USAHA BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM MENANGGULANGI DELINQUENCY DI SMA ISLAM SUDIRMAN MAGELANG 2007

  

USAHA BIMBINGAN DAN KONSELING

DALAM MENANGGULANGI DELINQUENCY

DI SMA ISLAM SUDIRMAN MAGELANG 2007

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Dalam Ilmu

Tarbiyah Program Studi Pendidikan Agama Islam (S.Pd.I)

  

ANI FAHMAWATI

11103043

JURUSAN TARBIYAH

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

  

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)

SALATIGA

2008

  DEPARTEMEN AGAMA R1 SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI S A L A T I G A Jl. Tentara Pelajar No. 02 Salatiga 50721 Telp. (0298)523433. 323706

  

P E N G E S A H A N

  Skripsi Saudara: Ani Fahmawati dengan Nomor Induk Mahasiswa 111 03 008 yang berjudul: USAHA BIMB1NGAN DAN KONSELING DALAM

  

MENANGGULANGI DELINQUENCY DI SMA ISLAM SUDIRMAN

PARIS MAGELANG TAHUN 2007 telah dimunaqasyahkan pada Sidang

  Panitia Ujian Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri pada hari: Rabu, 19 Maret

  

2008 yang bertepatan dengan tanggal 11 Rabi'ul Awal 1429 H dan telah diterima

  sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Saijana dalam 11 mu Tarbiyah 19Maret 2008 M.

  S a la tig a ,-------------------------- 11 Rabi'ul Awal 1429 H.

PANITIA UJIAN

  DEPARTEMEN AGAMA Rl SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI S A L A T I G A Jl. Tentara Pelajar No. 02 Salatiga 50721 Telp. (0298) 323433, 323706

  

DEKLARASI

  Dengan penuh kejujuran dan tanggungjawab, penulis menyatakan bahwa skripsi ini tidak berisi materi yang pemah ditulis oleh orang lain atau pemah diterbitkan. Demikian juga skripsi ini tidak berisi satu pun pikiran orang lain, kecuali informasi yang terdapat dalam referensi yang dijadikan bahan rujukan.

  Apabila dikemudian hari temyata terdapat materi atau pikiran-pikiran orang lain di luar refrensi yang penulis cantumkan, maka penulis sanggup mempertanggungjawabkan kembali keaslian skripsi ini di hadapan sidang munaqasyah skripsi.

  Demikian deklarasi ini dibuat oleh penulis untuk dapat dimaklumi.

  Salatiga, 19 Maret 2008 Penulis

  Ani Fahmawati NIM. 11103043

  DEPARTEMEN AGAMA R1 SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI S A L A T I G A Jl. Tentara Pelajar No. 02 Salatiga 50721 Telp. (0298) 323433, 323706

  Dra. Djami'atul Islamiyah, M.Ag

  Dosen STAIN Salatiga Jl. Stadion NO. 03 Salatiga

  Salatiga, 14 Maret 2008

NOTA PEMBIMBING

  Lampiran : 3 ( tiga) Eksemplar Hal : Naskah Skripsi

  Sdri. Ani Fahmawati Kepada Yth. Ketua STAIN Salatiga

  di Salatiga

  Assalam u’alaikum Wr. Wb

  Setelah kami teliti dan kami adakan perbaikan seperlunya, maka bersama ini kami kirimkan naskah skripsi saudara: Nama : Ani Fahmawati NIM : 111 03 043 Jurusan/Progdi: Tarbiyah/PAI Judul : Usaha Bimbingan Dan Konseling Dalam

  Menanggulangi Delinquency Di SMA Islam Sudirman Pakis Magelang Tahun 2007

  Bersama ini mohon agar naskah skripsi saudara tersebut di atas agar dapat segera di munaqosyahkan. Demikian harap menjadikan perhatian.

  Wassalamu’alaikum Wr. Wb

  Pembimbing

  MOTTO j j

  

5 j Z l & \ J L

  4 )1 “Sesungguhnya telah ada pada din Rasulullah itu suri tauladan yang baik bagimu yaitu bagi orang-orang yang mengharap rahmat Alloh dan kedatangan hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah”. (Q. S. A1 Ahzab

  :

  21) “Dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya”. (Q. S. An Najm : 39)

  PERSEMBAHAN Skripsi ini penulis persembahkan teruntuk :

  1. Ayah dan Ibu tercinta yang dengan segala pengorbanan dan kasih sayangnya selalu mendampingiku hingga detik ini.

  2. Kakak-kakakku tersayang yang terns memberiku motivasi, Mba Tatik Wihdatul Musyrifah, Mas Subhan dan Mba Erma Suryani

  3. Keponakan-keponakanku yang imut (Rifqi, Lutfi, Salma, Izzul, Vira, Naila).

  4. Seseorang yang selalu memberiku motivasi meskipun dari jauh

  5. Temen-temen kost di jangkungan (Evi, Santi dan lain-lain)

  6. Temen-temen di gedung putih, spesial for Davied terima kasih untuk semangat dan bantuannya

  7. Temen-temen PAI angkatan 2003

KATA PENGANTAR

  Segala puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, serta inayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan sekripsi ini. Sholawat dan salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada junjungan kita Rasulullah Muhammad SAW, beserta seluruh keluarga, sahabat, yang telah memberi petunjuk serta bimbingan melalui aj aran-aj arannya.

  Alhamdulillah

  dengan penuh rasa syukur, penulisan skripsi dengan judul “USAHA BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM

  

MENANGGULANGI DELINQUENCY DI SMA ISLAM SUDIRMAN

PAKIS MAGELANG TAHIJN 2007” telah selesai. Skripsi ini merupakan

  salah satu syarat guna memperoleh gelar Saijana Pendidikan Islam pada Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga. Kami haturkan terima kasih yang tak terhingga kepada pihak-pihak yang telah membantu terwujudnya skripsi ini.

  Penulis yakin, skripsi ini tidak akan terwujud tanpa ada pertolongan dari Allah Swt dan bantuan berbagai pihak yang telah memberikan kontribusi.

  Maka, dengan segala kerendahan hati, kami menghaturkan terima kasih kepada:

  1. Ketua STAIN Salatiga, Drs. Imam Sutomo, M.Ag.

  2. Ketua Jurusan Tarbiyah STAIN Salatiga, Drs. Sa’adi, M.Ag

  3. Ketua Program Studi PAI STAIN Salatiga, Fatchurrahman, M.Pd

  4. Pembimbing Skripsi Dra, Djami'atul Islamiyah. M.Ag atas segala ilmu, waktu, tenaga dan bimbingan yang telah diberikan kepada penulis dengan penuh kesabaran dan keikhlasan.

  5. Segenap Dosen STAIN Salatiga yang telah memberi motivasi sehingga skripsi ini dapat selesai.

  Penulis yakin, skripsi ini masih jauh dari kesempumaan dan terdapat banyak kesalahan serta kekurangan. Maka kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan dari siapa saja. Besar harapan kami, skripsi ini bisa bermanfaat kepada pihak-pihak terkait secara khusus, dan bagi semua pembaca secara umum. AMIN.

  Salatiga, 26 Maret 2008 Penulis

  Ani Fahmawati NIM. I l l 03 043

  DAFTARISI

  BAB I : PENDAHULUAN

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  D. Peran Bimbingan Konseling dalam Menanggulangi

  BAB III: LAPORAN HASIL PENELITIAN

  

  

  

  

  

  

  BAB IV : ANALISIS

  

  

  B. Tujuan Usaha Bimbingan Dan Konseling Di SMA Islam

  

  

  

  

  

  

  

  

  1. Tabulasi Hasil Angket Terhadap Siswa SMA Islam

  BABY: PENUTUP

  

  

  

DAFTAR PUSTAKA DAFTAR RIWAYAT HIDUP LAMPIRAN-LAMPIRAN

  BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lembaga pendidikan pada umumnya mengalami berbagai rintangan dan hambatan dalam perjalanannya menuju keberhasilan yang telah dicita- citakan walaupun berbeda bentuk dan kasus yang dihadapi.

  Rintangan dan hambatan yang dihadapi sal ah satunya adalah adanya delinquency yang melanda sebagian para siswa, seperti kasus perkelahian antar pelajar, membolos, minum-minuman keras, merokok disekolah, melanggar amanat, sifat meremehkan guru dan lain sebagainya. Perilaku tersebut menunjukkan keadaan yang menyimpang dari nilai-nilai yang dikehendaki oleh dunia pendidikan pada umumnya.

  Sekolah adalah merupakan lembaga yang memiliki wewenang untuk mempertahankan sistem nilai yang sedianya diberikan kepada peserta didiknya, pemegang amanat masyarakat untuk membina anak-anaknya agar menjadi generasi yang mampu menjalani kehidupan yang baik dan benar.

  Ditinjau dari segi psikologi, peserta didik adalah pribadi yang sedang berkembang menuju kedewasaan. Untuk mencapai perkembangan yang baik dan optimal hams ada asuhan yang baik dan terarah yang bisa menjangkau segi psikologis yang bersifat pribadi. Oleh karena itu diperlukan bimbingan dan konseling untuk memberikan asuhan terhadap proses perkembangan pribadi peserta didik tersebut.1 *

  1

  2 Oleh karena itu, pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah, adalah merupakan wadah yang bisa menampung masalah-masalah dan membantu para siswa untuk menyelesaikan masalah yang dihadapinya pada masa-masa transisi itu. Sekaligus mengarahkan para peserta didik mencapai tahap perkembangan yang optimal baik secara akademis, psikologis maupun sosial.

  Di dalam Al-Qur’anpun telah disebutkan dal am Surat Al-Ashr yang merupakan pokok pikiran tentang bimbingan dan konseling.

  

oiOlT *3] 0]

ijL\;

  0^**$$ jy *.aJ L 1 b

  1JJJ

  11

  ’’Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang yang beriman dan mengeijakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat-menasehati supaya menetapi kesabaran”.

  Sebagaimana sekolah menengah yang lain, yang notabenenya para siswa berada pada usia remaja. SMU Islam Sudirman Magelang juga tidak lepas dari adanya fenomena delinquency..

  Delinquency

  tersebut tentunya perlu penanggulangan secara intensif supaya delinquent itu menyadari akan dirinya dan selanjutnya menuju arah kehidupan yang lebih baik.

  Faktor-faktor yang melatar belakangi delinquency para siswa diantaranya, karena tidak suka dengan cara mengajar guru, bisa juga faktor kesepian dari orang lain, atau karena faktor latar belakang keluarga yang tidak lengkap itu merupakan hambatan yang harus dicari upaya penanggulangannya

  3 Bimbingan dan konseling merupakan salah satu bagian dari kegiatan pendidikan di SMA Islam Sudirman Magelang. Bimbingan adalah proses pemberian bantuan yang terarah, kontinu dan sistematis kepada setiap individu agar ia dapat mengembangkan potensi yang dimiliki secara optimal.

  Bimbingan dan konseling pada prakteknya berusaha menanggulangi kasus yang timbul dikalangan siswa, namun disisi lain bimbingan dan konseling mengandung adanya proses penanaman nilai-nilai Islami terhadap siswa yang bersangkutan. Dengan adanya permasalahan di atas, maka penulis mengambil judul "USAHA BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM MENANGGULANGI DELINQUENCY DI SMA ISLAM SUDIRMAN PAKIS MAGELANG TAHUN 2007"

B. Penegasan Istilah

  Agar dalam menafsirkan judul di atas tidak teijadi kesalah fahaman, maka penulis akan menjelaskan istilah-istilah yang terdapat dalam judul tersebut.

  1. Bimbingan dan Konseling Bimbingan adalah pemberian bantuan kepada individu dalam memecahkan masalah yang dihadapi agar tercapai pemahaman diri, penerimaan diri, realisasi diri sesuai dengan potensi yang dimilikinya dalam mencapai perkembangan yang optimal dan penyesuaian diri yang lebih baik dengan lingkungannya.2

2 M. Sastra Pradja, Kamus Istilah Pendidikan dan Umum, Surabaya, Usaha Nasional,

  4 Selain itu bimbingan adalah suatu proses pemberian bantuan yang terns menerus dan sistematis terhadap klien dal am memecahkan masalahnya yang dihadapi, agar tercapai kemampuan untuk memahami dirinya, menerima dirinya dan kemampuan merealisasikan dirinya sesuai dengan potensinya dalam mencapai penyesuaian diri dengan lingkungan keluarga, sekolah, maupun masyarakat.3

  Bimbingan yang dimaksud adalah bantuan bersifat psikologi sehingga individu atau kelompok yang bersangkutan mampu membuat pilihan-pilihan terbaiknya dalam menghadapi kehidupan ini.

  Konseling berasal dari bahasa Inggris "to Counsel" atau memberi saran dan nasehat (Hornby, 1958 : 246) Konseling adalah serangkaian hubungan langsung dengan individu yang bertujuan untuk membantu dia dalam merubah sikap dan tingkah lakunya.4

  Dengan demikian pengertian usaha bimbingan dan konseling adalah kegiatan pemberian bantuan bersifat psikologis dengan cara wawancara antara konselor dengan siswa (seseorang atau sekelompok orang) untuk memecahkan masalah yang dihadapi agar orang tersebut dapat menentukan pilihan yang terbaik bagi dirinya dalam menghadapi kehidupan ini.

  3 Keetut Sukardi, Dewa, Bimbingan dan Penyuluhan Belajar Di Sekolah, Surabaya, Usaha Nasional, 1983, him. 67

  5

  2. Delinquency

  Delinquency

  : pelanggaran, kesalahan atau kejahatan yang relatif minor, khususnya dilakukan oleh anak-anak muda yang belum dewasa.3

  Delinquency : perilaku remaja yang secara sosial tercela.5 6 Dari

  definisi mengenai delinquency tersebut penulis dapat mengambil pengertian bahwa delinquency dapat diukur melalui norma, nilai dan kebudayaan maupun adat istiadat yang berlaku di masyarakat. Perilaku yang tercela secara sosial di atas yang dimaksud oleh penulis adalah perbuatan yang dilakukan oleh para siswa yang melanggar aturan yang berlaku di sekolah atau melanggar tata tertib sekolah. Contoh tingkah laku tersebut adalah mencuri, mabuk-mabukan, membuat kerusuhan, berkata- kata kotor, suka bermusuhan, membolos, perkelahian, dan lain sebagainya.

C. Rumusan Masalah

  Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, penulis dapat merumuskan permasalahan-permasalahan pokok sebagai berikut:

  1. Bagaimana delinquency siswa SMA Islam Sudirman Pakis Magelang tahun 2007?

  2. Bagaimana usaha bimbingan dan konseling di SMA Islam Sudirman Pakis Magelang tahun 2007?

  5 C.P.Chaplin, Dictionary O f Psikologi diteijemahkan oleh Dr. Kartini Kartono, dalam bukunya Kamus Lengkap Psikologi, Jakarta, Rajawali, 1989, him. 128

  7 E. Metode Penelitian Untuk mendapatkan hasil yang sesuai dengan tujuan yang diharapkan dan memperoleh suatu gambaran yang jelas dari proses penelitian ini, maka penulis menggunakan metode-metode sebagai berikut:

  1. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam skripsi ini adalah penelitian kualitatif. Penelitian kualitaif menrut Bogdan dan Taylor adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data diskriprif berupa kata-kata tertulis atau tulisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.7 Dalam penelitian ini, pnulis hanya mencari gambaran dan data yang bersifat diskriptif yang berada di SMA Islam Sudirman.

  2. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian yang penulis teliti adalah di SMA Islam

  Sudirman Pakis Magelang tepatnya terletak di jalan Jendaral Sudirman No

  17 Kecamatan Pakis, Kabupaten Magelang tepatnya berada di sebelah selatan jalur jalan raya Magelang-salatiga.

  3. Subyek dan Informan Penelitian.

  Subyek penelitian dalam penyusunan skripsi ini adalah SMA Islam Sudirman Magelang, baik siswa maupun pamongnya.

  Dalam menentukan subyek siswa penulis menggunakan metode sampling. Metode sampling tersebut adalah sampel bertujuan atau

  9 pamong yang lain untuk mengungkap data mengenai sistem dan mekanisme keija bimbingan dan konseling di SMA Islam Sudirman.

  b. Metode Dokumentasi Menurut Irwan (2000; 10), studi dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data yang ditujukan kepada subyek penelitian. Dokumen dapat berupa catatan pribadi, surat pribadi, buku harian, laporan keija, notulen keija, catatan kasus, rekaman kaset, rekaman video, foto dan lain-lain.9 Sejarah berdirinya SMA Islam Sudirman Pakis Magelang.

  delinquency

  siswa, catatan penanganan kasus yang ada, dan tata tertib atau peraturan sekolah.

  5. Metode Analisis Data Metode ini digunakan untuk memberi interpretasi terhadap data yang diperoleh dari hasil penelitian.

  Dalam analisis data ini pada dasamya bersifat diskriptif kualitatif atau non statistik. Dalam mencari kesimpulan penulis menggunakan metode berfikir deduktif dan induktif.

F. Sistematika Penulisan Skripsi

  Dalam sistem penulisan skripsi ini penulis mencantumkan lima bab dengan pokok tiap-tiap bab sebagai berikut:

Bab I : Pendahuluan Dalam bab ini merupakan kerangka dasar penulisan yang

  menjadi kendali terhadap jalannya penelitian dan penulisan yang

9 Sukandarrumidi, M etodologi Penelitian, Jogjakarta, Gadjah Mada University Press,

  10 meliputi latar belakang masalah, penegasan istilah, pokok permasalahan, tujuan penelitian, metode penelitian, sistematika pembahasan.

Bab II : Landasan Teori Sebelum tujuan untuk mengadakan penelitian, penulis

  memerlukan adanya landasan teori yang dapat digunakan sebagai bahan acuan dalam melakukan penelitian.

  Landasan teori ini meliputi: Pengertian bimbingan dan konseling, prinsip-prinsip bimbingan dan konseling, asas-asas bimbingan dan konseling, tujuan bimbingan dan konseling, metode dan teknik bimbingan dan konseling, pengertian delinquency dan faktor-faktomya, bentuk-bentuk delinquency, dan pengertian masa remaja dan ciri- ciri perkembangannya serta peran bimbingan dan konseling dalam menanggulangi delnquency.

Bab III : Laporan Hasil Penelitian Bab ini berisi tentang seluruh hasil penelitian yang

  meliputi gambaran umum seperti, sejarah berdirinya, keadaan guru dan murid SMA Islam Sudirman Pakis Magelang, serta gambaran struktur organisasi SMA Islam Sudirman Pakis Magelang, dan fasilitas yang ada.

  Setelah mendapat gambaran umum tentang SMA Islam Pakis Sudirman Magelang, penulis melangkah kedalam

  11 pembahasan bagaimana usaha bimbingan dan konseling dalam menanggulangi delinquency di SMA Islam Sudirman Pakis Magelang.

  : Analisis Data

Bab IV Bab ini berisi tentang analisis terhadap usaha bimbingan

  konseling dalam menanggulangi delinquency di SMA Islam Sudirman Pakis Magelang. Dengan analisis ini kita dapat melihat sejauh mana keberhasilan usaha bimbingan dan konseling dalam menanggulangi delinquency di SMA Islam Sudirman Pakis Magelang.

  Bab

  V : Penutup

  Bab ini berisi kesimpulan dari hasil penelitian yang telah dilakukan, saran-saran, lampiran-lampiran dan daftar pustaka.

  BAB II BIMBINGAN DAN KONSELING, DELINQUENCY DAN REMAJA A. BIMBINGAN DAN KONSELING

1. Pengertian Bimbingan dan Konseling

  Bimbingan adalah bagian dari proses pendidikan yang teratur dan sistematik guna membantu pertumbuhan anak muda atas kekuatannya dalam menentukan dan mengarahkan hidupnya sendiri, yang pada akhimya ia dapat memperoleh pengalaman-pengalaman yang dapat memberikan sumbangan yang berarti bagi masyarakat1

  Secara etimologis, istilah konseling berasal dari Bahasa Latin, yaitu “consilium” yang berarti “dengan” atau “bersama” yang dirangkai dengan “nlenerima,, atau ’’memahami”. Sedangkan dalam bahasa Anglo-

  Saxon, istilah konseling berasal dari “sellan” yang berarti menyerahkan” atau “menyampaikan”.

  Konseling adalah suatu proses yang teijadi dalam hubungan tatap muka antara seorang individu yang terganggu oleh karena masalah- masalah yang tidak dapat diatasinya sendiri dengan seorang pekeija yang profesional, yaitu orang yang telah terlatih dan berpengalaman membantu orang lain mencapai pemecahan-pemecahan terhadap berbagai jenis

  k e s u lita n p rib a d i1

  2

  1 Priyatno, Ermananti, Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling, Jakarta, Rineka Cipta, 1999, him. 94

  13 Melihat pengertian tersebut diatas, penulis dapat mengambil pengertian adanya dua kategori orang yang dibantu dalam bimbingan dan konseling, yakni yang belum mempunyai masalah dan yang sudah mempunyai masalah.

  Jadi yang demikian dapat disimpulkan bahwa bimbingan dan konseling adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh seorang yang ahli (disebut konselor) kepada seorang atau beberapa individu yang sedang mengalami suatu masalah (disebut klien) agar dapat mengembangkan kemampuan dirinya sendiri dan mandiri dengan memanfaatkan kekuatan individu dan sarana yang ada dan dapat dikembangkan berdasarkan norma-norma yang berlaku. Adapun dasar bimbingan dan konseling adalah salah satu firman Allah SWT dalam Q.S.

  Al-Ahzab: 33, 21

  fl ojZ»\ 4jjl ^50 ijtT J j j

  Artinya : Sesungguhnya telah ada pada diri Rasululloh itu suri

  tauladan yang baik bagimu yaitu bagi orang yang mengharap rahmat Allah dan kedatangan hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.

  14

2. Asas-asas Bimbingan dan Konseling

  a. Asas kerahasiaan Segala sesuatu yang dibicarakan klien kepada konselor tidak boleh disampaikan kepada orang lain, lebih-lebih keterangan yang tidak layak diketahui orang lain. Jika asas ini benar-benar dilaksanakan, maka penyelenggara atau pemberi bimbingan akan mendapat kepercayaan dari semua pihak.

  b. Asas kesukarelaan Proses bimbingan dan konseling hams berlangsung atas dasar kesukarelaan, baik dari pihak si terbimbing atau klien, maupun dari pihak konselor. Klien diharapkan secara sukarela tanpa ragu-ragu ataupun merasa terpaksa menyampaikan masalah yang dihadapinya.

  c. Asas keterbukaan Keterbukaan di sini ditinjau dari dua arah. Dari pihak klien diharapkan mau membuka diri sehingga apa yang ada pada dirinya dapat diketahui konselor, dan kedua mau membuka diri dalam arti mau menerima saran-saran dan masukan lainnya dari pihak luar. Dari pihak konselor, keterbukaan terwujud dengan kesediaan konselor menjawab pertanyaan-pertanyaan klien.

  d. Asas kekinian Masalah individu yang ditanggulangi ialah masalah-masalah yang sedang dirasakan. Dalam usaha yang bersifat pencegahan, pada

  16 memiliki berbagai aspek kepribadian yang kalau keadaannya tidak seimbang serasi dan terpadi justru akan menimbulkan masalah. i. Asas kenormatifan

  Usaha bimbingan dan konseling tidak boleh bertentangan dengan norma-norma yang berlaku, baik ditinjau dari norma agama, norma adat, norma hukum/negara, norma ilmu, maupun kebiasaan sehari-hari. j. Asaskeahlian

  Usaha bimbingan konseling perlu dilakukan asas keahlian secara teratur dan sistematik dengan menggunakan prosedur, teknik dan alat yang memadai. Untuk itu para konselor perlu mendapat latihan secukupnya, sehingga dengan itu akan dapat dicapai keberhasilan usaha pemberian layanan. k. Asas alih tangan

  Dal am pemberian layanan bimbingan dan konseling, asas alih tangan jika konselor sudah mengerahkan segenap kemampuannya untuk membantu individu, namun individu yang bersangkutan belum dapat terbantu sebagaimana yang diharapkan, maka konselor dapat mengirim individu tersebut kepada petugas atau badan yang lebih ahli. l. Asas tut wuri handayani

  Asas ini menuntut agar pelayanan bimbingan dan konseling tidak hanya dirasakan pada waktu klien mengalami masalah dan menghadapi konselor saja, namun di luar hubungan proses bantuan

  17 bimbingan dan konselingpun hendaknya dirasakan adanya dan manfaatnya.3

3. Tujuan Bimbingan dan Konseling

  Bimbingan dan Konseling dalam melangkah dan bergerak mempunyai tujuan yang ingin dicapai. Tujuan tersebut ada yang bersifat umum dan ada yang bersifat khusus. Adapun rumusan tujuan Bimbingan dan Konseling adalah: a. Tujuan umum

  Membantu individu memperkembangkan diri secara optimal sesuai dengan tahap perkembangan dan predisposisi yang dimilikinya (seperti kemampuan dasar dan bakat-bakatnya), berbagai latar belakang yang ada (seperti latar belakang keluarga, pendidikan, status sosial ekonomi), serta sesuai dengan tuntutan positif lingkungannya.

  Dalam kaitan ini, bimbingan dan konseling membantu individu untuk menjadi insan yang berguna dalam kehidupannya yang memiliki berbagai wawasan, pandangan, interpretasi, pilihan, peyesuaian, dan ketrampilan yang tepat berkenaan dengan diri sendiri dan lingkungannya.

  b. Tujuan khusus Tujuan khusus bimbingan dan konseling merupakan penjabaran tujuan umum tersebut yang dikaitkan secara langsung dengan

  18 permasalahan yang dialami oleh ndividu yang bersangkutan, sesuai dengan kompleksitas permasalahannya itu.

  Masalah-masalah individu bermacam-macam ragam jenis, intensitas, dan sangkut pautnya, serta masing-masing bersifat unik.

  Oleh karena itu tujuan khusus bimbingan dan konseling untuk masing- masing individu bersifat unik pula. Tujuan bimbingan dan konseling untuk seorang individu berbeda dari tujuan bimbingan dan konseling untuk individu lainnya. 4

4. Prinsip-prinsip Bimbingan dan Konseling

  Haditono (1967) dalam bukunya mengemukakan 12 prinsip bimbingan sebagai berikut: a. Bimbingan dan konseling dimaksudkan untuk anak-anak, orang dewasa, dan orang-orang yang sudah tua.

  b. Tiap aspek dari pada kepribadian seseorang menentukan tingkah laku orang itu. Dengan demikian bimbingan yang bertujuan untuk memajukan individu itu dalam semua aspek-aspek tersebut.

  c. Usaha-usaha bimbingan dalam prinsipnya harus menyeluruh kesemua orang karena semua orang mempunyai berbagai masalah yang butuh pertolongan.

  19

  d. Berhubungan dengan prinsip kedua, maka semua guru di sekolah seharusnya menjadi pembimbing karena semua murid juga membutuhkan bimbingan.

  e. Sebaiknya semua usaha pendidikan adalah bimbingan sehingga alat- alat dan teknik mengajar juga sebaiknya mengundang suatu dasar pandangan bimbingan.

  f. Dalam memberikan suatu bimbingan hams diingat bahwa semua orang meskipun sama dalam kebanyakan sifat-sifatnya namun tetap mempunyai perbedaan-perbedaan individual dan perbedaan-perbedaan individual inilah yang hams kita perhatikan.

  g. Supaya bimbingan dapat berhasil dengan baik dibutuhkan pengertian yang mendalam mengenai orang yang dibimbing. Maka dari itu perlu diadakan program evaluasi (penilaian) dan penelitian individual. Keduanya memerlukan sekumpulan catatan (cumulative records) mengenai kemajuan dan keadaan anak yang dibimbing tadi. Dengan berbagai macam tes yang sudah distandardisasi atau alat-alat evaluasi lain dapat diperoleh data, misalnya mengenai kemampuan orang tadi, misalnya mengenai kecerdasannya, keuletannya, dan sebagainya. Juga data-data mengenai prestasi, perhatian, serta sifat-sifat pribadinya.

  Data-data ini dikumpulkan dan harus dicatat secara teliti.

  h. Haruslah diingat bahwa pergolakan-pergolakan sosial, ekonomi dan politik dapat menyebabkan timbulnya tingkah laku yang sukar atau penyesuaian yang salah (maladjustmnt). Sehubungan dengan hal itu

  20 dibutuhkan keija sama yang baik antara pembimbing dengan badan- badan atau yayasan-yayasan yang ada di masyarakat yang mempunyai hubungan dengan usaha bimbingan tadi. i. Bagi anak-anak haruslah ingat bahwa sikap orang tua dan suasana rum ah sangat mempengaruhi tingkah laku mereka. Sehubungan dengan itu kadang-kadang untuk beberapa kesukaran sangat dibutuhkan pengertian, kesediaan, dan keija sama yang baik dengan para orang tua. Bahwa tanpa bantuan dan pengertian orang tua, usaha bimbingan kadang-kadang bisa menjumpai jalan buntu yang hampir tidak dapat dicari jalan keluamya. j. Fungsi dari pada bimbingan ialah menolong orang supaya berani dan dapat memikul tanggung jawab sendiri dalam mengatasi kesukaran yang dialaminya, yang hasilnya dapat berupa kemajuan dari pada keseluruhan pribadi orang yang bersangkutan. k. Usaha bimbingan harus bersifat lincah {flexible) sesuai dengan kebutuhan dan keadaan masyarakat serta kebutuhan individual. l. Akhimya yang tidak boleh dilupakan ialah bahwa berhasil atau tidaknya sesuatu bimbingan sebagian besar tergantung kepada orang yang minta tolong itu sendiri, pada kesediaan dan kesanggupan dan proses-proses yang terjadi dalam diri orang itu sendiri. 5

  21

5. Metode dan Teknik Bimbingan dan Konseling

  Metode lazim diartikan sebagai cara untuk mendekati masalah sehingga diperoleh hasil memuaskan, sementara teknik merupakan penerapan metode tersebut dalam praktek. Dalam pembicaraan ini kita akan melihat bimbingan dan konseling sebagai proses komunikasi. Oleh karenanya, berbeda sedikit dari bahasan-bahasan dalam berbagai buku tentang bimbingan dan konseling, metode bimbingan dan konseling Islami ini akan diklasifikasikan berdasarkan segi komunikasi tersebut. Pengelompokannya menjadi : (a) metode komunikasi langsung atau disingkat metode langsung, dan (b) metode komunikasi tidak langsung atau metode tidak langsung.

  1. Metode Langsung Metode langsung (metode komunikasi langsung) adalah metode di mana pembimbing melakukan komunikasi langsung (metode komunikasi langsung) adalah metode dimana pembimbing melakukan komunikasi langsung (bertatap muka) dengan orang yang dibimbingnya. Metode ini dapat dirinci lagi menjadi:

  a. Metode individual Pembimbing dalam hal ini melakukan komunikasi langsung secara individual dengan pihak yang dibimbingnya. Hal ini dapat dilakukan dengan mempergunakan teknik :

  1) Percakapan pribadi, yakni pembimbing melakukan dialog langsung tatap muka dengan pihak yang dibimbing;

  22 2) Kunjungan ke rumah (home visit), yakni pembimbing mengadakan dialog dengan kliennya tetapi dilaksanakan di rumah klien sekaligus untuk mengamati keadaan rumah klien dan lingkungannya;

  3) Kunjungan dan observasi keija, yakni pembimbing / konseling jabatan, melakukan percakapan individual sekaligus mengamati keija klien dan lingkungannya.

  b. Metode kelompok Pembimbing melakukan komunikasi langsung dengan klien dal am kelompok. Hal ini dapat dilakukan dengan teknik-teknik :

  1) Diskusi kelompok, yakni pembimbing melaksanakan bimbingan dengan cara mengadakan diskusi dengan / bersama kelompok klien yang mempunyai masalah yang sama;

  2) Karya wisata, yakni bimbingan kelompok yang dilakukan secara langsung dengan mempergunakan ajang karya wisata sebagai forumnya;

  3) Sosiodrama, yakni bimbingan / konseling yang dilakukan dengan cara bermain peran untuk memecahkan / mencegah timbulnya masalah (psikologis):

  4) Psikodrama, yakni bimbingan / konseling yang dilakukan dengan cara bermain peran untuk memecahkan / mencegah timbulnya masalah (psikologis).

  23 5) Group teaching, yakni pemberian bimbingan / konseling memberikan materi bimbingan / konseling tertentu (ceramah, kepada kelompok yang telah disiapkan.

  2. Metode Tidak Langsung Metode tidak langsung (metode komunikasi tidak langsung) adalah metode bimbingan / konseling yang dilakukan melalui media komunikasi masa. Hal ini dapat dilakukan secara individual maupun kelompok, bahkan massal.

  a. Metode individual 1) Melalui surat menyurat

  2) Melalui telepon dsb

  b. Metode kelompok / massal 1) Melalui papan bimbingan;

  2) Melalui surat kabar / majalah; 3) Melalui brosur; 4) Melalui radio (media radio); 5) Melalui televisi

  Metode dan teknik mana yang dipergunakan dalam melaksanakan bimbingan atua konseling tergantung pada : a. Masalah / problem yang sedang dihadapi / digarap;

  b. Tujuan penggarapan masalah;

  c. Keadaan yang dibimbing / klien;

  24

  d. Kemampuan pembimbing / konselor mempergunakan metode / teknik; e. Sarana dan prasarana yang tersedia;

  f. Kondisi dan situasi lingkungan sekitar;

  g. Organisasi dan administrasi layanan bimbingan dan konseling;

  h. Biaya yang tersedia.6

B. DELINQUENCY

  1. Pengertian Delinquency Istilah baku perdana dalam konsep spikologis adalah juvenile

  delinquency

  yang secara etimologis dapat dijabarkan bahwa juvenile berarti anak sedangkan delinquency berarti kejahatan. Dengan demikian, pengertian secara etimologis adalah kejahatan anak. Delinquency yang berarti penjahat anak atau anak jahat.

  Dalam studi interdisiplin ilmu pengetahuan, juvenile delinquency menjadi konsepsi yang hampir sangat sulit untuk dipahami dengan gamblang Drs. B. Simanjuntak, SH memberi tinjauan secara sosio kultural tentang arti juvenile delinquency. Suatu perbuatan itu disebut delinkuen apabila perbuatan-perbuatan tersebut bertentangan dengan norma-norma yang ada dalam masyarakat dimana ia hidup, atau suatu perbuatan yang anti sosial dimana di dalamnya terkandung unsur-unsur anti normatif.7

  6 Aunur Rahim Famih, Bimbingan dan Konseling Dalam Islam, Yogyakarta, UII Press, 2001, him. 4

  25 Dr. Fuad Hasan memberikan pengertian bahwa Delinquency adalah perbuatan anti sosial yang dilakukan oleh anak remaja yang bilamana dilakukan orang dewasa dikualifikasikan sebagai tindak kejahatan.

  Perbuatan itu disebut delinquency jika perbuatan itu melanggar norma hukum, kesusilaan, ketertiban umum yang dilakukan anak-anak (di bawah umur 21 tahun).8

  Perbuatan delinquency itu tidak selalu dikualifikasi sama pada lingkungan yang berlainan. Suatu perbuatan pada lingkungan tertentu dikatakan delinquency tetapi pada lingkungan lain perbutan itu delinquency atau tidak, perlu diperhatikan norma lingkungan dimana anak itu hidup tanpa mengabaikan norma-norma yang berlaku bagi semua orang. Perbedaan kriteria didasarkan masyarakat.

  Mencari pemecahan masalah kenakalan anak-anak di Indonesia harus disesuaikan dengan norma masyarakat Indonesia, pada masa ini, terdapat perbedaan corak masyarakat antar daerah. Antara masyarakat kota dan masyarakat desa memiliki norma-norma sosial yang berbeda.

  Dengan demikian sangatlah sukar untuk membuat suatu daftar untuk menentukan macam-macam jenis tingkah laku deinquency yang disepakati oleh semua orang. Atas dasar itu dikatakan delinquent apabila perbuatan tersebut bertentangan dengan norma yang ada dalam masyarakat dimana ia hidup.

  26 Berdasarkan uraian di atas penulis dapat mengambil pengertian bahwa delinquency adalah : tindakan atau perbuatan atau tingkah laku anak remaja yang melanggar peraturan atau norma yang berlaku di suatu masyarakat dan delinquent itu adalah perbuatan yang merugikan masyarakat.

  2. Faktor-faktor Delinquency Dr. Zakiyah Daradjat menjelaskan sebagai berikut : Sesungguhnya banyak sekali faktor-faktor yang mendorong anak-anak sampai kepada kenakalan. Faktor-faktor pendidikan, lingkungan keluarga, ekonomi, masyarakat, sosial politik dan sebagainya.

  Memang terlalu banyak faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan kepribadian si anak. Disamping itu juga banyaknya contoh- contoh dari kelakuan yang tidak baik yang mereka dapatkan dari orang dewasa, dari film-film, cerita-cerita pendek, komik-komik yang bersifat cabul, tidak mengindahkan nilai dan mutu tapi hanya memandang segi komersialnya saja. Diantara faktor-faktor yang menonjol antara lain : a. Kurangnya didikan agama.

  b. Kurang pengertian orang tua tentang pendidikan.

  c. Tidak stabilnya pengisian waktu.

  d. Tidak stabilnya keadaan sosial, politik dan ekonomi.

  e. Kemerosotan moral dan mental orang dewasa.

  f. Banyaknya film dan buku-buku bacaan yang tidak baik.

  g. Pendidikan dalam sekolah yang kurang baik.

  27

  h. Perhatian masyarakat terhadap pendidikan anak-anak.9 Pendapat lain mengakatan bahwa Crime (kejahatan) dan delinquency disebabkan karena kurangnya pendidikan, kurang rekreasi, kelenjar tidak sempuma, mengabaikan pendidikan keagamaan, emosi tidak stabil, frustasi, rasa tidak puas, perceraian, kekurangan cinta, kemiskinan, alkohol, narkotik, orang tua kurang cukup mengawasi, mau uang dengan cara mudah, kondisi moral dan sosial yang menyedihkan, kerusakan syaraf, sakit rokhani dan sebagainya.10

  . Simanjuntak mengemukakan 2 faktor delinquency, antara lain :

  1. Faktor Intern Yang dimaksud dengan faktor intern ialah faktor yang datangnya dari dal am tubuh manusia itu sendiri, tanpa pengaruh lingkungan sekitar.

  2. Faktor ekstern (extragenic / faktor lingkungan)

  a. Lingkungan keluarga 1) Disharmoni keluarga dan broken home.

  2) Sikap perlindungan yang berlebihan orang tua dalam mengasuh dan mendidik anak-anaknya.

  3) Pendidikan anak terlantar.

  b. Lingkungan sosio budaya : 1) Lingkungan sekolah (kondisi persekolahan, sistem pengajaran sekolah yang tidak menguntungkan anak).

  9Zakiyah Daradjat, Kesehatan Mental, Jakarta, Gunung Agung, Cetakan ke 16, 1990, hal. 113-120

  28 2) Media komunikasi massa. (pengaruh film, pengaruh bacaan).

  3) Konflik kebudayaan.

  3. Bentuk-bentuk delinquency Untuk mengetahui bentuk-bentuk delinquency, kita dapat memperhatikan uraian-uraian sebagai berikut.

  Kenakalan remaja dapat kita golongkan dalam dua kelompok besar, sesuai dengan kaitannya dengan norma hukum, yakni: a. Kenakalan yang bersifat a-moral dan a-sosial dan tidak diatur dalam undang-undang sehingga tidak dapat atau sulit digolongkan pelanggaran hukum.

  b. Kenakalan yang bersifat melanggar hukum dengan penyelesaian sesuai dengan undang-undang dan hukum yang berlaku sama dengan perbuatan melanggar hukum bilamana dilakukan oleh orang dewasa. 1). Kenakalan yang bersifat a-moral dan a-sosial dan tidak diatur dalam undang-undang, diantaranya adalah: a) . Membolos sekolah dan berkeliaran mengganggu keamanan masyarakat sekitamya.

  b) . Melakukan perbuatan tidak sopan terhadpa guru dan orang tua.

  c) Membaca buku-buku cabul dan kebiasaan menggunakan bahasa yang tidak sopan.

  d) . Ngebut, yaitu mengendarai mobil atau motor di tengah keramaian kota dengan kecepatan melebihi batas.

  29 2). Kenakalan yang berisfat melanggar hukum dengan penyelesaian sesuai dengan undang-undang.

  a) . Tindakan-tindakan anti sosial : perbuatan yang merugikan milik orang lain.

  b) . Pencurian.

  c) . Peredaran foto-foto, cerita-cerita, dan film-film cabul.

  d) . Kecanduan bahan narkotika, (obat bius, drugs) yang erat bergandengan dengan tindak kejahatan.11 C. REMAJA

  1. Pengertian Remaja Orang Barat menyebut remaja dengan istilah “puber”, adapula yang menyebutkan adolesensi. Keduanya merupakan transisi diri masa anak-anak menjadi dewasa. Sedangkan di negara kita ada yang menggunakan istilah “akil balig”, “pubertas”, dan yang paling banyak menyebutkan remaja.

  Bila ditinjau dari segi perkembangan biologis, yang dimaksud remaja ialah mereka yang berusia 12 sampai dengan 21 tahun. Usia 12 tahun merupakan awal purbertas bagi seorang gadis, yang disebut remaja kalau mendapat menstruasi (datang bulan) pertama. Sedangkan usia 13 tahun merupakan awal pubertas bagi seorang pemuda ketika ia mengalami masa mimpi yang pertama.1

  1

  12

  11 Kartini Kartono, Bimbingan Bagi Anak dan Remaja Yang Bermasalah, Jakarta, Rajawali Pers, 1991, him. 115

  30 Singgih masih sulit menentukan batas umur tersebut, menuju ke masa dewasa atau merupakan perpanjangan dari masa kanak-kanak sebelum mencapai masa dewasa.Karenany a dalam masa ini seakan-akan remaja berpijak antara dua kutub, yaitu kutub masa dewasa. yang masih akan dimasuki Dengan keadaan pada masyarakat sekitamya, sebab pribadinya belum terbentuk secara stabil dan matang. Atau berada dalam masa pertentangan, masa puber, “Seturm und drang” dengan ciri-ciri sering dan mulai timbul sikap untuk menentang dan melawan terutama dengan orang-orang yang dekat, misalnya orang tua, guru dan sebagainya.

  2. Ciri-ciri perkembangan remaja Adapun ciri remaja diantaranya adalah :

  a. Fisik Perkembangan fisik dalam periode masa remaja meliputi segi pertambahan tinggi dan berat badan. Untuk remaja pria dimulai sekitar umur 10,5 sampai 16 tahun. Sedangkan remaja putri percepatan pertumbuhan sudah mulai antara umur 7,5 tahun dan 11,5 tahun.

  Selain mengalami percepatan pertumbuhan tinggi badan dan berat badan, remaja juga mengalami proses kematangan seksual.

  Karekateristik kelamin primer:

  1. Pada remaja pria

  a. Pengeluaran sperma b. Menegangnya alat kelamin pada saat-saat tertentu.

  32 Mereka mulai bertanya-tanya tentang keadilan, kebenaran, arti hidup, ragu-ragu akan adanya Tuhan, dan sebagainya.

  d. Emosional Emosional remaja berada dalam situasi “sturm und drang” sebab belum stabil dan mencapai kematangan pribadi secara dewasa.

  Perasaan belum mapan ini sering membawa mereka ke dalam kegelisahan, yan satu pihak ingin mencari pengalaman atua melakukan segala keinginan yang ada, tetapi di lain pihak terbentur akan ketidakmampuan untuk melakukannya Selain itu remaja mengehendaki adanya pengakuan sosial, dia tidak mau diperlakukan seperti anak kecil yang dapat diperintah untuk melakukan apa saja. Dalam keadaan emosi yang belum stabil ini celaan atau kritikan dari lingkungannya seringkali ditanggapi secara sungguh-sungguh dan sering ditafsirkan sebagai ejekan atua meremehkannya.

  Bila lingkungan, terutama keluarga, orang tua dan sekolah mengabaikan keadaan emosi remaja, misalnya anak-anak yang ada tidak disukai karena tampangnya yang urakan, atau anak yang kurang cerdas, sehingga melihat dengan sebelah mata, biasanya remaja tersebut menunjuk kepada tindakan delinquency, sebab emosinya mengalami kerusakan (distrub).13

13 Y. Bambang Mulyono, Pendekatan Analisis Kenakalan Remaja dan

  33 D. Peran Bimbingan dan Konseling dalam Menanggulangi Delinquency Sesuai dengan uraian sebelumnya bahwa bimbingan dan konseling bertujuan agar peserta didik dapat menemukan dirinya, mengenal dirinya dan mampu merencanakan masa depannya. Dalam hubimgan ini bimbingan dan konseling berfungsi sebagai pemberi layanan kepada peserta didik agar masing-masing dapat berkembang secara optimal sehingga menjadi pribadi yang utuh dan mandiri.

  Dalam hal ini peran bimbingan dan konseling dalam menanggulangi

  delinquency adalah sebagai pemahaman, pencegahan dan pengentasan.

  Maksud peran, bimbingan dan konseling sebagai pemahaman adalah yang akan menghasilkan pemahaman sesuatu oleh pihak-pihak tertentu sesuai dengan kepentingan pengembangan peserta didik. Dalam hal ini meliputi pemahaman tentang diri peserta didik sendiri, terutama oleh peserta didik.

  Dalam hal ini meliputi pemahaman tentang diri peserta didik sendiri, terutama oleh peserta didik sendidi, orang tua, guru pada umumnya, guru pembimbing dan lingkungan peserta didik termasuk di dalamnya lingkungan keluarga dan sekolah. Kemudian peran bimbingan dan konseling sebagai pencegahan adalah yang akan menghasilkan tercegahnya peserta didik dari berbagai permasalahan yang mungkin timbul yang akan dapat mengganggu, menghambat, ataupun menimbulkan kesulitan. Adapun kegiatan yang dapat menanggulangi delinquency antara lain program orientasi dan program kegiatan kelompok. Adapun yang terakhir adalah peran bimbingan dan konseling sebagai pengentasan artinya dalam pelayanan bimbingan dan