MAKNA TRADISI HAFLATUL IMTIHAN DI PONDOK PESANTREN (STUDI PADA PONDOK PESANTREN SUMBER PAYUNG GANDING SUMENEP)

(1)

MAKNA TRADISI HAFLATUL IMTIHAN DI PONDOK PESANTREN (STUDI PADA PONDOK PESANTREN SUMBER PAYUNG GANDING SUMENEP)

SKRIPSI

Ahmad Faisol

201010310311071

JURUSAN SOSIOLOGI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG


(2)

LEMBAR PENGESAHAN

Nama : Ahmad Faisol

NIM : 201010310311071

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Jurusan : Sosiologi

Judul Skripsi : MAKNA TRADISI HAFLATUL IMTIHAN DI PONDOK PESANTREN (Studi Pada Pondok Pesantren Sumber Payung Ganding Sumenep)

Telah dipertahankan di hadapan Dewan Penguji Ujian Skripsi Fakultas Sosial dan Ilmu Politik

Jurusan Sosiologi Dan dinyatakan LULUS

Disetujui Pada hari : Selasa Tanggal : 05 Mei 2015 Tempat : Kantor Dosen FISIP UMM

Mengesahkan, Dekan FISIP UMM

Dr. Asep Nurjaman, M.Si

Dewan Penguji Tanda Tanggan

1. Prof. Dr. Jabal Tarik Ibrahim, M.Si Penguji 1. (____________)

2. M. Hayat, MA Penguji 2. (____________)

3. Drs. Sulismadi, M.Si Penguji 3. (____________)


(3)

KATA PENGANTAR

Bismillahirrohmanirrohim.

Alhamdulillah, puji syukurku pada yang hak memiliki segala isi langit dan bumi, ALLAH SWT. Senandung sholawat dan salam senantiasa ditasbihkan disetiap ruang dan waktukku keharibaan Nabi besar kita Muhammad SAW, sumber cahaya ilahi dari insan. Pengingat manusia dari kata “siapam kemana dan untuk siapa” termasuk dalam pengantar iman..

1. Bapak Prof. Dr. Muhadjir Efendi, M.AP. Selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Malang serta seluruh jajaran Pembantu Rektor dan Staf Rektorat UMM.

2. Bapak Dr. Asep Nurjaman, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Malang, beserta Pembantu Dekan I, II dan III.

3. Bapak Muhammad Hayat, MA selaku Ketua Jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Malang.

4. Ibu Luluk Dwi K, S.Sos. M.Si selaku Sekretaris Jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Malang.

5. Bapak Prof. Dr. Jabal Tarik Ibrahim, M.Si selaku pembimbing I yang telah meluangkan waktu dan tenaganya untuk membimbing, mengarahkan dan menasehati penulis.

6. Bapak atau Ibu Dosen Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Malang.


(4)

Semoga skripsi yang sederhana ini memberi manfaat bagi refrensi Studi Sosiologi. Tentu saja banyak kelemahan dan kekurangannya, saran dan kritik atas naskah ini baik dari sisi tulisan maupun isinya selalu saya nantikan.

Billahitaufiq Walhidayah

Wassalamu’alaikum Wr. Wb

Malang, 23 April 2015 Penulis,


(5)

DAFTAR ISI

ISI Halaman

LEMBAR JUDUL ... i

LEMBAR PERSETUJUAN ... ii

LEMBAR PENGESAHAN ... iii

SURAT PERNYATAAN ORISINILITAS ... iv

BERITA ACARA BIMBINGAN SKRIPSI ... v

ABSTRAKSI ... vi

ABSTACT ... viii

KATA PENGANTAR ... x

LEMBAR PERSEMBAHAN ... xii

DAFTAR ISI ... xvi

BAB I PENDAHULUAN ... 01

A. Latar Belakang ... 01

B. Rumusan Masalah ... 06

C. Tujuan Penelitian ... 07

D. Manfaat Penelitian ... 07

D.1. Manfaat Teoritis ... 07

D.2. Manfaat Praktis ... 07

E. Definisi Konseptual ... 08

E.1. Makna ... 08


(6)

E.3. Pondok Pesantren ... 09

E.4. Haflatul Imthan ... 10

F. Metode Penelitian ... 10

F.1. Jenis Penelitian ... 10

F.2. Lokasi Penelitian ... 11

F.3. Teknik Penentuan Subjek ... 11

F.4. Sumber Data ... 12

a. Data Primer ……….… 12

b. Data Sekunder ………. 12

G. Teknik Pengumpulan Data ... 12

G.1. Observasi ... 12

G.2. Wawancara ... 13

G.3. Dokumentasi ... 14

H. Teknik Analisis Data ... 14

I. Uji Keabsahan Data ... 16

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI ... 17

A. Kajian Pustaka ……….…… 17

A.1. Penelitian Terdahulu ... 17

A.2. Makna ... 20

A.3 Tradisi ... 22

A.3.1 Definisi Tradisi ... 22

A.3.2 Konsep Tradisi Dalam Masyarakat ... 25


(7)

A.5. Interaksi Sosial ... 28

B. Landasan Teori ... 30

B.1. Proses Terbentuknya Makna ... 30

B.2. Analisis Pemikiran Mead Tentang Interaksionisme Simbolik ... 31

B.2.1. Mind (Akal Budi atau Pikiran) ... 33

B.2.2. Aksi (Tindakan) dan Interaksi ... 35

B.2.3. Self (Diri) ... 37

B.2.4. Society (Masyarakat) ... 41

BAB III DESKRIPSI WILAYAH PENELITIAN ... 44

A. Deskripsi Wilayah dan Gambaran Umum Kabupaten Sumenep …....… 44

A.1 Batas Wilayah Kabupaten Sumenep ... 44

A.2 Pembagian Administratif ... 45

A.4 Demokrafi ... 45

A.5 Gambaran Umum Desa Bata’at Barat ... 46

B. Sejarah dan Perkembangan Pondok Pesantren Sumber Payung ... 47

B.1 Sistem Pengelolaan Pesantren . ... 48

B.1.1 Pondok Pesantren Sumber Payung ... 49

B.1.2 Yayasan Sumber Payung ... 50

B.2 Kegiatan Pendidikan Pondok Pesantren Sumber Payung ... 52

B.2.1 Pendidikan Formal ... 52

B.2.2 Pendidikan Non Formal ... 53

B.3 Kegiatan Ekstra Kurikuler Pondok Pesantren Sumber Payung ... 55

B.3.1 Pramuka ... 55


(8)

B.3.3 English Education Program ... 57

B.3.4 Sanggar Seni Pondok Pesantren Sumber Payung ... 58

BAB IV PEMBAHASAN ... 59

A. Gambaran Umum Informan ... 59

B. Arti Penting Haflatul Imtihan ………...……...…. 60

C. Makna Haflatul Imtihan …...………....……..… 69

C.1 Wujud Rasa Syukur ...72

C.2 Hiburan Masyarakat Yang Mendidik ...75

C.3 Memperkuat Solidaritas Sosial ... 82

D. Masa Depan Haflatul Imtihan ... 84

BAB V PENUTUP ... 90

A.Kesimpulan ...,... 90

B. Sanaran ...,... 91

DAFTAR PUSTAKA ... 92 DAFTAR LAMPIRAN ...


(9)

DAFTAR PUSTAKA

Andi Saefullah. 2007. Tradisi Sompa, Studi Tentang Pandangan Hidup Masyarakat Wajo di Tengah Perubahan Sosial, Malang

Baudrillard, Jean. 2009, Masyarakat Konsumsi, Kreasi Wacana, Yogyakarta Dhofier, Zamkhasyari. 1983. Tradisi Pesantren Studi Tentang Pandangan Hidup

Kiai. Jakarta. LP3ES

Ibrahim, Jabal Tarik. 2003. Sosiologi Pedesaan. Malang: UMM Pres

Iskandar, Zulkarnaen 2003. Sejarah Sumenep. Sumenep: Dinas Pariwisata dan kebudayaan kabupaten Sumenep

Kartini Kartono. 1990. Pengantar Metodologi Riset Sosial. Bandung: CV. Manbra Maju.

Koentjaraningrat. 2000. Kebudayaan Mentalitas dan Pembangunan. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Lexy, moeleong. 1994. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Rosdakarya.

Madjid, Nurcholis 2002. Bilik-bilik Pesantren. Dian Rakyat, Jakarta.

Ma’arif, Ahmad Syafi’i. 1987. Masalah Pembaharuan Pendidikan Islam. Ddalam

Buku Tantangan Pendidikan Islam. Yogyakarta. LPM UII

Mujamil, Qomar. 2002. Pesantren Dari Tranformasi Metodelogi Menuju Demokrasi Institusi.Jakarta. Penerbit Erlangga.

Narwoko, J. Dwi dan Suyanto, Bagong (ed.). 2006. Sosiologi Teks Pengantar & Terapan. Jakarta: Kencana.

Nasution S. 2003. Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif. Bandung: Tarsito.

Piotr Sztompka. 2007. Sosiologi Perubahan Sosial . Jakarta: Prenada Media

Poerwanti, Endang. 1998. Dimensi-dimensi Riset Ilmiah. Malang: UMM Pres


(10)

Ritzer, George dan Goodman, Douglas J. (penerjemah Nurhadi). 2004. Teori Sosiologi. Yogyakarta: Kreasi Wacana

Sarwono. 1998. Psikologi Sosial Suatu Pengantar, Yogyakarta: Fakultas Psikologi UGM.

Soehartono, Irwan. 2008. Metode Penelitian Sosial. Bandung: Remaja Rosdakarya

Soekanto, Soerjono. 2006. Sosiologi Suatu Pengantar, PT Raja Grafindo Persada:Jakarta .

Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Kualitatif, Kuantitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. 2010. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta

Surhasimi, Arikunto. 2000. Prosedur Penelitian (Suatu Pendekatan Praktek). Jakarta: Rineka Cipta.

Susilo, Rachmad K. Dwi. 2008. 20 Tokoh Sosiologi Modern : Biografi Para Peletak Sosiologi Modern. Jogjakarta. Ar-Ruzz Media.

Syarqawi, Dhofir.1997. Pengantar Metodologi Riset, Prenduan: Imam Bela.

Werdisastra (raden.).1996. Babad Sumenep. Universitas Michigan. Garoeda Buana Indah

Internet

http://sumenepkab.bps.go.id/index.php/tentang-daerah/keadaan-geografi-kabkota, diakses pada tanggal 29 Januari 2015 pukul 21:30 Wib

http:/uripsantoso.Wordpress.com/2011/10/21/anti-warna-dalam-kehidupan-sehari-hari/ diakses tanggal 17 September 2014 pukul 15:30

http:/www.scribd.com/doc/50994862/17/Reduksi-Data,/ diakses tanggal 17 November 2014 pukul 07.57 WIB

http://sumenepkab.bps.go.id/index.php/tentang-daerah/keadaan-geografi-kabkota, diakses pada tanggal 29 Januari 2015 pukul 21:30 Wib


(11)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Sejarah perkembangan peradaban Indonesia membuktikan bahwa peran pondok pesantren sangatlah besar. Fakta sejarah dalam beberapa literatur telah membuktikan itu. Kehadiran pondok pesantren sebagai pendamping dalam kultur pendidikan Indonesia berbasis agama telah melahirkan warna tersendiri. Pondok pesantren adalah tipe tertua sistem pendidikan islam di Indonesia. Pada masa penjajahan pesantren menjadi tempat bagi sosialisasi politik dan pendidikan keprajuritan bagi para tentara indonesia. Selanjutnya Pondok pesantren turut andil dalam melahirkan intelektual-inteletual islam di Indonesia. Pondok pesantren merupakan lokomotif pendidikan islam yang perlu diapresiasi karena telah banyak menyiapakan generasi islam di Indonesia. Posisi pondok pesantren ialah sebagai benteng pertahanan pendidikan islam Indonesia. Ancaman modernisasi dan sekularisme ilmu pengetahuan yang semakin masif terjadi dikhawatirkan akan menggerus nilai-nilai pendidikan islam di masyarakat. Generasi masyarakat indonesia perlu dibentengi dari ancaman sekularisme agama ilmu pengetahuan yang penuh dengan kebohongan dan meminggirkan nilai-nilai moralitas agama. Maka eksistensi pondok pesantren tetap harus dijaga agar generasi masyarakat madani bisa terwujud di Indonesia.

Perubahan sosial merupakan sebuah fenomena yang menuntut manusia bisa beradaptasi dengan lingkunganya. Terkadang perubahan sosial memakan korban pada siapa saja yang tidak mampu memahami dan mengikuti


(12)

2 perkembangan zaman. Perjalanan sejarah beriringan dengan modernisasi teknologi dan ilmu pengetahuan. Modernisasi berarti perubahan-perubahan. Hal-hal yang berbau lampau seperti agama terkadang naif disalah artikan sebagai penghambat kemajuan. Modernisasi ialah kemajuan. Segala hal yang menghambat kemajuan dianggap sebagai pengambat modernisasi yang artinya sama menghambat kemajuan peradaban manusia.

Agama dalam konteks ini kemudian kerap dianggap sebagai pengambat modernisasi. Agama adalah produk budaya yang membuat manusia menjadi kaku dan terbelenggu dalam aturan-aturan teks agama yang sulit dipahami nalar sehat modernisasi. Stigma seperti ini menjadi bom waktu yang perlu di siasati dengan arif. Kehadiran Pondok pesantren yang bermaksud menjembatani modernisasi dengan agama sangat relevan.

Sekolah berbasis pondok pesantren tentu berbeda dengan sekolah umum. Sekolah umum lebih menitik beratkan model ilmu-ilmu umum seperti ilmu sains dan sebagainya. Sedangkan Pondok pesantren lebih menitikberatkan pada pengajaran nilai-nilai agama seperti kajian kitab kuning dan sebagainya. Menurut pendapat ahli pondok pesantren dimaknai sebagai asrama pendidikan tradisional yang hidup bersama atau lembaga pendidikan dan pengajaran agama dimana peran kiai menjadi sangat sentral dalam mengajarkan nilai-nilai islam kepada santri-santri berdasarkan kitab-kitab islam klasik1.

1 Zamakhsyari Dhofier. Tradisi Pesantren Studi tentang Pandangan Hidup Kyai. LP3ES. Jakarta.


(13)

3 Unsur-unsur dasar yang membentuk lembaga pondok pesantren adalah kiai, masjid, asrama, santri, dan kitab kuning. Kiai ditempatkan sebagai posisi sentral dalam komunitas pesantren, karena posisi kiai sebagai pemilik, pengelola dan pengajar kitab kuning sekaligus merangkap imam pada acara-acara ritual keagamaan seperti sholat berjamaah dan ceramah. Sedangkan masjid, asrama, santri, dan kitab kuning berada pelengkap yang berada dalam kontrol dan pengawasan kiai.

Pesantren pada awalnya diperuntukan sebagai pusat penanaman nilai-nilai islam. Kehadiran pondok pesantren merupakan alternatif model sekolah umum yang dirasa kurang menanamkan nilai-nilai keislaman. Namun seiring perjalanan waktu terjadi perubahan paradigma dalam model pengelolaan khususnya mengenai pengajaran. Ilmu-ilmu lain yang dipelajari di sekolah umum juga mulai diajarkan. Dalam pendidikan Pondok Pesantren penanaman nilai keagamaan lebih utama di ajarkan. Padahal seiring perkembangan waktu kecakapan akan pengetahuan umum lainya sangatlah dibutuhkan. Tuntutan zaman yang mengharuskan seorang santri yang hanya tidak memiliki kecakapan agama namun juga ilmu-ilmu umum lainya, melahirkan modernisasi pada pola pembelajaran di Pondok Pesantren. Itu dimaksudkan agar santri selain memahami nilai agama juga memahami secara komprehensif nilai-nilai pembelajaran umum.

Madura merupakan tempat dimana pondok pesantren sangat mudah ditemui. Hampir disetiap pelosok Madura terdapat Pondok Pesantren. Kultur budaya Madura yang agamis serta masih memegang teguh nilai-nilai islam klasik membuat kehadiran pondok pesantren menjadi dibutuhkan. Pengaruh pondok


(14)

4 pesantren sangatlah besar dalam pola relasi sosial. Keberadaan pondok pesantren dengan sosok Kiai sebagai figur utama sangat dipandang dalam Kultur Madura. Kiai sebagai representasi Ulama menjadi sosok yang sangat disegani dalam kehidupan masyarakat. Ucapan-ucapan kiai kerap dianggap semacam ‘’fatwa’’ bagi masyarakat. Pengaruhnya sedemikian besar. Pandangan Kiai kerap dijadikan patokan dalam beberapa sikap di warga Madura, seperti prefernsi politik dan keagamaan.

Kultur Madura bisa dikatakan sangat identik dengan pengaruh pondok pesantren. Tokoh-tokoh besar Madura semua berasal dari pondok pesantren. Sebab itulah pondok pesantren di Madura memiliki tempat sendiri yang terhormat dalam strata sosial pergaulan masyarakat Madura.

Model pembelajaran pondok pesantren yang memang berbeda dengan sekolah umum, juga terdapatpula beberapa tradisi yang menjadikan ponpes menjadi semakin berbeda dan unik. Tradisi-tradisi yang dimaksud merupakan representasi dari kultur-kultur Pondok pesantren. Hampir setiap pondok pesantren memiliki tradisi-tradisi yang berbeda. Tradisi yang dimaksud dibuat berdasarkan kondisi sosiologis atau lingkungan. Sebab itulah biasanya tradisi-tradisi tersebut memiliki kemiripan dengan kondisi lingkungan sekitar seperti pola pergaulan masyarakat. Tradisi-tradisi yang dimaksud bukanlah ritual rutin yang hanya mengejar kemegahan belaka. Terkandung pesan-pesan sosial yang begitu mendalam. Dalam tradisi biasanya ada ekspresi-ekpersi sosial yang disampaikan.

Madura dengan persebaran Pondok Pesantren yang banyak dan cukup merata, mudah ditemui beberapa tradisi-tradisi unik. Biasanya tradisi tersebut


(15)

5 menjadi semacam kebiasaan untuk memperingati atau menyongsong Liburan, kegiatan akhir tahun pondok pesantren dan sebagainya. Dalam tradisi tersebut memiliki kandungan sosiologis tertentu karena direkayasa sebagai nilai-nilai perekat sosial antara internal pondok pesantren maupun dengan lingkungan sekitarnya. Dalam tradisi tersebut masyarakat sekitar dan pesantren melebur menjadi satu. Tidak ada ikatan pemisah. Keduanya melebur dalam tradisi tersebut. Salah satu Pondok Pesantren yang memiliki tradisi unik ialah Ponpes Sumber Payung Ganding Sumenep. Tradisi yang dimaksud bernama Haflatul Imtihan. Ponpes ini tergolong pondok pesantren terbesar di Kecamatan Ganding Sumenep. Status ini menjadikan pondok pesantren ini menjadi perhatian dalam beberapa aktivitasnya. Salah satu aktivitas yang menarik ialah Tradisi Haflatul Imtihan ini. Kenapa tradisi ini menjadi menarik?. Jawabanya terletak pada kemeriahan dan kemasan acara. Tradisi ini bisa dikatakan semacam pesta rakyat warga pondok pesantren. Beberapa hal yang unik misalnya tradisi ini berupa lomba-lomba keagamaan dan olahraga yang dilakukan selama satu minggu. Lomba-lombanya bisa berupa baca puisi, menghafal Kitab Kuning, sepak Bola dan lain-lain. Di penutupan biasanya di lakukan pawai, anak-anak MI membawa-bawa mayit, MTS –MA putri memakai cadar dan seragam pondok sedangkan santri putra cukup memakai seragam pondok.

Pondok pesantren merupakan komunitas yang memiliki norma-norma tersendiri. Norma tersebut berupa seperangkat keyakinan yang berlandaskan nilai-nilai keislaman. Beberapa norma yang dimaksud dimaksudkan untuk mengatur perilaku santri-santri agar tetap berpegang teguh pada ajaran islam. Kegiatan rutin


(16)

6 Ponpes seperti pengajaran Kitab Kuning, hafalan Nahwu dan Sorrof, sholat berjamaah dan yasinan dan tahlil selalu ditekankan agar pemahaman keislaman santri tetap kuat. Dalam konteks hubungan dengan Haflatul Imtihan, perayaan Haflatul Imtihan yang berisi dengan kegiatan-kegiatan kerohanian dan olahraga adalah sebuah stimulus kepada santri agar tetap menjaga norma-norma dasar di Ponpes. Realitas normatif Pondok Pesantren dibangun untuk menuntun dan melatih santri untuk taat beribadah, cerdas, dan memiliki keperdulian sosial. Salah satu wadah untuk mnumbuhkan hal tersebut adalah melalui Haflatul Imtihan.

Jika dibandingkan dengan tempat yang lain, perayaan Haflatul Imtihan di Sumber Payung terbilang paling meriah. Di kecamatan Ganding terdapat beberpa Ponpes yang melaksanakan Haflatul Imtihan. Selain paling meriah Haflatul Imtihan di Sumber Payung juga memiliki perbedaan dengan Pondok Lain dan tidak dimiliki Ponpes lain. Perbedaan yang dimaksud yakni di Sumber Payung ada beberapa lomba-lomba yang diperuntukan untuk lintas Ponpes dan malam puncak perayaan Haflatul Imtihan Ponpes Sumber Payung selalu mengundang bintang tamu kelas lokal maupun nasional seperti group musik gambus Al- Ifroh, musik langitan, dan kyai-kyai besar dari luar.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Mengapa Haflatul Imtihan menjadi tradisi Pondok Pesantren Sumber Payung Ganding?

2. Apa Makna tradisi Haflatul Imtihan menurut Kiai, Santri dan Masyarakat sekitar?


(17)

7

C. TUJUAN PENELITIAN

Untuk mengetahui, mendeskripsikan, dan menganalisa makna tradisi Haflatul Imtihan secara sosiologis dalam kultur tahunan pondok pesantren Sumber Payung Ganding Sumenep.

D. MANFAAT PENELITIAN D.1.Secara Teoritis

a. Sebagai pengembangan studi keilmuan mahasiswa dalam kajian teori sosiologi kususnya konsep teori Herbert Mead tentang interaksionisme simbolik, membangun bagi kajian sosiologi industri dan Memberikan sumbangan pemikiran bagi pengembangan ilmu sosiologi industri

a) b. Dapat dimanfaatkan bagi peneliti lainnya sebagai bahan referensi penelitian mengenai makna tradisi Haflatul Imtihan.

D.2.Secara Praktis

Hasil penelitian ini dapat berguna bagi kalangan para mahasiswa khususnya di Muhammadiyah Malang sebagai bahan evaluasi (penilaian) awal tentang eksistensi mereka di tengah-tengah masyarakat.

a. Sebagai tambahan literatur bagi Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Malang, khususnya dalam fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik, Jurusan Sosiologi.

b. Dapat memberikan pemahaman dan pandangan kepada masyarakat tentang makna tradisi Hafatul Imtihan bagi mahasiswa di dalam Pondok Pesantren


(18)

8

E. DEFINISI KONSEPTUAL E.1. Makna

Menurut Kerch dan Ballachey makna adalah keseluruhan perangkat wawasan, perasaan, dan kecendrungan tindakan yanng dibangkitkan oleh suatu gagasan, tindakan maupun barang (Hariyanto, 2008:8)

Manusia mempelajari simbol dan makna di dalam interaksi sosial. Manusia menanggapi tanda-tanda dengan tanpa berpikir sebaliknya, mereka menanggapi simbol dengan cara berpikir. Dalam kamus sosial (1986:244) makna adalah penjelasan yang diberikan oleh seorang individu atas tindakan sendiri.

E.2. Tradisi

Secara etimologis istilah tradisi berasal dari bahasa latin: traditio, "diteruskan" atau kebiasaan, dalam pengertian yang paling sederhana adalah sesuatu yang telah dilakukan untuk sejak lama dan menjadi bagian dari kehidupan suatu kelompok masyarakat, biasanya dari suatu negara, kebudayaan, waktu, atau agama yang sama. Hal yang paling mendasar dari tradisi adalah adanya informasi yang diteruskan dari generasi ke generasi baik tertulis maupun (sering kali) lisan, karena tanpa adanya ini, suatu tradisi dapat punah2. Selain itu, tradisi juga dapat diartikan sebagai kebiasaan bersama dalam masyarakat manusia, yang secara otomatis akan mempengaruhi aksi dan reaksi dalam kehidupan sehari-hari para anggota masyarakat itu.


(19)

9

E.3. Pondok Pesantren

Kamus besar bahasa Indonesia, pesantren diartikan sebagai asrama, tempat santri, atau tempat murid-murid belajar mengaji. Sedangkan secara istilah pesantren adalah lembaga pendidikan Islam, dimana para santri biasanya tinggal di pondok (asrama) dengan materi pengajaran kitab-kitab klasik dan kitab-kitab umum, bertujuan untuk menguasai ilmu agama Islam secara detail, serta mengamalkannya sebagai pedoman hidup keseharian dengan menekankan pentingnya moral dalam kehidupan bermasyarakat.

Pondok pesantren secara definitive tidak dapat diberikan batasan yang tegas, melainkan terkandung fleksibilitas pengertian yang memenuhi ciri-ciri yang memberikan pengertian pondok pesantren.

Jenis-jenis Pondok pesantren yang berkembang dalam masyarakat antara lain adalah :

1. Pondok pesantren salaf (tradisional), Pesantren salaf menurut Zamakhsyari Dhofier, adalah lembaga pesantren yang mempertahankan pengajaran kitab-kitab Islam klasik (salaf) sebagai inti pendidikan. Sedangkan sistem madrasah ditetapkan hanya untuk memudahkan system sorogan, yang dipakai dalam lembaga-lembaga pengajian bentuk lama, tanpa mengenalkan pengajaran pengetahuan umum. Sistem pengajaran pesantren salaf memang lebih sering menerapkan model sorogan dan wetonan. Istilah weton berasal dari bahasa Jawa yang berarti waktu. Disebut demikian karena pengajian model ini dilakukan pada waktu-waktu tertentu yang biasanya dilaksanakan setelah mengerjakan shalat fardhu.


(20)

10 2. Pesantren khalaf adalah lembaga pesantren yang memasukkan pelajaran umum dalam kurikulum madrasah yang dikembangkan, atau pesantren yang menyelenggarakan tipe sekolah-sekolah umum seperti; MI/SD, MTs/SMP, MA/SMA/SMK dan bahkan PT dalam lingkungannya (Depag, 2003: 87). Dengan demikian pesantren modern merupakan pendidikan pesantren yang diperbaharui atau dimodernkan pada segi-segi tertentu untuk disesuaikan dengan system sekolah.

E.4. Haflatul Imtihan

Tradisi Haflatul Imtihan merupakan salah satu keunikan yang ada di Pondok Pesantren Sumber Payung Ganding Sumenep. Haflatul Imtihan merupakan wujud rasa sykur atas selesainya ujian. Tradisi ini memiliki kemasan acara yang menarik dan kandungan nilai sosiologis yang dalam. Tradisi ini adalah pesta rakyat warga pondok pesantren. Kemeriahanya juga bisa dirasakan oleh warga disekitar lingkungan Pondok Pesantren. Kegiatan yang dilakukan seperti lomba-lomba keagamaan dan olahraga yang dilakukan selama satu minggu. Lomba-lombanya bisa berupa baca puisi, menghafal Kitab Kuning, sepak Bola dan lain-lain. Di penutupan biasanya di lakukan pawai, anak-anak MI, MTS –MA.

F. METODE PENELITIAN 1. Jenis Penelitian

Dalam melakukan penelitian ini, metode penelitian yang digunakan ialah deksriptif kualitatif. Jenis penelitian nya berupa interpretatif yaitu penafsiran terkait objek yang akan diteliti. Deskriptif dengan maksud berusaha untuk memberikan gambaran keadaan obyek atau permasalahan tanpa ada maksud


(21)

11 membuat kesimpulan atau generalisasi. Gambaran tersebut dielaborasi dengan teori-teori yang melandasi agar diperoleh analisa kritis yang seilmiah mungkin tanpa bermaksud mengklaim ini sebagai kebenaran tunggal3.

2. Lokasi Penelitian

Lokasi yang dilakukan untuk melakukan penelitian ini bertempat di Pondok Pesantren Sumber Payung Desa Bata’al Barat Kecamatan Ganding Kabupaten Sumenep, pemilihan lokasi ini didasarkan pertimbangan sebagai tempat dilaksanaknya kegiatan Haflatul Imtihan ini. Dengan ini dapat mempermudah untuk menggali informasi serta mendapatkan data yang lebih akurat.

3. Teknik Penentuan Subjek

Teknik penentuan subjek (sempel) dalam penelitian ini menggunakan teknik proposive sampling adalah pengambilan sempel sumber data dengan pertimbangan tertentu yang disesuaikan dengan tujuan penelitian, dimaksudkan agar tidak terjadi pelebaran pertanyaan ataupun data yang diberikan sesuai dengan tujuan penelitian.4

Peneliti telah menentukan subjek penelitian dengan kriteria yang telah ditentukan sebagai berikut : Para Peserta Kegiatan Haflatul Imtihan yang berjumlah 5 orang dengan klasifikasi 2 santri, 1 pengasuh pondok pesantren, 1 tokoh masyarakat sekitar dan 1 masyarakat sekitar.

3Endang Poerwanti, Dimensi-DimensiRisetIlmiah, Malang, UMM Press,1998, Hlm. 27

4Sugiono Metode Penelitian Kualitatif, kualitatif dan R&D. (Bandung ; CV. Alfabeta 2007) Hal


(22)

12

4. Sumber Data a. Data Primer

Dokumen yang didapatkan langsung dari obyek penelitian atau yang secara langsung mengalami peristiwa yang akan diteliti. Sumber data primer memiliki kekuatan karena diperoleh secara langsung oleh narasumber sehingga keakuratan datanya bisa terjamin.

b. Data Sekunder

Data sekunder biasanya digunakan sebagai pendukung data primer atau lebih melengkapai data penelitian. Data sekunder bisa didapatkan dari buku-buku ilmiah, dokumen-dokumen resmi, Koran, internet atau sumber-sumber lain yang kira-kira bisa memberikan penjelasan tambahan mengenai penelitian yang dilakukan

G. Teknik Pengumpulan Data

Menurut Irawan Soehartono, teknik pengambilan data ialah upaya khusus yang dilakukan peneliti untuk memperoleh data yang menunjang penelitiannya. Penelitian ini menggunakan beberapa cara untuk mendapatkan data penunjang yakni5

G.1. Observasi

Observasi sebagai sebuah teknik pengambilan data selalu mengandalkan kemampuan kekuatan pengamatan atau penginderaan (Dhofir, 1997: 45). Jenis observasi yang dipakai dalam penelitian ini adalah pengamatan langsung namun

5Irawan Soehartono, Metode Penelitian Sosial, (Bandung, Remaja Rosdakarya, 2008 (ed 7) Hlm.


(23)

13 tanpa berperanserta. Jadi, peniliti hanya menjadi pengamat an sich tanpa harus menjadi bagian dari yang diamati (Moleong, 2002: 127).

Guna menunjang data-data lapangan yang diperoleh, peneliti juga menggunakan studi pustaka untuk memberikan verifikasi, koreksi, perlengkapan, perincian dan pengkhususan sehingga data-data yang diperoleh benar-benar relevan dengan fokus penelitian.

Peneliti mengawali langkah observasi pertama-tama dengan mengamati lokasi penelitian secara umum, selanjutnya hal-hal yang akan diamati dalam kegiatan observasi adalah tentang makna tradisi Haflatul Imtihan Di Pondok Pesantren.

G.2. Wawancara

“Wawancara merupakan salah satu jenis pengumpulan data yang

menggunakan tanya jawab secara lisan”, demikian menurut Syarqowi Dhofir (1997: 47). Target yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mendapatkan data yang akurat, jujur, dan dapat dipertanggung jawabkan. Untuk keperluan itu maka peneliti akan menggunakan teknik wawancara yang menggunakan petunjuk wawancara tidak tersetruktur. Sebuah teknik wawancara di mana peneliti harus membuat kerangka dan garis besar pokok pertanyaan (Moleong, 2002: 136). Petunjuk wawancara ini bertujuan untuk menjaga agar pokok-pokok yang direncanakan dapat tercakup seluruhnya. Dengan cara ini kemungkinan melebarnya wawancara ke masalah-masalah lain yang tidak berhubungan dengan fokus penelitian dapat diminimalisir. Sedangkan yang


(24)

14 menjadi sasaran yang ingin diwawancarai adalah Pengasuh pondok pesantren (Kiai), Santri, Tokoh masyarakat sekitar dan Masyarakat sekitar

G.3. Dokumentasi

Dokumentasi adalah salah satu teknik pengumpulan data dengan cara mencatat data yang bersumber dari catatan, agenda, buku atau pustaka, peraturan-peraturan tertulis, serta merekam hal-hal yang berkaitan dengan permasalahan penelitian.6 Ada pun metode ini digunakan untuk: menambah kelengkapan data, mengetahui keadaan yang sangat kompleks, mengingat kemampuan kita yang terbatas, dan mengetahui keaslian data.

Cara pendokumentasian yang dilakukan adalah dengan datang langsung ke lapangan untuk mengambil data-data berupa tulisan dan foto-foto yang berhubungan dengan tema penelitian. Peneliti akan mencatat data yang mempunyai relevansi dengan tema penelitian.

H. Teknik Analisis Data

Analisis data ialah proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang didasarkan oleh data.

Penelitian ini menggunakan beberapa model analis data yang bertujuan menguraikan data secara sistematis dalam penyajian yang sederhana agar mudah dipahami dalam pengambilan kesimpulan selanjutnya. Penelitian ini memakai analisis data kualitatif dengan tetap menyertakan teori-teori pendukung sebagai

6 Surhasimi Arikunto, Proedur Penelitian (Suatu Pendekatan Praktek) (Jakarta: Rineka Cipta,


(25)

15 bahan analisis kritisnya. Langkah-langkah yang dilakukan meliputi sebagai berikut:

 Reduksi data, yaitu proses menganalisa data dengan jalan mempertegas dan mempertajam sajian data yang terkumpul dengan judul penelitian sebagai batasanya. Reduksi data juga bermaksud melakukan proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan. Dengan demikian reduksi data merupakan suatu bentuk analisis yang menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, dan membuang yang tidak perlu dengan cara sedemikian rupa sehingga kesimpulan finalnya dapat ditarik dan diverifikasi7.

 Display Data. Yakni sekumpulan informasi yang disusun dalam kerangka sistematis yang berfungsi memberikan kemudahan bagi peneliti dalam menarik kesimpulan berdasarkan logika ilmiah dan obyektif.

 Pegambilan Keputusan yakni proses penemuan benang merah lewat pemahaman yang utuh dan komprehensif tentang penelitian yang dilakukan. Hal ini penting agar data yang diperoleh semakin mudah dipahami serta ada arah jelas mengenai kemana penelitian ini akan diarahan secara fokus.

7http://www.scribd.com/doc/50994862/17/Reduksi-Data, diakses pada tanggal 17 November 2014


(26)

16

I. Uji Keabsahan Data

Peneliti menggunakan triangulasi sebagai teknik untuk mengecek keabsahan data. Dimana dalam pengertiannya triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahaan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain dalam membandingkan hasil wawancara terhadap objek penelitian.8 Triangulasi data

dilakukan dengan menggunakan teknik yang berbeda, yaitu wawancara, observasi dan dokumentasi. Triangulasi ini selain digunakan untuk mengecek kebenaran data juga dilakukan untuk memperkaya data. Menurut Nasution, selain itu triangulasi juga dapat berguna untuk menyelidiki validitas tafsiran peneliti terhadap data, karena itu triangulasi bersifat reflektif.9

8 Lexy Moleong, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: Rosdakarya, 2004), hlm. 330. 9 Nasution S., Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif (Bandung: Tarsito, 2003), hlm. 115.


(1)

membuat kesimpulan atau generalisasi. Gambaran tersebut dielaborasi dengan teori-teori yang melandasi agar diperoleh analisa kritis yang seilmiah mungkin tanpa bermaksud mengklaim ini sebagai kebenaran tunggal3.

2. Lokasi Penelitian

Lokasi yang dilakukan untuk melakukan penelitian ini bertempat di

Pondok Pesantren Sumber Payung Desa Bata’al Barat Kecamatan Ganding

Kabupaten Sumenep, pemilihan lokasi ini didasarkan pertimbangan sebagai tempat dilaksanaknya kegiatan Haflatul Imtihan ini. Dengan ini dapat mempermudah untuk menggali informasi serta mendapatkan data yang lebih akurat.

3. Teknik Penentuan Subjek

Teknik penentuan subjek (sempel) dalam penelitian ini menggunakan teknik proposive sampling adalah pengambilan sempel sumber data dengan pertimbangan tertentu yang disesuaikan dengan tujuan penelitian, dimaksudkan agar tidak terjadi pelebaran pertanyaan ataupun data yang diberikan sesuai dengan tujuan penelitian.4

Peneliti telah menentukan subjek penelitian dengan kriteria yang telah ditentukan sebagai berikut : Para Peserta Kegiatan Haflatul Imtihan yang berjumlah 5 orang dengan klasifikasi 2 santri, 1 pengasuh pondok pesantren, 1 tokoh masyarakat sekitar dan 1 masyarakat sekitar.

3Endang Poerwanti, Dimensi-DimensiRisetIlmiah, Malang, UMM Press,1998, Hlm. 27

4Sugiono Metode Penelitian Kualitatif, kualitatif dan R&D. (Bandung ; CV. Alfabeta 2007) Hal


(2)

4. Sumber Data a. Data Primer

Dokumen yang didapatkan langsung dari obyek penelitian atau yang secara langsung mengalami peristiwa yang akan diteliti. Sumber data primer memiliki kekuatan karena diperoleh secara langsung oleh narasumber sehingga keakuratan datanya bisa terjamin.

b. Data Sekunder

Data sekunder biasanya digunakan sebagai pendukung data primer atau lebih melengkapai data penelitian. Data sekunder bisa didapatkan dari buku-buku ilmiah, dokumen-dokumen resmi, Koran, internet atau sumber-sumber lain yang kira-kira bisa memberikan penjelasan tambahan mengenai penelitian yang dilakukan

G. Teknik Pengumpulan Data

Menurut Irawan Soehartono, teknik pengambilan data ialah upaya khusus yang dilakukan peneliti untuk memperoleh data yang menunjang penelitiannya. Penelitian ini menggunakan beberapa cara untuk mendapatkan data penunjang yakni5

G.1. Observasi

Observasi sebagai sebuah teknik pengambilan data selalu mengandalkan kemampuan kekuatan pengamatan atau penginderaan (Dhofir, 1997: 45). Jenis observasi yang dipakai dalam penelitian ini adalah pengamatan langsung namun

5Irawan Soehartono, Metode Penelitian Sosial, (Bandung, Remaja Rosdakarya, 2008 (ed 7) Hlm.


(3)

tanpa berperanserta. Jadi, peniliti hanya menjadi pengamat an sich tanpa harus menjadi bagian dari yang diamati (Moleong, 2002: 127).

Guna menunjang data-data lapangan yang diperoleh, peneliti juga menggunakan studi pustaka untuk memberikan verifikasi, koreksi, perlengkapan, perincian dan pengkhususan sehingga data-data yang diperoleh benar-benar relevan dengan fokus penelitian.

Peneliti mengawali langkah observasi pertama-tama dengan mengamati lokasi penelitian secara umum, selanjutnya hal-hal yang akan diamati dalam kegiatan observasi adalah tentang makna tradisi Haflatul Imtihan Di Pondok Pesantren.

G.2. Wawancara

“Wawancara merupakan salah satu jenis pengumpulan data yang

menggunakan tanya jawab secara lisan”, demikian menurut Syarqowi Dhofir

(1997: 47). Target yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mendapatkan data yang akurat, jujur, dan dapat dipertanggung jawabkan. Untuk keperluan itu maka peneliti akan menggunakan teknik wawancara yang menggunakan petunjuk wawancara tidak tersetruktur. Sebuah teknik wawancara di mana peneliti harus membuat kerangka dan garis besar pokok pertanyaan (Moleong, 2002: 136). Petunjuk wawancara ini bertujuan untuk menjaga agar pokok-pokok yang direncanakan dapat tercakup seluruhnya. Dengan cara ini kemungkinan melebarnya wawancara ke masalah-masalah lain yang tidak berhubungan dengan fokus penelitian dapat diminimalisir. Sedangkan yang


(4)

menjadi sasaran yang ingin diwawancarai adalah Pengasuh pondok pesantren (Kiai), Santri, Tokoh masyarakat sekitar dan Masyarakat sekitar

G.3. Dokumentasi

Dokumentasi adalah salah satu teknik pengumpulan data dengan cara mencatat data yang bersumber dari catatan, agenda, buku atau pustaka, peraturan-peraturan tertulis, serta merekam hal-hal yang berkaitan dengan permasalahan penelitian.6 Ada pun metode ini digunakan untuk: menambah kelengkapan data, mengetahui keadaan yang sangat kompleks, mengingat kemampuan kita yang terbatas, dan mengetahui keaslian data.

Cara pendokumentasian yang dilakukan adalah dengan datang langsung ke lapangan untuk mengambil data-data berupa tulisan dan foto-foto yang berhubungan dengan tema penelitian. Peneliti akan mencatat data yang mempunyai relevansi dengan tema penelitian.

H. Teknik Analisis Data

Analisis data ialah proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang didasarkan oleh data.

Penelitian ini menggunakan beberapa model analis data yang bertujuan menguraikan data secara sistematis dalam penyajian yang sederhana agar mudah dipahami dalam pengambilan kesimpulan selanjutnya. Penelitian ini memakai analisis data kualitatif dengan tetap menyertakan teori-teori pendukung sebagai

6 Surhasimi Arikunto, Proedur Penelitian (Suatu Pendekatan Praktek) (Jakarta: Rineka Cipta,


(5)

bahan analisis kritisnya. Langkah-langkah yang dilakukan meliputi sebagai berikut:

 Reduksi data, yaitu proses menganalisa data dengan jalan mempertegas dan mempertajam sajian data yang terkumpul dengan judul penelitian sebagai batasanya. Reduksi data juga bermaksud melakukan proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan. Dengan demikian reduksi data merupakan suatu bentuk analisis yang menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, dan membuang yang tidak perlu dengan cara sedemikian rupa sehingga kesimpulan finalnya dapat ditarik dan diverifikasi7.

 Display Data. Yakni sekumpulan informasi yang disusun dalam kerangka sistematis yang berfungsi memberikan kemudahan bagi peneliti dalam menarik kesimpulan berdasarkan logika ilmiah dan obyektif.

 Pegambilan Keputusan yakni proses penemuan benang merah lewat pemahaman yang utuh dan komprehensif tentang penelitian yang dilakukan. Hal ini penting agar data yang diperoleh semakin mudah dipahami serta ada arah jelas mengenai kemana penelitian ini akan diarahan secara fokus.

7http://www.scribd.com/doc/50994862/17/Reduksi-Data, diakses pada tanggal 17 November 2014


(6)

I. Uji Keabsahan Data

Peneliti menggunakan triangulasi sebagai teknik untuk mengecek keabsahan data. Dimana dalam pengertiannya triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahaan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain dalam membandingkan hasil wawancara terhadap objek penelitian.8 Triangulasi data dilakukan dengan menggunakan teknik yang berbeda, yaitu wawancara, observasi dan dokumentasi. Triangulasi ini selain digunakan untuk mengecek kebenaran data juga dilakukan untuk memperkaya data. Menurut Nasution, selain itu triangulasi juga dapat berguna untuk menyelidiki validitas tafsiran peneliti terhadap data, karena itu triangulasi bersifat reflektif.9

8 Lexy Moleong, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: Rosdakarya, 2004), hlm. 330. 9 Nasution S., Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif (Bandung: Tarsito, 2003), hlm. 115.