88,7230%), protein kasar (51,6414%), serat kasar (6,1924%), lemak kasar (8,9548%) dan abu sebesar (26,8093%).
SUMMARY MAYA MARERA. The Utilization of Solid Biological Waste of the Swanggi Surimi (Priacanthus Macracanthus) toward the Nutrition Content as an Alternative of Fish Feed Ingredients. Under Guidance Muhammad Arief, Ir., M.Kes and Dr. Mirni Lamid, drh., MP.
One of the factors which determine the success the cultivation of fish is feed provision, but the feed provision often becomes difficulty due to high costs.An alternative solution of the problem is making feed itself on fish with raw material that is easily obtained, cheap, nourishing high and is not a material primary it takes a human being, namely by making use of waste surimi frozen fish swanggi. One attempt to waste processing is through biological processes by way of addition probiotics.
This study used experimental methods with Random Complete Design (RAL). The treatment consisted of the addition of organic acids as 0% (P0), 3% (P1), 6% (P2), dan 9% (P3) with four repetition of each time. The parameter which was observed was the nutrition content after seven days. Analysis of Variance (ANOVA) used to analyze the data and determined the best treatment the writer used Duncan's Multiple Range Test with 95% confidence interval.
The result of the study showed that the addition of acid with different dosage on surimi products produced a significant difference of fish feed nutrition content (p <0.01). The best nutritional content found in the treatment of dry material with P3 (88,7230%), crude protein (51,6414%), crude fiber (6,1924%), crude lipit (8,9548%) and ash (26,8093%).
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah SWT atas limpahan rakhmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Penelitian Skripsi yang berjudul PEMANFAATAN LIMBAH PADAT SURIMI BEKU IKAN SWANGGI (Priacanthus macracanthus) SECARA BIOLOGI TERHADAP KANDUNGAN NUTRISI SEBAGAI ALTERNATIF BAHAN PAKAN IKAN. Penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang mendukung hingga selesainya Penelitian Skripsi ini. Penelitian Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada Program Studi Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga Surabaya.
Penulis menyadari bahwa Penelitan Skripsi ini masih belum sempurna. Kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan demi perbaikan dan kesempurnaan Karya Ilmiah ini. Semoga Karya Ilmiah ini bermanfaat dan dapat memberikan informasi kepada semua pihak, khususnya bagi Mahasiswa Program Studi Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga Surabaya guna kemajuan serta perkembangan ilmu dan teknologi dalam bidang perikanan.
Surabaya, 18 Juli 2014 Penulis
UCAPAN TERIMA KASIH
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Penelitian Skripsi ini mendapatan banyak masukan, bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan rasa hormat serta ucapan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Sri Subekti, DEA., Drh. selaku Dekan Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga.
2. Dr. Gunanti Mahasri, Ir., M.Si selaku Dosen Wali yang telah memberikan bimbingan, dan arahan dalam pengambilan mata kuliah.
3. Muhammad Arief Ir, M. Kes. dan Dr. Mirni Lamid, drh,MP selaku Dosen Pembimbing yang telah memberikan masukan serta bimbingan selama proses berlangsungnya penelitian hingga selesai.
4. Agustono, Ir., M.Kes. selaku Koordinator Skripsi dan Ketua Penguji Skripsi. selaku Dosen Penguji
5. Moch. Amin Alamsjah, Ir. Dan Tri Nurhajati, MS., drh Skripsi.
6. Seluruh staf pengajar Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga.
Terima kasih atas segala ilmu yang telah Bapak dan Ibu berikan selama ini.
7. Seluruh staf kependidikan Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga atas segala bantuannya.
8. Kedua orang tua tercinta Ibu Oisatin dan Bapak Widiono, atas doa yang selalu terlantun dan nasehat bijak yang menjadi penguat dalam segala aktivitas.
9. Adikku Dica Dewanti dan Aldo Aruna atas dukungan yang diberikan.
10. Sahabatku Mega, Dhanik, Fifit, Rahmawati, Devy, Catur, Sari, Dila, Dita, Entri, Galih, Jefri, Mbak Nunung, Mbak Dita, Mas Jamal, dan Mas Wiku yang selalu membantu dan memberi semangat dalam proses penyelesaian Penelitian Skripsi.
11. Pradhipta Mahardhika yang selalu memberikan motivasi dan semangat dalam proses penyelesaian skripsi ini.
12. Teman-teman PIRANHA angkatan 2010 yang selalu memberikan dukungan dan semangat.
13. Semua pihak yang telah membantu dalam penulisan maupun penyelesaian Penelitian Skripsi. Semoga Allah SWT melimpahkan berkat-Nya dan membalas segala bantuan dan kebaikan yang telah diberikan oleh semua pihak kepada penulis.
DAFTAR ISI Halaman
RINGKASAN ................................................................................................. v SUMMARY .................................................................................................... vi KATA PENGANTAR ..................................................................................... vii UCAPAN TERIMA KASIH ........................................................................... viii DAFTAR ISI ................................................................................................... x DAFTAR TABEL ........................................................................................... xii DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xiii DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xiv
I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah.................................................................. ........... 3
1.3 Tujuan ............................................................................................... 3
1.4 Manfaat ............................................................................................. 3
II TINJAUAN PUSTAKA .............................................................................. 5
2.1 Ikan Swanggi .................................................................................... 5
2.1.1 Klasifikasi Ikan Swanggi.......................................................... 5
2.1.2 Morfologi dan penyebaran Ikan Swanggi ................................ 5
2.2 Surimi ............................................................................................... 6
2.3 Limbah Surimi .................................................................................. 8
2.4 Pengolahan Secara Biologi................................................................ 9
2.4.1 Probiotik .................................................................................. 12
2.5 Bahan Kering .................................................................................... 13
2.6 Protein Kasar ..................................................................................... 14
2.7 Lemak Kasar...................................................................................... 15
2.8 Serat Kasar ........................................................................................ 16
2.9 Abu .................................................................................................... 16
III Kerangka Konseptual dan Hipotesis .......................................................... 18
3.1 Kerangka Konseptual ....................................................................... 18
3.2 Hipotesis............................................................................................ 19
IV METODOLOGI ......................................................................................... 21
4.1 Waktu dan Tempat ........................................................................... 21
4.2 Materi Penelitian............................................................... ................ 21
4.2.1 Peralatan Penelitian .................................................................. 21
4.2.2 Bahan Penelitian....................................................................... 21
4.3 Metode Penelitian.............................................................................. 22
4.3.1 Rancangan Penelitian ............................................................... 22
4.3.2 Prosedur Penelitian................................................................... 22
4.3.3 Parameter Uji............................................................................ 24
4.3.4 Analisis Data ............................................................................ 24
4.4 Jadwal Pelaksanaan Penelitian……………………………… ............ 24
V HASIL DAN PEMBAHASAN. ................................................................... 25
5.1 Hasil Analisis Data....................................................................................25
5.1.1 Bahan Kering ...............................................................................25
5.1.2 Protein Kasar................................................................................26
5.1.3 Serat Kasar ..................................................................................27
5.1.4 Lemak Kasar ...............................................................................29
5.1.5 Abu ..............................................................................................30
5.1.6 Uji Organoleptik .........................................................................31
5.2 Pembahasan ...............................................................................................32
5.2.1 Bahan Kering ...............................................................................32
5.2.2 Protein Kasar................................................................................33
5.2.3 Serat Kasar ..................................................................................34
5.2.4 Lemak Kasar ................................................................................36
5.2.5 Abu ..............................................................................................37
5.3 Uji Organoleptik .......................................................................................38
VI KESIMPULAN DAN SARAN .................................................................. 40
5.2.1 Kesimpulan .............................................................................. 40
5.2.2 Saran ........................................................................................ 40 DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 41 LAMPIRAN ......................................................................................... 47
DAFTAR TABEL Tabel Halaman
1. Analisis proksimat ikan swanggi berdasarkan bahan kering............................. 9
2. Spesifikasi persyaratan mutu tepung ikan ......................................................... 9
3. Kandungan rata-rata bahan kering (%) pada setiap perlakuan.........................25
4. Kandungan rata-rata protein kasar (%) pada setiap perlakuan..........................26
5. Kandungan rata-rata serat kasar (%) pada setiap perlakuan..............................28
6. Kandungan rata-rata lemak kasar (%) pada setiap perlakuan ...........................29
7. Kandungan rata-rata abu (%) pada setiap perlakuan.........................................30
DAFTAR GAMBAR Gambar Halaman
1. Ikan swanggi...................................................................................................... 6
2. Bagan kerangka konseptual penelitian ..............................................................20
3. Denah acak penelitian .......................................................................................22
4. Diagram alir penelitian......................................................................................23
4. Kandungan rata-rata bahan kering ....................................................................26
6. Kandungan rata-rata protein kasar ....................................................................27
7. Kandungan rata-rata serat kasar ........................................................................28
8. Kandungan rata-rata lemak kasar ......................................................................30
9. Kandungan rata-rata abu ...................................................................................31
10. Hasil uji organoleptik limbah surimi...............................................................32
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran Halaman
1. Analisis Protein Kasar ......................................................................................47
2. Analisis Lemak Kasar .......................................................................................49
3. Analisis Serat Kasar ..........................................................................................50
4. Analisis Abu ......................................................................................................51
5. Analisis Bahan Kering.......................................................................................52
6. Hasil Analisis Proksimat Limbah Ikan Swanggi...............................................53
7. Hasil Analisis Proksimat setelah Fermentasi ....................................................54
8. Hasil Analisis Proksimat Bahan Kering............................................................56
9. Hasil Analisis Proksimat Protein Kasar ...........................................................58
10. Hasil Analisis Proksimat Serat Kasar..............................................................60
11. Hasil Analisis Proksimat Lemak Kasar...........................................................62
12. Hasil Analisis Proksimat Abu .........................................................................64
13. Analisis Organoleptik......................................................................................66
14. Hasil Perhitungan Uji Organoleptik ................................................................67
I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Salah satu faktor yang menentukan keberhasilan budidaya ikan adalah penyediaan pakan, namun penyediaan pakan sering menjadi kendala karena biaya yang tinggi. Pada budidaya perikanan, biaya pakan yang dihabiskan selama proses budidaya mencapai 60% dari biaya produksi dan komponen utama dalam pakan ikan ialah tepung ikan (Wibowo, 2006) dan harga tepung ikan sebagai bahan utama penyusun pakan ikan relatif mahal yaitu Rp.8.000/kg dengan kandungan protein 40%, hal ini menyebabkan harga pakan buatan komersil menjadi relatif tinggi (Handajani., dkk, 2013). Salah satu alternatif pemecahan masalah tersebut adalah membuat sendiri pakan ikan dengan bahan baku yang mudah diperoleh, murah, bergizi tinggi dan bukan merupakan bahan primer yang dibutuhkan manusia (Risanti, 2008).
Surimi merupakan istilah Jepang untuk daging ikan yang telah dilumatkan dan dicuci. Produksi komersial surimi dibuat dengan memisahkan daging ikan dari tulang dan kulit yang diikuti proses pencucian (1-3 kali) menggunakan air atau larutan garam, kemudian dilakukan pemerasan dan pencampuran dengan
cryoprotectan untuk mencegah denaturasi protein dan kehilangan fungsinya selama penyimpanan beku (Xiong, 2000).
Salah satu cara untuk pemanfaatan limbah surimi tersebut yaitu dengan proses kimiawi maupun secara proses biologis. Pengolahan secara kimiawi terdapat dua jenis bahan asam yang digunakan yaitu asam mineral atau asam anorganik seperti asam klorida, asam nitrat dan asam sulfat sedangkan bahan asam satunya adalah asam organik seperti asam fomiat, asam asetat dan asam propionat. Pada asam organik dapat menghasilkan silase ikan yang tidak begitu asam sehingga dapat langsung diaplikasikan pada pakan tanpa ada perlakuan selanjutnya (dinetralkan), sedangkan asam mineral bersifat korosif dan silase yang dihasilkan memiliki derajat keasaman yang sangat rendah sehingga perlu dinetralkan terlebih dahulu sebelum diaplikasikan (Handajani dkk., 2013).
Pengolahan limbah ikan secara biologi pada prinsipnya adalah dengan cara memanfaatkan mikroba (bakteri asam laktat) yang ada pada limbah ikan tersebut.
Pada pertumbuhan bakteri asam laktat dibutuhkan sumber energi yang bisa langsung digunakan oleh bakteri tersebut. Bakteri asam laktat menciptakan suasana asam pada lingkungan substrat. Pada suasana asam, maka bakteri perombak protein (proteolitik) terhambat sehingga dapat mencegah kebusukan (Sukarsa dkk., 1985).
Bakteri proteolitik merupakan bakteri yang mempunyai kemampuan untuk memecah protein, asam amino dan peptida (Orskov, 1982) sedangkan bakteri selulolitik merupakan bakteri yang mempunyai kemampuan untuk memecah selulosa dan yang mampu bertahan pada kondisi yang buruk pada saat makanan yang mengandung serat kasar yang tinggi (Yokoyama dan Johnson, 1988). Enzim selulase dapat menghidrolisis selulosa menjadi glukosa, dengan demikian akan menurunkan kandungan serat kasar (Poedjiadi, 1994).
Komposisi susunan kimia dan kegunaan suatu bahan pakan dilakukan analisis kimia yang disebut analisis proksimat. Analisis proksimat merupakan suatu metode analisis kimia untuk mengidentifikasikan kandungan zat makanan dari suatu bahan pakan atau pangan. Analisis proksimat menganalisis beberapa komponen seperti bahan kering, bahan anorganik (abu), protein, lemak, dan serat kasar (Harjadi, 1993).
Pada penelitian ini diharapkan dapat mengetahui manfaat dari limbah padat surimi beku ikan swanggi (Priacanthus macracanthus) secara biologi, sehingga diharapkan dapat mengurangi penggunaan dari tepung ikan.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah terjadi peningkatan pada protein kasar dan bahan kering terhadap limbah padat surimi beku ikan swanggi (Priacanthus macracanthus) yang diberi perlakuan secara biologi?
2. Apakah terjadi penurunan pada lemak kasar, serat kasar dan abu terhadap limbah padat surimi beku ikan swanggi (Priacanthus macracanthus) yang diberi perlakuan secara biologi?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui peningkatan protein kasar dan bahan kering terhadap limbah padat surimi beku ikan swanggi (Priacanthus macracanthus) yang diberi perlakuan secara biologi.
2. Mengetahui penurunan lemak kasar, serat kasar dan abu terhadap limbah padat surimi beku ikan swanggi (Priacanthus macracanthus) yang diberi perlakuan secara biologi.
1.4 Manfaat
Memberikan informasi kepada para usaha yang bergerak dalam bidang perikanan dan masyarakat umum mengenai kandungan limbah padat surimi beku ikan swanggi (Priacanthus macracanthus) serta tingkat kelayakan pengolahan limbah bahwa limbah ini dapat dimanfaatkan sebagai alternatif pengganti tepung ikan dan mempunyai kandungan nilai nutrisi sehingga dapat menghemat biaya produksi.
II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Ikan Swanggi
2.1.1 Klasifkasi Ikan Swanggi
Klasifikasi ikan swanggi (P. macracanthus)menurut Saanin(1984) adalah sebagai berikut: Kingdom : Animalia Filum : Chordata Kelas : Pisces Ordo : Percomorphi Famili : Priacanthidae
Genus : Priacanthus Spesies : Priacanthus macracanthus
2.1.2 Morfologi dan Penyebaran Ikan Swanggi
Secara garis besar ikan swanggi (P. macracanthus) mudah dikenali dengan ciri mata besar yang memiliki nama Internasional red bigeye atau brownspot
bigeye dan merupakan salah satu spesies dari genus Priacanthus (Nelson, 1984).
Famili Priacanthidae memiliki ciri mata amat besar, mulut lebar, rahang yang kokoh, terdapat sirip punggung yang terdiri dari 10 jari-jari keras dan 10-15 jari-jari lemah, sirip ekor terdiri dari 3 jari-jari keras dengan 9-16 jari-jari lemah, serta memiliki bentuk yang tegak hingga membulat, juga terdapat membran yang menghubungkan jari-jari sirip perut sebelah dalam ke tubuh, memiliki sisik stenoid dan biasanya berwarna merah cerah. Warna tubuh ikan ini adalah seluruhnya merah dimana bagian atasnya berwarna merah keperakan. Priacanthus
macracanthus dapat mencapai panjang 30 cm (Nelson, 1984). Suharti (2009)
menyatakan bahwa ikan dari famili Priacanthidae termasuk ikan nocturnal, namun kadang kegiatan makan dilakukan sepanjang hari.
Famili Priacanthidae memiliki daerah penyebaran yang luas di perairan tropis maupun subtropis dimana kadang ditemukan secara soliter ataupun dalam bentuk geromboloan yang besar (Kuiter, 1992). Habitat ikan ini adalah di daerah pantai dan terumbu karang dan berkumpul di dasar area yang terbuka dengan kedalaman antara 20-350m. Habitat famili Priacanthidae juga tersebar pada perairan dengan dasar karang berbatu (ppip.dkp, 2009). Bentuk tubuh ikan swanggi dapat dilihat pada Gambar 2.1
Sumber :Discoverlife, 2009 Gambar 2.1 Ikan swanggi (Priacanthus macracanthus).
2.2 Surimi
Surimi adalah protein myofibril yang didapat dengan pemisahan daging dari tulang secara mekanis, dicuci dengan air serta ditambahkan cryoprotectant (Park dan Lin, 2005). Surimi merupakan produk yang dapat dimanfaatkan untuk berbagai produk. Surimi dibuat dari daging giling yang telah diekstraksi dengan air dan diberi bahan anti denaturan kemudian dibekukan. Terdapat dua macam tipe surimi yang diproduksi, yaitu surimi yang dibuat tanpa penambahan garam (mu-en surimi) dan surimi yang dibuat dengan menabahkan garam (ka-en surimi) (Muchtadi, 1989).
Surimi merupakan istilah Jepang untuk daging ikan yang telah dilumatkan dan dicuci. Produksi komersial surimi dibuat dengan memisahkan daging ikan dari tulang dan kulit yang diikuti proses pencucian (1-3 kali) menggunakan air atau larutan garam, kemudian dilakukan pemerasan dan pencampuran dengan
cryoprotectan untuk mencegah denaturasi protein dan kehilangan fungsinya selama penyimpanan beku (Xiong, 2000).
Pada prinsipnya ada empat tahap proses dalam pembuatan surimi, yaitu pencucian daging ikan, penggilingan, pengemasan dan pembekuan. Pencucian daging dilakukan tiga sampai lima kali. Air yang digunakan mempunyai suhu rendah yaitu 5-10˚C atau air es, karena air kran biasa dapat merusak tekstur akibat denaturasi protein dan mempercepat degradasi lemak. Banyaknya air yang digunakan dan ulangan pencucian tergantung dari jenis ikan yang diolah, jenis air pencuci dan mutu surimi yang diinginkan. Biasanya air pencucian terakhir mengandung garam (NaCl) sebanyak 0,01-0,3% (Muchtadi, 1989).
Menurut Park dan Morrisey (2000) proses pembuatan surimi adalah penyiangan yang meliputi pembuangan kepala, jeroan, kotoran dan tulang kemudian pelumatan daging menggunakan meat separator, pencucian, penghilangan air, penambahan cryoprotektan serta pengemasan dan penyimpanan beku.
Surimi dengan mutu yang paling baik adalah dengan derajat putih paling tinggi, paling bersih dan kekuatan gelnya paling tinggi. Kualitas surimi secara garis besar dipengaruhi oleh faktor intrinsik (biologi) dan ekstrinsik (pengolahan). Faktor-faktor intrinsik yang mempengaruhi kualitas surimi yaitu jenis ikan, musim, kematangan gonad dan tingkat kesegaran ikan, sedangkan untuk faktor-faktor ekstrinsik terdiri dari pemanenan, penanganan bahan baku, air dan proses pencucian surimi (Park dan Lin, 2005).
2.3 Limbah Surimi
Menurut Ilyas dan Suparno (1985) dalam Yonedi (2004) jenis limbah dan hasil sampingan dapat dikelompokkan menjadi empat, yaitu hasil sampingan yang pertama pada pemanfaatan suatu spesies atau sumber daya, bentuk limbah jenis ini merupakan berbagai jenis ikan, udang, kepiting, dan biota perairan laut lainnya, maupun perairan umum dalam bentuk utuh yang merupakan hasil sampingan dari suatu tangkapan utama. Hasil sampingan limbah yang kedua adalah sisa pengolahan. Bentuk limbah ini merupakan bagian dari yang tidak dimakan yaitu berupa kepala, kulit, cangkang, ekor, tulang, dan isi perut. Hasil sampingan limbah yang ketiga yaitu surplus dari suatu panen utama atau panen raya. Limbah jenis ini merupakan jenis ikan utuh karena merupakan bagian dari kelebihan atau sisa panen. Kelompok hasil sampingan keempat adalah dari sisa distribusi. Jenis limbah ini merupakan limbah dari sisa distribusi atau pemasaran biasanya sudah mengalami kerusakan sehingga tidak bisa dimakan oleh manusia.
Limbah dari tubuh ikan terdiri dari bagian kepala berkisar 10-12%, bagian tulang berkisar 11,7%, sirip berkisar 3,4%, kulit 4,0%, duri 2,0%, dan bagian isi perut 4,8% (termasuk gelembung renang, hati dan gonad). Bagian-bagian tersebut masih mempunyai nilai yang tinggi diantaranya bagian kulit, gelembung renang, duri dan kulit yang mengandung kolagen, kalsium, dan bahan nitrogen (Nurilmala, 2004).
Pada proses pengolahan surimi ada dua macam limbah yaitu limbah padat dimana sesuai dengan pernyataan Park dan Morrisey (2000) bahwa dalam proses pembuatan surimi dilakukan penyiangan yang meliputi pembuangan kepala, jeroan, kotoran dan tulang. Selain itu, terdapat juga limbah cair dari proses pencucian surimi yang masih mengandung kandungan protein, lemak dan zat padat terlarut yang tinggi (Devi dkk., 2012).
Tabel 1. Rerata Kandungan Limbah Ikan Swanggi Berdasarkan Bahan Kering Rata-Rata Kandungan Limbah Ikan Swanggi
Hasil Analisis Berdasarkan Bahan Kering Bahan Kering 97,0527 Protein Kasar 47,7202 Serat Kasar 5,5616 Lemak Kasar 8,0827 Abu 30,1597 BETN 8,2260 ME 2423,7974
Sumber: Hasil analisis proksimat ULPKP Universitas Airlangga Tabel 2. Spesifikasi Persyaratan Mutu Tepung Ikan
Tingkatan Mutu Mutu I Mutu II Mutu III Pengujian Komposisi
10
12
12
a) Air (%) maks
65
55
45
b) Protein Kasar (%) min
1.5
2.5
3
c) Serat Kasar (%) maks
20
25
30
d) Abu (%) maks
8
10
12
e) Lemak (%) maks Sumber : DSN (1996)
2.4 Pengolahan Secara Biologi
Pengolahan secara biologi dikenal sebagai proses fermentasi dengan menggunakan kemampuan bakteri asam laktat dan penambahan karbohidrat yang dapat berlangsung dalam keadaan anaerobik (Indriati, 1983; Sukrasa dkk., 1985; Yunizal, 1986). Fermentasi dapat terjadi karena adanya kegiatan mikroba pada bahan pangan sehingga dihasilkan produk yang dikehendaki. Mikroba yang umumnya terlibat dalam fermentasi adalah bakteri, khamir dan kapang. Mikroba akan memproduksi enzim yang membantu proses perombakan komponen pakan berupa senyawa kompleks menjadi senyawa sederhana (Afrianto dan Liviawaty, 2005). Tujuan dilakukan fermentasi yaitu untuk menghasilkan suatu produk bahan pakan yang mempunyai kandungan nutrisi dan tekstur lebih baik, disamping itu menurunkan kandungan anti nutrisinya (Pujaningsih, 2005).
Pengolahan limbah ikan secara biologi pada prinsipnya adalah dengan cara memanfaatkan mikroba (bakteri asam laktat) yang ada pada limbah ikan tersebut.
Pada pertumbuhan bakteri asam laktat dibutuhkan sumber energi yang bisa langsung digunakan oleh bakteri tersebut. Bakteri asam laktat menciptakan suasana asam pada lingkungan substrat, apabila suasana asam sudah tercipta, maka pertumbuhan bakteri perombak protein (proteolitik) terhambat sehingga dapat mencegah pembusukan (Sukarsa dkk., 1985).
Berdasarkan kebutuhan akan oksigen, fermentasi dibagi atas dua tipe: yaitu tipe aerob dan anaerob. Fermentasi aerob merupakan fermentasi mikroorganisme dengan memanfaatkan oksigen untuk mencerna substrat dan hasil dari pencernaan tersebut digunakan sebagai sumber energi untuk pertumbuhan dan perkembangbiakan, sedangkan fermentasi anaerob adalah fermentasi yang tidak membutuhkan oksigen dalam proses pencernaan substrat yang dilakukan oleh mikroorganisme (Desi, 2011). Keberhasilan dari fermentasi dipengaruhi oleh dua faktor yaitu mikroorganisme dan substrat (Afrianti, 2004).
Hasil fermentasi diperoleh sebagai akibat metabolisme mikroba pada suatu bahan pangan dalam keadaan anaerob. Mikroba yang melakukan fermentasi membutuhkan energi yang umumnya diperoleh dari glukosa. Dalam keadaan aerob, mikroba mengubah glukosa menjadi air, CO
2 serta energi (ATP). Beberapa
mikroba hanya dapat melangsungkan metabolisme dalam keadaan anaerob dan hasilnya adalah substrat yang setengah terurai. Hasil penguraiannya adalah air, CO , energi dan sejumlah asam organik lainnya, seperti asam laktat, asam asetat,
2
etanol serta bahan organik yang mudah menguap. Perkembangan mikroba dalam keadaan anaerob biasanya dicirikan sebagai proses fermentasi (Muchtadi dan Ayustaningwarno, 2010).
Menurut Kompiang dan Ilyas (1983), pembuatan silase secara baik dalam skala 10 sampai 500 kg memerlukan persyaratan yaitu, ikan atau sisa olahan sebaiknya digiling atau dicincang sekecil mungkin (1-2 cm atau lebih kecil) sebelum penambahan asam. Asam seharusnya diberikan secara merata jangan sampai ada bagian ikan yang tidak terkena asam karena dengan demikian pembusukan oleh bakteri dapat terjadi. Pada empat hari pertama dilakukan pengadukan secara merata 3-4 kali sehari, untuk hari berikutnya dilakukan pengadukan secara berkala.
Amin dan Leksono (2001) mengatakan bahwa bakteri asam laktat adalah kelompok bakteri yang mampu mengubah karbohidrat (glukosa), menjadi asam laktat. Efek bakteri sidal dari asam laktat berkaitan dengan penurunan pH lingkungan menjadi 3-4, sehingga pertumbuhan bakteri pembusuk menjadi terhambat.
Proses pembuatan silase yang menggunakan bakteri asam laktat memerlukan penambahan karbohidrat sebagai sumber energi bagi bakteri. Sumber karbohidrat yang sering digunakan bakteri adalah molase (limbah tetes tebu),
polard dan dedak. Molase mengandung berbagai asam amino, mineral dan
vitamin yang tahan panas serta bersifat basa tinggi, selain itu zat-zat tumbuh yang terdapat pada molase merupakan kelompok zat organik penting karena berfungsi sebagai penyusun enzim yang mengkatalisasi proses biokimia ragi (Akhirany, 2011).
Sumarsih dan Waluyo (2002) menjelaskan bahwa tetes tebu dapat digunakan sebagai bahan adiktif dalam pembuatan silase ikan karena mempunyai kandungan gula yang tinggi sehingga meningkatkan jumlah gula yang akan diubah menjadi asam laktat. Asam laktat merupakan asam yang dapat mencegah pertumbuhan bakteri tidak menguntungkan dengan cara menghasilkan hidrogen peroksida (H
2 O 2 ) dan antibiotika serta menurunkan pH (Akhirany, 2011).
Keuntungan dari proses fermentasi adalah meningkatkan daya kandungan nutrien dan daya simpan pakan. Kandungan nutrien pakan dapat meningkat karena proses fermentasi akan merombak senyawa komplek menjadi senyawa yang lebih sederhana, sehingga mudah diserap oleh tubuh ikan (Kusumaningsih, 2007).
Waktu fermentasi sangat dipengaruhi oleh kondisi pertumbuhan dari mikrobanya. Menurut Kusumaningsih (2007), fermentasi secara anaerob fakultatif selama tujuh hari dapat meningkatkan kandungan protein kasar dan menurunkan kandungan serat kasar. Hal tersebut juga diperkuat dengan pernyataan Pertiwi (2008) bahwa fermentasi dengan menggunakan probiotik hasil yang terbaik terdapat pada hari ketujuh.
2.4.1 Probiotik
Probiotik adalah mikroorganisme atau substansi yang berperan dalam keseimbangan mikroorganisme saluran pencernaan (Lily dan Stilwel, 1965).
Menurut Salminen et al., (1999), probiotik merupakan segala bentuk preparasi sel mikroba (tidak selalu hidup) atau komponen sel-sel mikroba yang memiliki pengaruh menguntungkan bagi kesehatan dan kehidupan inang sedangkan secara umum, probiotik merupakan suatu bahan pakan suplemen berupa jasad hidup mikroba yang mempunyai pengaruh menguntungkan bagi induk semangnya dengan meningkatkan keseimbangan mikroba pada usus halus.
Mekanisme kerja probiotik yaitu menentukan populasi mikroorganisme yang menekan pertumbuhan, mengurangi bahan-bahan yang tidak dapat dicerna dengan baik dan meningkatkan protein serta vitamin pada pakan yang digunakan (Kompiang, 2000).
2.5 Bahan Kering
Bahan kering terbagi atas zat organik (protein, karbohidrat dan lemak) dan zat anorganik (mineral) (Payne dan Williamson, 1993). Bahan kering merupakan salah satu bahan pakan yang diukur sehingga efisiensi penggunaan pakan dapat dilihat berdasarkan konsumsi bahan kering untuk mencapai pertambahan satu kilogram bobot badan (Siregar, 1994). Bahan kering adalah bahan yang tersisa atau tertinggal setelah kandungan uap air didalam sampel di hilangkan atau di
ᵒ uapkan seluruhnya dengan suhu pemanasan 105 C (Tilman et al, 1991).
Kandungan bahan kering suatu pakan dicerminkan dengan kandungan mineral, serat kasar, dan Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen (BETN) (Hendarto, 2001). Nutrien yang terkandung di dalam bahan organik merupakan komponen penyusun bahan kering. Konsumsi bahan kering akan berpengaruh pada jumlah konsumsi bahan organik. Banyaknya konsumsi bahan kering akan mempengaruhi besarnya nutrien konsumsi sehingga jika konsumsi bahan organik meningkat maka akan meningkatkan konsumsi nutrien (Ima, 2011).
2.6 Protein Kasar
Protein adalah senyawa organik kompleks yang mempunyai berat molekul yang tinggi, seperti halnya karbohidrat dan lipida. Anggorodi (1994) menyatakan bahwa protein adalah zat organik yang mengandung karbon, hidrogen, nitrogen, oksigen, sulfur dan fosfor. Zat tersebut merupakan zat makanan utama yang mengandung nitrogen. Fungsi protein dalam tubuh yaitu untuk memperbaiki jaringan yang rusak, pertumbuhan jaringan baru, metabolisme kedalam zat vital dalam fungsi tubuh dan hormon.
Protein kasar adalah semua zat yang mengandung nitrogen 16% dengan kisaran 13-19%. Metode yang sering digunakan dalam analisis protein adalah metode Kjeldhal melalui proses destruksi, destilasi, titrasi, dan perhitungan. Unsur yang dianalisis adalah unsur nitrogen bahan pakan sehingga hasilnya harus dikalikan dengan faktor protein untuk memperoleh nilai protein kasarnya (N x 6,25). Jika diketahui secara tepat jenis pakan yang dianalisis, maka faktor proteinnya secara umum biasanya menggunakan 6,25. Protein yang ditentukan dengan cara demikian disebut dengan protein kasar (Suprijatna dkk., 2008).
Bahan pakan mengandung zat nutrisi yang terdiri dari air dan bahan kering. Bahan kering terdiri dari bahan organik dan bahan anorganik, sedangkan bahan organik terdiri dari protein, karbohidrat, lemak dan vitamin. Bahan anorganik adalah mineral-mineral yang dibutuhkan tubuh dengan jumlah cukup baik untuk pembentukan tulang maupun sebagai bagian dari enzim dan hormon (Tilman dkk., 1991).
Protein kasar dalam analisa yang mendekati angka nyata (proksimat) hanya menggambarkan komposisi asam-asam amino dalam protein, karena itu diperlukan analisa khusus lebih lanjut. Protein kasar mengandung senyawa protein murni dan senyawa NPN. Protein mewakili nitrogen yang ditemukan terikat dalam suatu ikatan peptida untuk membentuk protein sedangkan senyawa NPN nitrogen yang berasal dari senyawa bukan protein dan tanaman termasuk asam amino, nitrogen, lipid, amina, nitrat, alkali dan vitamin (Tillman, dkk., 1991).
Lemak Kasar
2.7 Lemak merupakan senyawa organik yang mengandung unsur karbon (C),
hidrogen (H) dan oksigen (O) sebagai unsur utama. Beberapa diantaranya ada yang mengandung nitrogen (N) dan fosfor (P). Lemak berguna sebagai sumber energi dalam beraktivitas dan membantu penyerapan mineral tertentu. Lemak juga berperan dalam menjaga keseimbangan dan daya apung pakan dalam air (Mahyuddin, 2008).
Lemak termasuk salah satu anggota dari golongan lipida yaitu merupakan lipid netral.Lipid itu sendiri dapat diklasifikasikan menjadi 4 kelas, yaitu lipid netral, fosfatida, spingolipid dan glikolipid.Semua lipid ini banyak terdapat dialam.Triasligliserol atau yang disebut lemak netral merupakan ester dari gliserol dan asam lemak. Sifat khas lipid relatif tidak larut dalam air dan dapat larut dalam pelarut non polar seperti eter, klorofrom dan benzene (Astuti, 2001).
Ikan membutuhkan lemak sebagai sumber energi, membantu penyerapan mineral tertentu serta vitamin yang terlarut dalam lemak (vitamin A, D, E, K) selain itu keberadaan lemak juga membantu dalam proses metabolisme dan menjaga keseimbangan daya apung ikan di dalam air (Herawaty dkk., 1992).
2.8 Serat Kasar
Serat kasar adalah bagian dari karbohidrat yang telah dipisahkan dengan bahan ekstrak tanpa nitrogen (BETN) yang terutama terdiri dari pati, dengan cara analisis kimia sederhana (Tillman et al., 1989). Piliang dan Djojosoebagio (2002) mengemukakan bahwa yang dimaksud dengan serat kasar ialah sisa bahan makanan yang telah mengalami proses pemanasan dengan asam kuat dan basa kuat selama 30 menit yang dilakukan di laboratorium. Pada proses seperti ini dapat merusak beberapa macam serat yang tidak dapat dicerna oleh manusia dan tidak dapat diketahui komposisi kimia tiap bahan yang mengandung dinding sel.
2.9 Abu
Menurut Soebito (1988), kadar abu merupakan unsur mineral sebagai sisa yang tertinggal setelah bahan dibakar sampai bebas unsur karbon. Kadar abu juga dapat diartikan sebagai komponen yang tidak mudah menguap, tetap tinggal dalam pembakaran dan pemijaran senyawa organik.
Abu adalah sisa pembakaran sempurna dari suatu bahan. Suatu bahan apabila dibakar sempurna pada suhu 500-600ºC selama beberapa waktu maka semua senyawa organiknya akan terbakar menjadi CO , H O dan gas lain yang
2
2
menguap, sedangkan sisanya yang tidak menguap inilah yang disebut abu atau campuran dari berbagai oksida mineral sesuai dengan macam mineral yang terkandung di dalam bahannya.
Mineral yang terdapat pada abu dapat juga berasal dari senyawa organik misalnya fosfor yang berasal dari protein dan sebagainya. Mineral yang dapat menguap sewaktu pembakaran, misalnya Na (natrium), Cl (klor), F (fosfor), dan S (belerang). Penetuan kadar abu berguna untuk menentukan kadar ekstrak tanpa nitrogen. Kadar abu dari pakan yang berasal dari hewan dan ikan dapat digunakan sebagai indeks untuk kadar Ca (kalsium) dan P (fofsor), juga merupakan tahap awal penentuan berbagai mineral yang lain (Kamal,1998).