STRATEGI PEMBELAJARAN BUDI PEKERTI DALAM SISTEM PENDIDIKAN DI PONDOK PESANTREN AL-MUAYYAD SURAKARTA

PENDIDIKAN DI PONDOK PESANTREN AL-MUAYYAD SURAKARTA

Skripsi Oleh : Rahmatika K 8408054 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2012

PENDIDIKAN DI PONDOK PESANTREN AL-MUAYYAD SURAKARTA

Oleh: Rahmatika NIM. K8408054

Skripsi Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan Program Pendidikan Sosiologi- Antropologi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2012

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Pembimbing I

Dra. Hj. Siti Rochani, M.Pd NIP. 195402131980032001

Pembimbing II

Atik Catur Budiati, S.Sos, M.A NIP. 198009292005012021

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan. Pada Hari

Tanggal

Tim Penguji Skripsi

Nama Terang

Tanda Tangan

Ketua

: Drs. Slamet Subagya, M. Pd

Sekertaris

: Drs. Suparno, M. Si

Anggota I

: Dra. Hj. Siti Rochani, M.Pd

Anggota II : Atik Catur Budiati S.Sos, M.A

Disahkan Oleh Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Dekan

Prof. Dr. H.M. Furqon Hidayatullah, M.Pd NIP. 19600727198702 1 001

Rahmatika. K8408054, Strategi Pembelajaran Budi Pekerti dalam Sistem Pendidikan Pondok Pesantren Al-Muayyad Tahun 2012. Skripsi. Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret , 2012.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui strategi pembelajaran yang ada di Pondok Pesantren Al-Muayyad dalam membentuk budi pekerti santri, dilihat dari metode pembelajaran tersebut, hambatan yang muncul dalam penerapan strategi pembelajaran tersebut, serta solusi yang diberikan dalam menangani hambatan strategi pembelajaran tersebut.

Penelitian ini menggunakan metode pendekatan kualitatif deskriptif. dengan strategi fenomenologi. Sumber data primer didapat dari informan yaitu warga Pondok Al-Muayyad, Alumni, serta warga sekitar. Teknik pengambilan informan berdasarkan teknik purposive. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara, dokumentasi, dan observasi. Teknik analisis data adalah model analisis interaktif.

Berdasarkan hasil penelitian, tujuan pembelajaran budi pekerti yang diterapkan Pondok Al-Muayyad adalah membentuk budi pekerti santri. Proses pembentukan budi pekerti tersebut tercermin pada metode pembelajaran yang ada di Pondok Al-Muayyad. Metode tersebut antara lain bandhongan, sorogan, learning by doing serta model kelas. Namun dalam penerapan strategi pembelajaran tersebut, pihak Pondok Pesantren Al-Muayyad menemukan hambatan antara lain kenakalan dari santri Al-Muayyad, lokasi Al- Muayyad yang berada di tengah kota serta jumlah pengurus yang sedikit. Melihat kenyataan tersebut maka pihak pondok pesantren mencari solusi dari permasalahan tersebut, solusi yang diterapkan antara lain pengurus serta pengasuh memberikan teguran atau

kepada santri, mengganti peraturan yang sudah tidak relevan, serta

menyerahkan tugas pengurus kepada pengasuh. Namun dalam penerapan solusi dari hambatan strategi pembelajaran budi pekerti, Pondok Al-Muayyad kurang mempertimbangkan prinsip- prinsip strategi pembelajaran interaksional sehingga tujuan pembelajaran tersebut kurang tercapai secara maksimal.

Rahmatika. K8408054, Moral Learning Strategy of Education System in

ta. Thesis. Surakarta: Faculty of Teacher Training and Education, Sebelas Maret University, 2012.

This aim of study determines the learning strategies in the Al-Muayyad Islamic Boarding School in forming the manners of muslim students, viewed from the teaching of methods, the obstacles that arise in the application of learning strategies, and solutions are given to deal the obstacles of learning strategies.

This research used a descriptive qualitative approach with the phenomenology strategy. The primary data resources obtained from informants member of Al-Muayyad, graduated students, and also local people. The selecting technique of information used the purposive. The validity of data was indepth interview, document, and observation. Data analysis technique was Interactive Analiysis Models.

Based on the results, the objectives of moral learning adopted by the Al- Muayyad is to form moral of moral students. The process of moral education is

he methods

include bandhongan, sorogan, learning by doing and the class model. Moreover in the application of learning strategies, the boarding school al-Muayyad find other barriers such as delinquency of Al-Muayyad muslim students, Al-Muayyad location is in the middle of town and a small number of administrators. Based on the fact, Al-Muayyad finds solutions, such as administrators and caretaker give some warning (ta'zir), replacing the existing regulations that are not relevant, and leave the task of administrators to the caretaker. However, Islamic Boarding

strategies so the purpose of learning is less be reached maximally.

MOTTO:

Jika Engkau Ingin Dunia, raihlah dengan ilmu. Jika engkau ingin akhirat, raihlah dengan ilmu. Jika engkau ingin meraih keduannya, raihlah dengan ilmu

( Al-Hikmah)

PERSEMBAHAN

Karya ini dipersembahkan

Kepada: Bapak Khomsin dan Ibu Kristina tercinta

Adik- adik tersayang Almamater

Segala puji dan syukur kami haturkan kepada Allah S.W.T atas segala

limpahan rahmatNya, sehingga proses penelitian dan penyusunan skripsi ini berjalan dengan cukup baik. Shalawat dan salam semoga senantiasa terlimpahkan pada junjungan kita Rasullulah SAW.

Selama masa penyelesaian skripsi ini, cukup banyak hambatan yang menimbulkan kesulitan, berkat karunia Allah S.W.T dan peran berbagai pihak, kesulitan yang timbul dapat diatasi. Tidak lupa, ucapan terima kasih kepada yang terhormat:

1. Prof.Dr.H.M. Furqon Hidayatullah, M.Pd dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, yang telah memberikan ijin penelitian.

2. Drs. H. Saiful Bachri, M.Pd Ketua Jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial.

3. Drs. H. M.H. Sukarno, M.Pd Ketua Program Pendidikan Sosiologi- Antropologi, yang telah memberikan ijin penelitian.

4. Dra.Hj Siti Rochani, M.Pd Pembimbing I yang telah memberikan motivasi, masukan dan saran dalam penyusunan skripsi ini.

5. Atik Catur Budiati, S.Sos, M.A Pembimbing II yang telah memberikan ide, masukan, dan motivasi dalam penyusunan skripsi.

6. Drs. Soeparno, M.Pd Pembimbing Akademik.

7. Seluruh Dewan Dosen Pendidikan Sosiologi-Antropologi FKIP UNS.

8. K.H. Abdul Rozaq Shofawi yang telah memberikan izin untuk penelitian ini

9. Teman- teman Prodi Sosiologi Antropologi angkatan 2008 yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini.

10. Berbagai pihak yang tidak bisa disebutkan satu-persatu. Semoga segala amal baik dan keikhlasan membantu peneliti tersebut mendapatkan imbalan dari Allah S.W.T dan semoga hasil penelitian yang sederhana ini dapat bermanfaat.

Surakarta, 21 Januari 2012 Peneliti

Table 1. Waktu Penelitian ......................................................................

24

Gambar 1. Alur Berfikir Strategi Pembelajaran Budi Pekerti di Pondok

Al-Muayyad ............................................................................................

23

Gambar 2. Komponen- Komponen Analisis Data Model interaktif .................

33

Lampiran1. Perjanjian Menyusun Skripsi .................................................

78

Lampiran 2. Ijin Penyusunan Skripsi ........................................................

79

Lampiran 3. Interview Guide ....................................................................

81

Lampiran 4. Fieldnote ...............................................................................

83

Lampiran 5. Foto .......................................................................................

96

Lampiran 7. Data pendukung ....................................................................

100

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Negara Indonesia tidak hanya mengalami krisis moneter, tetapi juga mengalami krisis moral. Moral penerus bangsa saat ini sangat tidak mencerminkan karakter bangsa Indonesia yang sudah dibangun oleh nenek moyang terdahulu. Bangsa Indonesia terkenal sebagai bangsa yang ramah- tamah, memiliki tenggang rasa yang tinggi serta memiliki sopan- santun. Namun karakter tersebut mulai pudar seiring dengan perkembangan zaman serta arus globalisasi.

Fakta yang menyebutkan krisis moral bangsa ini dapat dilihat dari kedua setelah Rusia

mengenai kasus pornografi, sedangkan masalah korupsi, Indonesia mendapat peringkat pertama di Asia Pasifik dan posisi keenam dunia (Manger, 2010:19). Hal ini membuat posisi Indonesia sebagai negara yang menjunjung nilai dan norma sudah tidak tepat lagi. Fakta tersebut mencerminkan bahwa krisis moral tidak hanya di alami oleh orang- orang yang tidak berpendidikan saja, tetapi orang- orang yang berpendidikan pun memiliki moral yang rendah. Orang berpendidik tersebut adalah para pemimpin bangsa ini yang tega merampas uang rakyat serta negara.

Melihat parahnya krisis moral yang dialami bangsa Indonesia maka harus dicari penyebab munculnya krisis moral bangsa. Menurut Zubaedi (2009: 2) menyatakan:

ini sebagai sumber dari kesalahan lembaga pendidikan nasional yang dianggap belum optimal dalam membentuk kepribadian peserta didik. Lembaga pendidikan kita dinilai menerapkan paradigma partialistik karena memberikan porsi sangat besar untuk transimis pengetahuan, namun melupakan ini sebagai sumber dari kesalahan lembaga pendidikan nasional yang dianggap belum optimal dalam membentuk kepribadian peserta didik. Lembaga pendidikan kita dinilai menerapkan paradigma partialistik karena memberikan porsi sangat besar untuk transimis pengetahuan, namun melupakan

Bercermin pada keterbatasan upaya lembaga pendidikan dalam membekali nilai-nilai moral peserta didik telah mengilhami sejumlah kalangan untuk memberikan pendidikan budi pekerti. Pendidikan budi pekerti merupakan pendidikan nilai-nilai luhur yang berakar dari agama, adat-istiadat, dan budaya bangsa Indonesia dalam rangka mengembangkan kepribadian peserta didik supaya menjadi manusia yang baik. Pendidikan budi pekerti memiliki orientasi yang sama dengan pendidikan moral, dalam pelaksanaan pendidikan budi pekerti maupun pendidikan moral terdapat langkah-langkah yang seharusnya dilakukan pendidik dalam mengajarkan nilai-nilai dan kebijakan untuk membentuk manuisa yang baik. Langkah-langkah dalam mengajarkan nilai kebijakan mampu diterapkan dalam proses pendidikan.

Proses pendidikan mampu dilaksanakan melalui tiga unsur yaitu pendidikan keluarga, pendidikan di sekolah, serta pendidikan di masyarakat. Sama halnya dengan pendidikan budi pekerti mampu diterapkan dalam lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, serta lingkungan masyarakat. Ketiga unsur tersebut diberi istilah tri pusat pendidikan oleh Ki Hadjar Dewantara.

Keluarga merupakan agen sosialisasi yang pertama dan utama sehingga keluarga merupakan agen yang tepat untuk menanamkan budi pekerti. Namun saat ini banyak orang tua yang tidak memiliki waktu luang untuk mendidik anak. Oleh sebab itu, banyak orang tua yang menyerahkan tugas mendidik budi pekerti kepada sekolah. Sedangkan pihak sekolah belum mampu memberikan pendidikan budi pekerti dengan baik karena kualitas guru di Indonesia masih rendah. Sama halnya dengan keluarga dan sekolah, lingkungan masyarakat yang ada sekarang ini kurang kondusif untuk memberikan pendidikan budi pekerti karena kasus Keluarga merupakan agen sosialisasi yang pertama dan utama sehingga keluarga merupakan agen yang tepat untuk menanamkan budi pekerti. Namun saat ini banyak orang tua yang tidak memiliki waktu luang untuk mendidik anak. Oleh sebab itu, banyak orang tua yang menyerahkan tugas mendidik budi pekerti kepada sekolah. Sedangkan pihak sekolah belum mampu memberikan pendidikan budi pekerti dengan baik karena kualitas guru di Indonesia masih rendah. Sama halnya dengan keluarga dan sekolah, lingkungan masyarakat yang ada sekarang ini kurang kondusif untuk memberikan pendidikan budi pekerti karena kasus

Banyak orang tua resah bila melihat perkembangan zaman saat ini, mereka seakan putus asa dalam memberikan pendidikan budi pekerti yang baik. Namun tak jarang dari orang tua memilih pendidikan tradisional untuk memberikan pendidikan budi pekerti. Seperti pendidikan pondok pesantren yang memiliki yayasan sekolah mulai dari SMP sampai SMA.

Selain mengajarkan ilmu-ilmu agama, sekolah yayasan pondok pesantren juga mengajarkan ilmu pengetahuan umum. Meskipun sistem pendidikan di pondok pesantren agak berbeda, tetapi tujuan berdirinya pondok pesantren memiliki tujuan sama yaitu membentuk manusia seutuhnya yang beriman, bertakwa, dan berbudi luhur. Pondok pesantren pun diharapkan mampu membentengi santri dalam bersikap sehingga segala perilakunya tetap seirama dengan nilai dan norma yang berlaku terutama nilai dan norma agama.

Namun pada kenyataanya, masih ditemukan kenakalan-kenakalan remaja yang dilakukan oleh santri. Berdasarkan observasi, peneliti menemukan beberapa kenakalan santri. Misalnya, di suatu pondok pesantren besar di daerah Solo, pernah terjadi kasus yang menghebohkan yaitu ada salah satu santri putri pondok pesantren tersebut pergi dengan sopir taxi ke suatu hotel di daerah Solo. Kejadian tersebut sungguh mencoreng identitas pondok pesantren sebagai tempat bagi orang-orang yang belajar ilmu agama.

Kasus lain yang ditemukan peneliti melalui observasi adalah sering kali anak-anak pondok telat mendapatkan kiriman dari orang tua, tetapi banyak kebutuhan sehingga tidak sedikit dari santri yang berani mencuri barang-barang terutama uang milik teman mereka sendiri. Kasus pencurian ini lazim terjadi di pondok besar karena dalam satu kamar di huni oleh banyak santri yang terkadang satu dengan lainnya mengetahui tempat-tempat rahasia milik teman mereka.

Selain itu, interaksi antara santri putra dan putri begitu ketat. Keseharian santri dalam berhubungan dengan sejenis kelamin sangat sering mulai bangun tidur, belajar, hingga tidur kembali. Santri bisa bertemu dengan lain jenis ketika Selain itu, interaksi antara santri putra dan putri begitu ketat. Keseharian santri dalam berhubungan dengan sejenis kelamin sangat sering mulai bangun tidur, belajar, hingga tidur kembali. Santri bisa bertemu dengan lain jenis ketika

Mengacu dari permasalahan di atas, pada kesempatan ini peneliti tertarik melakukan penelitian tentang sistem pendidikan di pondok pesantren yang memiliki yayasan sekolah dalam hubunganya dengan penanaman pendidikan budi pekerti di pondok pesantren di Solo yaitu Pondok Pesantren Al Muayyad. Oleh sebab itu penelitian ini mengambil judul:

STRATEGI PEMBELAJARAN BUDI PEKERTI DALAM SISTEM PENDIDIKAN PONDOK PESANTREN AL-

B. Rumusan Masalah

Mengacu pada latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana sistem pendidikan pondok pesantren Al-Muayyad dalam mengembangkan pendidikan budi pekerti santri, dilihat dari :

1. Bagaimana strategi pendidikan budi pekerti dalam sistem pendidikan pondok pesantren Al-Muayyad?

2. Bagaimana hambatan dalam penerapan strategi pembelajaran budi pekerti?

3. Bagaimana upaya Pondok Pesantren Al-Muayyad dalam mengatasi hambatan dalam proses pembelajaran?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menggali informasi serta data mengenai sistem pendidikan pondok pesantren Al-Muayyad dalam mengembangkan pendidikan budi pekerti, yaitu :

1. Untuk mengetahui strategi pendidikan budi pekerti dalam sistem pendidikan pondok pesantren Al-Muayyad,

2. Untuk mengetahui hambatan yang dihadapi dalam penerapan strategi pendidikan budi pekerti, 2. Untuk mengetahui hambatan yang dihadapi dalam penerapan strategi pendidikan budi pekerti,

D. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan menambah pengetahuan tentang metode pembelajaran budi pekerti di pondok pesantren.

b. Manfaat Praktis Bagi pembaca, penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangan kepustakaan dan pemikiran tambahan yang berguna bagi pembaca dan pihak- pihak yang mempunyai permasalahan yang sama atau menginginkan penelitian lebih lanjut terutama dalam hal strategi pendidikan budi pekerti di pondok pesantren.

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Strategi Pembelajaran Budi Pekerti

Parahnya moral bangsa telah mengilhami lembaga pendidikan dalam membentuk karakter bangsa. Karakter bangsa yang ingin di bentuk adalah memiliki merupakan cipta, rasa, dan karsa yang mengandung nilai- pendidikan sangat penting dalam pembentukan budi pekerti lurur sebab pendidikan memberikan stimulus kepada anak untuk merespon dan merubah tingkah laku.

Setiap sistem pendidikan memilikit tujuan yang ingin di capai yaitu membentuk manusia seutuhnya yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan YME serta memiliki budi pekerti luhur. Pembentukan budi pekerti luhur mampu dipenuhi oleh setiap lembaga pendidikan, tetapi lembaga pendidikan formal masih

memberikan porsi sangat besar untuk transmisi pengetahuan, tetapi melupakan pengembangan sikap, nilai, dan perila 2). Sehingga banyak kalangan yang kurang mempercayai pendidikan formal dalam pembentukan budi pekerti. Namun sebagian orang mempercayai pendidikan budi pekerti mampu dicapai oleh pondok pesantren.

Pesantren merupakan tempat belajar serta memperdalam Agama Islam. Pesantren merupakan salah satu lembaga pendidikan tradisional, tetapi perkembanganya masih berlangsung sampai saat ini. Bambang Sarwiji (2006:

elajar Agama

disebabkan karena sebagian masyarakat meyakini bahwa pondok pesantren mampu membentuk budi pekerti yang luhur. Disamping itu, pondok pesantren mampu mencapai visi dan misi yang ingin dicapai.

yang mutafaqqib fi ad-din 2007:5). Pondok pesantren besar di Indonesia telah membuktikan bahwa pesantren mampu mencapai tujuan pendidikanya seperti pondok pesantren Krapyak di Yogyakarta, Pondok Pesantren Al-Muayyad di Surakarta, Pondok Pesantren Gontor di Ponorogo, Pondok Pesantren Tebu Ireng di Jombang, dan masih banyak lagi. Kebanyakan pondok pesantren tersebut melahirkan ulama besar di negri ini. Pondok pesantren mampu mencetak ulama besar merupakan tujuan pokok yang tidak tertulis. Tujuan pondok pesantren yang lebih jelas tercantum pada visi dan misi pondok pesantren. Oleh sebab itu, tujuan dari pendidikan pondok pesantren tidak terbatas untuk mencetak ulama- ulama besar yang mampu menyebarkan ajaran agama.

Tujuan pokok pondok pesantren yang lain adalah pondok pesantren mampu membentuk santri menjadi manusia yang memiliki kebijakan dalam melakukan aktivitas sehari- hari. Profesor Matsuhu dalam Manfred Oepen (1988:

kebijaksanaan atau wisdom berdasarkan pada ajaran Islam yang dimaksud untuk meningkatkan pemahaman tentang arti kehidupan serta realisasi dari peran- peran

- buruk

yang diakibatkan oleh perbuatan manusia sehingga kebijaksanaan akan membentuk budi pekerti luhur. Santri yang memiliki budi pekerti luhur akan selalu memutuskan segalanya dengan kebijaksanaan. Pondok pesantren mampu membentuk kebijaksanaan apabila santri memiliki tiga kriteria. Kriteria tersebut antara lain adalah santri menjadi orang yang alim, shalih, dan nasyir al-ilm. Selain itu, tujuan pendidikan pesantren yaitu membentuk akhlah yang berbudi luhur, menguatkan kompetensi santri, dan mampu menyebarkan ilmu. Tujuan- tujuan tersebut dicapai melalui kurikulum yang ada dalam pendidikan pondok pesantren.

dialami oleh peserta didik dengan cara mengembangkan kemampuan dan

mengarahkan lembaga pendidikan dalam mengatur aktivitas belajar- mengajar.

tujuan pendidikan. Dalam menerapkan kurikulum pendidikan, diperlukan strategi pembelajaran yang jitu supaya kurikulum pendidikan mampu mencapai tujuan pendidikan yang ingin dicapai. Strategi pembelajaran merupakan langkah yang dilakukan supaya proses pembelajaran berjalan secara efektif dan efisien dalam mencapai tujuan pendidikan. Penerapan strategi pembelajaran memerlukan teknik- mengajar merupakan suatu pengetahuan tentang cara- cara untuk melaksanakan

1). Banyak pilihan metode mengajar dalam dunia pendidikan seperti metode ceramah, metode diskusi, metode discovery, metode inquiry dan lain sebagainya. Namun setiap metode memiliki kelebihan dan kekurangan masing- masing sehingga setiap strategi pembelajaran yang ditetapkan menggunakan lebih dari satu metode. Begitu pula dalam pendidikan budi pekerti di pondok pesantren membutuhkan strategi pembelajaran yang tepat supaya mampu membentuk budi pekerti luhur. Sedangkan Strategi pembelajaran budi pekerti yang tepat dalam

pembelajaran interaksional merupakan model pembelajaran yang didasarkan pada

banyak warga antara lain santri, pengasuh, pengurus serta ustad dan ustadah. Antar warga pondok saling berinteraksi satu dengan yang lainnya sehinga strategi pembelajaran budi pekerti di pondok harus berdasarkan interaksi sosial warga pondok. Selain berdasarkan interaksi sosial, strategi pembelajaran pondok pesantren pun harus berdasarkan pada transaksi antara santri dengan pengasuh, pengurus, serta ustad dan ustadah. Transaksi yang terjadi adalah pengasuh, pengurus serta ustad dan ustadah memberikan pengetahuan tentang budi pekerti sedangkan santri mau merubah perilakunya menjadi perilaku yang berbudi pekerti.

Strategi pembelajaran budi pekerti memiliki prinsip yang berbeda dengan strategi pembelajaran yang lainnya. Model pembelajaran ini harus memiliki prinsip- prinsip sebagai berikut :

1) Melibatkan peserta didik secara aktif dalam belajar

Proses pembelajaran budi pekerti didesain untuk membelajarkan siswa. Artinya sistem pembelajaran menempatkan siswa sebagai subjek bukan objek dalam pembelajaran. Metode pembelajaran tradisional masih mengutamakan guru yang aktif dalam sistem pembelajaran. Selain itu, guru pun masih sebagai sumber pengetahuan tanpa melibatkan keaktivan siswa. Namun pendidikan budi pekerti mengutamakan model pembelajaran yang melibatkan siswa sehingga siswa aktif

diselenggarakan interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi

pembelajaran yang baik hendaknya mampu merangsang peserta didik untuk lebih kreatif serta inspiratif. Dalam pembelajaran budi pekerti, pembelajaran diarahkan untuk melibatkan peserta didik aktif serta mempraktekan materi yang sudah di dapat. Hal ini bertujuan supaya anak tidak hanya mengetahui pendidikan budi pekerti saja, tetapi berperan aktif dalam pembentukan akhlak yang mulia.

2) Mendasarkan pada perbedaan individu

Individu merupakan bagian seseorang dalam suatu kelompok masyarakat. Setiap orang memiliki sifat individual masing- masing. Sifat individual merupakan sifat yang berkaitan dengan perseorangan serta berkaitan dengan

pada individu tersebut menyebabkan setiap individu tidak bisa dianggap sama termasuk dalam bidang pendidikan. Perbedaan diantara individu tersebut menyebabkan bahwa dalam proses pembelajaran tidak setiap anak mampu menangkap pembelajaran. Ada anak yang cepat dalam menangkap pelajaran, serta pada individu tersebut menyebabkan setiap individu tidak bisa dianggap sama termasuk dalam bidang pendidikan. Perbedaan diantara individu tersebut menyebabkan bahwa dalam proses pembelajaran tidak setiap anak mampu menangkap pembelajaran. Ada anak yang cepat dalam menangkap pelajaran, serta

3) Mengaitkan teori dengan praktek

Proses belajar akan mentransformasikan ilmu pengetahuan dari guru atau media lain kepada anak didik. Transformasi tersebut bisa berupa teori- teori dalam ilmu pengetahuan. Dalam pendidikan budi pekerti teori yang sudah di pahami oleh siswa hendaknya dipraktekan supaya siswa dapat memperoleh hasil dari pembelajaran. Dalam pendidikan budi pekerti keinginan untuk melakukan sesuatu berdasarkan pengetahuan yang ia miliki disebut dengan volition (Zubaedi, 2009: 33). Setiap anak tidak memiliki volition yang sama sehingga hasil dari pendidikan budi pekerti tidak sama pada setiap anak. Setiap anak memiliki keunikan masing- masing dan setiap anak memiliki daya tarik yang berbeda- beda. Ada anak yang senang pada pembelajaran pemberian materi saja, tetapi ada anak yang suka praktek sehingga ketika mengikuti pembelajaran anak tersebut kurang memperhatikan.

4) Mengembangkan komunikasi dan kerjasama dalam belajar

Dalam kehidupan sehari- hari, setiap manusia tidak lepas dari komunikasi. area of experience antara

orang yang menerima pesan sedangkan komunikator merupakan orang yang telah mengirim pesan. Sehingga aspek- aspek dalam komunikasi antara lain komunikator, komunikan serta pesan yang ingin disampaikan.

Pendidikan budi pekerti di pondok pesantren menunut sebuah komunikasi yang selaras dan seimbang antara pengurus dan santri karena dengan komunikasi yang tepat maka tujuan dari pendidikan budi pekerti lebih mudah tercapai. Bayangkan bila pendidik tidak mampu berkomunikasi secara baik dengan anak didik maka hasil dari pembelajarannya akan sulit tercapai. Dengan komunikasi yang baik Pendidikan budi pekerti di pondok pesantren menunut sebuah komunikasi yang selaras dan seimbang antara pengurus dan santri karena dengan komunikasi yang tepat maka tujuan dari pendidikan budi pekerti lebih mudah tercapai. Bayangkan bila pendidik tidak mampu berkomunikasi secara baik dengan anak didik maka hasil dari pembelajarannya akan sulit tercapai. Dengan komunikasi yang baik

5) Meningkatkan Keberanian Peserta Didik dalam Mengambil

Risiko dan Belajar dari Kesalahan

Pendidikan pondok pesantren sangat erat kaitannya dengan

atas pelanggaran peraturan pondok pesantren.

mampu membentengi santri untuk berbuat maksiat atau me atas pelanggaran disiplin pondok memperlihatkan orientasi pembelajaran

-54). Sanksi yang diberikan santri bukan semata- mata karena santri bersalah, tetapi tujuan dari pemberian

adalah menyadarkan santri bahwa yang dilakukan salah. Proses pemberian

melalui proses

penemuan diri sehingga kesimpulan bahwa santri bersalah datang dari hati nurani santri.

merupakan pemberian hukuman yang diberikan kepada santri. Bentuk

bermacam- macam ada yang disuruh berdiri, di cukur rambutnya,

membaca Al-Quran, hafalan ayat Al-Quran dan hadist, membersihkan kamar mandi, dipukul dengan tongkat, dan lain sebagainya. Pemberian hukuman tersebut disesuaikan dengan perbuatan yang dilakukan oleh santri serta sesuai dengan peraturan yang ada.

6) Menyesuaikan Pelajaran dengan Taraf Perkembangan

Kogniktif

Anak mulai masuk sekolah pada usia tiga tahun sampai usia delapan belas tahun. Pada tahap- tahap perkembangan tersebut memiliki tingkat pendidikan yang berbeda- beda pula. Anak yang usia kanak- kanak akan menerima pelajaran mengenai kebiasaan hidup sehari- hari seperti sopan santun. Sedangkan anak yang lebih besar akan menerima pelajaran budi pekerti yang disesuaikan dengan usianya. Perbedaan pemberian pengetahuan ini disesuaikan dengan kesiapan anak dalam menerima pelajaran.

Kebutuhan anak- anak dengan remaja berbeada. Sehingga pendidikannya pun berbeda pula. Remaja merupakan masa transisi dari anak- anak menuju dewasa.

jati diri tersebut bertujuan untuk aktualisasi diri. Sehingga masa ini akan mudah sekali menemukan permasalahan dalam pergaulan. Supaya dalam pergaulan seorang anak tidak terjerumus pada hal- hal yang buruk maka diperlukan konsep

Ghufron,

2010: 13). Sesuatu yang dipikirkan dan dirasakan diri sendiri sangat berkaitan dengan pengetahuan yang ia dapatkan. Bila pengetahuan yang ia dapatkan jelek maka konsep dirinya pun akan jelek pula, tetapi bila pengetahuan yang dimilikinya berdasarkan budi pekerti maka konsep diri dari seorang anak tersebut akan berlandaskan pada moral yang baik. Konsep diri peserta didik di dapat dari lingkungan keluarga terlebih dahulu, kemudian di lanjutkan oleh lingkungan sekolah dan terakhir di dapatkan dari lingkungan masyarakat.

b. Metode Pembelajaran dalam Penerapan Strategi Pembelajaran Budi Pekerti

Prinsip- prinsip dalam penerapan strategi pembelajaran budi pekerti harus menggunakan lebih dari satu metode pengajaran sebab setiap metode memiliki kelebihan dan k pengajaran yang biasa diterapkan antara lain metode bandhongan, sorongan, model kelas, spiritual exercise, metode learning by doing

70). Penggunaan metode pembelajaran tersebut tidak berdiri sendiri, tetapi metode yang satu dengan metode yang lain saling berhubungan dan melengkapi. Untuk membentuk santri yang memiliki budi pekerti luhur maka pondok pesantren tidak hanya menggunakan satu metode pembelajaran saja. Pondok pesantren harus menggunakan beberapa metode pembelajaran supaya tujuan dari pendidikan budi pekerti dapat tercapai.

1) Metode Bandhongan atau weton

Metode pembelajaran budi pekerti yang paling klasik adalah metode bandhongan atau weton Weton atau bandhongan, istilah weton ini berasal dari kata wektu dalam Bahasa Jawa yang berarti waktu, sebab pengajian tersebut diberikan pada waktu-waktu tertentu, yaitu sebelum atau sesudah melakukan

cara kyai membaca teks- teks kitab yang berbahasa Arab, menerjemahkannya ke dalam bahasa lokal, dan sekaligus menjelaskan maksud yang terkandung dalam kitab tersebut. Metode bandhongan memiliki maksud untuk menambah dan memperdalam pengetahuan agama terutama pengetahuan yang berkaitan dengan budi pekerti luhur. Teknik ini hampir tidak pernah ada diskusi sebab santri mendengarkan penjelasan kyai, tetapi metode ini tidak berdiri sendiri. Metode bandhongan lengkapi dengan metode yang lain supaya proses pembentukan budi pekerti santri dapat terbentuk. Pondok pesantren yang masih menggunakan metode pembelajaran Bandhongan sering melatih santri untuk maknani kitab gundulan supaya santri tidak hanya mahir membaca kitab, tetapi mampu makanani kitab.

Tata cara pembelajaran Bandhongan yaitu kyai atau pengajar duduk bersila di depan santri sambil memegang kitab yang dipakai. Kemudian kyai atau pengajar membaca kitab beserta maknanya dan santri maknani kitab sesuai yang diucapkan oleh kyai atau pengajar. Setelah kyai atau pengajar mendapatkan satu sub bab yang telah dibaca, kemudian kyai atau pengajar menjelaskan apa yang telah dibaca. Dalam mengaji kitab perlu keterangan dari kyai sebab dalam memaknai kitab, bahasa yang digunakan Bahasa Jawa kuno yang sulit dipahami artinya. Dalam metode ini, guru berperan aktif sementara murid bersifat pasif. Metode bandhongan atau wetonan dapat bermanfaat ketika jumlah murid cukup besar dan waktu yang tersedia relatif sedikit, sementara materi yang harus disampaikan cukup banyak.

2) Metode Sorogan

Sorogan

merupakan semacam metode pembelajaran yang mengharuskan santri membaca Al-Quran atau kitab di hadapan kyai sementara itu kyai mendengarkan bacaan santri itu dan mengoreksi bacaan atau terj kebanyakan pondok pesantren tradisional menggunakan kitab sebagai sumber belajar yang mengkaji ilmu agama secara mendalam. Namun ada beberapa pesantren yang menggunakan Al-Quran dalam penggunaan metode Sorogan. Bila merupakan semacam metode pembelajaran yang mengharuskan santri membaca Al-Quran atau kitab di hadapan kyai sementara itu kyai mendengarkan bacaan santri itu dan mengoreksi bacaan atau terj kebanyakan pondok pesantren tradisional menggunakan kitab sebagai sumber belajar yang mengkaji ilmu agama secara mendalam. Namun ada beberapa pesantren yang menggunakan Al-Quran dalam penggunaan metode Sorogan. Bila

Metode sorogan merupakan kegaiatan pembelajaran bagi para santri yang lebih menitik beratkan pada pengembangan kemampuan perseorangan atau individu di bawah bimbingan seorang ustadz atau kyai. Pengajian dengan sistem sorogan ini diselenggarakan pada ruang tertentu di mana tersedia tempat duduk untuk kyai atau ustadz, kemudian di depannya terdapat bangku pendek untuk meletakkan kitab bagi santri yang menghadap. Santri-santri lain, baik yang mengaji kitab yang sama atau pun berbeda duduk agak jauh sambil mendengarkan apa yang diajarkan oleh kyai atau ustadz kepada temannya sekaligus mempersiapkan diri menunggu giliran dipanggil.

Metode pembelajaran ini termasuk metode pembelajaran yang sangat bermakna,karena santri akan merasakan hubungan yang khusus ketika berlangsung kegiatan pembacaan kitab oleh dirinya di hadapan kyai atau ustadznya. Mereka tidak sajasenantiasa dapat dimbimbing dan diarahkan cara pembacaannya tetapi juga dapatdievaluasi dan diketahui perkembangan kemampuannya. Dalam situasi demikiantercipta pula komunikasi yang baik antara santri dengan kyai atau ustadznya sehinggadapat meninggalkan kesan yang mendalam pada jiwa santri maupun kyai atau ustadzsendiri. Hal ini membawa pengaruh yang baik karena kyai semakin tumbuhkharismanya, santri semakin simpati sehingga ia berusaha untuk selalu mencontoh perilaku gurunya itu.

3) Model Kelas

Model kelas merupakan metode pengajaran dengan membagi santri kedalam kelas atau tingkatan kemampuan pneguasaan ilmunya. Pada umumnya model kelas yang ada di pondok pesantren adalah dalam bentuk diniyah yaitu madrasah yang mengkhususkan diri pada penyelenggaan pembelajaran ilmu- ilmu agama. Penjenjangan kelas antara lain diniyah ula atau tingkat dasar, wustha atau tingkat Model kelas merupakan metode pengajaran dengan membagi santri kedalam kelas atau tingkatan kemampuan pneguasaan ilmunya. Pada umumnya model kelas yang ada di pondok pesantren adalah dalam bentuk diniyah yaitu madrasah yang mengkhususkan diri pada penyelenggaan pembelajaran ilmu- ilmu agama. Penjenjangan kelas antara lain diniyah ula atau tingkat dasar, wustha atau tingkat

pada sore hari dengan tujuan memperdalam ilmu agama yang diberikan pondok pada malam hari. Tujuan dari model kelas supaya santri mampu mengerti lebih dalam ilmu agama yang diberikan pondok pesantren. Disamping itu, pembagian kelas mampu membagi santri sesuai dengan tingkatan ilmu yang dimiliki santri.

4) Metode Learning by Doing

Pada dasarnya hampir seluruh aktivitas di pesantren itu mencerminkan prinsip belajar melalui praktik. Prinsip ini efektif untuk melihat dan mengukur kompetensi psikomotorik santri. Sulton dan Khusnuridlo (2006: 13) mengatakan :

learning by doing ini seperti ikut terlibat dalam pembangunan fisik

pesantren maupun non fisik seperti pemeliharaan dan pembentukan kepengurusan

membiasakan santri supaya santri terbiasa melakukan perbuatan yang mampu membentuk budi pekerti santri. Tanpa adanya pembiasaan akan membuat santri kesulitan dalam pembentukan budi pekerti yang luhur. Oleh sebab itu, pondok pesantren menggunakan metode learning by doing.

Namun penggunaan beberapa metode belum mampu membentuk budi pekerti santri. Diperlukan dukungan dari pengurus sendiri supaya penggunaan metode pembelajaran tersebut mampu berjalan secara efektid dan efisien, tetapi masih banyak pondok pesantren yang belum mampu menerapkan strategi pembelajaran budi pekerti. Hal ini dikarenakan masih banyak pondok pesantren yang belum memiliki pengurus serta pengajar berkualitas. Selain itu, pengurus serta pengasuh pondok masih banyak yang belum mampu menjadi tauladan santri. Banyak perilaku pengurus serta pengasuh yang tidak sesuai dengan aturan sehingga santri akan meniru apa yang dilakukan oleh orang yang mereka anggap panutan di pondok.

Kedisiplinan dalam penerapan metode pembelajaran budi pekerti pun sangat di butuhkan. Sebab tanpa kedisiplinan segala aktivitas manusia akan berjalan Kedisiplinan dalam penerapan metode pembelajaran budi pekerti pun sangat di butuhkan. Sebab tanpa kedisiplinan segala aktivitas manusia akan berjalan

2. Hambatan dalam Penerapan Strategi Pembelajaran Budi Pekerti

Proses apaun yang ada di dunia ini pasti akan menimbulkan hambatan hamabtan yang muncul. Hambatan akan menjadi masalah bila hambatan tersebut tidak segera di cari jalan keluarnnya. Untuk mengetahui jalan keluar dari hambatan penanaman pendidikan budi pekerti, terlebih dahulu di cari hambatan- hambatan apa saja yang ada dalam pendidikan budi pekerti. Begitu pula dalam penanaman pendidikan budi pekerti akan muncul hambatan yang bisa datang dari berbagai faktor. Menurut Ngainun Naim (2009: 23) menyatakan beberapa hambatan dalam penerapan pendidikan budi pekerti antara lain: 1) kesulitan menembus volition dan conatio, 2) kurikulum yang kurang mencerdaskan, 3) pengaruh negatif dari media, dan 4) kenakalan remaja.

a. Kesulitan Menembus Volition dan Conatio Volition merupakan keinginan untuk melakukan sesuatu berdasarkan pengetahuan yang ia miliki sedangkan conatio adalah tekad yang ingin benar- benar dilakukan. Bila seseorang mengamalkan ilmu yang telah ia dapatkan maka ilmu itu akan terus berkembang dalam dirinya sendiri serta mampu bermanfaat. Namun pada kenyataanya keinginan untuk mempraktekan apa yang sudah siswa

ala

kesulitan menembus volition dan conatio tanpa disadari sering kali dialami

volition maka seseorang tersebut bisa menembus. Syaratnya adalah seseorang mampu memiliki kekutan untuk apa yang ia lakukan dengan niat yang bulat serta mempunyai motivasi yang kuat. Motivasi yang paling baik adalah motivasi yang volition maka seseorang tersebut bisa menembus. Syaratnya adalah seseorang mampu memiliki kekutan untuk apa yang ia lakukan dengan niat yang bulat serta mempunyai motivasi yang kuat. Motivasi yang paling baik adalah motivasi yang

b. Kurikulum Yang Kurang Mencerdaskan Kurikulum yang bagus adalah kurikulum yang mampu mencerdaskan

merupakan semua alat pembelajaran yang digunakan oleh sekolah untuk memberi kesempatan mendapat pengalaman belajar bagi peserta didik untuk mencapai hasil

dicapai dalam pendidikan. Namun pada kenyataanya kurikulum yang ada saat ini kurang mencerdaskan. Banyak faktor yang menyebabkan kurikulum tidak mampu mencerdaskan peserta didik. Salah satu faktor yang menyebabkan kurikulum kurang mampu mencerdaskan peserta didik adalah dalam pembentukan kurikulum kurang matang. Tidak adanya pengetahuan yang luas serta persiapan yang kurang matang menyebabkan kurikulum yang terbentuk asal jadi. Negara Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki kurikulum kurang mencerdaskan.

Meskipun dalam kurun waktu sepuluh tahun belakangan ini kurikulum mulai berganti- ganti, tetapi sosialisasi tentang kurikulum yang baru kurang maksimal. Sehingga masih banyak kalangan yang masih bingung dengan kurikulum yang baru. Kurikulum yang baru pun cepat berganti dengan kurikulum yang lebih baru, tetapi perubahan tersebut tidak menghasilkan perubahan yang berarti.

c. Pengaruh Negatif Media Sekarang ini, sudah banyak ditemukan inovasi baru dalam berbagai bidang. Banyak kalangan memanfaatkan inovasi yang digunakan untuk mempermudah aktivitas manusia. Pendidikan pun memanfaatkan inovasi ini sehingga tak heran proses belajar pun sekarang ini menggunakan media. Menurut

atau peristiwa yang dapat menciptakan kondisi yang memungkinkan pebelajar

proses belajar membawa pengaruh baik maupun pengruh buruk. Pengaruh baik proses belajar membawa pengaruh baik maupun pengruh buruk. Pengaruh baik

Apalagi saat ini sudah muncul internet yang menjadikan semua orang yang ada dibelahan dunia ini kecanduan internet. Internet mampu menembus batas- batas negara sehingga jarak negara yang sangat jauh mampu ditembus secara mudah melalui layar komputer. Internet lebih membawa dampak buruk daripada manfaatnya. Siswa mudah sekali mencari informasi serta gambar- gambar yang ia inginkan termasuk gambar- gambar yang tidak pantas dilihat oleh anak- anak. Hal inilah yang membuat media membawa pengaruh yang negatif.

d. Kenakalan Remaja Sekarang ini banyak ditemukan kenakalan remaja. Tidak hanya dalam bidang pornografi atau pergaulan bebas, tetapi kenakalan remaja sekarang ini sudah merambah pada kekerasan atau tindakan kriminal yang dilakukan oleh remaja. Banyak faktor yang menyebabkan kenakalan remaja bisa faktor dari dalam remaja maupun faktor dari luar remaja tersebut. Menurut Sunarto (2008:

tergantung pada sikap orang tua dan suasana psikologis dan sosial dalam

enakalan remaja tidak hanya menyalahkan remaja itu

sendiri namun lingkungan sekitar termasuk orang tua memiliki peran dalam membentuk kenakalan remaja.

Namun kebanyakan orang tua tidak menyadari bahwa kenakalan remaja yang dialami oleh anak mereka salah satunya berasal dari kesalahan orang tua dalam mendidik. Orang tua yang kurang perhatian atau pun orang tua yang memberi contoh buruk pada anak merupakan salah satu pemicu dari kenakalan remaja. Anak melakukan kenakalan disebabkan karena ingin protes kepada orang tua, Namun kebanyakan orang tua tidak menyadari bahwa kenakalan remaja yang dialami oleh anak mereka salah satunya berasal dari kesalahan orang tua dalam mendidik. Orang tua yang kurang perhatian atau pun orang tua yang memberi contoh buruk pada anak merupakan salah satu pemicu dari kenakalan remaja. Anak melakukan kenakalan disebabkan karena ingin protes kepada orang tua,

3. Solusi dari Hambatan Strategi Pembelajaran Budi Pekerti

Setiap hambatan dalam strategi pembelajaran harus dicari solusinya supaya tujuan dari pembelajaran dapat tercapai. Begitu pula dengan pendidikan budi pekerti yang memiliki hambatan dalam penerapannya. Oleh sebab itu, diperlukan solusi atas permasalahan tersebut. Solusi yang diterapkan dalam menangani hambatan strategi pembelajaran budi pekerti antara lain :

a. Memperkaya Materi Pendidikan

Pendidikan budi pekerti seharusnya mampu membentuk kebijakan pada anak sehingga setiap anak mampu memutuskan segala sesuatu berdasarkan pada nilai- nilai dan norma yang berlaku. Oleh sebab itu, pendidikan budi pekerti harus disisipkan dalam semua aktivitas yang mendasari hidup. Kenyataanya banyak pondok pesantren yang belum mampu menerapkan pendidikan budi pekerti.

pekerti selama ini diintegrasikan dalam pendidikan agama dan Pkn belum mampu

Berdasarkan argumen diatas maka pendidikan budi pekerti tidak hanya diterapkan dalam pelajaran agama serta Pkn saja, melalui pelajaran- pelajaran lainpun serta aktivitas sehari- hari haruslah berdasarkan pada pendidikan budi pekerti. Kegiatan di pondok pesantren pun harus menerapkan pendidikan budi pekerti supaya santri terbiasa beraktivitas sesuai dengan budi pekerti luhur. Pemberian pendidikan budi pekerti pada setiap aktivitas santri dapat dilakukan dengan menyelipkan pengalaman- pengalaman hidup yang telah dilalui oleh pengurus serta pengasuh, kemudian memberi petuah- petuah yang mampu memperkuat akhlak dari santri. Dengan menceritakan pengalaman yang nyata, diharapkan penyisipan pendidikan materi budi pekerti menjadi lebih efektif.

b. Berorientasi untuk Memperdaya Hati Nurani

Pendidikan budi pekerti sudah saatnya diorientasikan untuk memberdayakan hati nurani santri. Pemberdayaan hati nurani ini dimaksudkan untuk membenatu usaha santri dalam mengembangkan kemampuan hati nurani atau kesadaran Pendidikan budi pekerti sudah saatnya diorientasikan untuk memberdayakan hati nurani santri. Pemberdayaan hati nurani ini dimaksudkan untuk membenatu usaha santri dalam mengembangkan kemampuan hati nurani atau kesadaran

c. Adanya Kesadaran Bersama dari Orang tua, Guru, serta Masyarakat

Keberhasilan dari pendidikan tidak hanya terletak dari tugas guru saja. Namun antara guru, orang tua serta masyarakat memiliki peran yang sama dalam tercapainya tujuan pendidikan, begitu pula dengan pendidikan budi pekerti, pendidikan budi pekerti mampu terwujud dan tersampaikan maksudnya bila diantara guru, orang tua sert masyarakat bersama- sama membangun pendidikan budi pekerti. Kerjasama tersebut dilakukan karena anak dalam berinteraksi tidak hanya terjadi dalam lingkungan keluarga saja tetapi, ada lingkungan sekolah serta lingkungan masyarakat sebagai tempat anak bergaul dan berinteraksi.

Kerja sama tersebut harus dilakukan karena proses pendidikan mampu disampaikan oleh lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, serta lingkungan masyarakat. Pendidikan rumah adalah dasar bagi semua pendidikan sesudahnya. Sehingga pendidikan keluarga merupakan pendidikan yang utama dan pertama. Bila dalam pendidikan keluarga telah tertanam pendidikan budi pekerti yang kuat maka tugas lembaga pendidikan yang lain dalam menanamkan pendidikan budi pekerti tidak begitu sulit karena anak tersebut telah memiliki pondasi yang kuat dari proses pembelajaran keluarga.

2. Penelitian yang Relevan

Penelitian ini relevan dengan penelitian yang dilakukan oleh Mursidi dengan judul Sistem Pendidikan Pondok Pesantren Tradisional Islam Di Indonesia

2009 dengan tujuan untuk menggambarkan pertumbuhan dan perkembangan pondok pesantren di nusantara serta dinamikanya di tengah kebijakan penguasan pemerintahan yang melingkupinya. Disamping itu penelitian ini menggambarkan bahwa tidak semua lembaga pendidikan tradisional seperti pesantren tertinggal di tengah-tengah deru modernisasi. Tetapi justru menunjukkan ekssistensinya yang dinamis, baik kelembagaan maupun sistem pendidikannya, sebagai contoh adalah Pondok Pesantren Al-Muayyad Surakarta. Tujuan yang terakhir adalah melihat secara kritis nilai-nilai fundamental pendidikan pesantren yang mampu menciptakan generasi yang cerdas akal (otak), emosi, sosial dan spiritualnya sehingga menjadi generasi yang unggul, berintregitas tinggi dan penuh kemandirian.

3. Kerangka Berfikir

Krisis moral yang di hadapi Bangsa Indonesia membuat sebagian orang tua memilih pondok pesantren sebagai tempat pembentukan budi pekerti anak. Pondok pesantren diyakini mampu membentuk budi pekerti anak sebab pesantren telah membuktikan bahwa lembaga pendidikan ini mampu membentuk ulama- ulama besar. Selain itu, strategi dalam pendidikan pondok pesantren diyakini oleh masyarakat lebih mampu membentuk budi pekerti dari pada lembaga pendidikan yang lain.